PENGARUH SBI, NILAI KURS AS (USD) DAN INFLASI TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2004-2006 SKRIPSI Program Studi Manajemen Nama : Rheza Pramaditya NIM : 4310411 - 292 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 PENGARUH SBI, NILAI KURS AS (USD) DAN INFLASI TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2004-2006 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Manajemen Nama : Rheza Pramaditya NIM : 4310411-292 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Rheza Pramaditya NIM : 4310411-292 Program Studi : Manajemen Judul Skripsi : Pengaruh SBI , Nilai Kurs Dollar AS (USD) dan Inflasi terhadap Volume Perdagangan Saham Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004 2006 Tanggal Ujian Skripsi : 29 Agustus 2008 Disahkan Oleh: Pembimbing ( Tri Wahyono, SE, ME ) Tanggal : 29 Agustus 2008 Dekan, ( Drs. Hadri Mulya, MSi ) Tanggal : -Agustus-2008 Ketua Jurusan Manajemen/Akuntansi ( Tafiprios, SE, MM ) Tanggal : -Agustus-2008 PENGARUH SBI, NILAI KURS AS (USD) DAN INFLASI TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2004-2006 Dipersiapkan dan disusun : RHEZA PRAMADITYA 4310411-292 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 29 Agustus 2008 Susunan Dewan Penguji Penguji Pertama ( Tafiprios, SE, MM ) Penguji Kedua ( Dra. Aty Herawati, M.Si ) Penguji Ketiga ( Drs. Hasanuddin P, MS ) Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jakarta 29Agustus 2008 Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana ( Drs. Hadri Mulya, MSi ) KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh SBI , Nilai Kurs Dollar AS (USD) dan Inflasi terhadap Volume Perdagangan Saham Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004 - 2006”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dengan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Mercu Buana Jakarta. Dengan segala usaha dan kemampuan yang terbatas, penulis menyadari sepenuhnya, bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dorongan dan doa dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Hadri Mulya, MSi, selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti proses kegiatan belajar. 2. Bapak Tafiprios, SE, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen/Akuntansi yang telah membantu proses pembuatan skripsi ini. 3. Bapak Tri Wahyono, SE,ME, selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing pembuatan skripsi ini. 4. Yang tercinta dan terkasih , kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberi doa, dorongan dan cinta tulus kepada penulis. 5. Sahabat, rekan, handai taulan dan pihak lain yang telah dengan tulus membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Dan pada akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan juga bagi rekan mahasiswa Universitas Mercu Buana sebagai bahan referensi dan pembanding dalam rangka penyelesaian tugas akhir . Jakarta,.29 Agustus 2008 RHEZA PRAMADITYA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR..................... ................................................................. vii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Permasalahan............................................................................. 4 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 4 BAB II. LANDASAN TEORI A. Manajemen Keuangan ........................................................... 7 B. Perbankan .............................................................................. 9 C. Serifikat Bank Indonesia........................................................ 12 D. Kurs........................................................................................ 14 E. Inflasi...................................................................................... 15 F. Pasar Modal ........................................................................... 17 G. Investasi.................................................................................. 21 H. Saham..................................................................................... 22 I. Volume Perdagangan Saham Perbankan................................ 25 J. Pengaruh Tingkat SBI, Nilai Kurs Dolar AS (USD) dan ...... 26 Inflasi Terhadap Volume Perdagangan Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia (d/h : Bursa Efek Jakarta) K. Review Penelitian Terdahulu Yang Relevan.......................... 28 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum ...................................................................... 30 B. Metode Penelitian...................................................................... 32 C. Hipotesis ................................................................................ 33 D. Populasi Penelitian Dan Metode Sampel........................... 34 E Obyek Penelitian........................................................................ 35 F. Variabel Dan Pengukuran...... ...................................................... 36 G. Definisi Operasional Variabel............................................... 36 H. Metode Pengumpulan Data...................................................... 38 I. Metode Analisis Data............................................................... 38 BAB IV. ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian............................................................. 44 1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)............................................ 44 2. Kurs USD............................................................................. 45 3. Inflasi.................................................................................... 46 4. Volume Perdagangan Saham Perbankan............................. 48 B. Pembahasan.................................................................................. 50 1. Hasil Analisa Statistik Dengan Menggunakan Metode....... 50 SPSS versi 16.0 2. Interpretasi Hasil Penghitungan SPSS Mengenai.............. 59 Hubungan Kausalitas Antara Variabel Bebas (SBI, Kurs USD dan Inflasi) Terhadap Volume Perdagangan Saham 3. Implikasi Hasil Penelitian................................................... 62 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................. 64 B. Saran-saran ............................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Tingkat Pengembalian Berbagai Instrumen Investasi Dan Inflasi (Dalam %) Periode Tahun 1996-2003 4 2 Lembaga Perbankan Sebagai Emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) Per Tanggal 31 Desember 2007 31 3 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Periode 2004-2006 45 4 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs USD) Periode 2004-2006 46 5 Tingkat Inflasi Nasional Periode 2004-2006 47 6 Jumlah Volume Perdagangan Saham Bank BNI, Mandiri dan BRI Periode 2004-2006 48 7 Uji Normalitas Data Metode SPSS : Kolmogorov-Smirnov 51 8 Hasil Analisa (Out Put) Regresi Berganda Metode SPSS Versi 16.0 52 9 Rekapitulasi Analisis Regresi Linier Berganda 59 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Hubungan Kausal Antara Variabel Bebas dan Variabel Tergantung 33 2 Diagram Scatterplot 58 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya tingkat pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, dimana kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar modal. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan pasar modal di Indonesia sangat membatu dalam penyediaan sumber dana dan investasi bagi pembangunan. Besarnya dana yang berhasil dihimpun pasar modal dari tahun 1990 hingga pertengahan Juni 1997 mengalami peningkatan yang fantastis tetapi kemudian mengalami penurunan yang juga dramatis seiring dengan semakin parahnya kondisi krisis ekonomi Indonesia. Krisis nilai tukar sebagai bagian dari krisis moneter ditandai dengan jatuhnya kurs rupiah terhadap dollar AS sejak pertengahan bulan Juli 1997. Semenjak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997, proses pembangunan Indonesia mengalami perubahan di luar dugaan. Semua bidang yang sedang menuju kedewasaan harus menerima imbasnya, tidak terkecuali sektor 1 perbankan. Mulai saat itu perekonomian Indonesia tidak terkendali dan segala upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Sementara itu diwaktu bersamaan Indonesia harus menghadapi persaingan dengan dunia Internasional yang semakin ketat, lemahnya sumber daya manusia serta ketidakstabilan ekonomi menjadi salah satu sebab ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi persaingan. Pada kenyataannya, praktek perbankan yang terjadi di Indonesia tidak dikelola secara hati-hati. Banyak bank-bank baru bermunculan namun kemunculan bank-bank tersebut tidak disertai kesiapan dan struktur modal yang kuat. Akibatnya ketika ekonomi digoyang krisis, industri yang paling parah menanggung beban adalah sektor perbankan. Industri perbankan nasional hancur dan nyaris ambruk. Tepatnya tanggal 24 November 1997 pemerintah memutuskan 16 bank swasta nasional dilikuidasi, 6 bank beku operasional (BBO) dan pengambil alihan 7 Bank Swasta dan BUMN oleh BPPN. Peristiwa tersebut berlanjut dengan tindakan pemerintah atas bank swasta nasional yang sedang mengalami krisis dimana 38 bank terkena beku operasi, 7 bank diambil pemerintah, 9 bank mengikuti program rekapitulasi, 73 bank tidak dapat direkapitulasi dan 1 bank belum bisa ditetapkan posisinya. Dan sebagai puncaknya dari krisis ekonomi tersebut adalah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan Indonesia. Kejadian tersebut merupakan gejala yang sangat pahit bagi sektor perbankan, karena itu bank harus sesegera mungkin mengembalikan kepercayaan dengan memperbaiki struktr modalnya. Pasar modal sebagai salah satu fasilitas untuk 2 menyalurkan dana dari yang mempunyai kelebihan dana pada yang kekurangan dana, bagi badan usaha khususnya perbankan akan dapat menghimpun dana untuk dimanfaatkan dalam menjalankan fungsinya. Bagi investor, keberadaan pasar modal akan dapat memperbanyak alternatif dalam menyalurkan dana melalui investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka, sehingga tidak hanya pada tabungan dan deposito. Krisis moneter adalah kondisi yang tidak menguntungkan bagi Indonesia, khususnya pasar modal. Harga saham di Bursa Efek sempat turun hingga menyentuh nilai nominalnya, tingkat suku bunga deposito tinggi, nilai tukar rupiah merosot tajam akibatnya volume perdagangan saham mengalami fluktuasi yang sangat besar termasuk didalamnya sektor perbankan. Pada tabel 1, diperlihatkan tingkat pengembalian masing – masing instrumen selama periode 1996 hingga tahun 2003. Tingkat pengembalian dalam bentuk saham berfluktuasi sangat tinggi dibandingkan dengan instrumen lainnya. