Economics Development Analysis Journal

advertisement
EDAJ 5 (4) (2016)
Economics Development Analysis Journal
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
PENGARUH HARGA MINYAK DUNIA, NILAI TUKAR DAN INFLASI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Yaenal Arifin1
Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Diterima September
2016
Disetujui Oktober 2016
Dipublikasikan
November 2016
Harga minyak dunia dan nilai tukar merupakan variabel - variabel yang diserahkan dalam
mekanisme pasar internasional. Guncangan pada keduanya dapat berdampak pada stabilitas
perekonomian domestik. Kinerja perekonomian salah satunya dapat diukur dari laju pertumbuhan
ouput riil negara tersebut. Harga minyak dan nilai tukar dapat secara langsung mempengaruhi
tingkat ouput riil suatu negara maupun secara tidak langsung yaitu melalui jalur inflasi. Studi ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga minyak dunia dan nilai tukar terhdap pertumbuhan
ekonomi Indonesia melalui mediasi inflasi. Metode analisis yang adalah analisis jalur (path
analyze) dengan menggunakan data time series kuartal selama tahun 2005-2014. Hasil penelitian
menunjukkan; secara parsial, harga minyak dunia berpengaruh positif (signifikan) dan nilai tukar
berpengaruh positif (tidak signifikan) terhadap inflasi. Secara parsial harga minyak dunia
berpengaruh positif (signifikan) , nilai tukar berpengaruh negatif (signifikan) dan inflasi
berpengaruh positif (signifikan) terhadap pertumbuhan ekonomi. Inflasi dalam penelitian ini hanya
memediasi pengaruh harga minyak dunia terhadap pertumbuhan ekonomi.
________________
Keywords:
World Oil Price, Exchange
Rate, Inflation and
Economic Growth
____________________
Abstract
________________________________________________________________
World Oil prices and exchange rate are variables which controled by international market mechanism. Shocks
on both can have an impact on the stability of the domestic economy. The economic performance measured in
real output growth. Oil price and exchange rate directly affect a country's of real output growth and indirectly
is through inflation. This study aims to determine the impact of oil price shock and exchange rate volatility on
Indonesia’s economic growth through inflation mediation. The method of analysis are using path analyze with
quarterly time series data during the years 2005-2014. The result showed : partially, the oil price positively
(significant) and positive exchange rate effect (not significant) on the inflation. Partially, world oil prices has
a positive effect (significant), the exchange rate has a negative effect (significant) and the inflation has a positive
effect (significant) to the economic growth. Inflation in this research just has a mediation the effect of world oil
price to the economic growth.
© 2016 Universitas Negeri Semarang
ISSN 2252-6765
Alamat korespondensi:
Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: [email protected]
591
Yaenal Arifin / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi sering dikaitkan
dengan energi, dimana energi merupakan salah
satu dari berbagai input penting dalam proses
produksi. Energi memberi dampak terhadap
kegiatan ekonomi dalam skala mikro maupun
makro. Terdapat hubungan ekonomi yang erat
antara pertumbuhan ekonomi, harga minyak,
pasar saham, nilai tukar, tingkat inflasi, dan
tingkat suku bunga riil. Minyak merupakan
salah satu energi sumber strategis untuk
menjamin perkembangan industri modern dan
ekonomi. Minyak mentah memiliki peran yang
signifikan dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara, sehingga harga minyak mentah
internasional menjadi salah satu dari berbagai
faktor yang diperhitungkan dalam mendukung
produksi output. Fluktuasi harga minyak selalu
dianggap sebagai barometer ekonomi di seluruh
dunia, sehingga setiap perubahan harga minyak
selalu menjadi isu panas untuk dibahas dalam
lingkaran politik dan ekonomi di setiap negara.
Minyak
dan
fluktuasi
harganya
memberikan pengaruh yang sangat vital pada
hampir semua aktivitas makroekonomi, karena
minyak merupakan salah satu energi utama
yang digunakan baik langsung maupun tidak
langsung dalam memproduksi barang dan jasa.
