8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Definisi

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perilaku Seksual Pranikah
1. Definisi Perilaku Seksual Pranikah
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2000), seksual adalah suatu dorongan
yang timbul untuk melakukan hubungan fisik dengan lawan jenis yang disertai
dengan kematangan organ-organ seks.
Perilaku seksual adalah semua jenis aktivitas fisik yang melibatkan tubuh
untuk mengekspresikan perasaan erotis atau afeksi (Nevid, Rathus & Rathus,
2009). Sedangkan menurut Sarwono (2012), perilaku seksual adalah perilaku
yang melibatkan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik
dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat
beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan,
bercumbu dan senggama.
Perilaku seksual ialah tingkah laku yang melibatkan sentuhan secara fisik
anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan
intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri (Taufik & Anganthi,
2005).
Soetjiningsih (2007) berpendapat bahwa perilaku seksual pranikah adalah
segala bentuk seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi
menurut hukum maupun agama dan kepercayaan masing-masing. Selain itu, Nina
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
(2001) mendefinisikan perilaku seksual pranikah adalah perilaku yang dilakukan
tanpa suatu ikatan yang sah untuk mempersatukan sepasang manusia.
Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang
bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan,
mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju,
memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju,
memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Soetjiningsih,
2007).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual
pranikah adalah semua jenis aktivitas fisik yang melibatkan tubuh untuk
mengekspresikan perasaan erotis atau afeksi yang didasari oleh hasrat seksual
mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan
senggama, pada lawan jenis atau sesama jenis yang dilakukan sebelum menikah.
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual
Menurut Sarwono (2012), bentuk-bentuk perilaku seksual antara lain :
a. Berfantasi, merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan
aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan
erotisme.
b. Pegangan tangan, aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan
seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba
aktivitas yang lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
c. Ciuman, berupa sentuhan pipi dengan pipi, atau pipi dengan bibir dan
cium bibir ke bibir
d. Meraba, merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual,
seperti leher, dada, paha, alat kelamin lain dan lain-lain
e. Berpelukan, aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman
disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah erogen
atau sensitif).
f. Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki), yaitu perilaku merangsang
organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.
g. Oral Seks, merupakan aktifitas seksual dengan cara memasukan alat
kelamin ke dalam mulut lawan jenis
h. Petting, merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga
menempelkan alat kelamin)
i. Intercourse
(senggama),
merupakan
aktivitas
seksual
dengan
memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah
Menurut Sarwono (2012), adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam
munculnya permasalahan seksual pada remaja adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya libido seksual
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
(libido seksualitas). Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
b. Penundaan usia perkawinan
Penyaluran tidak dapat dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang
perkawinan yang menetapkan usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang
semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat
untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lainlain).
c. Tabu-Larangan
Norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan larangannya
berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman
dan masturbasi.
d. Penyebaran informasi melalui media massa
Kecenderungan pelanggaran semakin meningkat karena adanya
penyebaran informasi melalui media massa dengan teknologi yang
canggih (contoh: VCD, foto, majalah, internet, film dan lain-lain).
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan
meniru apa yang dilihat dan didengar dari media massa karena pada
umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara
lengkap dari orang tuanya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
e. Kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak
Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya
yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak
menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung
membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
f. Pergaulan makin bebas.
Tidak dapat diingkari adanya pergaulan yang semakin bebas antara pria
dan wanita dalam masyarakat. Sebagai akibat berkembangannya peran
dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar
dengan pria.
B. Minat Menonton Film Barat (Rating Dewasa)
1. Definisi Minat Menonton Film Barat (Rating Dewasa)
Slameto (2010) mendefinisikan minat sebagai suatu rasa lebih suka dan
rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Menurut
Cangara (2002), minat berarti perhatian, kesukaan, hasrat, terhadap suatu
keinginan.
Dalam
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(2001),
minat
adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah, keinginan.
