BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Komunikasi Kehidupan

advertisement
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ilmu Komunikasi
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan
tatanan kehidupan sosial manusia dan atau masyarakat.
Aktivitas komunikasi dapat terlihat pada setiap aspek kehidupan seharihari manusia, yaitu sejak dari bangun tidur di pagi hari sampai dengan manusia
beranjak tidur pada malam hari. Kita dapat menghitung dari waktu ke waktu,
selalu terlibat dalam aktivitas komunikasi yang sifatnya rutinitas.
Komunikasi adalah salah satu syarat bagi berlangsungnya hubungan antar
manusia atau interaksi sosial diantara sesama manusia. Pada dasarnya, manusia
adalah makhluk sosial yang harus selalu berkomunikasi dengan manusia lainnya.
Oleh karena itu, komunikasi merupakan hal yang biasa terjadi di dalam kehidupan
manusia. Seseorang melakukan komunikasi karena ingin mengadakan hubungan
dengan lingkungannya.
Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, ia selalu memerlukan
bantuan orang lain dalam keadaan atau situasi apapun. Dalam hal ini komunikasi
merupakan alat untuk menyampaikan pikiran atau maksud-maksud yang ada
dalam pikiran kita kepada orang lain sehingga orang lain dapat mengerti apa yang
kita maksud.
17
18
2.1.1
Definisi Komunikasi
Ada beberapa definisi dari para ahli mengenai komunikasi,
diantaranya menurut Berelson dan Steiner dalam Deddy Mulyana4 yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan
emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol
atau kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau
proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. Sementara
menurut Ross dalam Deddy Mulyana5 menyatakan komunikasi adalah
suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol
sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna
atau respon dari pemikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan
komunikator.
Dari definisi di atas menjelaskan bahwa komunikasi merupakan
proses penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal.
Rangsangan atau stimulus yang disampaikan komunikator akan mendapat
respon dari komunikan selama keduanya memiliki makna yang sama
terhadap pesan yang disampaikan. Jika disimpulkan maka komunikasi
adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan
pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau diantara
dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu sebagaimana diharapkan oleh
komunikator.
4
Deddy,Mulyana.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung.PT Remaja Rosdakarya,2002 hal
62
5
Ibid.
19
2.1.2
Unsur-unsr Komunikasi
Komunikasi akan terjadi bila telah memenuhi unsur-unsur yang
terdapat di dalamnya. Artinya, komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsurunsur ini bisa juga komponen atau elemen komunikasi. Untuk melihat
unsur-unsur komunikasi berikut beberapa unsur komunikasi menurut
Hafied Cangara6
1. Sumber
2. Pesan
3. Media
4. Penerima
5. Pengaruh
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim,
komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender, atau
encoder.
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu
yang disampaikan pengirim kepada penerima. Isi pesan bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. Dalam istilah
asing pesan diterjemahkan dengan kata message, content, atau
information.
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
6
Hafied,Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada.2004 hal 21-25
20
sumber kepada penerima. Saluran atau media komunikasi terbagi atas
media massa dan media nirmassa. Nirmassa merupakan komunikasi tatap
muka sedangkan media massa menggunakan saluran yang berfungsi
sebagai alat yang dapat menyampaikan pesan secara massal.
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara.
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima
pesan.
2.1.3
Tujuan Komunikasi
Komunikasi memiliki tujuan. Seperti kegiatan lainnya, komunikasi
memiliki tujuan atau destination yang ingin dicapai oleh para pelaku
komunikasi. Menurut Schramm dalam Sendjaja7 menjelaskan, tujuan
komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, yaitu
kepentingan komunikator dan kepentingan komunikan.
Tujuan
komunikasi
menurut
Sendjaja
dilihat
dari
sudut
kepentingan sumber atau komunikator antara lain :
1. Memberikan informasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang di dalamnya sarat
7
Djuarsa,Sendjaja.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada.2004 hal 19
21
akan informasi. Melalui komunikasi, pesan tersebut disampaikan
komunikator kepada komunikan.
2. Mendidik
Dari sekedar memberikan informasi, akhirnya banyak input yang
disampaikan
komunikator
agar
komunikan
menjadi
lebih
luas
pengetahuannya.
3. Menghibur
Seorang komunikator berkomunikasi tidak semata-mata memberikan
informasi
dan
pengetahuan
melainkan
juga
menghibur
perasaan
komunikan. Hal ini sering dilakukan untuk mengakrabkan ikatan
emosional
4. Menganjurkan suatu tindakan
Pesan yang disampaikan komunikator merupakan stimulus yang dapat
menjadi acuan bagi komunikan. Komunikator dapat mempengaruhi
komunikan melalui komunikasi.
2.2
Public Relations (PR)
Menurut
Colin
Coulson-Thomas8
praktek
public
relations
menuntut kepekaan terhadap setiap kecenderungan dan peristiwa. Sebab,
praktek demikian harus mampu menarik perhatian orang-orang yang
bertipe ekstrover, yang cenderung melihat keluar daripada dirinya sendiri.
Selain itu ia harus mampu dan bersedia menerima pandangan-pandangan
orang lain. Praktek public relations menuntut keberanian untuk
8
Colin Coulson-Thomas. Public Relations Pedoman Praktis Untuk PR.Jakarta.PT Bumi Aksara.
2002 hal 4
22
mendengar, sabar, dan mau menerima. Pada dasarnya tugas public
relations
lebih
dari
sekedar
menghubungi
editor
dan
bergegas
mengeluarkan pernyataan atau berita. Begitu juga public relations
perbankan yang tugasnya tidak hanya menjaga nama baik perusahaan
melainkan juga ditugaskan untuk mencari nasabah. Berikut akan
dijelaskan beberapa definisi public relations menurut para ahli.
2.2.1
Definisi Public Relations (PR)
Rosady Ruslan9 menyatakan bahwa salah satu definisi PR/Humas
yang diambil dari The British Institute of Public Relations berbunyi ;
1. Public Relations activity is management of communications between
an organization and its publics. (Aktifitas Public Relations adalah
mengelola komunikasi antara organisasi dan publiknya).
2. Public Relations practice is deliberate, planned and sustain effort to
establish and maintain mutual understanding between an organization
and its public. (Praktik Public Relations adalah memikirkan,
merencanakan, dan mencurahkan daya untuk membangun dan
menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya).
Rosady Ruslan10 juga menyatakan bahwa pertemuan yang
dilakukan oleh para wakil dari pakar Humas / PR dari Negara maju yang
diadakan di Mexico City pada bulan Agustus 1978 menghasilkan definisidefinisi PR yang lebih singkat dan dinamakan The Statement of Mexico
yang berbunyi;
Praktik Public Relations adalah seni dan ilmu pengetahuan sosial yang
dapat dipergunakan untuk menganalisa kecenderungan, memprediksi
konsekuensi-konsekuensinya, menasihati para pemimpin organisasi, dan
melaksanakan program yang terencana mengenai kegiatan-kegiatan yang
melayani, baik untuk kepentingan organisasi maupun kepentingan publik
atau umum.
9
Rosady,Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi.Jakarta.PT Rajagrafindo
Persada. 2006 hal 15-16
10
Ibid. 17
23
Jadi secara garis besar Public Relations (PR) merupakan mediator
yang berada antara pimpinan organisasi dengan publiknya, baik dalam
upaya membina hubungan masyarakat internal maupun eksternal. Sebagai
public, mereka berhak mengetahui rencana kebijaksanaan, aktivitas,
program kerja dan rencana-rencana usaha suatu organisasi / perusahaan
berdasarkan keadaan, harapan-harapan, dan sesuai dengan keinginan
publik sasarannya.
2.2.2
Fungsi Public Relations (PR)
Menurut Edward L.Bernay, dalam bukunya Public Relations (1952,
University of Oklahoma Press) dalam Rosady Ruslan11 terdapat tiga fungsi
utama PR, yaitu :
1.
2.
3.
Memberikan penerangan kepada masyarakat.
Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan
masyarakat secara langsung.
Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan /
lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau
sebaliknya.
Kemudian, Cutlip&Centre, and Canfield (1982) dalam Rosady
Ruslan12 merumuskan fungsi public relations sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
11
12
Ibid. 18
Ibid. 19
Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan
bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga organisasi).
Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini,
persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang
diwakilinya, atau sebaliknya.
Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran
kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
24
informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya
atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah
pihak.
2.2.3
Peranan Public Relations (PR)
Menurut Dozier & Broom (1995) dalam Rosady Ruslan13 peranan
PR dalam suatu organisasi dapat dibagi empat kategori :
1. Penasehat Ahli (Expert prescriber). Seorang praktisi pakar public
relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat
membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan
dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisi pakar PR
dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dan
pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima
atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari pakar PR
(expert prescriber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi
persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi
bersangkutan.
2. Fasilitator Komunikasi (Communication fasilitator). Dalam hal ini,
praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk
membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang
diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Dipihak lain, dia juga
dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan
harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan
13
Ibid. 20-21
25
komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian,
mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari
kedua belah pihak.
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process
Fasilitator). Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan
public relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai
penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan)
dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara
rasional dan professional. Biasanya dalam menghadapi suatu krisis
yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir praktisi
ahli PR dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam
satu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan produk
yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu.
4. Teknisi
Komunikasi
(Communication
Technician).
Peranan
communication technician ini menjadikan praktisi PR sebagai
journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis
komunikasi atau dikenal dengan methode of communication in
organization.
26
2.2.4
Ruang Lingkup Tugas PR
Menurut Rosady Ruslan14 ruang lingkup tugas PR dalam sebuah
orgamisasi atau lembaga antara lain meliputi aktivitas sebagai berikut :
1. Membina hubungan ke dalam (publik internal). Yang dimaksud dengan
publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari
unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang PR harus
mampu mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang menimbulkan
gambaran negatif di dalam masyarakat, sebelum kebijakan itu
dijalankan oleh organisasi.
