7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahas inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Kesamaan makna disini adalah mengenai sesuatu yang dikomunikasikan, karena komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan atau dikomunikasikan. Suatu percakapan dikatakan komunikatif apabila kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan mengerti bahasa pesan yang disampaikan.1 Komunikasi menurut beberapa ahli diantaranya adalah menurut Everett M. Rogers dalam Hafied Cangara, Komunikasi didefinisikan sebagai “proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka”.2 Sedangkan menurut Arni Muhammad, Komunikasi didefinisikan sebagai “Pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”.3 Dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik berupa verbal maupun non verbal oleh seseorang 1 Effendi, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi – Teori dan Praktek. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. 2 Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada (Rajawali Perss). 3 Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima), sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan. 2.2. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal ialah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara: a. Komunikasi tatap muka (face to face communication) b. Komunikasi bermedia (mediated communication) Komunikasi interpersonal tatap muka berlangsung secara dialogis sambil menatap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact). Hal ini disebut dengan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal, karena situasinya tatap muka, oleh para ahli dianggap sebagai jenis komunikasi efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku (attitude, opinion, and behavior change) seseorang. Efektifnya komunikasi persuasive dalam komunikasi seperti ini ialah karena terjadinya personal contact yang memungkinkan komunikator mengetahui, memahami, dan menguasai: a. Frame of reference komunikan selengkapnya, b. Kondisi fisik dan mental komunikan sepenuhnya, c. Suasana lingkungan pada saat terjadinya komunikasi, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 d. Tanggapan komunikan secara langsung4 Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjalin antara dua orang individu, yang terdapat interaksi secara tatap muka dengan tujuan tertentu (mendapatkan informasi, memberikan bantuan, mengungkapkan perhatian, dsb). Seperti bentuk perilaku yang lain, proses komunikasi yang terjadi dapat di nilai efektif namun juga bisa tidak efektif. Efektifitas komunikasi interpersonal dalam pandangan humanistik menurut Devito mengandung unsur-unsur keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesamaan. 5 Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dala proses komunikasi. Karakteristik efektifitas komunikasi interpersonal dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu humanistik, pragmatis, dan pergaulan sosial & kesetaraan. Dalam pendekatan humanistik ini ada lima kualitas yang dipertimbangkan, yaitu keterbukaan (oppeness), empati (empathy), sikap mendukung (suportivenness), sikap positif (possitivenness), dan kesetaraan (equality)6. Penelitian ini menggunakan beberapa kualitas dari pendekatan humanistic yaitu keterbukaan (oppeness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness). Keterbukaan (oppeness) mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Hal ini tidaklah berarti bahwa 4 Uchjana, Effendi. 2006. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Rosda. Hal.125-126 Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarpribadi (Human Communication). Professional Book. Jakarta. Hal 321 6 Uchjana, Effendi. 2006. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Rosda. Hal.126 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 orang tersebut harus dengan segera membuka semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu dalam komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri untuk mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalakan pengungkapan diri itu patut. Kedua, mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan, dan kita berhak mengharapkan hal itu. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidakacuhan bahkan ketidaksependapatan jauh lebih baik menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Yang ketiga, menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner & Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan memang milik diri sendiri dan harus mampu untuk mempertanggungjawabkannya. Empati menurut Henry Backrack (1976) sebagai kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, dipihak lain adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya – berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 akan datang. Pengertian yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung (supportiveness) – suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung, dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluative, (2) spontan, bukan strategik, dan (3) provisional, bukan sangat yakin. Suasana yang deskriptif dan bukan evaluative membantu terciptanya sikap mendukung. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya, biasanya bereaksi dengan cara yang sama yaitu terus terang dan terbuka. Bersikap provisional artiya bersikap tentative dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan7 2.3. Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal. Menurut Suranto A. W,8 komponen-komponen komunikasi interpersonal yaitu: 7 Devito, Joseph. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Tangerang. Karisma Publishing Group. Hal.286-288 8 A W, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hal.89 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 a. Sumber/ komunikator Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan. b. Encoding Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan. c. Pesan Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 d. Saluran Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka. e. Penerima/komunikan Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan. f. Decoding Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalamanpengalaman yang mengandung makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses di mana indera menangkap stimuli. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 g. Respon Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator. h. Gangguan (noise) Gangguan atau noise atau barrier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponenkomponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan phsikis. i. Konteks komunikasi Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima. 2.4. Tujuan Komunikasi Interpersonal Arni Muhammad menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan, yaitu: a. Menemukan Diri Sendiri Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 b. Menemukan Dunia Luar Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal. c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu untuk terlibat dalam posisi interpersonal. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 e. Untuk Bermain Dan Kesenangan Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan dilingkungan kita. f. Untuk Membantu Ahli-ahli kejiwaan. Ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita seharihari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.9 9 Arni, Muhammad. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta. PT. Bumi Aksara. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 2.5. Karakteristik-Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal Menurut Devito dalam Sendjaja10 karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi interpersonal terbagi 2 (dua) perspektif, yaitu: 1. Perspektif humanistik, meliputi sifat-sifat yaitu: a. Keterbukaan. Sifat keterbukaan tentang komunikasi interpersonal yaitu: 1. Bahwa kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa serta merta menceritakan semua latar belakang kehidupan, namun yang paling penting ada kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah umum. Di sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan gagasan kita, sehingga komunikasi akan mudah dilakukan. 2. Keterbukaan menunjukkan pada kemauan diri untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya. Demikian pula sebaliknya, orang lain memberikan tanggapan secara jujur dan terbuka tentang segala sesuatu yang dikatakan. Di sini keterbukaan diperlukan dengan cara memberi tanggapan secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain. Tentunya, hal ini tidak dapat dengan mudah dilakukan dan dapat menimbulkan kesalahpahaman orang lain, seperti marah atau tersinggung. 10 Sendjaja, D. S. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Universitas terbuka. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 b. Empati. Empati adalah kemampuan sesorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Dengan empati seseorang berusaha melihat dan merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain. c. Perilaku Suportif. Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku suportif. Artinya, seseorang dalam mengahadapi suatu masalah tidak bersikap bertahan (defensive). Keterbukaan dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak suportif, yakni: deskriptif, spontanitas dan provisionalisme. Sebaliknya dalam perilaku defensive ditandai dengan sifat-sifat evaluasi, strategi dan kepastian. 1. Deskriptif. Suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap suportif dibandingkan dengan evaluative. Artinya, orang yang memiliki sifat ini lebih banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini, biasanya orang tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa dihargai. 2. Spontanitas. Orang yang spontan dalam komunikasi adalah orang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 seperti itu akan ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka dan terus terang. 3. Provisionalisme. Seseorang yang memiliki sifat ini adalah memiliki sikap berpikir, terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru. d. Perilaku positif. Komunikasi interpersonal akan efektif bila memiliki perilaku positif. Sikap positif dalam komunikasi interpersonal menunjuk paling tidak pada dua aspek, yaitu: 1. Komunikasi interpersonal akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap diri sendiri. 2. Mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi. e. Kesamaan. Kesamaan dalam komunikasi interpersonal ini mencakup dua hal, yaitu: 1. Kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Artinya, komunikasi interpersonal umumnya akan lebih efektif bila pra pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 2. Kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi, memberi pengertian bahwa dalam komunikasi interpersonal harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan. 2. Perspektif Pragmatis, meliputi sifat-sifat antara lain: a). Bersikap Yakin. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri. Dalam arti bahwa seseorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi orang lain dalam berbagai situasi komunikasi, orang yang mempunyai sifat semacam ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun nonverbal. b). Kebersamaan. Seseorang bisa meningkatkan efektifitas komunikasi interpersonal dengan orang lain bila ia bisa membawa rasa kebersamaan. Orang yang memiliki sifat ini, bila berkomunikasi dengan orang lain akan memperhatikannya dan merasakan kepentingan orang lain. c). Manajemen Interaksi. Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak, sehingga tidak seorangpun merasa diabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten. Dan biasanya, dalam berkomunikasi orang yang memiliki sifat semacam ini akan menggunakan pesan-pesan verbal dan nonverbal secara konsisten pula. d). Perilaku Ekpresif. Perilaku ekpresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 orang lain. Perilaku ekpresif ini hampir sama dengan keterbukaan, mengekpresikan tanggung jawab terhadap perasaan dan pikiran seseorang, terbuka pda orang lain dan memberikan umpan balik yang relevan. Orang yang berperilaku ekpresif akan menggunakan berbagai variasi pesan baik secara verbal maupun nonverbal, untuk menyampaikan keterlibatan dan perhatiannya pada apa yang sedang dibicarakan. e). Orientasi pada orang lain. Untuk mencapai efektifitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain. Artinya adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan orang lain selama berkomunikasi interpersonal. Tentunya, dalam hal ini seseorang harus mampu melihat perhatian dan kepentingan orang lain. Selain itu, orang yang memiliki sifat ini harus mampu merasakan situasi dan interkasi dari sudut pandang orang lain serta menghargai perbedaan orang lain dalam menjelaskan suatu hal. 2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Menurut Jalaludin Rahmat11 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal terdiri dari: 1. Persepsi interpersonal Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan), 11 Rahmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi. Edisi revisi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi. 2. Konsep diri Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah b. Merasa setara dengan orang lain c. Menerima pujian tanpa rasa malu d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu: a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguhsungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik. b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru. c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu. d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 3. Atraksi interpersonal Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita. Komunkasi interpersonal dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal: a. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif. b. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 4. Hubungan interpersonal Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Miller mengatakan dalam Explorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut”. 2.7. Kecakapan Yang Dibutuhkan Dalam Komunikasi Interpersonal Ada dua jenis kecakapan yang harus dimiliki seseorang agar dirinya mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan baik dan berhasil, yaitu kecakapan kognitif dan kecakapan behavioral. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 2.7.1. Kecakapan Kognitif Kecakapan kognitif merupakan kecakapan pada tingkat pemahaman mengenai bagaimana cara mencapai tujuan personal dan relasional dalam berkomunikasi. Menurut Hardjana12, kecakapan kognitif meliputi: a.Empati (empathy): kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain tanpa meinggalkan pandangannya sendiri. b.Perspektif social (social perspective): kecakapan melihat kemungkinankemungkinan perilaku yang berkomunikasi dengan dirinya. c.Kepekaan (sensitivity) terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam komunikasi interpersonal. d.Pengetahuan akan situasi pada waktu komunikasi sedang dilakukan. e.Memonitor diri (self-monitoring): kecakapan memonitor diri sendiri untuk menjaga ketepatan perilaku dan jeli dalam memperhatikan pengungkapan pihak yang berkomunikasi dengannya. 2.7.2. Kecakapan Behavioral Kecakapan behavioral merupakan kecakapan berkomunikasi pada tingkat tindakan, yang berfungsi dalam mengarahkan pelaku komunikasi untuk mencapai 12 Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta. Kanisius. Hal. 92-93 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 tujuan, baik personal maupun relasional. Kecakapan behavioral menurut Hardjana13 terdiri dari: a. Keterlibatan interaktif (interactive involment). Keterlibatan interaktif menentukan tingkat keikutsertaan dalam proses komunikasi. Kecakapan ini meliputi: 1. Sikap tanggap (responsiveness), 2. Sikap perseptif (perceptiveness), dan 3. Sikap penuh perhatian (attentiveness). b. Manajemen interaksi (interaction management): kecakapan yang berfungsi untuk membantu dalam mengambil tindakan-tindakan yang berguna demi tercapainya tujuan komunikasi. c. Keluwesan perilaku (behavioral flexibility): kecakapan yang berfungsi menentukan tindakan yang diambil demi tercapainya tujuan komunikasi. d. Mendengarkan (listening): kecapakan yang berfungsi untuk bias mendengarkan dan menyelami perasaan pihak lain. Dengan kecakapan mendengarkan seseorang dapat menjadi teman berbicara yang baik. e. Gaya sosial (social style): kecakapan yang mengarahkan pelaku komunikasi pada perilaku yang baik dan menarik sehingga menyenangkan pihak lain. f. Kecamasan komunikasi (communication anxiety): kecakapan yang dapat dipakai untuk mengatasi rasa takut, cemas, malu, gugup, dan sebagainya ketika berhadapan dengan lawan bicara. 13 Hardjana, Agus M. 