STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM MENSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS GAFATAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: Ridho Falah Adli NIM: 1112051000143 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H /2016 M STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM MENSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS GAFATAR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Ridho Falah Adli NIⅣ I:1112051000143 JURUSAN KOⅣ IUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAⅣ I FAKULTAS ILⅣIU DAKWAⅡ DAN ILⅣIU KOⅣ IUNIICASI UNIVERSITAS ISLAⅣ I NEGRISYARIF HIDAYATULLAⅡ JAKARTA 1437111/2016Ⅳ I PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi judul STRATEGI KOMUNIICASI MAJELIS ULAMA TNDONESIA DALAM MBNSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS Dakwah GAFATAR sudah diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas llmu Jakarta pada dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah satu syarat tanggal 26 Agustus 2016. Skripsi ini sudah diterima sebagai salah dan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam. Jakarta, 26 Agustus 20 1 6 Sidang MunaqasYah Sekretaris Sidang NIP:19580910 Fita'Fathurokhrirah. M.Si NIP:19830610 200912 2 001 1 Penguji Penguji I II /1414 Ade Rina Farida. M.Si NIF: 19770513 200701 2 018 Kikv Rizkv. M.Si NIP: 19730321 200801 1 002 199403 I 001 LE■71BAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata Negeri Syarif Hidayatullah 2. J I (S1) di Universitas Islam akarta Sernua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi cantumkan .sesuai dengan ketentuan yang berlaku ini telah saya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016 Ridho Falall Adli ABSTRAK Ridho Falah Adli Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan mengenai organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Ormas tersebut mengatas namakan Islam tetapi tidak menjalankan kewajiban yang dilakukan oleh umat Islam pada umumnya. Serta mereka mempercayai bahwa ada Nabi terakhir selain Nabi Muhammad Saw yaitu Ahmad Musadeq. Ia juga selaku ketua dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah sehingga Gafatar dianggap sebagai metamorfosis dari ajaran itu. Atas pernyataan inilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat dan menyesatkan. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia? Dan apa faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar? Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Hafied Cangara bahwa strategi komunikasi meliputi lima tahap yaitu: penelitian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam ilmu menejemen, strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: perumusan, implementasi dan evaluasi. Ketiga tahapan ini memiliki kesamaan makna dengan lima tahapan yang dijabarkan oleh Hafied Cangara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata, gambar dan buku-buku. Paradigma penelitian yang digunakan ialah paradigma konstruktivis yang berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat dan budaya. Hasil penelitian ini menampilkan bahwa MUI diwakilkan oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat dalam mensosialisasikan fatwanya dengan berdasarkan lima tahapan. Pertama, tahap penelitian dimana MUI terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya terkait ajaran Gafatar. Kedua, tahap perumusan, MUI melakukan perumusan strategi berdasarkan unsur-unsur komunikasi meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek yang ingin diperoleh. Ketiga, tahap pelaksanaan, menjalankan strategi yang sudah dirumuskan seperti RAKORNAS dan mengadakan pelatihan. Terakhir evaluasi dan pelaporan. Pelaporan dilakukan saat diadakan rapat kepada Ketua MUI. Lalu menjabarkan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses sosialisasi, serta memberikan solusi untuk MUI kedepannya. Kata kunci: Strategi, Komunikasi, MUI, Gafatar, Sesat i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah bagi junjungan besar Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia kepada jalan kebenaran. Adapun skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna memenuhi salah satu persyaratan yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini, penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mampu terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan, nasihat, serta motivasi baik secara moral maupun material. Oleh karenanya, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Drs. Masran, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Fita Fathurokhmah SS, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Drs. S. Hamdani, MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan, arahan serta inspirasi yang amat berharga bagi penulis. ii 5. Dr. Gun Gun Heryanto M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu mengarahkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti seluruh kegiatan akademik. 6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama dalam masa perkuliahan. 7. Segenap Pimpinan serta Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani penulis dalam menggunakan buku-buku serta literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini. 8. Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA, selaku narasumber dan perwakilan dari Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia, terima kasih atas bantuannya hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan dan Alm. Ferdina Hafni serta Hj. Suparmi, yang selalu mendoakan, menjadi inspirasi serta memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Kakak saya Eka Satria Budidharma, Dwi Satyawan, Tri Satyaries Rudyanto, Chatur Savitry Rachmawati, Pancha A. S, Sendi Yasa Rahmanu beserta seluruh anggota keluarganya yang selalu memberikan nasihat serta motivasi kepada penulis. 11. Kepada keluarga besar Abdul Razak meliputi Pakde Agus, Tante Tia, Tante Nova, Om Yandhi beserta seluruh anggota keluarganya yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis. iii 12. Jonas Niko Nugroho dan Giovanni Funck sahabat sepanjang masa yang selalu ada disaat suka maupun duka. 13. Akbar Ramadhan, Fahmi Syamsi, Trisaka Oktarian, Dityan Zahra Pranisa, Annisah Bilqis, Arif Faturrahman, Achmad Faisal Riwanto sahabat perkuliahan, yang selalu memberikan masukan serta kecerian. 14. Tim futsal selasa sore, Agung Aditya, Ahmad Fikri, Arif Syahrizal, Taufik Abdullah, Ridho Andriansyah, Ferdy Rizki, Hidayatul Munir, Indra Ramadhan, Asep Hermawan tetaplah berlatih untuk mencari keceriaan dalam setiap permainan. 15. Kawan senasib sejak semester awal KPI E, Milki Amirussaleh, Hilman Zulfahmi, M. Aidilah, Syifa, Fitri, Thabitha, Mudillah, Sarah, Aisyah, Nupus, Dewi, Mia, Apik, Nenden, Novi, Nirma Ega yang selalu berbagi kesulitan maupun kebahagiaan. 16. Keluarga Besar KPI angkatan 2012 serta kakak-kakak senior dan adik-adik junior yang sudah memberikan inspirasi kepada peneliti. 17. Keluarga besar KKN Semarak 2015 serta Keluarga besar Desa Cibetok semoga tali silaturahmi tetap tersambung diantara kita. 18. Keluarga besar Komunitas Jurnaslis TV, Asa Trifabasi, Riztira Syahrizal, Reksa Dwi Putra, Ervan Tonedi, Sandra, Intan, Rofi, Elsa, April, Aldi, Naufal, Oji, Dita, Eriana, Humairah, Adit, Kindi, Amira, Aulia, Ifa, surya, badru, bayu, Aisyah, Baiti, Putri, Mardiyah, Arya dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang menjadi tempat untuk belajar, sharing, liputan dengan keterbatasan alat yang kita punya tetapi tidak mengendurkan semangat kita untuk membuat tontonan yang baik untuk bangsa Indonesia. Intinya cape sekarang bahagia nanti. iv 19. Orang-orang yang telah memberikan dukungan dan membaca skripsi ini yang mohon maaf belum dapat saya cantumkan namanya. Penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini. Jakarta, 4 Agustus 2016 Penulis v DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 7 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................. 7 D. Metodologi Penelitian ............................................................ 8 E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 12 F. Sistematika Penulisan.............................................................. 15 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Strategi Komunikasi ................................................................ 16 1. Pengertian Strategi ............................................................ 16 2. Pengertian Strategi Komunikasi........................................ 17 3. Tahapan Strategi Komunikasi ........................................... 18 4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi ............................. 21 5. Fungsi Strategi Komunikasi .............................................. 23 B. Komunikasi ............................................................................. 24 1. Pengertian Komunikasi ..................................................... 24 2. Unsur-unsur Komunikasi .................................................. 25 3. Media Komunikasi ............................................................ 27 C. Sosialisasi ................................................................................ 29 Pengertian Sosialisasi ........................................................ 29 D. Fatwa Sesat Ormas Gafatar .................................................... 31 1. Pengertian Fatwa ............................................................... 31 2. Pengertian Sesat ............................................................... 33 3. Pengertian Ormas Gafatar ................................................. 35 BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA A. Sejarah Singkat Majelis Ulama Indonesia .............................. 40 B. Visi dan Misi Majelis Ulama Indonesia ................................. 43 C. Struktur Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia .................. 43 D. Proses Pembuatan Fatwa di Majelis Ulama Indonesia ........... 46 E. Majelis Ulama Indonesia Menghadapi Ormas Gafatar .......... 48 F. Fatwa MUI Tentang Gafatar ................................................. 51 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Strategi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar ......................................................................... 61 1. Penelitian ........................................................................... 63 2. Perencanaan....................................................................... 65 3. Pelaksanaan ....................................................................... 69 4. Evaluasi ............................................................................. 71 vi 5. Pelaporan ........................................................................... 72 B. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Dan Menyesatkan Ormas Gafatar ..................................................................................... 73 1. Pendukung ......................................................................... 73 2. Penghambat ....................................................................... 75 3. Solusi ................................................................................. 76 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 78 B. Saran-saran .............................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83 LAMPIRAN vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan mengenai organisasi masyarakat (Ormas) yang mengatasnamakan Islam tetapi tidak menjalankan kewajiban-kewajiban seperti yang dilakukan oleh umat Islam pada umumnya. Ormas itu adalah Gerakan Fajar Nusantara atau biasa disebut Gafatar. Ormas Gafatar disebut keluar dari paham agama Islam karena mereka yang menganut paham Gafatar percaya, bahwa ada Nabi terakhir selain Nabi Muhammad Saw. Atas fakta inilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat dan menyesatkan. Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugastugas para Nabi (Warasatul Anbiya).1 Maka, mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat 1 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profilmui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB. 1 2 serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.2 Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan. 3 Oleh karena itu kehadiran MUI, sangat dibutuhkan sebagai sebuah organisasi yang dapat memimpin umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam di Indonesia. Dilihat dari fungsinya Majelis Ulama Indonesia memiliki lima fungsi utama, yaitu: 1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya) 2. Sebagai pemberi fatwa (mufti) 3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah) 4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid 5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar4 Pada tanggal 3 Februari 2016, Majelis Ulama Indonesia mengadakan jumpa pers yang bertujuan untuk merilis fatwa bahwa organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) beraliran sesat dan menyesatkan. Seperti yang dikutip 2 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profilmui.html Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB. 3 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profilmui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB. 4 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profilmui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:30 WIB. 3 dari media online Kompas.com ketua umum MUI, Ma'ruf Amin di kantor MUI pusat, Jakarta, mengatakan, bahwa menurut kajian MUI, aliran Gafatar adalah sesat dan menyesatkan. Mereka ialah metamorfosis dari aliran al-Qiyadah alIslamiyah yang telah difatwa sesat oleh MUI pada 2007. Mereka mempraktikkan keyakinan Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi5 Dalam penyampaian fatwa MUI itu, Ma'ruf Amin didampingi Ketua Bidang Fatwa MUI Huzaemah T. Yango, Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin AF, dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam. Fatwa tersebut disampaikan setelah MUI melakukan kajian lapangan di sejumlah lokasi, meneliti sejumlah fatwa tentang Gafatar dari MUI di daerah, melakukan pertemuan dengan anggota Gafatar, hingga berdiskusi dengan aparat keamanan dan pemerintah. Dari hasil kajian itu, Gafatar terbukti merupakan kelanjutan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Para penganut menganggap Ahmad Musadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Gafatar, kata Huzaemah, tidak menganjurkan pengikutnya untuk menjalankan ajaran agama Islam, misalnya salat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, dan melakukan ibadah haji.6 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Gafatar menganut pemahaman yang salah dalam beragama. Mereka berpandangan bahwa ketiga agama besar, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi dapat digabungkan menjadi satu 5 Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat, http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-Aliran-Sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:15 WIB. 6 Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat, http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-Aliran-Sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:15 WIB. 4 pemahaman. Alhasil, para pengikutnya tidak dianjurkan untuk menjalankan ajaran agama Islam, seperti salat lima waktu, puasa dan melakukan ibadah haji. Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap Ahmad Musadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Ahmad Musadeq merupakan pimpinan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang telah di fatwa sebagai aliran sesat oleh MUI pada tahun 2007. Namun sebagai bahan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia dalam mengeluarkan fatwa tersebut, mereka sudah mengundang organisasi Gafatar untuk mengklarifikasi tuduhan-tuduhan tersebut. Dikutip dari BBC.com Hasanuddin AF selaku Ketua Komisi Fatwa MUI mengatakan, bahwa MUI telah mengundang perwakilan dari Gafatar tetapi tidak datang, jadi pertemuan berlangsung dengan Jaksa Agung saja terkait klarifikasi mengenai organisasi Gafatar ini. Menurut Hasanuddin, para tokoh eks-Gafatar diminta untuk mengklarifikasi kebenaran ajaran mereka terkait al-Qiyada al-Islamiyah, dan tokoh mereka adalah Ahmad Musadeq, dan terkait tindakan mencampuradukkan ajaran agama. Fatwa keluar setelah melalui proses pengkajian di MUI, kemudian dilaporkan ke komisi fatwa, dan setelah komisi fatwa menggelar rapat pleno, akhirnya keluar fatwa sesat. 7 Ketika ditanya soal Gafatar yang sudah menyatakan keluar dari Islam sehingga MUI tidak berhak mengeluarkan fatwa soal mereka, Hasanuddin mengatakan bahwa dari dokumen-dokumen yang ditemukan mereka masih tercangkup dalam lingkup Islam karena mengakui al Quran sebagai dasar pijakannya. Al Quran merupakan sumber dari ajaran agama Islam, kecuali mereka 7 Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/ 2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:30 WIB. 5 tidak mengakui al Quran sebagai dasar ajaran mereka baru MUI tidak berhak mengeluarkan fatwa sesat.8 Pengikut aliran Gafatar dikelompokkan menjadi dua, yaitu: “Pengikut yang meyakini ajaran aliran tersebut seperti mengakui Ahmad Musadeq sebagai nabi setelah nabi Muhammad, menolak adanya surga dan neraka dan/atau mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan dan haji maka dikategorikan murtad dari agama Islam. Selain itu, ada pengikut yang hanya mengikuti kegiatan sosial tetapi tidak meyakini ajaran agama dan diharapkan bertobat dan kembali kepada ajaran Islam.”9 Kasus Gafatar ini sangatlah berbahaya dan dapat mengancam keberadaan Republik Indonesia karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara Karunia Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Kalimantan. Selanjutnya, semua anggota Gafatar harus hijrah ke Kalimantan untuk memperkuat diri supaya bisa sampai pada tahapan siap khital atau siap perang. Maksudnya, mereka nanti siap berhadapan dengan pemerintah maupun dengan komponen manapun.10 Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh MUI dalam mensosialisasikan fatwa-fatwanya kepada khalayak? Strategi komunikasi menjelaskan “tahapan kongkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi.“11 Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa “strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen 8 Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/ 2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:30 WIB. 9 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), h. 7 10 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 11 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 240 6 komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”12 Hafied Cangara menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima tahapan, yaitu: penelitian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.13 Strategi komunikasi MUI sangat diperlukan dalam mensosialisasikan fatwa-fatwanya agar masyarakat dapat mengetahui bahwa banyak aliran-aliran sesat yang bermunculan di Indonesia. Sehingga, diharapkan masyarakat lebih teliti lagi dalam bergaul dan membaca fenomena di lingkungannya, terutama kepada ormas-ormas yang menganut paham menyimpang seperti Gafatar. Gafatar merupakan metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiah yang telah difatwa sesat oleh MUI pada tahun 2007 karena mereka menganut paham Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi. Bahwa sesungguhnya agama tidak bisa di campur-campur karena memiliki kitab dan aturannya masing-masing. Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap Ahmad Mussadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Pernyataan ini sudah keluar dari ajaran Islam yang sesungguhnya karena sebagai umat Islam wajib meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw merupakan nabi terakhir yang Allah SWT turunkan ke bumi dan tiada lagi nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Pernyataan ini terkandung dalam Surat Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Ini berarti pada tahun 2007 MUI memiliki kekurangan dalam mensosialisasikan fatwa sesat kepada al-Qiyadah al-Islamiah, sehingga mereka masih bisa menyebarkan pahamnya dengan hanya berganti nama menjadi Gafatar 12 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005) h. 32 13 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 72-73 7 dan mampu mengumpulkan massa sebanyak yang ditampung di Kalimantan Barat. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik ingin meneliti masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar”. B. Batasan Dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Agar penelitian tidak terlalu meluas dan terarah, maka penelitian dibatasi hanya pada pengurus Majelis Ulama Indonesia periode 2015-2020 yang berkaitan dengan sosialisasi fatwa sesat dan menyesatkan Omas Gafatar. Data diperoleh dari kantor Majelis Ulama Indonesia Pusat di Jakarta, yaitu dari Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. 2. Rumusan Masalah Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia? b. Apa faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia. 8 b. Untuk mengetahui faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis Penelitian ini diharapakan bisa menjadi referensi bahan keilmuan dibidang strategi komunikasi dan informasi khususnya sosialisasi dibidang fatwa bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi Majelis Ulama Indonesia dalam memperbaiki strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa-fatwa yang baru kepada masyarakat Indonesia. Karena aliran-aliran sesat dengan mengatas namakan ajaran Islam akan merusak aqidah dan akhlak umat yang memiliki iman yang lemah. Jika sosialisasi dari MUI berjalan dengan baik maka Insya Allah, aliran-aliran sesat dan menyesatkan tidak dapat hidup lagi di Indonesia. D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan buku-buku. Laporan penelitian akan bersifat kutipan-kutipan atau untuk 9 memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berdasarkan dari naskah wawancara, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.14 Maka, dalam penelitian ini peneliti ingnin mendapatkan data yang sangat akurat dan lengkap dengan terjun langsung ke lapangan. Yaitu kepada pihak Majelis Ulama Indonesia untuk dimintai keterangan terkait dengan strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar kepada masyarakat. Kemudian setelah data-data itu diperoleh, data tersebut dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk deskriptif yang menggambarkan sebagaimana kondisi sebenarnya. 2. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada paradigma konstruktivis. Littlejohn mengatakan bahwa teori-teori aliran konstruktivis ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat dan budaya.”15 Jadi, peneliti memilih paradigma konstruktivis untuk mengetahui bagaimana Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas di masyarakat, agar tujuan dari strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar dapat tercapai. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Majelis Ulama Indonesia bagian Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, yaitu Drs. H. Ahmad 14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000) h. 3 15 h.165 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Wacana Media 2013) 10 Zubaidi, MA. sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. Sedangkan objek penelitian ini adalah strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar. 4. Tahapan Penelitian a. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis melakukan 3 teknik pengumpulan data berdasarkan pendekatan kualitatif, yaitu: 1) Observasi Observasi adalah “metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.”16 Dalam penelitian ini observasi dengan cara membaca dan mengamati isi pesan dan makna yang terkandung dalam pemberitaan di media online dan televisi terkait fatwa sesat kepada ormas Gafatar yang dikeluarkan oleh MUI. 2) Wawancara Wawancara adalah “suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya (interviewer), sedangkan pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi (information supplyer).”17 Wawancara dilakukan kepada pihak yang mewakili MUI dalam mensosialisasikan fatwanya yaitu Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA. 16 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) h. 115. 17 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2013) h. 161 11 sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. 3) Dokumentasi dan Literatur Menurut Bungin bahan dokumen itu berbeda secara gradual dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan, sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Bahan dokumentasi meliputi otobiografi, surat pribadi catatan harian memorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, foto, tape, microfilm, disc, CD, data di server atau flashdisk, data yang tersimpan di website dan lainnya.18 Dokumen meliputi data yang diperoleh dari Majelis Ulama Indonesia yaitu buku yang membahas khusus fatwa sesat Gafatar dan Fatwa Nomer 6 Tahun 2016 Tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara, sedangkan literatur merupakan berita di media online dan televisi terkait MUI yang mengeluarkan fatwa sesat kepada ormas Gafatar. b. Pengolahan Data Langkah selanjutnya adalah mengolah hasil temuan atau data, melalui proses meninjau kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul. Data yang diperoleh yaitu dari observasi, wawancara, serta dokumentasi seperti arsip-arsip Majelis Ulama Indonesia dan artikel berita. Data yang diperoleh akan dideskripsikan secara kongkret dengan didukung oleh beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis. 18 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, h. 178 12 c. Analisis Data Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa analisis data adalah “proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatancatatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.”19 Data yang sudah terkumpul diolah menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik yang menggabungkan ketiga hasil sementara dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian temuan ditafsirkan dengan menggunakan paradigma konstruktivis yaitu bagaimana Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas terkait pembentukan fatwa sesat kepada Gafatar untuk disosialisasikan kepada khalayak. Tahap selanjutnya adalah data tersebut disusun secara sistematis, kemudian diklasifikasikan untuk dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan ilmiah. d. Pedoman Penulisan Penulisan skripsi ini berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karangan Hamid Nasuhi,dkk yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. E. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumber primer berupa buku-buku yaitu: 1. Buku karya H. Hafied Cangara dengan judul “Perencanaan dan Strategi 19 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, h. 210 13 Komunikasi”. 2. Buku karya Alo Liliweri dengan judul “Komunikasi : Serba Ada Serba Makna”. 3. Buku karya Onong Ucjana Effendy dengan judul “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”. Penulis juga menggunakan skripsi terdahulu sebagai acuan: 1. Skripsi karya Anggelia Afriani mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang berjudul “Strategi Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Pekanbaru Dalam Mengatisipasi Berkembangnya Aliran-Aliran Sesat.” Pada skripsi ini terdapat kesamaan konsep dan metodologi yang dipilih. Disini Anggelia menggunakan konsep strategi MUI Kota Pekanbaru dalam mengatisipasi aliran sesat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran dan strategi Majelis Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya aliran-aliran sesat dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran dan strategi Majelis Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya aliran sesat. Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif kualitatif yang mengambarkan tentang peran dan strategi Majelis Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya aliran-aliran sesat. Perbedaan dengan skripsi penulis adalah dari objek penelitiannya. Penulis fokus pada perencanaan dan strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan ormas gafatar. 2. Skripsi karya Indra Gunawan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah 14 Jakarta dengan judul “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam Indonesia.” Skripsi ini memiliki kesamaan subjek dan konsep. Subjeknya adalah Majelis Ulama Indonesia pusat bagian komisi fatwa. Konsep yang digunakan cenderung sama yaitu strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa. Dimana konsep tersebut menyinggung tahapan dalam proses strategi yaitu Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Tetapi terdapat perbedaan pada objek penelitiannya. Indra meneliti tentang fatwa haram korupsi sedangkan penulis tentang fatwa sesat ormas Gafatar. 3. Skripsi karya Muflih Shoepul Ridwan, mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Strategi Sosialisasi Fatwa Haram Perkawinan Beda Agama MUI Kota Bogor.” Dalam skripsi ini memiliki kesamaan konsep yaitu strategi Sosialisasi, dimana Muflih menemukan data mengenai strategi sosialisasi fatwa haram perkawinan beda agama yang dilakukan MUI Kota Bogor. Konsep strateginya pun sama meliputi Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Namun yang membedakan adalah subjek dan objeknya, Muflih meneliti tentang MUI Kota Bogor dengan objeknya fatwa haram perkawinan beda agama, sedangkan penulis tentang fatwa sesat dan menyesatkan ormas Gafatar di MUI Pusat. Dari ketiga tinjauan pustaka diatas, peneliti merasa yakin akan orisinalitas judul yang penulis ambil, bahwa penelitian ini bukan lah hasil plagiat dari penelitian-penelitian terdahulu. 15 F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teoretis Pada bab ini membahas tentang pengertian dari strategi, komunikasi, strategi komunikasi, sosialisasi, fatwa sesat dan Ormas Gafatar. BAB III Gambaran Umum Majelis Ulama Indonesia Bab ini berisi profil Majelis Ulama Indonesia, Profil itu sendiri terdiri atas sejarah singkat Kementerian Agama, Visi dan Misi, struktur Majelis Ulama Indonesia, proses pembuatan fatwa dan Majelis Ulama Indonesia menghadapi ormas Gafatar. BAB IV Temuan dan Analisis Data Bab ini berisi temuan dan analisis strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar kepada khalayak yang meliputi penelitian, perumusan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Serta faktor pendukung, penghambat dan solusinya. BAB V Penutup Bab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dan saran penulis. BAB II LANDASAN TEORETIS A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jendral (The Art of General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan.1 Penggunaan kata stretegi memang awalnya identik digunakan oleh militer untuk meraih tujuan dalam sebuah peperangan. Definisi strategi juga diperkuat oleh Marthin-Anderson yang mengatakan bahwa “Strategi adalah seni di mana melibatkan kemampuan intelegensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan efisien.”2 Dari definisi di atas barulah kata strategi mengalami perluasan makna, yang awalnya strategi hanya digunakan pada lingkungan militer sekarang bidang keilmuan lain juga dapat mengaplikasikan konsep strategi. Banyak pakar strategi yang lahir dari bidang selain militer, seperti: Hendry Kissinger pakar strategi yang berlatar belakang sejarah atau Thomas Schelling pakar strategi yang berlatar belakang ilmu ekonomi. Ini membuktikan bahwa seiring perkembangan zaman ahli strategi lahir dari berbagai macam bidang kelimuan. 1 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 61 2 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61 16 17 2. Pengertian Strategi Komunikasi Alo Liliweri mengatakan bahwa strategi komunikasi adalah “strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.”3 Rogers memberi batasan pengertian strategi komunikasi “sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru.”4 Jadi, strategi komunikasi adalah sebuah rancangan atau rumusan yang dibuat untuk mengartikulasikan, menjelaskan, mempromosikan, dan mengubah tingkah laku manusia melalui transfer ide-ide baru. Dengan kata lain strategi komunikasi bertujuan untuk mengubah tingkah laku manusia yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak setuju menjadi setuju, dan begitu pula sebaliknya. Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa “stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”5 Dengan kata lain dalam tahapan strategi komunikasi akan berhubungan dengan tahapan perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi. Selanjutnya ditambahkan lagi dengan pernyataan dari Middleton bahwa “strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang 3 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 240 4 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61 5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek h. 32 18 optimal.”6 Sedangkan menurut Hafied Cangara strategi Komunikasi meliputi lima tahap, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan.7 3. Tahapan Strategi Komunikasi Seperti yang telah dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa “stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”, maka tahapan yang digunakan adalah perpaduan dari model tahapan perencanaan komunikasi dan tahapan manajemen untuk dapat digunakan dalam penelitian ini. Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan. Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Strategi Manajemen” mengatakan, bahwa “proses strategi manajemen pada dasarnya meliputi tiga langkah utama, yaitu: perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.”8 Terdapat tiga tahap yang memiliki kesamaan makna dari kedua tahpan tersebut, dengan demikian tahapan strategi komunikasi terdiri dari lima tahap, yaitu: a. Penelitian Sebuah organisasi atau lembaga memerlukan tenaga spesialis yang berfungsi untuk menangani masalah-masalah komunikasi seperti keperluan 6 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72-73 8 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005) h. 4 7 19 pencitraan pemasaran atau kegiatan kerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematik yang dihadapi suatu lembaga. Problematik bisa dalam bentuk wabah penyakit yang akan menyerang anggota masyarakat, kerugian perusahaan, ketidak percayaan terhadap organisasi dan lain sebagainya.9 Tahapan ini juga merupakan tahap penemuan fakta. Tahap penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana opini publik terhadap suatu permasalahan yang terjadi di sekitar organisasi atau lembaga tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menjadi bahan perumusan untuk strategi komunikasi yang akan diterapkan oleh organisasi atau lembaga dalam mencapai tujuannya. b. Perencanaan Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan strategis, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.10 Dengan demikian, dalam tahap perumusan diperlukan strategi tentang pemilihan atau penentuan sumber (komunikator), pesan, media, sasaran (segmen), dan efek yang diharapkan.11 Sumber atau komunikator disini adalah individu atau lembaga yang bersifat sebagai pemberi pesan yang berupa informasi atau penyuluhan. Selanjutnya media adalah perantara yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan pesannya kepada sasaran yang ingin dituju, yaitu komunikannya. Sasaran dari tahap perumusan bisa berupa masyarakat luas 9 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 5 11 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72 10 20 atau kelompok tertentu, dengan tujuan memperoleh efek yang diharapkan. c. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka implementasi rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dalam sebuah lembaga berarti pengorganisasian seluruh divisi-divisi di perusahaan tersebut untuk menjalankan rumusan yang telah disepakati. Tahap pelaksanaan bisa dilakukan dalam bentuk tayangan di televisi, wawancara di radio, pemasangan iklan di surat kabar, pemasanagan baliho atau spanduk di jalanan, dan pemberangkatan tim penyuluhan untuk bertatap muka dengan komunitas di lokasi yang menjadi target sasaran.12 Inti dari tahap pelaksanaan hanya satu, yaitu untuk menyebarkan informasi kepada seluruh target sasaran yang telah ditetapkan dalam rumusan. d. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari strategi yang telah dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk digunakan sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan dari strateginya tercapai, apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan tindakan apa yang dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti informasi yang disampaikan. Tahap evaluasi sangat penting untuk dilakukan karena bila strategi itu berjalan dengan baik maka strategi itu bisa dipakai pada masalah-masalah berikutnya, tetapi bila ada kekurangan bisa diperbaiki untuk pembelajaran kedepannya. 12 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73 21 e. Pelaporan Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada pimpinan kegiatan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Jika dari laporan diperoleh hasil positif, maka bisa dijadikan sebagai landasan untuk program selanjutnya. Tapi jika dalam laporan itu ditemukan hal-hal yang kurang sempurna, maka temuan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi atau memodifikasi program yang akan dilakukan.13 4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek mengatakan memperhatikan dalam mengaplikasikan komponen-komponen strategi komunikasi dan perlu untuk faktor-faktor pendukung dan penghambat dari setiap komponen tersebut. Hal itu meliputi mengenali sasaran komunikasi, pemilihan media komunikasi, pengkajian tujuan pesan komunikasi dan peranan komunikator dalam komunikasi, berikut penjelasannya: a. Mengenali Sasaran Komunikasi Sebelum kita melakukan komunikasi kita perlu mempelajari siapa sasaran dari komunikasi itu agar tujuannya dapat tercapai. Apakah tujuannya hanya sekedar memberikan informasi kepada komunikan atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu. Dalam mengenali sasaran komunikan perlu memperhatikan dua faktor ini: 13 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73 22 Pertama, kerangka refrensi, yaitu hasil dari paduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.14 Kedua, faktor situasi dan kondisi, maksudnya adalah situasi komunikasi saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan, bila terjadi banyak gangguan maka tujuan dari pesan yang akan disampaikan akan sulit untuk dicapai. Sedangkan kondisi maksudnya adalah keadaan fisik dan psikis komunikan dalam menerima informasi. b. Pemilihan Media Komunikasi Pemilihan media komunikasi bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik secara serentak dan meluas. Memilih media komunikasi harus mempertimbangkan karakteristik isi dan tujuan isi pesan yang disampaikan, dan jenis media yang dimiliki oleh khalayak. untuk persebaran ke masyarakat luas sebaiknya menggunakan media massa seperti koran, televisi, radio dan media baru seperti internet dan handphone. c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi Pesan adalah “segala sesuatu yang disampaikan kepada seseorang dalam bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian makna. Simbol sendiri merupakan kresasi manusia yang mengandung makna sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi antarsesama manusia, seperti bahasa, gambar atau gerak tubuh." 