2. Membina hubungan keluar (public eksternal). Yang dimaksud publik
eksternal adalah publik umum (masyarakat). Mengusahakan
tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga
yang diwakilinya.
Dengan demikian, seperti yang dijelaskan di atas, peran PR tersebut
bersifat dua arah yaitu berorientasi ke dalam (inward looking) dan ke
luar (outward looking).
2.2.5
Kegiatan dan Sasaran PR
Menurut H.Fayol dalam Rosady Ruslan15 beberapa kegiatan dan
sasaran PR adalah sebagai berikut ;
1. Membangun identitas dan citra perusahaan (Building corporate
identity and image) ; menciptakan identitas dan citra perusahaan yang
positif dan mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah
dengan berbagai pihak.
2. Menghadapi krisis (Facing of crisis) ; menangani keluhan (complaint)
dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen
krisis dan PR recovery of image yang bertugas memperbaiki lost of
image and damage.
3. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (Promotion public causes) ;
mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik dan mendukung
kegiatan kampanye sosial ayo menabung dan kampanye sosial yang
lain sebagainya.
Kegiatan PR adalah komunikasi dua arah timbal balik (Reciprocal
14
15
Ibid. 22-23
Ibid. 23-24
27
two way traffic communication).
Hal tersebut berarti bahwa, dalam rangka penyampaian informasi,
baik yang ditujukan kepada Public Internal maupun kepada Public
External, harus terjadi arus balik (Feedback). Ini berarti bahwa PR
Manager harus
mengetahui efek atau akibat dari penyampaian
informasinya itu, apakah ditanggapi publik secara positif atau secara
negatif.
Bentuk kegiatan PR (dalam membicarakan pengertian hubungan
yang harmonis) mencakup kepada arti :
1.
PR harus mampu menciptakan kerja sama diantara publik yang
mempunyai kepentingan.
2.
PR harus dapat menciptakan tumbuhnya rasa kepuasan bersama
diantara publik yang berkepentingan.
Tabel 2.1
Bentuk kegiatan Public Relations
Internal Public Relations
Eksternal Public Relations
Hubungan dengan Publik Karyawan Hubungan
(Employee Relations)
Hubungan
Pers
(Press
Relations)
Manusiawi
Relations)
Hubungan
dengan
(Human Hubungan dengan pihak Pemerintahan
(Government Relations)
dengan
(Labour Relations)
Publik
Buruh Hubungan dengan Publik Pelanggan
(Costumer Relations)
Hubungan dengan Publik Pemegang Hubungan
dengan
Masyarakat
28
Saham (Stakeholders Relations)
(Community Relations)
Hubungan
dengan
Pihak
Pengedar
(Supplier Relations)
Sumber : Manajemen Public Relations, Rhenald Kasali
2.2.6
Khalayak PR
Menurut Frank Jefkins16 khalayak (public) adalah kelompok atau
orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara
internal maupun eksternal. Meskipun khalayak dari suatu organisasi boleh
jadi berbeda dari khalayak organisasi-organisasi lainnya, tetapi Frank
Jefkins17 mengidentifikasikan adanya sepuluh khalayak utama yang paling
sering menjadi subjek khalayak dari berbagai macam organisasi secara
umum. Kesepuluh khalayak tersebut adalah :
1.
Masyarakat Luas
Khalayak masyarakat dari suatu organisasi tergantung pada jenis
organisasi itu sendiri. Khalayak dari perusahaan perbankan, pasar
swalayan, pemerintah daerah, instalasi nuklir, pabrik, laboratorium
riset, hotel, Bandar udara, pelabuhan laut, lembaga pendidikan, rumah
sakit, penjara umum, barak militer, dan markas besar polisi jelas
berlainan satu sama lain. Sebuah organisasi yang bijaksana akan
16
17
Frank, Jefkins. Public Relations..Jakarta. Erlangga.2002 hal 80
Ibid. 80 - 85
29
mengawali kegiatan PR-nya dengan mengenali masalah dan
kebutuhan masyarakat di sekelilingnya.
2.
Calon Pegawai atau Anggota
Mereka bisa berada di organisasi / perusahaan lain ( masih menjadi
anggota atau pegawai di situ ), atau bisa juga di lembaga-lembaga
pendidikan mulai dari sekolah menengah kejuruan, akademi hingga ke
perguruan tinggi atau dari luar negeri. Sebagai contoh, para lulusan
baru perguruan tinggi umumnya sudah terlanjur beranggapan bahwa
pekerjaan-pekerjaan di bank itu serba membosankan. Oleh karena itu,
bank sengaja membuat dan memberikan rekaman video kepada
kalangan perguruan tinggi untuk menjelaskan apa saja pekerjaan di
bank itu sesungguhnya dan betapa menariknya pekerjaan-pekerjaan
tersebut.
3.
Pegawai atau Anggota
Pegawai atau anggota suatu perusahaan/organisasi meliputi semua
orang yang bekerja pada atau menunjang suatu organisasi, yakni
pucuk pimpinan (pihak manajemen) dan para eksekutif; petugas
gudang, pabrik dan laboratorium; staf kantor atau administrasi umum;
staf divisi pelayanan dan penjualan; staf transportasi, dan sebagainya.
4.
Pemasok
Ada dua jenis pemasok, yakni yang memasok jasa-jasa seperti air
bersih dan energy, serta pemasok berbagai macam bahan baku,
komponen produksi, serta jasa professional.
30
5.
Masyarakat Keuangan
Di tingkat yang paling sederhana, unsur pasar uang atau masyarakat
keuangan adalah bank lokal. Untuk perusahaan-perusahaan besar yang
telah go public, maka unsur atau kalangan masyarakat keuangan yang
dilibatkannya tentu saja jauh lebih luas, seperti Bursa Saham
Nasional. Yang disebut sebagai investor itu bukan hanya para individu
yang membeli surat-surat berharga, tetapi juga para analis investasi
(yang memberi nasihat dan petunjuk untuk membeli atau tidak
membeli surat berharga tertentu) serta para pembeli partai besar yang
biasanya merupakan suatu ‘lembaga’ atau ‘badan usaha’ (perusahaan
yang khusus bergerak dalam usaha jual beli surat-surat berharga di
bursa saham). Pembeli partai besar itu antara lain yayasan dana
pensiun, perbankan, perusahaan asuransi, dan lembaga dana abadi
(trust).
6.
Distributor
Distributor adalah mereka yang menangani fungsi perantara antara
produsen dan konsumen. Jaringan distribusi melibatkan para grosir,
perusahaan anjak piutang, agen komisi, perusahaan penyedia jasa
gudang, broker, eksportir dan importir, pasar-pasar, department store
besar, tenaga penjualan kredit, para operator catalog, calo, toko-toko
pengecer, para door to door salesman, warung kecil, dan para
pedagang asongan.
31
7.
Konsumen dan Pemakai
Yang disebut konsumen dan pemakai produk bukan hanya rumah
tangga, tetapi juga perusahaan pembeli dalam partai besar yang lazim
disebut sebagai pemasok sekunder.
8.
Pencipta atau Pemimpin Pendapat Umum
Mereka terdiri dari orang-orang yang berpengaruh sehingga setiap
pendapatnya bisa jadi menentukan naik turunnya atau bahkan jatuhbangunnya suatu organisasi. Figurnya bervariasi dan bisa berubahubah, mulai dari orang tua hingga ke para politisi, dari pendeta sampai
ke para pesuruh.
9.
Serikat Pekerja
Serikat-serikat pekerja memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan
komersial, industrial dan politik di Inggris. Mereka bukan lagi
sekelompok tukang teriak atau pendemo seperti di masa lampau.
Dewasa ini banyak serikat pekerja yang telah mempekerjakan para
spesialis di berbagai bidang seperti yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan besar, mulai dari pengacara, akuntan, analis, wakil dan
pelobi resmi. Tidak ada pimpinan perusahaan manapun yang dapat
mengabaikan mereka.
10. Media Massa
Pihak media memerlukan penanganan yang sama sekali berbeda
daripada yang diberikan terhadap khalayak-khalayak lainnya. Salah
32
satu alasannya adalah kenyataan bahwa media merupakan jalur
penghubung langsung antara organisasi dan para khalayaknya.
2.3
Customer Relationship Management (CRM)
CRM merupakan suatu strategi perusahaan yang digunakan untuk
memanjakan pelanggan agar tidak berpaling ke pesaing. Dalam hal ini
seorang Relationship Manager (RM)
dituntut memberikan sentuhan
pelayanan individual dengan memperlakukan pelanggan sebagai raja.
Dalam
menjalin
hubungannya
dengan
pelanggan,
seorang
RM
memperlakukan tiap pelanggannya secara berbeda sehingga untuk itu
masing-masing RM hendaknya mengetahui perilaku pelanggan agar dapat
ditetapkan pendekatan bagaimana yang akan dilakukan oleh seorang RM
dalam menjalin hubungan yang abadi dengan pelanggan. Perilaku
pelanggan menggambarkan bagaimana seorang individu membuat
keputusan dalam menggunakan sumber dayanya seperti uang, waktu, dan
usaha, untuk barang atau jasa yang diproduksi. Hal ini mencakup apa,
mengapa, kapan, dimana, seberapa sering ia membeli produk atau jasa
tersebut, serta seberapa sering ia menggunakan produk atau jasa tersebut.
Oleh karena itu penting bagi RM untuk mengetahui apa yang diinginkan
seorang nasabah dengan membuka rekening di suatu Bank, mengapa ia
memilih untuk membuka rekening di suatu Bank, kapan ia memutuskan
untuk membuka rekening di suatu Bank, di Bank mana ia memutuskan
untuk membuka rekening, dan seberapa banyak jenis rekening yang
33
dimiliki. Jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dapat
membantu para RM dalam melaksanakan program CRM, yang terdiri dari
continuity marketing, one to one marketing, serta partnering program.
