STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM
MENSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS GAFATAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
Ridho Falah Adli
NIM: 1112051000143
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H /2016 M
STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM
MENSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS GAFATAR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
Ridho Falah Adli
NIⅣ I:1112051000143
JURUSAN KOⅣ IUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAⅣ I
FAKULTAS ILⅣIU DAKWAⅡ DAN ILⅣIU KOⅣ IUNIICASI
UNIVERSITAS ISLAⅣ I NEGRISYARIF HIDAYATULLAⅡ
JAKARTA
1437111/2016Ⅳ I
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi
judul STRATEGI KOMUNIICASI MAJELIS
ULAMA
TNDONESIA DALAM MBNSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS
Dakwah
GAFATAR sudah diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas llmu
Jakarta pada
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
satu syarat
tanggal 26 Agustus 2016. Skripsi ini sudah diterima sebagai salah
dan
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi
Penyiaran Islam.
Jakarta, 26 Agustus 20 1 6
Sidang MunaqasYah
Sekretaris Sidang
NIP:19580910
Fita'Fathurokhrirah. M.Si
NIP:19830610 200912 2 001
1
Penguji
Penguji
I
II
/1414
Ade Rina Farida. M.Si
NIF: 19770513 200701 2 018
Kikv Rizkv. M.Si
NIP: 19730321 200801
1 002
199403
I
001
LE■71BAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata
Negeri Syarif Hidayatullah
2.
J
I (S1) di Universitas Islam
akarta
Sernua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi
cantumkan .sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ini telah
saya
di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku
di
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2016
Ridho Falall Adli
ABSTRAK
Ridho Falah Adli
Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan
Fatwa Sesat Ormas Gafatar
Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan
mengenai organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Ormas
tersebut mengatas namakan Islam tetapi tidak menjalankan kewajiban yang
dilakukan oleh umat Islam pada umumnya. Serta mereka mempercayai bahwa ada
Nabi terakhir selain Nabi Muhammad Saw yaitu Ahmad Musadeq. Ia juga selaku
ketua dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah sehingga Gafatar dianggap sebagai
metamorfosis dari ajaran itu. Atas pernyataan inilah Majelis Ulama Indonesia
(MUI) merumuskan untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat
dan menyesatkan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi MUI dalam
mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada
masyarakat Indonesia? Dan apa faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI
dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Hafied
Cangara bahwa strategi komunikasi meliputi lima tahap yaitu: penelitian,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Onong Uchjana Effendy
mengatakan bahwa stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam ilmu menejemen, strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
perumusan, implementasi dan evaluasi. Ketiga tahapan ini memiliki kesamaan
makna dengan lima tahapan yang dijabarkan oleh Hafied Cangara.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
kualitatif. Yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata, gambar dan buku-buku. Paradigma penelitian yang digunakan ialah
paradigma konstruktivis yang berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah
bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam
kelompok, masyarakat dan budaya.
Hasil penelitian ini menampilkan bahwa MUI diwakilkan oleh Komisi
Dakwah dan Pengembangan Masyarakat dalam mensosialisasikan fatwanya
dengan berdasarkan lima tahapan. Pertama, tahap penelitian dimana MUI terjun
langsung ke lapangan untuk mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya terkait
ajaran Gafatar. Kedua, tahap perumusan, MUI melakukan perumusan strategi
berdasarkan unsur-unsur komunikasi meliputi komunikator, pesan, media,
komunikan dan efek yang ingin diperoleh. Ketiga, tahap pelaksanaan,
menjalankan strategi yang sudah dirumuskan seperti RAKORNAS dan
mengadakan pelatihan. Terakhir evaluasi dan pelaporan. Pelaporan dilakukan saat
diadakan rapat kepada Ketua MUI. Lalu menjabarkan faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat proses sosialisasi, serta memberikan solusi untuk
MUI kedepannya.
Kata kunci: Strategi, Komunikasi, MUI, Gafatar, Sesat
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi
Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas
Gafatar”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah bagi junjungan besar Nabi
Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia kepada jalan kebenaran.
Adapun skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna memenuhi
salah satu persyaratan yang telah ditentukan dalam menempuh program studi
Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam hal ini, penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mampu
terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan,
nasihat, serta motivasi baik secara moral maupun material. Oleh karenanya,
penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Drs. Masran, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Fita Fathurokhmah SS, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Drs. S. Hamdani, MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya guna memberikan bimbingan, arahan serta inspirasi yang amat
berharga bagi penulis.
ii
5. Dr. Gun Gun Heryanto M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
membantu mengarahkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti seluruh kegiatan
akademik.
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama dalam masa perkuliahan.
7. Segenap Pimpinan serta Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani penulis dalam
menggunakan buku-buku serta literatur yang penulis butuhkan selama
penyusunan skripsi ini.
8. Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA, selaku narasumber dan perwakilan dari Komisi
Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia, terima
kasih atas bantuannya hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan dan Alm. Ferdina Hafni
serta Hj. Suparmi, yang selalu mendoakan, menjadi inspirasi serta
memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakak saya Eka Satria Budidharma, Dwi Satyawan, Tri Satyaries Rudyanto,
Chatur Savitry Rachmawati, Pancha A. S, Sendi Yasa Rahmanu beserta
seluruh anggota keluarganya yang selalu memberikan nasihat serta motivasi
kepada penulis.
11. Kepada keluarga besar Abdul Razak meliputi Pakde Agus, Tante Tia, Tante
Nova, Om Yandhi beserta seluruh anggota keluarganya yang selalu
mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.
iii
12. Jonas Niko Nugroho dan Giovanni Funck sahabat sepanjang masa yang selalu
ada disaat suka maupun duka.
13. Akbar Ramadhan, Fahmi Syamsi, Trisaka Oktarian, Dityan Zahra Pranisa,
Annisah Bilqis, Arif Faturrahman, Achmad Faisal Riwanto sahabat
perkuliahan, yang selalu memberikan masukan serta kecerian.
14. Tim futsal selasa sore, Agung Aditya, Ahmad Fikri, Arif Syahrizal, Taufik
Abdullah, Ridho Andriansyah, Ferdy Rizki, Hidayatul Munir, Indra
Ramadhan, Asep Hermawan tetaplah berlatih untuk mencari keceriaan dalam
setiap permainan.
15. Kawan senasib sejak semester awal KPI E, Milki Amirussaleh, Hilman
Zulfahmi, M. Aidilah, Syifa, Fitri, Thabitha, Mudillah, Sarah, Aisyah, Nupus,
Dewi, Mia, Apik, Nenden, Novi, Nirma Ega yang selalu berbagi kesulitan
maupun kebahagiaan.
16. Keluarga Besar KPI angkatan 2012 serta kakak-kakak senior dan adik-adik
junior yang sudah memberikan inspirasi kepada peneliti.
17. Keluarga besar KKN Semarak 2015 serta Keluarga besar Desa Cibetok
semoga tali silaturahmi tetap tersambung diantara kita.
18. Keluarga besar Komunitas Jurnaslis TV, Asa Trifabasi, Riztira Syahrizal,
Reksa Dwi Putra, Ervan Tonedi, Sandra, Intan, Rofi, Elsa, April, Aldi, Naufal,
Oji, Dita, Eriana, Humairah, Adit, Kindi, Amira, Aulia, Ifa, surya, badru,
bayu, Aisyah, Baiti, Putri, Mardiyah, Arya dan semuanya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang menjadi tempat untuk belajar, sharing, liputan
dengan keterbatasan alat yang kita punya tetapi tidak mengendurkan semangat
kita untuk membuat tontonan yang baik untuk bangsa Indonesia. Intinya cape
sekarang bahagia nanti.
iv
19. Orang-orang yang telah memberikan dukungan dan membaca skripsi ini yang
mohon maaf belum dapat saya cantumkan namanya.
Penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi
para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis mohon
maaf jika terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini.
Jakarta, 4 Agustus 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................. 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................ 8
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan.............................................................. 15
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Strategi Komunikasi ................................................................ 16
1. Pengertian Strategi ............................................................ 16
2. Pengertian Strategi Komunikasi........................................ 17
3. Tahapan Strategi Komunikasi ........................................... 18
4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi ............................. 21
5. Fungsi Strategi Komunikasi .............................................. 23
B. Komunikasi ............................................................................. 24
1. Pengertian Komunikasi ..................................................... 24
2. Unsur-unsur Komunikasi .................................................. 25
3. Media Komunikasi ............................................................ 27
C. Sosialisasi ................................................................................ 29
Pengertian Sosialisasi ........................................................ 29
D. Fatwa Sesat Ormas Gafatar .................................................... 31
1. Pengertian Fatwa ............................................................... 31
2. Pengertian Sesat ............................................................... 33
3. Pengertian Ormas Gafatar ................................................. 35
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA
A. Sejarah Singkat Majelis Ulama Indonesia .............................. 40
B. Visi dan Misi Majelis Ulama Indonesia ................................. 43
C. Struktur Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia .................. 43
D. Proses Pembuatan Fatwa di Majelis Ulama Indonesia ........... 46
E. Majelis Ulama Indonesia Menghadapi Ormas Gafatar .......... 48
F. Fatwa MUI Tentang Gafatar ................................................. 51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat
Ormas Gafatar ......................................................................... 61
1. Penelitian ........................................................................... 63
2. Perencanaan....................................................................... 65
3. Pelaksanaan ....................................................................... 69
4. Evaluasi ............................................................................. 71
vi
5. Pelaporan ........................................................................... 72
B. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi MUI dalam
Mensosialisasikan Fatwa Sesat Dan Menyesatkan Ormas
Gafatar ..................................................................................... 73
1. Pendukung ......................................................................... 73
2. Penghambat ....................................................................... 75
3. Solusi ................................................................................. 76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 78
B. Saran-saran .............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83
LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan
mengenai organisasi masyarakat (Ormas) yang mengatasnamakan Islam tetapi
tidak menjalankan kewajiban-kewajiban seperti yang dilakukan oleh umat Islam
pada umumnya. Ormas itu adalah Gerakan Fajar Nusantara atau biasa disebut
Gafatar. Ormas Gafatar disebut keluar dari paham agama Islam karena mereka
yang menganut paham Gafatar percaya, bahwa ada Nabi terakhir selain Nabi
Muhammad Saw. Atas fakta inilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan
untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat dan menyesatkan.
Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun
para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak
dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.
Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugastugas para Nabi (Warasatul Anbiya).1 Maka, mereka terpanggil untuk berperan
aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI.
Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat
berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan
moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan
dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat
1
Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profilmui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.
1
2
serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.2
Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam
pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi
politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber
pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Akibatnya umat Islam dapat terjebak
dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan. 3 Oleh karena itu
kehadiran MUI, sangat dibutuhkan sebagai sebuah organisasi yang dapat
memimpin umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan
silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat
Islam di Indonesia.
Dilihat dari fungsinya Majelis Ulama Indonesia memiliki lima fungsi
utama, yaitu:
1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)
2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)
3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)
4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid
5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar4
Pada tanggal 3 Februari 2016, Majelis Ulama Indonesia mengadakan jumpa
pers yang bertujuan untuk merilis fatwa bahwa organisasi masyarakat Gerakan
Fajar Nusantara (Gafatar) beraliran sesat dan menyesatkan. Seperti yang dikutip
2
Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profilmui.html Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.
3
Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profilmui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.
4
Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profilmui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:30 WIB.
3
dari media online Kompas.com ketua umum MUI, Ma'ruf Amin di kantor MUI
pusat, Jakarta, mengatakan, bahwa menurut kajian MUI, aliran Gafatar adalah
sesat dan menyesatkan. Mereka ialah metamorfosis dari aliran al-Qiyadah alIslamiyah yang telah difatwa sesat oleh MUI pada 2007. Mereka mempraktikkan
keyakinan Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan
Yahudi5
Dalam penyampaian fatwa MUI itu, Ma'ruf Amin didampingi Ketua
Bidang Fatwa MUI Huzaemah T. Yango, Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin
AF, dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam.
Fatwa tersebut disampaikan setelah MUI melakukan kajian lapangan di
sejumlah lokasi, meneliti sejumlah fatwa tentang Gafatar dari MUI di daerah,
melakukan pertemuan dengan anggota Gafatar, hingga berdiskusi dengan aparat
keamanan dan pemerintah. Dari hasil kajian itu, Gafatar terbukti merupakan
kelanjutan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Para penganut menganggap
Ahmad Musadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi
Muhammad Saw. Gafatar, kata Huzaemah, tidak menganjurkan pengikutnya
untuk menjalankan ajaran agama Islam, misalnya salat lima waktu, puasa di bulan
Ramadhan, dan melakukan ibadah haji.6
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Gafatar menganut
pemahaman yang salah dalam beragama. Mereka berpandangan bahwa ketiga
agama besar, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi dapat digabungkan menjadi satu
5
Muhammad
Ikhsan
Mahar,
MUI
Gafatar
Adalah
Aliran
Sesat,
http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-Aliran-Sesat. Diakses pada 5
Februari 2016, pukul 20:15 WIB.
6
Muhammad
Ikhsan
Mahar,
MUI
Gafatar
Adalah
Aliran
Sesat,
http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-Aliran-Sesat. Diakses pada 5
Februari 2016, pukul 20:15 WIB.
4
pemahaman. Alhasil, para pengikutnya tidak dianjurkan untuk menjalankan ajaran
agama Islam, seperti salat lima waktu, puasa dan melakukan ibadah haji.
Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap Ahmad Musadeq sebagai guru
spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Ahmad Musadeq
merupakan pimpinan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang telah di fatwa
sebagai aliran sesat oleh MUI pada tahun 2007.
Namun sebagai bahan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia dalam
mengeluarkan fatwa tersebut, mereka sudah mengundang organisasi Gafatar untuk
mengklarifikasi tuduhan-tuduhan tersebut. Dikutip dari BBC.com Hasanuddin AF
selaku Ketua Komisi Fatwa MUI mengatakan, bahwa MUI telah mengundang
perwakilan dari Gafatar tetapi tidak datang, jadi pertemuan berlangsung dengan
Jaksa Agung saja terkait klarifikasi mengenai organisasi Gafatar ini.
Menurut
Hasanuddin,
para
tokoh
eks-Gafatar
diminta
untuk
mengklarifikasi kebenaran ajaran mereka terkait al-Qiyada al-Islamiyah, dan
tokoh mereka adalah Ahmad Musadeq, dan terkait tindakan mencampuradukkan
ajaran agama. Fatwa keluar setelah melalui proses pengkajian di MUI, kemudian
dilaporkan ke komisi fatwa, dan setelah komisi fatwa menggelar rapat pleno,
akhirnya keluar fatwa sesat. 7
Ketika ditanya soal Gafatar yang sudah menyatakan keluar dari Islam
sehingga MUI tidak berhak mengeluarkan fatwa soal mereka, Hasanuddin
mengatakan bahwa dari dokumen-dokumen yang ditemukan mereka masih
tercangkup dalam lingkup Islam karena mengakui al Quran sebagai dasar
pijakannya. Al Quran merupakan sumber dari ajaran agama Islam, kecuali mereka
7
Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:30 WIB.
5
tidak mengakui al Quran sebagai dasar ajaran mereka baru MUI tidak berhak
mengeluarkan fatwa sesat.8
Pengikut aliran Gafatar dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
“Pengikut yang meyakini ajaran aliran tersebut seperti mengakui
Ahmad Musadeq sebagai nabi setelah nabi Muhammad, menolak adanya
surga dan neraka dan/atau mengingkari kewajiban shalat lima waktu,
puasa ramadhan dan haji maka dikategorikan murtad dari agama Islam.
Selain itu, ada pengikut yang hanya mengikuti kegiatan sosial tetapi tidak
meyakini ajaran agama dan diharapkan bertobat dan kembali kepada
ajaran Islam.”9
Kasus Gafatar ini sangatlah berbahaya dan dapat mengancam keberadaan
Republik Indonesia karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara
Karunia Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Kalimantan.
Selanjutnya, semua anggota Gafatar harus hijrah ke Kalimantan untuk
memperkuat diri supaya bisa sampai pada tahapan siap khital atau siap perang.
Maksudnya, mereka nanti siap berhadapan dengan pemerintah maupun dengan
komponen manapun.10 Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti ingin mengetahui
bagaimana
strategi
komunikasi
yang
dilakukan
oleh
MUI
dalam
mensosialisasikan fatwa-fatwanya kepada khalayak?
Strategi komunikasi menjelaskan “tahapan kongkret dalam rangkaian
aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian
tujuan komunikasi.“11 Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa “strategi
komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen
8
Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:30 WIB.
9
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar
Nusantara (GAFATAR), h. 7
10
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
11
Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2011) h. 240
6
komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”12 Hafied Cangara
menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima tahapan, yaitu:
penelitian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.13
Strategi komunikasi MUI sangat diperlukan dalam mensosialisasikan
fatwa-fatwanya agar masyarakat dapat mengetahui bahwa banyak aliran-aliran
sesat yang bermunculan di Indonesia. Sehingga, diharapkan masyarakat lebih teliti
lagi dalam bergaul dan membaca fenomena di lingkungannya, terutama kepada
ormas-ormas yang menganut paham menyimpang seperti Gafatar.
Gafatar merupakan metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiah yang
telah difatwa sesat oleh MUI pada tahun 2007 karena mereka menganut paham
Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi.
Bahwa sesungguhnya agama tidak bisa di campur-campur karena memiliki kitab
dan aturannya masing-masing. Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap
Ahmad Mussadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi
Muhammad Saw. Pernyataan ini sudah keluar dari ajaran Islam yang
sesungguhnya karena sebagai umat Islam wajib meyakini bahwa Nabi
Muhammad Saw merupakan nabi terakhir yang Allah SWT turunkan ke bumi dan
tiada lagi nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Pernyataan ini terkandung dalam
Surat Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran
Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Ini berarti pada tahun 2007 MUI memiliki kekurangan dalam
mensosialisasikan fatwa sesat kepada al-Qiyadah al-Islamiah, sehingga mereka
masih bisa menyebarkan pahamnya dengan hanya berganti nama menjadi Gafatar
12
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2005) h. 32
13
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2013) h. 72-73
7
dan mampu mengumpulkan massa sebanyak yang ditampung di Kalimantan
Barat.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik ingin meneliti masalah
ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Majelis
Ulama Indonesia dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar”.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian tidak terlalu meluas dan terarah, maka penelitian dibatasi
hanya pada pengurus Majelis Ulama Indonesia periode 2015-2020 yang
berkaitan dengan sosialisasi fatwa sesat dan menyesatkan Omas Gafatar. Data
diperoleh dari kantor Majelis Ulama Indonesia Pusat di Jakarta, yaitu dari
Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat
dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia?
b. Apa
faktor
pendukung,
penghambat
dan
solusi
MUI
dalam
mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada
masyarakat Indonesia?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan
fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat
Indonesia.
8
b. Untuk mengetahui faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI
dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar
kepada masyarakat Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapakan bisa menjadi referensi bahan keilmuan
dibidang strategi komunikasi dan informasi khususnya sosialisasi dibidang
fatwa bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan masukan
bagi Majelis Ulama Indonesia dalam memperbaiki strategi komunikasinya
dalam mensosialisasikan fatwa-fatwa yang baru kepada masyarakat
Indonesia. Karena aliran-aliran sesat dengan mengatas namakan ajaran
Islam akan merusak aqidah dan akhlak umat yang memiliki iman yang
lemah. Jika sosialisasi dari MUI berjalan dengan baik maka Insya Allah,
aliran-aliran sesat dan menyesatkan tidak dapat hidup lagi di Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu metode
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan
buku-buku. Laporan penelitian akan bersifat kutipan-kutipan atau untuk
9
memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berdasarkan dari
naskah wawancara, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.14
Maka, dalam penelitian ini peneliti ingnin mendapatkan data yang
sangat akurat dan lengkap dengan terjun langsung ke lapangan. Yaitu kepada
pihak Majelis Ulama Indonesia untuk dimintai keterangan terkait dengan
strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar
kepada masyarakat. Kemudian setelah data-data itu diperoleh, data tersebut
dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk deskriptif yang menggambarkan
sebagaimana kondisi sebenarnya.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada
paradigma konstruktivis. Littlejohn mengatakan bahwa teori-teori aliran
konstruktivis ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan
yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok,
masyarakat dan budaya.”15
Jadi, peneliti memilih paradigma konstruktivis untuk mengetahui
bagaimana Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas di masyarakat, agar
tujuan dari strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat
ormas Gafatar dapat tercapai.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Majelis Ulama Indonesia bagian
Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, yaitu Drs. H. Ahmad
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2000) h. 3
15
h.165
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Wacana Media 2013)
10
Zubaidi, MA. sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat. Sedangkan objek penelitian ini adalah strategi komunikasi MUI
dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar.
4. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan 3 teknik pengumpulan data
berdasarkan pendekatan kualitatif, yaitu:
1) Observasi
Observasi adalah “metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan.”16 Dalam penelitian ini observasi dengan cara membaca
dan mengamati isi pesan dan makna yang terkandung dalam
pemberitaan di media online dan televisi terkait fatwa sesat kepada
ormas Gafatar yang dikeluarkan oleh MUI.
2) Wawancara
Wawancara adalah “suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu; ini merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Pihak pertama
berfungsi sebagai penanya (interviewer), sedangkan pihak kedua
berfungsi sebagai pemberi informasi (information supplyer).”17
Wawancara dilakukan kepada pihak yang mewakili MUI dalam
mensosialisasikan fatwanya yaitu Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA.
16
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) h. 115.
17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, (Jakarta:PT Bumi
Aksara, 2013) h. 161
11
sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat.
3) Dokumentasi dan Literatur
Menurut Bungin bahan dokumen itu berbeda secara gradual
dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang
diterbitkan, sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan
atau
didokumentasikan
sebagai
bahan
dokumenter.
Bahan
dokumentasi meliputi otobiografi, surat pribadi catatan harian
memorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, foto, tape,
microfilm, disc, CD, data di server atau flashdisk, data yang tersimpan
di website dan lainnya.18
Dokumen meliputi data yang diperoleh dari Majelis Ulama
Indonesia yaitu buku yang membahas khusus fatwa sesat Gafatar dan
Fatwa Nomer 6 Tahun 2016 Tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara,
sedangkan literatur merupakan berita di media online dan televisi
terkait MUI yang mengeluarkan fatwa sesat kepada ormas Gafatar.
b. Pengolahan Data
Langkah selanjutnya adalah mengolah hasil temuan atau data,
melalui proses meninjau kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul.
Data yang diperoleh yaitu dari observasi, wawancara, serta dokumentasi
seperti arsip-arsip Majelis Ulama Indonesia dan artikel berita. Data yang
diperoleh akan dideskripsikan secara kongkret dengan didukung oleh
beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.
18
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, h. 178
12
c. Analisis Data
Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa analisis data adalah “proses
pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatancatatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan
menyajikan apa yang ditemukan.”19
Data yang sudah terkumpul diolah menggunakan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi adalah teknik yang menggabungkan ketiga hasil
sementara dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian temuan
ditafsirkan dengan menggunakan paradigma konstruktivis yaitu bagaimana
Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas terkait pembentukan fatwa
sesat kepada Gafatar untuk disosialisasikan kepada khalayak. Tahap
selanjutnya adalah data tersebut disusun secara sistematis, kemudian
diklasifikasikan untuk dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
d. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karangan Hamid Nasuhi,dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumber primer berupa
buku-buku yaitu:
1. Buku karya H. Hafied Cangara dengan judul “Perencanaan dan Strategi
19
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, h. 210
13
Komunikasi”.
2. Buku karya Alo Liliweri dengan judul “Komunikasi : Serba Ada Serba
Makna”.
3. Buku karya Onong Ucjana Effendy dengan judul “Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek”.
Penulis juga menggunakan skripsi terdahulu sebagai acuan:
1. Skripsi karya Anggelia Afriani mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang berjudul “Strategi
Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Pekanbaru Dalam Mengatisipasi
Berkembangnya Aliran-Aliran Sesat.” Pada skripsi ini terdapat kesamaan
konsep dan metodologi yang dipilih. Disini Anggelia menggunakan konsep
strategi MUI Kota Pekanbaru dalam mengatisipasi aliran sesat. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran dan strategi Majelis
Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya
aliran-aliran sesat dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran dan
strategi Majelis Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi
berkembangnya aliran sesat. Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif
kualitatif yang mengambarkan tentang peran dan strategi Majelis Ulama
Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya aliran-aliran
sesat. Perbedaan dengan skripsi penulis adalah dari objek penelitiannya.
Penulis fokus pada perencanaan dan strategi komunikasi MUI dalam
mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan ormas gafatar.
2. Skripsi karya Indra Gunawan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
14
Jakarta dengan judul “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam
Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam Indonesia.”
Skripsi ini memiliki kesamaan subjek dan konsep. Subjeknya adalah Majelis
Ulama Indonesia pusat bagian komisi fatwa. Konsep yang digunakan
cenderung sama yaitu strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan
fatwa. Dimana konsep tersebut menyinggung tahapan dalam proses strategi
yaitu Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Tetapi
terdapat perbedaan pada objek penelitiannya. Indra meneliti tentang fatwa
haram korupsi sedangkan penulis tentang fatwa sesat ormas Gafatar.
3. Skripsi karya Muflih Shoepul Ridwan, mahasiswa Jurusan Manajemen
Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul “Strategi Sosialisasi Fatwa Haram
Perkawinan Beda Agama MUI Kota Bogor.” Dalam skripsi ini memiliki
kesamaan konsep yaitu strategi Sosialisasi, dimana Muflih menemukan data
mengenai strategi sosialisasi fatwa haram perkawinan beda agama yang
dilakukan MUI Kota Bogor. Konsep strateginya pun sama meliputi
Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Namun yang
membedakan adalah subjek dan objeknya, Muflih meneliti tentang MUI Kota
Bogor dengan objeknya fatwa haram perkawinan beda agama, sedangkan
penulis tentang fatwa sesat dan menyesatkan ormas Gafatar di MUI Pusat.
Dari ketiga tinjauan pustaka diatas, peneliti merasa yakin akan orisinalitas
judul yang penulis ambil, bahwa penelitian ini bukan lah hasil plagiat dari
penelitian-penelitian terdahulu.
15
F. Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan
Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, batasan masalah
dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan sistematika penulisan.
BAB II
Landasan Teoretis
Pada bab ini membahas tentang pengertian dari strategi, komunikasi,
strategi komunikasi, sosialisasi, fatwa sesat dan Ormas Gafatar.
BAB III
Gambaran Umum Majelis Ulama Indonesia
Bab ini berisi profil Majelis Ulama Indonesia, Profil itu sendiri terdiri
atas sejarah singkat Kementerian Agama, Visi dan Misi, struktur
Majelis Ulama Indonesia, proses pembuatan fatwa dan Majelis Ulama
Indonesia menghadapi ormas Gafatar.
BAB IV
Temuan dan Analisis Data
Bab ini berisi temuan dan analisis strategi komunikasi MUI dalam
mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar kepada khalayak yang
meliputi penelitian, perumusan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.
Serta faktor pendukung, penghambat dan solusinya.
BAB V
Penutup
Bab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dan
saran penulis.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang
artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Jadi, strategi adalah
konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jendral (The Art of
General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan.1
Penggunaan kata stretegi memang awalnya identik digunakan oleh militer
untuk meraih tujuan dalam sebuah peperangan.
Definisi strategi juga diperkuat oleh Marthin-Anderson yang mengatakan
bahwa
“Strategi
adalah
seni
di
mana
melibatkan
kemampuan
intelegensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam
mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan
efisien.”2
Dari definisi di atas barulah kata strategi mengalami perluasan makna,
yang awalnya strategi hanya digunakan pada lingkungan militer sekarang
bidang keilmuan lain juga dapat mengaplikasikan konsep strategi. Banyak
pakar strategi yang lahir dari bidang selain militer, seperti: Hendry Kissinger
pakar strategi yang berlatar belakang sejarah atau Thomas Schelling pakar
strategi yang berlatar belakang ilmu ekonomi. Ini membuktikan bahwa seiring
perkembangan zaman ahli strategi lahir dari berbagai macam bidang kelimuan.
1
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2013) h. 61
2
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61
16
17
2. Pengertian Strategi Komunikasi
Alo Liliweri mengatakan bahwa strategi komunikasi adalah “strategi
yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan suatu visi
komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.”3
Rogers memberi batasan pengertian strategi komunikasi “sebagai suatu
rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala
yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru.”4
Jadi, strategi komunikasi adalah sebuah rancangan atau rumusan yang
dibuat untuk mengartikulasikan, menjelaskan, mempromosikan, dan mengubah
tingkah laku manusia melalui transfer ide-ide baru. Dengan kata lain strategi
komunikasi bertujuan untuk mengubah tingkah laku manusia yang awalnya
tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak setuju menjadi setuju, dan begitu
pula sebaliknya.
Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa “stategi komunikasi
merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan manajemen
komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”5 Dengan kata lain
dalam tahapan strategi komunikasi akan berhubungan dengan tahapan
perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi.
Selanjutnya ditambahkan lagi dengan pernyataan dari Middleton bahwa
“strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen
komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai
pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang
3
Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2011) h. 240
4
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61
5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek h. 32
18
optimal.”6 Sedangkan menurut Hafied Cangara strategi Komunikasi meliputi
lima tahap, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan
Pelaporan.7
3. Tahapan Strategi Komunikasi
Seperti yang telah dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa
“stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan
menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”, maka
tahapan yang digunakan adalah perpaduan dari model tahapan perencanaan
komunikasi dan tahapan manajemen untuk dapat digunakan dalam penelitian
ini. Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi
Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima
tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Strategi Manajemen” mengatakan,
bahwa “proses strategi manajemen pada dasarnya meliputi tiga langkah utama,
yaitu: perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.”8
Terdapat tiga tahap yang memiliki kesamaan makna dari kedua tahpan
tersebut, dengan demikian tahapan strategi komunikasi terdiri dari lima tahap,
yaitu:
a. Penelitian
Sebuah organisasi atau lembaga memerlukan tenaga spesialis yang
berfungsi untuk menangani masalah-masalah komunikasi seperti keperluan
6
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72-73
8
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang:
Bayumedia Publishing, 2005) h. 4
7
19
pencitraan pemasaran atau kegiatan kerja sama dengan pemangku
kepentingan lainnya. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematik
yang dihadapi suatu lembaga. Problematik bisa dalam bentuk wabah penyakit
yang akan menyerang anggota masyarakat, kerugian perusahaan, ketidak
percayaan terhadap organisasi dan lain sebagainya.9
Tahapan ini juga merupakan tahap penemuan fakta. Tahap penelitian
ini digunakan untuk mengetahui bagaimana opini publik terhadap suatu
permasalahan yang terjadi di sekitar organisasi atau lembaga tersebut. Hasil
dari penelitian tersebut menjadi bahan perumusan untuk strategi komunikasi
yang akan diterapkan oleh organisasi atau lembaga dalam mencapai
tujuannya.
b. Perencanaan
Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan
langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan
strategis, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.10 Dengan
demikian, dalam tahap perumusan diperlukan strategi tentang pemilihan atau
penentuan sumber (komunikator), pesan, media, sasaran (segmen), dan efek
yang diharapkan.11 Sumber atau komunikator disini adalah individu atau
lembaga yang bersifat sebagai pemberi pesan yang berupa informasi atau
penyuluhan. Selanjutnya media adalah perantara yang digunakan oleh sumber
untuk menyampaikan pesannya kepada sasaran yang ingin dituju, yaitu
komunikannya. Sasaran dari tahap perumusan bisa berupa masyarakat luas
9
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 5
11
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72
10
20
atau kelompok tertentu, dengan tujuan memperoleh efek yang diharapkan.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka implementasi
rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dalam sebuah
lembaga berarti pengorganisasian seluruh divisi-divisi di perusahaan tersebut
untuk menjalankan rumusan yang telah disepakati. Tahap pelaksanaan bisa
dilakukan dalam bentuk tayangan di televisi, wawancara di radio,
pemasangan iklan di surat kabar, pemasanagan baliho atau spanduk di
jalanan, dan pemberangkatan tim penyuluhan untuk bertatap muka dengan
komunitas di lokasi yang menjadi target sasaran.12 Inti dari tahap pelaksanaan
hanya satu, yaitu untuk menyebarkan informasi kepada seluruh target sasaran
yang telah ditetapkan dalam rumusan.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari strategi yang
telah dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang
diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk digunakan
sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan dari strateginya
tercapai, apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan
tindakan apa yang dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti
informasi yang disampaikan. Tahap evaluasi sangat penting untuk dilakukan
karena bila strategi itu berjalan dengan baik maka strategi itu bisa dipakai
pada masalah-masalah berikutnya, tetapi bila ada kekurangan bisa diperbaiki
untuk pembelajaran kedepannya.
12
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73
21
e. Pelaporan
Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi
yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada
pimpinan kegiatan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Jika dari laporan
diperoleh hasil positif, maka bisa dijadikan sebagai landasan untuk program
selanjutnya. Tapi jika dalam laporan itu ditemukan hal-hal yang kurang
sempurna, maka temuan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk merevisi atau memodifikasi program yang akan dilakukan.13
4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi
Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek
mengatakan
memperhatikan
dalam
mengaplikasikan
komponen-komponen
strategi
komunikasi
dan
perlu
untuk
faktor-faktor
pendukung dan penghambat dari setiap komponen tersebut. Hal itu meliputi
mengenali sasaran komunikasi, pemilihan media komunikasi, pengkajian
tujuan pesan komunikasi dan peranan komunikator dalam komunikasi, berikut
penjelasannya:
a. Mengenali Sasaran Komunikasi
Sebelum kita melakukan komunikasi kita perlu mempelajari siapa
sasaran dari komunikasi itu agar tujuannya dapat tercapai. Apakah tujuannya
hanya sekedar memberikan informasi kepada komunikan atau agar
komunikan melakukan tindakan tertentu. Dalam mengenali sasaran
komunikan perlu memperhatikan dua faktor ini:
13
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73
22
Pertama, kerangka refrensi, yaitu hasil dari paduan pengalaman,
pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan
sebagainya.14 Kedua, faktor situasi dan kondisi, maksudnya adalah situasi
komunikasi saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan, bila
terjadi banyak gangguan maka tujuan dari pesan yang akan disampaikan akan
sulit untuk dicapai. Sedangkan kondisi maksudnya adalah keadaan fisik dan
psikis komunikan dalam menerima informasi.
b. Pemilihan Media Komunikasi
Pemilihan media komunikasi bertujuan agar pesan yang ingin
disampaikan bisa diterima dengan baik secara serentak dan meluas. Memilih
media komunikasi harus mempertimbangkan karakteristik isi dan tujuan isi
pesan yang disampaikan, dan jenis media yang dimiliki oleh khalayak. untuk
persebaran ke masyarakat luas sebaiknya menggunakan media massa seperti
koran, televisi, radio dan media baru seperti internet dan handphone.
c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan adalah “segala sesuatu yang disampaikan kepada seseorang dalam
bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian
makna. Simbol sendiri merupakan kresasi manusia yang mengandung makna
sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi antarsesama manusia, seperti
bahasa, gambar atau gerak tubuh."
15
Seperti yang sudah dikatakan di atas
bahwa tujuan dari komunikasinya harus jelas, apakah tujuannya untuk
sekedar memeberitahu informasi kepada khalayak terkait isi pesan tersebut
14
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2005) h.36
15
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta:PT Rajagrafindo
Persada, 2013) h.113
23
atau tujuannya untuk penyuluhan agar khalayak melakukan suatu perbuatan
yang diinginkan.
d. Peranan Komunikator Dalam Komunikasi
Faktor penting pada diri komunikator dalam menyampaikan pesan
adalah daya tarik dan kredibilitas sumbernya. Jika komunikator sudah
memiliki daya tarik maka setiap perkataannya akan dituruti oleh
kamunikannya. Sedangkan kredibilitas berarti tingkat kepercayaan dari
komunikan kepada komunikator yang tinggi, sehingga setiap pesan yang
disampaikan bisa diterima dan dilaksanakan.
5. Fungsi Strategi Komunikasi
Suatu proses komunikasi dikatakan berhasil bila strategi yang diterapkan
tepat sasaran. Terutama dalam komunikasi massa dan lembaga-lembaga
pemerintah atau swasta. Tanpa adanya strategi komunikasi, maka hasil yang
diperoleh dari media massa atau lembaga tersebut cenderung kurang maksimal.
Dengan demikian baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun
secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi
ganda:
a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang
optimal.
b. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan
diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang
begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.16
16
2008) h. 28
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
24
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Kata
komunikasi
merupakan
terjemahan
dari
bahasa
Inggris
Comunication. Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang berarti
‘sama’, sama di sini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi secara
etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan
hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan
arti antara orang yang memberi pesan dengna orang yang menerima pesan.17
Sedangkan secara terminologi pengertian komunikasi sendiri adalah
“pertukaran informasi, ide, sikap, emosi, pendapat atau instruksi antara
individu atau kelompok yang bertujuan untuk menciptakan sesuatu, memahami
dan mengkoordinasikan suatu aktivitas."18
Komunikasi secara ilmiah dapat juga berarti proses penyampaian pesan
atau informasi dari pegirim (komunikator) kepada penerima (komunikan)
dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu, baik secara langsung
maupun tidak langsung (menggunakan media) untuk mendapatkan umpan
balik (feedback).19
Pernyataan di atas mendukung teori dari Harold D. Laswell yang
mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”
dan dengan akibat atau hasil apa” (Who? Says what? In which channel? To
17
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h. 19
Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2011) h. 37
19
Deni Darmawan, Pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2012) h.27
18
25
whom? With what effect?).20
2. Unsur-unsur Komunikasi
Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang.
Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, ide dan sebagainya. Sedangkan
lambang bisa berupa bahasa lisan dan tulisan atau lambang berupa isyarat,
gambar, singnal dan lainnya. Dalam prosesnya komunikasi terdiri dari tiga
unsur pokok, yaitu: (1) komunikator, pelaku yang menyampaikan pesan, (2)
pesan, suatu gagasan/ide, informasi yang telah dituangkan dalam bentuk
lambang untuk disebarkan kepada pihak lain, (3) komunikan, orang yang
menerima pesan.21
Selain ketiga unsur di atas, untuk lebih lengkapnya unsur-unsur
komunikasi terdiri dari:
a. Source
Source atau sumber adalah apa-apa yang ada di dalam benak ssseorang
baik berupa ide, pemikiran, gagasan, peristiwa/kejadian, pengetahuan dan lainlain, yang semuanya itu hasil dari persepsi (pantauan dan pemaknaan indra
kepada yang ada disekelilingnya), yang kemudian disimpan dalam kotak hitam
dikepala, yang disebut dengan ideasi.
b. Komunikator
Komunikator yakni orang yang pertama kali menyampaikan pesan.
Encoder adalah istilah lain yang mempunyai pengertian sama seperti
komunikator. Encoder dalam menyampaikan pesan bersifat Encoding, yaitu
20
21
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h. 21
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h .45
26
usaha komunikator dalam menafsirka pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan agar komunikan dapat memahaminya.
c. Message
Message atau pesan adalah kata-kata, lambang, isyarat, tanda atau gambar
yang disampaikan.
d. Komunikan
Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Decoder adalah istilah
yang memiliki pengertian sama dengan komunikan. Dalam menerima pesan
decoder memiliki sifat Decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam
menafsirkan pesan yang disampaikan kepada komunikator.
e. Destination
Destination adalah tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi.
f. Medium
Medium atau media adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi
agar komunikasi bisa mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. Media ini
ada yang bersifat nirmasa, seperti telepoon, HP dan lainnya, dan ada pula yang
bersifat media massa seperti televisi, radio, Koran dan film.
g. Feed back
Feed back atau umpan balik adalah jawaban/tanggapan/ respon
komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima atau
berjalan.
h. Efek
Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat
dari diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang
27
meliputi pengetahuan atau bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan,
emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang berupa tindakan.22
3. Media Komunikasi
Berdasarkan jenisnya media komunikasi terbagi menjadi 5 macam, yaitu:
a. Media Cetak
Media cetak adalah saluran komunikasi dimana pesan-pesan verbalnya
tertulis maupun berbentuk gambar seperti karikatur dan komik dilakukan
dalam bentuk tercetak. Media ini seperti: Koran, majalah, buku, tabloid, dan
lain-lain. Kelebihannya bisa dibaca semua orang, dan informasi yang
didapat lebih lengkap dan mendalam.
b. Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menyampaikan pesan-pesannya
melalui getaran listrik yang diterima oleh pesawat penerima tertentu,
misalnya televise dan radio. Kelebihan media elektronik bisa menembus
ruang dan waktu sehingga informasi yang disampaikan bisa cepat dan
serempak. Media radio bersifat audiotif (hanya suara), sedangkan televise
bersifat audio visual (suara beserta gambar).
c. Media Luar Ruang (Outdoor Media)
Media luar ruang biasa dikaitkan dengan dunia estetika dalam bentuk
lukisan, dan ditempatkan pada lokasi yang ramai dilihat oleh banyak orang.
