epid penyakit yang ditularkan vektor dan surveilans 2013

advertisement
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT YANG
DITULARKAN VEKTOR DAN
SURVEILANS
Oleh:
Abdiana, SKM,M.Epid
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
FK-UNAND
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
frekuensi, distribusi masalah kesehatan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan pada manusia.
DEFINISI VEKTOR
Vektor adalah serangga penular penyakit yang
dapat menularkan penyakit kepada manusia.
Definisi Epidemiologi Penyakit Vektor
Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan
distribusi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit yang
ditularkan oleh vektor yang terjadi pada
manusia.
Epidemiologi Penyakit yang
ditularkan Vektor
• Frekwensi
Besarnya masalah penyakit yang ditularkan
oleh vektor yang terdpt pd seklpk manusia
• Distribusi
Penyebaran penyakit yang ditularkan vektor
menurut ciri2 orang, tempat dan waktu.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
penyakit yang ditularkan oleh vektor
Tujuan Epidemiologi
Penyakit yang ditularkan oleh vektor
• Mengumpulkan fakta data ttg berbagai penyakit yg
ditularkan vektor
• Menjelaskan penyb penyakit yang ditularkan vektor
• Menemukan/merencanakan pemecahan masalah penyakit
yang ditularkan vektor serta mengevaluasi aktivitas
pelaksanaan.
• Mengambarkan status kesehatan penduduk utk
menetapkan prioritas masalh penyakit yg ditularkan
vektor dlm perencanaan.
• Mengembangkan sistim pengendalian dan pemberantasan
penyakit
Jenis Vektor
1.
2.
3.
4.
Nyamuk
Lalat
Kutu, tungau
dll
Siklus Hidup Vektor
Peranan Vektor
• Vektor aktif
• Vektor pasif
Secara Ilmiah dpt dibuktikan bhw dalam
tubuh vektor ada agen patogen dan dpt
menularkan agen tsb kpd hospes lain, tetapi
vektor ini tdk aktif mencari mangsanya.
Penyakit Bawaan Vektor
Penyakit
Penyebab
Vektor
Malaria
Plasmodium
Anopheles
DHF
Virus DHF
Aedes aegypty
Toxoplasmosis
Toxoxplasma
Ctenochepalides
felis
Riketsiosis
Riketsia prowazeki Pedikulus
humanus
Pemberantasan Vektor
• Memutus daur hidup
• Pengunaan insektisida
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DBD
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DBD
Adalah ilmu yang mempelajari tentang
frekuensi, distribusi penyakit DBD dan
faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
DBD yang terjadi pada sekelompok manusia.
PERKEMBANGAN PENYAKIT DBD (1)
• Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di
daerah tropis dan sub-tropis
• Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia
menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya
• Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD
tertinggi di Asia Tenggara (WHO)
PERKEMBANGAN PENYAKIT DBD (2)
• Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali
ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968,
dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24
orang diantaranya meninggal dunia (Angka
Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat
itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh
Indonesia.
ETIOLOGI
• Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue
dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk.
• Famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den4.
FREKWENSI DBD
• Di Indonesia Sejak tahun 1968 telah terjadi
peningkatan persebaran jumlah provinsi dan
kabupaten/kota yang endemis DBD.
• Provinsi Maluku, dari tahun 2002 sampai
tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD.
• Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah
kasus DBD, pada tahun 1968 hanya 58 kasus
menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009.
Angka Insiden DBD per 100.000
Penduduk di Indonesia Tahun
1968 – 2009
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009
Angka Insiden DBD per 100.000 Penduduk
di Indonesia Tahun 2009
Lima provinsi tertinggi Angka Insiden
DBD per 100.000 Penduduk di Indonesia
Tahun 2005-2009
ANGKA KEMATIAN
• Angka Kematian /Case Fatality Rate (CFR)
pada tahun-tahun awal kasus DBD merebak di
Indonesia sangat tinggi.
Jumlah Absolut Kematian DBD dan Angka
Kematian di Indonesia Tahun 1968 – 2009
ANGKA KEMATIAN DBD BERDASARKAN
PROVINSI
• Pada tahun 2009, provinsi dengan AK tertinggi
adalah
Bangka Belitung (4,58%)
Bengkulu (3,08%)
Gorontalo (2,2%)
• sedangkan AK yang paling rendah adalah
Sulawesi Barat (0%),
DKI Jakarta (0,11%) dan
Bali (0,15%).
Angka Kematian DBD per Provinsi
Tahun 2009
DISTRIBUSI BERDASARKAN UMUR
• Dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok
umur terbesar kasus DBD adalah kelompok
umur <15 tahun,
• Tahun 1999 - 2009 kelompok umur terbesar
kasus DBD cenderung pada kelompok umur >=15
tahun.
Persentase Kasus DBD Berdasarkan
Kelompok Umur Tahun 1993 - 2009
DISTRIBUSI BERDASARKAN JENIS
KELAMIN
• Jumlah penderita berjenis kelamin laki-laki
adalah 10.463 orang (53,78%) dan perempuan
berjumlah 8.991 orang (46,23%).