Minyak menjadi sumber energi teratas
penggunaanya untuk menopang proses produksi
dibandingkan dengan sumber energi lainnya,
sehingga fluktuasi harga minyak sangat sensitif
dengan
kondisi
perekonomian
atau
pertumbuhan ekonomi di setiap negara. Dan
tidak ada satu negarapun yang tidak tergantung
pada minyak dan mampu secara serta merta
menurunkan konsumsinya akibat kenaikan
harga tak terkecuali Indonesia.
R. J. Gordon menyatakan bahwa
terjadinya fluktuasi pertumbuhan ekonomi
disebabkan karena terjadinya pergeseran pada
penawaran agregat, seperti terjadinya lonjakan
harga minyak, kegagalan panen, perubahan
iklim, ataupun perubahan kebijakan yang
mempengaruhi sisi produksi. Guncangan akibat
dari peningkat harga minyak akan menggeser
AS ke kiri. Keseimbangan baru terbentuk pada
tingkat output yang lebih rendah (stagnasi) dan
harga yang lebih tinggi (inflasi). Selain harga
minyak dunia yang terus bergejolak, guncangan
eksternal lain yang turut mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan inflasi lainya adalah
nilai tukar. Dalam perekonomian terbuka,
pengaruh nilai tukar
terhadap tingkat
pertumbuhan dapat dilihat baik melalui jalur
aggregate
supply
(AS),
yakni
melalui
pembentukan capital dan knowledge, maupun
aggregate demand (AD), yaitu melalui transaksi
perdagangan internasional (ekspor-impor) dan
investasi. Secara empiris, besarnya permintaan
agregat tidak selalu sama dengan penawaran
agregat. Jika terjadi selisih antara permintaan
dan penawaran atau terjadi output gap maka
akan memberi tekanan terhadap kenaikan hargaharga (inflasi) dari sisi domestik. Sementara itu,
tekanan inflasi dari sisi luar negeri terjadi
melalui pengaruh langsung dan tidak langsung
perubahan nilai tukar terhadap perkembangan
harga barang-barang yang diimpor.
Nilai tukar rupiah dalam beberapa tahun
belakangan
mengalami
depresiasi
yang
cukup tajam terhadap dollar hingga mendekati
RP 14.000 per dollar. Ini adalah posisi terendah
bagi mata uang rupiah terhadap US Dollar sejak
krisis moneter tahun 1998, bahkan pada krisis
global tahun 2008 sekalipun, posisi nilai tukar
rupiah tidak anjlok sampai Rp 12,768 per US
Dollar sebagai titik terendahnya, sebelum
kemudian segera balik lagi ke level normalnya
yakni Rp.9.000-an per US Dollar. Kondisi ini
mendorong Bank Indonesia juga menaikkan SBI
dari 7,53% menjadi 7,70% pada tanggal 20 April
2015 untuk memperkuat rupiah demi meredam
laju inflasi gejolak akibat resesi global yang
mengancam stabilitas ekonomi dalam negeri
agar tidak seperti yang terjadi di Rusia. Sebagian
besar depresiasi yang terjadi di Rusia
mengakibatkan penurunan harga minyak
(Dreger, 2016).
Transmisi pengaruh volatilitas harga
minyak dunia dan nilai tukar rupiah dalam
mempengaruhi tingkat output nasional dapat
dilihat dari kontribusi keduanya dalam
pembentukan inflasi. Pada tahun 2005 terjadi
peningkatan inflasi sebesar 17,11 persen (yoy).
592
Yaenal Arifin / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
Faktor yang mempengaruhi tingginya inflasi
tahun 2005 yaitu meningkatnya harga minyak
dunia yang diikuti dengan depresiasi nilai tukar
rupiah. Kenaikan harga BBM sebanyak dua kali
pada 2005, khususnya kenaikan kedua pada
tanggal 1 Oktober 2005 meningkatkan
ekspektasi
inflasi
yang
tinggi
di
masyarakat.pergerakan nilai tukar rupiah juga
terus melemah sepanjang tahun 2005. Jika pada
bulan Mei nilai tukar rupiah berada pada kisaran
9.545 per dolar AS maka penutupan
perdagangan 24 Agustus 2005 rupiah berada
pada posisi 10.165 per dolar AS.