2.3.1
Definisi CRM
Barnes (2001:152) dan Piccoli et.al (2003:61) dalam Vanessa
Gaffar18
mengemukakan
bahwa
CRM
adalah
kemampuan
suatu
perusahaan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan secara lebih
mendalam dengan memadukan setiap aspek dari setiap kontak dengan
pelanggan, termasuk penjualan, pemasaran dan pelayanan pelanggan.
Dengan diterapkan CRM, memungkinkan perusahaan untuk memiliki
kapabilitas untuk memahami perilaku pembelian pelanggan dengan lebih
baik dan untuk menentukan tipe komunikasi yang bagaimana yang
seharusnya dijalankan dalam menghadapi pelanggan. Karena tujuan CRM
adalah mengenali konsumen yang terbaik dan memberikan kepercayaan
terhadap konsumen, memenuhi harapan mereka, dan membuat hidup
mereka berubah, maka konsumen suatu perusahaan tidak boleh
diperlakukan sama.
Menurut Temporal dan Troft (2002:61) dalam Vanessa Gaffar19
CRM pada intinya merupakan suatu kolaborasi dengan setiap konsumen
yang mampu menciptakan keadaan yang tidak merugikan salah satu pihak
(win-win situation). Menurut Rigby et al dalam Noone et.al (2002:7)
18
19
Vanessa Gaffar.CRM dan MPR Hotel.Bandung.Penerbit Alfabeta.2007 hal 88
Ibid. 88
34
dalam Vanessa Gaffar20 jika perusahaan menambah nilai kepada
konsumen, sebagai imbalannya mereka akan memberikan loyalitas kepada
perusahaan. Yang perlu diingat di sini adalah bahwa tiap-tiap konsumen
adalah berbeda, mereka mempunyai keinginan dan tuntutan yang berbedabeda. Oleh karena itu, konsumen yang berbeda akan mewakili nilai
perusahaan yang berbeda pula. Jadi tujuan CRM adalah mengenali
konsumen terbaik dan mempercayai dengan meningkatkan pemahaman
perusahaan akan kebutuhan konsumen sebagai individu, memenuhi
harapan, serta membuat hidup mereka berubah.
Nykamp (2001:4) dalam Vanessa Gaffar21 mendefinisikan CRM
sebagai suatu fokus dalam menghasilkan nilai optimal bagi para pelanggan
melalui bagaimana cara perusahaan berkomunikasi dengan pelanggan,
bagaimana perusahaan
memasarkannnya, dan bagaimana perusahaan
melayani mereka, serta melalui media tradisional yang meliputi produk,
harga, promosi dan distribusi. Bergeron (2002:3) dalam Vanessa Gaffar22
menyebutkan bahwa CRM merupakan suatu proses yang dinamik dalam
mengelola hubungan pelanggan-perusahaan dimana pelanggan memilih
untuk melanjutkan pertukaran komersial yang bermanfaat dan diminta agar
tidak melakukan pertukaran yang tidak menguntungkan perusahaan. Pada
dasarnya CRM berhubungan dengan hubungan yang sudah berlangsung
antara perusahaan dengan pelangngan. Jadi sebenarnya yang menjadi
20
Ibid.
Ibid.
22
Ibid. 88-89
21
35
target dari CRM adalah pelanggan yang sudah ada, walaupun tidak
tertutup kemungkinan dapat menarik pelanggan baru.
Greenberg (2002:42) dalam Vanessa Gaffar23 mendefinisikan CRM
sebagai suatu strategi bisnis untuk menciptakan dan mempertahankan
hubungan pelanggan untuk jangka panjang dan menguntungkan.
Menurutnya, CRM yang sukses harus dimulai dengan strategi bisnis dan
filosofi yang mempersatukan aktifitas perusahaan dalam rangka memenuhi
kebutuhan konsumen. Sheth, Parvatiyar, Shainesh (2006:6) dalam Vanessa
Gaffar24 mendefinisikan CRM sebagai suatu strategi yang terpadu dan
proses mendaptkan, mempertahankan, dan berteman dengan pelanggan
selektif untuk menciptakan nilai yang supervisor bagi perusahaan dan
pelanggan. Terdapat tiga tipe dari program CRM, yaitu continuity
marketing, one to one marketing, dan partnering program. Ketiga program
ini akan berbeda tergantung dari apakah program ini ditujukan untuk
konsumen akhir, pelanggan distributor, atau pelanggan bisnis.
Calhoun (2001:3) dalam Vanessa Gaffar25 mengemukakan bahwa
untuk dapat meningkatkan loyalitas, suatu usaha harus menjalankan CRM,
yang fokus terhadap perbaikan total pengalaman pelanggan dengan seluruh
lapisan organisasi, seluruh touch points, baik fisik maupun elektronik serta
elemen-elemen pengalaman lainnya mulai dari aktivitas pra penjualan,
23
Ibid. 89
Ibid.
25
Ibid.
24
36
pengalaman terhadap produk atau jasa yang dihasilkan, serta dukungan
pasca penjualan.
2.3.2
Pentingnya CRM
Dalam menjalin suatu hubungan, perusahaan harus mengetahui
karakteristik tertentu yang dibutuhkan untuk membuktikan bahwa suatu
hubungan itu eksis sehingga dapat memberikan sumbangan yang positif
terhadap hubungan tersebut. Menurut Hollensen (2003:211) dalam
Vanessa Gaffar26 terdapat dimensi kunci dalam membangun sebuah
hubungan, yaitu :
1.
2.
3.
4.
2.3.3
Ikatan, yang merupakan bagian dari suatu hubungan dimana kedua
pihak membentuk suatu kesatuan untuk mencapai tujuan ;
Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan dimana masing-masing pihak
akan menepati janjinya dan tidak akan merugikan pihak lainnya ;
Empati, yaitu dimensi dari hubungan bisnis yang memungkinkan
kedua pihak melihat situasi dari sudut pandang pihak lawannya yang
dapat diartikan sebagai usaha memahami hasrat dan keinginan
seseorang ; dan yang terakhir adalah
Resiprokal, yaitu dimana kedua pihak saling memberikan sesuatu
yang menguntungkan keduanya.
Konsep CRM
Seiring dengan berubahnya dinamika bisnis maka peran konsumen
terus menerus mengalami perubahan dimana dewasa ini konsumen
semakin terlibat dalam komunikasi yang aktif dan eksplisit dengan
perusahaan sebagai penghasil produk atau jasa tersebut. Mengingat
semakin tingginya peran konsumen bagi suatu perusahaan maka dirasakan
26
Ibid. 29
37
perlu untuk menjalin hubungan yang lebih mendalam dan dalam jangka
panjang dengan pelanggan atau yang lebih dikenal dengan istilah CRM.
Adapun konsep mengenai CRM itu sendiri berdasarkan pendapat para ahli
dalam Vanessa Gaffar terangkum pada matriks yang tersaji pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.2
Matriks Customer Relationship Management (CRM)
Pakar
Konsep
Stanley A. Brown
(2000:8)
Suatu proses dalam mendapatkan, mempertahankan,
dan meningkatkan pelanggan yang menguntungkan.
Memerlukan focus yang jelas dalam atribut
pelayanan yang akan menghasilkan nilai kepada
pelanggan sehingga akan tercipta loyalitas.
Paul Temporal dan
Martin Trott
(2001:7)
Kolaborasi setiap konsumen yang mampu
menciptakan keadaan yang tidak merugikan salah
satu pihak (win-win situation).
Melinda Nykamp
(2001:4)
Suatu fokus dalam menyediakan nilai yang optimal
bagi pelanggan melalui bagaimana perusahaan
berkomunikasi dengan mereka, bagaimana
perusahaan memasarkan kepada mereka, dan juga
melalui perantara tradisional bauran pemasaran
yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.
Kaj Storbacka dan
Jarmo R. Lehtinen
(2001:3)
Hubungan yang kooperatif antara provider dengan
pelanggan sehingga kedua pihak menang melalui
pembentukan hubungan yang akan meningkatkan
nilai.
Amrit Tiwana
(2001:23)
Suatu kombinasi dari proses bisnis dan teknologi
dengan mencoba untuk memahami pelanggan
perusahaan dari sudut pandang yang beragam agar
dapat menghasilkan produk dan jasa yang berbeda
dari pesaing.
Sumber : Vanessa Gaffar; 2007; CRM dan MPR Hotel.
38
Menurut Storbacka dan Lehtinen (2001:4) dalam Vanessa Gaffar27
ada tiga konsep dari CRM. Konsep yang pertama adalah penciptaan nilai
pelanggan yang bertujuan tidak hanya untuk memaksimalkan pendapatan
dari transaksi tunggal, melainkan keunggulan bersaing yang tidak hanya
berdasarkan harga, tetapi juga berdasarkan kemampuan provider untuk
membantu pelanggan menghasilkan nilai untuk mereka sendiri dan untuk
membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Konsep kedua
adalah dengan melihat produk sebagai suatu proses dalam hal ini
perbedaan antara barang dan jasa tidak berarti lagi. Produk dilihat sebagai
suatu entitas yang mencakup pertukaran antara proses yang dijalankan
provider dengan proses yang dijalankan oleh pelanggan. Melalui
pertukaran ini kompetensi provider sebagian dipindahkan ke dalam
penciptaan nilai pelanggan. Karena itu diferensiasi produk menjadi
diferensiasi proses sehingga membuka peluang yang tak terbatas yang
menghasilkan berbagai macam hubungan. Konsep ketiga adalah tanggung
jawab provider. Suatu perusahaan dapat membina hubungan yang lebih
kuat hanya jika perusahaan bertanggung jawab dalam membangun
hubungan
tersebut
dan
menawarkan
para
pelanggannya
untuk
menghasilkan nilai-nilai untuk mereka sendiri.