Jangkauannya terbatas hanya terlihat oleh orang yang lewat atau orang yang
sempat mencuri perhatian untuk membacanya sepintas. Contoh media luar
ruang adalah: spanduk, baliho, reklame, dan lain-lain.
22
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h.46-47
28
d. Media Format Kecil
Media format kecil biasanya terdiri atas berbagai macam media, tetapi
bentuknya kecil, dan isinya kadang terfokus pada satu macam informasi.
mudah dibawa kemana-mana dan menarik perhatian orang. Media format
kecil meliputi: brosur, bulletin, poster, dan lain-lain.
e. Internet
Internet termasuk kedalam media baru yaitu hasil rekayasa para pakar
teknologi informasi yang berhasil menggabungkan antara komunikasi
interpersonal dan komunikasi massa. Disebut komunikasi massa karena bisa
menjangkau khalayak secara global, sedangkan interpersonal karena pesan
yang dibuat diarahkan dan dikonsumsi secara pribadi. Contoh media
internet adalah website, media sosial (facebook, twitter, dan sbagainya),
media online.
f. Telepon Seluler
Telepon sesluler cukup banyak digunakan sebagai media untuk
penyebarluasan informasi, contohnya penggunaan pesan singkat atau biasa
disebut SMS. Hanya saja telepon seluler sangat terbatas dalam memuat
pesan, sehingga pesan dalam SMS harus singkat padat dan jelas. Tetapi
seiring dengan perkembangan zaman sekarang telepon seluler sudah
berevolusi menjadi smartphone sehingga sudah bisa mengakses internet dan
kita bisa mengaplikasikan media online, website, dan media sosial melalui
smartphone yang kita miliki.23
23
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 135-137
29
C. Sosialisasi
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima kemudian
menginternalisasikan/menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola
perilaku dari kebudayaan mereka. Menurut James W Vander Zanden
sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial dimana orang memperoleh
pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku esensial untuk berpartisipasi secara
efektif dalam masyarakat.24
Sosialisasi sangat erat hubungannya dengan proses komunikasi. Karena
untuk dapat menginternalisasi sebuah informasi, nilai dan pemahaman kepada
diri sendiri diperlukan transfer informasi dari sumber informasi kepada target
sasarannya. Dalam penyampaian aktivitas tersebut biasanya menggunakan
media, media yang digunakan bisa berupa keluarga, kelompok bermain,
sekolah, lingkungan kerja dan media massa.25 Sosialisasi umumnya bersifat
persuasif, yaitu mengajak target sasarannya untuk melakukan suatu perbuatan
atau hanya dengan memberikan suatu pengetahuan.
Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi perkembangan
manusia. Dengan berinteraksi dengan orang lain, seorang individu belajar
bagaimana berpikir, mempertimbangkan dengan nalar, dan berperasaan. Hasil
akhirnya ialah membentuk perilaku kita, termasuk pikiran dan emosi kita
24
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan . (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011) h. 60
25
2005) h. 56
Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, (Jakarta: Prenada Media,
30
sesuai dengan budaya yang berlaku.26
Sebuah informasi yang disosialisasikan oleh sebuah organisasi, lembaga
pemerintahan atau bahkan individu sekali pun, pasti tujuannya untuk
memberikan
penyuluhan
atau
memeberi
pengetahuan
kepada
target
sosialisasinya sesuai dengan tujuan yang telah dibuat. Untuk itu pemilihan
media juga merupakan hal yang penting dalam mensosialisasikan sebuah
informasi. Ruang dan kelompok yang mempengaruhi orientasi kita, konsep
diri, emosi, sikap dan perilaku kita dinamakan agen sosialisasi. Agen
sosialisasi terdiri dari:
a. Keluarga
b. Lingkungan Hunian
c. Agama
d. Sekolah
e. Kelompok Sebaya
f. Tempat Kerja
g. Media Massa.27
Keluarga merupakan ruang pertama yang menjadi agen sosialisasi.
Karena kedekatan keluarga berawal dari manusia baru lahir sampai tumbuh
dewasa, sehingga interaksi pertama yang dilakukan dan paling berpengaruh
adalah melaui keluarga. Lingkungan hunian berpengaruh saat manusia tumbuh
26
James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: Erlangga, 2007)
27
James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, h.77-79
h.74
31
besar, mereka akan berinteraksi dengan lingkungan disekitar tempat
tinggalnya. Kemudian agama, penanaman paham agama akan menuntun
seorang individu agar lebih beriman. Agama atau acara-acara keagamaan bisa
menjadi ruang yang tepat untuk mensosialisasikan informasi kepada para umat
pemeluk agama tersebut. Selanjutnya fase pertumbuhan bermula dari masa
anak, remaja dan dewasa. Selama fase itu kita akan bersosialisasi dengan orang
orang di lingkungan sekolah, kelompok sebaya dan tempat kerja. Terakhir
sebuah informasi bisa disosialisasikan melalui media massa, karena persebaran
media massa yang luas dan serentak sangat efektif dalam menyebarkan
informasi. media massa meliputi televise, radio, media cetak dan internet.
D. Fatwa Sesat Ormas Gafatar
1. Pengertian Fatwa
Dalam Kitab Mafaahim Islaamiyyah diterangkan bahwa kata “al-fatwa”
bermakna “jawaban atas persoalan-persoalan syariat atau perundang-undangan
yang sulit.” Jika dinyatakan aftaay fi al-mas’alah: menerangkan hukum dalam
permasalahan tersebut. Sedangkan al-iftaa’ adalah penjelasan hukum-hukum
dalam persoalan syariat, undang-undang, dan semua hal yang berkaitan dengan
pertanyaan-pertanyaan orang yang bertanya.28
Fatwa secara syariat bermakna, penjelasan hukum syariat atas suatu
permasalahan dari permasalahan-permasalahan yang ada, yang didukung oleh
dalil yang berasal dari Al-Qur’an, sunnah Nabawiyyah, dan ijtihad. Menurut
Prof. Amir Syarifuddin, fatwa atau ifta’ berasal dari kata afta, yang berarti
memberikan penjelasan. Secara definitif fatwa yaitu usaha memberikan
28
Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 373-374
32
penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum
mengetahuinya.29
Menurut kamus Fiqh, fatwa ialah nasihat dari orang yang lebih tinggi
tingkatannya untuk orang yang lebih rendah; baik umur, ilmu, maupun
kewibawaannya. Dengan kata lain, fatwa ialah pendapat atau ketetapan hukum
dalam pandangan hukum Islam. Fatwa biasanya dikeluarkan oleh lembaga atau
orang yang memiliki otoritas dibidang hukum Islam.30
Tidak semua orang bisa membuat fatwa. Orang yang menyampaikan
penjelasan hukum atau menyampaian fatwa ditengah-tengah masyarakat
disebut dengan Al-Mufti. Mufti adalah seorang faqih yang diangkat oleh
negara untuk menjawab persoalan-persoalan.31
Untuk menjadi seorang mufti, seseorang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Seorang yang sudah mukallaf, yaitu muslim, dewasa, dan sempurna
akalnya.
b. Seorang yang ahli dan mempunyai kemampuan untuk berijtihad, misalnya
mengetahui dalil-dalil sama’i dan dalil-dalil aqli.
c. Seorang yang adil dan dapat dipercaya. Dua persyaratan ini dituntut dari
seorang mufti karena ia seorang panutan.
d. Bersikap tenang (sakinah) dan berkecukupan, mempunyai niat dan iktikad
yang baik, kuat pendirian dan dikenal di tengah umat.32
Dalam merumuskan suatu permasalahan untuk menjadi fatwa harus
29
Mardani, Ushul Fiqh, h. 374
Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta:AMZAH, 2013) h. 44
31
Mardani, Ushul Fiqh, h. 374
32
Mardani, Ushul Fiqh, h. 374
30
33
melewati rukun fatwa. Rukun fatwa terdiri dari 4 tahap, yaitu:
a. Usaha memberikan penjelasan yang disebut ifta’. ifta’ adalah usaha
menyampaikan hasil penggalian melalui ijtihad kepada orang lain yang
bertanya. Sedangkan ijtihad adalah usaha menggali hukum dari sumber
dan dalilnya.
b. Orang yang menyampaikan jawaban hukum kepada orang yang bertanya
disebut mufti.
c. Orang yang meminta penjelasan hukum kepada yang telah mengetahui
disebabkan oleh ketidaktahuannya tentang hukum suatu kejadian (kasus)
yang telah terjadi. Orang itu disebut mustafti.
d. Materi jawaban hukum syara’ yang disampaikan oleh mufti kepada mustafti
yang disebut fatwa.33
Dalam Islam fatwa memiliki kedudukan yang tinggi. Fatwa dipandang
sebagai salah satu alternatif yang bisa memecahkan kebuntuan dalam
permasalahan yang semakin berkembang pesat seiring dengan perkembangan
zaman. Fatwa merupakan institusi dalam hukum Islam untuk memberikan
jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi oleh umat Islam, bahkan
menjadikannya sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab
fatwa bagi masyarakat awam terhadap ajaran Islam laksana dalil bagi
mujtahid.
2. Pengertian Sesat
Menurut website Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sesat memiliki arti
tidak melalui jalan yang benar; salah jalan atau menyimpang dari kebenaran
33
Mardani, Ushul Fiqh, h. 375
34
(tentang agama dan sebagainya). Sedangkan menyesatkan berarti membawa ke
jalan yang salah; menyebabkan sesat (salah jalan).34 Sehinga dapat
disimpulkan bahwa sesat adalah usaha untuk mempengaruhi orang untuk
menyimpang dari kebenaran atau menuju jalan yang salah.
Sesat dalam bahasa arab disebut dengan dhalâl atau dhalâlah. AlQurthubi, menyatakan bahwa asal dari kata dhalâl adalah al-ghaybûbah
(tersembunyi/gaib). Menurut Al-Alusi dan Abu Hilal al-‘Askari, asal dari
dhalâl adalah al-halâk (rusak). Kemudian Al-Baghawi menggabungkan
keduanya bahwa asal dari dhalâl adalah al-halâk wa al-ghaybûbah (rusak dan
tersembunyi). Al-Qurthubi mengatakan bahwa dhalâl hakikatnya adalah pergi
meninggalkan kebenaran, diambil dari tersesatnya jalan, yaitu menyimpang
dari jalan yang seharusnya.35
Dhalal secara mutlak mencangkup orang yang tersesat dari petujunjuk,
baik sengaja maupun karena kejahilan, dan tentu saja ia akan mendapatkan
adzab. Penyebab kesesatan adalah karena kejahilan (bodoh atau tidak tahu
tentang ajaran agama), lalu orang jahil itu mengikuti leluhurnya atau orangorang yang dikasihinya sehingga ia menyimpang dari jalan yag lurus karena
kejahilannya terhadap perintah dan larangna Allah sebagaimana disebutkan
dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Atau bisa juga karena hanya mengikuti
nafsunya tanpa petunjuk dari Allah sehingga ia berpaling dari menuntut ilmu
syar’i dan mengetahui kebenaran.36
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sesat, http://kbbi.web.id/sesat. Diakses pada 21 Mei
2016, Pukul 18.51 WIB.
35
Yahya Abdurrahman, Sesat (Dhalal), http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/01/sesat-dhalal/.
Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 19.18 WIB.
36
Ummu Tamim, Menyingkap Aliran dan Paham Sesat, (Jakarta: Pustaka Imam Ahmad,
2010) h. 7-8
35
Al-Jili mengatakan bahwa jalan sesat adalah jalan yang ditempuh
berbagai pemeluk agama dan keyakinan selain umat nabi Muhammad Saw.
Tetapi keyakinan mereka telah dinodai oleh sikap politeistik dan ateistik,
sehingga mereka terpecah-belah dan tersesat. Dengan demikian Al-Jili dengan
tegas menyampaikan bahwa jalan Muhammad adalah jalan yang lurus, jalan
yang menyampaikan kepada kebahagiaan sejati tanpa ada kesulitan
sedikitpun.37
3. Pengertian Ormas Gafatar
Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan sebuah organisasi yang
mengklaim bergerak di bidang sosial dan budaya. Deklarasi Gafatar
dilaksanakan pada Sabtu, 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran,
Jakarta. Gafatar memiliki dasar pemikiran yang menyatkan bahwa bangsa
Indonesia belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan
neoimperialis.38 Pemikiran inilah yang menjadi landasan Gafatar untuk
menyebarkan paham-pahamnya di Indonesia.
Gafatar memiliki wadah dalam website resmi www.gafatar.or.id dan
dpd.gafatar.or.id untuk berita kegiatan dan aksi nyata Gafatar, tetapi website
ini telah di blokir oleh pemerintah semenjak Gafatar dikatakan sebagai
organisasi yang menganut aliran sesat. Oleh karena itu berikut adalah lampiran
visi, misi dan tujuan dari organisasi Gafatar yang dikutip dari blog pengurus
gafatar yaitu gafatarian.blogspot.co.id, berikut penejelasannya:
37
Media Zainul Bahri, Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn Arabi, Rumi
dan Al-Jili, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2011) h. 302-303
38
Yandhi Mohammad, Fakta seputar Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara, https://beritagar.id
/artikel/berita/fakta-seputar-gafatar-gerakan-fajar-nusantara. Diakses pada 17 September 2016,
Pukul 09.42 WIB.
36
Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) adalah organisasi kemasyarakat
yang resmi berdiri di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2011 atas prakarsa 52
Badan Pendiri dengan berlambangkan Bendera“Fajar yang terbit dari Timur
dengan dua belas sinar”. Legalitas pendirian Organisasi GAFATAR terdapat
dalam UUD 1945 pasal 28, UU No. 8 tahun 1985 tentang Orkemas dan Akte
pendirian ormas No. 01 tanggal 05 September 2011. Gerakan Fajar Nusantara
(GAFATAR) adalah Organisasi kemasyarakatan yang berasaskan Pancasila.
Sebagaimana lazimnya sebuah Komunitas atau Organisasi yang memiliki
visi dan misi, maka Organisasi Kemasyarakatan Gafatar pun memiliki visi dan
misi, yakni:
Visi
Terwujudnya tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang damai
sejahtera, beradab, berkeadilan dan bermartabat di bawah naungan Tuhan
Yang Maha Esa melalui penyatuan nilai-nilai luhur bangsa, peningkatan
kualitas ilmu dan intelektualitas, serta pemahaman dan pengamalan nilai-nilai
universal agar menjadi rahmat bagi semesta alam.
Misi
Memperkuat
solidaritas,
kebersamaan,
persatuan,
dan
kesatuan
khususnya antar sesama elemen bangsa Indonesia serta dunia pada umumnya.
Selain itu, juga memupuk saling pengertian dan kerja sama antar sesama
lembaga yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap upaya perdamaian
dan kesejahteraan dunia.39
39
Visi dan Misi Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), http://gerakanfajarnusantara.
blogspot.co.id/2012/04/visi-dan-misi-ormas-gafatar-gerakan.html. Diakses pada 6 Agustus 2016,
Pukul 09.42 WIB.
37
Tujuan
Pendirian
Organisasi
Kemasyarakatan
Gerakan
Fajar
Nusantara
(GAFATAR) memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Sebagai wadah menghimpun putra-putri Nusantara dalam menyatukan
pemahaman moral kemanusiaan dan kebangsaan yang inklusif, kokoh,
cerdas, dan menyatu.
b. Sebagai sarana komunikasi dan menumbuhkan persaudaraan diantara
sesama putra-putri Nusantara baik di indonesia maupun di negara-negara
lain di dunia
c. Mempertahankan dan memperjuangkan cita-cita luhur bangsa yang
termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
d. Mewujudkan dan melahirkan kader-kader pemimpin bangsa yang jujur,
berani, tegas, adil, cakap, ber-integritas, bijaksana, cerdas dan sehat,
dengan berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.40
Program Kerja
Untuk mencapai tujuan Organisasi, GAFATAR menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Peningkatan
mutu
komitmen
dan
pengamalan
nilai-nilai
moral
kemanusiaan dan kebangsaan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
melalui koordinasi sistem pembinaan, pendidikan, serta jaringan informasi
dan komunikasi.
b. Mengembangkan
pemikiran,
menyelenggarakan
penelitian,
dan
melakukan pengkajian yang inovatif, strategis, dan antisipatif.
40
Tujuan Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), http://gerakanfajarnusantara.
blogspot.co.id/2012/04/tujuan-ormas-gafatar-gerakan-fajar.html. Diakses pada 6 Agustus 2016,
Pukul 09.47 WIB.
38
c. Melakukan dialog dengan sesama elemen bangsa dalam rangka
merumuskan ulang dan memecahkan berbagai masalah strategis sosial
kebangsaan, baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global.
d. Berperan aktif mengembangkan sistem pendidikan dan pengkaderan serta
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan masyarakat dan bangsa, khususnya generasi GAFATAR.
e. Berperan
aktif
membantu
program-program
pemerintah
dalam
pelayananan sosial kemasyarakatan.
f. Mendokumentasikan, mempublikasikan, dan mengkomunikasikan hasilhasil pemikiran, penelitian, kajian, dan inovasi, baik bersifat internal
maupun umum.
Gafatar dinyatakan sebagai aliran yang sesat karena pada tahun 2007,
Majelis Ulama Indonesia menfatwakan aliran al-Qiyadah al-Islamiyyah
sebagai ajaran sesat. Aliran al-Qiyadah al-Islamiyyah dipimpin oleh Ahmad
Musadeq yang mengaku sebagai “nabi” setelah nabi Muhammad Saw. Tahun
2008 Ahmad Musaddeq divonis pengadilan dengan hukuman 4 tahun penjara
atas penistaan agama. Tetapi pada tahun 2009 mereka berganti nama menjadi
Komunitas Millah Abraham (KOMAR) yang masih menganut ajaran alQiyadah al-Islamiyah. Tak cukup sampai disitu, pada tanggal 14 Agustus 2011
aliran sesat ini berganti nama lagi menjadi Gafatar.41
Kesesatan faham dan ajaran Gafatar diketahui berdasarkan hasil
penelitian dan pengkajian terhadap dokumentasi, notulensi, notasi, catatan,
diktat sejenis buku panduan bimbingan pengajian, dan buku berjudul Teologi
Abraham Membangun Kesatuan Iman Yahudi, Kristen, dan Islam yang ditulis
41
Wajidi Sayadi, Mengenal Kesesatan Ajaran Gafatar, http://www.pontianakpost.com/
mengenal-kesesatan-ajaran-gafatar. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.22 WIB.
39
oleh Ketua Umum Organisasi Gafatar, yaitu Mahful Muis Hawari. Desain
Sampul oleh Jesus Tsani. Penerbit Fajar Madani Depok. Cet. I Mei 2009.42
Selain itu terdapat juga buku tulisan Ahmad Musadeq yang berjudul
Eksistensi dan Konsekuensi Sebuah Kesaksian. Editor Mahful Muis, M.A. Di
dalam buku tersebut terdapat tulisan Ahmad Musadeq dan juga tulisan Mahful
Muis, M.A. selanjutnya pada buku dengan judul Ruhul Qudus yang Turun
Kepada Al Masih Al Maw’ud. Di dalam buku tersebut, pada halaman 191, 192
berisi hampir seluruh Pengurus Gafatar yang telah berbai’at kepada “nabi”
Ahmad Musadeq.43 Ditambah lagi berdasarkan pengakuan para anggota, dan
kesaksian dari mereka yang pernah bertemu dan berdialog dengan tokohnya.