15 Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa tujuan dari komunikasinya harus jelas, apakah tujuannya untuk sekedar memeberitahu informasi kepada khalayak terkait isi pesan tersebut 14 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005) h.36 15 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2013) h.113 23 atau tujuannya untuk penyuluhan agar khalayak melakukan suatu perbuatan yang diinginkan. d. Peranan Komunikator Dalam Komunikasi Faktor penting pada diri komunikator dalam menyampaikan pesan adalah daya tarik dan kredibilitas sumbernya. Jika komunikator sudah memiliki daya tarik maka setiap perkataannya akan dituruti oleh kamunikannya. Sedangkan kredibilitas berarti tingkat kepercayaan dari komunikan kepada komunikator yang tinggi, sehingga setiap pesan yang disampaikan bisa diterima dan dilaksanakan. 5. Fungsi Strategi Komunikasi Suatu proses komunikasi dikatakan berhasil bila strategi yang diterapkan tepat sasaran. Terutama dalam komunikasi massa dan lembaga-lembaga pemerintah atau swasta. Tanpa adanya strategi komunikasi, maka hasil yang diperoleh dari media massa atau lembaga tersebut cenderung kurang maksimal. Dengan demikian baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda: a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. b. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.16 16 2008) h. 28 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 24 B. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Kata komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Comunication. Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang berarti ‘sama’, sama di sini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengna orang yang menerima pesan.17 Sedangkan secara terminologi pengertian komunikasi sendiri adalah “pertukaran informasi, ide, sikap, emosi, pendapat atau instruksi antara individu atau kelompok yang bertujuan untuk menciptakan sesuatu, memahami dan mengkoordinasikan suatu aktivitas."18 Komunikasi secara ilmiah dapat juga berarti proses penyampaian pesan atau informasi dari pegirim (komunikator) kepada penerima (komunikan) dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung (menggunakan media) untuk mendapatkan umpan balik (feedback).19 Pernyataan di atas mendukung teori dari Harold D. Laswell yang mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa” dan dengan akibat atau hasil apa” (Who? Says what? In which channel? To 17 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h. 19 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 37 19 Deni Darmawan, Pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012) h.27 18 25 whom? With what effect?).20 2. Unsur-unsur Komunikasi Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang. Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, ide dan sebagainya. Sedangkan lambang bisa berupa bahasa lisan dan tulisan atau lambang berupa isyarat, gambar, singnal dan lainnya. Dalam prosesnya komunikasi terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu: (1) komunikator, pelaku yang menyampaikan pesan, (2) pesan, suatu gagasan/ide, informasi yang telah dituangkan dalam bentuk lambang untuk disebarkan kepada pihak lain, (3) komunikan, orang yang menerima pesan.21 Selain ketiga unsur di atas, untuk lebih lengkapnya unsur-unsur komunikasi terdiri dari: a. Source Source atau sumber adalah apa-apa yang ada di dalam benak ssseorang baik berupa ide, pemikiran, gagasan, peristiwa/kejadian, pengetahuan dan lainlain, yang semuanya itu hasil dari persepsi (pantauan dan pemaknaan indra kepada yang ada disekelilingnya), yang kemudian disimpan dalam kotak hitam dikepala, yang disebut dengan ideasi. b. Komunikator Komunikator yakni orang yang pertama kali menyampaikan pesan. Encoder adalah istilah lain yang mempunyai pengertian sama seperti komunikator. Encoder dalam menyampaikan pesan bersifat Encoding, yaitu 20 21 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h. 21 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h .45 26 usaha komunikator dalam menafsirka pesan yang akan disampaikan kepada komunikan agar komunikan dapat memahaminya. c. Message Message atau pesan adalah kata-kata, lambang, isyarat, tanda atau gambar yang disampaikan. d. Komunikan Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Decoder adalah istilah yang memiliki pengertian sama dengan komunikan. Dalam menerima pesan decoder memiliki sifat Decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam menafsirkan pesan yang disampaikan kepada komunikator. e. Destination Destination adalah tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi. f. Medium Medium atau media adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi agar komunikasi bisa mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. Media ini ada yang bersifat nirmasa, seperti telepoon, HP dan lainnya, dan ada pula yang bersifat media massa seperti televisi, radio, Koran dan film. g. Feed back Feed back atau umpan balik adalah jawaban/tanggapan/ respon komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima atau berjalan. h. Efek Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang 27 meliputi pengetahuan atau bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan, emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang berupa tindakan.22 3. Media Komunikasi Berdasarkan jenisnya media komunikasi terbagi menjadi 5 macam, yaitu: a. Media Cetak Media cetak adalah saluran komunikasi dimana pesan-pesan verbalnya tertulis maupun berbentuk gambar seperti karikatur dan komik dilakukan dalam bentuk tercetak. Media ini seperti: Koran, majalah, buku, tabloid, dan lain-lain. Kelebihannya bisa dibaca semua orang, dan informasi yang didapat lebih lengkap dan mendalam. b. Media Elektronik Media elektronik adalah media yang menyampaikan pesan-pesannya melalui getaran listrik yang diterima oleh pesawat penerima tertentu, misalnya televise dan radio. Kelebihan media elektronik bisa menembus ruang dan waktu sehingga informasi yang disampaikan bisa cepat dan serempak. Media radio bersifat audiotif (hanya suara), sedangkan televise bersifat audio visual (suara beserta gambar). c. Media Luar Ruang (Outdoor Media) Media luar ruang biasa dikaitkan dengan dunia estetika dalam bentuk lukisan, dan ditempatkan pada lokasi yang ramai dilihat oleh banyak orang. Jangkauannya terbatas hanya terlihat oleh orang yang lewat atau orang yang sempat mencuri perhatian untuk membacanya sepintas. Contoh media luar ruang adalah: spanduk, baliho, reklame, dan lain-lain. 22 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h.46-47 28 d. Media Format Kecil Media format kecil biasanya terdiri atas berbagai macam media, tetapi bentuknya kecil, dan isinya kadang terfokus pada satu macam informasi. mudah dibawa kemana-mana dan menarik perhatian orang. Media format kecil meliputi: brosur, bulletin, poster, dan lain-lain. e. Internet Internet termasuk kedalam media baru yaitu hasil rekayasa para pakar teknologi informasi yang berhasil menggabungkan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa. Disebut komunikasi massa karena bisa menjangkau khalayak secara global, sedangkan interpersonal karena pesan yang dibuat diarahkan dan dikonsumsi secara pribadi. Contoh media internet adalah website, media sosial (facebook, twitter, dan sbagainya), media online. f. Telepon Seluler Telepon sesluler cukup banyak digunakan sebagai media untuk penyebarluasan informasi, contohnya penggunaan pesan singkat atau biasa disebut SMS. Hanya saja telepon seluler sangat terbatas dalam memuat pesan, sehingga pesan dalam SMS harus singkat padat dan jelas. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman sekarang telepon seluler sudah berevolusi menjadi smartphone sehingga sudah bisa mengakses internet dan kita bisa mengaplikasikan media online, website, dan media sosial melalui smartphone yang kita miliki.23 23 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 135-137 29 C. Sosialisasi Pengertian Sosialisasi Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima kemudian menginternalisasikan/menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola perilaku dari kebudayaan mereka. Menurut James W Vander Zanden sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial dimana orang memperoleh pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku esensial untuk berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.24 Sosialisasi sangat erat hubungannya dengan proses komunikasi. Karena untuk dapat menginternalisasi sebuah informasi, nilai dan pemahaman kepada diri sendiri diperlukan transfer informasi dari sumber informasi kepada target sasarannya. Dalam penyampaian aktivitas tersebut biasanya menggunakan media, media yang digunakan bisa berupa keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja dan media massa.25 Sosialisasi umumnya bersifat persuasif, yaitu mengajak target sasarannya untuk melakukan suatu perbuatan atau hanya dengan memberikan suatu pengetahuan. Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi perkembangan manusia. Dengan berinteraksi dengan orang lain, seorang individu belajar bagaimana berpikir, mempertimbangkan dengan nalar, dan berperasaan. Hasil akhirnya ialah membentuk perilaku kita, termasuk pikiran dan emosi kita 24 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan . (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 60 25 2005) h. 56 Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, (Jakarta: Prenada Media, 30 sesuai dengan budaya yang berlaku.26 Sebuah informasi yang disosialisasikan oleh sebuah organisasi, lembaga pemerintahan atau bahkan individu sekali pun, pasti tujuannya untuk memberikan penyuluhan atau memeberi pengetahuan kepada target sosialisasinya sesuai dengan tujuan yang telah dibuat. Untuk itu pemilihan media juga merupakan hal yang penting dalam mensosialisasikan sebuah informasi. Ruang dan kelompok yang mempengaruhi orientasi kita, konsep diri, emosi, sikap dan perilaku kita dinamakan agen sosialisasi. Agen sosialisasi terdiri dari: a. Keluarga b. Lingkungan Hunian c. Agama d. Sekolah e. Kelompok Sebaya f. Tempat Kerja g. Media Massa.27 Keluarga merupakan ruang pertama yang menjadi agen sosialisasi. Karena kedekatan keluarga berawal dari manusia baru lahir sampai tumbuh dewasa, sehingga interaksi pertama yang dilakukan dan paling berpengaruh adalah melaui keluarga. Lingkungan hunian berpengaruh saat manusia tumbuh 26 James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: Erlangga, 2007) 27 James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, h.77-79 h.74 31 besar, mereka akan berinteraksi dengan lingkungan disekitar tempat tinggalnya. Kemudian agama, penanaman paham agama akan menuntun seorang individu agar lebih beriman. Agama atau acara-acara keagamaan bisa menjadi ruang yang tepat untuk mensosialisasikan informasi kepada para umat pemeluk agama tersebut. Selanjutnya fase pertumbuhan bermula dari masa anak, remaja dan dewasa. Selama fase itu kita akan bersosialisasi dengan orang orang di lingkungan sekolah, kelompok sebaya dan tempat kerja. Terakhir sebuah informasi bisa disosialisasikan melalui media massa, karena persebaran media massa yang luas dan serentak sangat efektif dalam menyebarkan informasi. media massa meliputi televise, radio, media cetak dan internet. D. Fatwa Sesat Ormas Gafatar 1. Pengertian Fatwa Dalam Kitab Mafaahim Islaamiyyah diterangkan bahwa kata “al-fatwa” bermakna “jawaban atas persoalan-persoalan syariat atau perundang-undangan yang sulit.” Jika dinyatakan aftaay fi al-mas’alah: menerangkan hukum dalam permasalahan tersebut. Sedangkan al-iftaa’ adalah penjelasan hukum-hukum dalam persoalan syariat, undang-undang, dan semua hal yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan orang yang bertanya.28 Fatwa secara syariat bermakna, penjelasan hukum syariat atas suatu permasalahan dari permasalahan-permasalahan yang ada, yang didukung oleh dalil yang berasal dari Al-Qur’an, sunnah Nabawiyyah, dan ijtihad. Menurut Prof. Amir Syarifuddin, fatwa atau ifta’ berasal dari kata afta, yang berarti memberikan penjelasan. Secara definitif fatwa yaitu usaha memberikan 28 Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 373-374 32 penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum mengetahuinya.29 Menurut kamus Fiqh, fatwa ialah nasihat dari orang yang lebih tinggi tingkatannya untuk orang yang lebih rendah; baik umur, ilmu, maupun kewibawaannya. Dengan kata lain, fatwa ialah pendapat atau ketetapan hukum dalam pandangan hukum Islam. Fatwa biasanya dikeluarkan oleh lembaga atau orang yang memiliki otoritas dibidang hukum Islam.30 Tidak semua orang bisa membuat fatwa. Orang yang menyampaikan penjelasan hukum atau menyampaian fatwa ditengah-tengah masyarakat disebut dengan Al-Mufti. Mufti adalah seorang faqih yang diangkat oleh negara untuk menjawab persoalan-persoalan.31 Untuk menjadi seorang mufti, seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Seorang yang sudah mukallaf, yaitu muslim, dewasa, dan sempurna akalnya. b. Seorang yang ahli dan mempunyai kemampuan untuk berijtihad, misalnya mengetahui dalil-dalil sama’i dan dalil-dalil aqli. c. Seorang yang adil dan dapat dipercaya. Dua persyaratan ini dituntut dari seorang mufti karena ia seorang panutan. d. Bersikap tenang (sakinah) dan berkecukupan, mempunyai niat dan iktikad yang baik, kuat pendirian dan dikenal di tengah umat.32 Dalam merumuskan suatu permasalahan untuk menjadi fatwa harus 29 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374 Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta:AMZAH, 2013) h. 44 31 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374 32 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374 30 33 melewati rukun fatwa. Rukun fatwa terdiri dari 4 tahap, yaitu: a. Usaha memberikan penjelasan yang disebut ifta’. ifta’ adalah usaha menyampaikan hasil penggalian melalui ijtihad kepada orang lain yang bertanya. Sedangkan ijtihad adalah usaha menggali hukum dari sumber dan dalilnya. b. Orang yang menyampaikan jawaban hukum kepada orang yang bertanya disebut mufti. c. Orang yang meminta penjelasan hukum kepada yang telah mengetahui disebabkan oleh ketidaktahuannya tentang hukum suatu kejadian (kasus) yang telah terjadi. Orang itu disebut mustafti. d. Materi jawaban hukum syara’ yang disampaikan oleh mufti kepada mustafti yang disebut fatwa.33 Dalam Islam fatwa memiliki kedudukan yang tinggi. Fatwa dipandang sebagai salah satu alternatif yang bisa memecahkan kebuntuan dalam permasalahan yang semakin berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman. Fatwa merupakan institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi oleh umat Islam, bahkan menjadikannya sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab fatwa bagi masyarakat awam terhadap ajaran Islam laksana dalil bagi mujtahid. 2. Pengertian Sesat Menurut website Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sesat memiliki arti tidak melalui jalan yang benar; salah jalan atau menyimpang dari kebenaran 33 Mardani, Ushul Fiqh, h. 375 34 (tentang agama dan sebagainya). Sedangkan menyesatkan berarti membawa ke jalan yang salah; menyebabkan sesat (salah jalan).34 Sehinga dapat disimpulkan bahwa sesat adalah usaha untuk mempengaruhi orang untuk menyimpang dari kebenaran atau menuju jalan yang salah. Sesat dalam bahasa arab disebut dengan dhalâl atau dhalâlah. AlQurthubi, menyatakan bahwa asal dari kata dhalâl adalah al-ghaybûbah (tersembunyi/gaib). Menurut Al-Alusi dan Abu Hilal al-‘Askari, asal dari dhalâl adalah al-halâk (rusak). Kemudian Al-Baghawi menggabungkan keduanya bahwa asal dari dhalâl adalah al-halâk wa al-ghaybûbah (rusak dan tersembunyi). Al-Qurthubi mengatakan bahwa dhalâl hakikatnya adalah pergi meninggalkan kebenaran, diambil dari tersesatnya jalan, yaitu menyimpang dari jalan yang seharusnya.35 Dhalal secara mutlak mencangkup orang yang tersesat dari petujunjuk, baik sengaja maupun karena kejahilan, dan tentu saja ia akan mendapatkan adzab. Penyebab kesesatan adalah karena kejahilan (bodoh atau tidak tahu tentang ajaran agama), lalu orang jahil itu mengikuti leluhurnya atau orangorang yang dikasihinya sehingga ia menyimpang dari jalan yag lurus karena kejahilannya terhadap perintah dan larangna Allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Atau bisa juga karena hanya mengikuti nafsunya tanpa petunjuk dari Allah sehingga ia berpaling dari menuntut ilmu syar’i dan mengetahui kebenaran.36 34 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sesat, http://kbbi.web.id/sesat. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 18.51 WIB. 35 Yahya Abdurrahman, Sesat (Dhalal), http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/01/sesat-dhalal/. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 19.18 WIB. 36 Ummu Tamim, Menyingkap Aliran dan Paham Sesat, (Jakarta: Pustaka Imam Ahmad, 2010) h. 7-8 35 Al-Jili mengatakan bahwa jalan sesat adalah jalan yang ditempuh berbagai pemeluk agama dan keyakinan selain umat nabi Muhammad Saw. Tetapi keyakinan mereka telah dinodai oleh sikap politeistik dan ateistik, sehingga mereka terpecah-belah dan tersesat. Dengan demikian Al-Jili dengan tegas menyampaikan bahwa jalan Muhammad adalah jalan yang lurus, jalan yang menyampaikan kepada kebahagiaan sejati tanpa ada kesulitan sedikitpun.37 3. Pengertian Ormas Gafatar Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan sebuah organisasi yang mengklaim bergerak di bidang sosial dan budaya. Deklarasi Gafatar dilaksanakan pada Sabtu, 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran, Jakarta. Gafatar memiliki dasar pemikiran yang menyatkan bahwa bangsa Indonesia belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan neoimperialis.38 Pemikiran inilah yang menjadi landasan Gafatar untuk menyebarkan paham-pahamnya di Indonesia. Gafatar memiliki wadah dalam website resmi www.gafatar.or.id dan dpd.gafatar.or.id untuk berita kegiatan dan aksi nyata Gafatar, tetapi website ini telah di blokir oleh pemerintah semenjak Gafatar dikatakan sebagai organisasi yang menganut aliran sesat. Oleh karena itu berikut adalah lampiran visi, misi dan tujuan dari organisasi Gafatar yang dikutip dari blog pengurus gafatar yaitu gafatarian.blogspot.co.id, berikut penejelasannya: 37 Media Zainul Bahri, Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn Arabi, Rumi dan Al-Jili, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2011) h. 302-303 38 Yandhi Mohammad, Fakta seputar Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara, https://beritagar.id /artikel/berita/fakta-seputar-gafatar-gerakan-fajar-nusantara. Diakses pada 17 September 2016, Pukul 09.42 WIB. 36 Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) adalah organisasi kemasyarakat yang resmi berdiri di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2011 atas prakarsa 52 Badan Pendiri dengan berlambangkan Bendera“Fajar yang terbit dari Timur dengan dua belas sinar”. Legalitas pendirian Organisasi GAFATAR terdapat dalam UUD 1945 pasal 28, UU No. 8 tahun 1985 tentang Orkemas dan Akte pendirian ormas No. 01 tanggal 05 September 2011. Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) adalah Organisasi kemasyarakatan yang berasaskan Pancasila. Sebagaimana lazimnya sebuah Komunitas atau Organisasi yang memiliki visi dan misi, maka Organisasi Kemasyarakatan Gafatar pun memiliki visi dan misi, yakni: Visi Terwujudnya tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang damai sejahtera, beradab, berkeadilan dan bermartabat di bawah naungan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyatuan nilai-nilai luhur bangsa, peningkatan kualitas ilmu dan intelektualitas, serta pemahaman dan pengamalan nilai-nilai universal agar menjadi rahmat bagi semesta alam. Misi Memperkuat solidaritas, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan khususnya antar sesama elemen bangsa Indonesia serta dunia pada umumnya. Selain itu, juga memupuk saling pengertian dan kerja sama antar sesama lembaga yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap upaya perdamaian dan kesejahteraan dunia.39 39 Visi dan Misi Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), http://gerakanfajarnusantara. blogspot.co.id/2012/04/visi-dan-misi-ormas-gafatar-gerakan.html. Diakses pada 6 Agustus 2016, Pukul 09.42 WIB. 37 Tujuan Pendirian Organisasi Kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) memiliki tujuan sebagai berikut: a. Sebagai wadah menghimpun putra-putri Nusantara dalam menyatukan pemahaman moral kemanusiaan dan kebangsaan yang inklusif, kokoh, cerdas, dan menyatu. b. Sebagai sarana komunikasi dan menumbuhkan persaudaraan diantara sesama putra-putri Nusantara baik di indonesia maupun di negara-negara lain di dunia c. Mempertahankan dan memperjuangkan cita-cita luhur bangsa yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. d. Mewujudkan dan melahirkan kader-kader pemimpin bangsa yang jujur, berani, tegas, adil, cakap, ber-integritas, bijaksana, cerdas dan sehat, dengan berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.40 Program Kerja Untuk mencapai tujuan Organisasi, GAFATAR menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Peningkatan mutu komitmen dan pengamalan nilai-nilai moral kemanusiaan dan kebangsaan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa melalui koordinasi sistem pembinaan, pendidikan, serta jaringan informasi dan komunikasi. b. Mengembangkan pemikiran, menyelenggarakan penelitian, dan melakukan pengkajian yang inovatif, strategis, dan antisipatif. 40 Tujuan Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), http://gerakanfajarnusantara. blogspot.co.id/2012/04/tujuan-ormas-gafatar-gerakan-fajar.html. Diakses pada 6 Agustus 2016, Pukul 09.47 WIB. 38 c. Melakukan dialog dengan sesama elemen bangsa dalam rangka merumuskan ulang dan memecahkan berbagai masalah strategis sosial kebangsaan, baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global. d. Berperan aktif mengembangkan sistem pendidikan dan pengkaderan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa, khususnya generasi GAFATAR. e. Berperan aktif membantu program-program pemerintah dalam pelayananan sosial kemasyarakatan. f. Mendokumentasikan, mempublikasikan, dan mengkomunikasikan hasilhasil pemikiran, penelitian, kajian, dan inovasi, baik bersifat internal maupun umum. Gafatar dinyatakan sebagai aliran yang sesat karena pada tahun 2007, Majelis Ulama Indonesia menfatwakan aliran al-Qiyadah al-Islamiyyah sebagai ajaran sesat. Aliran al-Qiyadah al-Islamiyyah dipimpin oleh Ahmad Musadeq yang mengaku sebagai “nabi” setelah nabi Muhammad Saw. Tahun 2008 Ahmad Musaddeq divonis pengadilan dengan hukuman 4 tahun penjara atas penistaan agama. Tetapi pada tahun 2009 mereka berganti nama menjadi Komunitas Millah Abraham (KOMAR) yang masih menganut ajaran alQiyadah al-Islamiyah. Tak cukup sampai disitu, pada tanggal 14 Agustus 2011 aliran sesat ini berganti nama lagi menjadi Gafatar.41 Kesesatan faham dan ajaran Gafatar diketahui berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian terhadap dokumentasi, notulensi, notasi, catatan, diktat sejenis buku panduan bimbingan pengajian, dan buku berjudul Teologi Abraham Membangun Kesatuan Iman Yahudi, Kristen, dan Islam yang ditulis 41 Wajidi Sayadi, Mengenal Kesesatan Ajaran Gafatar, http://www.pontianakpost.com/ mengenal-kesesatan-ajaran-gafatar. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.22 WIB. 39 oleh Ketua Umum Organisasi Gafatar, yaitu Mahful Muis Hawari. Desain Sampul oleh Jesus Tsani. Penerbit Fajar Madani Depok. Cet. I Mei 2009.42 Selain itu terdapat juga buku tulisan Ahmad Musadeq yang berjudul Eksistensi dan Konsekuensi Sebuah Kesaksian. Editor Mahful Muis, M.A. Di dalam buku tersebut terdapat tulisan Ahmad Musadeq dan juga tulisan Mahful Muis, M.A. selanjutnya pada buku dengan judul Ruhul Qudus yang Turun Kepada Al Masih Al Maw’ud. Di dalam buku tersebut, pada halaman 191, 192 berisi hampir seluruh Pengurus Gafatar yang telah berbai’at kepada “nabi” Ahmad Musadeq.43 Ditambah lagi berdasarkan pengakuan para anggota, dan kesaksian dari mereka yang pernah bertemu dan berdialog dengan tokohnya. Mahful Muis mengatakan mantan anggota Gafatar telah keluar dari keyakinan agama Islam mainstream. Ajaran yang dipegang teguh adalah paham Millah Abraham yang dianggap sebagai jalan kebenaran. Oleh sebab itu, dia menyatakan bahwa MUI salah alamat melabelkan sesat ke pihaknya.44 Pengakuan Mantan Ketua Umum Gafatar ditolak oleh pihak MUI karena menurut MUI dalam setiap penyampaian ajarannya, pimpinan Gafatar, gurugurunya menggunakan ayat-ayat Al Quran, kitab suci yang diyakini oleh Umat Islam seluruh dunia. Sehingga tidak berarti MUI terlepas dari tugas dan fungsinya untuk melindungi umat dari kesesatan.45 42 Wajidi Sayadi, Mengenal Kesesatan Ajaran Gafatar, http://www.pontianakpost.com/ mengenal-kesesatan-ajaran-gafatar. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.22 WIB. 43 M. Amin Djamaluddin, (GAFATAR) Gerakan Fajar Nusantara, http://www.fpi.or.id/ 2016/01/ gafatar-gerakan-fajar-nusantara.html. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.30 WIB. 44 Heru Triyono, Eks Ketua Gafatar: Kami Keluar Dari Islam Mainstream, https://beritagar.id/artikel/berita/eks-ketua-gafatar-kami-keluar-dari-islam-mainstream. Diakses pada 15 september 2016, Pukul 14.14 WIB. 45 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 41. BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA A. Sejarah Singkat Majelis Ulama Indonesia Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama,zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Propinsi di Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.1 Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama. zuama dan cendekiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah “PIAGAM BERDIRINYA MUI”, yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I. Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat. 1 Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB. 40 41 Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugastugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI, seperti yang pernah dilakukan oleh para ulama pada zaman penajajahan dan perjuangan kemerdekaan. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.2 Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan. Oleh karena itu kehadiran MUI, makin dirasakan kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam. Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala; memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan 2 Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB. 42 kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta; menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional; meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.3 Dalam khitah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima fungsi dan peran utama MUI yaitu: 1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya) 2. Sebagai pemberi fatwa (mufti) 3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah) 4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid 5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar Sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali kongres atau musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum, dimulai dengan Prof. Dr. Hamka, KH. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH. Ali Yafie dan kini KH. M. Sahal Maffudh. Ketua Umum MUI yang pertama, kedua dan ketiga telah meninggal dunia dan mengakhiri tugas-tugasnya. Sedangkan dua yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin majelis para ulama ini.4 3 Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB. 4 Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB. 43 B. Visi dan Misi Majelis Ulama Indonesia 1. Visi Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah SWT. (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat berkualitas (khaira ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin (izzul Islam wal-muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai manifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). 2. Misi a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah hasanah), sehingga mampu mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariah Islamiyah. b. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi mungkar dalam mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas (khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan. c. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.5 C. Struktur Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia Berikut merupakan susunan kepengurusan Majelis Ulama Islam pusat. Adapun data didapatkan dari situs resmi MUI. Untuk lebih lengkapnya susunan organisasi 5 MUIDIY, Visi dan Misi MUI DIY, http://www.muidiy.or.id/organisasi/visi-dan-misi-mui. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB. 44 dapat dilihat dalam tabel berikut:6 Pengurus Hasil MUNAS 2015 DEWAN PERTIMBANGAN - Prof. Dr. HM. Din Syamsudin, MA - Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA - Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA Sekretaris: - Dr. H. Noor Ahmad, MA Wakil Sekretaris: - Drs. Natsir Zubaidi - Dr. Bachtiar Nasir Ketua: DEWAN PIMPINAN MUI 2015-2020 Ketua Umum: - Dr. (HC) KH. Ma’ruf Amin Wakil Ketua Umum: - Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, MA - Drs. KH. Slamet Effendy Yusuf, M.Si - Drs. H. Basri Bermanda, MBA - Dr. H. Yusnar Yusuf, M.S. - Prof. Dr. H. Maman Abdurrahman - Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yango - Prof. Dr. (HC) Tuty Alawiyah, AS - KH. Muhyidin Junaidi, MA - KH. Abdullah Jaidi - Drs. HM. Ichwan Sam - Drs. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si - Dr. Ir. H. Lukmanul Hakim, M.Si - Dr. KH. Sodikun, MSi - KH. Abdusomad Buchari Sekretaris Jenderal: - Dr. H. Anwar Abbas, MM, M.Ag Wakil Sekretaris Jenderal: - Dr. KH. Tengku Zulkarnain, MA - Dr. Amirsyah Tambunan - Dr. H. Zaitun Rasmin - Dr. Najamudin Ramsil Ketua-ketua: 6 Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Hasil MUNAS 2015, http://mui.or.id/tentangmui/ pengurus-mui/periode-berjalan/pengurus-hasil-munas-2015.html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 12.30 WIB. 45 - Drs. H. Solahuddin Al Ayuni, Msi - Rofiqul Umam, SH, MH - Dr. Hj. Valina Subekti - H. Misbahul Ulum M.Si Bendahara Umum: - Prof. Dr. Hj. Amani Lubis Bendahara: - Dr. Fahmi Darmawansyah, MM - Yusuf Muhammad - Dr. H.M. Nadratuzzaman Hosen - Dr.s Iing Solohin - Burhan Muhsin - Komisi Fatwa dipimpin oleh Prof DR H Komisi: Hasanuddin AF - Komisi Ukhuwah Islamiyah dipimpin oleh Drs H Adnan Harahap - Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat dipimpin oleh KH Cholil Nafis - Komisi Pendidikan dan Kaderisasi dipimpin oleh Prof Dr Sudarnoto Abdul Hakim - Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat dipimpin oleh Dr Marsyudi Syuhud - Komisi Informasi dan Komunikasi dipimpin oleh Drs H Masduki Baidlowi - Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga dipimpin oleh Prof Dr Hj Marwah Daud Ibrahim - Komisi Hukum dan Perundang-undangan dipimpin oleh Prof Dr H Muhammad Baharun SH, MA - Komisi Pengkajian dan Penelitian dipimpin oleh Prof Dr H Utang Ranuwijaya MA - Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama 46 dipimpin oleh Drs Choirul Fuad Yusuf MA, MSi - Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam dipimpin oleh Habiburrahman El-Syirozi Lc - Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional dipimpin oleh Dr Sobahus Surur. D. Proses Pembuatan Fatwa di Majelis Ulama Indonesia Tata cara penetapan fatwa MUI yang telah dijadikan pedoman menurut buku keluaran MUI dengan judul Himpunan Keputusan Majelis Ulama Indonesia,berikut penjabarannya: Pasal 1 Dasar-dasar Fatwa: 1. Al-Qur’an 2. Al-Sunnah 3. Al-Ijma 4. Al-Qiyas Pasal 2 1. Pembahasan suatu masalah untuk difatwakan harus memperhatikan: a. Dasar-dasar fatwa tersebut dalam Pasal 1 b. Pendapat imam-imam mazhab dan fuqaha yang terdahulu dengan mengadakan penelitian terhadap dalil-dalil dan wajah istidlalnya 2. Cara pembahasan seperti tersebut di atas adalah sebagai upaya menemukan pendapat mana yang lebih kuat dalilnya dan lebih maslahat bagi umat untuk difatwakan. 47 3. Apabila masalah yang difatwakan tidak terdapat dalam ketetapan Pasal 2 ayat (1) dan belum terpenuhi yang dimaksud oleh Pasal 2 ayat (2), maka dilakukan ijtihad jama’i. Pasal 3 Yang berwenang mengeluarkan fatwa ialah: 1. Majelis Ulama Indonesia mengenai: a. Masalah-masalah keagamaan yang bersifat umum dan menyangkut umat Islam Indonesia secara keeseluruhan. b. Masalah-masalah keagamaan di suatu daerah yang diduga dapat meluas ke daerah lain 2. Majelis Ulama Dareah Tingkat I mengenai masalah-masalah keagamaan yang bersifat lokal/kasus-kasus di daerah, dengan terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia/Komisi Fatwa. Pasal 4 1. Rapat komisi Fatwa dihadiri oleh anggota-anggota Komisi Fatwa berdasarkan ketetapan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Tingkat I, dengan kemudian mengundang tenaga ahli sebagai peserta rapat apabila dipandang perlu. 2. Rapat Komisi Fatwa diadakan jika: a. Ada permintaan atau pertanyaan yang oleh Majelis Ulama Indonesia dianggap perlu untuk difatwakan. b. Permintaan atau pertanyaan tersebut berasal dari permintaan Lembaga Sosial Kemasyarakatan atau Majelis Ulama Indonesia sendiri. 3. Mengenai tata tertib rapat Komisi Fatwa berupa fatwa mengenai suatu masalah disampaikan oleh Ketua Komisi Fatwa kepada Dewan Pimpinan Majelis 48 Indonesia/Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Tingkat I. 4. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia/Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Tingkat I mentadfidzkan fatwa tersebut ayat (1) dalam bentuk surat keputusan penetapan fatwa.7 E. Majelis Ulama Indonesia Menghadapi Ormas Gafatar Majelis Ulama Indonesia dalam menetapkan kesesatan kepada suatu aliran harus diawali dengan sejumlah langkah pengkajian dan penelitian (istiqra’). Setelah mendapat gambaran yang lengkap tentang suatu masalah,selanjutnya ditetapkan status hukumnya berupa fatwa dan tausiyah. Hal ini dilakukan dalam proses pengkajian dan penelitian terhadap Aliran Gafatar. Pada tahap pengkajian dan penelitian, MUI harus menjamin keabsahan data, fakta dan triangulasi (klarifikasi) secara memadai sehingga terhindar dari kekeliruan penetapan. Prosedur penetapan kesesatan suatu aliran harus diikuti dengan baik agar tidak memicu konflik, lahirnya korbandan hilangnya kredibilitas ulama sebagai pelindung umat. Penetapan aliran sesat mengikuti kriteria aliran sesat yang telah ditetapkan pada Rakernas MUI tahun 2007 dan kembali disahkan sebagai bagian dari SOP (Standard Operating Procedure). Pengkajian dan Penelitian MUI pada Rakernas MUI tahun 2015. Kriteria aliran sesat tersebut mencakup 10 hal sebagai berikut : 1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji). 2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah). 7 Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 385-386 49 3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran. 4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran. 5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir. 6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam. 7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul. 8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir. 9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah. 10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i.8 Pengkajian dan penelitian terhadap aliran Gafatar, menggunakan pendekatan kualitatif dengan senantiasa menjaga kualitas penelitian: 1. True Value (Kredibilitas). Menurut Krefting, dalam pendekatan kualitatif, data diperoleh dari pengalaman yang dirasakan oleh informan. Data yang diperoleh merupakan multiple reality, sesuai situasi dan kondisi komunitas atau individu informan. Upaya Peneliti MUI meningkatkan kredibilitas penelitian ini adalah dengan menggambarkan situasi informan dan komunitas dengan konteksnya secara terperinci. Misalnya, dalam menggambarkan Komunitas Gafatar di DI Yogyakarta beserta informan yang sebagian merupakan keluarga 10 eksodus, Peneliti memahami dan mendalami situasi informan, keluarga eksodus Gafatar dengan masing-masing kondisinya, bahkan mengkonfirmasi kembali pemahaman Peneliti tentang perasaan, pandangan dan pengalaman mereka, untuk menghindari bias peneliti (researcher biased). 8 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat& Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 5-7 50 2. Keberlakuan (Transferability). Temuan dalam penelitian ini memiliki keberlakuan apabila terdapat kesamaan temuan di tempat lain atau waktu lain yang memiliki kesamaan konteks. Tim Peneliti MUI memastikan keberlakuan temuan hasil penelitian dengan dasar prosedur yang bersandar pada detailed description of the contexts, kegiatan serta peristiwa yang dilaporkan sebagai hasil penelitian langsung maupun hasil penelitian MUI Provinsi, telah ditemukan kesamaan pemahaman dan keyakinan keagamaan penganut Gafatar/Millah Abraham. 3. Konsistensi (Keterandalan), Peneliti berfokus pada variabilitas data dan konsistensi data, dalam penelitian ini data dapat dilacak variabilitas data serta konsistensinya, dengan menjamin setiap sumber data dapat diidentifikasi (dapat ditelusuri). Peneliti MUI menjamin bahwa setiap sumber data dapat ditelusuri, baik tempat maupun identitas mereka tanpa melanggar etika penelitian, termasuk confidentiality informan. 