Menurut Azjen (2005), minat dapat dikatakan sebagai faktor motivasi
seseorang yang mempengaruhi perilaku; mengindikasikan bagaimana kerasnya
seseorang berusaha, seberapa besar usaha mereka merencanakan penekanan,
untuk membentuk suatu perilaku. Shaleh (2004) berpendapat bahwa minat adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang,
aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai
perasaan senang.
Minat (interest) adalah satu sikap yang berlangsung terus menerus yang
mempolakan perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif
terhadap objek minatnya, perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas,
pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti bagi individu, satu keadaan
motivasi, atau satu set motivasi, yang menuntun tingkah laku menuju satu arah
tertentu (Chaplin, 2008).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), film adalah selaput tipis
yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif yang akan dibuat potret
atau untuk tempat gambar positif yang akan dimainkan di bioskop.
Di Indonesia, pengaturan sistem rating ditetapkan oleh pemerintah dalam
Undang-Undang No.33 tahun 2009 tentang Perfilman pasal 7 sebagai berikut:
Film adalah sebuah karya seni budaya yang merupakan suatu pranata sosial dan
media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan atas kaidah sinematografi
dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukan, film yang menjadi unsur pokok
kegiatan perfilman dan usaha perfilman disertai pencantuman penggolongan usia
penonton film yang meliputi film untuk semua umur (SU), usia tiga belas tahun ke
atas (R), usia tujuh belas tahun ke atas (RBO), dan untuk dewasa (D). Pemberian
rating dalam film ini di tujukan agar penikmat film dapat menonton film sesuai
dengan kategori usia mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Berdasarkan uraian di atas maka minat menonton film barat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas menonton film,
tanpa ada yang menyuruh.
2. Unsur – Unsur Minat Menonton
Menurut Slameto (2010), terdapat empat unsur minat menonton, yaitu:
a. Perasaan senang
Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Slameto bahwa minat
seseorang dapat diketahui dari pernyataan suka terhadap suatu hal atau
aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Antara minat dan perasaan senang
terdapat timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau remaja yang
berperasaan tidak senang juga akan kurang berminat dan begitu juga
sebaliknya.
b. Perhatian
Menurut Sumanto (1990), perhatian adalah pemusatan tenaga atau
kekuatan jiwa tertuju pada suatu objek, atau pendayagunaan kesadaran
untuk menyertai suatu aktifitas. Tingkat yang lebih tinggi dari menaruh
perhatian adalah menaruh minat. Orang tidak lagi hanya bersedia untuk
mendengarkan sesuatu, misalnya, tetapi ia juga bersedia untuk memberi
tanggapan mengenai apa yang didengarnya.
c. Motif
Motif adalah keadaan dalam diri orang yang mendorong yang
bersangkutan untuk melakukan aktifitas - aktifitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan. Jadi, motif bukanlah hal yang bisa diamati tetapi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
hal yang dapat disimpulkan adanya karena pengaruh.
d. Perasaan tertarik
Singer (1987) mengatakan bahwa sejak semula dunia ini menunjukkan
suatu karakter yang bersifat mengajak bagi seorang anak. Artinya dunia
ini memperlihatkan dirinya dengan cara yang menarik dan memikat.
Begitu juga dengan menonton film, seorang remaja mempunyai rasa
tertarik untuk menonton film maka dia akan senang hati menonton film.
C. Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak–kanak dan
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia
11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun (menjelang masa dewasa muda)
(Soetjiningsih, 2007). Menurut Hurlock (1997), istilah remaja atau adolescence
berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi
dewasa”. Istilah tersebut mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja terbagi menjadi tiga tahap yaitu,
remaja awal dari usia 12-15 tahun, remaja tengah atau madya pada usia 15-18
tahun, dan remaja akhir dari usia 18-21 tahun.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Santrock (2003) bahwa adolescence
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Menurut
Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting.
Berdasarkan uraian di atas remaja adalah masa peralihan antara masa
kanak-kanak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. Masa remaja terbagi menjadi tiga tahap yaitu, remaja awal dari
usia 12-15 tahun, remaja tengah atau madya pada usia 15-18 tahun, dan remaja
akhir dari usia 18-21 tahun.