Dalam rangka mengendalikan ekspektasi
dan sasaran inflasi jangka menengah panjang,
Bank Indonesia menempuh kebijakan moneter
yang cenderung ketat. Kebijakan moneter
cenderung ketat tercermin pada kenaikan suku
bunga secara bertahap. Pada Februari 2005
tercatat suku bunga sebesar 7,43 persen perlahan
meningkat menjadi 8,25 persen pada Juni 2005
dan 12,75 persen pada Desember 2005 (Laporan
Perekonomian Indonesia, 2005).
Berangkat dari fakta harga minyak
internasional dan nilai tukar rupiah yang terus
berfluktuasi serta merujuk pada beberapa hasil
studi empiris terdahulu, kajian ini juga mencoba
mengkaji bagaimana pengaruh volatilitas harga
minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap
perekonomian Indonesia.
Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh guncangan
harga minyak dunia dan fluktuasi nilai tukar
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
tahun 2005 – 2014.
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif merupakan data yang berbentuk
bilangan. Sumber yang digunakan adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang
telah ada. Sumber data yang digunakan adalah
adalah dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank
Indonesia, serta World Bank. Data yang
digunakan merupakan data kuartal time series
yakni dari tahun 2005Q1 sampai 2014 Q4
dengan jumlah n sebanyak 40 observasi.
Pengolahan data pada skripsi ini menggunakan
program SPSS 16.
Analisis Jalur (Path Analyze)
Analisis jalur merupakan perluasan dari
analisis regeresi linier berganda, atau analisis
jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antar variabel
(model
kasual)
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya berdasarkan teori.Apa yang dapat
dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan
pola hubungan antara tiga atau lebih variabel
yang dan tidak dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausal
imajiner. Didalam menggambarkan diagram
jalur yang perlu diperhatikan adalah anak panah
berkepala satu merupakan hubungan regresi dan
anak panah berkepala dua adalah hubungan
korelasi (Ghozali, 2011: 249-250). Model atau
variabel yang diasumsikan telah memenuhi
persyaratan analisis jalur meliputi data berskala
interval, berdistribusi normal, pemenuhan
asumsi lineritas, normalitas, homogen dan
terbebas
dari
masalah
multikolineritas.
Pengujian akan dilakukan dua tahap, dimana
pada tahap pertama akan diuji pengaruh harga
minyak dunia dan nilai tukar terhadap terhadap
inflasi, kemudian pada tahap kedua akan diuji
pengaruh harga minyak, nilai tukar dan inflasi
terhadap pertumbuhan output riil. Secara
diagram bentuk hubungan antara ketiga variabel
yang sedang diteliti tersebut dapat dilihat pada
gambar 1.
Model ekonometrika yang digunakan
adalah model analisis jalur (path analyse) dengan
pengelolaan data menggunakan SPSS. Adapun
persamaan regresinya sebagai berikut:
X3
=
α
+
β1X1
+
β2LnX2
+
e1………………….Substruktural 1
Y
= α + β1X1 + β2LnX2 + β3X3 + e2
…………Substruktural 2
Keterangan:
X1 = Variabel harga minyak dunia
LnX2 = Logaritma natural dari variabel nilai
tukar
X3 = Variabel inflasi
593
Yaenal Arifin / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
Y
e1
e2
= Variabel pertumbuhan ekonomi
= error sub struktur 1
X1
= error sub struktur 2
e1
e2
p4
p1
X3
Y
p3
p2
p5
X2
Sumber: Al Gozali (2013)
Gambar 1. Model Analisis Jalur (Path Analysis)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis regresi tahap 1 (Sub struktur
persamaan 1)
Analisis regresi tahap satu mengkaji
pengaruh harga minyak dunia (X1) dan nilai
tukar (X2) terhadap inflasi (X3) dengan persaman
regresinya adalah
X3 = α + β1X1 + β2LnX2 + e1
dimana :
X3
= Variabel inflasi
α
= Konstanta
X1
= Variabel harga minyak dunia β1,2
= Koefisien regresi
LnX2 = Log natural variabel nilai tukar e1
= Standart error 1
Hasil regresi sub struktur 1 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Regresi Berganda Tahap 1
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
-2.636E-5
.153
X1
.328
.155
Ln_X2
.097
.155
t
Sig.
