Ringkasan Khotbah

advertisement
Ringkasan Khotbah - 24 Juni 2012
Hidup dalam Kasih Karunia Allah
2Kor.6:1-10
Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan
yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen tidak bersyukur atas karya Tuhan dalam
dirinya malah sebaliknya menonjolkan dirinya? Saat kita mati semua itu tidak akan jadi
kebanggaan lagi. Mungkinkah orang Kristen tidak bersyukur atas karya Tuhan atas diriya?
Tidak mungkin. Mengapa? Karena kita percaya siapa di dalam Kristus akan memiliki nilai hidup,
perubahan karakter, dan kuasa untuk hidup menjadi anak-anak Tuhan dan menjadi saksi dan
membawa orang kembali kepada Tuhan. Maka kebanggaan kita sebagai pribadi seharusnya
selaras dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Apa itu Kerajaan Allah? Alkitab mengajarkan bahwa Kerajaan Allah berkaitan dengan
kedamaian, sukacita karena pekerjaan Roh Kudus. Maka janganlah kita berbangga karena
kekayaan, prestasi, dan kesuksesan kita tetapi tidak memperluas Kerajaan Allah. Ini bukan
berarti kita tidak boleh kaya, terkenal, dan sukses dalam studi dan lain-lain, akan tetapi kita
harus ingat bahwa identitas kita bukan dibangun melalui itu semua. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus sebagai teman-teman sekerjanya akan hal ini.
Setiap anak Tuhan yang percaya kepada Yesus Kristus adalah rekan sekerja, tim untuk
memperluas kerajaan Allah. Berarti kita semua yang sudah sungguh-sungguh percaya kepada
Kristus dan mau hidup di dalam-Nya berstatus hamba Tuhan. Karena itu jemaat Korintus
adalah rekan sekerja Paulus. Selanjutnya Paulus menasehatkan agar jemaat jangan
menyia-nyiakan karunia Allah. Sebelumnya kata yang digunakan untuk rekan sekerja dalam
bahasa aslinya bersifat aktif, plural, dan maskulin. Berarti setiap orang yang mengaku dirinya
sebagai milik Tuhan harus memiliki sifat kerja yang aktif dan rajin. Setiap orang yang mengaku percaya kepada Kristus harus membuktikkan iman kita dalam
hidup sehari-hari. Kita jangan bersifat dualistis dengan hanya menganggap bahwa yang bernilai
kekal dan rohani hanyalah hal-hal yang berkaitan dengan gereja saja tapi tidak berkaitan
dengan keluarga, studi, dan pekerjaan. Artinya baik di rumah, di sekolah, di kantor, semuanya
memiliki nilai ibadah di hadapan Tuhan. Mengapa? Karena apapun yang kita lakukan kita
bertanggungjawab di hadapan Tuhan dan apapun yang kita lakukan Tuhan mengetahuinya.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus yang sudah mendapat anugerah supaya tidak
menyia-nyiakan anugerah itu. Namun ada anugerah Tuhan yang menolong kita untuk hidup
benar di hadapan-Nya. 1/5
Ringkasan Khotbah - 24 Juni 2012
Kata menyia-nyiakan di ayat ini dalam bahasa Yunaninya adalah kenon akar dari kata kenosis
yang digunakan untuk menggambarkan pengosongan diri Kristus dalam Fil.2:7. Apakah orang
Kristen yang sudah mendapatkan anugerah bisa sedemikian mengosongkan/ menyia-nyiakan
anugerah sehingga jati dirinya sebagai gambar dan rupa Allah tidak lagi nampak? Dia tidak lagi
menunjukkan karakter yang diubahkan Roh Kudus? Tidak boleh terjadi. Oleh karena itulah
rasul Paulus mengajar konsep mengenai anugerah (2Kor. 4:1-6). Kita bisa berespon pada
anugerah itu dengan hidup yang berarti di hadapan Tuhan, bukan hanya bersyukur atas
anugerah tetapi juga mengisi hidup kita yang sudah ditebus. Berarti hidup kita harus ada
perubahan.
Konsep anugerah macam apa yang ingin dibangun Paulus pada jemaat Korintus di sini?
Pertama tercatat dalam 2Kor.4:1, 6 di mana Paulus mengaitkan hubungan antara ikatan
perjanjian yang baru atas kita sebagai ciptaan yang baru. Kita menjadi orang Kristen bukan
karena keturunan atau karena suami atau istri atau karena kita cocok dengan kekristenan.
Kekristenan kita bukan berasal dari bawah tetapi dari atas: karena Allah Roh Kudus
melahirbarukan kita. Karena itu ada pekerjaan Tuhan yang menciptabarukan kita. Status kita
dirubah menjadi suci, benar, tidak lagi menjadi musuh Allah.
Bagaimana kita tahu bahwa kita sudah menjadi orang Kristen yang sejati? Salah satunya kita
memiliki arah hidup yang baru – bagaimana kita berpikir, bersikap, merasakan, mengambil
keputusan, bagaimana berpikir dalam pertimbangan-pertimbangan etis, konsep nilai yang baru.
