BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep nutrisi 2.1.1 Defenisi nutrisi Tubuh memerlukan nutrisi untuk kegiatan kelangsungan hidup. Nutrisi yang diperlukan tubuh adalah nutrien yang terdapat dalam makanan karena mengandung nutrien esensial bagi kelangsungan metabolisme sel tubuh. Nutrien esensial yang diperlukan antara lain karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Proses pencernaan dan penyerapan nutrien esensial tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan kerja organ system pencernaan (Astuti, 2010). Nutrisi merupakan proses pengambilan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh. Proses ini mencakup 3 tahap, yaitu tahap memasukkan makanan atau minuman ke dalam tubuh, tahap pemecahan makanan atau minimum menjadi unsur gizi, dan tahap pendistribusian zat gizi tersebut melalui sirkulasi darah ke seluruh tubuh, dimana makanan tersebut disajikan bahan bakar untuk berbagai keperluan tubuh. Pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi, perlu asupan nutrisi yang mengandung cukup nutrien: vitamin, mineral, protein, karbohidrat, lemak dan air (Sutandyo, 2007). Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi nutrisi a) Pengetahuan Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makanan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan nutrisi. b) Prasangka Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makanan tertentu juga mempengaruhi status nutrisi. Misalnya, dibeberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka. c) Kebiasaan Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan dapat mengakibatkan kurangnya nutrisi. Misalnya, dibeberapa daerah terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut sumber vitamin yang sangat baik. Adapula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan. d) Kesukaan Kesukaan yang berlebih terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Misalnya, Universitas Sumatera Utara mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food). Makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik. e) Ekonomi Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan dengan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah. 2.1.3 Jenis jenis nutrisi a. Karbohidrat Karbohidrat tersusun atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat dikelompokkan menjadi karbohidrat sederhana dan kompleks. Karbohidrat sederhana tersususun atas gula sederhana, dan karbohidrat tersusun lebih dari dua unit gula sederhana di dalam satu molekul. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh, karbohidrat juga memberikan rasa manis pada makanan terutama monosakarida dan disakarida. Karbohidrat juga berperan dalam menghemat penggunaan protein, mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna, membantu mengeluarkan feses dengan mengatur peristaltik usus dan memberikan bentuk pada feses. Bentuk karbohidrat yaitu monosakarida, disakarida, polisakarida. Universitas Sumatera Utara b. Protein Protein bagian penyusun tubuh yang paling besar setelah air. Seperlima bagian dari tubuh terdiri dari protein. Separuh jumlah protein terdapat dalam otot, seperlima di dalam tulang, dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Unsur utama protein yakni nitrogen sebanyak 16% berat protein, yang tidak ada pada ikatan karbohidrat dan lemak. Protein juga dapat mengandung unsur fosfor, besi, iodium, dan kobalt. Protein juga memiliki fungsi membangun dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, membentuk ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh yang bertibdak sebagai buffer, pembentukan antibody, mengangkut zat-zat gizi, dan sebagai sumber energi. c. Lemak Lemak berfungsi sebagai sumber energy, sumber asam lemak esensial, alat pengangkut vitamin yang larut dalam lemak, menghemat penggunaan protein, dapat memberikan rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, menjaga suhu tubuh, dan melindungi organ tubuh. Kebutuhan lemak yang dianjurkan WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanya 15-30% kebutuhan energi total yang dianggap baik untuk kesehatan. Di antara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Sumber utama lemak yaitu minyak tumbuh-tumbuhan seperti minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, Universitas Sumatera Utara ,mentega, margarine, dan lemak hewan. Sumber lemak lainnya yaitu kacang-kacangan, biji-bijian, daging, krim, susu, dan kuning telur serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. d. Vitamin Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutukan dalam jumlah sangat kecil dan tidak dibentuk oleh tubuh. Vitamin berfungsi ikut berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energy, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, umumnya sebagai koenzim atau bagian dari enzim. Sebagian besar vitamin sebagai koenzim berbentuk apoenzim, dimana vitamin berikatan dengan protein. Kelompok vitamin: 1. Larut dalam lemak:vitamin A, D, E dan K 2. Larut dalam air:vitamin B, dan C e. Mineral Mineral merupakan bagian dari tubuh da memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh lebih darin 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Fungsi umum mineral adalah sebagai bahan pembentuk bermacam-macam jaringan tubuh, memelihara keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh, mengatalisis reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak, protein dan lemak. Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Efek kanker pada status nutrisi Efek kanker pada status nutrisi dibagi menjadi dua yaitu, efek sistemik dan efek lokal. Efek sistemik diantaranya adalah anoreksia, defisiensi vitamin A, B,C, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, hiperkalsemia, sindrom ketidakpatenan sekresi hormon antidiuretik, imunokompeten. Efek lokal diantaranya adalah kerusakan pencernaan (mengunyah, menelan, obstruksi, distensi, dan peristaltis), nyeri, fisura usus, malabsorpsi (Otto, 2005). 2.1.5 Manajemen nutrisi pada efek samping kemoterapi Efek samping kemoterapi dapat meliputi mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, kembung, luka pada mulut, perubahan cita rasa, mulut kering, penurunan dan penambahan berat badan (Herbold, 2013) Tindakan yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang menjalani kemoterapi terkait masalh efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi adalah: 1. Mual dan muntah a. Pasien ditempatkan di ruangan yang sejuk. b. Hindari makan di dalam ruangan dimana terdapat bau masakan atau keadaan yang terlalu panas. c. Cuci mulut sebelum dan sesudah makan. d. Hindari makan 1-2 jam sebelum dan sesudah kemoterapi. e. Hindari makanan yang menyebabkan mual seperti makanan pedas, berminyak, berlemak, dan bau menyengat. Universitas Sumatera Utara f. Makan makanan dingin atau pada suhu ruangan dengan porsi kecil beberapa kali sehari. g. Minum air sedikit demi sedikit dan tingkatkan asupan cairan. h. Batasi cairan pada saat makan. i. Hindari penggunaan bumbu yang berlebihan pada makanan. j. Elevasi kepala dilakukan selama 1 jam setelah makan. k. Menghisap permen seperti pepermin atau lemon bila mulut terasa tidak enak. l. Pada periode mual hebat, melakukan aktivitas yang bersifat relaksasi seperti membaca atau tidur. m. Menjaga kebersihan mulut dan berolahraga n. Pemberian antimetik untuk mengurangi gejal. 2. Diare a. Makan makanan (sup, pisang) dan minuman untuk mengganti cairan serta elektrolit yang hilang. b. Hindari makanan berminyak, minuman panas atau dingin dan kafein. c. Hindari makanan tinggi serat terutama kacang kering dan sayuran (brokoli, kubis). d. Makan makanan tinggi protein. e. Asupan cairan ditingkatkan. f. Batasi susu sampai 2 gelas per hari atau hindari susu dan produk susu sampai penyebab ditemukan. Universitas Sumatera Utara g. Obat antidiare dapat diberikan. 3. Kembung a. Makan dan minum secara perlahan. b. Turunkan asupan serat. c. Makan makanan porsi kecil dengan frekuensi sering. d. Hindari makanan yang dapat memproduksi gas. e. Olahraga secara teratur bila memungkinkan. f. Batasi makanan yang mengandung laktosa bila tidak dapat ditoleransi. 4. Konstipasi a. Makan makanan yang mengandung serat, direkomendasikan asupan serat 25-35 gram per hari. b. Minum 8-10 gelas per hari. c. Melakukan aktivitas fisik seperti berjalan dan berolahraga secara teratur. d. Jika telah terjadi konstipasi, lanjutkan makan makanan tinggi serat dan minum air yang cukup, menjaga aktivitas fisik dan berikan medikasi. 