Manajemen Risiko Proyek Konstruksi Bangunan

advertisement
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Mon Oct 30 10:26:23 2017 / +0000 GMT
Manajemen Risiko Proyek Konstruksi Bangunan Tinggi
LINK DOWNLOAD [24.75 KB]
Manajemen Risiko Proyek Konstruksi Bangunan Tinggi | Bangunan tinggi dibangun karena beberapa alasan. Pertambahan
penduduk yang meningkat akan menyebabkan meningkatnya aktivitas penduduk. Sehingga kebutuhan ruang untuk aktivitas
penduduk seperti tempat tinggal, kantor, rumah sakit, hotel dan lain sebagainya juga meningkat. Untuk memenuhi hal tersebut, maka
diperlukan lahan yang kosong.
Lahan kosong yang masih tersedia terletak di pinggiran kota. Sedangkan kegiatan ekonomi berpusat di tengah kota. Maka apabila
pembangunan dilaksanakan di tempat strategis hanya dapat dilakukan pada lahan yang sangat terbatas. Itupun dengan harga lahan
yang mahal. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ruang untuk aktivitas penduduk, dengan lahan yang terbatas dan bernilai
ekonomis, membuat pembangunan tidak dapat dilaksanakan secara horisontal, tetapi hanya bisa dilaksanakan secara vertikal.
Namun demikian, pembangunan gedung bertingkat tinggi tidak dapat dilaksanakan bila tidak didukung dengan adanya kemajuan
teknologi. Kemajuan teknologi tersebut antara lain pada teknologi bahan dan metode konstruksi. Dengan ditemukannya bahan-bahan
/ material yang ringan dan kuat seperti beton mutu tinggi, baja ringan, dan masih banyak lagi, membuat banyak alternatif pada
pembangunan bangunan tinggi Selain itu adanya perkembangan metode konstruksi akan membuat pelaksanaan pembangunan
bangunan tinggi dapat dengan mudah dan cepat pelaksanaannya.
Proyek konstruksi menurut Ervianto (2005) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya
berjangka waktu pendek. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mencapai tujuan yaitu suatu bangunan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi adalah owner, konsultan baik perencana maupun pengawas dan
kontraktor. Gagasan dari owner merupakan awal dari adanya suatu proyek. Dimana dalam mewujudkan gagasan tersebut harus
melalui beberapa tahapan yaitu studi kelayakan, desain, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan. Tahapan dalam proyek
konstruksi tersebut dinamakan siklus hidup proyek (project life cycle).
Dalam mewujudkan gagasan pembangunan bangunan tinggi, harus dilakukan perencanaan dengan baik, karena pembangunan
bangunan tinggi mempunyai perbedaan dengan pembangunan bangunan rendah. Dalam perancangan bangunan tinggi, harus
diperhatikan terhadap beberapa fungsi utama yang meliputi struktural, mekanikal, elektrikal dan arsitektural. Sehingga bangunan
tinggi yang dihasilkan kokoh, indah, ekonomis karena hemat energi dan ramah lingkungan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan, pada saat pelaksanaan pembangunan proyek akan mengalami banyak kendala. Kendala tersebut
berkaitan dengan lokasi proyek yang terbatas (tidak luas), seperti penempatan material, perakitan, penempatan tower crane dan
alat-alat yang digunakan, prasarana transportasi untuk material dan beton, serta masih banyak lagi kendala yang dapat menyebabkan
tejadinya permasalahan pada proyek konstruksi. Permasalahan yang terjadi seperti keterlambatan waktu penyelesaian, kecelakaan
kerja, konstruksi yang tidak sempurna, bahkan memungkinkan terjadinya kegagalan bangunan.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di proyek konstruksi, merupakan suatu risiko dalam pembangunannya. Karena
mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut tidak dapat diprediksi, dan akan menimbulkan dampak yang negatif atau
positif. Dampak negatif atau positif berkaitan dengan kerugian dan atau keuntungan yang akan diperoleh. Keuntungan dan kerugian
tersebut dilihat dari pencapaiannya terhadap tujuan proyek tersebut. Hal itu seperti yang dikatakan oleh Soeharto (2001), bahwa
risiko proyek adalah risiko murni yang secara potensial dapat mendatangkan kerugian dalam upaya mencapai sasaran proyek.
Agar risiko yang terjadi pada proyek konstruksi tidak menimbulkan dampak yang merugikan, maka risiko-risiko tersebut harus
dikelola. Pengelolaan risiko dilakukan dengan manajemen risiko. Tahapan dalam manajemen risiko menurut PMBOK Guide edition
(2004) meliputi Risk Indentification, Risk Analysis, Risk Respon, Risk Monitoring and Control.
Dalam proyek konstruksi, risiko yang terjadi bukan merupakan risiko yang harus diterima oleh owner saja. Tetapi risiko yang terjadi
juga akan diterima oleh pihak-pihak lain yang berkaitan dengan proyek konstruksi tersebut. Pihak-pihak tersebut yaitu kontraktor,
konsultan perencana, konsultan pengawas dan masyarakat yang berada di lingkungan proyek konstruksi.
Daftar Pustaka
Ervianto, Wulfram I., (2005), Manajemen Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta,
hal 11 - 48
Project Management Institute, (2004), A Guide In The Project Management Body of Knowledge ? Third Edition PMBOK,
Pennsylvania : Project Management Institute, Inc.
Soeharto, Iman, (2001), Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 2, Erlangga, Jakarta, hal 366 - 373
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/1 |
Download