.000
1.000
.328
2.115
.041
.097
.623
.537
a. Dependent Variable: X3
Berdasarkan tabel 6 di atas diperoleh
persamaan regresi berganda sebagai berikut: X3
= -0,000026 + 0,328 X1 + 0,97 X2. Persamaan
regresi tersebut mempunyai makna sebagai
berikut:
Konstanta = 0,000026, artinya jika
variabel harga minyak dunia (X1) dan nilai tukar
(X2) sama dengan nol, maka nilai tingkat inflasi
(X3) sebesar -0,000026 persen.
Koefisien Harga Minyak Dunia = 0,328,
artinya jika variabel harga minyak dunia (X 1)
594
Yaenal Arifin / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
meningkat mengalami sebesar satu dollar per
barel, maka tingkat inflasi meningkat sebesar
0,328 persen.
Koefisien Nilai Tukar = 0,097, artinya
jika variabel nilai tukar mengalami kenaikan
sebesar satu poin, maka tingkat inflasi
meningkat sebesar 0,097 persen.
Analisis regresi tahap 2 (Sub struktur
persamaan 2)
Analisis regresi tahap 2 mengkaji
pengaruh harga minyak dunia (X1), nilai tukar
(X2) dan inflasi (X3) terhadap pertumbuhnan
ekonomi (Y) dengan persamaan regresinya
adalah :
Y = α + β 1X1 + β 2LnX2 + β 3X3 + e2
Dimana :
Y
= Variabel pertumbuhan ekonomi
α
= Konstanta
X1
= Variabel harga minyak dunia
β1,2,3 = Koefisien regresi
LnX2 = Log natural variabel nilai tukar
e2
= Standart error 2
X3
= Variabel Inflasi
Ringkasan dari output regresi tahap 2
dapat dilihat pada tabel diabawah ini.
Tabel 2. Regresi Berganda Tahap 2
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
-5.580E-6
.119
X1
.276
.128
Ln_X2
-.486
X3
.342
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
.000
1.000
.276
2.164
.037
.121
-.486
-4.015
.000
.128
.342
2.677
.011
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel 7 di atas diperoleh
persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y =
- 0,0000055 + 0,276X1 – 0,486X2 + 0,342X3.
Persamaan regresi tersebut mempunyai makna
sebagai berikut:
Konstanta = -0,0000055, artinyam jika
variabel harga minyak dunia, nilai tukar dan
inflasi sama dengan nol, maka nilai
pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0000055
persen.
Harga Minyak Dunia (X1) = 0,276,
artinya jika variabel harga minyak dunia
mengalami kenaikan sebesar satu dollar , maka
tingkat pertumbuhan ekonomi meningkat
sebesar 0,276 persen
Nilai Tukar (X2) = -0.486, artinya jika
variabel nilai tukar mengalami kenaikan sebesar
satu persen, maka tingkat pertumbuhan
ekonomi menurun sebesar 0,486 persen.
Inflasi (X3) = 0,342, artinya jika variabel
inflasi mengalami kenaikan sebesar satu persen,
maka tingkat pertumbuhan ekonomi meningkat
sebesar 0,342 persen
Pembentukan Analisis Jalur
Dari analisis regresi satu dan analisis
regresi 2 diperoleh analasis jalur sebagai berikut.