Mahful Muis mengatakan mantan anggota Gafatar telah keluar dari
keyakinan agama Islam mainstream. Ajaran yang dipegang teguh adalah
paham Millah Abraham yang dianggap sebagai jalan kebenaran. Oleh sebab
itu, dia menyatakan bahwa MUI salah alamat melabelkan sesat ke pihaknya.44
Pengakuan Mantan Ketua Umum Gafatar ditolak oleh pihak MUI karena
menurut MUI dalam setiap penyampaian ajarannya, pimpinan Gafatar, gurugurunya menggunakan ayat-ayat Al Quran, kitab suci yang diyakini oleh Umat
Islam seluruh dunia. Sehingga tidak berarti MUI terlepas dari tugas dan
fungsinya untuk melindungi umat dari kesesatan.45
42
Wajidi Sayadi, Mengenal Kesesatan Ajaran Gafatar, http://www.pontianakpost.com/
mengenal-kesesatan-ajaran-gafatar. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.22 WIB.
43
M. Amin Djamaluddin, (GAFATAR) Gerakan Fajar Nusantara, http://www.fpi.or.id/
2016/01/ gafatar-gerakan-fajar-nusantara.html. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.30 WIB.
44
Heru Triyono, Eks Ketua Gafatar: Kami Keluar Dari Islam Mainstream,
https://beritagar.id/artikel/berita/eks-ketua-gafatar-kami-keluar-dari-islam-mainstream.
Diakses
pada 15 september 2016, Pukul 14.14 WIB.
45
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang
Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian
Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 41.
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA
A. Sejarah Singkat Majelis Ulama Indonesia
Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun para
ulama,zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan
langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.
Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan
tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para
ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air.
Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Propinsi di
Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat
pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math’laul
Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani
Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan
tokoh perorangan.1
Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk
membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama. zuama dan cendekiawan
muslim, yang tertuang dalam sebuah “PIAGAM BERDIRINYA MUI”, yang
ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut
Musyawarah Nasional Ulama I.
Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada
pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa
telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli
terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.
1
Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html.
Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.
40
41
Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugastugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka terpanggil untuk berperan aktif
dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI, seperti yang pernah dilakukan
oleh para ulama pada zaman penajajahan dan perjuangan kemerdekaan. Di sisi lain
umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan
sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya
global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa
nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan
peran agama dalam kehidupan umat manusia.2
Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran
keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering
mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di
kalangan umat Islam sendiri.
Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah
hizbiyah) yang berlebihan. Oleh karena itu kehadiran MUI, makin dirasakan
kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat
kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan
kesatuan serta kebersamaan umat Islam.
Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun Majelis Ulama Indonesia
sebagai wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha
untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan
kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala;
memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan
2
Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html.
Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.
42
kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya
ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan
persatuan dan kesatuan bangsa serta; menjadi penghubung antara ulama dan umaro
(pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna
mensukseskan pembangunan nasional; meningkatkan hubungan serta kerjasama
antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan
bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan
mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.3
Dalam khitah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima
fungsi dan peran utama MUI yaitu:
1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)
2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)
3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)
4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid
5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar
Sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali kongres
atau musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum,
dimulai dengan Prof. Dr. Hamka, KH. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH.
Ali Yafie dan kini KH. M. Sahal Maffudh. Ketua Umum MUI yang pertama, kedua
dan ketiga telah meninggal dunia dan mengakhiri tugas-tugasnya. Sedangkan dua
yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin majelis para ulama ini.4
3
Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html.
Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.
4
Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html.
Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.
43
B. Visi dan Misi Majelis Ulama Indonesia
1. Visi
Terciptanya
kondisi
kehidupan
kemasyarakatan,
kebangsaan
dan
kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah SWT. (baldatun
thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat berkualitas (khaira ummah)
demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin (izzul Islam wal-muslimin)
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai manifestasi dari
rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).
2. Misi
a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan
menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah hasanah), sehingga mampu
mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk
aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariah Islamiyah.
b. Melaksanakan
dakwah
Islam,
amar
ma’ruf
nahi
mungkar
dalam
mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas
(khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan.
c. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam mewujudkan
persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.5
C. Struktur Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia
Berikut merupakan susunan kepengurusan Majelis Ulama Islam pusat. Adapun
data didapatkan dari situs resmi MUI. Untuk lebih lengkapnya susunan organisasi
5
MUIDIY, Visi dan Misi MUI DIY, http://www.muidiy.or.id/organisasi/visi-dan-misi-mui.
Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.
44
dapat dilihat dalam tabel berikut:6
Pengurus Hasil MUNAS 2015
DEWAN PERTIMBANGAN
-
Prof. Dr. HM. Din Syamsudin, MA
-
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA
-
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA
Sekretaris:
-
Dr. H. Noor Ahmad, MA
Wakil Sekretaris:
-
Drs. Natsir Zubaidi
-
Dr. Bachtiar Nasir
Ketua:
DEWAN PIMPINAN MUI 2015-2020
Ketua Umum:
- Dr. (HC) KH. Ma’ruf Amin
Wakil Ketua Umum:
-
Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, MA
-
Drs. KH. Slamet Effendy Yusuf, M.Si
-
Drs. H. Basri Bermanda, MBA
-
Dr. H. Yusnar Yusuf, M.S.
-
Prof. Dr. H. Maman Abdurrahman
-
Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yango
-
Prof. Dr. (HC) Tuty Alawiyah, AS
-
KH. Muhyidin Junaidi, MA
-
KH. Abdullah Jaidi
-
Drs. HM. Ichwan Sam
-
Drs. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si
-
Dr. Ir. H. Lukmanul Hakim, M.Si
-
Dr. KH. Sodikun, MSi
-
KH. Abdusomad Buchari
Sekretaris Jenderal:
-
Dr. H. Anwar Abbas, MM, M.Ag
Wakil Sekretaris Jenderal:
-
Dr. KH. Tengku Zulkarnain, MA
-
Dr. Amirsyah Tambunan
-
Dr. H. Zaitun Rasmin
-
Dr. Najamudin Ramsil
Ketua-ketua:
6
Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Hasil MUNAS 2015, http://mui.or.id/tentangmui/
pengurus-mui/periode-berjalan/pengurus-hasil-munas-2015.html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 12.30
WIB.
45
-
Drs. H. Solahuddin Al Ayuni, Msi
-
Rofiqul Umam, SH, MH
-
Dr. Hj. Valina Subekti
-
H. Misbahul Ulum M.Si
Bendahara Umum:
-
Prof. Dr. Hj. Amani Lubis
Bendahara:
-
Dr. Fahmi Darmawansyah, MM
-
Yusuf Muhammad
-
Dr. H.M. Nadratuzzaman Hosen
-
Dr.s Iing Solohin
-
Burhan Muhsin
-
Komisi Fatwa dipimpin oleh Prof DR H
Komisi:
Hasanuddin AF
-
Komisi Ukhuwah Islamiyah dipimpin oleh
Drs H Adnan Harahap
-
Komisi
Dakwah
dan
Pengembangan
Masyarakat dipimpin oleh KH Cholil Nafis
-
Komisi
Pendidikan
dan
Kaderisasi
dipimpin oleh Prof Dr Sudarnoto Abdul
Hakim
-
Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat
dipimpin oleh Dr Marsyudi Syuhud
-
Komisi
Informasi
dan
Komunikasi
dipimpin oleh Drs H Masduki Baidlowi
-
Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga
dipimpin oleh Prof Dr Hj Marwah Daud
Ibrahim
-
Komisi Hukum dan Perundang-undangan
dipimpin oleh Prof Dr H Muhammad
Baharun SH, MA
-
Komisi Pengkajian dan Penelitian dipimpin
oleh Prof Dr H Utang Ranuwijaya MA
-
Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama
46
dipimpin oleh Drs Choirul Fuad Yusuf MA,
MSi
-
Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam
dipimpin oleh Habiburrahman El-Syirozi
Lc
-
Komisi
Hubungan
Luar
Negeri
dan
Kerjasama Internasional dipimpin oleh Dr
Sobahus Surur.
D. Proses Pembuatan Fatwa di Majelis Ulama Indonesia
Tata cara penetapan fatwa MUI yang telah dijadikan pedoman menurut buku
keluaran MUI dengan judul Himpunan Keputusan Majelis Ulama Indonesia,berikut
penjabarannya:
Pasal 1
Dasar-dasar Fatwa:
1. Al-Qur’an
2. Al-Sunnah
3. Al-Ijma
4. Al-Qiyas
Pasal 2
1. Pembahasan suatu masalah untuk difatwakan harus memperhatikan:
a. Dasar-dasar fatwa tersebut dalam Pasal 1
b. Pendapat imam-imam mazhab dan fuqaha yang terdahulu dengan
mengadakan penelitian terhadap dalil-dalil dan wajah istidlalnya
2. Cara pembahasan seperti tersebut di atas adalah sebagai upaya menemukan
pendapat mana yang lebih kuat dalilnya dan lebih maslahat bagi umat untuk
difatwakan.
47
3. Apabila masalah yang difatwakan tidak terdapat dalam ketetapan Pasal 2 ayat
(1) dan belum terpenuhi yang dimaksud oleh Pasal 2 ayat (2), maka dilakukan
ijtihad jama’i.
Pasal 3
Yang berwenang mengeluarkan fatwa ialah:
1. Majelis Ulama Indonesia mengenai:
a. Masalah-masalah keagamaan yang bersifat umum dan menyangkut umat
Islam Indonesia secara keeseluruhan.
b. Masalah-masalah keagamaan di suatu daerah yang diduga dapat meluas ke
daerah lain
2. Majelis Ulama Dareah Tingkat I mengenai masalah-masalah keagamaan yang
bersifat lokal/kasus-kasus di daerah, dengan terlebih dahulu mengadakan
konsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia/Komisi Fatwa.
Pasal 4
1. Rapat komisi Fatwa dihadiri oleh anggota-anggota Komisi Fatwa berdasarkan
ketetapan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Tingkat I, dengan
kemudian mengundang tenaga ahli sebagai peserta rapat apabila dipandang
perlu.
2. Rapat Komisi Fatwa diadakan jika:
a. Ada permintaan atau pertanyaan yang oleh Majelis Ulama Indonesia
dianggap perlu untuk difatwakan.
b. Permintaan atau pertanyaan tersebut berasal dari permintaan Lembaga
Sosial Kemasyarakatan atau Majelis Ulama Indonesia sendiri.
3. Mengenai tata tertib rapat Komisi Fatwa berupa fatwa mengenai suatu masalah
disampaikan oleh Ketua Komisi Fatwa kepada Dewan Pimpinan Majelis
48
Indonesia/Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Tingkat I.
4. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia/Dewan Pimpinan Majelis Ulama
Indonesia Tingkat I mentadfidzkan fatwa tersebut ayat (1) dalam bentuk surat
keputusan penetapan fatwa.7
E. Majelis Ulama Indonesia Menghadapi Ormas Gafatar
Majelis Ulama Indonesia dalam menetapkan kesesatan kepada suatu aliran
harus diawali dengan sejumlah langkah pengkajian dan penelitian (istiqra’). Setelah
mendapat gambaran yang lengkap tentang suatu masalah,selanjutnya ditetapkan
status hukumnya berupa fatwa dan tausiyah.
Hal ini dilakukan dalam proses
pengkajian dan penelitian terhadap Aliran Gafatar. Pada tahap pengkajian dan
penelitian, MUI harus menjamin keabsahan data, fakta dan triangulasi (klarifikasi)
secara memadai sehingga terhindar dari kekeliruan penetapan. Prosedur penetapan
kesesatan suatu aliran harus diikuti dengan baik agar tidak memicu konflik, lahirnya
korbandan hilangnya kredibilitas ulama sebagai pelindung umat.
Penetapan aliran sesat mengikuti kriteria aliran sesat yang telah ditetapkan
pada Rakernas MUI tahun 2007 dan kembali disahkan sebagai bagian dari SOP
(Standard Operating Procedure). Pengkajian dan Penelitian MUI pada Rakernas
MUI tahun 2015. Kriteria aliran sesat tersebut mencakup 10 hal sebagai berikut :
1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari
Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah,
sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji).
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan
as-sunah).
7
Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 385-386
49
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran.
5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir.
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir.
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah.
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i.8
Pengkajian dan penelitian terhadap aliran Gafatar, menggunakan pendekatan
kualitatif dengan senantiasa menjaga kualitas penelitian:
1. True Value (Kredibilitas).
Menurut Krefting, dalam pendekatan kualitatif, data diperoleh dari pengalaman
yang dirasakan oleh informan. Data yang diperoleh merupakan multiple reality,
sesuai situasi dan kondisi komunitas atau individu informan. Upaya Peneliti
MUI meningkatkan kredibilitas penelitian ini adalah dengan menggambarkan
situasi informan dan komunitas dengan konteksnya secara terperinci. Misalnya,
dalam menggambarkan Komunitas Gafatar di DI Yogyakarta beserta informan
yang sebagian merupakan keluarga 10 eksodus, Peneliti memahami dan
mendalami situasi informan, keluarga eksodus Gafatar dengan masing-masing
kondisinya, bahkan mengkonfirmasi kembali pemahaman Peneliti tentang
perasaan, pandangan dan pengalaman mereka, untuk menghindari bias peneliti
(researcher biased).
8
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang
Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat& Komisi Penelitian
Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 5-7
50
2. Keberlakuan (Transferability).
Temuan dalam penelitian ini memiliki keberlakuan apabila terdapat kesamaan
temuan di tempat lain atau waktu lain yang memiliki kesamaan konteks. Tim
Peneliti MUI memastikan keberlakuan temuan hasil penelitian dengan dasar
prosedur yang bersandar pada detailed description of the contexts, kegiatan
serta peristiwa yang dilaporkan sebagai hasil penelitian langsung maupun hasil
penelitian MUI Provinsi, telah ditemukan kesamaan pemahaman dan keyakinan
keagamaan penganut Gafatar/Millah Abraham.
3. Konsistensi (Keterandalan),
Peneliti berfokus pada variabilitas data dan konsistensi data, dalam penelitian
ini data dapat dilacak variabilitas data serta konsistensinya, dengan menjamin
setiap sumber data dapat diidentifikasi (dapat ditelusuri). Peneliti MUI
menjamin bahwa setiap sumber data dapat ditelusuri, baik tempat maupun
identitas mereka tanpa melanggar etika penelitian, termasuk confidentiality
informan.
4. Netralitas (Konfirmabilitas)
Peneliti MUI menjaga netralitas data. Jejak audit untuk memastikan netralitas
data, bukan judgement sebelum penelitian, dapat dicermati dari data yang
diperoleh, instrument penelitian, catatan lapangan, tape (recorder), dokumentasi
berupa foto, jurnal, buku pedoman organisasi Gafatar, laporan hasil rapat
organisasi Gafatar, Surat Keputusan dan Surat Tugas Pengurus Gafatar, catatan
‘pengajian’ anggota dan pengurus Gafatar, surat permohonan ampunan kepada
Tuan Semesta Alam dan Rasul-Nya, formulir-formulir keanggotaan, persaksian
anggota, pengurus, data diri anggota maupun pengurus Gafatar serta dokumen
lain yang ditemukan selama proses panjang penelitian sebagai bukti temuan
51
otentik dari temuan penelitian ini. Netralitas peneliti menjaga hasil penelitian
selalu dapat dikonfirmasi kepada sumber datanya.9
F. Fatwa MUI Tentang Gafatar
Setelah melalui proses pengkajian dan penelitian terhadap aliran Gafatar,
akhirnya MUI mengeluarkan fatwa dengan mempertimbangkan hasil temuan data di
lapangan atau berdasarkan wawancara langsung dengan para pelaku Gafatar.
Dengan begitu Fatwa Nomor 6 Tahun 2016 tentang ALIRAN GERAKAN FAJAR
NUSANTARA (GAFATAR) memiliki alasan yang menjadi dasar penetapan
keputusan yang cukup kuat, yaitu :
1. Bahwa di tengah masyarakat telah berkembang organisasi bernama Gerakan
Fajar Nusantara (GAFATAR) yang bergerak di bidang sosial, namun pada
faktanyamengajarkan keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan
masyarakat muslim;
2. Bahwa di antara keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan
tersebut berasal dari ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah dan Millah Abraham, yakni
menyakini adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi
Muhammad SAW, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai
mesias dan juru selamat; mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa
ramadhan, dan haji; serta mencampuradukkan pokok-pokok ajaran Islam,
Nasrani dan Yahudi dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidak sesuai
dengan kaidah tafsir;
9
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang
Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat& Komisi Penelitian
Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 8-10
52
3. Bahwa aliran ini berkembang di beberapa daerah yang kemudian menimbulkan
keresahan masyarakat, sehingga sebagian organisasi, lembaga termasuk
Kejaksaan Agung RI mengajukan permintaan fatwa tentang masalah tersebut;
4. Bahwa oleh karena itu Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan
fatwa tentang aliran GAFATAR guna dijadikan pedoman.
Kemudian Komisi Fatwa MUI merumuskan fatwa Gafatar dengan berlandaskan
pada ayat-ayat suci Al-Quran sebagai berikut:
1. Al-Quran :
a. Firman Allah SWT yang menegaskan keharusan memahami dan
menjalankan ajaran agama dengan jalan ittiba' (mengikuti) aturan-aturan
agama yang telah ditetapkan, yang berbunyi:
              
    
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus,
maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya, yang demikian
itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al- An'am [6]: 153)
b. Firman Allah SWT yang menjelaskan kedudukan Nabi Muhammad SAW
sebagai nabi terakhir, antara lain:
…            
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi- nabi…” (QS.
Al-Ahzab [33]: 40)
c. Firman Allah SWT yang menegaskan larangan mencampuradukkan yang
haq dengan yang bathil, antara lain:
        
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil
dan janganlah kamu sembunyikan yang .hak itu, sedang kamu mengetahui.”
53
(QS. Al-Baqarah [2]:42)
d. Firman Allah SWT yang menjelaskan soal kemurtadan dan hukumannya,
antara lain:
             …
         
“….Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu
dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia- sia amalannya di
dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal
didalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 217)
2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:
َّ ‫ن ْال َخ‬
ْ‫صلَّى‬
ِْ ْ ْ‫سمِ عتُْ ْ َرسُو َل‬
ْ ْ‫ي‬
َْ ‫بْ ْ َر ِض‬
ِْ ‫ن ْعُ َم َْر ْب‬
ِْ ‫للا ْب‬
ِْ ْ ْ‫منْ ْعَب ِد‬
َ ْ‫للا‬
َ ْْ‫للا ُْعَن ُه َما ْقَا َْل‬
ِ ‫طا‬
ِ ‫عَنْ ْاَبِىْ ْعَب ِدْ ْال َّرح‬
ْ‫للا‬
ِْ ْ ‫ن ْ ُم َح َّمدًاْ َرسُو ُْل‬
َّْ َ ‫ش َهادَ ِْة ْاَنْ ْ ْلَ ْاِلهَْ ْاِ ْل َّ ْللاَْ ْ َوأ‬
ْ ‫َلى ْ َخم‬
َْ ‫ِي ْا ِِإلسالَ ُْم ْع‬
َْ ‫سلَّ َْم ْيَقُو ُلْ ْبُن‬
ْ
َ ْ:ْ ‫س‬
َ ْ ُ ‫للا‬
َ ‫علَي ِْه ْ َو‬
)‫صو ِمْْ َر َمضَانَْْ(رواهْالبخاريْوْمسلم‬
ْ ‫صالَ ِْةْ َواِيتَاءِْْال َّزكَا ِْةْ َو َح‬
ِْ َ‫َواِق‬
َّ ‫امْال‬
َ ‫جِْ َو‬
“Dari Abu Abdirrohman Abdulloh bin Umar bin Khoththob RA, dia
berkata “Aku pernah mendengar Rasululloh SAW bersabda: Islam
dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan
selain Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, membayar
zakat, haji dan puasa Ramadhan’”
ْ‫كَانَتْْبَنُوْ ِإسْ َراِِي َْل‬:ْْ‫سلَّ َْمْقَا َل‬
َّْ ْ‫صلَّى‬
ْ ْْ‫ي‬
َ ُْ ‫اّلل‬
َ ِْ‫سو َْلْللا‬
َ ‫ع َلي ِْهْ َو‬
ُ ‫ْقَا َْلْ َر‬:‫للا ُْعَن ُه َماْقَا َْل‬
َ ‫عَنْْأَبَاْه َُري َر ْةَْ َر ِض‬
ْ‫يْْبَعدِي‬
َّ ‫تَسُوسُ ُهمْْاْلَن ِبيَا ُْءْكُلَّ َماْ َهلَكَْْنَ ِبيْْ َخلَفَ ْه ُْنَ ِبيْْ َو ِإنَّ ْه ُْ َلْْنَ ِب‬
“Dari Abi Hurairah ra berkata: ‘Rasulullah SAW bersabda: Dahulu
Bani Israel dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi meninggal, maka
digantikan oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelah
aku....’”