Persentase Kasus DBD Berdasarkan Jenis
Kelamin Tahun 2008
DISTRIBUSI BERDASARKAN WAKTU
• Perubahan iklim dapat memperpanjang masa
penularan penyakit yang ditularkan melalui
vektor.
• Berdasarkan pengamatan terhadap ICH yang
dihubungkan dengan kenaikan jumlah kasus
DBD, maka pada daerah dengan ICH tinggi
perlu kewaspadaan sepanjang tahun.
• sedangkan daerah yang terdapat musim
kemarau maka kewaspadaan terhadap DBD
dimulai saat masuk musim hujan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
• faktor perilaku dan partisipasi masyarakat
yang masih kurang dalam kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
• Faktor pertambahan jumlah penduduk dan
faktor peningkatan mobilitas penduduk yang
sejalan dengan semakin membaiknya sarana
transportasi menyebabkan penyebaran virus
DBD semakin mudah dan semakin luas.
MALARIA
• Penyebab: Plasmodium
- Plasmodium malaria
- Plasmodium Falciparum
- Plasmodium ovale
- Plasmodium vivax
• Vektornya Anopheles
Epidemiologi
• Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh
provinsi di Indonesia.
• Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi
wilayah dimana Indonesia bagian Timur masuk
dalam stratifikasi malaria tinggi.
• stratifikasi sedang di beberapa wilayah di
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera
• sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam
stratifikasi rendah, meskipun masih
terdapat desa/fokus malaria tinggi.
Epidemiologi
• API dari tahun 2008 – 2009 menurun dari 2,47 per
1000 penduduk menjadi 1,85 per 1000 penduduk.
Bila dilihat per provinsi dari tahun 2008 – 2009
provinsi dengan API yang tertinggi adalah Papua
Barat, NTT dan Papua terdapat 12 provinsi yang
diatas angka API nasional.
API per 100.000 penduduk per
provinsi thn 2009
Sumber depkes, 2009
DISTRIBUSI BERDSARKAN UMUR (1)
Menurut karakteristik umur
• Point prevalence paling tinggi adalah pada
umur 5-9 tahun (0,9%),
• kemudian pada kelompok umur 1-4 tahun (0,8%)
•
dan paling rendah pada umur <1 tahun
(0,3%).
• Sedangkan menurut period prevalence,
prevalens paling tinggi adalah pada kelompok
umur >15 tahun (10,8%),
• nomor dua paling tinggi pada kelompok umur 1-4
tahun (10,7%)
• dan paling rendah tetap pada umur <1 tahun (8,2%).
DISTRIBUSI BERDSARKAN UMUR (2)
• Data diatas tampak kecenderungan kelompok
yang berisiko tinggi terkena malaria
bergeser dari usia >15 tahun ke usia 1-4
tahun.
• Oleh karena itu perlu intervensi pencegahan
malaria pada usia 1-4 tahun, memperkuat
promosi anak dibawah lima tahun tidur
dibawah kelambu berinsektisida serta
menyediakan obat malaria yang sesuai dengan
umur balita.
DISTRIBUSI BERDASARKAN JENIS
KELAMIN
• Untuk karakteristik jenis kelamin, tempat
tinggal, pendidikan dan pekerjaan, point
prevalensi dan period prevalensi hampir
sama.
• Pada point prevalensi, prevalensi pada
laki-laki sama dengan perempuan (0,6%), di
perdesaan (0,8%) dua kali prevalensi di
perkotaan (0,4%).
DISTRIBUSI BERDASARKAN
PENDIDIKAN
• Pendidikan tidak tamat SD (0,7%)
• Tidak pernah sekolah (0,8%)
• Kelompok tamat PT, prevalensinya (0,2%).
DISTRIBUSI BERDASARKAN
PEKERJAAN
• Kelompok “sekolah” dan petani/nelayan/buruh
merupakan kelompok pekerjaan yang tertinggi
prevalensinya (masing-masing 0,7%).
• Kelompok yang paling rendah adalah
Pegawai/TNI/POLRI (0,3%).
Point Prevalent Malaria Berdasarkan
DistribusiKarakteristik Responden
Sumber : Riskesdas 2010
Kebiasaan Hidup (1)
• Menurut tempat berkembang biak, vektor
malaria dapat dikelompokkan dalam tiga tipe
yaitu
• berkembang biak di persawahan,
• perbukitan/hutan dan
• pantai/aliran sungai.
Kebiasaan Hidup (2)
• Berkembang biak di daerah persawahan adalah An.
aconitus, An. Annullaris, An. barbirostris, An.
kochi, An karwari, An.nigerrimus, An.sinensis,
An.tesellatus, An.Vagus, An. letifer.
• Vektor malaria yang berkembang biak di
perbukitan/hutan adalah An.balabacensis,
An.bancrofti, An.punculatus, An.Umbrosus.