595
Yaenal Arifin / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
e2 = 0,770
Harga Minyak
Dunia (X1)
e1= 0,987
0,276
0,328
Inflasi (X3)
Pertumbuhan
Ekonomi (Y)
0,342
0,097
Nilai Tukar (X2)
-0,486
Gambar 2. Pembentukan Analisis Jalur
Dari gambar diatas diperoleh keterangan
besarnya pengaruh langsung harga minyak
dunia dan nilai tukar terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui inflasi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3. Besaran pengaruh langsung dan tak langsung
Variabel
Harga Minyak Dunia
Nilai Tukar
Pengaruh langsung
0.276
x
0.276
=
7.61%
-0.486
x
-0.486
=
23.61%
Pengaruh tidak
Langsung
0.328
x
0.342
=
11.21%
0.097
x
0.342
=
3,3%
Pengaruh total 7.61 + 11.21
= 16.82 %
23.61 +3.3
= 26.94 %
Dari tabel diatas diperoleh keterangan
besarnya pengaruh langsung harga minyak
dunia terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
7,61%, pengaruh tidak langsung melalui mediasi
inflasi adalah sebesar 11,21%, dan total
pengaruhnya adalah 16,82%. Sedangkan
pengaruh langsung nilai tukar terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah 23.61, pengaruh
tidak langsung melalui mediasi inflasi adalah
sebesar 3,3%, sedangkan total pengaruh nilai
tukar adalah sebesar 26.94 %.
Uji Parsial (t statistic)
Uji t Variabel Inflasi (X3)
Uji hipotesis dalam penelitian ini
diproksikan dengan uji t atau uji parsial. Uji t
dilakukan untuk mengetahui apakah secara
individu
(parsial)
variabel
independen
mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan atau tidak. Berdas arkan hasil
pengolahan data lampiran 6 dan 7, diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Uji Parsial Variabel Independen terhadap Inflasi (X3)
Uji Variabel t hitung Tanda
t tabel
Sig
X1
H1 terhadap
2,115
>
2,026
0,041
X3
X2
H2 terhadap
0.623
<
2,026
0,537
X3
Sumber : Data diolah
Dengan tingkat kepercayaan = 95% atau
(α) = 0,05. Derajat kebebasan (df) =n-k-1=40-3-
1= 36, serta pengujian dua sisi diperoleh dari
nilai ttabel= 2,028.
596
Yaenal Arifin / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
Hasil pengujian diperoleh hasil bahwa harga
minyak dunia (X1) berpengaruh positif terhadap
inflasi (X3). Berdasarkan tabel diatas diperoleh
keterangan untuk variabel harga minyak dunia
diperoleh nilai thitung= 2,115 dengan sig 0,041
< 0,05 jadi Ha1 dierima dengan kata harga
minyak dunia berpengaruh terhadap inflasi
Hasil pengujian diperoleh hasil bahwa
nilai tukar (X2) tidak berpengaruh signifikan
terhadap inflasi (X3). Untuk variabel nilai tukar
diperoleh nilai thitung= 0.623 dengan sig 0.537
> 0,05 jadi Ha2 ditolak dengan kata lain nilai
tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap
inflasi.
Uji t Variabel Pertumbuhan ekonomi (Y)
Pada model regresi kedua, uji t dilakukan
untuk mengetahui apakah secara individu
(parsial) variabel independen mempengaruhi
variabel dependen pertumbuhan ekonomi (Y)
secara signifikan atau tidak.
Tabel 5. Uji Parsial Variabel Independen terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Uji
Variabel
t hitung Tanda
t tabel
Sig
X1
H3
terhadap
2,164
>
2,028
0,037
Y
X2
H4
terhadap
4.015
>
2,028
0,000
Y
X3
H5
terhadap
2,677
>
2,028
0,011
Y
Sumber : Data diolah
Hasil pengujian diperoleh hasil bahwa
harga minyak dunia (X1) berpengaruh positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
(Y).