Dengan begitu hasil dari Fatwa Nomor 6 Tahun 2016 tentang ALIRAN
GERAKAN FAJAR NUSANTARA (GAFATAR) memutuskan berdasarkan
ketentuan hukum bahwa Paham dan ajaran aliran Gafatar memiliki kesamaan
dengan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah, Pimpinan Ahmad Musadeq dengan ajaran
Millah Abrahamnya. Bagi pengikutnya berarti mereka telah murtad dari agama
54
Islam. Selanjutnya MUI mengeluarkan anjuran kepada masyarakat yang telah
meyakini Ahmad Musadeq sebagai juru selamat, menolak adanya surga dan neraka
di akhirat, dan/atau mengingkari kewajiban salat lima waktu, puasa Ramadan, dan
haji diharapkan untuk bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam. Dan yang kedua,
bagi masyarakat yang mengikuti kegiatan sosial tetapi tidak meyakini ajaran
keagamaan wajib keluar dari Gafatar untuk mencegah terpapar dari ajaran yang
menyimpang. Lalu, Pemerintah wajib melarang penyebaran aliran Gafatar serta
paham dan keyakinan yang serupa, dan melakukan penindakan hukum terhadap
pimpinan Gafatar yang terus menyebarkan keyakinan dan ajaran keagamaannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah juga wajib
melakukan rehabilitasi dan pembinaan secara terus menerus terhadap pengikut,
anggota dan pengurus eks Gafatar.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan sebuah organisasi yang
mengatas namakan dirinya Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Diawal
kemunculannya ia berkedok sebagai organisasi yang bergerak dibidang sosial dan
budaya. Gafatar memiliki dasar pemikiran yang menyatakan bahwa bangsa
Indonesia belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan
neoimperialis. Pemikiran ini yang digunakan Gafatar untuk menyebarkan pahampahamnya keseluruh Indonesia.
Organisasi Gafatar menjadi bahan pembicaraan masyarakat karena di
dalamnya terinidikasi ada sebuah paham atau aliran keagamaan baru yang
meresahkan bagi umat Islam di Indonesia. Keyakinan dan pemahaman yang
meresahkan tersebut berasal dari ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah dan Millah
Abraham. Yakni meyakini adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa
setelah Nabi Muhammad Saw, yaitu Ahmad Musadeq atau Abdus Salam Messi
sebagai mesias dan juru selamat.
Data terkait kesesatan Gafatar dapat dilihat dari adanya hubungan antara
Ormas Gafatar dengan Ahmad Musadeq, itu terbukti dari susunan pengurus DPP
Gafatar. Terdapat 11 Pengurus Pendiri DPP Gafatar yang menjadi saksi atas
pengangkatan Ahmad Musadeq sebagai “nabi” pada 10 Februari 2007 di Gunung
Bundar, Bogor. “Sebagian mereka termasuk dalam daftar saksi-saksi Al Masih Al
Maw’ud, dalam buku “Ruhul Qudus yang Turun Kepada Al Masih Al Maw’ud”.
Saksi-Saksi Al Masih Al Maw’ud tertulis sebanyak 36 pria dan 18 wanita.”1
1
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang
Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian
Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 32.
55
56
Menurut hasil penelitian berdasarkan beberapa dokumen dan perngakuan
informan dari MUI Aceh, diperoleh fakta bahwa pengikut Gafatar menyatakan
persaksian sebagai berikut:
Saya bersaksi bahwa:
a. Tidak ada Tuhan yang saya patuhi kehendak dan perintahnya selain Tuhan
Semesta Alam Tuhan Yang Maha Esa.
b. Bahwa Mesias adalah pembawa risalah Tuhan Semesta Alam untuk
menggenapi segala kehendak dan perintahnya bagi manusia.
c. Dibawah bimbingan Mesias saya sanggup berkorban harta dan diri saya untuk
mewujudkan kehendak dan rencana Tuhan semesta alam yang akan menjadikan
bangsa nusantara ini menjadi bangsa yang damai sejahtera.2
Dari persaksian tersebut dapat disimpulkan bahwa para pengikut Gafatar
didoktrin agar tunduk dan patuh kepada mesias atau juru selamat, dimana yang
dimaksud disini adalah Ahmad Musadeq. Mereka rela mengorbankan harta dan
dirinya demi terwujudnya cita-cita mereka yaitu menjadikan bangsa nusantara
menjadi bangsa yang damai sejahtera. Sumpah ini sebagai pengikat bagi para
pengikut Gafatar agar terus setia kepada ajaran paham-paham Ahmad Musadeq,
sehingga ia dapat dengan mudah menyebarkan ajaran Millah Abraham kepada para
pengikutnya. Pernyataan ini tidak secara jelas disebutkan oleh pimpinan Gafatar
diawal rekrutmennya, mereka berkedok bahwa Gafatar adalah ormas yang bergerak
dibidang sosial budaya bukan merupakan ormas keagamaan.
Selanjutnya fakta-fakta terkait dengan sesatnya ajaran Gafatar terlihat dari
pengakuan dari mantan Ketua Umum Gafatar yang mengatakan bahwa pengikut
2
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang
Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian
Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 33.
57
Gafatar telah keluar dari ajaran Islam mainstream, tetapi hal ini tidak membuat
MUI bertindak lepas tangan kepada kasus ini, sebab tugas dan fungsi dari MUI
adalah untuk melindungi umat dari kesesatan. Dalam menyampaikan ajarannya,
pimpinan Gafatar serta guru-gurunya menggunakan ayat-ayat dari Al Quran,
dimana Al Quran merupakan kitab suci yang diyakini oleh Umat Islam seluruh
dunia. Penyalahgunaan penafsiran di luar kaidah tafsir mu’tabar dan upaya
mengubah pemahaman-pemahaman yang qoth’iy atas ayat-ayat Al Quran
merupakan tindakan penistaan dan penodaan terhadap ajaran Islam. 3
Sebelumnya MUI telah merumuskan 10 kriteria sebuah aliran dinyatakan
sesat yang telah ditetapkan pada Rakernas MUI tahun 2007 dan kembali disahkan
sebagai bagian dari SOP (Standard Operating Procedure) Pengkajian dan Penelitian
MUI pada Rakernas MUI tahun 2015. Kriteria aliran sesat tersebut mencakup 10
hal sebagai berikut :
1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari
Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah,
sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji).
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan
as-sunah).
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran.
5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir.
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
3
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang
Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian
Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 41.
58
7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir.
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah.
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i.4
Kriteria-kriteria diatas dijadikan MUI sebagai dasar menyatakan ajaranajaran dan aliran-aliran yang sesat. Permyataan ini tegas dijawab oleh Drs. H.
Ahmad Zubaidi, MA sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat. Beliau berkata:
"MUI tidak gegabah dalam menentukan kesesatan suatu ormas atau
suatu aliran, kalau belum betul-betul memenuhi kriteria itu belum akan
dinyatakan (sebagai) aliran sesat. Tetapi jika sudah memenuhi apalagi sudah
mengingkari Nabi Muhammad Saw, mengingkari Al Quran yasudah , sudah
amat jelas kalau aliran itu sudah sangat melanggar ushuludin (hal-hal pokok
dalam beragama), kalo sudah melanggar yasudah dinyatakan sebagai alairan
yang sesat."5
Dengan demikian MUI mengeluarkan fatwa bahwa Gafatar merupakan aliran
yang sesat, dilihat karena Gafatar melanggar aspek-aspek dari 10 kriteria aliran
sesat yang telah ditetapkan. Ajaran Gafatar berasal dari ajaran al-Qiyadah alIslamiyah dan Millah Abraham, yakni meyakini bahwa adanya pembawa risalah
dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad Saw, yaitu Ahmad Musadeq
alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru selamat. Hal ini telah melanggar
kriteria nomer 8 yaitu Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul
terakhir. Yang kedua adalah menolak adanya surga dan neraka di akhirat, ini
melanggar ajaran islam pada Al Quran dan As Sunnah. Lalu tidak diwajibkannya
salat lima waktu, puasa Ramadan, dan haji yang dimana ini merupakan rukun
4
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang
Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian
Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 5-7.
5
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
59
Islam. Dan yang terakhir mencampuradukan agama Islam, Kristen dan Yahudi.
Paham ini muncul karena dalam menafsirkan al Quran tidak menggunakan kaidah
tafsir yang benar. Karena semua hal pokok ajaran Islam telah dilanggar, maka MUI
dirasa perlu untuk mengeluarkan fatwa sesat kepada Ormas Gafatar.
Fatwa adalah “penjelasan hukum syariat atas suatu permasalahan dari
permasalahan-permasalahan yang ada, yang didukung oleh dalil yang berasal dari
Al-Qur’an, sunnah Nabawiyyah, dan ijtihad. Secara definitif fatwa yaitu usaha
memberikan penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang
belum mengetahuinya.”6 Fatwa “biasanya dikeluarkan oleh lembaga atau orang
yang memiliki otoritas dibidang hukum Islam.”7
Pada penelitian ini, peneliti mengambil fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI sebagai wadah para ulama, zuama dan
cendekiawan muslim, mereka memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing
umat untuk senantiasa istiqamah menjalankan Islam sesuai tuntunan Rasulullah
Saw. MUI harus berperan aktif membimbing umat Islam (ri’ayatul ummah) agar
tidak terjerumus mengikuti ajaran dan aliran menyimpang serta melakukan
penguatan (taqwiyah) terhadap aqidah, syariah dan akhlak umat Islam.8
Dalam pembuatan fatwanya sendiri, itu harus melalui beberapa tahapan dan
melewati komisi-komisi yang berkaitan dengan fatwa sesat Gafatar ini. Menurut
wawancara dengan Ahmad Zubaidi yang mengatakan:
“Pembuatan fatwa berlangsung cukup lama karena melalui pengkajian
terlebih dahulu, yang dikaji oleh Komisi Penelitian dan Pengkajian. Mereka
menurunkan tim penelitinya, untuk meneliti sepak terjangnya, tentang
6
Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 374.
Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta:AMZAH, 2013) h. 44.
8
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang
Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian
Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 1.
7
60
alirannya tentang keyakinananya, itu dicek di lapangan. Setelah dilakukan
penelitian tahap selanjutnya dibahas di Komisi Fatwa, dikajinya di Komisi
Pengkajian. Komisi Pengkajian rapat bersama dengan Komisi Fatwa, di
Komisi Fatwa dilihat dan disesuaikan dari aspek-aspek dalil-dalilinya, aspek
syar'inya apakah bertentangan atau nggak, ternyatakan (hasilnya)
bertentangan. maka kemudian MUI mengeluarkan fatwa sesat. Setelah keluar
fatwa sesat barulah diberikan kepada Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.”9
Setelah fatwa itu jadi dan hendak disosialisasikan kepada masyarakat, MUI
selanjutnya memiliki peran yang penting untuk mencegah konflik dan pengadilan
massa terhadap komunitas penganut aliran menyimpang atau terindikasi
menyimpang.
Ketegasan MUI harus dilakukan dengan langkah-langkah yang
dapat dipertanggungjawabkan secara syar’i maupun hukum, sehingga prosedur
penegakan hukum terhadap aliran sesat sebagai tindak lanjut penetapan kesesatan
suatu aliran, dapat berjalan sesuai ketentuan yang berlaku. Karena banyak oknumoknum diluar sana yang memanfaatkan fatwa MUI sebagai landasan untuk bersikap
anarkisme kepada massa pengikut organisasi Gafatar. Seperti yang diungkapkan
oleh informan Ahmad Zubaidi:
“kemarin kita juga khawatir ketika dikeluarkannya fatwa sesat Gafatar,
khawatirnya ada kelompok-kelompok radikal yang memanfaatkan untuk
mengambil tindakan anarkisme. Jadi kita di MUI itu antara fatwa sesat
dengan penanganannya berbeda, bukan berarti kalau sesat kemudian
dihalalkan darahnya, bukan! Justru ketika dinyatakan sesat tugas kita untuk
mengembalikan kepada ajaran yang benar al-ruju’ ila al-haq, bukan sebagai
amunisi untuk anarkis kepada mereka.”10
Ahmad Zubaidi juga menambahkan pada saat penanganan ormas Gafatar
untungnya tidak terjadi tindakan anarkisme.
“Paling kalau di kalimantan sendiri terjadi ketegangankan soalnya
masyarakat sekitar sudah mengepung mereka, sudah siap untuk melakukan
9
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
10
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
61
penyerangan, tetapi karena pemerintah sigap, mereka langsung diungsikan,
dipulangkan. Bahkan merupakan fenomena yang pertama kali terjadi,
pemerintah sudah melakukan tindakan sebelum MUI mengeluarkan fatwa,
artinya biasanya pemerintah itu menunggu fatwa MUI, ini nggak, pemerintah
sudah bertindak lebih dulu, munkin karena aspek keamanan itu, karena
masyarakat setempat sudah merasa resah dengan adanya Gafatar di Boerneo
itu.”11
Strategi yang digunakan oleh MUI untuk mensosialisasikan fatwa sesat
ormas Gafatar, dilihat dari banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi di masyarakat.
MUI melalui Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat bertugas untuk menjelaskan dan mensosialisasikan fatwa tersebut
kepada masyarakat.
A. Strategi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar
MUI sebagai lembaga yang mengeluarkan fatwa sesat Ormas Gafatar dirasa
perlu untuk mensosialisasikan fatwa tesebut kepada masyarakat dan umat muslim
di Indonesia. Dalam MUI yang bertugas untuk mensosialisasikan fatwa adalah dari
Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. Komisi Dakwah dirasa perlu
untuk mensosialisasikan fatwa sesat ini kepada masyarakat di Indonesia karena
Ormas Gafatar memiliki misi tersendiri untuk menjadikan Indonesia sebagai
Negara Karunia Semesta Alam yang mana dipimpin oleh sang juru selamat Ahmad
Musadeq. Sebelumnya Ahmad Musadeq juga terjerat dalam kasus aliran sesat alQiyadah al-Islamiyah yang oleh MUI juga sudah difatwa sebagai aliran sesat pada
tanggal 3 Oktober 2007. Sehingga sekarang Gafatar dianggap sebagai
metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang telah difatwa sebagai aliran
yang sesat.
11
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
62
Ahmad Zubaidi selaku Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat mengatakan bahwa sangat perlu melakukan sosialisasi fatwa taersebut
agar masyarakat tahu kalau Gafatar itu sesat, Karena di level masyarakat bawah,
mereka menggunakan bahasa dakwah, bahasa pemberdayaan, bahasa revolusi
ekonomi, dari keadaan yang miskin ini bisa menjadi kaya. Hal-hal yang berkenaan
dengan keyakinan tidak diberitahu dari awal. Ketika mereka sudah mempunyai
keterkaitan yang kuat dengan Gafatar, baru paham keagamaan itu disampaikan.12
Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, ada 3 tipe pengikut
organisasi Gafatar, yaitu pengikut, operator ideolog dan ideolog. Ideolog, adalah
seorang pemikir, mereka yang memiliki keyakinan sangat kuat terhadap paham
keagamaan Gafatar. Ke dua operator ideologi, artinya dia bukan pemikir, tetapi
mereka merupakan kelompok yang menyebarluaskan ideologi dan ajaran Gafatar
kepada orang lain. Lalu yang ke tiga adalah pengikutnya.13
Pengurus organisasi Gafatar memiliki strategi sendiri untuk melakukan
pendekatan kepada masyarakat atau untuk menyembunyikan identitasnya di
masyarakat awam. Ini dilakukan agar mereka bisa melakukan rekrutmen dan
pengumpulan massa yang banyak untuk memperkuat organisasinya. Ahmad
Zubaidi mengatakan:
“Ditengah masyarakat mereka itu pinter, mereka itu selalu
mensupport pemerintah daerah, jadi seolah-olah mereka mitra pemerintah
daerah. Sehingga mereka sempat mendapat tempat yang cukup leluasa di
Pemda-Pemda. Ini strategi politik supaya mereka memiliki akses yang
mudah, baik akses dana dan akses dalam rangka rekrutmen. Tetapi setelah
dilevel atas itu sudah politik tujuannya. Karena mereka mencita-citakan
terbentuknya sebuah Negara Karunia Semesta Alam yang menurut
keyakinan mereka dimulai dari Borneo di Kalimantan. Itu kemudian ada
12
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
13
Luqman Rimadi, 3 Tipe Penganut Gafatar Menurut Menteri Lukman,
http://news.liputan6.com/read/2426910/3-tipe-penganut-gafatar-menurut-menteri-lukman. Diakses 3
Juli 2016, Pukul 15.05 WIB.
63
konsep Hijrah, semua orang harus Hijrah kesana. Nanti dari Hijrah itu
sampai konsep khital, khital itu perang, mereka siap perang nantinya.
bermula dari hijrah dulu mereka kesana nanti setelah kuat, mereka
berhadapan dengan pemerintah, maupun dengan komponen manapun,
khital (perang).”14
bisa
Jadi
siap
siap
Terkait dengan hal tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana strategi
yang digunakan MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar. Seperti
yang dikatakan Onong Uchjana Effendy bahwa “stategi komunikasi merupakan
paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan”, maka tahapan yang digunakan adalah
perpaduan dari model tahapan perencanaan komunikasi dan tahapan manajemen
untuk dapat digunakan dalam penelitian ini.
Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi
Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima
tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Strategi Manajemen” mengatakan
bahwa “proses strategi manajemen pada darsarmya meliputi tiga langkah utama,
yaitu: perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.”15
Dengan demikian tahapan strategi komunikasi yang digunakan oleh MUI
dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar terdiri dari lima langkah, yaitu:
1. Penelitian
Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematik yang dihadapi suatu
lembaga.16 Tahapan ini juga merupakan tahap penemuan fakta. Tahap penelitian
ini digunakan untuk mengetahui bagaimana opini publik dan keadaan yang terjadi
14
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
15
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang:
Bayumedia Publishing, 2005) h. 4
16
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72
64
sebenarnya terhadap suatu permasalahan yang terjadi di sekitar organisasi atau
lembaga tersebut.
MUI mempunyai komisi khusus yang berkaitan dengan mencari fakta di
lapangan, yaitu pada Komisi Penelitain dan Pengkajian. Mereka menurunkan tim
penelitinya, untuk meneliti sepak terjang dari Ormas Gafatar, mencari informasi
terkait aliran dan keyakinananya yang dianut oleh para pengikut Gafatar.
Penelitian ini dilakukan langsung kepada pelaku di lapangan dengan koordinasi
antara MUI pusat dengan MUI yang di daerah. Data yang terkumpul kemudian
dikaji oleh Komisi Pengkajian yang melakukan rapat bersama dengan Komisi
Fatwa.17 Hasil dari rapat itu adalah menyatakan bahwa Gerakan Fajar Nusantara
dinyatakan sebagai organisasi massa yang beraliran sesat dan menyesatkan dilihat
dari beberapa faktor berikut:
a. Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) bergerak di bidang sosial,
namun pada faktanya mengajarkan keyakinan dan pemahaman keagamaan
yang meresahkan masyarakat muslim;
b. Keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan tersebut berasal
dari ajaran al-Qiyadah al-Islarmyah dan Millah Abraham, yakni menyakini
adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi
Muhammad SAW, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai
mesias dan juru selamat; mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa
ramadhan, dan haji; serta mencampuradukkan pokok-pokok ajaran Islam,
Nasrani dan Yahudi dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidak sesuai
dengan kaidah tafsir;
17
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
65
c. Aliran ini berkembang di beberapa daerah yang kemudian menimbulkan
keresahan masyarakat, sehingga sebagian organisasi, lembaga termasuk
Kejaksaan Agung RI mengajukan permintaan fatwa tentang masalah
tersebut;18
Ketiga faktor inilah yang melatar belakangi munculnya Fatwa Nomer 6
Tahun 2016 tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Tetapi pada Komisi
Dakwah dan Pengembangan Masyarakat tidak melakukan penelitian khusus untuk
mensosialisasikan fatwanya kepada masyarakat. Mereka hanya bertugas untuk
membina umat muslim di Indonesia agar lebih waspada dalam melihat fenomena
yang ada di sekitar lingkungannya.
