G8 Bahas Ekonomi Pasar Jumat, 10 Juli 2009 L'AQUILA (Suara Karya): Para pemimpin negara industri G8 membuka konferensi mereka, Kamis, dengan membahas lima ekonomi pasar tercepat, yakni Brasil, China, India, Mexico, dan Africa Selatan, selain mengakui bahwa pemerintahan mereka tidak mampu mengatasi permasalahan utama dunia saat ini. Lima negara yang tergabung dalam G5--yang sudah lima kali mengadakan konferensi tahunan mereka--itu diundang sebagai tamu kehormatan dalam konferensi G8 ini untuk bersama-sama membahas perubahan iklim, bantuan kemanusiaan, perkembangan ekonomi global, dan perdagangan internasional dengan rekan mereka dari G8. Semua isu itu sudah dibahas dalam pertemuan G8 sehari sebelumnya. Negara-negara G5 bersama tamu istimewa, Mesir, menuntut dilanjutkannya kembali kesepakatan Putaran Doha dan menitikberatkan pada negara-negara berkembang yang sangat menderita akibat krisis ekonomi global. Mereka juga mengakui bahwa perdagangan multilateral yang kuat akan berperan penting dalam perkembangan ekonomi global sekaligus mengurangi kemiskinan. "Kami sangat memahami keadaan perekonomian dunia saat ini dan banyak sekali penderitaan yang dialami negara-negara berkembang akibat krisis yang mereka sendiri tidak paham mengapa hal ini bisa terjadi," demikian pernyataan G5 saat pertemuan, Rabu waktu setempat. Dengan meneruskan kembali Kesepakatan Putaran Doha dapat membantu "membangun kepercayaan pasar dunia dan melarang munculnya tren proteksionis." Di antara para pemimpin G8, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, yang terkenal sangat vokal, menyerukan G8 agar mengembangkan diri hingga mampu menciptakan perekonomian dunia dan kehidupan yang lebih baik. Kepada wartawan, Sarkozy mengatakan bahwa kemungkinan perundingan G8 mencetuskan sebuah formula yang bisa menciptakan jalan keluar untuk mengatasi krisis ekonomi dalam struktur G20 atau G14, dengan menggabungkan negara industri dan berkembang dalam sebuah forum ekonomi. Dalam pernyataannya, G5 juga menyerukan terciptanya sebuah keputusan internasional yang sangat baik di mana setiap anggotanya bisa memberikan sumbangsih dalam mengatasi tantangan global ini. Mengenai bantuan kemanusiaan, Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi mengatakan bahwa para kepala negara sebaiknya memutuskan untuk mengubah pandangan mereka dalam memberi bantuan kepada Afrika dan membuat sebuah mekanisme yang bisa dipertanggungjawabkan dalam memberikan bantuan. (AP/Ningsih)