Berdasarkan tabel 10. diperoleh keterangan
untuk variabel harga minyak dunia diperoleh
nilai thitung= 2,164 dengan sig 0,037 < 0,05 jadi
Ha3 dierima dengan kata lain harga minyak
dunia berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi
Sedangkan nilai tukar (X2) berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Untuk variabel nilai tukar diperoleh nilai
thitung= 4.015 dengan sig 0.000 > 0,05
Inflasi (X3) berpengaruh
signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi (Y). Untuk
variabel inflasi diperoleh nilai thitung= 2.667
dengan sig 0.011 > 0,05 jadi Ha5 diterima
dengan kata lain inflasi berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
oleh Sobel (1982) dalam Ghozali (2011: 248)
dan dikenal dengan Uji sobel (Sobel Test). Uji
Sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan
pengaruh tidak langsung variabel independent
(X1,X2) kepada variabel dependen (Y) melalui
variabel intervening (X3). Berikut cara
perhitungannya:
Pengaruh harga minyak dunia melalui inflasi
terhadap pertumbuhan ekonomi
1)
Menghitung pengaruh langsung dan tidak
langsung
Pengaruh Langsung
= 0,276 x 0,276
= 0.076
Pengaruh Tidak Langsung
= 0.328 x 0.342
= 0.112
Pengaruh Total
= 0.188
2)
Menghitung dengan Sobel Test
Sab
Uji Sobel (Sobel Test)
√0.3422 0.1552 + 0.3282 0.1282 + 0.1552 0.1282 =
Pengujian hipotesis mediasi dapat 0.015
dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan
597
Yaenal Arifin / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
3) Menghitung nilai t statistik pengaruh
intervening
t= 0.328 x 0.342 = 7.610
0.015
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
nilai t hitung sebesar 7.610 lebih besar dari t
tabel yaitu 2.026 dengan tingkat signifikansi
0,05. Dengan demikian inflasi secara signifikan
memediasi pengaruh harga minyak dunia
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti
Ha6 yang menyatakan harga minyak dunia
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui inflasi diterima.
Pengaruh nilai tukar melalui inflasi terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan
diketahui bahwa nilai tukar tidak berpengaruh
signifkan terhadap variabel inflasi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa inflasi
secara tidak memediasi pengaruh nilai tukar
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti
Ha7 yang menyatakan nilai tukar berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi melalui inflasi
ditolak
Pembahasan
Pengaruh Variabel Harga Minyak Dunia (X1)
terhadap Inflasi (X3
Hasil penelitian menunjukan harga
minyak dunia berpengaruh positif terrhadap
tingkat inflasi. Berdasarkan hasil pengujian
secara parsial dan uji signifikansi, bahwa
variabel harga minyak dunia berpengaruh positif
dan signifikan terhadap inflasi. Hasil ini terlihat
dari nilai t hitung > t tabel (2,115 > 2,026 ) dan
taraf signifikansi sebesar 0,041 lebih kecil dari
0,050 dan nilai koefisien positif.
Hal ini
menunjukkan bahwa naiknya harga minyak
dunia berpengaruh terhadap naiknya laju inflasi.
Besarnya pengaruh harga minyak dunia
terhadap inflasi adalah 0,328 (nilai koefisien).
Artinya, jika variabel harga minyak dunia
mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka
tingkat inflasi meningkat sebesar 0,328 persen.
Pengaruh Nilai Tukar (X2) terhadap Inflasi
(X3)
Berdasarkan hasil pengujian pengujian
secara parsial dan uji signifikansi, dapat
dikatakan bahwa nilai tukar berpengaruh tidak
signifikan terhadap inflasi pada tahun 2005 2014. Nilai signifikansi nilai tukar terhadap
inflasi sebesar 0,537 > 0,050. Hal ini berarti
apresiasi
(menguatnya)
atau
depresiasi
(melemahnya) nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika bank tidak berpengaruh terhadap
pergerakan laju inflasi periode 2005 - 2014.