2. Perencanaan
Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan langkahlangkah ke depan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan strategis, serta
merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.19 Dengan demikian, dalam
tahap perencanaan diperlukan strategi tentang pemilihan atau penentuan sumber
(komunikator), pesan, media, sasaran (komunikan), dan efek yang diharapkan.20
Berikut penjabarannya:
a. Komunikator
Sumber atau komunikator disini adalah individu atau lembaga yang bersifat
sebagai pemberi pesan yang berupa informasi atau penyuluhan. Pada saat
mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar ini yang bertindak sebagai
18
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang
Kesesatan Gafatar, h. 11-12.
19
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 5.
20
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72.
66
komunikator adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diwakili oleh Komisi
Dakwah dan Pengembangan Masyarakat.
b. Pesan
Pesan adalah kata-kata, lambang, isyarat, tanda atau gambar yang
disampaikan. Dalam hal ini pesannya berupa Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Nomer 6 Tahun 2016 Tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Selain fatwa
itu sendiri, pesan yang ingin disampaikan oleh MUI juga berupa penyuluhan dan
hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi terhadap munculnya aliranaliran sesat di Indonesia, khususnya ajaran yang dibawa oleh Ormas Gafatar.
c. Media
Selanjutnya media adalah perantara yang digunakan oleh sumber untuk
menyampaikan
pesannya
kepada
sasaran
yang
ingin
dituju,
yaitu
komunikannya. Dalam hal ini Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat
menggunakan media cetak dan media massa dalam mensosialisasikan fatwa
sesat Ormas Gafatar ini. Media cetak yang digunakan merupakan buku. MUI
menyetak buku khusus yang membahas tetang kesesatan Ormas Gafatar.
Selanjutnya MUI juga menggunakan media massa seperti televisi, radio dan
koran untuk menyebarkan informasinya. Hasil Press Conference MUI disiarkan
secara serentak oleh media massa di Indonesia, seperti Metro TV dalam
program berita Metro Hari Ini pada tanggal 3 Februari 2016, NET TV dalam
program NET 16 tanggal 3 Februari 2016. Bahkan mereka menggunakan media
internet seperti website resmi MUI yaitu http://mui.or.id, media sosial, dan
media online seperti Kompas.com, BBC.com, Liputan6.com, dan media-media
lain yang menampilkan berita mengenai fatwa Gafatar tersebut.
67
d. Sasaran
Sasaran maksudnya adalah target yang ingin dipengaruhi atau dalam
bahasa komunikasinya adalah komunikan, yaitu target penerima pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Sasarannya bisa berupa orang, kelompok atau
lapisan masyarakat tertentu.
Pada penelitian ini yang menjadi target sasaran dari Fatwa MUI tentang
Gafatar dibagi menjadi dua. Sasaran pertama adalah kepada para eks anggota
Gafatar dan yang ke dua adalah kepada masyarakat yang tidak mengikuti
Gafatar. Untuk para eks anggota Gafatar juga dibagi menjadi dua kriteria, yaitu
mereka yang mempercayai paham yang diajarkan di dalam Gafatar dan mereka
yang hanya mengikuti kegiatan sosial organisasi Gafatar.21
e. Efek
Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat dari
diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang meliputi
pengetahuan atau bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan, emosi, atau
bisa juga bersifat konatif yang berupa tindakan.22
Dalam kasus ini efek yang ingin dicapai oleh MUI juga terbagi berdasarkan
target sasarannya. Bagi para eks pengikut Gafatar MUI mengharapkan agar
keluar dari organisasi tersebut dan bertaubat untuk kembali lagi ke ajaran Islam
yang sebenarnya. Dan bagi masyarakat umum diharapkan waspada terhadap
ajaran aliran-aliran sesat yang muncul di Indonesia. Serta masyarakat melalui
pemerintah bisa menerima kembali para eks pengikut Gafatar di tengah-tengah
lingkungannya.
21
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar
Nusantara (GAFATAR), h. 7
22
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h.46-47
68
Untuk menjalankan perencanaan di atas, MUI juga memiliki Strategi
pendekatan khusus untuk mensosialisasikan fatwa sesat Gafatar kepada
masyarakat dan para eks pengikut Gafatar berdasarkan hasil wawancara berikut:
“Kita merencanakan untuk terjun ke daerah-daerah yang dimana disitu
terdapat konsentrasi-konsentrasi Gafatar. Tetapi disana pun kita tidak
melakukan terjun langsung ke mereka, kita melakukan TOT (Training Of
Trainer). Jadi orang-orang lokal itu yang kita latih, MUI setempat yang kita
latih. Jadi nanti yang melakukan pembinaaan langsung adalah MUI
setempat. Dan bukan hanya MUI, tapi semua stakeholder disana seperti
Pemdanya dilibatkan semua. Kita training itu pemahaman tentang Gafatar
dan tekhnik penanganannya. Kenapa seperti itu? itu penghematan waktu
dan biaya. kalau orang pusat harus menangani langsung ke daerah, berapa
lama waktu yang dibutuhkan, berapa biaya yang dibutuhkan, ini tidak
masuk akal.”23
Dengan begitu pada tanggal 30 Mei - 1 Juni 2016 Komisi Dakwah
mengadakan RAKORNAS (Rapat Koordinasi Nasional) Komisi Dakwah seIndoneisa. RAKORNAS itu dihadiri oleh seluruh Komisi Dakwah di Indonesia
untuk menjelaskan tentang Gafatar. Harapannya agar MUI di daerah bisa terus
melakukan kampanye ini, atau sosialisasi tentang sesatnya Gafatar dan
penanganannya. Jadi MUI tidak sekedar mengatakan sesat, tetapi penaganannya
itu yang penting. Supaya mereka yang sudah terkena atau sudah ikut bisa segera
kembali kepada masyarakat dan kembali ke jalan yang benar. Disisi lain juga
untuk membatasi supaya gerakan ini jangan sampai meluas.
Selain dengan Rapat Koordinasi Nasional Komisi Dakwah se-Indoneisa,
MUI memiliki tugas khusus untuk mengedukasi masyarakat yaitu dengan
memberikan
pemahaman-pemahaman
agama
dan
memperkuat
aqidah
masyarakat agar tidak tidak mudah tergelincir untuk mengikuti aliran-aliran
sesat yang ditawarkan oleh kelompok tertentu. Tentu MUI tidak bisa bergerak
23
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
69
sendiri dan memerlukan bantuan dari para Dai-dai dan penceramah untuk
memeberikan seruan-seruan tentang kesesatan Gafatar dan mengajarkan aqidah
Islam yang benar. Maksudnya bila masyarakat sudah mengetahui aqidah Islam
yang benar, maka mereka akan memiliki sensitifitas terhadap aqidah-aqidah
baru yang tidak diajarkan sebelumnya. Jadi otomatis dengan penguatan aqidah
masyarakat sudah memiliki benteng agar tidak terpengaruh dengan aliran-aliran
baru yang ada ini.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka implementasi
rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dalam sebuah lembaga
berarti pengorganisasian seluruh divisi-divisi di perusahaan tersebut untuk
menjalankan rumusan yang telah disepakati. Tahap pelaksanaan bisa dilakukan
dalam bentuk tayangan di televisi, wawancara di radio, pemasangan iklan di surat
kabar, pemasanagan baliho atau spanduk di jalanan, dan pemberangkatan tim
penyuluhan untuk bertatap muka dengan komunitas di lokasi yang menjadi target
sasaran.24
Tindakan pertama setelah dikeluarkannya fatwa sesat Gafatar itu adalah
dengan menyebarkannya di media massa. MUI mengudang para insan pers untuk
datang ke kantor MUI pada tanggal 3 Februari 2016. Hari itu MUI mengadakan
konfrensi pers terkait pernyataan dan dikeluarkannya fatwa sesat kepada Ormas
Gafatar. Peristiwa itu pun diliput oleh media yang ada di Indonesia seperti dari
media televisi, radio, surat kabar, dan media-media online di Indonesia untuk
disebarluakan kepada masyarakat secara cepat.
24
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73
70
Di media televisi stasiun yang menayangkan berita mengenai MUI yang
memfatwa sesat Ormas Gafatar salah satunya adalah Metro TV dalam program
berita Metro Hari Ini, NET TV dalam program berita NET 16. Sedangkan radio
RRI melalui website resminya juga memberitakan mengenai Fatwa sesat Ormas
Gafatar. Selanjutnya surat kabar ternama di Ibukota seperti, Kompas, Republika,
dan Tempo memuat berita mengenai sesatnya Ormas Gafatar dan Fatwa MUI
bahwa Gafatar merupakan aliran sesat. Terakhir media-media online juga turut
memberitakan informasi tersebut agar masyarakat Indonesia tahu dan tidak
terjerumus untuk mengikuti ormas Gafatar.
Setelah itu MUI melakukan RAKORNAS Komisi Dakwah se-Indonesia
yang bertujuan untuk mengkoordinasikan antara pengurus MUI Pusat dengan
MUI Daerah. Diharapkan setelah RAKORNAS ini kerjasama antar keduanya
semakin baik dalam upaya mengedukasi masyarakat serta mensosialisasikan
fatwa sesat Ormas Gafatar ini. Hasil dari RAKORNAS itu adalah akan
diadakannya pelatihan atau Training Of Trainer (TOT) kepada para pengurus
MUI di daerah. Tetapi terakhir kali peneliti melakukan wawancara dengan
narasumber, ia mengatakan secara resmi program TOT itu belum dilakukan,
berikut penjelasannya:
“Untuk program TOT secara resmi belum kita lakukan, tapi
pengiriman informasi ke daerah sudah dilakukan. Artinya jangan tunggu
training terlebih dahulu, kelamaan. Jadi daerah tetap kita berikan wewenang
untuk mengangani. Untuk program training itu sebenernya untuk
penyelesaian yang komprehensif, tetapi penyelesaian yang sifatnya segera,
itu daerah bisa langsung menangani.”25
Pengiriman informasi itu berupa buku panduan yang diterbitkan oleh
Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat dan Komisi Penelitian dan
25
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
71
Pengkajian MUI dengan judul “Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan
Gafatar”. Buku itu hanya dijadikan sebagai panduan dasar untuk mengatasi
masalah tentang Gafatar, untuk cara pengantisipasian dan pengeksekusian
pengurus MUI di daerah diberi kebebasan untuk berkreasi sekreatif mungkin
untuk metode pendekatannya.
Upaya dari MUI di daerah tersebut kemudian di dukung oleh para Dai dan
para penceramah lokal untuk terus mengedukasi masyarakat dan terus
mengkampanyekan pemahaman tentang aliran-aliran yang sesat agar masyarakat
paham dan tidak terjerumus ke ajaran-ajaran kesesatan. Masyarakat juga bisa
berperan aktif bila mendapatkan informasi tentang aliran sesat di lingkungannya.
Mereka bisa melaporkan kepada pihak yang berwajib dan kepada Komisi Dakwah
di daerahnya agar bisa segera dilakukan pemeriksaan dan tindakan antisipasi
sebelum paham itu tersebar ke orang lain.
Mengapa masyarakat juga harus berperan aktif dalam mengantisipasi
ajaran-ajaran yang menyesatkan? Karena seperti contoh kasus Gafatar, kita sering
mendengar bahwa terdapat beberapa kasus penculikan. Jadi Gafatar melakukan
rekrutmen dengan mempengaruhi para calon anggotanya dengan segala ajaran
paham-pahamnya, setelah mereka yakin dengan ajaran tersebut maka mereka
akan langsung hijrah ke Borneo, yaitu tempat para anggota Gafatar berkumpul.
Kasus seperti ini yang dianggap oleh keluarga calon anggota Gafatar sebagai
tindakan pencucian otak dan penculikan. Jadi selain melanggar nilai-nilai hukum
agama, Gafatar juga telah melanggar hukum bernegara.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari strategi yang telah
dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang
72
diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk digunakan
sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan dari strateginya tercapai,
apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan tindakan apa
yang dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti informasi yang
disampaikan.
Sejauh ini evaluasi yang dilakukan oleh MUI, khususnya oleh Komisi
Dakwah dan Pengembangan Islam masih menggunakan evaluasi kualitatif, yaitu
hanya melihat dari fenomena yang nampak. Pengukuran evaluasinya itu
berdasarkan bagaimana para da’i melakukan tugasnya dalam rangka Himayatul
Ummah (melindungi umat). MUI tidak bisa memastikan secara kuantitatif berapa
anggota eks Gafatar yang telah kembali memeluk Islam dan berapa yang tidak,
pengukuran hanya berdasarkan pernyatan da’i dan pernyataan dari Pemda
setempat. Evaluasi hanya dari seberapa gencar para da’i dalam menghadiri dan
mendakwahi titik-titik berkumpulnya para eks anggota Gafatar untuk kembali ke
ajaran Islam yang benar.26 Terkait kepercayaan masyarakat dengan fatwa MUI,
sejauh ini masih banyak masyarakat yang menerima fatwa dari MUI
dibandingkan dengan yang menolak. Ahmad Zubaidi selaku narasumber
mengatakan:
“Fatwa-fatwa yang ada di masyarakat selalu kita evaluasi dampaknya,
walaupun yang kami lakukan masih sebatas evaluasi kualitatif, bukan
evaluasi kuantitatif. Evaluasi kualitatif itu kita hanya sebatas membaca
fenomena dari yang nampak di masyarakat, kecenderungan biasanya
masyarakat menerima atau menolak kan kelihatan, dan memang
kontroveresi ya kadang-kadang ada. Tapi kalau kita lihat secara kualitatif,
saya rasa memang lebih banyak yang menerima fatwa MUI dari pada yang
menolak.27
26
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 8 September 2016.
27
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
73
5. Pelaporan
Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi yang
telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada pimpinan
untuk dijadikan bahan pertimbangan. Jika dari laporan diperoleh hasil positif,
maka bisa dijadikan sebagai landasan untuk program selanjutnya. Tapi jika dalam
laporan itu ditemukan hal-hal yang kurang sempurna, maka temuan tersebut bisa
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi atau memodifikasi program
yang akan dilakukan.28
Setiap hari Selasa, pengurus MUI selalu melakukan rapat yang dinamakan
Rapat Pengurus Harian. Rapat tersebut dihadiri oleh Ketua Umum MUI dan
pengurus-pengurus harian lainnya. Biasanya Komisi yang diundang hanya
Komisi yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas saat rapat. Rapat itu
bertujuan untuk melaporkan kepada pimpinan tentang perkembangan yang
terjadi, disitu juga terjadi tahapan evaluasi, bagaimana kesimpulan akhirnya
dibahas dalm rapat itu. Di setiap Komisi ada rapat tersendiri, setelah rapat di
Komisi selesai baru dilaporkan ke rapat pengurus harian.
Terkait Gafatar sendiri sudah menjadi pembahasan utama dalam setiap
rapat. Setiap program-program yang dibentuk oleh Komisi Dakwah sebelumnya
sudah dibahas di setiap rapat. Seperti yang dikatan oleh Ahmad Zubaidi:
“Gafatar sendiri sudah menjadi pembahasan utama dalam setiap rapat
itu. Komisi Dakwah membuat buku dan sebagainya itu berdasarkan hasil
dari rapat itu, yang menginstruksikan kepada Komisi Dakwah untuk segera
membuat langkah-langkah pembinaan terhadap Gafatar. Agar langkahlangkah yang kita buat bisa dipahami oleh komisi yang di daerah akhirnya
28
H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73
74
kita buat buku itu.”29
Dengan adanya tahap pelaporan ini diharapkan Pimpinan MUI selalu
mengetahui dan memantau bagaimana kinerja dari Komisi-komisi yang ada
dibawahnya. Dengan adanya Rapat Pengurus Harian itu selain untuk merumuskan
jalan keluar dari permasalahan yang timbul di masyarakat, juga dapat
mendekatkan para anggota MUI agar selalu menjaga tali silaturahmi diantar
Komisinya.
B. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi MUI dalam Mensosialisasikan
Fatwa Sesat Ormas Gafatar
Dalam mensosialisaikan fatwa sesat Gafatar ini MUI terbantu dengan faktorfaktor pendukung dari pihak intern lembaga dan dari ekstern. Tetapi selain faktor
yang mendukung MUI juga mengalami beberapa hambatan dalam proses
mesosialisasikan fatwanya. Berikut adalah faktor pendukung dan penghambat MUI
dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar:
1. Faktor pendukung MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar:
a. MUI adalah lembaga yang berisi gabungan dari ormas-ormas Islam di
Indonesia. Yaitu merupakan kumpulan dari ulama, zuama, para pemimpin
dan sebagainya. Ini merupakan suatu kekuatan MUI agar bisa diterima
kealiran mana pun tanpa ada sekat pembatasnya. Sehingga fatwa yang
dikeluarkan
MUI
akan
berlaku
ke
semua
aliran,
seperti
NU,
Muhammadiyah, PERSIS, dan aliran yang lainnya. Diharapkan fatwa
Gafatar ini juga diterima oleh para pengikut organisasi tersebut karena
memang ajaran Gafatar telah keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya.
29
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
75
b. Kepada pengurus MUI di daerah yang telah berkoordinasi dengan MUI
pusat dalam upaya penanggulangan Ormas Gafatar secara langsung.
Sebelumnya MUI di daerah sudah mengeluarkan lebih dulu terkait dengan
fatwa sesat Ormas Gafatar. Kerena mereka lebih dulu merasakan dampak
negatif dari ajaran yang dibawa oleh Gafatar.30
c. MUI mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia. Fatwa MUI
selalu ditunggu untuk dijadikan sebagai penjelas akan yang haq dan yang
bathil. Bahkan MUI mendapat sokongan dana dari APBN berdasarkan
Instruksi Presiden tahun 2014 yang ditanda tangani oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Terkait dengan kasus Gafatar pemerintah sangat
bersifat kooperatif dengan MUI, ketika MUI belum mengeluarkan
fatwanya tentang Gafatar, pemerintah sudah melakukan tindakan
antisipasi kepada para eks anggota Gafatar di Borneo, Kalimantan. Karena
disinyalir akan ada penyerangan yang dilakukan oleh warga setempat
kepada para eks anggota Gafatar.31
d. Para pelaku media massa atau pers baik itu televisi, radio, surat kabar, dan
media online yang secara kooperatif terus menyebarkan informasi terkait
pemberitaan Gafatar dan fatwa sesat Ormas Gafatar yang dikeluarkan
MUI.
e. Para Da’i, Penceramah dan Khotib di Indonesia di harapkan dapat terus
mengajarkan kepada masyarakat terkait aqidah seorang muslim yang
benar. Serta selalu mendakwahkan umat tentang aliran-aliran yang
30
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
31
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
76
menyesatkan, supaya mereka tidak bergabung didalamnya. Dan juga
kepada para umat Islam di Indonesia yang mempercayai akan fatwa dari
MUI untuk dijadikan penjelas dalam kehidupan sehari-hari.32
2. Faktor penghambat MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar:
a. MUI bukan sebuah struktur pemerintahan, sehingga terkadang terdapat
kendala-kendala dalam strukturalnya. Artinya karena bukan pemerintahan,
pengurus MUI merupakan volunteer atau relawan, sementara pengurus
yang didalamnya juga terikat dengan pekerjaan masing-masing, seperti
dosen dan rektor. Sehingga dalam menangani suatu kasus kurang bisa
fokus, lain dengan pemerintahan yang memiliki semacam instruksi
strukturalnya akan berjalan dengan baik.
b. Faktor finansial atau dana yang terbatas. Karena pekerjaan untuk
penanganan orang-orang yang sesat ini membutuhkan dana yang besar
untuk terjun kelapangan, pelatihan kepada pengurus MUI di daerah-daerah
dan
program-program
di
MUI
lainnya.