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta. Kanisius. Hal.93-94 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 2.8. Kualitas Layanan 2.8.1. Kualitas Kualitas menurut Feigenbaum dalam Dorothea Wahyu Ariani, menyatakan kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakainya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.14 Pendapat lain mengatakan, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.15 Menurut Goetch Davis (1994) kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan 16. Dengan kualitas yang baik pada sebuah lembaga akan menjadikan nilai lebih dan pada akhirnya akan meningkatkan keputusan pengunjung pada museum bank mandiri. 2.8.2. Layanan Secara sederhana, istilah service atau layanan bisa diartikan sebagai ”melakukan sesuatu bagi orang lain”. Setidaknya ada tiga kata yang bisa mengacu pada padanan kata dalam bahasa indonesia yang pas untuk istilah service atau layanan, yaitu jasa, layanan, dan service. Sebagai jasa, layanan atau service 14 Ariani, Dorothea Wahyu. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Ghalia Indonesia. Jakarta. 15 Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Andi Ofset. Yogyakarta. Hal.164 16 Yamit, Zulian. 2013. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Jogjakarta. Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi, UII Yogyakarta. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 umumnya mencerminkan produk yang tidak berwujud fisik (intangible). Sebagai layanan, kegiatan yang menyiratkan segala sesuatu yang dilakukan pihak tertentu (individu maupun kelompok) kepada pihak lain (individu maupun kelompok). Salah satu contohnya adalah layanan pelanggan (customer service).17 Didalam memberikan layanan yang baik kepada pelanggan, terdapat lima kriteria penentu kualitas layanan seperti yang diungkapkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Beri (1988), dalam buku Tjiptono & Chandra (2011) menyatakan bahwa terdapat lima dimensi utama pada kualitas layanan18, yaitu : 1. Tangibles (Bukti fisik) Berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan / perlengkapan, sumber daya manusia dan materi komunikasi perusahaan. 2. Reliability (Keandalan) Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang disajikan secara akurat. 3. Assurance (Jaminan) Berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya dan keyakinan pelanggan. 17 Tjiptono, Fandy. 2008. Service Management Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta. Andi Offset. Hal.93 18 Tjiptono, Fandy. 2008. Service Management Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta. Andi offset. Hal. 95 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 4. Empathy (Empati) Berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Responsiveness (Daya Tanggap) Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera. Pelaksanaan pekerjaan pada bidang pelayanan umum, misalnya pada penguasaan keterampilan dalam menghadapi pengunjung atau konsumen serta memberikan pelayanan secara professional mengharuskan tenaga kerja yang bersangkutan memiliki kemampuan pelayanan terbaik. Kemampuan melayani dari tenaga yang bersangkutan didasarkan pada perilaku dan motivasi seseorang dalam kaitannya dengan pembelajaran dan penguasaan soft skill. Penguasaan keterampilan melayani ini menjadi dasar bagi seseorang untuk dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan ekspektasi. Motivasi yang baik akan melengkapi tenaga kerja yang bersangkutan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya19. Kualitas layanan yang diterima konsumen dinyatakan besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen dengan tingkat persepsi mereka. Kualitas sendiri adalah tingkat mutu yang diharapkan, dan pengendalian keragaman dalam 19 Kirom, Bahrul. 2010. Mengukur Kinerja Pelayanan dan Kepuasan Konsumen. Bandung. Pustaka Reka Cipta. Hal.1-2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 mencapai mutu tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk dapat meberikan kualitas layanan terbaik maka perlu dibina hubungan erat antar perusahaan, dalam hal ini adalah karyawan dengan pemakai jasa tersebut. Dengan demikian kualitas merupakan jaminan terbaik atas kesetiaan pelanggan, pertahanan terkuat dalam menghadapi persaingan asing, dan jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng20. Penerapan dalam penelitian ini, karena berkaitan dengan museum sebagai pelaku kegiatan pelayanan publik maka dalam penelitian ini pengunjung atau wisatawan adalah konsumen. Pelayanan pengunjung dapat diberikan oleh hampir semua pihak yang ada di museum. Namun, pemandu wisata museum digunakan secara khusus untuk melayani pengunjung atau wisatawan baik asing maupun lokal. Tugas pemandu wisata tidaklah ringan karena melayani pengunjung atau wisatawan bukanlah pekerjaan mudah. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan penuh kemampuan, kecekatan, dan kesabaran. Oleh karena itu, sebelum menjadi pemandu wisata perlu diberikan pelatihan khusus untuk bekal sebelum menjalankan tugasnya. Secara umum penertian pemandu wisata adalah seseorang yang memberikan penerangan, penjelasan, serta petunjuk kepada wisatawan (tourist) dan traveller lainnya, tentang segala sesuatu yang hendak dilihat, disaksikan oleh wisatawan yang bersangkutan, bilamana mereka berkunjung kepada suatu objek, tempat atau daerah tertentu21. 20 Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran, Pendekatan Praktis. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hal.88 21 Udoyono, Bambang. 2008. Sukses Menjadi Pramuwisata Profesional. Jakarta. Kesaint Balnc. Hal.1-2 http://digilib.mercubuana.ac.id/