Pengaruh Harga Minyak Dunia (X1) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Berdasarkan hasil pengujian secara
parsial dan uji signifikansi, bahwa variabel harga
minyak dunia berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
terlihat dari nilai t hitung > t tabel (2,164 >
2,028 ) dan taraf signifikansi sebesar 0,037 lebih
kecil dari 0,050 dan nilai koefisien positif. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai harga minyak
dunia yang tinggi berpengaruh terhadap naiknya
pertumbuhan ekonomi. Besarnya pengaruh
harga minyak dunia terhadap pertumbuhan
ekonomi adalah 0,276 (nilai koefisien). Artinya,
jika variabel harga minyak dunia mengalami
kenaikan sebesar satu dollar, maka tingkat
pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,276
persen.
Pengaruh
Nilai
Tukar (X2)
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Hasil penelitian menunjukan nilai tukar
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini terlihat dari nilai t hitung > t
tabel (4,015 > 2,028 ) dan taraf signifikansi
sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,050 dan nilai
koefisien negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
depresiasi nilai nilai tukar terhadap turunnya
pertumbuhan ekonomi. Besarnya pengaruh nilai
tukar terhadap pertumbuhan ekonomi adalah 0,486 (nilai koefisien). Artinya, nilai tukar
mengalami depresiasi sebesar satu persen, maka
tingkat pertumbuhan ekonomi menurun sebesar
0,486 persen.
598
Yaenal Arifin / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
Pengaruh Inflasi (X3) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (Y)
Hasil penelitian menunjukan inflasi
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini terlihat dari nilai t hitung > t
tabel (2,677 > 2,028 ) dan taraf signifikansi
sebesar 0,011 lebih kecil dari 0,050 dan nilai
koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa
naiknya inflasi juga diikuti oleh naiknya
pertumbuhan ekonomi. Besarnya pengaruh nilai
tukar terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
0,342, (nilai koefisien). Artinya, inflasi
mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka
tingkat pertumbuhan ekonomi menurun sebesar
0,34 persen.
Pengaruh Harga Minyak (X1) Dunia terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y) melalui mediasi
inflasi (X3)
Inflasi memediasi pengaruh harga
minyak dunia terhadap pertumbuhan ekonomi
periode 2005-2014. Hal ini dibuktikan di dengan
Uji Sobel (Sobel Test) yang menunjukan hasil
perhitungan nilai t statistik pengaruh mediasi
sebesar 7.610 lebih besar dari t tabel yaitu 2.026
dengan tingkat signifikansi 0,05. Sedangkan
besarnya pengaruh langsung harga minyak
dunia terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
7,61%, pengaruh tidak langsung melalui mediasi
inflasi adalah sebesar 11,21%, dan total
pengaruhnya adalah 16,82%.
Pengaruh langsung harga minyak dunia
terhadap pertumbuhgan ekonomi adalah sebesar
Sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung
harga minyak dunia terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui inflasi adalah 11,21 %.
23,61% dan besarnya pengaruh tidak langsung
nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui inflasi adalah 3,3 %, sedangkan total
pengaruh nilai tukar adalah sebesar 26.94 %
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan disimpulkan bahwa secara parsial
pada regresi sub struktur persamaan 1, harga
minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap
inflasi sedangkan nilai tukar berpengaruh tidak
signifikan inflasi. Pada regresi sub struktur
persamaan 2, harga minyak, nilai tukar dan
inflasi
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhna ekonomi. Inflasi memediasi
pengaruh harga minyak dunia terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan
harus mampu memperhatikan perkembangan
harga minyak dunia, mengingat pengaruh
fluktuasi harga minyak sangat berbengaruh besar
terhadap pembentukan laju inflasi dan laju
pertumbuhan ekonomi. Indonesia yang telah
keluar dari OPEC harus memproioritaskan
pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri
ketimbang menjualnya ke pasar internasional.