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada saat inflasi mencapai tingkat paling tinggi sebesar 77.63% di tahun 1998, tingkat pengembalian yang paling optimal adalah instrumen emas (87.5%) sedangkan yang paling rendah adalah dari bursa saham sebesar -0.91%. Sedangkan pada saat inflasi mencapai tingkat paling rendah sebesar 2.01% di tahun 1999, pengembalian yang paling optimal adalah saham sebesar 85.28% sedangkan instrumen yang paling rendah adalah emas (-20%) 3 Tabel 1 Tingkat Pengembalian Berbagai Instrumen Investasi Dan Inflasi (Dalam %) Periode Tahun 1996 - 2003 Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Sumber: Suku bunga Capital Reksa Dana Emas Pasar Value Saham USD Deposit Obligasi Saham Uang Yield 6.47 24.05 3.25 17.03 15.62 8.5 2.09 5.43 2.58 11.05 -36.98 95.13 23.92 30.52 9 -1.87 -36.92 43.63 77.63 -0.91 72.58 49.23 64.08 11.5 -0.04 39.42 87.5 2.01 70.06 -11.53 25.74 23.61 11 31.38 85.28 -20 9.35 -38.5 35.14 12.46 10.73 10.5 9.99 -40.16 16.67 12.55 -5.83 8.39 13.51 17.74 9.85 6.37 -0.8 21.43 10.03 8.39 -13.94 12.37 13.73 10 12.71 10.57 2.35 4.95 62.82 -5.31 10.59 9.81 10.5 11.85 54.14 9.2 Manurung, Adler Haymans (2006:6) Diolah dari data Bank Indonesia, BEJ, Biro Pusat Statistik Dan Panangian Simanungkalit Associates Inflasi Bursa Kurs Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti akan memfokuskan obyek penelitian tentang “Pengaruh SBI , Nilai Kurs Dollar AS (USD) dan Inflasi terhadap Volume Perdagangan Saham Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004 - 2006”. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 4 1. Apakah tingkat SBI (Sertifikat Bank Indonesia) berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan saham perbankan yang terdaftar di BEI? 2. Apakah tingkat Nilai Kurs Dollar AS (USD) berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan saham perbankan yang terdaftar di BEI? 3. Apakah tingkat Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan saham perbankan yang terdaftar di BEI ? 4. Apakah ketiga faktor tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham perbankan yang terdaftar di BEI? C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara tingkat SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap volume perdagangan saham perbankan yang terdaftar di BEI. 2. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara tingkat Nilai Kurs Dollar AS terhadap volume perdagangan saham perbankan yang terdaftar di BEI. 3. Untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara tingkat Inflasi terhadap volume perdagangan saham perbankan yang terdaftar di BEI. 5 4. Untuk mengetahui apakah tedapat pengaruh tingkat SBI , tingkat Nilai Kurs Dollar AS dan Inflasi terhadap volume perdagangan saham perbankan yang terdaftar di BEI Adapun kegunaan yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan berguna bagi peneliti yang akan datang sebagai acuan dan juga menambah pengetahuan peneliti mengenai reaksi-reaksi yang dapat terjadi di pasar modal. 2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para praktisi dan investor untuk memberikan informasi dalam hal pembuatan keputusan yang berhubungan dengan obyek penelitian. 3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah ilmu pengetahuan mengenai bidang yang dikaji bagi setiap pembaca dan juga diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan dalam investasi. 6 BAB II LANDASAN TEORI Untuk dapat menganalisa permasalahan perlu adanya suatu landasan berpikir / teori yang dapat membantu terjadinya pemecahan masalah. Dalam bab ini akan disajikan teori-teori yang mempunyai kaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian selanjutnya. Tujuan dari penyajian teori - teori tersebut adalah sebagai pedoman untuk menunjukkan masalah – masalah yang akan dihadapi yang ada kaitannya dengan Tingkat SBI, Nilai Kurs Dollar AS serta pengaruhnya terhadap volume perdagangan saham perbankan. A. Manajemen Keuangan Untuk menjalankan usaha, dalam suatu perusahaan pasti membutuhkan pendanaan dan pembiayaan. Kedua fungsi ini harus bisa diselenggarakan oleh manajemen perusahaan, khususnya manajemen keuangan. Menurut Sutrisno (2007:3), menjelaskan bahwa manajemen keuangan adalah semua kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan usaha – usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Sedangkan menurut pendapat Lukman Syamsuddin (2007:3), menyebutkan bahwa financial management juga bisa diterjemahkan sebagai pembelanjaan perusahaan yang tidak dapat dipisahkan dari ilmu ekonomi dan 7 dapat dikatakan bahwa pembelanjaan perusahaan adalah merupakan penerapan prinsip – prinsip ekonomi dalam mengelola keputusan – keputusan yang menyangkut masalah keuangan perusahaan. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen keuangan terdapat unsur – unsur : (1) pengelolaan dan keputusan oleh manajemen suatu perusahaan, (2) masalah pendanaan / sumber – sumber dana serta (3) pembiayaan / pembelanjaan, (4) untuk kepentingan operasional perusahaan. Adapun fungsi manajemen keuangan, menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:4), meliputi kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Dan menurut Lukman Syamsuddin (2007:8), manajemen keuangan mempunyai 3 (tiga) tugas pokok, yaitu: (-) menganalisa dan merencanakan pembelanjaan / pembiayaan perusahaan (-) mengelola penanaman modal dalam aktiva (-) membuat struktur finansial dan struktur modal perusahaan Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan tingkat kepuasan pemilik perusahaan, menurut Lukman Syamsuddin (2007:10). Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, tujuan dari manajemen keuangan secara normatif adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. 8 B. Perbankan Definisi perbankan, menurut Kasmir (2007:11) adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998, perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu: (1) menghimpun dana, (2) menyalurkan dana, dan (3) memberikan jasa bank lainnya. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Kegiatan penghimpunan dana ini sering disebut dengan istilah funding. Sedangkan pengertian menyalurkan dana adalah menyalurkan kembali dana yang diperoleh / dihimpun dari masyarakat dalam bentuk pinjaman 9 (kredit). Kegiatan penyaluran dana seperti itu dalam perbankan disebut sebagai lending. Bagi perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan utama diperoleh dari selisih bunga pinjaman dengan bunga simpanan. Jika selisih bunga pinjaman lebih besar dari bunga simpanan, maka hal tersebut diistilahkan sebagai spread positive. Sedangkan bila bunga pinjaman lebih kecil dari bunga simpanan maka disebut sebagai spread negative. Mengenai jasa lainnya dari perbankan adalah jasa – jasa sebagai berikut: (1) jasa setoran – telepon, listrik, air dan lain – lain, (2) jasa pembayaran seperti payroll, pensiun, hadiah, (3) jasa pengiriman uang/ transfer, (4) jasa penagihan/inkaso, (5) jasa kliring, (6) jasa penjualan mata uang asing/valuta asing/valas, (7) jasa penyimpanan dokumen/safe deposit box, (8) jasa cek wisata/travellers cheque, (9) jasa kartu kredit/credit card, (10) jasa – jasa yang ada di pasar modal seperti penjamin emisi dan perdagangan efek, (11) jasa LC/Letter of Credit, (12) jasa bank garansi dan referensi bank, dan (13) serta jasa bank lainnya. Dalam pasal 5 dari undang – undang tersebut menyebutkan bank terdiri atas tiga subsistem (jenis) , yaitu (1) bank sentral sebagai pembina dan pengawas sistem perbankan, (2) bank umum, dan (3) bank perkreditan rakyat. 10 Bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa: 1.perseroan terbatas 2.koperasi 3.perusahaan daerah Lembaga perbankan mengelola dana milik jutaan masyarakat, untuk melindungi kepentingan dan kepercayaan masyarakat terhadap bank, pemerintah mengawasi operasi bank sehari-hari dengan ketat. Pengawasan ini dilaksanakan oleh bank sentral (Bank Indonesia). Bank harus selalu dalam keadaan sehat. Bank Indonesia menilai kesehatan melalui indikator CAMEL yaitu: 1.capital adequacy (kecukupan modal) 2.asset quality (kualitas aset) 3.management quality (kualitas manajemen) 4.earning ability (rentabilitas,kemampuan menciptakan laba) 5.liquidity sufficiency (kecukupan likuiditas, solvabilitas) Suatu bank dapat dikatakan sehat, bila pada masing – masin unsur CAMEL harus mencapai rasio sebagai berikut (Herman: 2006:41) : 1.capital asset rasio ( CAR ) : minimum 8% - 9.9 % 2.rasio aktiva yang diklasifikasikan terhadap total aktiva yang produktif mencapai 0.5% - 3.35% 3.rasio cadangan aktiva yang diklasifikasikan kepada total aktiva harus mencapai 54% - 66% 11 4.return on asset mencapai 1.25% - 1.5% 5.rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional mencapai 92% 93.52% 6.rasio call money terhadap aktiva lancar mencapai maksimum 19% 7.loans to deposit ratio, maksimum mencapai 89.75% Karena bentuk hukum bank dapat berupa perseroan (perusahaan) terbatas, maka dimungkinkan suatu bank mendapatkan tambahan investasi melalui pasar bursa dengan mengikuti persyaratan Bank Indonesia dan juga persyaratan hukum lainnya untuk dapat memperoleh status perusahaan terbuka (go public). C. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Menurut Herman Darmawi (2006:93) SBI pada prinsipnya adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah, yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Sentral Indonesia (BI) sebagai pengakuan utang berjangka pendek. Tujuannya adalah sebagai sarana pengendalian moneter melalui operasi pasar terbuka, selain sebagai alat operasi pasar terbuka untuk mengendalikan moneter melalui lelang harian. Dalam booklet Bank Indonesia, (2006:9) SBI adalah surat berharga sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto. 12 SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless) dan seluruh kepemilikan maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI-SSS. Pihak – pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana sedangkan masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder. SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar RP 1.000.000. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1 blan dan 3 bulan. Penggunaan SBI pada dasarnya sama dengan penggunaan treasury bills yang diterbitkan oleh Treasury (Departemen Keuangan di Amerika Serikat). Dengan mengatur tingkat bunga SBI, Bank Indonesia secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang, dengan cara mengumumkan stop out rate ( SOR ). SOR adalah tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari peserta pada lelang harian maupun mingguan. Selanjutnya, SOR dapat berfungsi sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya. Mekanisme perdagangan SBI dilakukan melalui perantara (security house). Sejak bulan Juni tahun 1983, pemerintah tidak lagi ikut campur secara langsung dalam penetapan tingkat bunga. Namun, mengingat pentingnya pengaruh tingkat bunga uang dalam perekonomian nasional, secara tidak langsung, otoritas moneter tetap mengendalikannya. 13 Terdapat tiga kebijakan moneter yang digunakan BI untuk mengendalikan kestabilan perekonomian nasional: (1) penentuan besarnya cadangan wajib bank (reserve requirementpolicy), (2) kebijaksanaan diskonto (discount window policy) dan (3) kebijakan operasi pasar terbuka ( open market operation policy ). Selain dari ketiga instrumen diatas, pemerintah juga dapat melaksanakan himbauan (moral persuasion policy). Operasi pasar terbuka dilaksanakan melalui instrumen SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan SPBU (Surat Berharga Pasar Uang). Penurunan bunga SBI oleh bank sentral merupakan sinyal bagi bank mengikuti penurunan tersebut. Demikian pula sebaliknya apabila bank sentral menaikkan bunga SBI, berarti perbankan diharapkan dapat mengikuti kenaikan tersebut. D. Kurs Definisi kurs, menurut Yoopi Abimanyu (2004:6) adalah harga relatif dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai Kurs Dolar AS (USD) adalah harga satu unit dolar AS (USD) yang ditunjukkan pada valuta lain dalam hal ini rupiah (Choi, 1997:125). Pada umumnya, kurs mata uang asing ditentukan oleh perpotongan dari kurva permintaan pasar untuk mata uang asing dan penawaran dari mata uang asing. Permintaan untuk mata uang asing timbul terutama untuk kepentingan mengimpor barang dan atau jasa dari luar negeri. Penawaran mata uang asing 14 timbul untuk kepentingan ekspor barang, jasa, tawaran investasi dan pinjaman dari luar negeri. Nilai tukar kurs sangat dipengaruhi oleh kestabilan ekonomi dan politik dalam negeri. Dalam pasar valas (valuta asing) terdapat transaksi-transaksi, yaitu: 1) transaksi spot, jual beli mata uang dengan penyerahan dan pembayaran antar bank dimana akan diselesaikan pada 2 (dua) hari kerja berikutnya. 2) Pasar forward adalah transaksi sejumlah mata uang tertentu dengan mata uang lainnya untuk waktu yang akan datang 3) Pasar swap adalah pembelian dan penjualan secara bersamaan sejumlah tertentu mata uang dengan 2 (dua) tanggal penyerahan E. Inflasi Menurut web site organisasi.org, disebutkan bahwa inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus-menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di manamana dan dalam rentang waktu yang cukup lama. Sedangkan menurut kamus Bank Indonesia, Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila 15 kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator Inflasi : • Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45 kota, di pasar tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang/jasa di setiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas. • Indeks Harga menggambarkan Perdagangan pergerakan Besar harga merupakan dari indikator yang komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah. Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price)1 , dan terjadi negative supply shocks2 akibat bencana alam dan terganggunya distribusi. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output 16 potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). F. Pasar Modal Menurut Marzuki Usman, dalam buku berjudul Manajemen Keuangan, karangan Sutrisno (2007:300), lembaga pasar modal adalah merupakan pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya, yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik dana dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public). Instrumen pasar modal itu terbagi atas dua kelompok besar yaitu instrumen pemilikan (equity) seperti saham dan instrumen utang (obligasi/bond). Sedangkan pengertian pasar modal secara umum, menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 tentang Peraturan Pasar Modal, 17 adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit pasar modal adalah bursa efek (stock exchange) yang mempertemukan penjual dan pembeli efek secara terorganisasi dengan didukung oleh lembaga penunjang pasar modal. Pelaku utama yang menerbitkan sekuritas pasar modal ialah pemerintah dan perusahaan. yang akan digunakan untuk biaya pembangunan . Sedangkan perusahaan menerbitkan obligasi dan saham untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Obligasi adalah surat hutang jangka panjang dengan tingkat suku bunga tetap. Sedangkan saham adalah surat bukti kepemilikan (ekuitas) terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perdagangan dalam pasar modal terjadi, baik dalam pasa perdana maupun pasar sekunder. Pasar perdana adalah pasar untuk penawaran pertama kepada publik sesudah dilakukan IPO (Initial Public Offering). Melalui transaksi dala IPO dan pasar perdana inilah perusahaan penerbit sekuritas akan menerima dana. Pasar sekunder adalah tempat perdagangan selanjutnya bagi pemilik sekuritas untuk menjual sekuritas, baik karena alasan untuk memperoleh likuiditas ataupun untuk memperoleh keuntungan (profit taking). Terdapat dua jenis perdagangan dalam pasar sekunder untuk sekuritas pasar kapital, yaitu: 18 a) perdagangan yang terorganisasi, dimana untuk melakukan transaksi mempunyai organisasi , peraturan – peraturan dan tempat dimana sekuritas (meliputi obligasi, saham, opsi) diperjual belikan. b) perdagangan yang tidak terorganisasi (over the counter) Perdagangan terorganisasi yang ada di Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Tujuan didirikannya pasar modal di Indonesia mencakup tiga aspek mendasar yaitu: (1) ingin mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham – saham perusahaan (2) pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham perusahaan (3) menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif Lembaga yang menunjang pasar modal dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu (1) lembaga yang berperan pada saat perusahaan akan melaksanakan emisi dan (2) lembaga yang berperan pada saat pelaksanaan perdagangan efek di bursa. Lembaga – lembaga tersebut adalah : a) Penjamin emisi (underwriter) , yang dimaksud adalah lembaga perantara emisi yang menjamin penjualan efek yang diterbitkan emiten. Penjamin emisi merupakan mediator yang mempertemukan emiten dan pemodal. 19 Lembaga ini bertugas untuk meneliti dan mengadakan penilaian menyeluruh atas kemampuan dan prospek emiten. Secara teoritis, tanggung jawab emisi dalam satu emiten adalah (1) kesanggupan penuh untuk membeli saham yang tidak terjual, (2) menjual dengan sebaik – baiknya serta mengembalikan sisanya, dan (3) kesanggupan siaga untuk membeli efek yang tidak terjual dengan harga negosiasi. b) Akuntan publik, yakni lembaga penunjang yang bertujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang akan go public. Ada empat jenis pernyataan pendapat akuntan publik : (1) pendapat baik tanpa pembatasan artinya laporan keuangan yang diaudit tanpa ada catatan apapun, (2) pendapat baik dengan pembatasan, yaitu laporan tersebut masih dalam kategori wajar namun dengan catatan minor tertentu, (3) laporan tanpa pendapat yakni jika akuntan tidak mendapatkan bahan pembuktian secara mencukupi untuk memberikan pendapatnya, dan (4) pendapat tidak setuju, yaitu bila ada penyimpangan yang berpotensi terhadap prinsip yang berlaku umum baik dalam penyajian maupun penyusunan laporan keuangan. c) Perusahaan penilai (appraisal company),berperan sebagai lembaga independen untuk menilai kembali aktiva tetap perusahaan. Laporan 20 tersebut terlebih dahulu harus disetujui Dirjen Pajak (Departemen Keuangan) d) Notaris, adalah lembaga penunjang yang berperan dalam pembuatan perjanjian dalam rangka emisi efek seperti perjanjian emisi, surat kuasa, perjanjian pertanggungan, perubahan akta anggaran dasar perusahaan, perubahan modal, susunan pengurus perusahaan, minut rapat umum pemegang saham dan lain-lain yang harus dibuat secara notariil agar mempunyai kekuatan hukum. e) Konsultan hukum, berperan dalam memberikan perlindungan kepada pemodal dari segi hukum dan bertugas untuk meneliti antara lain: akta pendirian perusahaan, ijin usaha, apakah emiten sedang menghadapi gugatan ataukah tidak, dan lain-lain. Hasil penelitian ini berupa pendapat dari segi hukum (legal opinion) yang akan dimuat dalam prospektus (dokumen penawaran saham). G. Investasi Menurut Wikipedia Indonesia (web site ensiklopedia:2007), Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun 21 rel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau seseorang sekolah di universitas. Sedangkan menurut pendapat dari Eko P. Pratomo (2007:7), berinvestasi adalah proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga. H. Saham Menurut Komaruddin Ahmad (2004:69), saham adalah surat berharga yang bersifat kepemilikan atau bukti penyertaan dalam suatu perusahaan. 22 Sedangkan menurut pendapat Farah Margaretha (2007:131), saham adalah sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan sebagai cara untuk meningkatkan keuntungan. Terdapat dua jenis saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham prioritas (preferred stock). Adapun perbedaan antara saham biasa dengan saham prioritas adalah sebagai berikut: 1) Saham biasa a) dividen dibayar bila perusahaan memperoleh laba b) memiliki hak suara (one share one vote ) c) hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan bila perusahaan bangkrut, akan dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 2) Saham prioritas a) memiliki hak paling dahulu (prioritas) dalam memperoleh dividen b) tidak memiliki hak suara c) dapat mempengaruhi hak manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus d) memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur , apabila perusahaan dilikuidasi e) kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap. 23 Setiap pemegang saham akan memperoleh sertifikat sebagai tanda kepemilikan pada perusahaan. Nilai saham dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) nilai pari (par value), merupakan harga nominal sebuah saham. Perusahaan dapat menentukan nilai pari sebesar yang mereka inginkan. 