Menurut Tiwana (2001:23) dalam Vanessa Gaffar28 CRM
merupakan kombinasi dari proses bisnis dan teknologi yang tujuannya
untuk memahami pelanggan dari berbagai perspektif untuk membedakan
27
28
Ibid. 33-34
Ibid. 35
39
produk dan jasa perusahaan secara kompetitif. Fokus dari CRM itu sendiri
adalah untuk memperbaiki tingkat kepuasan pelanggan, meningkatkan
loyalitas pelanggan dan meningkatkan pendapatan dari pelanggan yang
ada, dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan, globalisasi dan
perputaran
pelanggan
serta
perkembangan
biaya
pengakuisisian
pelanggan. Dengan diterapkannya CRM, memungkinkan perusahaan
untuk memiliki kapabilitas memahami perilaku pembelian pelanggan
dengan lebih baik dan untuk menentukan tipe komunikasi yang bagaimana
yang seharusnya dijalankan dalam menghadapi pelanggan. Menurut
Storbacka dan Lehitnen (2001:42) dalam Vanessa Gaffar29 pada dasarnya
tujuan CRM adalah mengenali konsumen yang terbaik dan memberikan
kepercayaan terhadap konsumen, memenuhi harapan mereka dan membuat
hidup mereka berubah, maka konsumen suatu perusahaan tidak boleh
diperlakukan secara sama. Nykamp (2001:4) dalam Vanessa Gaffar30
mendefinisikan CRM sebagai suatu fokus dalam menghasilkan nilai
optimal bagi para pelanggan melalui bagaimana cara perusahaan
berkomunikasi dengan pelanggan, bagaimana perusahaan memasarkannya,
dan bagaimana perusahaan melayani mereka, serta melalui media
tradisional yang meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi.
Pelanggan melakukan keputusan pembelian tidak hanya berdasarkan harga
dan produknya saja, tetapi berdasarkan keseluruhan pengalaman mereka
yang mencakup produk dan harga serta seluruh interaksi mereka dengan
29
30
Ibid.
Ibid. 36
40
perusahaan. Jika perusahaan dapat menyampaikan interaksi pemasaran,
penjualan, jasa, serta dukungan secara konsisten maka perusahaan akan
diberikan penghargaan berupa loyalitas pelanggan dan nilai pelanggan, hal
yang sangat penting dalam keunggulan bersaing.
2.3.4 Proses CRM
Terdapat siklus aktivitas universal yang akan mendorong seluruh
inisiatif CRM. Keseluruhan inisiatif dan pengembangan infrastruktur harus
berhubungan dengan inti siklus aktivitas ini, seperti yang digambarkan
pada Gambar 2.1. Sebagai suatu siklus, tahapan-tahapan tersebut saling
bergantung dan berkesinambungan. Mereka saling bergantung dalam arti,
sebuah perusahaan tidak dapat melaksanakan suatu tahapan tanpa melalui
tahapan sebelumnya.
Gambar 2.1
Siklus CRM
Sumber : Melinda Nykamp (2001:6) dalam Vanessa Gaffar (2007:37)
41
Seperti yang tampak pada gambar di atas, menurut Nykamp
(2001:6) dalam Vanessa Gaffar31 suatu perusahaan tidak dapat menjalin
suatu hubungan dengan pelanggan kecuali perusahaan tersebut memahami
mereka. Apa yang mereka nilai, jasa apa yang penting bagi mereka,
bagaimana dan kapan mereka memilih untuk berinteraksi, dan apa yang
ingin mereka beli. Pemahaman pelanggan tersebut meliputi pembuatan
profil pelanggan yang merupakan suatu proses dalam mengidentifikasi
karakteristik demografis dan geografis pelanggan seperti usia, jumlah
pengeluaran serta jarak menuju lokasi penjualan yang terdekat. Informasi
seperti industri vertikal, jumlah pekerja, dan pendapatan konsumen
penting jika perusahaan akan membuat profil pelanggan industri.
Selanjutnya
adalah
segmentasi
pelanggan
yang
bertujuan
untuk
mengidentifikasi kelompok pelanggan yang rasional dan unik yang
mempunyai karakteristik yang sama dan menunjukkan perilaku yang sama
terhadap pembelian dan penggunaan barang yang diproduksi. Penelitian
primer bertujuan untuk memahami kebutuhan dan sikap pelanggan
terhadap produk, jasa, dan organisasi secara keseluruhan. Terakhir adalah
penilaian pelanggan di mana perusahaan harus menentukan bagaimana dan
berapa banyak andil kelompok pelanggan terhadap profitabilitas organisasi
saat ini dan juga nilai potensial di masa yang akan datang.
Pengembangan produk merupakan dasar utama persaingan. Hal ini
menjadikan
31
Ibid. 38-39
perusahaan
untuk
berlomba
dalam
meningkatkan
42
pengembangan produk dan jasa dan menyesuaikan media komunikasi dan
saluran distribusi berdasarkan kebutuhan dan harapan pelanggan.
Interaksi merupakan komponen penting bagi setiap inisiatif CRM.
Perlu diingat bahwa interaksi tidak muncul hanya melalui pemasaran dan
saluran penjualan saja tetapi dapat dilakukan dengan cara yang berbeda
dalam area yang berbeda dari suatu organisasi. Mulai dari distribusi dan
penyampaian kepada customer service dan situs web. Untuk membina
hubungan, suatu organisasi harus memilih keyakinan bahwa seluruh area
organisasi mempunyai kemudahan akses terhadap informasi pelanggan
yang relevan dan berguna. Pelatihan mengenai bagaimana menggunakan
informasi pelanggan ini harus diberikan untuk menjembatani interaksi
perusahaan dengan pelanggan berdasarkan kebutuhan pelanggan dan nilai
pelanggan yang potensial. Dengan memiliki akses terhadap informasi serta
pelatihan yang benar, suatu organisasi akan siap dalam meningkatkan nilai
yang akan disampaikan ke pelanggan secara umum.
Semakin sering perusahaan berinteraksi dengan pelanggan dan
mempelajarinya, semakin mudah perusahaan mengetahui nilai terbesar
bagi suatu perusahaan. Pandangan ini akan membantu usaha untuk
mendapatkan pelanggan yang paling berharga. Pemahaman perusahaan
terhadap segmen pelanggan yang paling berharga dapat membuat usaha
mendapatkan pelanggan meningkat secara efektif karena perusahaan dapat
melakukannya dengan menggunakan saluran, media, produk, penawaran,
dan waktu yang tepat serta pesan yang relevan. Sukses atau tidaknya
43
ketahanan pelanggan bagi suatu perusahaan akan tergantung kepada
kemampuan organisasi untuk secara konsisten menyampaikan tiga prinsip
utama yaitu menjaga interaksi dengan melaksanakan forum dialog dua
arah dan tidak berhenti mendengarkan, selalu menyampaikan definisi
pelanggan tentang nilai, dan waspada terhadap perubahan dan bersiap
untuk memodifikasi jasa perusahaan dan menilai proposisi sesuai dengan
perubahan. Dengan menjaga tiga prinsip utama ini, siklus CRM akan
berlanjut. Dengan bergeraknya suatu tahapan menuju tahapan berikutnya,
pandangan dan pemahaman perusahaan akan meningkat. Begitu juga
implementasi dari proses CRM dan hasil diferensiasi perusahaan di pasar.
2.3.5
Strategi CRM
Menurut Storbacka dan Lehtinen (2001:100) dalam Vanessa
Gaffar32 strategi hubungan dengan pelanggan dapat diibaratkan seperti
melekatkan bagian dari satu kain ke kain lainnya. Terdapat beberapa cara
untuk melekatkannya. Memilih alternatif tergantung dari alasan bagian
dari kain-kain dilekatkan satu sama lain dan sampai sekuat apa mereka
perlu dilekatkan. Strategi hubungan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori utama seperti terlihat pada Gambar 2.2.
The Clasp Strategy yaitu suatu Strategi CRM di mana pelanggan
menyesuaikan diri dengan proses provider. Dalam hal ini, provider
menawarkan prosesnya pada pelanggan dan pelanggan melakukan
32
Ibid. 39
44
penyesuaian dengan proses tersebut agar pertemuan terjadi. Pertemuan
tidak memerlukan kerja sama yang tinggi atau kompatibiliti proses.
Pertukaran berupa tindakan dan alat diperlukan untuk mengkomunikasikan
keuntungan dalam melanjutkan hubungan agar memperoleh komitmen dari
pelanggan.
Gambar 2.2
Alternative Relationship Strategis and Adaptation Requirements
Sumber : Kaj Storbacka dan Jarmo Lehtinen, 2001, Customer Relationship
Management : Creating Competitive Advantage thourgh Win-Win
Relationship Strategies, p.101, McGraw Hill, India.
The Zipper Strategy yaitu strategi CRM dimana baik pelanggan
maupun provider menyesuaikan diri dengan proses agar mereka dapat
lebih menyatu ibaratnya seperti ritsleting. Tujuannya agar mencegah
kegiatan yang tidak diperlukan dalam suatu hubungan dan untuk
memastikan kegiatan ini sesuai. Menciptakan strategi ini memerlukan
kerja sama jangka panjang, di mana proses dari kedua belah pihak di
45
analisis secara sistematis dan upaya berkesinambungan dilakukan agar
lebih dapat menyesuaikan proses satu sama lain.
The Velcro Strategy yaitu strategi CRM dimana provider berusaha
untuk menyesuaikan prosesnya pada proses pelanggan. Perusahaan yang
menggunakan strategi ini berusaha beradaptasi dengan proses pelanggan
agar pelanggan tidak perlu meng-eluarkan banyak waktu dan usaha untuk
merubah prosesnya.