5. Luka pada mulut a. Makan makanan lunak yang mudah dikunyah dan ditelan seperti buah yang lunak (pisang, melon, pir, keju, kentang yang lunak). b. Makan makanan yang mengandung tinggi kalori/protein. c. Hindari makanan yang asin, asam dan pedas. Universitas Sumatera Utara d. Makan makanan perlahan-lahan bila perlu gunakan sedotan. 6. Dehidrasi a. Minum 8-12 gelas per hari, dapat berupa air putih, susu atau makanan yang mengandung air yang cukup seperti pudding, es krim. b. Batasi minuman yang mengandung kafein seperti soda, kopi, teh. c. Gunakan obat untuk mengurangi mual muntah. 7. Mulut kering a. Meningkatkan asupan cairan. b. Memilih makanan yang lunak. c. Permen dapat digunakan sebagai stimulasi pengeluaran saliva. d. Hindari alkohol dan rokok. 2.1.5 Tujuan Terapi Nutrisi Tujuan terapi nutrisi pada pasien kemoterapi antara lain: a. Memperbaiki kekurangan nutrisi atau mencegah malnutrisi b. Mencegah komplikasi dan efek samping yang berhubungan dengan nutrisi c. Mencegah berkurangnya massa otot, tulang, darah, organ dan massa tubuh yang lain d. Memberikan kekuatan dan energi bagi tubuh e. Mencegah terkena infeksi f. Membantu penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidup Universitas Sumatera Utara 2.2 Konsep Dasar Kemoterapi 2.2.1 Pengertian Kemoterapi Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi kanker. Hal ini merupakan salah satu dari empat modalitas pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi dan bioterapi yang menyediakan kesembuhan, kontrol penyakit, atau sebagai terapi paliatif. Kemoterapi bersifat sistemik dan berbeda dengan terapi lokal seperti pembedahan dan terapi radiasi (Otto, 2005). Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan tujuan menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik membunuh sel secara langsung maupun dengan menghentikan pertumbuhan selnya. Tidak seperti antibiotik yang hanya membunuh bakteri dan membiarkan sel normal di sekitar kanker tetap hidup, terapi kanker juga dapat membunuh sel normal. Kejadian inilah yang disebut efek samping, yang dapat mengenai sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit), sel rambut, kulit, organ-organ tubuh lain (jantung, paru, hati) dan sel di dalam saluran cerna (Noorwati, 2007) Dian (2012) menyatakan bahwa kemoterapi adalah bagian terpadu dari berbagai pengobatan untuk kanker. Dari berbagai ragam pengobatan kanker kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker yang berkeliaran di dalam darah. Kemoterapi berasal dari dua kata yaitu kemo yang berarti zat kimia dan terapi yang berarti pengobatan. Jadi, kemoterapi adalah pengobatan dengan zat kimia atau obat yang lazim digunakan untuk berbagai penyakit termasuk kanker. Universitas Sumatera Utara 2.2.2 Tujuan Kemoterapi a. Terapi adjuvan: kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermestase. b.Terapi neoadjuvan: kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa tumor , biasanya dikombinasi dengan radioterapi. c.Kemoterapi primer: digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi hanya digunakan untuk mengontrol gejalanya. d.Kemoterapi induksi: digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa berikutnya. e.Kemoterapi kombinasi: menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi. 2.2.3 Sifat kemoterapi Kemoterapi dapat diberikan sebagai terapi utama maupun terapi tambahan. Sebagai terapi utama, kemoterapi dapat diberikan bagi kanker-kanker yang kemosensitif, seperti leukemia, limfoma maligna, koriokarsinoma, kanker paru oat cell, sarkoma ewing, dll, maupun bagi kanker yang telah menyebar jauh (umumnya stadium IV) untuk tujuan paliatif, seperti karsinoma payudara, serviks, paru-paru, kulit, mulut, dll. Sebagai terapi adjuvan kanker lokal atau lokoregional (seperti mammae, serviks, kolon, lambung, paru-paru), kemoterapi umumnya diberikan pascaoperasi Universitas Sumatera Utara dan pascaradioterapi untuk kanker yang kemoresponsif. Pemberian kemoterapi adjuvan didasarkan pada kenyataan bahwa pasien kanker yang kelihatan telah bebas kanker, setelah beberapa bulan atau tahun, akan kembali mengalami kanker (residif) atau metastasis kanker. Ini menunjukkan bahwa sel kanker mikroskopik masih hidup di dalam lapangan operasi atau sudah ada metastasis jauh subklinis sewaktu pasien menjalani operasi atau radioterapi. Kemoterapi adjuvan ternyata mampu mengurangi frekuensi kanker residif atau metastasis (Rasjidi, 2013). 