2) nilai buku (book value), nilai surat berharga yang ditunjukkan dalam neraca, dihitung dengan membagi jumlah saham yang beredar dari total kekayaan aset dikurangi semua hutang dan nilai saham yang diutamakan / didahulukan (jika ada) 3) nilai pasar (market value), merupakan harga pasar pada saat aktiva diperdagangkan Nilai suatu saham akan diukur / dinilai dengan cara : 1) Pendekatan Present Value (metode kapitalisasi penghasilan). Berdasarkan pendekatan ini maka suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak, analisis atau pemodal perlu memasukkan faktor resiko. Semakin besar resiko yang ditanggung pemodal semakin tinggi keuntungan yang dipandang layak. 24 2) Pendekatan Price Earning Ratio atau PER (metode kelipatan laba) Metode pendekatan PER ini bertujuan untuk menunjukkan, mendasarkan diri atas ratio antara harga saham per lembar dengan EPS. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi PER, antara lain: a) Ratio laba yang dibayarkan sebagai deviden, atau payout ratio [yaitu (1-b)]. (diberi notasi b) diasumsikan konstan. b) Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal c) Pertumbuhan deviden Cara penilaian saham dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis cross sectional yang berarti bahwa analisis dilakukan terhadap banyak saham untuk periode yang sama. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui bagaimana posisi suatu saham relatif terhadap saham lain, dengan menggunakan variabel tertentu (misal r atau PER). I. Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham merupakan hal yang penting bagi seorang investor karena bagi investor volume perdagangan saham menggambarkan kondisi efek yang diperjual belikan di pasar modal. Bagi investor sebelum melakukan investasi atau penanaman modalnya hal terpenting adalah tingkat likuiditas dari suatu efek. 25 Suatu efek likuid jika efek atau saham tersebut tiap hari ada transaksi atau aktivitas perdagangan, jika efek likuid maka mempunyai kecenderungan harganya naik atau lebih lama bertahan karena banyak dinilai oleh investor. Perdagangan saham di pasar modal dikenal dengan istilah lot yang terdiri dari 500 (lima ratus) lembar saham dalam setiap 1 (satu) lot. Jadi bila ingin membeli atau menjual saham di pasar modal jumlah minimum yang boleh ditransaksikan adalah 1 (satu) lot. Perubahan volume perdagangan saham menunjukkan baik tidaknya kondisi pasar modal bagi investor. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi baik atau tidaknya pasar modal dan bisa berakibat naik atau turunnya volume perdagangan saham, antara lain: kondisi ekonomi yang kurang baik, rupiah tidak stabil, inflasi, dan bunga yang terus melambung. J. Pengaruh Tingkat SBI ,Nilai Kurs Dolar AS (USD) dan Inflasi Terhadap Volume Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia Menimbang keuntungan berinvestasi pada pasar modal tidak pasti, yang mana sangat tergantung pada mekanisme pasar, maka investor lebih memilih berinvestasi yang dijamin pemerintah, yaitu pada saat tingkat suku bunga SBI sangat tinggi. Jadi besar atau kecilnya tingkat suku bunga SBI mempengaruhi volume perdagangan saham, karena tingkat suku bunga yang tinggi akan mempengaruhi para investor untuk lebih memilih berinvestasi dalam bentuk 26 deposito dari pada dalam bentuk saham, begitu juga sebaliknya. Hal ini terjadi karena para investor lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-besarnya atas dana yang telah diinvestasikan. Sedangkan Nilai Kurs Dolar AS (USD) merupakan salah satu pilihan dari berbagai macam pilihan dalam berinvestasi. Kemudahan yang ditawarkan kepada para investor dengan pemenuhan fasilitas money changer yang memudahkan para investor untuk menginvestasikan dananya dan mencairkan dananya. Berinvestasi dengan dolar AS (USD) tidak memerlukan perantara dan mudah dipindah tangankan, kemudahan ini akan mempengaruhi para investor untuk memilih berinvestasi dalam dolar AS (USD) dari pada berinvestasi dalam saham, terutama pada saat nilai kurs dolar AS (USD) tinggi, tetapi pada saat nilai kurs dolar AS (USD) rendah para investor akan lebih memilih berinvestasi dalam saham dari pada dolar AS (USD), karena para investor lebih mengutamakan keuntungan atas dananya. Hal ini mempengaruhi volume perdagangan saham karena bila harga naik para investor banyak melakukan transaksi pembelian saham, begitupun sebaliknya. Demikian pula pengaruh dari inflasi terhadap volume perdagangan saham karena bila investasi naik maka kecenderungan investor akan menyimpan uangnya di bank ataupun jenis investasi yang aman dan menguntungkan dari tergerusnya nilai uang dari tingginya inflasi. 27 Apakah justru dengan tingginya inflasi, minat investor terhadap saham akan menurun? Hal – hal seperti di atas, akan diteliti lebih lanjut oleh penulis dan disajikan dalam pembahasan Bab IV. K. Review Penelitian Terdahulu Yang Relevan 1. Hasil Penelitian Wahyu (2005) Penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar AS, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Volume Perdagangan Saham Di BEI, Populasi dari penelitian ini meliputi data kurs dollar AS terhadap rupiah, data inflasi, data bunga SBI serta volume perdagangan saham. Sampel dari penelitian ini adalah data bulanan selama 3 tahun mulai Januari 1998 sampai dengan 31 Desember 2000, menggunakan volume perdagangan saham yang go public di BEI. Dari analisis yang telah dilakukan peneliti, mengenai pengaruh tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi terhadap Volume Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka dapat ditarik kesimpulan yang dapat diambil : dari hasil uji F diperoleh hasil bahwa Fhitung > Ftabel (29,416 > 5,41), berarti variabel bebas secara serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Volume Perdagangan Saham. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa faktor yang dominan yang mempengaruhi Volume Perdagangan Saham adalah tingkat bunga SBI. 28 2. Sri Budi Cantika Yuli (1999) Meneliti tentang pengaruh beberapa variabel fundamental eksternal yaitu tingkat inflasi, tingkat suku bunga deposito, jumlah uang beredar dan nilai tukar US Dollar terhadap rupiah terhadap perubahan harga saham pada perusahaan farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh terhadap harga saham Dalam penelitian ini juga ditambahkan variabel tehnikal dan hasilnya menyatakan bahwa volume penjualan serta harga saham masa lalu , berpengaruh terhadap harga saham. Dari review penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu maka penelitian dengan judul pengaruh tingkat suku bunga deposito dan nilai kurs dollar AS terhadap volume perdagangan saham perbankan dimana dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah data dari tingkat suku bunga deposito, nilai kurs dollar pada saat penutupan setiap bulannya dan volume perdagangan saham perbankan. Sedangkan sampel penelitian ini adalah data bulanan selama 2 tahun mulai Januari 2003 sampai Desember 2004 yang menggunakan volume perdagangan saham yang listing di BEI dalam periode penelitian. 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Keuangan bank yang tercatat dalam bursa efek per tanggal 31 Desember 2007 ada 28 perusahaan terbatas, yaitu seperti pada tabel 2. Adapun yang akan menjadi bahan penelitian adalah Bank Pemerintah yang telah tercatat sebelum tahun 2005, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia. Adapun data masing – masing bank sebagai berikut: 1. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Bank Rakyat Indonesia berdiri pada tanggal 16 Desember 1895, mencatatkan diri sebagai perusahaan terbuka pada tahun 10 Oktober 2003. Harga perdana yang ditawarkan sebesar Rp. 875 dengan modal dasar Rp. 5.000.000.000.0000 dan modal yang disetor Rp. 5.000.000.000.000. Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkantor pusat di Gedung BRI I, Jl. Jend Sudirman No.44-46 Jakarta. Total asset per Juni 2007 sebesar Rp 168.124.165.000.000 dengan total pendapatan per Juni 2007 sebesar Rp 11.279.984.000.000. 30 Tabel 2. Lembaga Perbankan Sebagai Emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) Per Tanggal 31 Desember 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Code BBCA MAYA INPC NISP SDRA BBRI BDMN BACA BSWD BAEK MCOR BBKP BNBA BMRI BKSW BABP BEKS BBNP ANKB BBIA MEGA BVIC BCIC BBNI BNLI BNGA BNII LPBN Nama Bank BANK CENTRAL ASIA TBK. BANK MAYAPADA INTERNATIONAL TBK BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK BANK NISP TBK BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906 TBK BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK BANK DANAMON INDONESIA TBK BANK CAPITAL INDONESIA TBK BANK SWADESI TBK BANK EKONOMI RAHARJA TBK BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL TBK BANK BUKOPIN TBK BANK BUMI ARTA TBK BANK MANDIRI TBK BANK KESAWAN TBK BANK BUMIPUTERA INDONESIA TBK BANK EKSEKUTIF INTERATIONAL TBK BANK NUSANTARA PARAHYANGAN TBK BANK ARTA NIAGA KENCANA TBK BANK UOB BUANA TBK BANK MEGA TBK BANK VICTORIA INTERNATIONAL TBK BANK CENTURY TBK. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK BANK PERMATA TBK BANK NIAGA TBK BANK INTL INDONESIA TBK BANK LIPPO TBK Sumber: Bursa Efek Indonesia 2. Bank Mandiri (BMRI) Bank Mandiri berdiri pada tanggal 02 Oktober 1998, mencatatkan diri sebagai perusahaan terbuka pada tahun 14 Juni 2003. Harga perdana yang ditawarkan sebesar Rp. 675 dengan modal dasar Rp. 1.600.000.000.0000 dan modal yang disetor Rp. 425.100.000.000. Bank Mandiri (BMRI) berkantor 31 pusat di Plaza Mandiri, Jl. Jend Gatot Subroto Kav.36-38 Jakarta Total asset per Juni 2007 sebesar Rp 265.021.871.000.000 dengan total pendapatan per Juni 2007 sebesar Rp 12.334.832 .000.000. 