4. Netralitas (Konfirmabilitas) Peneliti MUI menjaga netralitas data. Jejak audit untuk memastikan netralitas data, bukan judgement sebelum penelitian, dapat dicermati dari data yang diperoleh, instrument penelitian, catatan lapangan, tape (recorder), dokumentasi berupa foto, jurnal, buku pedoman organisasi Gafatar, laporan hasil rapat organisasi Gafatar, Surat Keputusan dan Surat Tugas Pengurus Gafatar, catatan ‘pengajian’ anggota dan pengurus Gafatar, surat permohonan ampunan kepada Tuan Semesta Alam dan Rasul-Nya, formulir-formulir keanggotaan, persaksian anggota, pengurus, data diri anggota maupun pengurus Gafatar serta dokumen lain yang ditemukan selama proses panjang penelitian sebagai bukti temuan 51 otentik dari temuan penelitian ini. Netralitas peneliti menjaga hasil penelitian selalu dapat dikonfirmasi kepada sumber datanya.9 F. Fatwa MUI Tentang Gafatar Setelah melalui proses pengkajian dan penelitian terhadap aliran Gafatar, akhirnya MUI mengeluarkan fatwa dengan mempertimbangkan hasil temuan data di lapangan atau berdasarkan wawancara langsung dengan para pelaku Gafatar. Dengan begitu Fatwa Nomor 6 Tahun 2016 tentang ALIRAN GERAKAN FAJAR NUSANTARA (GAFATAR) memiliki alasan yang menjadi dasar penetapan keputusan yang cukup kuat, yaitu : 1. Bahwa di tengah masyarakat telah berkembang organisasi bernama Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) yang bergerak di bidang sosial, namun pada faktanyamengajarkan keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan masyarakat muslim; 2. Bahwa di antara keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan tersebut berasal dari ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah dan Millah Abraham, yakni menyakini adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad SAW, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru selamat; mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan haji; serta mencampuradukkan pokok-pokok ajaran Islam, Nasrani dan Yahudi dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidak sesuai dengan kaidah tafsir; 9 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat& Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 8-10 52 3. Bahwa aliran ini berkembang di beberapa daerah yang kemudian menimbulkan keresahan masyarakat, sehingga sebagian organisasi, lembaga termasuk Kejaksaan Agung RI mengajukan permintaan fatwa tentang masalah tersebut; 4. Bahwa oleh karena itu Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan fatwa tentang aliran GAFATAR guna dijadikan pedoman. Kemudian Komisi Fatwa MUI merumuskan fatwa Gafatar dengan berlandaskan pada ayat-ayat suci Al-Quran sebagai berikut: 1. Al-Quran : a. Firman Allah SWT yang menegaskan keharusan memahami dan menjalankan ajaran agama dengan jalan ittiba' (mengikuti) aturan-aturan agama yang telah ditetapkan, yang berbunyi: “Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya, yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al- An'am [6]: 153) b. Firman Allah SWT yang menjelaskan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, antara lain: … “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi- nabi…” (QS. Al-Ahzab [33]: 40) c. Firman Allah SWT yang menegaskan larangan mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil, antara lain: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang .hak itu, sedang kamu mengetahui.” 53 (QS. Al-Baqarah [2]:42) d. Firman Allah SWT yang menjelaskan soal kemurtadan dan hukumannya, antara lain: … “….Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia- sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 217) 2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain: َّ ن ْال َخ ْصلَّى ِْ ْ ْسمِ عتُْ ْ َرسُو َل ْ ْي َْ بْ ْ َر ِض ِْ ن ْعُ َم َْر ْب ِْ للا ْب ِْ ْ ْمنْ ْعَب ِد َ ْللا َ ْْللا ُْعَن ُه َما ْقَا َْل ِ طا ِ عَنْ ْاَبِىْ ْعَب ِدْ ْال َّرح ْللا ِْ ْ ن ْ ُم َح َّمدًاْ َرسُو ُْل َّْ َ ش َهادَ ِْة ْاَنْ ْ ْلَ ْاِلهَْ ْاِ ْل َّ ْللاَْ ْ َوأ ْ َلى ْ َخم َْ ِي ْا ِِإلسالَ ُْم ْع َْ سلَّ َْم ْيَقُو ُلْ ْبُن ْ َ ْ:ْ س َ ْ ُ للا َ علَي ِْه ْ َو )صو ِمْْ َر َمضَانَْْ(رواهْالبخاريْوْمسلم ْ صالَ ِْةْ َواِيتَاءِْْال َّزكَا ِْةْ َو َح ِْ ََواِق َّ امْال َ جِْ َو “Dari Abu Abdirrohman Abdulloh bin Umar bin Khoththob RA, dia berkata “Aku pernah mendengar Rasululloh SAW bersabda: Islam dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan’” ْكَانَتْْبَنُوْ ِإسْ َراِِي َْل:ْْسلَّ َْمْقَا َل َّْ ْصلَّى ْ ْْي َ ُْ اّلل َ ِْسو َْلْللا َ ع َلي ِْهْ َو ُ ْقَا َْلْ َر:للا ُْعَن ُه َماْقَا َْل َ عَنْْأَبَاْه َُري َر ْةَْ َر ِض ْيْْبَعدِي َّ تَسُوسُ ُهمْْاْلَن ِبيَا ُْءْكُلَّ َماْ َهلَكَْْنَ ِبيْْ َخلَفَ ْه ُْنَ ِبيْْ َو ِإنَّ ْه ُْ َلْْنَ ِب “Dari Abi Hurairah ra berkata: ‘Rasulullah SAW bersabda: Dahulu Bani Israel dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi meninggal, maka digantikan oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku....’” Dengan begitu hasil dari Fatwa Nomor 6 Tahun 2016 tentang ALIRAN GERAKAN FAJAR NUSANTARA (GAFATAR) memutuskan berdasarkan ketentuan hukum bahwa Paham dan ajaran aliran Gafatar memiliki kesamaan dengan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah, Pimpinan Ahmad Musadeq dengan ajaran Millah Abrahamnya. Bagi pengikutnya berarti mereka telah murtad dari agama 54 Islam. Selanjutnya MUI mengeluarkan anjuran kepada masyarakat yang telah meyakini Ahmad Musadeq sebagai juru selamat, menolak adanya surga dan neraka di akhirat, dan/atau mengingkari kewajiban salat lima waktu, puasa Ramadan, dan haji diharapkan untuk bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam. Dan yang kedua, bagi masyarakat yang mengikuti kegiatan sosial tetapi tidak meyakini ajaran keagamaan wajib keluar dari Gafatar untuk mencegah terpapar dari ajaran yang menyimpang. Lalu, Pemerintah wajib melarang penyebaran aliran Gafatar serta paham dan keyakinan yang serupa, dan melakukan penindakan hukum terhadap pimpinan Gafatar yang terus menyebarkan keyakinan dan ajaran keagamaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah juga wajib melakukan rehabilitasi dan pembinaan secara terus menerus terhadap pengikut, anggota dan pengurus eks Gafatar. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan sebuah organisasi yang mengatas namakan dirinya Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Diawal kemunculannya ia berkedok sebagai organisasi yang bergerak dibidang sosial dan budaya. Gafatar memiliki dasar pemikiran yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan neoimperialis. Pemikiran ini yang digunakan Gafatar untuk menyebarkan pahampahamnya keseluruh Indonesia. Organisasi Gafatar menjadi bahan pembicaraan masyarakat karena di dalamnya terinidikasi ada sebuah paham atau aliran keagamaan baru yang meresahkan bagi umat Islam di Indonesia. Keyakinan dan pemahaman yang meresahkan tersebut berasal dari ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah dan Millah Abraham. Yakni meyakini adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad Saw, yaitu Ahmad Musadeq atau Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru selamat. Data terkait kesesatan Gafatar dapat dilihat dari adanya hubungan antara Ormas Gafatar dengan Ahmad Musadeq, itu terbukti dari susunan pengurus DPP Gafatar. Terdapat 11 Pengurus Pendiri DPP Gafatar yang menjadi saksi atas pengangkatan Ahmad Musadeq sebagai “nabi” pada 10 Februari 2007 di Gunung Bundar, Bogor. “Sebagian mereka termasuk dalam daftar saksi-saksi Al Masih Al Maw’ud, dalam buku “Ruhul Qudus yang Turun Kepada Al Masih Al Maw’ud”. Saksi-Saksi Al Masih Al Maw’ud tertulis sebanyak 36 pria dan 18 wanita.”1 1 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 32. 55 56 Menurut hasil penelitian berdasarkan beberapa dokumen dan perngakuan informan dari MUI Aceh, diperoleh fakta bahwa pengikut Gafatar menyatakan persaksian sebagai berikut: Saya bersaksi bahwa: a. Tidak ada Tuhan yang saya patuhi kehendak dan perintahnya selain Tuhan Semesta Alam Tuhan Yang Maha Esa. b. Bahwa Mesias adalah pembawa risalah Tuhan Semesta Alam untuk menggenapi segala kehendak dan perintahnya bagi manusia. c. Dibawah bimbingan Mesias saya sanggup berkorban harta dan diri saya untuk mewujudkan kehendak dan rencana Tuhan semesta alam yang akan menjadikan bangsa nusantara ini menjadi bangsa yang damai sejahtera.2 Dari persaksian tersebut dapat disimpulkan bahwa para pengikut Gafatar didoktrin agar tunduk dan patuh kepada mesias atau juru selamat, dimana yang dimaksud disini adalah Ahmad Musadeq. Mereka rela mengorbankan harta dan dirinya demi terwujudnya cita-cita mereka yaitu menjadikan bangsa nusantara menjadi bangsa yang damai sejahtera. Sumpah ini sebagai pengikat bagi para pengikut Gafatar agar terus setia kepada ajaran paham-paham Ahmad Musadeq, sehingga ia dapat dengan mudah menyebarkan ajaran Millah Abraham kepada para pengikutnya. Pernyataan ini tidak secara jelas disebutkan oleh pimpinan Gafatar diawal rekrutmennya, mereka berkedok bahwa Gafatar adalah ormas yang bergerak dibidang sosial budaya bukan merupakan ormas keagamaan. Selanjutnya fakta-fakta terkait dengan sesatnya ajaran Gafatar terlihat dari pengakuan dari mantan Ketua Umum Gafatar yang mengatakan bahwa pengikut 2 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 33. 57 Gafatar telah keluar dari ajaran Islam mainstream, tetapi hal ini tidak membuat MUI bertindak lepas tangan kepada kasus ini, sebab tugas dan fungsi dari MUI adalah untuk melindungi umat dari kesesatan. Dalam menyampaikan ajarannya, pimpinan Gafatar serta guru-gurunya menggunakan ayat-ayat dari Al Quran, dimana Al Quran merupakan kitab suci yang diyakini oleh Umat Islam seluruh dunia. Penyalahgunaan penafsiran di luar kaidah tafsir mu’tabar dan upaya mengubah pemahaman-pemahaman yang qoth’iy atas ayat-ayat Al Quran merupakan tindakan penistaan dan penodaan terhadap ajaran Islam. 3 Sebelumnya MUI telah merumuskan 10 kriteria sebuah aliran dinyatakan sesat yang telah ditetapkan pada Rakernas MUI tahun 2007 dan kembali disahkan sebagai bagian dari SOP (Standard Operating Procedure) Pengkajian dan Penelitian MUI pada Rakernas MUI tahun 2015. Kriteria aliran sesat tersebut mencakup 10 hal sebagai berikut : 1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji). 2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah). 3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran. 4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran. 5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir. 6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam. 3 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 41. 58 7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul. 8. Mengingkari Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir. 9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah. 10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i.4 Kriteria-kriteria diatas dijadikan MUI sebagai dasar menyatakan ajaranajaran dan aliran-aliran yang sesat. Permyataan ini tegas dijawab oleh Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. Beliau berkata: "MUI tidak gegabah dalam menentukan kesesatan suatu ormas atau suatu aliran, kalau belum betul-betul memenuhi kriteria itu belum akan dinyatakan (sebagai) aliran sesat. Tetapi jika sudah memenuhi apalagi sudah mengingkari Nabi Muhammad Saw, mengingkari Al Quran yasudah , sudah amat jelas kalau aliran itu sudah sangat melanggar ushuludin (hal-hal pokok dalam beragama), kalo sudah melanggar yasudah dinyatakan sebagai alairan yang sesat."5 Dengan demikian MUI mengeluarkan fatwa bahwa Gafatar merupakan aliran yang sesat, dilihat karena Gafatar melanggar aspek-aspek dari 10 kriteria aliran sesat yang telah ditetapkan. Ajaran Gafatar berasal dari ajaran al-Qiyadah alIslamiyah dan Millah Abraham, yakni meyakini bahwa adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad Saw, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru selamat. Hal ini telah melanggar kriteria nomer 8 yaitu Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir. Yang kedua adalah menolak adanya surga dan neraka di akhirat, ini melanggar ajaran islam pada Al Quran dan As Sunnah. Lalu tidak diwajibkannya salat lima waktu, puasa Ramadan, dan haji yang dimana ini merupakan rukun 4 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 5-7. 5 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 59 Islam. Dan yang terakhir mencampuradukan agama Islam, Kristen dan Yahudi. Paham ini muncul karena dalam menafsirkan al Quran tidak menggunakan kaidah tafsir yang benar. Karena semua hal pokok ajaran Islam telah dilanggar, maka MUI dirasa perlu untuk mengeluarkan fatwa sesat kepada Ormas Gafatar. Fatwa adalah “penjelasan hukum syariat atas suatu permasalahan dari permasalahan-permasalahan yang ada, yang didukung oleh dalil yang berasal dari Al-Qur’an, sunnah Nabawiyyah, dan ijtihad. Secara definitif fatwa yaitu usaha memberikan penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum mengetahuinya.”6 Fatwa “biasanya dikeluarkan oleh lembaga atau orang yang memiliki otoritas dibidang hukum Islam.”7 Pada penelitian ini, peneliti mengambil fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI sebagai wadah para ulama, zuama dan cendekiawan muslim, mereka memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing umat untuk senantiasa istiqamah menjalankan Islam sesuai tuntunan Rasulullah Saw. MUI harus berperan aktif membimbing umat Islam (ri’ayatul ummah) agar tidak terjerumus mengikuti ajaran dan aliran menyimpang serta melakukan penguatan (taqwiyah) terhadap aqidah, syariah dan akhlak umat Islam.8 Dalam pembuatan fatwanya sendiri, itu harus melalui beberapa tahapan dan melewati komisi-komisi yang berkaitan dengan fatwa sesat Gafatar ini. Menurut wawancara dengan Ahmad Zubaidi yang mengatakan: “Pembuatan fatwa berlangsung cukup lama karena melalui pengkajian terlebih dahulu, yang dikaji oleh Komisi Penelitian dan Pengkajian. Mereka menurunkan tim penelitinya, untuk meneliti sepak terjangnya, tentang 6 Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 374. Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta:AMZAH, 2013) h. 44. 8 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 1. 7 60 alirannya tentang keyakinananya, itu dicek di lapangan. Setelah dilakukan penelitian tahap selanjutnya dibahas di Komisi Fatwa, dikajinya di Komisi Pengkajian. Komisi Pengkajian rapat bersama dengan Komisi Fatwa, di Komisi Fatwa dilihat dan disesuaikan dari aspek-aspek dalil-dalilinya, aspek syar'inya apakah bertentangan atau nggak, ternyatakan (hasilnya) bertentangan. maka kemudian MUI mengeluarkan fatwa sesat. Setelah keluar fatwa sesat barulah diberikan kepada Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.”9 Setelah fatwa itu jadi dan hendak disosialisasikan kepada masyarakat, MUI selanjutnya memiliki peran yang penting untuk mencegah konflik dan pengadilan massa terhadap komunitas penganut aliran menyimpang atau terindikasi menyimpang. Ketegasan MUI harus dilakukan dengan langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan secara syar’i maupun hukum, sehingga prosedur penegakan hukum terhadap aliran sesat sebagai tindak lanjut penetapan kesesatan suatu aliran, dapat berjalan sesuai ketentuan yang berlaku. Karena banyak oknumoknum diluar sana yang memanfaatkan fatwa MUI sebagai landasan untuk bersikap anarkisme kepada massa pengikut organisasi Gafatar. Seperti yang diungkapkan oleh informan Ahmad Zubaidi: “kemarin kita juga khawatir ketika dikeluarkannya fatwa sesat Gafatar, khawatirnya ada kelompok-kelompok radikal yang memanfaatkan untuk mengambil tindakan anarkisme. Jadi kita di MUI itu antara fatwa sesat dengan penanganannya berbeda, bukan berarti kalau sesat kemudian dihalalkan darahnya, bukan! Justru ketika dinyatakan sesat tugas kita untuk mengembalikan kepada ajaran yang benar al-ruju’ ila al-haq, bukan sebagai amunisi untuk anarkis kepada mereka.”10 Ahmad Zubaidi juga menambahkan pada saat penanganan ormas Gafatar untungnya tidak terjadi tindakan anarkisme. “Paling kalau di kalimantan sendiri terjadi ketegangankan soalnya masyarakat sekitar sudah mengepung mereka, sudah siap untuk melakukan 9 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 10 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 61 penyerangan, tetapi karena pemerintah sigap, mereka langsung diungsikan, dipulangkan. Bahkan merupakan fenomena yang pertama kali terjadi, pemerintah sudah melakukan tindakan sebelum MUI mengeluarkan fatwa, artinya biasanya pemerintah itu menunggu fatwa MUI, ini nggak, pemerintah sudah bertindak lebih dulu, munkin karena aspek keamanan itu, karena masyarakat setempat sudah merasa resah dengan adanya Gafatar di Boerneo itu.”11 Strategi yang digunakan oleh MUI untuk mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar, dilihat dari banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masyarakat. MUI melalui Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat bertugas untuk menjelaskan dan mensosialisasikan fatwa tersebut kepada masyarakat. A. Strategi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar MUI sebagai lembaga yang mengeluarkan fatwa sesat Ormas Gafatar dirasa perlu untuk mensosialisasikan fatwa tesebut kepada masyarakat dan umat muslim di Indonesia. Dalam MUI yang bertugas untuk mensosialisasikan fatwa adalah dari Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. Komisi Dakwah dirasa perlu untuk mensosialisasikan fatwa sesat ini kepada masyarakat di Indonesia karena Ormas Gafatar memiliki misi tersendiri untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Karunia Semesta Alam yang mana dipimpin oleh sang juru selamat Ahmad Musadeq. Sebelumnya Ahmad Musadeq juga terjerat dalam kasus aliran sesat alQiyadah al-Islamiyah yang oleh MUI juga sudah difatwa sebagai aliran sesat pada tanggal 3 Oktober 2007. Sehingga sekarang Gafatar dianggap sebagai metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang telah difatwa sebagai aliran yang sesat. 11 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 62 Ahmad Zubaidi selaku Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat mengatakan bahwa sangat perlu melakukan sosialisasi fatwa taersebut agar masyarakat tahu kalau Gafatar itu sesat, Karena di level masyarakat bawah, mereka menggunakan bahasa dakwah, bahasa pemberdayaan, bahasa revolusi ekonomi, dari keadaan yang miskin ini bisa menjadi kaya. Hal-hal yang berkenaan dengan keyakinan tidak diberitahu dari awal. Ketika mereka sudah mempunyai keterkaitan yang kuat dengan Gafatar, baru paham keagamaan itu disampaikan.12 Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, ada 3 tipe pengikut organisasi Gafatar, yaitu pengikut, operator ideolog dan ideolog. Ideolog, adalah seorang pemikir, mereka yang memiliki keyakinan sangat kuat terhadap paham keagamaan Gafatar. Ke dua operator ideologi, artinya dia bukan pemikir, tetapi mereka merupakan kelompok yang menyebarluaskan ideologi dan ajaran Gafatar kepada orang lain. Lalu yang ke tiga adalah pengikutnya.13 Pengurus organisasi Gafatar memiliki strategi sendiri untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat atau untuk menyembunyikan identitasnya di masyarakat awam. Ini dilakukan agar mereka bisa melakukan rekrutmen dan pengumpulan massa yang banyak untuk memperkuat organisasinya. Ahmad Zubaidi mengatakan: “Ditengah masyarakat mereka itu pinter, mereka itu selalu mensupport pemerintah daerah, jadi seolah-olah mereka mitra pemerintah daerah. Sehingga mereka sempat mendapat tempat yang cukup leluasa di Pemda-Pemda. Ini strategi politik supaya mereka memiliki akses yang mudah, baik akses dana dan akses dalam rangka rekrutmen. Tetapi setelah dilevel atas itu sudah politik tujuannya. Karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara Karunia Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Borneo di Kalimantan. Itu kemudian ada 12 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 13 Luqman Rimadi, 3 Tipe Penganut Gafatar Menurut Menteri Lukman, http://news.liputan6.com/read/2426910/3-tipe-penganut-gafatar-menurut-menteri-lukman. Diakses 3 Juli 2016, Pukul 15.05 WIB. 63 konsep Hijrah, semua orang harus Hijrah kesana. Nanti dari Hijrah itu sampai konsep khital, khital itu perang, mereka siap perang nantinya. bermula dari hijrah dulu mereka kesana nanti setelah kuat, mereka berhadapan dengan pemerintah, maupun dengan komponen manapun, khital (perang).”14 bisa Jadi siap siap Terkait dengan hal tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana strategi yang digunakan MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar. Seperti yang dikatakan Onong Uchjana Effendy bahwa “stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”, maka tahapan yang digunakan adalah perpaduan dari model tahapan perencanaan komunikasi dan tahapan manajemen untuk dapat digunakan dalam penelitian ini. Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan. Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Strategi Manajemen” mengatakan bahwa “proses strategi manajemen pada darsarmya meliputi tiga langkah utama, yaitu: perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.”15 Dengan demikian tahapan strategi komunikasi yang digunakan oleh MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar terdiri dari lima langkah, yaitu: 1. Penelitian Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematik yang dihadapi suatu lembaga.16 Tahapan ini juga merupakan tahap penemuan fakta. Tahap penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana opini publik dan keadaan yang terjadi 14 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 15 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005) h. 4 16 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72 64 sebenarnya terhadap suatu permasalahan yang terjadi di sekitar organisasi atau lembaga tersebut. MUI mempunyai komisi khusus yang berkaitan dengan mencari fakta di lapangan, yaitu pada Komisi Penelitain dan Pengkajian. Mereka menurunkan tim penelitinya, untuk meneliti sepak terjang dari Ormas Gafatar, mencari informasi terkait aliran dan keyakinananya yang dianut oleh para pengikut Gafatar. Penelitian ini dilakukan langsung kepada pelaku di lapangan dengan koordinasi antara MUI pusat dengan MUI yang di daerah. Data yang terkumpul kemudian dikaji oleh Komisi Pengkajian yang melakukan rapat bersama dengan Komisi Fatwa.17 Hasil dari rapat itu adalah menyatakan bahwa Gerakan Fajar Nusantara dinyatakan sebagai organisasi massa yang beraliran sesat dan menyesatkan dilihat dari beberapa faktor berikut: a. Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) bergerak di bidang sosial, namun pada faktanya mengajarkan keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan masyarakat muslim; b. Keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan tersebut berasal dari ajaran al-Qiyadah al-Islarmyah dan Millah Abraham, yakni menyakini adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad SAW, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru selamat; mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan haji; serta mencampuradukkan pokok-pokok ajaran Islam, Nasrani dan Yahudi dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidak sesuai dengan kaidah tafsir; 17 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 65 c. Aliran ini berkembang di beberapa daerah yang kemudian menimbulkan keresahan masyarakat, sehingga sebagian organisasi, lembaga termasuk Kejaksaan Agung RI mengajukan permintaan fatwa tentang masalah tersebut;18 Ketiga faktor inilah yang melatar belakangi munculnya Fatwa Nomer 6 Tahun 2016 tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Tetapi pada Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat tidak melakukan penelitian khusus untuk mensosialisasikan fatwanya kepada masyarakat. Mereka hanya bertugas untuk membina umat muslim di Indonesia agar lebih waspada dalam melihat fenomena yang ada di sekitar lingkungannya. 2. Perencanaan Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan langkahlangkah ke depan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan strategis, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.19 Dengan demikian, dalam tahap perencanaan diperlukan strategi tentang pemilihan atau penentuan sumber (komunikator), pesan, media, sasaran (komunikan), dan efek yang diharapkan.20 Berikut penjabarannya: a. Komunikator Sumber atau komunikator disini adalah individu atau lembaga yang bersifat sebagai pemberi pesan yang berupa informasi atau penyuluhan. Pada saat mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar ini yang bertindak sebagai 18 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, h. 11-12. 19 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 5. 20 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72. 66 komunikator adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diwakili oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. b. Pesan Pesan adalah kata-kata, lambang, isyarat, tanda atau gambar yang disampaikan. Dalam hal ini pesannya berupa Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomer 6 Tahun 2016 Tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Selain fatwa itu sendiri, pesan yang ingin disampaikan oleh MUI juga berupa penyuluhan dan hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi terhadap munculnya aliranaliran sesat di Indonesia, khususnya ajaran yang dibawa oleh Ormas Gafatar. c. Media Selanjutnya media adalah perantara yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan pesannya kepada sasaran yang ingin dituju, yaitu komunikannya. Dalam hal ini Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat menggunakan media cetak dan media massa dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar ini. Media cetak yang digunakan merupakan buku. MUI menyetak buku khusus yang membahas tetang kesesatan Ormas Gafatar. Selanjutnya MUI juga menggunakan media massa seperti televisi, radio dan koran untuk menyebarkan informasinya. Hasil Press Conference MUI disiarkan secara serentak oleh media massa di Indonesia, seperti Metro TV dalam program berita Metro Hari Ini pada tanggal 3 Februari 2016, NET TV dalam program NET 16 tanggal 3 Februari 2016. Bahkan mereka menggunakan media internet seperti website resmi MUI yaitu http://mui.or.id, media sosial, dan media online seperti Kompas.com, BBC.com, Liputan6.com, dan media-media lain yang menampilkan berita mengenai fatwa Gafatar tersebut. 67 d. Sasaran Sasaran maksudnya adalah target yang ingin dipengaruhi atau dalam bahasa komunikasinya adalah komunikan, yaitu target penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sasarannya bisa berupa orang, kelompok atau lapisan masyarakat tertentu. Pada penelitian ini yang menjadi target sasaran dari Fatwa MUI tentang Gafatar dibagi menjadi dua. Sasaran pertama adalah kepada para eks anggota Gafatar dan yang ke dua adalah kepada masyarakat yang tidak mengikuti Gafatar. Untuk para eks anggota Gafatar juga dibagi menjadi dua kriteria, yaitu mereka yang mempercayai paham yang diajarkan di dalam Gafatar dan mereka yang hanya mengikuti kegiatan sosial organisasi Gafatar.21 e. Efek Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang meliputi pengetahuan atau bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan, emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang berupa tindakan.22 Dalam kasus ini efek yang ingin dicapai oleh MUI juga terbagi berdasarkan target sasarannya. Bagi para eks pengikut Gafatar MUI mengharapkan agar keluar dari organisasi tersebut dan bertaubat untuk kembali lagi ke ajaran Islam yang sebenarnya. Dan bagi masyarakat umum diharapkan waspada terhadap ajaran aliran-aliran sesat yang muncul di Indonesia. Serta masyarakat melalui pemerintah bisa menerima kembali para eks pengikut Gafatar di tengah-tengah lingkungannya. 21 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), h. 7 22 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h.46-47 68 Untuk menjalankan perencanaan di atas, MUI juga memiliki Strategi pendekatan khusus untuk mensosialisasikan fatwa sesat Gafatar kepada masyarakat dan para eks pengikut Gafatar berdasarkan hasil wawancara berikut: “Kita merencanakan untuk terjun ke daerah-daerah yang dimana disitu terdapat konsentrasi-konsentrasi Gafatar. Tetapi disana pun kita tidak melakukan terjun langsung ke mereka, kita melakukan TOT (Training Of Trainer). Jadi orang-orang lokal itu yang kita latih, MUI setempat yang kita latih. Jadi nanti yang melakukan pembinaaan langsung adalah MUI setempat. Dan bukan hanya MUI, tapi semua stakeholder disana seperti Pemdanya dilibatkan semua. Kita training itu pemahaman tentang Gafatar dan tekhnik penanganannya. Kenapa seperti itu? itu penghematan waktu dan biaya. kalau orang pusat harus menangani langsung ke daerah, berapa lama waktu yang dibutuhkan, berapa biaya yang dibutuhkan, ini tidak masuk akal.”23 Dengan begitu pada tanggal 30 Mei - 1 Juni 2016 Komisi Dakwah mengadakan RAKORNAS (Rapat Koordinasi Nasional) Komisi Dakwah seIndoneisa. RAKORNAS itu dihadiri oleh seluruh Komisi Dakwah di Indonesia untuk menjelaskan tentang Gafatar. Harapannya agar MUI di daerah bisa terus melakukan kampanye ini, atau sosialisasi tentang sesatnya Gafatar dan penanganannya. Jadi MUI tidak sekedar mengatakan sesat, tetapi penaganannya itu yang penting. Supaya mereka yang sudah terkena atau sudah ikut bisa segera kembali kepada masyarakat dan kembali ke jalan yang benar. Disisi lain juga untuk membatasi supaya gerakan ini jangan sampai meluas. Selain dengan Rapat Koordinasi Nasional Komisi Dakwah se-Indoneisa, MUI memiliki tugas khusus untuk mengedukasi masyarakat yaitu dengan memberikan pemahaman-pemahaman agama dan memperkuat aqidah masyarakat agar tidak tidak mudah tergelincir untuk mengikuti aliran-aliran sesat yang ditawarkan oleh kelompok tertentu. Tentu MUI tidak bisa bergerak 23 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 69 sendiri dan memerlukan bantuan dari para Dai-dai dan penceramah untuk memeberikan seruan-seruan tentang kesesatan Gafatar dan mengajarkan aqidah Islam yang benar. Maksudnya bila masyarakat sudah mengetahui aqidah Islam yang benar, maka mereka akan memiliki sensitifitas terhadap aqidah-aqidah baru yang tidak diajarkan sebelumnya. Jadi otomatis dengan penguatan aqidah masyarakat sudah memiliki benteng agar tidak terpengaruh dengan aliran-aliran baru yang ada ini. 3. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka implementasi rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dalam sebuah lembaga berarti pengorganisasian seluruh divisi-divisi di perusahaan tersebut untuk menjalankan rumusan yang telah disepakati. Tahap pelaksanaan bisa dilakukan dalam bentuk tayangan di televisi, wawancara di radio, pemasangan iklan di surat kabar, pemasanagan baliho atau spanduk di jalanan, dan pemberangkatan tim penyuluhan untuk bertatap muka dengan komunitas di lokasi yang menjadi target sasaran.24 Tindakan pertama setelah dikeluarkannya fatwa sesat Gafatar itu adalah dengan menyebarkannya di media massa. MUI mengudang para insan pers untuk datang ke kantor MUI pada tanggal 3 Februari 2016. Hari itu MUI mengadakan konfrensi pers terkait pernyataan dan dikeluarkannya fatwa sesat kepada Ormas Gafatar. Peristiwa itu pun diliput oleh media yang ada di Indonesia seperti dari media televisi, radio, surat kabar, dan media-media online di Indonesia untuk disebarluakan kepada masyarakat secara cepat. 24 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73 70 Di media televisi stasiun yang menayangkan berita mengenai MUI yang memfatwa sesat Ormas Gafatar salah satunya adalah Metro TV dalam program berita Metro Hari Ini, NET TV dalam program berita NET 16. Sedangkan radio RRI melalui website resminya juga memberitakan mengenai Fatwa sesat Ormas Gafatar. Selanjutnya surat kabar ternama di Ibukota seperti, Kompas, Republika, dan Tempo memuat berita mengenai sesatnya Ormas Gafatar dan Fatwa MUI bahwa Gafatar merupakan aliran sesat. Terakhir media-media online juga turut memberitakan informasi tersebut agar masyarakat Indonesia tahu dan tidak terjerumus untuk mengikuti ormas Gafatar. Setelah itu MUI melakukan RAKORNAS Komisi Dakwah se-Indonesia yang bertujuan untuk mengkoordinasikan antara pengurus MUI Pusat dengan MUI Daerah. Diharapkan setelah RAKORNAS ini kerjasama antar keduanya semakin baik dalam upaya mengedukasi masyarakat serta mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar ini. Hasil dari RAKORNAS itu adalah akan diadakannya pelatihan atau Training Of Trainer (TOT) kepada para pengurus MUI di daerah. Tetapi terakhir kali peneliti melakukan wawancara dengan narasumber, ia mengatakan secara resmi program TOT itu belum dilakukan, berikut penjelasannya: “Untuk program TOT secara resmi belum kita lakukan, tapi pengiriman informasi ke daerah sudah dilakukan. Artinya jangan tunggu training terlebih dahulu, kelamaan. Jadi daerah tetap kita berikan wewenang untuk mengangani. Untuk program training itu sebenernya untuk penyelesaian yang komprehensif, tetapi penyelesaian yang sifatnya segera, itu daerah bisa langsung menangani.”25 Pengiriman informasi itu berupa buku panduan yang diterbitkan oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat dan Komisi Penelitian dan 25 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 71 Pengkajian MUI dengan judul “Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar”. Buku itu hanya dijadikan sebagai panduan dasar untuk mengatasi masalah tentang Gafatar, untuk cara pengantisipasian dan pengeksekusian pengurus MUI di daerah diberi kebebasan untuk berkreasi sekreatif mungkin untuk metode pendekatannya. Upaya dari MUI di daerah tersebut kemudian di dukung oleh para Dai dan para penceramah lokal untuk terus mengedukasi masyarakat dan terus mengkampanyekan pemahaman tentang aliran-aliran yang sesat agar masyarakat paham dan tidak terjerumus ke ajaran-ajaran kesesatan. Masyarakat juga bisa berperan aktif bila mendapatkan informasi tentang aliran sesat di lingkungannya. Mereka bisa melaporkan kepada pihak yang berwajib dan kepada Komisi Dakwah di daerahnya agar bisa segera dilakukan pemeriksaan dan tindakan antisipasi sebelum paham itu tersebar ke orang lain. Mengapa masyarakat juga harus berperan aktif dalam mengantisipasi ajaran-ajaran yang menyesatkan? Karena seperti contoh kasus Gafatar, kita sering mendengar bahwa terdapat beberapa kasus penculikan. Jadi Gafatar melakukan rekrutmen dengan mempengaruhi para calon anggotanya dengan segala ajaran paham-pahamnya, setelah mereka yakin dengan ajaran tersebut maka mereka akan langsung hijrah ke Borneo, yaitu tempat para anggota Gafatar berkumpul. Kasus seperti ini yang dianggap oleh keluarga calon anggota Gafatar sebagai tindakan pencucian otak dan penculikan. Jadi selain melanggar nilai-nilai hukum agama, Gafatar juga telah melanggar hukum bernegara. 4. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari strategi yang telah dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang 72 diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk digunakan sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan dari strateginya tercapai, apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan tindakan apa yang dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti informasi yang disampaikan. Sejauh ini evaluasi yang dilakukan oleh MUI, khususnya oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Islam masih menggunakan evaluasi kualitatif, yaitu hanya melihat dari fenomena yang nampak. Pengukuran evaluasinya itu berdasarkan bagaimana para da’i melakukan tugasnya dalam rangka Himayatul Ummah (melindungi umat). MUI tidak bisa memastikan secara kuantitatif berapa anggota eks Gafatar yang telah kembali memeluk Islam dan berapa yang tidak, pengukuran hanya berdasarkan pernyatan da’i dan pernyataan dari Pemda setempat. Evaluasi hanya dari seberapa gencar para da’i dalam menghadiri dan mendakwahi titik-titik berkumpulnya para eks anggota Gafatar untuk kembali ke ajaran Islam yang benar.26 Terkait kepercayaan masyarakat dengan fatwa MUI, sejauh ini masih banyak masyarakat yang menerima fatwa dari MUI dibandingkan dengan yang menolak. Ahmad Zubaidi selaku narasumber mengatakan: “Fatwa-fatwa yang ada di masyarakat selalu kita evaluasi dampaknya, walaupun yang kami lakukan masih sebatas evaluasi kualitatif, bukan evaluasi kuantitatif. Evaluasi kualitatif itu kita hanya sebatas membaca fenomena dari yang nampak di masyarakat, kecenderungan biasanya masyarakat menerima atau menolak kan kelihatan, dan memang kontroveresi ya kadang-kadang ada. Tapi kalau kita lihat secara kualitatif, saya rasa memang lebih banyak yang menerima fatwa MUI dari pada yang menolak.27 26 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 8 September 2016. 27 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 73 5. Pelaporan Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada pimpinan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Jika dari laporan diperoleh hasil positif, maka bisa dijadikan sebagai landasan untuk program selanjutnya. Tapi jika dalam laporan itu ditemukan hal-hal yang kurang sempurna, maka temuan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi atau memodifikasi program yang akan dilakukan.28 Setiap hari Selasa, pengurus MUI selalu melakukan rapat yang dinamakan Rapat Pengurus Harian. Rapat tersebut dihadiri oleh Ketua Umum MUI dan pengurus-pengurus harian lainnya. Biasanya Komisi yang diundang hanya Komisi yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas saat rapat. Rapat itu bertujuan untuk melaporkan kepada pimpinan tentang perkembangan yang terjadi, disitu juga terjadi tahapan evaluasi, bagaimana kesimpulan akhirnya dibahas dalm rapat itu. Di setiap Komisi ada rapat tersendiri, setelah rapat di Komisi selesai baru dilaporkan ke rapat pengurus harian. Terkait Gafatar sendiri sudah menjadi pembahasan utama dalam setiap rapat. Setiap program-program yang dibentuk oleh Komisi Dakwah sebelumnya sudah dibahas di setiap rapat. Seperti yang dikatan oleh Ahmad Zubaidi: “Gafatar sendiri sudah menjadi pembahasan utama dalam setiap rapat itu. Komisi Dakwah membuat buku dan sebagainya itu berdasarkan hasil dari rapat itu, yang menginstruksikan kepada Komisi Dakwah untuk segera membuat langkah-langkah pembinaan terhadap Gafatar. Agar langkahlangkah yang kita buat bisa dipahami oleh komisi yang di daerah akhirnya 28 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73 74 kita buat buku itu.”29 Dengan adanya tahap pelaporan ini diharapkan Pimpinan MUI selalu mengetahui dan memantau bagaimana kinerja dari Komisi-komisi yang ada dibawahnya. Dengan adanya Rapat Pengurus Harian itu selain untuk merumuskan jalan keluar dari permasalahan yang timbul di masyarakat, juga dapat mendekatkan para anggota MUI agar selalu menjaga tali silaturahmi diantar Komisinya. B. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar Dalam mensosialisaikan fatwa sesat Gafatar ini MUI terbantu dengan faktorfaktor pendukung dari pihak intern lembaga dan dari ekstern. Tetapi selain faktor yang mendukung MUI juga mengalami beberapa hambatan dalam proses mesosialisasikan fatwanya. Berikut adalah faktor pendukung dan penghambat MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar: 1. Faktor pendukung MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar: a. MUI adalah lembaga yang berisi gabungan dari ormas-ormas Islam di Indonesia. Yaitu merupakan kumpulan dari ulama, zuama, para pemimpin dan sebagainya. Ini merupakan suatu kekuatan MUI agar bisa diterima kealiran mana pun tanpa ada sekat pembatasnya. Sehingga fatwa yang dikeluarkan MUI akan berlaku ke semua aliran, seperti NU, Muhammadiyah, PERSIS, dan aliran yang lainnya. Diharapkan fatwa Gafatar ini juga diterima oleh para pengikut organisasi tersebut karena memang ajaran Gafatar telah keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya. 29 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 75 b. Kepada pengurus MUI di daerah yang telah berkoordinasi dengan MUI pusat dalam upaya penanggulangan Ormas Gafatar secara langsung. Sebelumnya MUI di daerah sudah mengeluarkan lebih dulu terkait dengan fatwa sesat Ormas Gafatar. Kerena mereka lebih dulu merasakan dampak negatif dari ajaran yang dibawa oleh Gafatar.30 c. MUI mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia. Fatwa MUI selalu ditunggu untuk dijadikan sebagai penjelas akan yang haq dan yang bathil. Bahkan MUI mendapat sokongan dana dari APBN berdasarkan Instruksi Presiden tahun 2014 yang ditanda tangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Terkait dengan kasus Gafatar pemerintah sangat bersifat kooperatif dengan MUI, ketika MUI belum mengeluarkan fatwanya tentang Gafatar, pemerintah sudah melakukan tindakan antisipasi kepada para eks anggota Gafatar di Borneo, Kalimantan. Karena disinyalir akan ada penyerangan yang dilakukan oleh warga setempat kepada para eks anggota Gafatar.31 d. Para pelaku media massa atau pers baik itu televisi, radio, surat kabar, dan media online yang secara kooperatif terus menyebarkan informasi terkait pemberitaan Gafatar dan fatwa sesat Ormas Gafatar yang dikeluarkan MUI. e. Para Da’i, Penceramah dan Khotib di Indonesia di harapkan dapat terus mengajarkan kepada masyarakat terkait aqidah seorang muslim yang benar. Serta selalu mendakwahkan umat tentang aliran-aliran yang 30 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 31 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 76 menyesatkan, supaya mereka tidak bergabung didalamnya. Dan juga kepada para umat Islam di Indonesia yang mempercayai akan fatwa dari MUI untuk dijadikan penjelas dalam kehidupan sehari-hari.32 2. Faktor penghambat MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar: a. MUI bukan sebuah struktur pemerintahan, sehingga terkadang terdapat kendala-kendala dalam strukturalnya. Artinya karena bukan pemerintahan, pengurus MUI merupakan volunteer atau relawan, sementara pengurus yang didalamnya juga terikat dengan pekerjaan masing-masing, seperti dosen dan rektor. Sehingga dalam menangani suatu kasus kurang bisa fokus, lain dengan pemerintahan yang memiliki semacam instruksi strukturalnya akan berjalan dengan baik. b. Faktor finansial atau dana yang terbatas. Karena pekerjaan untuk penanganan orang-orang yang sesat ini membutuhkan dana yang besar untuk terjun kelapangan, pelatihan kepada pengurus MUI di daerah-daerah dan program-program di MUI lainnya. Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat secara khusus tidak membatasi budget yang dibutuhkan untuk mensosialisasikan fatwanya karena untuk mensosialikasikan bisa melalui Dai-dai dan penceramah sehingga tidak membutuhkan dana yang besar. Tetapi dana itu dibutuhkan untuk program pelatihan kepada pengurus MUI yang ada di daerah.33 c. Fatwa itu bersifat tidak mengikat, sehingga terkadang fatwa MUI tidak bisa menjadi pendapat seluruh umat Isalm. Sementara MUI tidak 32 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 33 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 77 mempunyai kewenangan untuk memaksa orang untuk mengikuti fatwanya, itu salah satu kendalanya. Jadi MUI hanya bisa seperti orang yang berdakwah saja, hanya mengajak kepada kebenaran. Lain dengan negara, bila tidak taat dengan negara, negara punya aparatur untuk menertibkan, ada hukum yang bisa menegakkan.34 d. Para pengikut Gafatar cenderung bersikap tertutup. Mereka seperti diam seribu bahasa jika ditanya tetang organisasi yang mereka ikuti itu. Ini menghambat para pihak peneliti untuk mengetahui tetang background dan aktifitas mereka. Selama ini mereka masih mau mengikuti program yang dibuat MUI untuk mengembalikan dia kepada ajaran Islam yang benar, tetapi ditakutkan mereka seperti layaknya taqiyah dalam syiah, yaitu kondisi luar dengan yang ada didalam batinnya tidak sama, atau hanya berpura-pura bertaubat dan tetap kembali lagi menjadi sesat nantinya.35 3. Solusi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar: a. Solusinya adalah seharusnya perlu ada lembaga resmi yang memang mengurus tentang penanganan kepada ajaran keagamaan di Indonesia, jika tidak maka akan terus bermunculan paham-paham baru di Indonesia yang tujuannya ingin memecah belah bangsa. b. Terkait masalah finansial, MUI seharusnya memiliki sumber dana lain selain dari APBN. MUI merupakan gabungan ormas-ormas Islam, Harusnya mereka bisa sedikit memberi bantuan dana untuk operasional 34 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 35 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 78 MUI. Namun soal pendanaan ini harus bersifat transparan dan digunakan dengan semestinya. c. Terkait dengan masyarakat yang belum menjalankan fatwa dari MUI, itu memang sudah tugas dari MUI untuk terus mengedukasi dan mensosialisasikan fatwanya kepada masyarakat. Jika MUI dengan gencar mendakwahkan fatwa-fatwanya dan mendakwahkan ajaran Islam yang sebenarnya, maka masyarakat akan memiliki kemampuan untuk memilah mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang sesat.36 36 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian stratregi komunikasi Majelis Ulama Indonesia dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar, maka penulis memberi kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi Komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwanya melewati lima tahapan, yaitu: a. Penelitian MUI memiliki komisi sendiri yang melakukan tugas untuk meneliti, namanya Komisi Penelitian dan Pengkajian. Mereka menurunkan timnya untuk langsung melakukan observasi lapangan terkait ajaran dan paham yang dibawa oleh gafatar. Selanjutnya hasil penelitian itu dirapatkan bersama Komisi Fatwa untuk dijadikan fatwa sesat kepada Ormas Gafatar. Setelah fatwa itu jadi maka selanjutnya adalah tugas dari Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat. b. Perencanaan Pada tahap ini MUI melakukan perencanaan strategi komunikasi dengan melihat dari unsur-unsur komunikasinya, seperti penetapan komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Komunikatornya adalah MUI yang diwakili oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. Selanjutnya pesannya adalah Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomer 6 Tahun 2016 Tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Medianya melalui media cetak dan media massa. Media cetak berupa buku yang khusus membahas 79 80 tentang Gafatar dan media massa melalui siaran Press Conference. Target sasaran penerima pesannya adalah para eks pengikut Gafatar dan masyarakat di Indonesia. Terakhir efek yang ingin didapat adalah agar para eks anggota Gafatar itu bertaubat dan kembali memeluk agama Islam yang sebenarnya. Lalu kepada masyarakat agar menguatkan aqidah mereka sehingga tidak mudah terpengaruh lalu bergabung dengan aliran-aliran sesat yang ada. c. Pelaksanaan Setelah di rumuskan strategi tersebut kemudian masuk ke tahap pelaksanaan. Strategi yang sudah dilaksanakan adalah menyebarkan Fatwa Sesat Gafatar ke media massa, RAKORNAS Komisi Dakwah se-Indonesia, mengadakan Training Of Trainer (pelatihan kepada pengurus daerah). d. Evaluasi Sejauh ini evaluasi yang dilakukan oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Islam masih menggunakan evaluasi kualitatif, yaitu hanya melihat dari fenomena yang nampak. Dan hasil evaluasi sejauh ini masih banyak masyarakat yang menerima fatwa dari MUI dibandingkan dengan yang menolak. e. Pelaporan Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada pimpinan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Dengan adanya tahap pelaporan ini diharapkan Pimpinan MUI selalu mengetahui dan memantau bagaimana kinerja dari Komisi-komisi yang ada dibawahnya. 81 2. Faktor pendukung, penghambat dan Solusi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar, yaitu: a. Pendukung 1) MUI adalah lembaga yang berisi gabungan dari ormas-ormas Islam di Indonesia. 2) Pengurus MUI di daerah yang selalu berkoordinasi untuk memberantas Gafatar. 3) Pemerintah Indonesia yang selalu mendukung program MUI. 4) Pelaku media massa yang membantu menyebarkan informasi terkait fatwa sesat Ormas Gafatar. 5) Para Da’I dan alim ulama yang terus menyerukan ajaran Islam yang benar kepada masyarakat. b. Penghambat 1) Anggota MUI bukan anggota yang memang bekerja fokus untuk MUI. 2) Faktor finansial yang tidak memenuhi kebutuhan dari MUI. 3) Banyak masyarakat yang tidak menjalankan fatwa dari MUI. 4) Para pengikut Gafatar sulit untuk dimintai keterangan mengenai aktifitas organisasinya. c. Solusi 1) Perlu ada lembaga resmi yang memang mengurus tentang penanganan kepada ajaran keagamaan di Indonesia, agar tidak bermunculan paham-paham baru di Indonesia. 2) MUI seharusnya memiliki sumber dana lain selain dari APBN. 82 Harusnya ormas-ormas Islam yang tergabung bisa sedikit memberi bantuan dana untuk operasional MUI. 3) MUI harus terus mengedukasi dan mensosialisasikan fatwanya kepada masyarakat agar masyarakat sadar dan mengerti mana ajaranajaran yang benar dan yang sesat. 3. Jadi kesimpulannya Majelis Ulama Indonesia memiliki tiga tugas utama, yaitu: a) Himayatul Ummah (melindungi umat), b) Taquyatul Ummah (memberdayakan umat), dan c) Tauhidul Ummah (menyatukan umat). Dalam hal ini MUI bertugas sebagai Himayatul Ummah yaitu melindungi umat dari aliran-aliran yang menyesatkan. MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar ini terbagi menjadi dua pendekatan, yaitu: pertama dengan menggunakan media massa. Maksudnya berita terkait fatwa Gafatar dan perkembangan mengenai berita Gafatar bisa diperoleh melalui tayangan televisi, radio, surat kabar dan media online. Kedua, dengan pendekatan langsung ke masyarakat. MUI Pusat berkoordinasi dengan MUI daerah dalam mensosialisasikan langsung fatwa mengenai Gafatar dan mengedukasi masyarakat untuk tetap waspada terhadap aliran yang mengajarkan kesesatan. 4. Ormas Gafatar dinyatakan sesat karena ajaran Gafatar berasal dari ajaran alQiyadah al-Islamiyah dan Millah Abraham, yakni meyakini bahwa adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad Saw, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru selamat. Hal ini telah melanggar kriteria mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir. Yang kedua adalah menolak adanya surga dan neraka di akhirat, ini melanggar ajaran islam pada Al Quran dan As Sunnah. 83 Lalu tidak diwajibkannya salat lima waktu, puasa Ramadan, dan haji yang dimana ini merupakan rukun Islam. Dan yang terakhir mencampuradukan agama Islam, Kristen dan Yahudi. Paham ini muncul karena dalam menafsirkan al Quran tidak menggunakan kaidah tafsir yang benar. B. Saran Peneliti memberikan saran-saran kepada pihak-pihak tertentu agar bisa menjadi bahan evaluasi dan masukan terkait mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar kepada masyarakat. Pihak-pihak tersebut adalah: 1. Majelis Ulama Indonesia a. MUI harus lebih sering melakukan evaluasi agar kasus seperti ajaran Ormas Gafatar yang merupakan metamorphosis dari aliran al-Qiyadah alIslamiyah dan Millah Abraham bisa diberantas sehingga tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang mengikuti aliran yang menyesatkan. b. Seharusnya MUI memiliki anggota yang bisa bekerja dengan fokus untuk MUI. MUI tidak dijadikan pekerjaan sambilan karena misi dari MUI ini adalah sebagai pewaris tugas rasulullah untuk menumpas kesesatan. c. MUI harus punya alternatif sumber dana untuk biaya operasional kerjanya. Karena program-program yang dilakukan oleh MUI tidak murah karena harus menjangkau wilayah seluruh Indonesia. 2. Para Da’i dan Pemuka Agama Untuk para Da’i, penceramah dan khotib harus secara terus menerus mensosialisasikan fatwa atau ajaran-ajaran yang menyesatkan dengan cara menguatkan aqidah umat muslim di Indonesia. Upaya ini untuk mengedukasi masyarakat dan meminimalisir pengaruh yang dibawa oleh organisasi yang 84 menyesatkan seperti Gafatar. 3. Masyarakat dan Umat Muslim di Indonesia Untuk masyarakat dan umat muslim di Indonesia harus lebih sensitif dan tidak mudah terpengaruh dengan ajakan orang yang membujuk untuk lebih kaya dan sejahtera dengan cara singkat, karena disinyalir itu hanya kedok untuk mereka bisa menyebarkan paham dan ajarannya seperti yang dilakukan oleh MUI. DAFTAR PUSTAKA Alhafidz, Ahsin W. 2013. Kamus Fiqh. Jakarta: AMZAH. Bahri, Media Zainul. 2011. Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn Arabi, Rumi dan Al-Jili, Jakarta: PT. Mizan Publika. Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cangara, H. Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ----------. 2005. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hariadi, Bambang. 2005. Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis. Malang: Bayumedia Publishing. Henselin, James M. 2007. Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga. Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat. 2016. Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar. Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat& Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI. Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi : Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mardani. 2013. Ushul Fiqh. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 85 86 Narwoko, Dwi dan Suyanto, Bagong. 2005. Sosiologi Teks Pengantar. Jakarta: Prenada Media. Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. Tamim, Ummu. 2010. Menyingkap Aliran dan Paham Sesat, Jakarta: Pustaka Imam Ahmad. Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi, Jakarta: Wacana Media. Situs Internet Badan Pusat Statistik. “Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut”. http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321; Diakses pada 7 Februari 2016. Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_ indonesia/2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:30 WIB. Heru Triyono, Eks Ketua Gafatar: Kami Keluar Dari Islam Mainstream, https://beritagar.id/artikel/berita/eks-ketua-gafatar-kami-keluar-dari-islammainstream. Diakses pada 15 september 2016, Pukul 14.14 WIB. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sesat, http://kbbi.web.id/sesat. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 18.51 WIB. Luqman Rimadi, 3 Tipe Penganut Gafatar Menurut Menteri Lukman, http://news.liputan6.com/read/2426910/3-tipe-penganut-gafatar-menurutmenteri-lukman. Diakses 3 Juli 2016, Pukul 15.05 WIB. M. Amin Djamaluddin, (GAFATAR) Gerakan Fajar Nusantara, http://www.fpi.or.id/2016/01/gafatar-gerakan-fajar-nusantara.html. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.30 WIB. Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profil-mui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB. Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui.html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB. Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Hasil MUNAS 2015, http://mui.or.id/tentangmui/pengurus-mui/periode-berjalan/pengurus-hasilmunas-2015.html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 12.30 WIB. 87 Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat, http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-AliranSesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:15 WIB. MUIDIY, Visi dan Misi MUI DIY, http://www.muidiy.or.id/organisasi/visi-danmisi-mui. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB. Tujuan Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), http://gerakanfajarnusantara.blogspot.co.id/2012/04/tujuan-ormas-gafatargerakan-fajar.html. Diakses pada 6 Agustus 2016, Pukul 09.47 WIB. Visi dan Misi Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), http://gerakanfajarnusantara.blogspot.co.id/2012/04/visi-dan-misi-ormasgafatar-gerakan.html. Diakses pada 6 Agustus 2016, Pukul 09.42 WIB. Wajidi Sayadi,Mengenal Kesesatan Ajaran Gafatar, http://www.pontianakpost. com/mengenal-kesesatan-ajaran-gafatar. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.22 WIB. Yahya Abdurrahman, Sesat (Dhalal), http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/01/sesatdhalal/. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 19.18 WIB. Yandhi Mohammad, Fakta seputar Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara, https://beritagar.id/artikel/berita/fakta-seputar-gafatar-gerakan-fajarnusantara. Diakses pada 17 September 2016, Pukul 09.42 WIB. Karya Ilmiah Anggelia Afriani, “Strategi Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Pekanbaru Dalam Mengatisipasi Berkembangnya Aliran-Aliran Sesat.”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2011. Indra Gunawan, “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Muflih Shoepul Ridwan, “Strategi Sosialisasi Fatwa Haram Perkawinan Beda Agama MUI Kota Bogor”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. LAMPIRAN SURAT BUKTI PENELMIAN Yang bertanda tangan dibawah ini Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia Pusat menerangkan bahwa Adli Nama : Ridho Falah NIM :1112051000143 Semester : D( (Sembilan) Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang bersangkutan benar-benar telah melakukan wawaflcara dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dar Pengembangan Masyarakat di Masjid Nurul lkhwan, Tangerang Selatan. Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenar-benamya agar dapat di gunakan sebagaimana mestinya. Jakarta, T Agustus 2016 Ahmad Zubaidi, MA. HASIL WAWANCARA Nama : Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA. Jabatan : Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. Tempat : Masjid Nurul Ikhwan, Tangerang Selatan. Tanggal : 10 Juni 2016 Pukul : 20:40 – 21:25 Keterangan : Wawancara untuk penelitian Strategi Komunikasi MUI Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar. 1. Apa pertimbangan MUI menyatakan bahwa Gafatar adalah ormas beraliran sesat? "Itu berdasarkan kriteria MUI yang terdiri dari 10 kriteria ya, silahkan kamu browsing di internet 10 kriteria itu apa, misalnya tidak percaya kepada Allah, kepada rasulullah, kepada al-Quran,dst. Dan Gafatar sudah memenuhi dari 10 kriteria itu, karena mereka sudah menyatakan diri mereka bukan islam, bukan pula kristen dan bukan pula yahudi, dia menciptakan agama baru yaitu millah abraham yang dibawa oleh Musadeq. Karena mereka sudah memenuhi kriteria mereka sudah keluar dari aqidah Islam, MUI berani menyatakan sebagai aliran yang sesat" "MUI gak gegabah dalam menentukan kesaesatan suatu ormas atau suatu aliran, kalo belum betul-betul memenuhi kriteria itu belum akan dinyatakan aliran sesat. Tetapi jika sudah memenuhi apalagi sudah mengingkari nabi Muhammad, mengingkari Al-Quran yasudah, sudah amat jelas aliran itu sudah sangat melanggar ushuludin (hal-hal pokok dalam beragama), kalo sudah melanggar yasudah dinyatakan sebagai alairan yang sesat." 