Variabel nilai tukar juga memiliki pengaruh
signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
Penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas
(free floating system) diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui jalur
nilai tukar. Namun dengan penerapan ini tugas
otoritas moneter (Bank Indonesia) dalam
menjaga stabilitas ekonomi akibat guncangan
eksternal menjadi semakin berat karena
guncangan pada perekonomian dunia akan
secara
langsung
ditransmisikan
kepada
perekonomian domestik. Peran kestabilan nilai
tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas
harga dan sistem keungan. Oleh karena itu Bank
Indonesia perlu menjalankan kebijakan nilai
tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar
yang berlebihan bukan mengarahkan nilai tukar
pada level tertentu. Terkait inflasi, sejauh laju
inflasi masih berada di bawah dua digit atau 10
% memiliki dampak yang positif terhadap laju
pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pemerintah
Pengaruh
Nilai
tukar
(X2)
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y) melalui mediasi
Inflasi (X3)
Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan diketahui
bahwa nilai tukar tidak berpengaruh signifkan
terhadap variabel inflasi. Sehingga dapat
dikatakan Inflasi tidak memediasi pengaruh nilai
tukar terhadap pertumbuhan ekonomi periode
2005 -2014. Dari tabel diatas diperoleh
keterangan besarnya pengaruh langsung nilai
tukar terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
599
Yaenal Arifin / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
diharapkan untuk terus menjaga laju inflasi dan
memperhatikan variabel yang mempengaruhi
inflasi seperti harga minyak dunia yang
ditransmisikan ke dalam harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Aprileven, H. 2015. Pengaruh Faktor-Faktor
Ekonomi Terhadap Inflasi di Indonesia Yang
Dimediasi Oleh Jumlah Uang Beredar
(Pendekatan Path Analysis). Economics
Development Analysis Journal, 4
Bank Indonesia (BI). 2014. Statistik Ekonomi dan
Keuangan Indonesia (SEKI) periode 2000 –
2014.
Bank Indonesia. 2005. Laporan Perekonomian
Indonesia Tahunan.
Boediono. 2011. Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis
Pengantar Ilmu Ekonomi No.5. Yogyakarta:
BPFE.
Dreger, Christian, et al. 2016. Between the hammer
and the anvil: The impact of economic
sanctions and oil prices on Russia’s ruble.
Journal of Comparative Economics, 44, pp.295308.
Gordon, Robert. 1990. Philips Curve Now and
Then. Cambrige. National Bureau of
Economic Research. Working Paper No.
3393
Gozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate
Dengan Program IBM SPSS19 (edisi kelima).
Semarang : Universitas Diponegoro.
http://www.bi.go.id/web/id/moneter/laporan
+perekonomian+tahunan+2005.
http://www.bi.go.id/web/id/moneter/laporan
+perekonomian+tahunan+2007.
International Energy Agency (IEA). 2008. World
Energy Outlook 2008. Paris.
Narayan, Paresh Kumar, et al. 2014. Do oil prices
predict economic growth? New global
evidence. Energy Economics, 41, pp.137-146.
Nizar, Muhammad. 2012. The Impact of World
Oil Prices Fluctuation on Indonesia’s
Economy.
Buletin
Ilmiah
Litbang
Perdagangan,
Vol.6
No.2.
Pusat
Kebijakan Ekonomi Makro, Badan
Kebijakan
Fiskal,
Kementerian
Keuangan-RI.
Mankiw, N. G. 2003. Teori Makroekonomi. terj.
Imam Nurmawan, Jakarta: Erlangga.
Pradhan, Rudra P., et al. 2015. The dynamics of
economic growth, oil prices, stock market
depth, and other macroeconomic variables:
Evidence
from
the
G-20
countries.
International
Review
of
Financial
Analysis, 39, pp.84-95.
Sukirno, Sadono. 2002.
Pengantar Teori
Makroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
600
Download