3. Bank Negara Indonesia (BBNI) Bank Negara Indonesia berdiri pada tanggal 05 Juli 1946, mencatatkan diri sebagai perusahaan terbuka pada tahun 25 November 1996. Harga perdana yang ditawarkan sebesar Rp. 850 dengan modal dasar Rp. 2.170.064.000.0000 dan modal yang disetor Rp. 7.042.194.000.000. Bank Negara Indonesia (BBNI) berkantor pusat di Jl. Jend Sudirman Kav 1 Jakarta. Total asset per Juni 2007 sebesar Rp 176.427.000.000 dengan total pendapatan per Juni 2007 sebesar Rp 7.476.108.000.000. B. Metode Penelitian Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan penelitian hubungan kausalitas. Menurut Sugiyono (2007:15), metode penelitian hubungan kausalitas adalah metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang terstruktur. Hipotesis yang dirumuskan merupakan banyak variabel (multiple variable) yang bersifat kausal (sebab akibat). Prosedur penelitian kausalitas mempunyai dua hal yang penting, yaitu: 32 (1) hubungan kausal yang terjadi merupakan hubungan struktural yang berseri dengan menggunakan persamaan regresi. Hipotesis yang merupakan hubungan struktural tersebut dapat diuji dengan statistik secara serempak. (2) hubungan kausal dapat disusun dalam model berupa gambar sehingga mudah dipahami. Pada peneltian ini, variabel – variabel yang ada dapat digambarkan sebagaimana dijelaskan pada gambar 1. Gambar 1. Hubungan Kausal Antara Variabel Bebas dan Variabel Tergantung X1: Inflasi X2: SBI Volume Perdagangan X3: Kurs USD C. Hipotesis Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan, peneliti ingin mengetahui apakah suku bunga deposito , nilai kurs USD dan inflasi serta seberapa besar berpengaruh terhadap volume perdagangan saham perbankan. Maka diajukan hipotesis sebagai berikut: 33 H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan Tingkat SBI terhadap volume perdagangan saham perbankan. H2 : Tingkat pengaruh yang signifikan Nilai Kurs dollar terhadap volume perdagangan saham perbankan. H3 : Tingkat pengaruh yang signifikan Inflasi terhadap volume perdagangan saham perbankan. H4 : Tingkat pengaruh yang signifikan antara Tingkat SBI, Nilai Kurs dollar dan inflasi dengan volume perdagangan saham perbankan D. Populasi Penelitian dan Metode Sampel (Sampling Method) Menurut Sugiyono (2007: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah lembaga perbankan yang telah menjadi emiten BEI (Bursa Efek Indonesia, dahulu : Bursa Efek Indonesia). Adapun total emiten per tahun 2007 sebanyak 28 (dua puluh delapan) bank. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel penelitian adalah sebagian dari subyek penelitian yang akan digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis, sehingga kesimpulan yang diperoleh dari sampel dianggap berlaku juga untuk keseluruhan populasi. Dalam pengambilan sampel juga harus dijelaskan mengenai metode pengambilan sampel yang digunakan. Menurut Sugiyono ( 2007:62), teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel, dimana pada dasarnya dapat 34 dikelompokkan menjadi dua yaitu : (1) probability sampling dan (2) non probability sampling. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode sampel: non probability sampling – purposive sampling, yaitu sampling dilakukan atas pertimbangan tertentu. Adapun yang menjadi pertimbangan penulis mengambil sampel tersebut adalah: (1) Bank pemerintah, dengan pertimbangan kemandirian perbankan pemerintah dalam menjalankan bisnisnya sesuai dengan prinsip persaingan yang terbuka dan sehat, tanpa ada bantuan (back up) dari pemerintah. (2) Terdaftar sebagai emiten BEI (dahulu BEI) sejak tahun 2004 (3) Trend total pendapatannya semakin meningkat dari tahun ke tahun Jadi dalam penelitian, penulis menganalisa volume perdagangan saham dari bank – bank pemerintah yaitu 3 (tiga) bank : BRI, Mandiri dan BNI. E. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah obyek yang mempunyai kesamaan karakteristik tertentu. Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah lembaga keuangan bank yang telah terdaftar di bursa efek. Adapun periode penelitian adalah mulai tahun 2004 hingga tahun 2006. 35 F. Variabel dan Pengukuran Variabel merupakan sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel dari suatu penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya, dan ditegaskan dalam hipotesis penelitiannya. Dalam fungsinya untuk menjelaskan suatu hubungan pada obyek penelitian, dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel tergantung (dependant variable). Adapun yang merupakan variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor (X), yaitu faktor eksternal yang mempunyai pengaruh terhadap faktor (Y), yaitu terhadap volume perdagangan saham. Faktor (Y) merupakan variabel tergantung. Sedangkan skala pengukuran yang digunakan adalah suatu rasio, dimana di dalamnya telah mencakup skala nominal, ordinal dan interval. G. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari pengertian teoritis variabel sehingga dapat diamati dan diukur. Definisi yang dibuat harus jelas dan tepat sehingga dapat memberikan pengertian yang akurat terhadap variabel yang digunakan. Adapun operasional variabel yang diteliti yang berhubungan dengan judul dan masalah yang terjadi adalah sebagai berikut: 1. (X1) Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) Tingkat SBI merupakan tingkat bunga yang dijadikan acuan atas pemberian bunga SBI oleh BI atas penyimpanan uang dalam bentuk sertifikat berjangka 1 (satu) 36 bulan. Peneliti mengambil rata-rata deposito berjangka 1 bulan dari setiap bank karena bunga SBI lebih besar dari tabungan biasa dan jangka waktu penarikannya tidak terlalu lama. Data yang dianalisis adalah data SBI pada periode tahun 2004 hingga tahun 2006. x= Σx i n x = rata-rata tingkat suku bunga SBI setiap bulan tahun 2004-2006 xi = jumlah tingkat SBI yang ditetapkan oleh bank sentral ( BI ) n = jumlah sektor keuangan perbankan yang terdaftar pada BEI 2. (X2) Nilai kurs dollar AS Nilai kurs dollar AS adalah nilai tukar mata uang asing khususnya Dollar Amerika terhadap Rupiah. Penelitian ini menggunakan rasio untuk menggunakan rasio untuk mengukur berapa besar tingkat kenaikan atau penurunan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, yaitu nilai tengah antara kurs jual dan kurs beli yang dihitung dengan rumus: Kurs = Kurs Jual + Kurs Beli 2 Pengukuran nilai kurs Dolar AS (USD) menggunakan nilai kurs tengah yaitu kurs jual dan kurs beli pada tiap akhir bulannya dengan harga penutupan yang diumumkan oleh Bank Indonesia selama tahun 2004-2006. 37 3. (X3) Inflasi Tingkat Inflasi merupakan perubahan naik atau turun angka inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode 1 Januari 2004 hingga 31 Desember 2006 4. (Y) Volume Perdagangan Saham Perbankan Volume Perdagangan Saham perbankan merupakan banyaknya saham perbankan yang diperdagangkan di lantai perdagangan saham atau pasar modal BEI, yang terjadi pada tiap akhir bulannya dengan periode pengamatan selama tahun 20042006. Data yang diambil untuk penelitian ini menggunakan total volume perdagangan saham perbankan. H. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu: pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari literaturliteratur yang berkaitan dengan judul skripsi serta laporan keuangan yang diperoleh dari web site BEI (Bursa Efek Indonesia). I. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa berdasarkan metode analisis yang sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Dalam penelitian skripsi ini menggunakan metode korelasional sehingga metode analisisnya akan menggunakan analisis statistik. 38 1. Analisis regresi berganda Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah disajikan, maka teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 Dimana : a = Konstanta b1, b2, b3 = Koefisien regresi X1…..X2 X1 = Nilai tingkat SBI X2 = Nilai kurs dollar AS X3 = Inflasi Y = Volume Perdagangan Saham 2. Uji Normalitas Data Untuk melihat apakah data yang dianalisis memiliki nilai residual berada disekitar nol (data normal). Jika nilai K-S < nilai tabel atau nilai 2 tailed p > a berarti data adalah normal. Jika nilai K-S > nilai tabel atau nilai 2 tailed p < a berarti data tidak normal. 3. Uji F Simultan Merupakan uji model penelitian untuk menguji apakah tingkat SBI, nilai kurs dollar dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volume perdagangan 39 saham perbankan. Dan untuk menguji kebenaran hipotesis pertama digunakan uji F yaitu untuk menguji keberartian regresi secara keseluruhan dengan rumus hipotesis sebagai berikut: H0 : b1 = b2 =b3=0 Ha : bi, =b2 =b3 = minimal satu koefisien ≠ 0 Pengujian dengan uji F variansnya adalah dengan membandingkan Fhitung (Fh) dengan Ftabel (Ft) pada α = 0,05 apabila hasil perhitungannya menunjukkan: a. Fh ≥ Ft, maka H0 ditolak dan Ha diterima Artinya variasi dari model regresi berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas (variabel terikat) b. Fh < Ft, maka H0 diterima dan Ha ditolak Artinya variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas (variabel terikat) 40 4. Uji Parsial (Uji t) Untuk menguji kebenaran hipotesis kedua langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan koefisien regresi (bi) yang paling besar, selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial melalui uji t. Adapun rumusan hipotesis dengan menggunakan Uji t adalah sebagai berikut: H0 : b1 = b2 = b3= 0 Ha : b1 = b2 = b3 ≠ 0 Pengujian dilakukan melalui uji t dengan membandingkan thitung (th) dengan t tabel (tt) pada α 0,05. Apabila hasil perhitungan menunjukkan: a. th ≥ tt maka H0 ditolak dan Ha diterima Artinya variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel tidak bebas (variabel terikat) dan terdapat pengaruh diantara kedua variabel yang diuji b. th < tt maka H0 diterima dan Ha ditolak Artinya variasi variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel tidak bebas (variabel terikat) dan terdapat pengaruh antara dua variabel yang diuji. Untuk membuktikan hipotesis pertama, yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh secara keseluruhan dihitung koefisien determinasi multiplenya (R2). Jika R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan mendekati 1 (satu), maka semakin kuat model tersebut dapat menerangkan variabel tergantungnya. 41 Hipotesis diterima apabila titik lebih besar dari t tabel (fh > ft) atau diperoleh harga p < 0,05. Guna membuktikan hipotesis kedua, masing-masing koefisien regresinya diuji dengan uji t. Hasil uji t bermakna apabila diperoleh thitung lebih besar dari ttabel (th > tt) atau diperoleh harga p < 0,05. Untuk pengaruh yang dominan ditentukan oleh harga p yang terkecil atau R2 parsial yang terbesar. 