2.2.4 Kontraindikasi kemoterapi Terdapat dua kontraindikasi penggunaan kemoterapi, yakni kontraindikasi mutlak/absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut kemoterapi meliputi kanker stadium terminal, hamil trimester pertama (kecuali akan digugurkan), septikemia, dan koma. Kontraindikasi relatif kemoterapi meliputi usia lanjut (terutama penderita tumor yang lambat bertumbuh dan kurang sensitif), status tampilan yang sangat buruk, gangguan berat fungsi organ vital (contoh hati, ginjal, jantung, sumsum tulang), demensia, pasien tidak mampu mengunjungi kilinik secara teratur, pasien tidak kooperatif, tumor resisten terhadap obat, dan tidak ada fasilitas penunjang yang memadai (Rasjidi, 2013). 2.2.5 Farmakologi kemoterapi Prinsip farmakologi umum harus diketahui di dalam memilih dan memakai antikanker, termasuk mekanisme kerja, absorpsi, distribusi metabolisme dan ekskresi. Faktor-faktor ini dapat memengaruhi efektivitas dan/atau oksisitas kemoterapi, dan penting di dalam pengembangan kombinasi obat (Rasjidi, 2013). Universitas Sumatera Utara 2.2.6 Cara pemberian kemoterapi Cara pemberian memengaruhi pemilihan obat. Pemilihan cara pemberian bergantung kepada kelarutan, keperluan aktivasi obat, toleransi jaringan setempat, kemampuan psien, dan pajanan obat yang optimal terhadap tumor (area under the concertration time curve (AUC) untuk obat dan metabolik aktif). Efektivitas tiap obat kemoterapi bergantung kepada AUC yang optimal terhadap lokasi tumor. Jadwal kemoterapi perlu diperhatikan , kemoterapi berikutnya diberikan ketika sel atau jaringan normal pulih sementara sel tumor belum pulih. Kemoterapi tunggal masih memungkinkan sel tumor tumbuh. Interval antar seri pengobatan juga perlu diperhatikan, bila terlalu pendek, sel normal belum pulih, sementara bila terlalu panjang sel tumor sudah berkembang lagi (Rasjidi,2013). Teknik pemberian kemoterapi kebanyakan melalui intravena dan ada obatobat yang bisa diberikan secara oral dan intrathekal, sedang pemberian secara intra arterial perlu alat khusus untuk menekan cairan kemoterapi memasuki aliran darah. Ada lagi cara perfusi dimana aliran darah tungkai bawah misalnya dipindahkan melewati alat jantung-paru seperti pada operasi jantung terbuka, aliran vena tungkai masuk ke alat jantung-paru, diberi oksigen dan kemoterapi di dalam alat tersebut, lalu darah dimasukkan kembali melalui arteri. Ada pula yang ditanamkan ke dalam jaringan subkutan, sehingga bila ingin memberikan kemoterapi berkali-kali tidak perlu memasukkan jarum setiap kali (Pisi Lukkitto,2010). Universitas Sumatera Utara Cara pemberian kemoterapi: 1. Pemberian per oral Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral, diantaranya adalah chlorambucil dan atoposide (VP-16) 2. Pemberian secara intra-muskulus Pemberian dengan cara ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua tiga kali berturut-turut. Yang dapat diberikan secara intra muskulus antara lain bleomicin dan methotrexate. 3. Pemberian secara intravena Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan atau diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan cara pemberian yang paling umum dan banyak digunakan. 4. Pemberian secara intra-arteri Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnostik mesin, atau alat filter, serta memerlukan keterampilan tersendiri. 