Komisi
Dakwah
dan
Pengembangan Masyarakat secara khusus tidak membatasi budget yang
dibutuhkan
untuk
mensosialisasikan
fatwanya
karena
untuk
mensosialikasikan bisa melalui Dai-dai dan penceramah sehingga tidak
membutuhkan dana yang besar. Tetapi dana itu dibutuhkan untuk program
pelatihan kepada pengurus MUI yang ada di daerah.33
c. Fatwa itu bersifat tidak mengikat, sehingga terkadang fatwa MUI tidak
bisa menjadi pendapat seluruh umat Isalm. Sementara MUI tidak
32
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
33
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
77
mempunyai kewenangan untuk memaksa orang untuk mengikuti
fatwanya, itu salah satu kendalanya. Jadi MUI hanya bisa seperti orang
yang berdakwah saja, hanya mengajak kepada kebenaran. Lain dengan
negara, bila tidak taat dengan negara, negara punya aparatur untuk
menertibkan, ada hukum yang bisa menegakkan.34
d. Para pengikut Gafatar cenderung bersikap tertutup. Mereka seperti diam
seribu bahasa jika ditanya tetang organisasi yang mereka ikuti itu. Ini
menghambat para pihak peneliti untuk mengetahui tetang background dan
aktifitas mereka. Selama ini mereka masih mau mengikuti program yang
dibuat MUI untuk mengembalikan dia kepada ajaran Islam yang benar,
tetapi ditakutkan mereka seperti layaknya taqiyah dalam syiah, yaitu
kondisi luar dengan yang ada didalam batinnya tidak sama, atau hanya
berpura-pura bertaubat dan tetap kembali lagi menjadi sesat nantinya.35
3. Solusi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar:
a. Solusinya adalah seharusnya perlu ada lembaga resmi yang memang
mengurus tentang penanganan kepada ajaran keagamaan di Indonesia, jika
tidak maka akan terus bermunculan paham-paham baru di Indonesia yang
tujuannya ingin memecah belah bangsa.
b. Terkait masalah finansial, MUI seharusnya memiliki sumber dana lain
selain dari APBN. MUI merupakan gabungan ormas-ormas Islam,
Harusnya mereka bisa sedikit memberi bantuan dana untuk operasional
34
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
35
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
78
MUI. Namun soal pendanaan ini harus bersifat transparan dan digunakan
dengan semestinya.
c. Terkait dengan masyarakat yang belum menjalankan fatwa dari MUI, itu
memang sudah tugas dari MUI untuk terus mengedukasi dan
mensosialisasikan fatwanya kepada masyarakat. Jika MUI dengan gencar
mendakwahkan fatwa-fatwanya dan mendakwahkan ajaran Islam yang
sebenarnya, maka masyarakat akan memiliki kemampuan untuk memilah
mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang sesat.36
36
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian stratregi komunikasi Majelis Ulama Indonesia dalam
mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar, maka penulis memberi kesimpulan
sebagai berikut:
1. Strategi Komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwanya melewati lima
tahapan, yaitu:
a. Penelitian
MUI memiliki komisi sendiri yang melakukan tugas untuk meneliti,
namanya Komisi Penelitian dan Pengkajian. Mereka menurunkan timnya
untuk langsung melakukan observasi lapangan terkait ajaran dan paham yang
dibawa oleh gafatar. Selanjutnya hasil penelitian itu dirapatkan bersama
Komisi Fatwa untuk dijadikan fatwa sesat kepada Ormas Gafatar. Setelah
fatwa itu jadi maka selanjutnya adalah tugas dari Komisi Dakwah dan
Pengembangan Masyarakat untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat.
b. Perencanaan
Pada tahap ini MUI melakukan perencanaan strategi komunikasi
dengan melihat dari unsur-unsur komunikasinya,
seperti
penetapan
komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Komunikatornya adalah
MUI yang diwakili oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat.
Selanjutnya pesannya adalah Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomer 6 Tahun
2016 Tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Medianya melalui media
cetak dan media massa. Media cetak berupa buku yang khusus membahas
79
80
tentang Gafatar dan media massa melalui siaran Press Conference. Target
sasaran penerima pesannya adalah para eks pengikut Gafatar dan masyarakat
di Indonesia. Terakhir efek yang ingin didapat adalah agar para eks anggota
Gafatar itu bertaubat dan kembali memeluk agama Islam yang sebenarnya.
Lalu kepada masyarakat agar menguatkan aqidah mereka sehingga tidak
mudah terpengaruh lalu bergabung dengan aliran-aliran sesat yang ada.
c. Pelaksanaan
Setelah di rumuskan strategi tersebut kemudian masuk ke tahap
pelaksanaan. Strategi yang sudah dilaksanakan adalah menyebarkan Fatwa
Sesat Gafatar ke media massa, RAKORNAS Komisi Dakwah se-Indonesia,
mengadakan Training Of Trainer (pelatihan kepada pengurus daerah).
d. Evaluasi
Sejauh ini evaluasi yang dilakukan oleh Komisi Dakwah dan
Pengembangan Islam masih menggunakan evaluasi kualitatif, yaitu hanya
melihat dari fenomena yang nampak. Dan hasil evaluasi sejauh ini masih
banyak masyarakat yang menerima fatwa dari MUI dibandingkan dengan
yang menolak.
e. Pelaporan
Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi
yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada
pimpinan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Dengan adanya tahap
pelaporan ini diharapkan Pimpinan MUI selalu mengetahui dan memantau
bagaimana kinerja dari Komisi-komisi yang ada dibawahnya.
81
2. Faktor pendukung, penghambat dan Solusi MUI dalam mensosialisasikan
fatwa sesat Ormas Gafatar, yaitu:
a. Pendukung
1) MUI adalah lembaga yang berisi gabungan dari ormas-ormas Islam
di Indonesia.
2) Pengurus MUI di daerah yang selalu berkoordinasi untuk
memberantas Gafatar.
3) Pemerintah Indonesia yang selalu mendukung program MUI.
4) Pelaku media massa yang membantu menyebarkan informasi terkait
fatwa sesat Ormas Gafatar.
5) Para Da’I dan alim ulama yang terus menyerukan ajaran Islam yang
benar kepada masyarakat.
b. Penghambat
1) Anggota MUI bukan anggota yang memang bekerja fokus untuk
MUI.
2) Faktor finansial yang tidak memenuhi kebutuhan dari MUI.
3) Banyak masyarakat yang tidak menjalankan fatwa dari MUI.
4) Para pengikut Gafatar sulit untuk dimintai keterangan mengenai
aktifitas organisasinya.
c. Solusi
1) Perlu ada lembaga resmi yang memang mengurus tentang
penanganan kepada ajaran keagamaan di Indonesia, agar tidak
bermunculan paham-paham baru di Indonesia.
2) MUI seharusnya memiliki sumber dana lain selain dari APBN.
82
Harusnya ormas-ormas Islam yang tergabung bisa sedikit memberi
bantuan dana untuk operasional MUI.
3) MUI harus terus mengedukasi dan mensosialisasikan fatwanya
kepada masyarakat agar masyarakat sadar dan mengerti mana ajaranajaran yang benar dan yang sesat.
3. Jadi kesimpulannya Majelis Ulama Indonesia memiliki tiga tugas utama,
yaitu: a) Himayatul Ummah (melindungi umat), b) Taquyatul Ummah
(memberdayakan umat), dan c) Tauhidul Ummah (menyatukan umat). Dalam
hal ini MUI bertugas sebagai Himayatul Ummah yaitu melindungi umat dari
aliran-aliran yang menyesatkan. MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat
Ormas Gafatar ini terbagi menjadi dua pendekatan, yaitu: pertama dengan
menggunakan media massa. Maksudnya berita terkait fatwa Gafatar dan
perkembangan mengenai berita Gafatar bisa diperoleh melalui tayangan
televisi, radio, surat kabar dan media online. Kedua, dengan pendekatan
langsung ke masyarakat. MUI Pusat berkoordinasi dengan MUI daerah dalam
mensosialisasikan langsung fatwa mengenai Gafatar dan mengedukasi
masyarakat untuk tetap waspada terhadap aliran yang mengajarkan kesesatan.
4. Ormas Gafatar dinyatakan sesat karena ajaran Gafatar berasal dari ajaran alQiyadah al-Islamiyah dan Millah Abraham, yakni meyakini bahwa adanya
pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad Saw,
yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru
selamat. Hal ini telah melanggar kriteria mengingkari Nabi Muhammad SAW
sebagai nabi dan rasul terakhir. Yang kedua adalah menolak adanya surga dan
neraka di akhirat, ini melanggar ajaran islam pada Al Quran dan As Sunnah.
83
Lalu tidak diwajibkannya salat lima waktu, puasa Ramadan, dan haji yang
dimana ini merupakan rukun Islam. Dan yang terakhir mencampuradukan
agama Islam, Kristen dan Yahudi. Paham ini muncul karena dalam
menafsirkan al Quran tidak menggunakan kaidah tafsir yang benar.
B. Saran
Peneliti memberikan saran-saran kepada pihak-pihak tertentu agar bisa
menjadi bahan evaluasi dan masukan terkait mensosialisasikan fatwa sesat Ormas
Gafatar kepada masyarakat. Pihak-pihak tersebut adalah:
1. Majelis Ulama Indonesia
a. MUI harus lebih sering melakukan evaluasi agar kasus seperti ajaran
Ormas Gafatar yang merupakan metamorphosis dari aliran al-Qiyadah alIslamiyah dan Millah Abraham bisa diberantas sehingga tidak ada lagi
masyarakat Indonesia yang mengikuti aliran yang menyesatkan.
b. Seharusnya MUI memiliki anggota yang bisa bekerja dengan fokus untuk
MUI. MUI tidak dijadikan pekerjaan sambilan karena misi dari MUI ini
adalah sebagai pewaris tugas rasulullah untuk menumpas kesesatan.
c. MUI harus punya alternatif sumber dana untuk biaya operasional kerjanya.
Karena program-program yang dilakukan oleh MUI tidak murah karena
harus menjangkau wilayah seluruh Indonesia.
2. Para Da’i dan Pemuka Agama
Untuk para Da’i, penceramah dan khotib harus secara terus menerus
mensosialisasikan fatwa atau ajaran-ajaran yang menyesatkan dengan cara
menguatkan aqidah umat muslim di Indonesia. Upaya ini untuk mengedukasi
masyarakat dan meminimalisir pengaruh yang dibawa oleh organisasi yang
84
menyesatkan seperti Gafatar.
3. Masyarakat dan Umat Muslim di Indonesia
Untuk masyarakat dan umat muslim di Indonesia harus lebih sensitif
dan tidak mudah terpengaruh dengan ajakan orang yang membujuk untuk
lebih kaya dan sejahtera dengan cara singkat, karena disinyalir itu hanya
kedok untuk mereka bisa menyebarkan paham dan ajarannya seperti yang
dilakukan oleh MUI.
DAFTAR PUSTAKA
Alhafidz, Ahsin W. 2013. Kamus Fiqh. Jakarta: AMZAH.
Bahri, Media Zainul. 2011. Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn
Arabi, Rumi dan Al-Jili, Jakarta: PT. Mizan Publika.
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Cangara, H. Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
----------. 2005. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan
Fajar Nusantara (GAFATAR).
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Hariadi, Bambang. 2005. Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang
Bisnis. Malang: Bayumedia Publishing.
Henselin, James M. 2007. Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta:
Erlangga.
Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat. 2016. Penjelasan Fatwa MUI
Tentang Kesesatan Gafatar. Jakarta: Komisi Dakwah Dan
Pengembangan Masyarakat& Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI.
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi : Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Mardani. 2013. Ushul Fiqh. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
85
86
Narwoko, Dwi dan Suyanto, Bagong. 2005. Sosiologi Teks Pengantar. Jakarta:
Prenada Media.
Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Tamim, Ummu. 2010. Menyingkap Aliran dan Paham Sesat, Jakarta: Pustaka
Imam Ahmad.
Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi, Jakarta: Wacana
Media.
Situs Internet
Badan Pusat Statistik. “Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut”.
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321; Diakses pada 7
Februari 2016.
Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_
indonesia/2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5
Februari 2016, pukul 20:30 WIB.
Heru Triyono, Eks Ketua Gafatar: Kami Keluar Dari Islam Mainstream,
https://beritagar.id/artikel/berita/eks-ketua-gafatar-kami-keluar-dari-islammainstream. Diakses pada 15 september 2016, Pukul 14.14 WIB.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sesat, http://kbbi.web.id/sesat. Diakses pada 21
Mei 2016, Pukul 18.51 WIB.
Luqman Rimadi, 3 Tipe Penganut Gafatar Menurut Menteri Lukman,
http://news.liputan6.com/read/2426910/3-tipe-penganut-gafatar-menurutmenteri-lukman. Diakses 3 Juli 2016, Pukul 15.05 WIB.
M.
Amin Djamaluddin, (GAFATAR) Gerakan Fajar Nusantara,
http://www.fpi.or.id/2016/01/gafatar-gerakan-fajar-nusantara.html. Diakses
pada 23 Mei 2016, Pukul 00.30 WIB.
Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profil-mui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.
Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui.html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.
Majelis
Ulama
Indonesia,
Pengurus
Hasil
MUNAS
2015,
http://mui.or.id/tentangmui/pengurus-mui/periode-berjalan/pengurus-hasilmunas-2015.html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 12.30 WIB.
87
Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat,
http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-AliranSesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:15 WIB.
MUIDIY, Visi dan Misi MUI DIY, http://www.muidiy.or.id/organisasi/visi-danmisi-mui. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.
Tujuan
Ormas
Gafatar
(Gerakan
Fajar
Nusantara),
http://gerakanfajarnusantara.blogspot.co.id/2012/04/tujuan-ormas-gafatargerakan-fajar.html. Diakses pada 6 Agustus 2016, Pukul 09.47 WIB.
Visi
dan
Misi
Ormas
Gafatar
(Gerakan
Fajar
Nusantara),
http://gerakanfajarnusantara.blogspot.co.id/2012/04/visi-dan-misi-ormasgafatar-gerakan.html. Diakses pada 6 Agustus 2016, Pukul 09.42 WIB.
Wajidi Sayadi,Mengenal Kesesatan Ajaran Gafatar, http://www.pontianakpost.
com/mengenal-kesesatan-ajaran-gafatar. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul
00.22 WIB.
Yahya Abdurrahman, Sesat (Dhalal), http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/01/sesatdhalal/. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 19.18 WIB.
Yandhi Mohammad, Fakta seputar Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara,
https://beritagar.id/artikel/berita/fakta-seputar-gafatar-gerakan-fajarnusantara. Diakses pada 17 September 2016, Pukul 09.42 WIB.
Karya Ilmiah
Anggelia Afriani, “Strategi Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Pekanbaru
Dalam Mengatisipasi Berkembangnya Aliran-Aliran Sesat.”. Skripsi S1
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim
Riau, 2011.
Indra Gunawan, “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam
Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam Indonesia”.
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010.
Muflih Shoepul Ridwan, “Strategi Sosialisasi Fatwa Haram Perkawinan Beda
Agama MUI Kota Bogor”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
LAMPIRAN
SURAT BUKTI PENELMIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan
Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia Pusat menerangkan bahwa
Adli
Nama
: Ridho Falah
NIM
:1112051000143
Semester
:
D( (Sembilan)
Jurusan
:
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas
:
Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Yang bersangkutan benar-benar telah melakukan wawaflcara
dengan
Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dar Pengembangan Masyarakat di Masjid
Nurul lkhwan, Tangerang Selatan.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenar-benamya agar dapat
di gunakan sebagaimana
mestinya.
Jakarta, T Agustus 2016
Ahmad Zubaidi, MA.
HASIL WAWANCARA
Nama
: Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA.
Jabatan
: Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat.
Tempat
: Masjid Nurul Ikhwan, Tangerang Selatan.
Tanggal
: 10 Juni 2016
Pukul
: 20:40 – 21:25
Keterangan
: Wawancara untuk penelitian Strategi Komunikasi MUI
Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar.
1. Apa pertimbangan MUI menyatakan bahwa Gafatar adalah ormas
beraliran sesat?
"Itu berdasarkan kriteria MUI yang terdiri dari 10 kriteria ya, silahkan kamu
browsing di internet 10 kriteria itu apa, misalnya tidak percaya kepada Allah,
kepada rasulullah, kepada al-Quran,dst. Dan Gafatar sudah memenuhi dari 10
kriteria itu, karena mereka sudah menyatakan diri mereka bukan islam, bukan pula
kristen dan bukan pula yahudi, dia menciptakan agama baru yaitu millah abraham
yang dibawa oleh Musadeq. Karena mereka sudah memenuhi kriteria mereka
sudah keluar dari aqidah Islam, MUI berani menyatakan sebagai aliran yang
sesat"
"MUI gak gegabah dalam menentukan kesaesatan suatu ormas atau suatu aliran,
kalo belum betul-betul memenuhi kriteria itu belum akan dinyatakan aliran sesat.
Tetapi jika sudah memenuhi apalagi sudah mengingkari nabi Muhammad,
mengingkari Al-Quran yasudah, sudah amat jelas aliran itu sudah sangat
melanggar ushuludin (hal-hal pokok dalam beragama), kalo sudah melanggar
yasudah dinyatakan sebagai alairan yang sesat."
2. Bagaimana proses pembuatan fatwa sesat Ormas Gafatar oleh MUI?
“Pembuatan fatwa berlangsung cukup lama karena melalui pengkajian terlebih
dahulu, yang dikaji oleh Komisi Penelitian dan Pengkajian. Mereka menurunkan
tim penelitinya, untuk meneliti sepak terjangnya, tentang alirannya tentang
keyakinananya, itu di cek di lapangan. Setelah dilakukan penelitian tahap
selanjutnya dibahas di komisi fatwa, dikajinya dikomisi pengkajian. Komisi
pengkajian rapat bersama dengan komisi fatwa, di komisi fatwa dilihat dan
disesuaikan dari aspek-aspek dalil-dalilinya, aspek syar'inya apakah bertentangan
atau nggak, ternyatakan (hasilnya) bertentangan. Maka kemudian MUI
mengeluarkan fatwa sesat. Setelah keluar fatwa sesat barulah diberikan kepada
komisi dakwah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.”
“Tetapi komisi dakwah itu juga bisa, ketika ada fenomena aliran sesat atau apa
kalu gak parah, cukup menerjunkan komisi dakwah, untuk Rujuk Ilal Haq, diajak
kembali ke jalan yang benar. Kalau fenomenanya belum cukup besar ya tak perlu
di fatwakan sudah bisa didakwahi. Kalau melalui Komisi Dakwah tidak bisa juga
itu dari Komisi Pengkajian masuk, untuk melihat seperti apa, sebenernya aliran ini
maunya seperti apa sih, gitu kan, dari situ baru dibawa ke komisi fatwa, untuk
dilihat dari aspek Syar'inya, dari komisi fatwa nanti keluarlah fatwa. Setelah fatwa
lempar lagi ke Komisi Dakwah maka Komisi Dakwah memasyarakatkan,
mensosialisasikan fatwa ini, agar supaya fatwa itu tidak disalah gunakan oleh
pihak tertentu, karena ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan fatwa MUI,
begitu MUI mengeluarkan fatwa sesat langsung diambil sebagai landsan dia
melakukan anarkisme, makanya pendekatan ke masyarakat melalui komisi
dakwah agar pendekatannya dengan dakwah, lebih soft, bahasa-bahasa dakwah
yang kita lebih kemukakan.”
“Karena kemarin kita juga khawatir ketika dikeluarkan fatwa sesat Gafatar,
khawatirnya ada kelompok-kelompok radikal yang memanfaatkan untuk
mengambil tindakan anarkisme, jadi kita di MUI itu antara fatwa sesat dengan
penangnanannya berbeda,
bukan berarti kalau sesat kemudian dihalalkan
darahnya, bukan!! justru ketika dinyatakan sesat tugas kita untuk mengembalikan
kepada ajaran yang benar Al Rujuk Ilal Haq, bukan sebagai amunisi untuk anarkis
kepada mereka.”
(Apakah di Gafatar kemarin sempat terjadi anarkisme?)
“Tidak sempat terjadi, kalau di kalimantan sendiri terjadi ketegangankan soalnya
masyarakat sekitar sudah mengepung mereka, sudah siap untuk melakkukan
penyerangan, tetapi karena pemerintah sigap, mereka langsung di ungsikan,
dipulangkan. bahkan merupakan fenomena yang pertama kali terjadi, pemerintah
sudah melakukan tindakan sebelum MUI mengeluarkan fatwa, artinya biasanya
pemerintah itu menunggu fatwa MUI, ini nggak, pemerintah sudah bertindak
dulu, munkin karena aspek keamanan itu, karena masyarakat setempat sudah
merasa resah dengan adanya Gafatar di Boerneo itu.”