5. Uji Multikolineritas Menurut Damodar N. Gujarati (2006:184) multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang kuat antar variabel bebas yang satu dengan yang lain dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat korelasi linier/hubungan yang kuat antara variabel bebasnya. Jika dalam model regresi terdapat gejala multikolinieritas, maka model regresi tersebut tidak dapat menaksir secara tepat sehingga diperoleh kesimpulan yang salah tentang variabel yang diteliti. Pengujian gejala multikolinieritas dengan cara mengkorelasikan variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows. Menurut : Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance atau VIF (Variance Inflation Factor) dari masing-masing variabel dari masing-masing variabel. Jika nilai Toleransi < 0,10 atau VIF > 10 maka terdapat multikolinieritas, sehingga variabel tersebut harus dibuang (atau sebaliknya). 42 6. Uji Autokorelasi Menurut V. Wiratna Sujarweni ( 2007: 95 ), menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Untuk data time series autokorelasi sering terjadi. Mendeteksi autokorelasi dengan menggunakan nilai Durbin Watson. Kriterianya jika du < d hitung < 4-du maka tidak terjadi autokorelasi. 7. Heteroskedastisitas Dalam bukunya berjudul :”Panduan Mudah Menggunakan SPSS & Contoh Penelitian Bidang Ekonomi”, V. Wiratna Sujarweni ( 2007 : 96 ), heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan varians residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dengan pola gambar Scatterplot. Suatu regresi yang tidak ada / tidak terjadi heteroskedasitisitas jika: a. Titik-titik data menyebar di atas dan dibawah atau di sekitar angka b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali d. Penyebaran titik-titik data sebaliknya tidak berpola 43 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui dan memahami hasil dari penelitian , maka pada bab ini penulis akan menyajikannya dalam 2 (dua) sub bab, yaitu : A. Analisis hasil penelitian B. Pembahasan hasil penelitian Pada sub bab A, disajikan hasil penelitian berdasarkan visual, tanpa dasar penghitungan statistik. Sedangkan dalam sub bab B, ditampilkan hasil pembahasan berdasarkan penghitungan statistik. A. Analisis Hasil Penelitian Di dalam sub bab analisis hasil penelitian ini akan dijelaskan berkaitan dengan hasil SBI, kurs USD, inflasi dan volume perdagangan saham perbankan selama periode Januari 2004 hingga Desember 2006. Analisis disini dilakukan secara pengamatan visual (asumsi) , artinya tanpa penghitungan statistik SPSS, hanya dengan mendeskripsikan , membandingkan dan mengestimasi data yang ada. Sehingga analisis yang ada hanya dugaan / hipotesa sementara. 1. SBI (Sertifikat Bank Indonesia) Pada penelitian diambil data rerata SBI dari Bank Indonesia, secara rincinya dapat dilihat di tabel 3. Dimana pada saat SBI mencapai nilai terendah sebesar 7.32% di 44 bulan Mei 2004, besarnya volume perdagangan saham perbankan sejumlah 2,625,015,150. Dan saat SBI mencapai nilai tertinggi sebesar 12.75% di bulan Januari 2006, besarnya volume perdagangan saham perbankan sejumlah 1,615,818,800. Artinya di saat SBI nilai tinggi maka volume perdagangan saham perbankan menunjukkan tren penurunan. Sebaliknya di saat nilai SBI rendah maka volume perdagangan perbankan menunjukkan peningkatan. Tabel 3 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Periode 2004 hingga 2006 Periode SBI Jan 2004 7.86 Feb 2004 7.48 Mar 2004 7.42 Apr 2004 7.33 Mei 2004 7.32 Jun 2004 7.34 Jul 2004 7.36 Agt 2004 7.37 Sep 2004 7.39 Okt 2004 7.41 Nop 2004 7.41 Des 2004 7.43 Sumber : Bank Indonesia Periode Jan 2005 Feb 2005 Mar 2005 Apr 2005 Mei 2005 Jun 2005 Jul 2005 Agt 2005 Sep 2005 Okt 2005 Nop 2005 Des 2005 SBI 7.42 7.43 7.44 7.70 7.95 8.25 8.49 9.51 10.00 11.00 12.25 12.75 Periode Jan 2006 Feb 2006 Mar 2006 Apr 2006 Mei 2006 Jun 2006 Jul 2006 Agt 2006 Sep 2006 Okt 2006 Nop 2006 Des 2006 SBI 12.75 12.74 12.73 12.74 12.55 12.50 12.31 11.85 11.25 10.92 10.35 9.88 2. Kurs USD Dalam periode penelitian nilai kurs mata uang USD diperoleh dari Bank Indonesia, mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2006. Nilai kurs diambil dari nilai tengah antara kurs jual dan kurs beli. Pada tabel 4, disajikan tabel kurs USD 45 secara urutan periodikal, dan dari tabel tersebut diketahui bahwa Januari 2004 tercapai kurs yang paling kecil, sebesar Rp 8,441 dimana saat itu volume perdagangan saham perbankan sebesar 2,834,841,000. Sedangkan pada saat nilai kurs mencapai poin yang tertinggi, yaitu Rp 10,310 justru terjadi penurunan volume perdagangan saham perbankan sebesar 2,047,591,200. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pada saat nilai kurs naik maka volume perdagangan saham perbankan justru menurun, dan pada saat nilai tukar melemah justru volume perdagangan perbankan semakin meningkat. Tabel 4 Nilai Tukar Mata Uang Dollar (Kurs USD) Periode 2004 hingga 2006 Periode Kurs Jan 2004 8441 Feb 2004 8447 Mar 2004 8587 Apr 2004 8661 Mei 2004 9210 Jun 2004 9415 Jul 2004 9168 Agt 2004 9328 Sep 2004 9170 Okt 2004 9090 Nop 2004 9018 Des 2004 9290 Sumber: Bank Indonesia Periode Jan 2005 Feb 2005 Mar 2005 Apr 2005 Mei 2005 Jun 2005 Jul 2005 Agt 2005 Sep 2005 Okt 2005 Nop 2005 Des 2005 Kurs 9165 9260 9480 9570 9495 9713 9819 10240 10310 10090 10035 9830 Periode Jan 2006 Feb 2006 Mar 2006 Apr 2006 Mei 2006 Jun 2006 Jul 2006 Agt 2006 Sep 2006 Okt 2006 Nop 2006 Des 2006 Kurs 9972 9753 9672 9437 9485 9863 9611 9594 9643 9687 9635 9587 3. Inflasi Pada tabel 5, disajikan data secara periodik dari tahun 2004 hingga tahun 2006, mengenai inflasi Indonesia. Nilai inflasi ini berfluktuasi, mengikuti perubahan 46 yang terjadi pada kelompok pengeluaran sebagai dasar penghitung angka inflasi. Adapun yang termasuk dalam kelompok penggeluaran adalah : (1) bahan makanan, (2) makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, (3) perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, (4) sandang, (5) kesehatan, (6) pendidikan, rekreasi dan olah raga, dan (7) transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Data inflasi tersebut disalin dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan BI (Bank Indonesia) Tabel 5 Tingkat Inflasi Nasional Periode 2004 hingga 2006 Periode Inflasi Jan 2004 4.82 Feb 2004 4.60 Mar 2004 5.11 Apr 2004 5.22 Mei 2004 6.47 Jun 2004 6.83 Jul 2004 7.20 Agt 2004 6.67 Sep 2004 6.27 Okt 2004 6.22 Nop 2004 6.18 Des 2004 6.40 Sumber : BPS dan BI Periode Inflasi Jan 2005 7.32 Feb 2005 7.15 Mar 2005 8.81 Apr 2005 8.12 Mei 2005 7.40 Jun 2005 7.42 Jul 2005 7.84 Agt 2005 8.33 Sep 2005 9.06 Okt 2005 17.89 Nop 2005 18.38 Des 2005 17.11 Periode Inflasi Jan 2006 17.03 Feb 2006 17.92 Mar 2006 15.74 Apr 2006 15.40 Mei 2006 15.60 Jun 2006 15.53 Jul 2006 15.15 Agt 2006 14.90 Sep 2006 14.55 Okt 2006 6.29 Nop 2006 5.27 Des 2006 6.60 Dari data inflasi dapat dilihat bahwa di saat nilai inflasi mencapai poin yang terendah yaitu di Februari 2004 sebesar 4.60% , jumlah volume perdagangan perbankan menunjukkan nilai sebesar 2,841,162,000. Sedangkan di saat nilai inflasi mencapai nilai yang tertinggi sebesar 18.38% di bulan Nopember 2005, diperoleh nilai volume perdagangan saham perbankan sejumlah 1,399,932,600. 47 Sehingga dapat ditarik suatu asumsi bahwa pada saat terjadi peningkatan pada nilai inflasi maka volume perdagangan saham perbankan justru menurun, sedangkan pada saat inflasi menurun justru jumlah volume perdagangan saham perbankan meningkat. 4. Volume Perdagangan Saham Perbankan Data volume perdagangan saham perbankan diperoleh dari penjumlahan volume perdagangan Bank BNI, Mandiri dan BRI. Volume perdagangan saham perbankan tersebut diperoleh dari data BEI – Bursa Efek Indonesia (d/h BEI) mulai dari tahun 2004 hingga tahun 2006 seperti yang disajikan dalam tabel 6. Tabel 6 Jumlah Volume Perdagangan Saham Bank BNI, Mandiri dan BRI Periode 2004 hingga 2006 Periode Volume BBNI Jan 2004 2,834,841,000 56,696,820 Feb 2004 2,841,162,000 56,823,240 Mar 2004 2,734,491,500 54,689,830 Apr 2004 2,717,971,730 54,359,435 Mei 2004 2,625,015,150 52,500,303 Jun 2004 2,620,085,000 52,401,700 Jul 2004 2,479,363,600 49,587,272 Agt 2004 2,624,889,100 52,497,782 Sep 2004 2,627,805,200 52,556,104 Okt 2004 2,639,019,900 52,780,398 Nop 2004 2,664,829,580 53,296,592 Des 2004 2,625,159,270 52,503,185 Tabel periode selanjutnya di halaman berikutnya. Mandiri BRI 1,729,253,010 1,048,891,170 1,733,108,820 1,051,229,940 1,668,039,815 1,011,761,855 1,657,962,755 1,005,649,540 1,601,259,242 971,255,606 1,598,251,850 969,431,450 1,512,411,796 917,364,532 1,601,182,351 971,208,967 1,602,961,172 972,287,924 1,609,802,139 976,437,363 1,625,546,044 985,986,945 1,601,347,155 971,308,930 48 Periode Volume Jan 2005 2,425,392,050 Feb 2005 2,516,946,000 Mar 2005 2,101,562,750 Apr 2005 2,209,505,850 Mei 2005 2,371,420,500 Jun 2005 2,317,448,950 Jul 2005 2,263,477,400 Agt 2005 2,155,534,300 Sep 2005 2,047,591,200 Okt 2005 1,507,875,700 Nop 2005 1,399,932,600 Des 2005 1,561,847,250 Jan 2006 1,615,818,800 Feb 2006 1,453,904,150 Mar 2006 1,669,790,350 Apr 2006 1,831,705,000 Mei 2006 1,723,761,900 Jun 2006 1,777,733,450 Jul 2006 1,885,676,550 Agt 2006 1,939,648,100 Sep 2006 1,993,619,650 Okt 2006 2,626,144,300 Nop 2006 2,716,971,730 Des 2006 2,624,989,150 Sumber : BEI, diolah BBNI Mandiri BRI 48,507,841 1,479,489,151 897,395,059 50,338,920 1,535,337,060 931,270,020 42,031,255 1,281,953,278 777,578,218 44,190,117 1,347,798,569 817,517,165 47,428,410 1,446,566,505 877,425,585 46,348,979 1,413,643,860 857,456,112 45,269,548 1,380,721,214 837,486,638 43,110,686 1,314,875,923 797,547,691 40,951,824 1,249,030,632 757,608,744 30,157,514 919,804,177 557,914,009 27,998,652 853,958,886 517,975,062 31,236,945 952,726,823 577,883,483 32,316,376 985,649,468 597,852,956 29,078,083 886,881,532 537,944,536 33,395,807 1,018,572,114 617,822,430 36,634,100 1,117,340,050 677,730,850 34,475,238 1,051,494,759 637,791,903 35,554,669 1,084,417,405 657,761,377 37,713,531 1,150,262,696 697,700,324 38,792,962 39,872,393 1,183,185,341 1,216,107,987 717,669,797 737,639,271 52,522,886 1,601,948,023 971,673,391 54,339,435 1,657,352,755 1,005,279,540 52,499,783 1,601,243,382 971,245,986 Dari data tersebut diketahui bahwa kontribusi terbesar dari Bank Mandiri sebesar 61% , dari BNI hanya 2% dan dari BRI sebesar 37%. Jumlah volume perdagangan saham perbankan yang terbesar terjadi pada bulan Februari 2004, sebesar 2,841,162,000 sedangkan volume perdagangan saham perbankan yang paling kecil pada bulan Nopember 2005 sebesar 1,399,932,600. 