Menurut Gray dan Byun (2001:28) dalam Vanessa Gaffar33
keseluruhan proses dan aplikasi dari CRM berdasarkan kepada prinsipprinsip dasar yaitu perlakukan pelanggan secara individu, mengingat
pelanggan dan perlakukan mereka secara individual. CRM didasarkan
pada filosofi personalisasi. Personalisasi berarti tujuan dan pelayanan
kepada pelanggan harus dirancang berdasarkan preferensi pelanggan dan
perilaku pelanggan. Personalisasi menciptakan kenyamanan kepada
pelanggan dan meningkatkan biaya untuk berpindah kepada pesaing.
Selanjutnya
adalah
mendatangkan
dan
mempertahankan
loyalitas
pelanggan melalui hubungan personal. Setelah personalisasi mengambil
tempat, sebuah perusahaan perlu meneruskan hubungan dengan pelanggan.
Kontak secara berkelanjutan dengan pelanggan, khususnya ketika
merancang pelayanan sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat
menciptakan loyalitas pelanggan. Prinsip dasar yang terkahir adalah
memilih pelanggan yang "baik" daripada pelanggan yang "buruk"
33
Ibid.
46
berdasarkan nilai daur hidup pelanggan (Lifetime Value), dengan mencari
dan mempertahankan pelanggan yang paling menciptakan keuntungan
yang terbesar bagi perusahaan. Melalui diferensiasi, suatu perusahaan
dapat mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menghasilkan laba
yang lebih baik. Pelanggan yang terbaik berhak mendapatkan perhatian
pelanggan dan pelanggan yang kurang baik dihentikan.
2.3.6
Program CRM
Sheth, Parvatiyar dan Shainesh (2002:86) dalam Vanessa Gaffar34
mengungkapkan bahwa CRM mempunyai tiga tipe program, yaitu
continuity marketing, one to one marketing dan partnering program.
Ketiga program tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda yakni
untuk pemakai akhir, pelanggan distributor, atau pelanggan business to
business. Tabel 3.4 menyajikan berbagai tipe dari program CRM untuk
tipe pelanggan yang berbeda.
Tabel 2.3
Program CRM
Customer Types/
Mass Marketing
Program types
After Marketing Loyalty
Continuity
Programs Cross Setting
Marketing
One To One
Marketing
Permission Marketing
Personaliza tion
Partnering/
Co-Marketing
Affinity Partnering Co
Branding
Distributor
Business to Bussines
Types
Special
Sourcing
Continuous
'Replinshmen t ECR Arrangement
Programs
Customer Business Key Account Global
Development
Account Programs
Logistics
Partnering Joint
Marketing
Strategic Partnering
Co-Design
Co-Development
Sumber : Sheth, Parvatiyar, dan Shainesh, 2001, CRM : Emerging Concepts,
Tools and Applications, p.11, McGraw Hill, New Delhi.
34
Ibid. 42
47
Menurut Parvatiyar dan Sheth (2001:11) dalam Vanessa Gaffar35
Perhatian
yang
besar
untuk
mempertahankan
pelanggan
telah
menyebabkan banyak perusahaan berusaha mengembangkan continuity
marketing program yang ditujukan untuk mempertahankan pelanggan dan
meningkatkan loyalitas mereka. Bagi konsumen dalam pasar missal,
program ini biasanya berbentuk program kartu keanggotaan dan juga kartu
loyalitas di mana konsumen sering diberi penghargaan yang dapat berupa
layanan khusus secara individu, poin untuk upgrades, diskon, serta
pembelian silang.
Untuk pelanggan distributor, continuity marketing program
dilaksanakan
dalam
bentuk
program-program
penambahan
yang
berkelanjutan mulai dari program manajemen Just in Time (JIT) sampai
kepada respon konsumen, temasuk di dalamnya proses pemesanan
elektronik dan perencanaan sumber material. Dalam pasar bisnis, program
ini berbentuk program pelanggan khusus atau perjanjian sourcing khusus
termasuk single sourcing, dual sourcing, dan network sourcing, serta
perjanjian sourcing Just in Time. Premis dasar dari program continuity
marketing adalah untuk mempertahankan pelanggan dan meningkatkan
loyalitas melalui pelayanan khusus jangka panjang yang berpotensi untuk
meningkatkan nilai melalui saling mempelajari masing-masing pihak.
One to one marketing atau pendekatan pemasaran secara individual
merupakan suatu program yang ditujukan pada pemenuhan pemuasan
35
Ibid. 43
48
kebutuhan yang dimiliki oleh pelanggan yang unik dan secara individual.
Suatu konsep yang dahulu biasa terdapat dalam business to business
marketing saat ini juga diimplementasikan dalam konteks pasar massal
dan pelanggan distributor. Dalam pasar massal, informasi pelanggan
secara individu dapat diperoleh dengan biaya rendah sehubungan dengan
tingginya tingkat perkembangan teknologi informasi dan ketersediaan
data. Dengan menggunakan informasi online dan database, interaksi
pelanggan individu, para pemasar mencoba untuk memenuhi kebutuhan
unik dari pelanggan secara masal. Informasi pelanggan individu digunakan
untuk membangun pemasaran interaktif dan program pasca pemasaran
dalam mengembangkan pelanggan.
Untuk pelanggan distributor, program ini berbentuk customer
business development. Hubungan ini memerlukan tindakan kooperatif
dalam penciptaan nilai. Dalam konteks pasar bisnis, dikenal dengan
program key account management dimana para pemasar membentuk tim
pelanggan yang menjembatani sumber daya perusahaan sesuai dengan
kebutuhan pelanggan individual. Program ini memerlukan sumber alokasi
sumber daya yang ekstensif dan perencanaan gabungan dengan pelanggan.
Program ini dilaksanakan untuk pelanggan domestik yang berlokasi ganda.
Tipe ketiga dari program CRM adalah hubungan kemitraan antara
pelanggan dan para pemasar untuk melayani kebutuhan pemakai akhir.
Dalam pasar masal terdapat dua tipe partnering program yaitu Cobranding
dan
Affinity
Partnering.
Co-branding,
dua
pemasaran
49
menggabungkan sumber daya dan keahlian merek untuk mengalokasikan
produk dan jasa lanjutan untuk pelanggan pasar masal. Affinity partnering
program, mirip dengan Co-branding hanya saja para pemasar tidak
menciptakan merek baru tetapi menggunakan strategi endorsement.
Biasanya program ini mencoba untuk mengambil keuntungan dari
keanggotaan pelanggan dalam satu kelompok untuk melakukan pembelian
silang terhadap produk atau jasa lainnya.
Pada pelanggan distributor, program ini diimplementasikan melalui
logistics partnering dan usaha pemasaran kooperatif. Pada kemitraan
tersebut
pemasar
dan
pelanggan
distributor
bekerja
sama
dan
berkolaborasi dalam mengelola inventori dan supply logistic serta bersatu
dalam usaha pemasaran gabungan. Untuk pelanggan bisnis, partnering
program berupa Co-design, Co-development, dan kegiatan Co-marketing
yang saat ini kurang popular untuk digunakan. Yang dilakukan
diantaranya yaitu melakukan kerjasama dengan perusahaan lain untuk
melayani kebutuhan pelanggan dan memberikan atau menyediakan
layanan lain yang dibutuhkan pelanggan.
Dalam industri perbankan, hubungan dengan nasabah sangatlah
penting dalam menciptakan loyalitas nasabah. Dalam hal ini jalinan
hubungan akan menciptakan nilai lebih kepada nasabah dibandingkan
dengan faktor lain seperti suku bunga dan fitur produk. Bank - bank
ternama berusaha untuk memberikan lebih dari sekedar kepuasan nasabah
dan memastikan memberikan nilai melalui suatu jalinan hubungan
50
daripada hanya berdasarkan transaksional saja. Kepuasan nasabah saja
tidak cukup untuk membangun loyalitas. CRM dalam industri perbankan
didasarkan kepada prinsip dasar yang menyatakan bahwa layanan yang
baik tidak menjamin kepuasan nasabah dan kepuasan nasabah tidak
menjamin loyalitas. Karena itu timbullah kebutuhan akan hubungan
nasabah yang kuat untuk membangun loyalitas.
2.4
Relationship Manager (RM)
Mengutip dari Company Profile Bank Panin36, Relationship
Manager (RM) atau Public Relations keuangan & finansial adalah mereka
yang berkomunikasi dengan masyarakat dan pihak bank yang diperoleh
dengan membuat perjanjian kerja dengan para RM ini sebelum perjanjian
kerja sebelumnya dengan pihak bank lain selesai, atau dalam istilah
singkatnya dibajak. Para RM ini memiliki jaringan relasi yang kuat dengan
nasabah-nasabah potensial di bank sebelumnya, maka dari itu bank yang
membajak memberikan tawaran lebih berupa penawaran gaji yang lebih
besar kepada para RM tersebut untuk dapat bekerja di perusahaan / bank
mereka. Tugas dari RM ini adalah mencari nasabah-nasabah yang
memiliki potensi untuk menjadi nasabah bank bersangkutan, dalam hal ini
yang menjadi target utama adalah nasabah-nasabah yang berpotensi
menjadi anggota dari priority banking. Nasabah-nasabah yang ditargetkan
pada umumnya dapat mereka ambil dari nasabah mereka di bank-bank
36
http://anzjakarta.wordpress.com/2011/01/07/company-profile-panin-bank/
diunduh : Tanggal 3 Oktober 2011 Pukul 09.30
51
tempat mereka bekerja sebelumnya. Hal ini dikarenakan banyak para RM
yang memiliki nasabah-nasabah loyal yang kemungkinan akan mengikuti
mereka ketika para RM ini berpindah kerja ke bank lain.
Selain itu yang menjadi tugas sekaligus target para RM adalah
mempertahankan serta meningkatkan loyalitas nasabah. Bagaimana agar
satu orang nasabah memiliki berbagai macam produk-produk bank yang
dijual di bank yang bersangkutan, misalnya saja ada deposito, tabungan
bisnis, tabungan junior, tabungan rencana, reksa dana, obligasi, dan lain
sebagainya. Ketika nasabah sudah memiliki banyak produk bank dari bank
yang bersangkutan, praktis nasabah tersebut akan semakin loyal dan
enggan untuk berpindah ke bank lain.