D. Kerangka Pemikiran
Perubahan pasar hollywood yang bergeser ke asia menyebabkan perubahan
pola edar film di Indonesia. Sebagaimana yang telah terjadi, beberapa film
Hollywood seperti Cinderella, Furious 7, Avengers: Age of Ultron, Minions.
ditayangkan lebih dahulu di Asia dari pada Amerika.
Hal ini mengakibatkan minat yang tinggi untuk menonton film pada
masyarakat indonesia termasuk para remaja. Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa kanak–kanak dan dewasa, yang dimulai pada saat
terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan
20 tahun (menjelang masa dewasa muda) (Soetjiningsih, 2007).
Menurut Azjen (2005), minat dapat dikatakan sebagai faktor motivasi
seseorang yang mempengaruhi perilaku; mengindikasikan bagaimana kerasnya
seseorang berusaha, seberapa besar usaha mereka merencanakan penekanan,
untuk membentuk suatu perilaku.. Remaja memiliki minat untuk menonton film,
membuat mereka melakukan berbagai cara untuk menonton film tersebut. Unsur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
– unsur minat menonton menurut Slameto (2010) Perasaan senang, perhatian,
motif dan perasaan tertarik.
Menurut Slameto (2010) minat seseorang dapat diketahui dari pernyataan
suka terhadap suatu aktifitas menonton tanpa ada yang menyuruh. Antara minat
dan perasaan senang terdapat timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau
remaja yang berperasaan tidak senang untuk menonton film juga akan kurang
berminat dan begitu juga sebaliknya, ketika remaja menonton film barat yang
tidak sesuai dengan rating usia mereka membuat mereka merasa senang dapat
melihat adegan seksual yang seharusnya belum pantas untuk mereka saksikan.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2000), seksual adalah suatu dorongan yang timbul
untuk melakukan hubungan fisik dengan lawan jenis yang disertai dengan
kematangan organ-organ seks.
Ketika menonton film barat yang tidak sesuai dengan rating usia mereka
remaja menaruh perhatian yang inggi terhadap film yang sedang mereka saksikan
karena tertarik dengan suatu hal yang baru belum pernah mereka lihat. Dengan
menaruh perhatian yang tinggi pada film membuat remaja semakin mudah
memahami apa yang ada di dalam film tersebut. Perilaku seksual pada remaja
dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari
perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan,
mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik
baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju,
dan melakukan senggama (Soetjiningsih, 2007).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Remaja dalam menonton film barat yang akan tayang di bioskop memiliki
Motif atau dorongan yang muncul dalam diri setiap individu, memacu
perkembangan media di Indonesia karena ada berbagai kebutuhan manusia yang
dipuaskan oleh media (Rakhmat, 2005). Remaja yang telah berhasil memenuhi
motif mereka dalam menonton film barat yang tidak sesuai dengan rating usia
mereka mendorong remaja untuk melakukan aktifitas - aktifitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan, dalam melakukan hubungna seksual pranikah. Perilaku
seksual ialah tingkah laku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan
antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang
biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri (Taufik & Anganthi, 2005).
Perasaan tertarik menurut Singer (1987) mengatakan bahwa sejak semula
dunia ini menunjukkan suatu karakter yang bersifat mengajak bagi seorang
remaja. Artinya dunia ini memperlihatkan dirinya dengan cara yang menarik dan
memikat. Persaan tertarik dalam menonton film barat yang tidak sesuai dengan
rating usia remaja. Kegiatan ini mengarah pada pemuasan dorongan seksual, Di
usia ini, remaja cenderung untuk meniru sehingga ketika menonton atau melihat
hal-hal berbau pornografi ini, akan muncul dorongan untuk meniru apa yang
dilihat.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa remaja yang menonton film
barat ingin menyalurkan minat mereka. Remaja mencari tahu tentang prilaku
seksual pranikah dari apa yang mereka tonton, selain itu remaja juga melakukan
peniruan terhadap apa yang mereka tonton dalam film barat yang tidak sesuai
dengan rating usia mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara minat
menonton film barat dengan kecenderungan perilaku seksual pranikah pada
remaja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download