49 B. Pembahasan Pada sub bab pembahasan, penulis akan menyajikan 3 (tiga) kategori pembahasan. Kategori pembahasan yang pertama mengenai hasil analisa statistik dengan menggunakan metode SPSS versi 16. Sedangkan pada kategori pembahasan kedua, penulis akan menyampaikan interpretasi hasil penghitungan SPSS terhadap hubungan kausal antara variabel bebas (SBI,kurs USD dan inflasi) terhadap volume perdagangan. Dan pada kategori ketiga akan disajikan mengenai implikasi hasil penelitian. 1. Hasil analisa statistik dengan menggunakan metode SPSS versi 16. Dalam memaparkan hasil penelitian statistik dengan metode SPSS, penulis akan menyajikan secara berurutan hasil analisa : (1) analisa regresi , (2) uji normalitas data, (3) uji t, (4) uji F , dan (5) uji multikolinearitas. (a) Uji normalitas data (Uji Klasik) Untuk menguji apakah data yang dianalisis memiliki nilai distribusi yang normal, maka penulis menggunakan hasil uji Multification Kolomogrov – Smirnov (K-S). Jika nilai K-S lebih kecil dari tabel atau nilai 2 tailed p lebih besar dari nilai α :0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Adapun hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 7. 50 Tabel 7 Uji Normalitas Data Metode SPSS : Kolmogorov – Smirnov Dari tabel di atas, disajikan bahwa atas hasil uji nilai Y (volume perdagangan) diperoleh nilai 2 tailed p (Asymp. Sig. 2 tailed) sebesar 0.154. Dan bila nilai tersebut dibandingkan dengan α 0.05 maka hasil nilai 2 tailed adalah lebih besar, itu berarti datanya terdistribusi secara normal. Kenapa penulis menguji nilai Y untuk normalitas data? Karena nilai Y adalah variabel dependent atas variabel X (independent) yang berasal dari hubungan kausalitas nilai SBI, kurs USD dan inflasi. Dengan kata lain bila nilai Y nya normal maka dapat dipastikan nilai X nya juga normal. (b) Hasil analisa regresi berganda Untuk mengetahui seberapa signifikan hubungan kausalitas antara variabel X (X1: SBI ; X2: kurs USD dan X3: Inflasi) terhadap nilai Y (volume perdagangan) maka dilakukan penghitungan regresi secara berganda. Disebut 51 berganda karena variabelnya lebih dari satu. Menurut Singgih Santoso (2007:260), variabel bebas yang efektif tidak lebih dari tujuh variabel. Dan dalam penelitian ini jumlah variabelnya sebanyak tiga variabel bebas. Untuk mengetahui secara rinci, hasil analisa berganda dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Hasil Analisa (Out Put) Regresi Berganda Metode SPSS versi 16.0 52 Analisis : (1) Tabel Variables Entered menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed). Atau dengan kata lain, ketiga variabel bebas (SBI, kurs USD dan inflasi) dimasukkan dalam perhitungan regresi. (2) Model Summary, angka R square nya 0.966, untuk lebih valid hasil analisis, lazimnya para peneliti menggunakan Adjusted R square yaitu : 0.962. Atau dengan kata lain bahwa ketiga variabel bebas (SBI, kurs USD dan inflasi) mempunyai hubungan kausalitas dengan volume perdagangan sebesar 96.2% sedangkan sisanya sebesar 3.8% disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam skripsi ini. Nilai 3.8% diperoleh dari 100% 96.2%. (3) Output ketiga (ANOVA-Analysis Of Variance) terbaca nilai F hitung sebesar 299.418 dengan tingkat signikansi 0.000. Oleh karena probabilitas (0.000) lebih kecil dari 0.05 (dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikansi atau α =5%) maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksikan volume perdagangan saham. 53 (4) Pada output keempat (Coefficients), digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi berganda yang mewakili hubungan kausalitas antara variabel SBI, kurs USD dan inflasi dengan jumlah volume perdagangan. (c) Uji t. Apabila kita menggunakan analisa regresi berganda maka nilai t dapat dilihat pada tabel 8, tentang Coefficient. Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel dependent (Y: Volume Perdagangan). Untuk mengujinya harus dibandingkan dengan nilai signifikansi yang dipakai dibagi 2 (2 tailed) . Pada penelitian ini, taraf signifikansi yang digunakan 0.05 atau 2 tailed : 0.025. Apabila nilai sig hitung lebih kecil dari 0.025, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas secara parsial mempunyai hubungan kausalitas yang signifikan dengan variabel dependant (Y). Terlihat bahwa nilai Sig masing – masing variabel : (-) Variabel SBI, nilai sig hitung : 0.017 lebih kecil dari 0.025 (-) Variabel kurs USD,nilai sig hitung : 0.000 lebih kecil dari 0.025 (-) Variabel inflasi,nilai sig hitung : 0.000 lebih kecil dari 0.025 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan kausal yang signifikan antara masing – masing variabel bebas (SBI, kurs USD dan inflasi) terhadap volume perdagangan saham. 54 (d) Uji F Uji F digunakan untuk menguji model penelitian apakah perubahan variabel bebas (SBI, kurs USD dan Inflasi) berpengaruh terhadap perubahan volume perdagangan saham perbankan, yaitu dengan cara membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel. Rumusan hipotesis: Ho : b1 = b2 = b3=0 Perubahan tingkat SBI, kurs USD dan inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan volume perdagangan saham perbankan Ha : b1 # b2 # b3#0 Perubahan tingkat SBI, kurs USD dan inflasi berpengaruh perubahan secara volume signifikan perdagangan terhadap saham perbankan Kriteria pengujian Taraf signifikan α = 0.05 (5%) Derajat Kebebasan dk = n – k – 1, dimana dk : derajat kebebasan, n: jumlah data, k: jumlah variabel bebas.Dalam penelitian ini : n = 36, k= 3, jadi diperoleh dk = 36 – 3 -1 = 32 atau F tabelnya : 2.90 55 Ho diterima jika F hitung < F tabel Ho ditolak jika F hitung > F tabel Dari tabel 8, mengenai out put ANOVA, diperoleh F hitungnya sebesar 299.418 . Artinya F hitung (299.418) lebih besar dari F tabel (2.90). Dengan demikian Ho ditolak, karena terbukti adanya hubungan kausalitas yang signifikan antara ketiga variabel bebas (SBI, kurs USD, inflasi) terhadap volume perdagangan. (e) Uji Multikolinearitas Dalam hasil analisa ini harus dicapai hasil non multikolinieritas. Dimana multikolinearitas adalah adanya korelasi linear di dalam variabel bebas (SBI, kurs USD dan inflasi). Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, Agus Eko Sujianto (2007: 73) menyatakan bahwa jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10, maka model terbebas dari multikolinearitas. Pada tabel 8, mengenai Coefficient diperoleh hasil VIF sebagai berikut: (-) VIF SBI : 4.772, dimana lebih kecil dari 10 (-) VIF kurs USD : 1.640, dimana lebih kecil dari 10 (-) VIF inflasi : 4.674, dimana lebih kecil dari 10 Dengan demikian data yang dianalisa adalah terbebas dari multikolinearitas. 56 (f) Uji Autokorelasi Dari pemrosesan SPSS 16.0 (Durbin Watson) diperoleh hasil autokorelasi sebagai berikut: nilai Durbin Watson sebesar 1.199. Dan kriteria tidak terjadi autokorelasi adalah apabila du < d < 4-du. Berdasarkan tabel Durbin Watson yaitu dengan melihat jumlah k (variabel bebas ) dan jumlah n ( sampel ) maka dari variabel bebas : 3 dan jumlah sampel : 36 diperoleh du : 1.654 dan dl : 1.295.. Dan hasil dari masing-masing hitungan diperoleh data sebagai berikut : du = 1.654 ; d = 1.199 dan 4-du = 2.346 Ternyata d < du atau 1.199 < 1.654 namun d < 4-du atau 1.199 < 2.346 Dengan demikian terjadi korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Hal tersebut disebabkan karena data yang disajikan adalah data time series dalam analisis volume perdagangan saham. (g) Uji Heteroskedastisitas Untuk menguji terjadinya perbedaan varian residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain dilihat dari tampilan gambar Scatterplot. 57 Gambar 2 Dari gambar tersebut diperoleh data sebagai berikut : 1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar 0 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja 3. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali 4. Penyebaran titik-titik data tidak berpola Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas. 58 2. Interpretasi hasil penghitungan SPSS mengenai hubungan kausalitas antara variabel bebas (SBI, kurs USD dan inflasi) terhadap volume perdagangan saham perbankan Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan kausalitas variabel – variabel bebas (X1:SBI, X2:kurs USD dan X3:inflasi) terhadap volume perdagangan saham perbankan (BNI, Mandiri dan BRI) selama bulan Januari 2004 hingga Desember 2006. Dari hasil regresi, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 9 berikut: Tabel 9 Rekapitulasi Analisis Regresi Linier Berganda Antara Variabel Bebas (SBI, Kurs USD dan Inflasi) Dengan Variabel Terikat Volume Perdagangan Saham Bulan Januari 2004 – Desember 2006 Variabel X1: SBI Bebas (X) X2: Kurs USD X3: Inflasi Konstanta Koefisien Regresi Standard Error t Probabilitas 3.629 1.441 2.519 0.017 -215600 41032.839 -5.254 0.000 6718279.349 -14.013 0.000 -9.414 4.873 F 299.418 R 0.983 R2 (R Square) 0.966 Adjusted R Square 0.962 3.578 13.621 0.000 Variabel Terikat (Dependant) Volume Perdagangan Saham Perbankan (Y) Sumber: Data diolah, 2008 59 Hasil analisis regresi linier dapat disusun dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut: Y = 4.873 + 3.629X1 – 215600X2 – 9.414X3 Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Nilai konstanta sebesar 4.873, menunjukkan bahwa bila tidak ada perubahan pada nilai variabel bebas (SBI, kurs USD dan inflasi) maka besarnya jumlah volume perdagangan saham perbankan adalah sebesar 4.837. Atau jika nilai variabel bebas (SBI, kurs USD dan inflasi) dianggap nol maka besarnya volume perdagangan saham perbankan sebesar 4.837. (b) Koefisien regresi nilai SBI sebesar 3.629 menunjukkan besarnya hubungan kausalitas nilai tingkat SBI terhadap volume perdagangan saham perbankan. Pengaruh positif menunjukkan adanya pengaruh yang searah antara perubahan nilai SBI dengan volume perdagangan saham. Dengan kata lain, jika SBI meningkat 1 poin akan menyebabkan kenaikan volume perdagangan saham sebesar 3.69 sedangkan bila SBI turun sebesar 1 poin maka volume perdagangan saham akan turun sebesar 3.69. (c) Koefisien regresi nilai kurs USD sebesar -215600 menunjukkan besarnya hubungan kausal antara nilai kurs USD terhadap volume