3. Perlukah MUI mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar kepada
masyarakat indonesia? Untuk apa?
“Sangat perlu, supaya masyarakat itu tau bahwa Gafatar itu sesat, karena begini
dilevel masyarakat bawah itu mereka menggunakan bahasa dakwah, bahasa
pemberdayaan, bahasa revolusi ekonomi, dari keadaan yang miskin ini jadi kaya,
jadi ini bahasanya, hal-hal yang berkenaan dengan keyakinan ini tidak dipublish
dari awal. nanti ketika mereka sudah kuat, sudah punya keterkaitan dengan
Gafatar itu baru, ada 4 level itu, bisa dilihat 4 level itu, semakin keatas itu
semakin kuat kaitannya dengan Gafatar. Ditengah masyarakat mereka itu pinter,
mereka itu selalu mensupport pemerintah daerah, jadi seolah-olah mereka mitra
pemerintah daerah. Sehingga mereka sempat mendapat tempat yang cukup leluasa
di pemda-pemda lah. Di jogja mereka sempat mendukung agar sultan tidak usah
dipilih jadi langsung menjabat sebagai gubernur, itu support dari mereka juga. Ini
strategi politik supaya mereka memiliki akses yang mudah, baik akses dana dan
akses dalam rangka rekrutmen tadi. Tetapi setelah dilevel atas itu sudah politik
tujuannya. Karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara Karunia
Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Borneo itu di
Kalimantan. itu kemudian yang kemudian ada konsep Hijrah, konsep semua orang
harus Hijrah kesana. Dan nanti dari Hijrah itu bisa sampai konsep khital, khital itu
perang, mereka siap perang nantinya. Dari hijrah dulu mereka kesana nanti setelah
kuat, nanti siap berhadapan dengan pemerintah, maupun dengan komponen
manapun siap khital (perang).”
4. Bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat
gafatar?
“Tahapannya pertama itu digodok dulu di dalam komisi dakwah, untuk
membicarakan strateginya apa, dan hasil dari penggodokan itu adalah buku
(tentang fatwa Gafatar). dari sana kita kemarin dari tanggal 30 mei-1 juni 2016,
mengadakan rapat koordinasi nasional komisi dakwah. RAKORNAS (Rapat
Koordinasi Nasional) Komisi Dakwah se-Indoneisa. Disana kita undang seluruh
komisi dakwah di Indonesia, kita jelaskan tentang Gafatar, harapannya nanti
mereka di daerah bisa terus melakukan kampanye ini, atau sosialisasi tentang
sesatnya Gafatar dan penanganannya. Jadi kita tidak sekedar mengatakan sesat
tapi penaganannya itu yang penting, supaya satu mereka yang sudah terkena atau
sudah ikut bisa segera kembali kepada masyarakat dan kembali ke jalan yang
benar, masyarakat juga bisa menerima, disisi lain kita juga membatasi supaya
gerakan ini jangan meluas, kalau masyarakat sudah tau kalau itu sesatkan jadi
masyarakat tidak mau ikut. Problemnya ini kenapa masyarakat banyak yang ikut
itu karena masyarakat itu tidak tahu, ada sebagain masyarakat awam yang gak
tahu, meskipun sebagian mustahil gak tau karena sebagaian besar diantara mereka
juga berintelektual, mungkin motifnya lain antara yang masyarakat awam dengan
yang berintelektual ini jelas berbeda, masyarakat awam murni mencari
kesejahteraan atau apa yaa, tetapi yang berintelektual ini, saya rasa mereka punya
cita-cita besar ya, punya harapan besar terutama, yah mungkin nasib dirinya atau
bahkan ideologi dan pemikirannya.”
4.a. Tahapan penelitian
“Komisi dakwah tidak melakukan penelitian, yang melakukan Komisi Penelitian
dan Pengkajian.”
4.b. Tahapan perumusan
“Pertama melakukan perumusan melalui buku itu. Setelah itu kita merencanakan
untuk terjun ke daerah-daerah yang dimana disitu terdapat konsentrasi-konsentrasi
Gafatar. Tapi disana pun kita tidak melakukan terjun langsung ke mereka, kita
melakukan TOT (Training Of Trainer) jadi orang-orang lokal itu yang kita latih,
MUI setempat yang kita latih. Jadi nanti yang melakukan pembinaaan langsung
adalah MUI setempat. dan bukan hanya MUI tapi semua stackholder disana ya
pemdanya dilibatkan semua, kita training itu pemahaman tentang Gafatar dan
tekhnik penanganannya. Yang kita latih itu bukan yang terlibat Gafatarnya, tetapi
MUInya, nanti MUI daerah itu yang bersinggungan langsung dengan Gafatarnya.
kenapa seperti itu? itu penghematan waktu dan biaya. kalau orang pusat harus
menangani langsung ke daerah, berapa lama waktu yang dibutuhkan, berapa biaya
yang dibutuhkan, ini tidak masuk akal, karena itu selain pemberdayaan MUI di
daerah ya pemberdayaannya seperti itu. untuk memperkuat itu semua kemarin kita
melaksanakan RAKORNAS, di RAKORNAS itu dibahas tentang Gafatar.
sehingga nanti kalau kita ke daereah, daerah pun sudah ngerti, sudah ready
tentang apa yang harus dilakukan.”
4.c. Tahapan pelaksanaan
“Untuk program TOT secara resmi belum kita lakukan, tapi pengiriman informasi
ke daerah sudah dilakukan, artinya jangan tunggu training terlebih dahulu,
kelamaan. jadi daerah tetap kita berikan wewenang untuk mengangani, yang
training itu sebenernya untuk penyelesaian yang komprehensif, tapi penyelesaian
yang sifatnya segera, itu daerah bisa langsung menangani.”
(berarti tugas MUI daerah mencari titik2 Gafatar?)
“Iya, mencari titik gafatar. Jadi ada 2 hal ya, satu Gafatar sendiri untuk dibina
supaya kembali ke jalan yang benar, kedua mengedukasi masyarakat, memberikan
pemahaman, Taquyatul Aqidah, memperkuat aqidah masyarakat supaya tidak
mudah tergelincir ke dalam aqidah2 sesat yang ditawarkan oleh kelompok
tertentu. Jadi ke masyarakat umum tujuannya taquyatul aqidah, kepada gafatar
tujuannya adalah Al Rujuk Ilal Haq, mengajak kembali kepada jalan yang
benaran.”
(seperti apa sosialisasi yang dilakukan ke masyarakat umum?)
“Ya tentu melalui Dai-dai, penceramah-penceramah, untuk memberikan seruaseruan supaya mereka terus menyampaikan tentang kesesatan gafatar ini,
disamping juga mengajarkan aqidah yang benar, artinya gini dengan
mengajarkana aqidah yang benar, secara otomatis ketika ada aqidah yang tidak
sama dengan aqidah yang benar ini masyarakat sudah punya sensitifitas, oh ini
berbeda, ini sudah menyeleweng, menyimpang. jadi otomasitis dengan taquyatul
aqidah (penguatan aqidah) otomatis ini juga sebagai benteng supaya tidak masuk
ke aliran-aliran yang baru ini. Jika masyarakat melihat ada aliran yang aneh atau
menyimpang silahkan melapor kepada MUI untuk dilakukan kajian dan
penelitian, selain juga melapor kepada aparat keamanan. Kalo MUI sifatnya
supaya kita bisa melakukan penilaian tentang gerakan itu apa sejauh ini bisa
ditoleransi atau tidak, kedua, ya tentu kalau ini merupakan ajaran sesat ya segera
bisa ditangani sebelum meluas.”
(Jadi gafatar sendiri sudah menyebar di Indonesia ya pak?)
“Sudah, sudah hampir di semua provinsi. Yang di Kalimantan itu memang tujuan
utamanya, itu tempat konsentrasinya yang mereka anggap sebagai kalo orang
Israel itu tanah yang sudah dijanjikan tuhan lah seperti itu. Jadi Borneo itu
dianggap sebagai tanah yang dijanjikan tuhan kepada mereka, karena itu pengikut
Gafatar harus hijrah ke Kalimantan. Jadi mereka tidak membuat ditempat-tempat
lain dulu sebelum yang di Kalimantan ini kuat, jadi yang di tempat lain itu hanya
untuk recruitment, selebihnya mereka hijrah kesitu.”
(Terkait kasus penculikan)
“Sebenernya ya, penculikan dalam arti pencucian otak ya, didoktrin dulu, setelah
mereka yakin baru diajak begitu, bukan penculikan dalam arti orang dipaksa
seperti penjahat menculik orang gitu, bukan, jadi dicuci otaknya dulu, sehingga
orang sudah tidak ada pertimbangan apa2 lagi ya, keyakinannya sudah kuat kalau
memang harus hijrah, yang dilakukan seperti itu.”
4.d. Tahapan evaluasi
“Fatwa-fatwa yang ada di masyarakat selalu kita evaluasi dampaknya, walaupun
yang kami lakukan masih sebatas evaluasi kualitatif, bukan evealuasi kuantitatif.
Evaluasi kualitatif itu kita hanya sebatas membaca fenomena dari yang nampak di
masyarakat, kecenderungan biasanya masyarakat menerima atau menolak kan
kelihatan, dan memang kontroveresi ya kadang-kadang ada. Tapi kalau kita lihat
secara kualitatif, ya saya rasa memang lebih banyak yang menerima fatwa MUI
dari pada yang menolak. Ini harus dibedakan antara orang yang belum
melaksanakan dan orang yang menolak, itu beda. banyak orang yang menerima
fatwa tapi tidak melaksanakan, ya sama lah seperti ajaran Islamkan, percaya
kepada al-Quran tetapi belum melaksanakan, jadi kalau perkara yang belum
melaksanakan memeng banyak yang seperti itu, tapi pada intinya mereka
mengakui fatwa MUI sebagai fatwa yang diperlukan, sebagai penjelaas lah
sesuatau apakah sesatkah atau menyimpang kah suatu aliran.”
(Hasil evaluasi gafatar kemarin seperti apa?)
“Sejauh ini memang pengikut Gafatar itu sangat tertutup, mereka kalau di
wawancarai tidak mau terbuka, jadi sejauh ini kita mengkhawatirkan mereka itu
seperti (taqiyah) dalam ajaran syiah, taqiyah tuh pura2 sudah gak Gafatar tapi
hatinya masih Gafatar. Di syiah kan gitu yang taqiyah, seolah olah dia tidak
menampakan kesyiahannya tetapi hatinya syiah. Seperti itu yang terjadi, termasuk
mereka itu sulit sekali untuk diwawancarai. Kecuali dari orang-orang yang sudah
murtad dari mereka ya, jadi sudah sadar dan kembali ke jalan yang benar, nah dari
mereka lah informasi didapat. Bagi yang sudah menyatakan Gafatar sesat itu baru
mereka berani ngomong tetapi bagi mereka kebanyakan masih diam seribu
bahasa, gak mau diwancarai berkenaan dengan itu. Yah kita terus melakukan
persuasif ya dengan mereka, yang penting mereka mau mengikuti programprogram yang dilakukan oleh MUI, mereka mau mengikuti, yah artinya sambil
berjalan mudah-mudahan terbuka hatinya untuk kembali lagi ke jalan yang benar.
itu harapan kita.”
4.e. Tahapan pelaporan
“Ya tentu pengurus harian itu ada rapat setiap hari selasa, namanya Rapat
Pengurus Harian, yang terdiri dari ketua umum MUI dan pengurus2 harian
lainnya. Komisi yang diundang biasanya komisi yang terkait saja. Disitu nanti
melaporkan kepada pimpinan tentang perkembangan yang terjadi, disitu juga
terjadi tahapan evaluasi, bagaimana kesimpulan akhirnya itu ada disitu. Kami di
komisi ada rapat sendiri, setelah rapat di komisi selsesai dilaporkan ke rapat
pengurus harian. Gafatar sendiri sudah menjadi pembahasan utama dalam setiap
rapat itu. Kenapa komisi dakwah membuat buku dan sebagainya itu berdasarkan
hasil dari rapat itu, yang menginstruksikan kepada komisi dakwah untuk segera
membuat langkah-langkah pembinaan terhadap Gafatar. Agar langkah-langkah
yang kita buat bisa dipahami oleh komisi yang di daerah akhirnya kita buat buku
itu. Buku itu memang isinya sederhana, tetapi kesederhaan itu fungsinya agar
memberikan kesempatan kepada daerah untuk improvisasi juga, jadi ini panduan
umumnya
saja,
selanjutnya
mengembangkannya.”
terserah
komisi
dakwah
didaerah
yang
5. Media apa saja yang dipilih dalam mensosialisasikan fatwasesat ormas
Gafatar?
“Selain buku melalui rapat koordinasi nasioanal yag diadakan oleh
komisi
dakwah itu sendiri, atau melalui rapat-rapat nasional yang dilakukan oleh MUI
seperti RAKERNAS (Rapat Kerja Nasional) atau di MUNAS kemarin, meskipun
di Munas tidak fokus Gafatar tetapi membicarakan tentang kriteria kesesatan.
Pembahasannya biasanya selalu berkenaan dengan apakah sudah cukup kesepuluh
kriteria itu? ata perlu ditambah, atau perlu dikurangi seperti itu. Tapi sejauh ini
masih tetap yang 10 itu karena itu masih bisa dikembangkan, sudah sangat ringkas
dan sudah bisa menggambarkan kesesatan suatu aliran. Jelas MUI menggunakan
media pers, karena setiap kali MUI mengelurakan fatwa seperti fatwa sesat
Gafatar kan, MUI melakukan siaran pers atau Press Confrence, setiap ada fatwafatwa baru selalu diadakan Press Confrence. Baik media televisi, radio, media
elektronik, cetak, online datang semua nanti disitu disampaikan terkait fatwa baru
yang difatwakan.”
“MUI selalu responsif terkait apa yang berkembang di masyarakat, misalnya pada
fatwa gafatar ini, sebelumnya kan sudah keluar fatwa tentang aliran sesat yang
dibawa oleh Ahmad Musadeq, tentang Ahmadiyah itu kan fatwanya sudah ada,
milah abraham itu sudah ada, lalu Gafatar dikeluarkan fatwa lagi, diperkuat lagi.
Karena Gafatar ini penjelmaan.”
6. Kelebihan dan kekurangan yang dihadapi MUI dalam mensosialisasikan
fatwa sesat ormas Gafatar?
6.a. Di dalam lembaga MUI
“Kekuatannya karena MUI adalah gabungan dari ormas-ormas Islam di Indonesia.
Sehingga karena merupakan kumpulan dari uama, zuama, para pemimpin dan
sebagainya. Iya ini merupakan suatu kekuatan, MUI bisa masuk kemana aja,
kealiran mana pun tanpa ada sekat pembatasnya. Sehingga fatwa MUI akan
berlaku ke semua aliran, untuk NU, Muhammadiyah, untuk PERSIS, dan aliran
yang lain itu bisa, sehingga itu kekuatan MUI.”
“Kalau kelemahan, karena MUI bukan sebuah struktur pemerintahan, sehingga
kadang-kadang ada kendala-kendala strukturalnya itu,
artinya karena bukan
pemerintahan, pengurus MUI itu kan volunteer atau relawan sementara pengurus
ini kan juga terikat dengan pekerjaan masing-masing, yang dosen, yang rektor.
Lain dengan pemerintahan yang memang fokus, ada semacam semacam instruksi
strukturalnya akan berjalan dengan baik. Didukung dengan finansial yang ada.
MUI karena dia ormas maka instruksi strukturalnya ini ya seperti di ormas lah.
Kedua, terkait denga finansial atau dana karena MUI bukan Negara, maka punya
kendala. Sementara pekerjaan untuk pengentasan orang-orang yang sesat ini kan
membutuhkan dana yang besar untuk terjun kelapangan, dan lain sebagainya lah.”
(Finansial MUI dari mana?)
“Finansial MUI dari APBN, bahkan ada impressnya, impres yang keluar tahun
2014 diteken oleh SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) menginstruksikan supaya
negara dapat membiayai MUI, tapi memang untuk pendanaan sendiri baru tahun
2016 ini, terealisasi dengan baik, meskipun jumlahnya jauh dari harapan ya, jauh
dari yang kita butuhkan. Makanya tidak bisa mensupport seluruh kegiatan MUI.
Kedua MUI memang istilah kata tidak punya uang tetapi sesungguhnya uangnya
dimana-mana. Di lembaga-lembaga yang siap bekerja sama dengan MUI, itukan
bisa mensuppport bantuan dana. Jadi dana tuh bantuan yang tidak mengikat lah.”
6.b. Di luar lembaga MUI
“MUI diterima sebagai organisasi yang menyatukan seluruh ormas-ormas Islam.
Sehingga merupakan kekuatan dari aspek luar, orang menerima MUI adalah
gabungan dari ormas-ormas. Sehingga dari prespektif orang luar itu bisa
menerima.”
“Kekurangannya seperti ini, fatwa itukan tidak mengikat, orang boleh taat boleh
tidak, sehingga terkadang fatwa MUI tidak bisa menjadi pendapat seluruh umat
Isalm. Sementara MUI tidak mempunyai kewenangan untuk memaksa orang
untuk mengikuti fatwanya, itu salah satu kendalanya, bila fatwa salah satu tidak
bisa berjalan ya MUI hanya bisa seperti orang yang berdakwah saja, mengajak
saja. lain dengan negara, bila tidak taat dengan negara, negara punya aparatur
untuk menertibkan, ada hukum yang bisa menegakkan.”
7. Bagaimana respon masyarakat terhadap fatwa2 yang dikeluarkan oleh
MUI sejauh ini?
"Secara umum masyarakat menyambut dengan baik, karena dianggap sebagai
penjelas, mana yang haq dan yang bathil, secara umum seperti itu. Masyarakat
selalu menanti-nanti fatwa yang dikeluarkan oleh MUI. Walaupun tidak
dipungkiri ada sebagian kecil masyarakat yang agak sinis dengan fatwa MUI juga
ada. Terutama pada fatwa-fbtwa yang berkenaan dengan kesesatan tadi itu.
Memang ada kelompok kecil yang kadang-kadang tidak setuju atau keberatan dari
mereka itu selalu ada."
8.
Seberapa penting masyarakat Indonesia menganggap fatwa yang
dikeluarkan oleh MUI sebagai sumber hukum dalam Islam?
"Fatwa itu bisa muncul ketika ada orang yang meminta, barulah dikeluarkan fatwa
itu. Seperti ada orang yang bertanya, MUI menjawab. Dan fatwa MUI tidak bisa
memaksa orang untuk
ikut fatwa MUI, seperti dalam Islam, seorang ulama
mazhab tidak boleh memaksa seseorang untuk mengikuti mazhabnya."
9. Apa harapan MUI ag*r masyarakat Indonesia tidak dengan mudah
bergabung ke aliran-aliran sesat?
"MfIf
sangat berharap agar masyarakat belajar agama secara mendalam melalui
guru yang benar. Guru yang dapat dipertanggungjawabkan keilmuannya. Jangan
sembarangan belajar agama. Dan jangan mudah tertarik dengan gerakan2
keagaman yang motifnya itu lebih ke pragmatis, seperti bila kamu ikut aliran ini
bisa kaya atau sejahtera. Itu harus hati-hati karena ditakutkan ada sisipannya,tidak
murni untuk mernberdayakan tapi ada maksudnya. Bila masayrakat memiliki
kemampuan yang
baik dalam
agarna>
nanti masyarakat mampu
menscreening mana yang benar dan mana yang tidak benar."
Pewawancara
-<,.-f--->
)E*-*t\
Ridho FalahAdli
Narasumber
untuk
Penulis foto bersama Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA. selaku Wakil Sekretaris
Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia.
Penulis mempresentasikan hasil penelitian terkait fatwa Gafatar pada acara
Kajian Dhuha Masjid Nurul Ikhwan bersama Dr. KH. Fuad Thohari sebagai
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Foto bersama peserta Kajian Dhuha Masjid Nurul Ikhwan
MEDIA-MEDIA YANG MENYIARKAN BERITA GAFATAR
Download