Oleh karena itu jika kita masih hidup dalam arah hidup yang lama, sifat kedagingan, egois, dan
berpusat pada diri sendiri dan tidak ada perubahan baru dalam berpikir, merasa, dan bersikap
maka kekristenan kita perlu diberi tanda tanya. Arah yang baru adalah karya Roh Kudus yang
dikaruniakan pada kita sehingga kita memiliki kualitas yang benar-benar baru. Tuhan sangat
senang jikalau kita dapat meninggalkan semua nilai hidup kita yang lama dan mengenakan
yang baru yang diberikan-Nya. Maka itu jikalau setelah menjadi orang Kristen kebanggaan kita
masih sesuatu yang bersifat jasmaniah, lahiriah, dan materi saja hidup kita tidak akan menjadi
kesaksian bagi orang lain. Oleh karena itu marilah kita berjuang untuk terus hidup dalam status
kita sebagai ciptaan yang baru itu.
Hal yang kedua yang membuat kita dapat tahu bahwa kita adalah Kristen sejati adalah suatu
hidup yang baru yang berkaitan dengan cara hidup dan pola kebiasaan kita. Dulu di akhir
minggu pikirannya adalah hobi dan memuaskan keinginan kita maka waktu kita menjadi orang
Kristen kita mulai memikirkan hidup untuk Tuhan. Dulu tidak suka firman sekarang suka
membaca Alkitab. Dulu tidak suka melayani orang lain sekarang suka. Dulu berorientasi uang,
sekarang berorientasi pada kerajaan Allah di mana jiwa-jiwa yang terhilang itu boleh kembali
kepada Tuhan. Utamakan Firman, pelayanan, dan Kerajaan Tuhan dan hal itu terus nyata
2/5
Ringkasan Khotbah - 24 Juni 2012
dalam hidup kita sampai kita terus matang. Ini semua membuktikan kita benar-benar telah
menerima anugerah itu.
Karena itulah rasul Paulus mengingatkan kita agar jangan menyia-nyiakan anugerah Tuhan
(hanya karena kita masih mencari kepuasan diri kita yang sifatnya kosong, keinginan-keinginan
daging untuk kepuasan-kepuasan yang tidak suci, membela suatu kelompok yang tidak benar
dan berkompromi). Di sinilah kita hidup dari anugerah kepada anugerah, bukan hanya sekedar
bersyukur karena sudah menerima anugerah tetapi juga menyatakan anugerah itu dalam
seluruh hidup kita.
Kedua Paulus membangun konsep anugerah dari 2Kor.4:7-18 di mana ia berbicara tentang
kuasa perjanjian yang baru dari kebangkitan Kristus. Kita akan diberikan kuasa yang baru
karena kebangkitan Tuhan (Yoh.1:12 kita diberikan kuasa untuk menjadi anak Allah). Kuasa
untuk apa? Bukan untuk menonjolkan diri atas apa yang kita miliki tetapi pertama-tama adalah
untuk menggarap perubahan karakter kita. Matius 5-7 menyatakan keindahan karakter dalam
Kristus dalam pikiran, perasaan, dan sikap. Orang Kristen bisa berubah karena Firman Tuhan
yang ia baca setiap hari akan menyelidiki hati dan pikirannya dan mengungkapkan
kelemahan-kelemahan dirinya dan sifat-sifatnya yang harus diubah dan memimpinnya masuk
ke dalam kebenaran. Kita perlu masuk dalam kuasa Firman Allah untuk memiliki perubahan
hidup.
Mungkinkah orang Kristen kalah terus dan terikat terus pada dosa? Tidak mungkin. Kita pada
waktu menjadi seorang Kristen sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus dan kuasa Roh Kudus
lebih besar daripada kuasa apapun juga. Seperti bola karet di dalam air ditekan bagaimanapun
akan muncul kembali ke permukaan. Hidup di dalam kuasa kebangkitan Kristus adalah sesuatu
yang indah. Puji Tuhan, kita adalah pemenang yang sejati. Kitab Wahyu bahkan mengatakan
bahwa kita lebih daripada pemenang. Jikalau kita hidup dalam kuasa kebangkitan Kristus maka
kita akan bisa men-Tuhankan Kristus atas seluruh hidup kita: hobi, keinginan, dan atas setiap
ambisi dan cita-cita kita. Kita tidak akan lagi diikat oleh segala sesuatu yang tidak
mempermuliakan nama Tuhan.
