BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pulau Jawa

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang memiliki
keanekaragaman cukup tinggi. Pulau Jawa terbagi menjadi 3 kawasan yaitu
Jawa bagian barat, tengah serta timur. Ketiga kawasan tersebut memiliki
bentang lahan, iklim maupun kondisi lingkungan berbeda yang menyebabkan
adanya keragaman tipe habitat serta ekosistem di dalamnya. Salah satu
ekosistem tersebut yaitu ekosistem riparian. Pada penelitian ini lebih
mengamati spesimen yang diperoleh dari Jawa bagian barat (spesimen LIPI)
dan bagian tengah dikarenakan lokasinya yang berbatasan langsung namun
memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda. Jawa Barat merupakan
daerah beriklim basah dengan curah hujan rata-rata tiap tahun antara 2.1234.669 mm/tahun, suhu udara 9-34°C, serta bentang lahan berupa pegunungan
blok patahan, dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan karst, volkanik, dan
perbukitan sinklinal (Anonim1, 2014). Jawa bagian tengah, khususnya Kota
Yogyakarta memiliki curah hujan 31,61-211,33 mm serta suhu rata-rata
bulanan antara 26-33°C (Anonim3, 2014). Bentang lahan di daerah Jawa
Tengah berupa dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan antiklinal, lembah
sinklinal, pegunungan volkanik, perbukitan karst dan blok patahan (Anonim2,
2014). Oleh karena itu, dimungkinkan adanya perbedaan karakter pada fauna
yang terdapat di kedua wilayah tersebut.
Yogyakarta merupakan salah satu kota di Jawa bagian tengah, dengan
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Adanya gunung, hutan, areal
persawahan, perkebunan, sungai serta lautan menyediakan berbagai
ekosistem untuk fauna maupun floranya. Gunung Merapi yang terdapat di
Yogyakarta, memiliki peranan besar bagi kehidupan flora dan fauna yang ada
di sekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Gunung Merapi
juga merupakan sumber mata air dari semua sungai yang mengalir di kota
Yogyakarta. Salah satu sungai tersebut yaitu Sungai Opak. Sungai Opak
1
mengalir melalui kota Yogyakarta mulai dari bagian utara hingga bagian
selatan, kemudian mengalir ke pantai selatan Pulau Jawa.
Seperti sungai pada umumnya, Sungai Opak memiliki ekosistem riparian
di bagian tepi dari aliran sungai. Ekosistem riparian merupakan ekosistem
peralihan antara ekosistem akuatik dan terestrial. Pada ekosistem riparian
ditumbuhi tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan perairan, yaitu jenis
tumbuhan hidrofilik (Cowardin et al., 1979). Ekosistem riparian dengan
berbagai
vegetasi
yang
menyusunnya,
dapat
menyediakan
tempat
perlindungan, tempat hidup maupun tempat mencari makan bagi beberapa
kelompok fauna, diantaranya amfibi, reptil, serangga, burung dan mamal
(Soman, et al., 2007). Hal tersebut menyebabkan di dalam ekosistem riparian
terdapat jenis fauna yang beranekaragam. Di Sungai Opak terdapat ekosistem
riparian dengan kondisi habitat dan vegetasi yang berbeda, sehingga
diperkirakan adanya perbedaan pula pada jenis fauna, terlebih jenis serangga.
Kelompok
hewan
dengan
keanekaragaman
cukup
tinggi
yaitu
herpetofauna. Kadal dari Genus Bronchocela merupakan salah satu anggota
dari kelompok hewan tersebut. Speises anggota dari Genus Bronchocela
diantaranya yaitu Bronchocela danieli, B. hayeki, B. celebensis, B. cristatella,
dan B. jubata, dengan daerah persebaran meliputi Indonesia, Filipina,
Singapura, Malaysia, Kamboja, dan Vietnam (Diong & Lim, 1998). Dari
kelima spesies tersebut, B. jubata merupakan salah satu spesies yang dapat
ditemukan di Pulau Jawa, termasuk Yogyakarta. Masyarakat umum
mengenalnya dengan sebutan bunglon, merupakan hewan insektivora dan
hidup arboreal. Dapat ditemukan pada pepohonan yang terdapat di hutan
sekunder, areal persawahan serta tepi sungai (de Rooij, 1915; Iskandar,
2004). Bronchocela jubata sebagai hewan insektivora, memiliki peranan yang
penting dalam rantai makanan di dalam ekosistemnya. Keberadaan kadal
tersebut tidak terlepas dari keberadaan serangga sebagai pakannya serta dapat
berperan dalam menjaga keseimbangan populasi serangga. Penelitian
mengenai herpetofauna di daerah sungai, yang sering dilakukan adalah
penelitian mengenai amfibi. Salah satunya penelitian tersebut yaitu mengenai
keanekaragaman amfibi (Ordo Anura) oleh Nasir, dkk (2003). Namun masih
2
belum banyak diketahui penelitian mengenai karakter morfologis serta pakan
B. jubata di ekosistem riparian sungai maupun yang berada di wilayah
Yogyakarta.
B. PERMASALAHAN
Perbedaan geografis suatu wilayah dengan wilayah lain menyebabkan
adanya karakteristik lingkungan yang berbeda, sehingga dapat memicu
adanya perbedaan karakter morfologis pada faunanya.
Di dalam ekosistem riparian terdapat kenanekaragaman fauna yang
cukup tinggi. Kelompok fauna tersebut salah satunya yaitu B. jubata yang
dapat ditemukan di tepian sungai pada vegetasi riparian. Keberadaan spesies
tersebut tidak lepas dari keberadaan mangsanya yaitu serangga. Sungai Opak
memiliki
karakteristik
lingkungan
yang
berbeda
sehingga
dapat
dimungkinkan adanya perbedaan pula pada jenis serangga yang mendiami
ekosistem tersebut.
Dari pernyataan tersebut, muncul permasalahan yaitu: Bagaimana
karakter morfologis B. jubata di Sungai Opak? Bagaimana keragaman pakan
B. jubata di Sungai Opak?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini, diantaranya yaitu:
1. Mengetahui karakter morfologis B. jubata di Sungai Opak.
2. Mengetahui keragaman pakan B. jubata di Sungai Opak.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu menyediakan informasi
mengenai karakter morfologis B. jubata di Sungai Opak, yang mewakili
spesimen dari Yogyakarta sehingga untuk selanjutnya dapat digunakan
sebagai spesimen paratype. Selain itu, memberikan informasi mengenai
kesukaan pakan dari spesies tersebut serta jenis serangga yang terdapat di
sepanjang sungai terkait dengan habitat di Sungai Opak.
3
Download