2. Bagaimana proses pembuatan fatwa sesat Ormas Gafatar oleh MUI? “Pembuatan fatwa berlangsung cukup lama karena melalui pengkajian terlebih dahulu, yang dikaji oleh Komisi Penelitian dan Pengkajian. Mereka menurunkan tim penelitinya, untuk meneliti sepak terjangnya, tentang alirannya tentang keyakinananya, itu di cek di lapangan. Setelah dilakukan penelitian tahap selanjutnya dibahas di komisi fatwa, dikajinya dikomisi pengkajian. Komisi pengkajian rapat bersama dengan komisi fatwa, di komisi fatwa dilihat dan disesuaikan dari aspek-aspek dalil-dalilinya, aspek syar'inya apakah bertentangan atau nggak, ternyatakan (hasilnya) bertentangan. Maka kemudian MUI mengeluarkan fatwa sesat. Setelah keluar fatwa sesat barulah diberikan kepada komisi dakwah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.” “Tetapi komisi dakwah itu juga bisa, ketika ada fenomena aliran sesat atau apa kalu gak parah, cukup menerjunkan komisi dakwah, untuk Rujuk Ilal Haq, diajak kembali ke jalan yang benar. Kalau fenomenanya belum cukup besar ya tak perlu di fatwakan sudah bisa didakwahi. Kalau melalui Komisi Dakwah tidak bisa juga itu dari Komisi Pengkajian masuk, untuk melihat seperti apa, sebenernya aliran ini maunya seperti apa sih, gitu kan, dari situ baru dibawa ke komisi fatwa, untuk dilihat dari aspek Syar'inya, dari komisi fatwa nanti keluarlah fatwa. Setelah fatwa lempar lagi ke Komisi Dakwah maka Komisi Dakwah memasyarakatkan, mensosialisasikan fatwa ini, agar supaya fatwa itu tidak disalah gunakan oleh pihak tertentu, karena ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan fatwa MUI, begitu MUI mengeluarkan fatwa sesat langsung diambil sebagai landsan dia melakukan anarkisme, makanya pendekatan ke masyarakat melalui komisi dakwah agar pendekatannya dengan dakwah, lebih soft, bahasa-bahasa dakwah yang kita lebih kemukakan.” “Karena kemarin kita juga khawatir ketika dikeluarkan fatwa sesat Gafatar, khawatirnya ada kelompok-kelompok radikal yang memanfaatkan untuk mengambil tindakan anarkisme, jadi kita di MUI itu antara fatwa sesat dengan penangnanannya berbeda, bukan berarti kalau sesat kemudian dihalalkan darahnya, bukan!! justru ketika dinyatakan sesat tugas kita untuk mengembalikan kepada ajaran yang benar Al Rujuk Ilal Haq, bukan sebagai amunisi untuk anarkis kepada mereka.” (Apakah di Gafatar kemarin sempat terjadi anarkisme?) “Tidak sempat terjadi, kalau di kalimantan sendiri terjadi ketegangankan soalnya masyarakat sekitar sudah mengepung mereka, sudah siap untuk melakkukan penyerangan, tetapi karena pemerintah sigap, mereka langsung di ungsikan, dipulangkan. bahkan merupakan fenomena yang pertama kali terjadi, pemerintah sudah melakukan tindakan sebelum MUI mengeluarkan fatwa, artinya biasanya pemerintah itu menunggu fatwa MUI, ini nggak, pemerintah sudah bertindak dulu, munkin karena aspek keamanan itu, karena masyarakat setempat sudah merasa resah dengan adanya Gafatar di Boerneo itu.” 3. Perlukah MUI mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar kepada masyarakat indonesia? Untuk apa? “Sangat perlu, supaya masyarakat itu tau bahwa Gafatar itu sesat, karena begini dilevel masyarakat bawah itu mereka menggunakan bahasa dakwah, bahasa pemberdayaan, bahasa revolusi ekonomi, dari keadaan yang miskin ini jadi kaya, jadi ini bahasanya, hal-hal yang berkenaan dengan keyakinan ini tidak dipublish dari awal. nanti ketika mereka sudah kuat, sudah punya keterkaitan dengan Gafatar itu baru, ada 4 level itu, bisa dilihat 4 level itu, semakin keatas itu semakin kuat kaitannya dengan Gafatar. Ditengah masyarakat mereka itu pinter, mereka itu selalu mensupport pemerintah daerah, jadi seolah-olah mereka mitra pemerintah daerah. Sehingga mereka sempat mendapat tempat yang cukup leluasa di pemda-pemda lah. Di jogja mereka sempat mendukung agar sultan tidak usah dipilih jadi langsung menjabat sebagai gubernur, itu support dari mereka juga. Ini strategi politik supaya mereka memiliki akses yang mudah, baik akses dana dan akses dalam rangka rekrutmen tadi. Tetapi setelah dilevel atas itu sudah politik tujuannya. Karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara Karunia Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Borneo itu di Kalimantan. itu kemudian yang kemudian ada konsep Hijrah, konsep semua orang harus Hijrah kesana. Dan nanti dari Hijrah itu bisa sampai konsep khital, khital itu perang, mereka siap perang nantinya. Dari hijrah dulu mereka kesana nanti setelah kuat, nanti siap berhadapan dengan pemerintah, maupun dengan komponen manapun siap khital (perang).” 4. Bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat gafatar? “Tahapannya pertama itu digodok dulu di dalam komisi dakwah, untuk membicarakan strateginya apa, dan hasil dari penggodokan itu adalah buku (tentang fatwa Gafatar). dari sana kita kemarin dari tanggal 30 mei-1 juni 2016, mengadakan rapat koordinasi nasional komisi dakwah. RAKORNAS (Rapat Koordinasi Nasional) Komisi Dakwah se-Indoneisa. Disana kita undang seluruh komisi dakwah di Indonesia, kita jelaskan tentang Gafatar, harapannya nanti mereka di daerah bisa terus melakukan kampanye ini, atau sosialisasi tentang sesatnya Gafatar dan penanganannya. Jadi kita tidak sekedar mengatakan sesat tapi penaganannya itu yang penting, supaya satu mereka yang sudah terkena atau sudah ikut bisa segera kembali kepada masyarakat dan kembali ke jalan yang benar, masyarakat juga bisa menerima, disisi lain kita juga membatasi supaya gerakan ini jangan meluas, kalau masyarakat sudah tau kalau itu sesatkan jadi masyarakat tidak mau ikut. Problemnya ini kenapa masyarakat banyak yang ikut itu karena masyarakat itu tidak tahu, ada sebagain masyarakat awam yang gak tahu, meskipun sebagian mustahil gak tau karena sebagaian besar diantara mereka juga berintelektual, mungkin motifnya lain antara yang masyarakat awam dengan yang berintelektual ini jelas berbeda, masyarakat awam murni mencari kesejahteraan atau apa yaa, tetapi yang berintelektual ini, saya rasa mereka punya cita-cita besar ya, punya harapan besar terutama, yah mungkin nasib dirinya atau bahkan ideologi dan pemikirannya.” 4.a. Tahapan penelitian “Komisi dakwah tidak melakukan penelitian, yang melakukan Komisi Penelitian dan Pengkajian.” 4.b. Tahapan perumusan “Pertama melakukan perumusan melalui buku itu. Setelah itu kita merencanakan untuk terjun ke daerah-daerah yang dimana disitu terdapat konsentrasi-konsentrasi Gafatar. Tapi disana pun kita tidak melakukan terjun langsung ke mereka, kita melakukan TOT (Training Of Trainer) jadi orang-orang lokal itu yang kita latih, MUI setempat yang kita latih. Jadi nanti yang melakukan pembinaaan langsung adalah MUI setempat. dan bukan hanya MUI tapi semua stackholder disana ya pemdanya dilibatkan semua, kita training itu pemahaman tentang Gafatar dan tekhnik penanganannya. Yang kita latih itu bukan yang terlibat Gafatarnya, tetapi MUInya, nanti MUI daerah itu yang bersinggungan langsung dengan Gafatarnya. kenapa seperti itu? itu penghematan waktu dan biaya. kalau orang pusat harus menangani langsung ke daerah, berapa lama waktu yang dibutuhkan, berapa biaya yang dibutuhkan, ini tidak masuk akal, karena itu selain pemberdayaan MUI di daerah ya pemberdayaannya seperti itu. untuk memperkuat itu semua kemarin kita melaksanakan RAKORNAS, di RAKORNAS itu dibahas tentang Gafatar. sehingga nanti kalau kita ke daereah, daerah pun sudah ngerti, sudah ready tentang apa yang harus dilakukan.” 4.c. Tahapan pelaksanaan “Untuk program TOT secara resmi belum kita lakukan, tapi pengiriman informasi ke daerah sudah dilakukan, artinya jangan tunggu training terlebih dahulu, kelamaan. jadi daerah tetap kita berikan wewenang untuk mengangani, yang training itu sebenernya untuk penyelesaian yang komprehensif, tapi penyelesaian yang sifatnya segera, itu daerah bisa langsung menangani.” (berarti tugas MUI daerah mencari titik2 Gafatar?) “Iya, mencari titik gafatar. Jadi ada 2 hal ya, satu Gafatar sendiri untuk dibina supaya kembali ke jalan yang benar, kedua mengedukasi masyarakat, memberikan pemahaman, Taquyatul Aqidah, memperkuat aqidah masyarakat supaya tidak mudah tergelincir ke dalam aqidah2 sesat yang ditawarkan oleh kelompok tertentu. Jadi ke masyarakat umum tujuannya taquyatul aqidah, kepada gafatar tujuannya adalah Al Rujuk Ilal Haq, mengajak kembali kepada jalan yang benaran.” (seperti apa sosialisasi yang dilakukan ke masyarakat umum?) “Ya tentu melalui Dai-dai, penceramah-penceramah, untuk memberikan seruaseruan supaya mereka terus menyampaikan tentang kesesatan gafatar ini, disamping juga mengajarkan aqidah yang benar, artinya gini dengan mengajarkana aqidah yang benar, secara otomatis ketika ada aqidah yang tidak sama dengan aqidah yang benar ini masyarakat sudah punya sensitifitas, oh ini berbeda, ini sudah menyeleweng, menyimpang. jadi otomasitis dengan taquyatul aqidah (penguatan aqidah) otomatis ini juga sebagai benteng supaya tidak masuk ke aliran-aliran yang baru ini. Jika masyarakat melihat ada aliran yang aneh atau menyimpang silahkan melapor kepada MUI untuk dilakukan kajian dan penelitian, selain juga melapor kepada aparat keamanan. Kalo MUI sifatnya supaya kita bisa melakukan penilaian tentang gerakan itu apa sejauh ini bisa ditoleransi atau tidak, kedua, ya tentu kalau ini merupakan ajaran sesat ya segera bisa ditangani sebelum meluas.” (Jadi gafatar sendiri sudah menyebar di Indonesia ya pak?) “Sudah, sudah hampir di semua provinsi. Yang di Kalimantan itu memang tujuan utamanya, itu tempat konsentrasinya yang mereka anggap sebagai kalo orang Israel itu tanah yang sudah dijanjikan tuhan lah seperti itu. Jadi Borneo itu dianggap sebagai tanah yang dijanjikan tuhan kepada mereka, karena itu pengikut Gafatar harus hijrah ke Kalimantan. Jadi mereka tidak membuat ditempat-tempat lain dulu sebelum yang di Kalimantan ini kuat, jadi yang di tempat lain itu hanya untuk recruitment, selebihnya mereka hijrah kesitu.” (Terkait kasus penculikan) “Sebenernya ya, penculikan dalam arti pencucian otak ya, didoktrin dulu, setelah mereka yakin baru diajak begitu, bukan penculikan dalam arti orang dipaksa seperti penjahat menculik orang gitu, bukan, jadi dicuci otaknya dulu, sehingga orang sudah tidak ada pertimbangan apa2 lagi ya, keyakinannya sudah kuat kalau memang harus hijrah, yang dilakukan seperti itu.” 4.d. Tahapan evaluasi “Fatwa-fatwa yang ada di masyarakat selalu kita evaluasi dampaknya, walaupun yang kami lakukan masih sebatas evaluasi kualitatif, bukan evealuasi kuantitatif. Evaluasi kualitatif itu kita hanya sebatas membaca fenomena dari yang nampak di masyarakat, kecenderungan biasanya masyarakat menerima atau menolak kan kelihatan, dan memang kontroveresi ya kadang-kadang ada. Tapi kalau kita lihat secara kualitatif, ya saya rasa memang lebih banyak yang menerima fatwa MUI dari pada yang menolak. Ini harus dibedakan antara orang yang belum melaksanakan dan orang yang menolak, itu beda. banyak orang yang menerima fatwa tapi tidak melaksanakan, ya sama lah seperti ajaran Islamkan, percaya kepada al-Quran tetapi belum melaksanakan, jadi kalau perkara yang belum melaksanakan memeng banyak yang seperti itu, tapi pada intinya mereka mengakui fatwa MUI sebagai fatwa yang diperlukan, sebagai penjelaas lah sesuatau apakah sesatkah atau menyimpang kah suatu aliran.” (Hasil evaluasi gafatar kemarin seperti apa?) “Sejauh ini memang pengikut Gafatar itu sangat tertutup, mereka kalau di wawancarai tidak mau terbuka, jadi sejauh ini kita mengkhawatirkan mereka itu seperti (taqiyah) dalam ajaran syiah, taqiyah tuh pura2 sudah gak Gafatar tapi hatinya masih Gafatar. Di syiah kan gitu yang taqiyah, seolah olah dia tidak menampakan kesyiahannya tetapi hatinya syiah. Seperti itu yang terjadi, termasuk mereka itu sulit sekali untuk diwawancarai. Kecuali dari orang-orang yang sudah murtad dari mereka ya, jadi sudah sadar dan kembali ke jalan yang benar, nah dari mereka lah informasi didapat. Bagi yang sudah menyatakan Gafatar sesat itu baru mereka berani ngomong tetapi bagi mereka kebanyakan masih diam seribu bahasa, gak mau diwancarai berkenaan dengan itu. Yah kita terus melakukan persuasif ya dengan mereka, yang penting mereka mau mengikuti programprogram yang dilakukan oleh MUI, mereka mau mengikuti, yah artinya sambil berjalan mudah-mudahan terbuka hatinya untuk kembali lagi ke jalan yang benar. itu harapan kita.” 4.e. Tahapan pelaporan “Ya tentu pengurus harian itu ada rapat setiap hari selasa, namanya Rapat Pengurus Harian, yang terdiri dari ketua umum MUI dan pengurus2 harian lainnya. Komisi yang diundang biasanya komisi yang terkait saja. Disitu nanti melaporkan kepada pimpinan tentang perkembangan yang terjadi, disitu juga terjadi tahapan evaluasi, bagaimana kesimpulan akhirnya itu ada disitu. Kami di komisi ada rapat sendiri, setelah rapat di komisi selsesai dilaporkan ke rapat pengurus harian. Gafatar sendiri sudah menjadi pembahasan utama dalam setiap rapat itu. Kenapa komisi dakwah membuat buku dan sebagainya itu berdasarkan hasil dari rapat itu, yang menginstruksikan kepada komisi dakwah untuk segera membuat langkah-langkah pembinaan terhadap Gafatar. Agar langkah-langkah yang kita buat bisa dipahami oleh komisi yang di daerah akhirnya kita buat buku itu. Buku itu memang isinya sederhana, tetapi kesederhaan itu fungsinya agar memberikan kesempatan kepada daerah untuk improvisasi juga, jadi ini panduan umumnya saja, selanjutnya mengembangkannya.” terserah komisi dakwah didaerah yang 5. Media apa saja yang dipilih dalam mensosialisasikan fatwasesat ormas Gafatar? “Selain buku melalui rapat koordinasi nasioanal yag diadakan oleh komisi dakwah itu sendiri, atau melalui rapat-rapat nasional yang dilakukan oleh MUI seperti RAKERNAS (Rapat Kerja Nasional) atau di MUNAS kemarin, meskipun di Munas tidak fokus Gafatar tetapi membicarakan tentang kriteria kesesatan. Pembahasannya biasanya selalu berkenaan dengan apakah sudah cukup kesepuluh kriteria itu? ata perlu ditambah, atau perlu dikurangi seperti itu. Tapi sejauh ini masih tetap yang 10 itu karena itu masih bisa dikembangkan, sudah sangat ringkas dan sudah bisa menggambarkan kesesatan suatu aliran. Jelas MUI menggunakan media pers, karena setiap kali MUI mengelurakan fatwa seperti fatwa sesat Gafatar kan, MUI melakukan siaran pers atau Press Confrence, setiap ada fatwafatwa baru selalu diadakan Press Confrence. Baik media televisi, radio, media elektronik, cetak, online datang semua nanti disitu disampaikan terkait fatwa baru yang difatwakan.” “MUI selalu responsif terkait apa yang berkembang di masyarakat, misalnya pada fatwa gafatar ini, sebelumnya kan sudah keluar fatwa tentang aliran sesat yang dibawa oleh Ahmad Musadeq, tentang Ahmadiyah itu kan fatwanya sudah ada, milah abraham itu sudah ada, lalu Gafatar dikeluarkan fatwa lagi, diperkuat lagi. Karena Gafatar ini penjelmaan.” 6. Kelebihan dan kekurangan yang dihadapi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar? 6.a. Di dalam lembaga MUI “Kekuatannya karena MUI adalah gabungan dari ormas-ormas Islam di Indonesia. Sehingga karena merupakan kumpulan dari uama, zuama, para pemimpin dan sebagainya. Iya ini merupakan suatu kekuatan, MUI bisa masuk kemana aja, kealiran mana pun tanpa ada sekat pembatasnya. Sehingga fatwa MUI akan berlaku ke semua aliran, untuk NU, Muhammadiyah, untuk PERSIS, dan aliran yang lain itu bisa, sehingga itu kekuatan MUI.” “Kalau kelemahan, karena MUI bukan sebuah struktur pemerintahan, sehingga kadang-kadang ada kendala-kendala strukturalnya itu, artinya karena bukan pemerintahan, pengurus MUI itu kan volunteer atau relawan sementara pengurus ini kan juga terikat dengan pekerjaan masing-masing, yang dosen, yang rektor. Lain dengan pemerintahan yang memang fokus, ada semacam semacam instruksi strukturalnya akan berjalan dengan baik. Didukung dengan finansial yang ada. MUI karena dia ormas maka instruksi strukturalnya ini ya seperti di ormas lah. Kedua, terkait denga finansial atau dana karena MUI bukan Negara, maka punya kendala. Sementara pekerjaan untuk pengentasan orang-orang yang sesat ini kan membutuhkan dana yang besar untuk terjun kelapangan, dan lain sebagainya lah.” (Finansial MUI dari mana?) “Finansial MUI dari APBN, bahkan ada impressnya, impres yang keluar tahun 2014 diteken oleh SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) menginstruksikan supaya negara dapat membiayai MUI, tapi memang untuk pendanaan sendiri baru tahun 2016 ini, terealisasi dengan baik, meskipun jumlahnya jauh dari harapan ya, jauh dari yang kita butuhkan. Makanya tidak bisa mensupport seluruh kegiatan MUI. Kedua MUI memang istilah kata tidak punya uang tetapi sesungguhnya uangnya dimana-mana. Di lembaga-lembaga yang siap bekerja sama dengan MUI, itukan bisa mensuppport bantuan dana. Jadi dana tuh bantuan yang tidak mengikat lah.” 6.b. Di luar lembaga MUI “MUI diterima sebagai organisasi yang menyatukan seluruh ormas-ormas Islam. Sehingga merupakan kekuatan dari aspek luar, orang menerima MUI adalah gabungan dari ormas-ormas. Sehingga dari prespektif orang luar itu bisa menerima.” “Kekurangannya seperti ini, fatwa itukan tidak mengikat, orang boleh taat boleh tidak, sehingga terkadang fatwa MUI tidak bisa menjadi pendapat seluruh umat Isalm. Sementara MUI tidak mempunyai kewenangan untuk memaksa orang untuk mengikuti fatwanya, itu salah satu kendalanya, bila fatwa salah satu tidak bisa berjalan ya MUI hanya bisa seperti orang yang berdakwah saja, mengajak saja. lain dengan negara, bila tidak taat dengan negara, negara punya aparatur untuk menertibkan, ada hukum yang bisa menegakkan.” 7. Bagaimana respon masyarakat terhadap fatwa2 yang dikeluarkan oleh MUI sejauh ini? "Secara umum masyarakat menyambut dengan baik, karena dianggap sebagai penjelas, mana yang haq dan yang bathil, secara umum seperti itu. Masyarakat selalu menanti-nanti fatwa yang dikeluarkan oleh MUI. Walaupun tidak dipungkiri ada sebagian kecil masyarakat yang agak sinis dengan fatwa MUI juga ada. Terutama pada fatwa-fbtwa yang berkenaan dengan kesesatan tadi itu. Memang ada kelompok kecil yang kadang-kadang tidak setuju atau keberatan dari mereka itu selalu ada." 8. Seberapa penting masyarakat Indonesia menganggap fatwa yang dikeluarkan oleh MUI sebagai sumber hukum dalam Islam? "Fatwa itu bisa muncul ketika ada orang yang meminta, barulah dikeluarkan fatwa itu. Seperti ada orang yang bertanya, MUI menjawab. Dan fatwa MUI tidak bisa memaksa orang untuk ikut fatwa MUI, seperti dalam Islam, seorang ulama mazhab tidak boleh memaksa seseorang untuk mengikuti mazhabnya." 9. Apa harapan MUI ag*r masyarakat Indonesia tidak dengan mudah bergabung ke aliran-aliran sesat? "MfIf sangat berharap agar masyarakat belajar agama secara mendalam melalui guru yang benar. Guru yang dapat dipertanggungjawabkan keilmuannya. Jangan sembarangan belajar agama. Dan jangan mudah tertarik dengan gerakan2 keagaman yang motifnya itu lebih ke pragmatis, seperti bila kamu ikut aliran ini bisa kaya atau sejahtera. Itu harus hati-hati karena ditakutkan ada sisipannya,tidak murni untuk mernberdayakan tapi ada maksudnya. Bila masayrakat memiliki kemampuan yang baik dalam agarna> nanti masyarakat mampu menscreening mana yang benar dan mana yang tidak benar." Pewawancara -<,.-f---> )E*-*t\ Ridho FalahAdli Narasumber untuk Penulis foto bersama Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA. selaku Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia. Penulis mempresentasikan hasil penelitian terkait fatwa Gafatar pada acara Kajian Dhuha Masjid Nurul Ikhwan bersama Dr. KH. Fuad Thohari sebagai Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Foto bersama peserta Kajian Dhuha Masjid Nurul Ikhwan MEDIA-MEDIA YANG MENYIARKAN BERITA GAFATAR