Ketiga rasul Paulus mengingatkan dalam 2Kor. 5:1-10 yang berbicara tentang perjanjian baru
memotivasi kita untuk hidup dalam iman. Ini diikat di dalam 5:7 yang mengatakan bahwa hidup
iman kita bukan karena melihat tetapi karena percaya. Kita jadi bertumbuh imannya karena
membaca Firman dan pada waktu membaca Firman Tuhan iman kita bertumbuh dan Tuhan uji
hidup kita apakah iman kita sungguh-sungguh hidup? Iman bukan dibangun karena dasar
melihat, perasaan beriman, punya pengalaman jadi orang Kristen, atau mengerti saja tetapi
karena memahami Firman, mentaati Firman, menjalankan Firman dan oleh karena itu kita
3/5
Ringkasan Khotbah - 24 Juni 2012
percaya bahwa Allah sanggup bekerja melalui akal dan pikiran kita. Orang Kristen sejati tidak
mungkin hidup tanpa iman dan hidupnya berstandar ganda: beriman di gereja dan tidak
beriman di luar gereja. Bagaimana mendemonstrasikan iman? Jangan menyia-nyiakan iman
hanya karena tawaran-tawaran dunia, kesenangan-kesenangan, atau pengajaran-pengajaran
yang sesat.
Waktu para murid ketakutan karena perahu mereka ditimpa angin kencang Tuhan menegur
mereka dan bertanya di manakah iman mereka. Waktu hadapi kesulitan minimal kita berdoa,
lalu juga memuji Tuhan untuk memberikan kekuatan kepada kita. Para murid tidak melakukan
hal ini. Iman mereka mati, tidak hidup. Iman sejati adalah waktu mengalami kesulitan dan
tantangan kita menerobos semuanya itu dan tetap menyatakan kepercayaan kita hidup bagi
Tuhan. Iman hidup bukan berarti keluarga, pekerjaan, kesehatan dan semuanya lancar lalu kita
memuji Tuhan lalu waktu ada tantangan dan kesulitan kehilangan senyum dan syukur. Justru
iman dilatih dalam jalan yang terjal dan berliku-liku. Alkitab mengajarkan bahwa iman kita bukan
dibangun berdasarkan mujizat dan perasaan tetapi dengan mendengar dan merenungkan
Firman Tuhan. Di sini kita belajar agar tidak menyia-nyiakan iman hanya karena ada dosa yang
dibiarkan bercokol dalam diri kita.
Keempat. Pelayanan perjanjian tentang pemulihan hubungan. Kristus melalui pengorbanan-Nya
sudah mendamaikan kita dengan Allah. Untuk itu kita pun harus berjuang untuk berdamai
dengan diri dan orang lain. Kita terpanggil menjadi pembawa damai di manapun kita berada.
Ketika kasih kita bertumbuh dalam Tuhan maka relasi kita dengan orang lain pun akan
bertumbuh. Kita harus belajar mendoakan orang lain, khususnya musuh kita. Kristus sudah
mengampuni kita, kita pun harus belajar mengampuni orang lain. Kita harus sungguh-sungguh
hidup memuliakan Tuhan. Empat hal ini harus kita ekspresikan dalam hidup kita. Dengan
melakukan hal ini berarti kita tidak menyia-nyiakan anugerah Tuhan. Kita butuh pertolongan
Tuhan untuk dapat melakukannya.
(2Kor.6:2) Paulus berbicara mengenai pentingnya hidup karena hidup kita berada dalam waktu.
Kita harus mengisi setiap waktu dengan sungguh-sungguh. Setiap waktu adalah momen untuk
kita menyenangkan dan memuliakan Tuhan. Kita harus melihat waktu sebagai ‘waktunya
Tuhan’ dan bukan ‘waktuku’. Hal ini perlu kita ajarkan pada anak-anak kita juga. Tidak hanya
itu, kita juga harus peka untuk mengambil setiap kesempatan yang Tuhan berikan untuk kita
dapat menyatakan buah dan melayani-Nya. (1Kor.7:29) - Paulus juga mengingatkan kita bahwa
saat ini adalah waktu yang akhir. Waktu kita terbatas, kesehatan kita terbatas, anugerah hidup
kita terbatas, karena itu jangan sia-siakan hidup hanya dengan memanjakan diri atau alasan
bisnis dan keluarga. Mari kita ambil kesempatan untuk terus hidup bagi Tuhan dan menghargai
anugerah yang sudah kita terima. Jika waktu sudah habis maka tidak ada kesempatan lagi
untuk kita dapat menyatakan buah-buah iman kita.
(2Kor.6:3) Paulus mengatakan bahwa, “dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang
4/5
Ringkasan Khotbah - 24 Juni 2012
tersandung supaya pelayanan kami jangan dicela.” Jangan kita menghalangi orang lain melihat
Kristus melalui hidup kita. Mungkin melalui studi, pekerjaan, atau keluarga kita, justru kita
menghalangi orang lain melihat Kristus. Jangan melakukan hal ini. Kita harus mempunyai
pengendalian diri dalam segala hal, sabar dalam menghadapi penderitaan, kesesakan,
kesukaran, dan dalam berjerih payah. Dengan adanya pengendalian diri, segala sesuatu akan
menjadi indah. Marilah hidup berpusat pada Kristus maka kita akan melihat betapa ajaib Tuhan
bekerja dalam hidup kita. Hiduplah dari anugerah kepada anugerah untuk setiap saat
memuliakan Tuhan. (Ringkasan belum diperiksa oleh pengkotbah. BA)
5/5
Download