Adanya profesi Relationship Manager (RM), karena sebelumnya
dilatarbelakangi oleh pergeseran pemasaran dimana banyak perusahaan
yang menyadari bahwa komunikasi pemasaran yang dijalankan satu arah
dan ditujukan ke semua orang sudah tidak lagi memadai karena adanya
ekspektasi pelanggan yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Pelanggan
ingin diakui secara unik dan dilayani secara personal, maka akhirnya
muncul profesi relationship manager.
Tujuan utama seorang
relationship manager adalah untuk
menemukan lifetime value dari para nasabahnya, bagaimana agar lifetime
value masing-masing nasabah dapat ditingkatkan dari tahun ke tahun,
52
bagaimana mendapatkan nasabah baru, yang pada akhirnya akan
memberikan keuntungan terus menerus bagi perusahaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang RM melakukan kegiatan
komunikasi pemasarannya berdasarkan pada database nasabah yang
dimiliki. Pemahaman lebih dalam mengenai pola pembelian dan perilaku
dalam pengambilan keputusan pembelian akan lebih mudah dimengerti
kalau perusahaan telah membuat profil data nasabah yang terdapat dalam
marketing database tersebut. Analisa nasabah dapat dilakukan dengan
bantuan teknologi agar yang RM butuhkan dapat segera diakses dengan
cepat.
Media komunikasi dua arah yang dapat dilaksanakan diantaranya
melalui telepon, faksimili, direct mail, news letter, e-mail maupun website
kemudian setelah itu hubungan pemasaran yang saling menguntungkan
dapat dibangun.
2.5
Strategi PR
J L Thompson37 mendefinisikan strategi sebagai cara untuk
mencapai sebuah hasil akhir, hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran
organisasi. Ada strategi yang luas untuk keseluruhan organisasi dan
strategi kompetitif untuk masing-masing aktivitas. Sementara itu, strategi
fungsional mendorong secara langsung strategi kompetitif. Sedangkan
37
Sandra,Oliver. Strategi Public Relations. Jakarta. Erlangga. 2007 hal 2 – 3
53
Bennett38 menggambarkan strategi sebagai arah yang dipilih organisasi
untuk diikuti dalam mencapai misinya.
Sementara itu Mintzberg39
menawarkan lima kegunaan dari kata strategi, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Sebuah rencana yaitu suatu arah tindakan yang diinginkan secara
sadar.
Sebuah cara yaitu suatu manuver spesifik yang dimaksudkan untuk
mengecoh lawan atau kompetitor.
Sebuah pola yaitu dalam suatu rangkaian tindakan.
Sebuah posisi yaitu suatu cara menempatkan organisasi dalam
sebuah lingkungan.
Sebuah perspektif yaitu suatu cara yang terintegrasi dalam
memandang dunia.
Meskipun strategi yang diterapkan berbeda dari satu organisasi ke
organisasi lainnya, pembuatan strategi umumnya menggunakan tiga
tingkat, yaitu tingkat korporasi, unit bisnis, dan tingkat operasional,
meskipun dalam sebuah perusahaan yang kecil unit bisnis sering juga
berarti tingkat korporasi. Strategi komunikasi antara berbagai tingkat
dalam organisasi harus konsisten. Seringkali terjadi keputusan strategis
yang dibuat pada tingkat-tingkat yang berbeda kurang dipahami. Oleh
karena itu, peran spesialis public relations dalam hal ini adalah relationship
manager adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara
menyeluruh, yang oleh politisi Inggris Peter Mandelson disebut sebagai on
message. Penerapan menyeluruh ini tidak berarti umum atau sama,
meskipun persepsi dari frase tersebut secara terus-menerus dibuat oleh
jurnalis dan rival politiknya agar frase on message memang berarti umum
atau sama.
38
39
Ibid.
Ibid.
54
Ahmad S. Adnanputra, M.A., M.S.40, pakar Humas dalam naskah
workshop berjudul PR Strategy, mengatakan bahwa arti strategi adalah
bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan
produk dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya
perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen.
2.6
Loyalitas Pelanggan
Memiliki pelanggan yang loyal adalah salah satu tujuan akhir dari
perusahaan karena loyalitas pelanggan dapat menjamin kelanggengan
hidup perusahaan dalam jangka panjang. Pada dasarnya loyalitas
pelanggan didefinisikan sebagai sebuah kesetiaan seseorang terhadap
sesuatu hal.
2.6.1
Konsep Loyalitas Pelanggan
Menurut Oliver (1997:392) dalam Vanessa Gaffar41 loyalitas
pelanggan adalah komitmen untuk bertahan secara mendalam untuk
melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali produk atau jasa
terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh
situasi
dan
usaha-usaha
pemasaran
mempunyai
potensi
untuk
menyebabkan perubahan perilaku. Dari definisi Oliver tersebut dapat
dikatakan bahwa pelanggan yang loyal mempunyai semacam fanatisme
yang relatif permanen dalam jangka panjang terhadap suatu produk/jasa
atau suatu perusahaan yang telah menjadi pilihannya.
40
Rosady,Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi.Jakarta. PT Rajagrafindo
Persada. 2006 hal 133
41
Vanessa Gaffar.CRM dan MPR Hotel. Bandung. Penerbit Alfabeta.2007 hal 70
55
Sedangkan Bothe (1996:31) dalam Vanessa Gaffar42 menyatakan
bahwa telah menjadi nyata bahwa sekarang kepuasan pelanggan tidak lagi
menjadi kunci utama sukses perusahaan namun loyalitas pelanggan adalah
kunci dominan sukses suatu bisnis. Loyalitas Pelanggan didefinisikan
sebagai pelanggan yang merasa puas terhadap produk atau jasa perusahaan
dan mereka menjadi word-of-mouth advertiser yang antusias. Lebih jauh ia
memperluas loyalitas tidak hanya pada produk atau jasa saja, tetapi juga
keseluruhan portofolio produk dan jasa perusahaan sebagai bagian dari
umur hidup atau dengan kata lain loyalitas pada merek selamanya.
Konsep lain menurut Griffin (2002:5) dalam Vanessa Gaffar43
mengenai loyalitas pelanggan menyebutkan bahwa konsep loyalitas lebih
mengarah kepada perilaku (behavior) dibandingkan dengan sikap
(attitude) dan seorang pelanggan yang loyal akan memperlihatkan perilaku
pembelian yang dapat diartikan sebagai pola pembelian yang teratur dan
dalam waktu yang lama, yang dilakukan oleh unit-unit pembuat atau
pengambil keputusan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian loyalitas
ialah kesetiaan seseorang dalam jangka waktu yang lama, dimana mereka
melakukan pembelian secara teratur dan perilaku pembelian tidak
dilakukan dengan mengacak (non random) beberapa unit keputusan.
Selain itu karakteristik dari pelanggan yang loyal ialah seseorang yang
kebal terhadap daya tarik produk lain dan selalu memberikan masukan
42
43
Ibid. 71
Ibid.
56
terhadap perusahaan.
Terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi loyalitas pelanggan.
Menurut Zikmund (2003;72) dalam Vanessa Gaffar44 aspek-aspek yang
mempengaruhi
loyalitas
tersebut
adalah
satisfaction
(kepuasan),
merupakan perbandingan antara harapan sebelum melakukan pembelian
dengan kinerja yang dirasakan; emotional bonding (ikatan emosi), dimana
konsumen dapat terpengaruh oleh sebuah merek yang memiliki daya tarik
tersendiri sehingga konsumen dapat diidentifikasikan dalam sebuah merek,
karena sebuah merek dapat mencerminkan karakteristik konsumen
tersebut. Ikatan yang tercipta dari sebuah merek ialah ketika konsumen
merasakan ikatan yang kuat dengan konsumen lain yang menggunakan
produk atau jasa yang sama; trust (kepercayaan), merupakan komponen
ketiga yang memiliki keterkaitan dengan emotional bonding (ikatan emosi)
yaitu kemauan seseorang untuk mempercayakan perusahaan atau sebuah
merek untuk melakukan atau menjalankan sebuah fungsi; choice reduction
and habit (kemudahan) yaitu jika konsumen akan merasa nyaman dengan
sebuah merek ketika situasi mereka melakukan transaksi memberikan
kemudahan. Bagian dari loyalitas konsumen seperti pembelian produk
secara teratur dapat didasari pada akumulasi pengalaman setiap saat.
Dengan pengulangan yang sederhana (kemudahan) kita akan lebih
mengenal merek, toko, perusahaan, websites serta history with the
company (pengalaman terhadap perusahaan) yaitu sebuah pengalaman
44
Ibid. 71-72
57
seseorang pada perusahaan dapat membentuk perilaku. Ketika kita
mendapatkan pelayanan yang baik dari perusahaan, maka kita akan
mengulangi perilaku kita pada perusahaan tersebut.
Kelima faktor di atas, dapat membentuk loyalitas pelanggan yang
didasari perspektif sikap dan perilaku. Loyalitas pelanggan yang didasari
perspektif sikap dipengaruhi oleh ketiga faktor pertama, sedangkan
loyalitas yang didasari perspektif perilaku dipengaruhi oleh kedua hal
lainnya. Kedua perspektif ini pada akhimya dapat membentuk derajat
loyalitas konsumen seperti digambarkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3
What Affect Customer Loyalty
Satisfaction
Emotional
Bonding (affect)
Attitudional
loyalty
Deggre of
customer loyalty
Trust
(risk reduction)
Choice reduction,
habit
Behavioral
loyalty
History with the
company
Sumber: William G. Zikmund, 2003:73, Customer relationship Management:
Intergrating Mareting Strategy and Information Technogy Wiley, USA
Loyalitas yang didasari perilaku didefinisikan sebagai seberapa
konsisten seorang konsumen membeli sebuah merek, yang diukur melalui
58
proporsi atau jumlah pembelian. Menurut Zikmund (2003:69) dalam
Vanessa Gaffar45 terdapat lima bentuk loyalitas yang didasari perilaku,
antara lain undivided loyalty, yaitu perilaku konsumen yang selalu
membeli merek yang sama pada sebuah produk; occasional switcher, yaitu
selalu memilih merek yang sama, namun dapat berubah jika produk itu
tidak tersedia di pasar; switched loyalty, yaitu konsumen yang sebelumnya
memiliki loyalitas terhadap suatu merek, namun berpindah pada merek
lain; divided loyalty, yaitu konsumen yang memiliki loyalitas terhadap
beberapa merek; serta indifference, diartikan sebagai konsumen yang tidak
memiliki loyalitas terhadap sebuah merek dan dia tidak memiliki
kepedulian akan hal ini.
Jika Zikmund berpendapat bahwa salah satu aspek yang
mempengaruhi loyalitas adalah kepuasan, beberapa ahli mengatakan
bahwa kepuasan bukan jaminan bahwa pelanggan akan loyal. Seperti yang
dikemukakan oleh A.B Susanto (2005:3) dalam Vanessa Gaffar46 yang
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan saja belum menjamin pelanggan
akan loyal karena berdasarkan Harvard Business Review disebutkan
bahwa 15-40% dari pelanggan yang semula puas kemudian berlaih ke
pesaing. Oleh karenanya pelanggan yang puas belum tentu menjadi
pelanggan yang setia.
45
46
Ibid. 73
Ibid.
59
2.6.2
Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Zeithaml
dan
Bitner
(2000:201)
dalam Vanessa
Gaffar47
menyatakan bahwa karakteristik loyalitas pelanggan yang didasarkan pada
dimensi perilaku dan sikap adalah merekomendasikan hal-hal positif untuk
perusahaan kepada orang lain, melakukan bisnis lebih banyak dengan
perusahaan di masa yang akan datang, mempertimbangkan perusahaan
sebagai pilihan pertama di masa yang akan datang.
Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal
ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana
diungkapkan Griffin (2002:31) dalam Vanessa Gaffar48, pelanggan yang
loyal memiliki karakteristik yaitu melakukan pembelian secara teratur
(makes regular repeat purchases), membeli di luar lini produk/jasa
(purchases across product and service lines), merekomendasikan kepada
orang lain (refers other), menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk
sejenis dari pesaing (demonstrates immunity to the full of the competition).
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
karakteristik
pelanggan yang loyal sesuai dengan dua perspektif yang telah diuraikan
sebelumnya adalah (1) melakukan pembelian ulang (repeat purchase)
terhadap produk/jasa yang telah menjadi pilihannya, (2) tidak mudah
terpengaruh atau tertarik dengan penawaran produk/jasa lain (refuse), (3)
menarik pelanggan baru untuk perusahaan (penciptaan prospek bagi
perusahaan)
47
48
Ibid. 74
Ibid.
dengan
merekomendasikan
kepada
orang
lain
60
(recommendation) (4) membeli di luar lini produk atau jasa (reward).
Menurut Timm (2001:6-7) dalam Vanessa Gaffar49 loyalitas
pelanggan merupakan susunan dari lima elemen yaitu keseluruhan
kepuasan pelanggan, rendah atau ketidakteraturan dari tingkat kepuasan
membatalkan pelanggan bagi perusahaan untuk mendapatkan loyalitas
pelanggan, komitmen pelanggan untuk menciptakan pembelian berulang
di dalam sebuah hubungan dengan perusahaan, keinginan pelanggan untuk
menjadi pembeli ulang, keinginan pelanggan untuk merekomendasikan
perusahan kepada orang lain, serta daya tahan pelanggan untuk berpindah
kepada pesaing.
2.6.3
Tahap Pertumbuhan Loyalitas Pelanggan
Untuk menjadi konsumen yang loyal, seseorang harus melalui
beberapa tahapan yang melalui suatu proses yang dapat berlangsung lama.
Hill (1996:60) dalam Vanessa Gaffar50 menjelaskan bahwa tingkatan
loyalitas terdiri dari enam tingkat yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
49
50
Ibid.
Ibid. 75
Suspect, meliputi seluruh pembeli produk atau jasa yang ada di pasar
dan tidak sadar atau belum ada keinginan untuk membeli.
Prospect, adalah pelanggan potensial yang mempunyai ketertarikan
terhadap perusahaan tetapi belum melakukan bisnis dengan
perusahaan tersebut.
Customer, yaitu pembeli produk perusahaan (bisa termasuk beberapa
yang melakukan pembelian ulang) yang tidak mempunyai sikap loyal
terhadap perusahaan.
Client, yaitu pelanggan yang berulang yang telah memiliki sikap loyal
terhadap perusahaan dan mendukung perusahaan secara pasif.
Advocates, adalah klien yang secara aktif mendukung perusahaan
dengan cara merekomendasikan kepada orang lain.
Partners, yaitu kemitraan dalam bentuk yang paling kuat dalam
hubungan pelanggan suppiier yang dijalankan oleh kedua pihak dan
61
saling rnenguntungkan. Untuk lebih jelasnya lagi di bawah ini
disajikan gambar piramida mengenai tingkatan loyalitas pelanggan
menurut Hill. Lihat Gambar 2.4
Gambar 2.4
The Loyalty Pyramid (Hill)
Sumber : Nigel Hill, 1996, Handbook of Customer Satisfaction, Gower Publishing
Ltd, Hempshire, England.
Sedangkan Griffin (2002:35) dalam Vanessa Gaffar51 menyatakan
bahwa tingkatan loyalitas terdiri dari :
(1) Suspect, meliputi orang yang mungkin akan membeli barang/jasa
perusahaan.
(2) Prospect, adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan
produk/jasa tertentu, dan mempunyai keyakinan untuk membelinya.
(3) Disqualified Prospect, yaitu prospect yang telah mengetahui
keberadaan barang/jasa tertentu, tetapi tidak mempunyai kemampuan
untuk membeli barang/jasa tersebut.
(4) First Time Customers, yaitu konsumen yang membeli untuk pertama
51
Ibid.
62
kalinya, mereka masih menjadi konsumen yang baru.
(5) Repeat Customers, yaitu konsumen yang telah melakukan pembelian
suatu produk sebanyak dua kali atau lebih.
(6) Clients, yaitu pembeli semua barang/jasa yang mereka butuhkan dan
tawarkan perusahaan, mereka membeli secara teratur;
(7) Advocates, seperti layaknya clients, advocates membeli seluruh
barang/ jasa yang ditawarkan yang ia butuhkan, serta melakukan
pembelian secara teratur sebagai tambahan mereka mendorong
teman-teman mereka yang lain agar membeli barang/jasa tersebut.
Apabila digambarkan ke dalam sebuah piramida, maka akan
terlihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5
The Loyalty Pyramid (Griffin)
Sumber : Griffin, 2002, Customer Loyalty: How to Keep It How to Earn It,
Lexington Books, Singapore.
Hermawan (2003:100) dalam Vanessa Gaffar52 membagi tahapan
loyalitas pelanggan kedalam lima tingkatan yaitu :
(1) Terrorist Customer, pelanggan yang suka menjelek-jelekan merek
52
Ibid. 76-77
63
perusahaan dikarenakan tidak suka atau pernah tidak puas dengan
layanan yang diberikan perusahaan. Pelanggan seperti ini bersikap
seperti teroris yang suka menyusahkan perusahaan.
(2) Transactional Customer, pelanggan yang memiliki hubungan dengan
perusahaan yang sifatnya sebatas transaksi, pelanggan seperti ini
membeli satu atau dua kali, sesudah itu dia tidak mengulangi
pembeliannya, atau apabila melakukan pembelian lagi sifatnya
kadang-kadang. Pelanggan yang memiliki sifat seperti ini mudah
datang dan pergi karena tidak memiliki relationship yang baik dengan
produk/merek perusahaan, basis relationship-nya adalah transaksional.
(3) Relationship Customer, tipe pelanggan yang memiliki nilai ekuitasnya
lebih tinggi dibanding dua jenis pelanggan di atas, pelanggan jenis ini
telah melakukan repeat buying dan pola hubungannya dengan produk
atau merek perusahaan adalah relasional.
(4) Loyal Customer, pelanggan jenis ini tidak hanya melakukan repeat
buying, tapi lebih jauh lagi sangat loyal dengan produk dan merek
perusahaan. Bila ada orang lain yang menjelekan perusahaan,
pelanggan ini tetap bertahan, dia tetap bersama perusahaan seburuk
apapun orang menjelekan perusahaan.
(5) Advocator Customer, pelanggan dengan tingkatan tertinggi, sangat
istimewa dan excellent dimana mereka menjadi aset terbesar
perusahaan bila perusahaan memilikinya. Tahapan ini, pelanggan
adalah pelanggan yang selalu membela produk dan merek perusahaan,
64
pelanggan yang menjadi juru bicara yang baik kepada pelanggan lain
dan pelanggan yang marah apabila ada orang lain menjelek-jelekan
merek perusahaan.
Rust et.al. (2000:191) dalam Vanessa Gaffar53 mengemukakan
bahwa terdapat hubungan antara ikatan pelanggan dengan profitabilitas
bagi perusahaan yang digambarkan sebagai berikut :
(1) The
Platinum Tier,
menggambarkan
pelanggan
yang
paling
menguntungkan perusahaan, biasanya pemakai produk, tidak sensitif
terhadap harga, mau mencoba produk baru, dan merupakan pelanggan
yang mempunyai komitmen terhadap perusahaan.
(2) The Gold Tier, pelanggan dengan tingkat profitabilitas tidak tinggi,
mungkin disebabkan karena mereka ingin memperoleh diskon atau
mereka tidak loyal. Mereka mungkin pemakai berat produk
perusahaan dengan meminimalkan resiko yang diterima dengan
bekerjasama dengan pesaing.
(3) The Iron Tier, berisi pelanggan yang penting yang berpengaruh
terhadap volume penjualan perusahaan tetapi belanja, loyalitas, serta
profitabilitas mereka tidak substansial untuk diperlakukan secara
khusus.
(4) The Lead Tier, terdiri dari pelanggan yang merugikan perusahaan.
Mereka menuntut perhatian yang lebih dibandingkan dengan belanja
53
Ibid. 78
65
dan profitabilitas yang mereka berikan ke perusahaan, serta terkadang
berkeluh kesah kepada pihak lain mengenai perusahaan.
2.6.4
Jenis-jenis Loyalitas Pelanggan
Jenis-jenis loyalitas pelanggan menurut Griffin (2002:22) dalam
Vanessa Gaffar54 terdiri dari empat jenis, yaitu :
(1) Tidak ada kesetiaan (no loyalty), untuk berbagai alasan yang berbeda
ada pelanggan yang tidak meng-embangkan suatu kesetiaan terhadap
produk atau jasa tertentu. Tingkat keterikatan (attachment) dengan
repeat patronage yang rendah menunjukkan absensinya suatu
kesetiaan. Pada dasarnya suatu usaha harus menghindari kelompok no
loyalty ini untuk dijadikan target pasar karena mereka tidak akan
pernah menjadi pelanggan yang setia.
(2) Kesetiaan yang tidak aktif (inertia loyalty), suatu tingkat keterikatan
yang rendah dengan pembelian ulang yang tinggi akan mewujudkan
suatu inertia loyalty. Pelanggan yang memiliki sikap ini biasanya
membeli berdasarkan kebiasaan. Dasar yang digunakan untuk
pembelian produk atau jasa biasanya karena sudah terbiasa
memakainya atau karena faktor kemudahan situasional. Kesetiaan
semacam ini biasanya banyak terjadi terhadap produk atau jasa yang
sering dipakai, contoh dari kesetiaan ini biasanya terlihat pada
pembelian bensin di pom bensin yang berada dekat dengan rumah dan
sebagainya. Tetapi mungkin saja mengubah kelompok inertia loyalty
54
Ibid. 78-79.
66
menjadi kelompok pelanggan dengan kesetiaan yang lebih tinggi bila
secara aktif mendekatkan diri dengan pelanggan tersebut akan produk
atau jasa yang ditawarkan oleh para pesaing, misalnya dengan
meningkatkan keramahan dan fasilitas pengiriman bagi pelanggan.
(3) Kesetiaan Tersembunyi (laten loyalty), yaitu suatu keterikatan yang
relatif tinggi yang disertai dengan tingkat pembelian yang rendah
meng-gambarkan laten loyalty dari pelanggan. Bagi pelanggan yang
memiliki sikap laten loyalty pembelian ulang banyak dipengaruhi oleh
faktor situasional daripada faktor sikapnya.
(4) Kesetiaan Premium (premium loyalty), yang merupakan jenis
kesetiaan yang terjadi bilamana suatu tingkat keterikatan yang tinggi
berjalan selaras dengan aktivitas pembelian kembali. Kesetiaan jenis
inilah yang sangat diharapkan dari setiap pelanggan dalam setiap
usaha. Pada tingkat persentase yang tinggi maka orang-orang akan
bangga bilamana menemukan dan menggunakan produk atau jasa
tersebut dan dengan senang hati membagi pengetahuan dari
pengalaman mereka kepada teman atau keluarga mereka.
Dalam kaitannya dengan CRM, loyalitas pelanggan adalah hasil
yang didapat dari suatu organisasi yang menciptakan manfaat untuk para
pelanggannya sehingga mereka akan tetap melakukan pembelian atau
bahkan meningkatkan pembelian dari organisasi tersebut. Loyalitas
pelanggan yang sesungguhnya tercipta jika pelanggan menjadi advokat
67
bagi perusahaan, tanpa insentif sekalipun. Loyalitas pelanggan dapat
diciptakan tetapi tentunya suatu organisasi harus bekerja keras untuk itu
dengan menciptakan suatu hubungan win-win antara perusahaan dengan
pelanggannya melalui pemberian manfaat bagi kedua pihak.
Oleh karena itu terdapat hubungan antara loyalitas pelanggan
dengan nilai pelanggan seperti yang tertuang di dalam fried egg model.
Model tersebut menyatakan bahwa kuning telur merupakan pelanggan
yang telah ditargetkan oleh perusahaan dan putih telur sebagai strategi
CRM perusahaan yang merupakan lapisan yang mengelilingi kuning telur.
Lapisan inilah yang berfungsi sebagai proteksi dan pelindung bagi kuning
telur sehingga kebocoran akan dapat dicegah. Kuning telur akan semakin
bertambah kuat hanya bila tetap berada di dalam putih telurnya. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara pelanggan dengan perusahaan akan
semakin kuat melalui tahapan-tahapan CRM dalam perjalannya yang akan
mengarah kepada loyalitas pelanggan. Dapat dilihat pada Gambar 2.6
berikut :
Gambar 2.6
The Fried Egg Model
Sumber: Stanley Brown, 2000, Customer Relationship Management; p. 41; John
Wiley and Sons, Canada.
68
Loyalitas itu sendiri dapat diukur secara berbeda berdasarkan pada
tahapan mana proses CRM ini berada. Pada tahapan pengakuisisian
pelanggan pengukuran loyalitas berhubungan dengan transaksi seperti
perputaran produk/jasa yang ditawarkan. Hal ini berhubungan dengan
profitabilitas seperti marjin profit dari produk atau jasa yang ditawarkan.
Pengukuran loyalitas ini berubah menjadi yang berorientasi terhadap
hubungan, seiring dengan berubahnya tahapan menjadi retensi pelanggan.
Pengukuran profitabilitas tidak lagi digunakan dan digantikan menjadi
share of wallet, yaitu proporsi belanja potensial pelanggan. Tahap
selanjutnya adalah tahap strategic customer care dimana pada tahapan ini
norma dari nilai pelanggan bersatu dengan nilai perusahaan. Pengukuran
profitabilitasnya berdasarkan share of life. Pelanggan loyal sangat jarang
berorientasi kepada harga saja tetapi memandang hubungan pelanggan
sebagai "nilai uang". Dalam hal ini, pelanggan berlaku sebagai advokat
bagi perusahaan dan karenanya membantu menarik perhatian pelanggan
baru.
Ada empat situasi dasar dalam hubungan pelanggan menurut
Brown (2000:64) dalam Vanessa Gaffar55 yaitu :
a.
b.
c.
55
Ibid. 80-81
pelanggan setia dan menguntungkan di mana perusahaan fokus pada
memperdalam hubungan, memperkuat kesetiaan dan mengoptimalkan
profitatailitas melalui penjualan silang;
pelanggan loyal tetapi tidak menguntungkan dimana perusahaan
harus menjaga hubungan dan memastikan loyalitas karena pelanggan
masih bisa menguntungkan melalui penjualan silang. Jika tidak
pelanggan harus didrop atau ditinggalkan;
pelanggan menguntungkan tetapi tidak loyal, dalam hal ini
69
d.
perusahaan harus fokus secara total untuk memperkuat hubungan dan
membangun loyalitas; dan yang terakhir
pelanggan tidak loyal dan tidak menguntungkan, dimana dalam
situasi ini saatnya bagi perusahaan untuk memberikan pelanggan
kepada pesaing.
Di bawah ini tampak Gambar 2.7 yaitu model 4 kuadran yang
menghubungkan
antara
loyalitas
dan
profitabilitas
seperti
yang
dikemukakan oleh Brown (2000:65)
Gambar 2.7
From Customer Acquisition to Strategic CRM
Sumber : Stanley Brown, 2000, Customer Relationship Management; p. 41; John
Wiley and Sons, Canada.
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada waktu perusahaan
mendapatkan
pelanggan,
menciptakan
loyalitas
pelanggan
serta
menciptakan ketergantungan pelanggan, perusahaan akan berada pada
kuadran kanan atas. Tetapi jika prosesnya dimulai dari the courtship, maka
perusahaan akan berada pada kuadran kiri bawah di mana pelangan dalam
hal ini sensitif terhadap harga dan sangat dipengaruhi oleh promosi.
70
Dengan semakin berkembangnya hubungan, akan ada pergerakan menuju
perbaikan
loyalitas
dan
penciptaan
nilai.
Manfaat
yang
saling
menguntungkan dapat dicapai dan mekanisme penghargaan adalah
operasional. Model ini dapat digunakan secara menyeluruh dalam
perjalanan CRM.
Dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai loyalitas pelanggan
harus dimulai dari pandangan secara menyeluruh mengenai pelanggan.
Yang perlu diingat disini bahwa pelanggan adalah aset strategis yaitu
sesuatu yang berjumlah sedikit dan harus diperlakukan dengan hati-hati.
Begitu perusahaan mendapatkan pelanggan, pelanggan tersebut harus
diberi limpahan perhatian. Penggunaan hubungan pelanggan merupakan
salah satu kesempatan dalam menciptakan loyalitas.
Mengacu pada penelitian kali ini peneliti meneliti strategi apa saja
yang digunakan RM Bank Panin KCP Pintu Besar 2 dalam meningkatkan
loyalitas nasabah, dan dari hasil keseluruhan penelitian Gisty Agih selaku
RM Bank Panin KCP Pintu Besar 2 cenderung menitikberatkan CRM
sebagai strategi yang dia terapkan. Dengan demikian jelas sudah bahwa
CRM merupakan strategi yang jitu dalam rangka upaya meningkatkan
loyalitas nasabah. Karena dengan mengetahui segala kebutuhan dan
keinginan nasabah serta memberikan nilai tambah bagi nasabah tentu akan
memberikan dorongan kepada nasabah untuk menjalin hubungan yang
kuat dengan perusahaan.
Download