5. Pemberian secara intraperitoneal Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusu (kateter intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena pemasangan perlu narkose. Pemberian kemoterapi intraperitoneal diindikasikan dan disyaratkan pada minimal tumor residu pada kanker ovarium. Universitas Sumatera Utara 2.2.7 Efek samping kemoterapi Efek sampig kemoterapi itu berat sekali seperti mual muntah, pusing, lemas, dan sebagainya, harus diberi antidotnya untuk mengurangi efek tersebut. Efek samping tersebut berlangsung sampai 3 hari setelah diberikannya kemoterapi. Pada efek samping kerontokan rambut akan tumbuh kembali rambutnya setelah beberapa bulan setelah pemberian kemoterapi selesai. Selain itu, ada beberapa efek samping yang ditimbulkan dari kemoterapi yakni: 1. Saluran cerna Mukositis akibat efek langsung kemoterapi terhadap sel mukosa epitel yang cepat membelah merupakan hal yang sering terjadi. Granulositopenia yang turut timbul menyebabkan infeksi mukosa yang mengalami cedera dan menjadi gerbang masuk bagi bakteri dan jamur ke aliran darah. Mukositis terjadi 3-5 hari sebelum mielosupresi lain. Lesi mulut dan faring sulit dibedakan dengan infeksi kandidiasis atau herpes simpleks karena semuanya memunculkan disfagia dan nyeri terbakar retrostenal. Mukosisitis di saluran cerna bawah menyebabkan diare yang dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi berat, seperti perforasi, perdarahan dan enterokolitis netrokitans. memberi gejala diare berat yang Enterokolitis netrokitans dapat mematikan penderita granulositopenia. 2. Kulit Gangguan kulit dapat terjadi akibat ektravasasi kemoterapi yang iritatif, seperti doxorubicin, D actinomycin, mytomicin C, vinblastine, vincristine, Universitas Sumatera Utara dan nitrogen mustard. Luas nekrosis bergantung pada jumlah obat yang mengalami ekstravasasi dan dapat menimbulkan reaksi mulai dari eritema setempat hingga ulkus kronik. Alopesia merupakan efek samping sebagian besar obat kemoterapi, rambut kembali setelah 10 hari sampai beberapa minggu pascaterapi. Reaksi kulit lainnya antara lain hiperpigmentasi, reaksi fotosensitivitas, pengelupasan kuku, folikulitis, rekalsitrasi radiasi. 3. Sumsum tulang Efek samping pada sumsum tulang biasanya terdeteksi sekitar 7-10 hari dalam hal penurunan jumlah sel-sel darah seperti sel darah putih, sel darah merah dan trombosit. Namun biasanya sekitar seminggu kemudian jumlah sel darah merah akan kembali normal. 4. Infeksi Infeksi terjadi karena turunnya jumlah sel darah putih yang fungsi utamanya adalah melawan infeksi. Tanda dan gejala infeksi adalah panas, sakit tenggorokan, batuk, gangguan saluran pernapasan, rasa panas saat kencing, menggigil dan luka yang memerah, bengkak, dan rasa hangat. 5. Anemia Anemia terjadi karena menurunnya jumlah sel darah merah yang disebut dengan anemia, dengan tanda-tanda rasa lelah, pusing, sakit kepala, mudah teriritasi, napas pendek, denyut nadi cepat, dan napas lebih sering dan cepat. Universitas Sumatera Utara 6. Perdarahan Turunnya jumlah trombosit dan platelet dapat menyebabkan rentannya seseorang mengalami perdarahan, dengan tanda-tanda mudah terluka, perdarahan sukar berhenti, perdarahan pada gusi, mimisan, luka kecil cenderung menjadi besar. Trombosit masa hidupnya sekitar 10 hari, jadi dampak negatif kemoterapi tampak pada hari ke 10 ke atas. 7. Mual dan muntah Mual dan muntah terjadi akibat adanya kerusakan pada kantong kemih dan ginjal sehingga kotoran-kotoran kimia sel kanker yang mati oleh obat kemoterapi atau radiasi tidak dapat dikeluarkan. Maka penting untik mengkonsumsi air minum atau cairan yang banyak setelah tindakan kemoterapi dilakukan. 8. Dehidrasi dan tekanan darah rendah Kedua hal itu bisa terjadi karena pasien yang mengalami mual enggan untuk minum atau makan. Dalam keadaan dehidrasi, tekanan darah cenderung menurun sehingga terjadi hipotensi, akibatnya pusing pada waktu berdiri, duduk, atau berbaring selain itu juga penderita akan jarang buang air kecil, atau kencing dalam jumlah sedikit dan berwarna lebih gelap, serta berat badan juga menurun. 11. Perubahan rasa terhadap makanan Pasien yang mengeluh perubahan rasa makanan setelah kemoterapi terutama rasa pahit dapat mengakibatkan penolakan terhadap makanan, berat badan turun dan anoreksia, sehingga menurunkan kualitas hidup. Universitas Sumatera Utara 12. Anoreksia Anoreksia adalah hilangnya atau berkurangnya nafsu makan yang merupakan faktor utama dalam terjadinya malnutrisi pada kanker. Penurunan nafsu makan oleh berbagai penyebab ini tampaknya merupakan faktor utama dalam terjadinya penurunan berat badan. Tidak jarang pada penderita yang mendapat asupan makanan yang adekuat juga mengalami berat badan karena terjadinya hipermetabolisme pada penderita kanker (Hardiano, 2015). Universitas Sumatera Utara