• Berkembang didaerah pantai/aliran sungai jenis
vekor malaria adalah An.flavirostris,
An.Koliensis, An.ludlowi, An.minimus,
An.punctulatus, An.parangensis, An.sundaicus,
An.subpictus.
Kebiasaan Hidup (3)
• Waktu aktivitas menggigit vektor malaria yang sudah
diketahui yaitu
• jam 17.00-18.00, sebelum jam 24 (20.00-23.00),
sete-lah jam 24 (00.00-4.00).
• Vektor malaria yang aktivitas menggigitnya jam
17.00-18.00 adalah An.tesselatus
• sebelum jam 24 adalah An.Aconitus,
An.annullaris, An.barbirostris, An.kochi,
An.sinensis, An.Vagus
• sedangkan yang menggigit setelah jam 24 adalah
An.farauti, An.koliensis, An.leucosphyrosis,
An.unctullatus.
UPAYA PENGENDALIAN
• Pemakaian kelambu
• Pengendalian vektor
FILARIASIS
ETIOLOGI
• Filariasis disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan melalui berbagai jenis
nyamuk.
• Filariasis dapat ditularkan oleh seluruh
jenis spesies nyamuk.
• Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih
dari 23 spesies vektor nyamuk penular
filariasis yang terdiri dari genus
Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia, dan
Armigeres
FREKWENSI FILARIASIS
• Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga
provinsi dengan jumlah kasus terbanyak
filariasis adalah
Nanggroe Aceh Darussalam (2.359 orang),
Nusa Tenggara Timur (1.730 orang)
Papua (1.158 orang).
• Tiga provinsi dengan kasus terendah adalah
• Bali (18 orang)
• Maluku Utara (27 orang)
• Sulawesi Utara (30 orang)
PENDERITA FILARIASIS PER
PROVINSI TAHUN 2009
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009
DISTRIBUSI
• Distribusi daerah endemis ditentukan
berdasarkan hasil survei jari terhadap
mikrofilaria di setiap kabupaten.
• Dari seluruh kabupaten yang disurvei,
dihitung mikrofilaria ratenya.
• Mikrofilaria rate tersebut menggambarkan
prevalensi orang yang dalam pemeriksaan
darah tusuk jari mengandung mikrofilaria
dibandingkan dengan jumlah orang yang
diperiksa.
Distribusi Mikrofilaria rate rata-rata
seluruh provinsi di Indonesia 2009
Siklus hidup filariasis
Kebiasaan Hidup
• Berkembang didaerah genangan air kotor,
disalu.pembuangan, tangki dan bermacammacam wadah.
• Nyamuk mengigit manusia di dlm dan diluar
rmh.
SURVEILANS
DEFINISI
Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan,
analisis & interprestasi data scr sistematik & terus
menerus serta diseminasi tepat waktu kepada pihakpihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat (Last, 2001).
Tujuan Surveilans Epidemiologis
(menurut WHO, 2002)
1. Memprediksi dan mendeteksi dini Epidemi (Outbreak).
2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program
pencegahan dan pengendalian penyakit.
3. Sebagai sumber informasi untuk penentuan prioritas,
pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi, dan
alokasi sumber daya kesehatan.
4. Monitoring kecenderungan penyakit Endemis dan
mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.
5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih
lanjut.
Surveilans beralasan untuk dilakukan
jika dilatari oleh kondisi – kondisi
berikut ( WHO, 2002 ) :
1. Beban Penyakit ( Burden of Disease ) tinggi,
sehingga merupakan masalah penting kesehatan
masyarakat.
2. Data yang relevan mudah diperoleh
3. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang
dilakukan ( pertimbangan efisiensi ).
Ruang Lingkup Surveilans
Epidemiologi
• SE Penyakit Menular : mrp analisis terus
menerus & sistematis thd penyakit & faktor
risiko utk mendukung upaya PPM
• SE Penyakit Tidak Menular
• SE Kesling & Perilaku (mendukung program
penyehatan lingkungan)
• SE Masalah Kesehatan (mendukung program2
kesehatan tertentu)
• SE Kesehatan Matra (kesh haji, udara,keracunan,
pelabuhan, laut, KLB
Kegiatan Pokok Surveilans
1. Pengumpulan Data
2. Penglahan Data
3. Analisis Data dan Interpretasi Data
4. Penyebaran Informasi
Surveilans Ada 2:
1. Surveilans Aktif
2. Surveilans Pasif
Alur penyampaian informasi &
umpan balik
PUSAT
WHO
PROVINSI
KAB
RS PUSKESMAS
= Pelaporan
= Umpan balik
Referensi
•
•
•
•
•
•
Azrul, Azwar. 2000. Pengantar Epidemiologi.
Heru subaris K, 2008. Intisari Epidemiolodi
Depkes, 2010. Malaria di Indonesia
Depkes, 2010. DBD di Indonesia
Martadinata, Peranan vektor.
James F, Robert. 2002. Kesehatan Masyarakat
suatu pengantar.
Terima Kasih
Download