perdagangan saham perbankan. Pengaruh negatif menunjukkan adanya pengaruh yang berlawanan antara perubahan nilai kurs USD dengan volume perdagangan saham. Dengan kata lain, jika kurs USD meningkat 1 poin maka volume 60 perdagangan akan turun sebesar 215600. Dan bila kurs USD turun 1 poin maka volume perdagangan akan naik sebesar 215600. (d) Koefisien regresi tingkat inflasi sebesar -9.414 menunjukkan besarnya hubungan kausal antara tingkat inflasi terhadap volume perdagangan saham perbankan. Pengaruh negatif menunjukkan adanya pengaruh yang berlawanan antara perubahan tingkat inflasi dengan volume perdagangan saham. Dengan kata lain, jika tingkat inflasi naik 1 poin maka volume perdagangan akan turun sebesar 9.414. Dan bila tingkat inflasi turun 1 poin maka volume perdagangan akan naik sebesar 9.414. (e) Besarnya koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.966 dan setelah disesuaikan diperoleh nilai adjusted R Square sebesar 0.962 artinya secara bersama – sama perubahan SBI, kurs USD dan tingkat inflasi mempunyai hubungan kausal yang signifikan dengan besarnya jumlah volume perdagangan saham sebesar 96.2% sedangkan sisanya 3.8% disebabkan oleh perubahan variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. Dengan demikian keseluruhan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan kausalitas secara bersama – sama dari variabel – variabel bebas yang terdiri dari tingkat bunga SBI, nilai kurs USD dan tingkat inflasi terhadap besarnya jumlah volume perdagangan saham (dibuktikan dalam uji F). Dan juga secara parsial, ketiga variabel tersebut juga menunjukkan hubungan kausalitas yang signifikan terhadap volume perdagangan saham. 61 Dari angka koefisien regresi yang ada , koefisien regresi dari SBI merupakan yang terbesar. Artinya perubahan pada nilai SBI memiliki signifikan yang kuat terhadap perubahan jumlah volume perdagangan saham. 3. Implikasi hasil penelitian Adanya hubungan kausal yang signifikan antara tingkat bunga SBI, nilai tukar (kurs) USD dan tingkat inflasi terhadap volume perdagangan saham. Untuk mengakomodasi harapan investor perlu peranan kontrol dari pihak yang terkait dalam hal: (-) Peranan Bank Indonesia dalam mengendalikan tingkat bunga SBI. Bila tingkat SBI terlalu tinggi membuat sektor riil tidak dapat bergerak karena investor akan menanamkan uangnya di bank. Dan hal tersebut akan berpengaruh terhadap biaya operasional perbankan akan tinggi. Dalam signifikansi hubungan kausal antara tingkat bunga SBI dan volume perdagangan saham perbankan pada penelitian ini, terjadi pengaruh yang positif atau searah. Hal itu disebabkan karena saham yang ditawarkan adalah saham perbankan. (-) Peranan Bank Indonesia dalam mengendalikan mata uang asing yang beredar terhadap hutang luar negeri oleh pihak korporasi (perusahaan). Jangan sampai terjadi lonjakan tajam nilai tukar uang asing pada saat jatuh tempo pembayaran hutang luar negeri, karena hal tersebut akan memicu kenaikan kelompok pengeluaran sehingga inflasi akan bergerak naik. 62 Hubungan kausal antara nilai kurs USD dan volume perdagangan saham, terjadi pengaruh yang negatif atau berlawanan. Dimana bila nilai kurs USD naik maka tren jumlah volume perdagangan akan menurun atau sebaliknya. Pada saat nilai kurs USD tinggi, para investor cenderung untuk membeli mata uang dolar dibandingkan dengan menyimpan uangnya dalam bentuk saham. Bila terjadi lonjakan kenaikan kurs USD yang tajam, biasanya investor melakukan pembelian untuk memperoleh short profit taking (perolehan keuntungan untuk jangka pendek). Sehingga pada saat terjadi nilai kurs USD tinggi, jumlah transaksi di bursa efek akan cenderung menurun ataupun stagnan. (-) Peranan pemerintah dalam mengendalikan tingkat harga atas kelompok pengeluaran sehingga inflasi terkontrol sedemikian rupa. Karena tingkat inflasi ini akan berpengaruh sangat signifikan terhadap kestabilan ekonomi, keamanan sosial, dan kepercayaan investor terhadap kondisi nasional secara keseluruhan. Sehingga dapat dipahami bila hubungan antara tingkat inflasi dan volume perdagangan adalah hubungan kausal negatif atau berlawanan, dimana setiap kenaikan inflasi direspon dengan penurunan transaksi di lantai bursa efek. Pada saat itu para pialang dan investor bersikap menunggu dan bahkan menjual saham – sahamnya. Dan respon sebaliknya terjadi di saat inflasi menunjukkan angka penurunan maka jumlah transaksi saham akan bergerak naik. 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari analisis yang telah dilakukan peneliti, mengenai pengaruh nilai tingkat bunga SBI, nilai tukar (kurs) USD dan tingkat inflasi terhadap jumlah volume perdagangan saham perbankan di BEI – Bursa Efek Indonesia ( dahulu BEI – Bursa Efek Indonesia ), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara parsial variabel bebas nilai tingkat bunga SBI menunjukkan adanya hubungan kausal positif terhadap volume perdagangan saham perbankan. Dengan kata lain jika tingkat SBI meningkat maka akan menyebabkan volume perdagangan saham perbankan juga meningkat, juga pada saat terjadi penurunan tingkat SBI maka volume perdagangan akan menunjukkan tren penurunan. Dari hasil uji t diperoleh t hitung sebesar 2.519 dengan signifikansi 0.017. Dimana hasil tersebut lebih besar dari t hitung 2.042 dan lebih kecil dari nilai sig α : 0.05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima atau terdapat hubungan kausal yang signifikan antara variabel nilai SBI dengan volume perdagangan saham. 2. Variabel bebas nilai kurs USD, secara parsial menunjukkan adanya hubungan kausal yang berlawanan atau negatif antara perubahan kurs dengan perubahan volume perdagangan saham perbankan. Yaitu bila nilai kurs menunjukkan 64 peningkatan maka akan terjadi penurunan pada transaksi volume perdagangan saham perbankan. Demikian halnya saat terjadi penurunan nilai kurs USD maka akan terjadi peningkatan pada jumlah volume perdagangan saham perbankan. Hasil uji t untuk variabel nilai kurs USD sebesar -5.254 dengan signifikan sebesar 0.000. Hasil uji t tersebut dibandingkan dengan t tabel sebesar -2.042 adalah lebih kecil dan perbandingan dengan nilai signifikan sebesar α : 0.05 adalah lebih kecil. Artinya variabel bebas kurs USD mempunyai hubungan kausal negatif atau berlawanan secara signifikan dengan variabel dependant (Y=volume perdagangan saham perbankan). 3. Terjadi hubungan kausal negatif, secara parsial antara variabel bebas nilai tingkat inflasi terhadap volume perdagangan saham perbankan. Dimana bila terjadi peningkatan inflasi maka akan berimbas penurunan jumlah volume perdagangan saham perbankan. Sedangkan pada saat nilai tingkat inflasi menurun maka transaksi volume perdagangan saham perbankan akan meningkat. Dari proses pengujian t, diperoleh hasil bahwa nilai t untuk variabel bebas inflasi terdapat hubungan kausal negatif sebesar -14.013 dengan nilai signifikan sebesar 0.000. Artinya dengan hasil pembandingan yang lebih kecil dari t tabel (-2.042) serta lebih kecil dari nilai signifikan (α : 0.05) , maka dapat dikatakan bahwa variabel inflasi mempunyai hubungan negatif secara parsial terhadap volume perdagangan saham perbankan. 65 4. Secara keseluruhan, variabel bebas (nilai bunga SBI, kurs USD dan inflasi) mempunyai hubungan kausal yang sangat signifikan. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam uji F secara serempak dengan hasil sebesar 299.418 dimana F hitung lebih besar dari nilai F tabel (2.90) 5. Dari hasil uji autokorelasi (Durbin Watson) diketahui bahwa terjadi autokorelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan data yang diambil adalah data time series. Sedangkan dalam uji heteroskedastisitas diperoleh hasil bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada gambar Scatterplot. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. Perlunya adanya informasi secara integralistik bagi para investor lokal (masyarakat awam) mengenai fenomena hubungan kausal antara variabel bebas dengan variabel terikat (Y: jumlah transaksi volume perdagangan) sehingga tidak terjadi ketidak percayaan calon investor saham terhadap kinerja bursa saham 2. Adanya peranan yang maksimal dari pemerintah, Bank Indonesia, badan pengelola bursa efek (BEI – Bursa Efek Indonesia), pialang, emiten (pelaku usaha yang terdaftar pada BEI) serta para investor untuk menjaga agar kinerja bursa efek mencapai hasil yang memuaskan semua pihak. 66 DAFTAR PUSTAKA Agus Eko Sujianto. 2007. Aplikasi Statistik dengan SPSS Untuk Pemula, Prestasi Pustaka, Jakarta Damodar N. Gujarati. 2007. Dasar – Dasar Ekonometrika Jilid I, alih bahasa Julius A. Mulyadi, Penerbit Erlangga, Jakarta Darsono Prawironegoro. 2006. Manajemen Keuangan, Diadit Media, Jakarta Eko P. Pratomo. 2004. Berwisata Ke Dunia Reksa Dana, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Farah Margaretha. 2007. Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa, PT. Gramedia Widiasarana, Jakarta Herman Darmawi. 2006. Pasar Finansial Dan Lembaga – Lembaga Finansial. PT. Bumi Aksara, Jakarta J. Supranto. 2004. Statistik Pasar Modal Keuangan Dan Perbankan, Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Komaruddin Ahmad. 2004. Dasar – Dasar Manajemen Investasi Dan Portofolio, PT. Rineka Cipta, Jakarta Lukman Syamsuddin.2007. Manajemen Keuangan Perusahaan, Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, Dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Manurung, Adler Haymans. 2006. Cara Menilai Perusahaan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. _________. 2007. Reksa Dana Investasiku. Penerbit Buku Kompas, Jakarta. _________. 2006. Strategi Memenangkan Transaksi Saham Di Bursa. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Singgih Santoso. 2007. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15, PT Elex Media Komputindo, Jakarta Stanisiaus S. Uyanto. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Graha Ilmu, Yogyakarta Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi Revisi VI, PT. Rineka Cipta, Jakarta Sutrisno.2007. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep Dan Aplikasi, Cetakan Kelima, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta V. Wiratna Sujarweni 2007. Panduan Mudah SPSS dan Contoh Penelitian Bidang Ekonomi, Penerbit Ardana Media, Yogyakarta Yoopi Abimanyu. 2004. Memahami Kurs Valuta Asing, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta