BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran memiliki peranan penting untuk menjalankan setiap kegiatan bisnis, karena menurut Kotler dan Keller (2012:17), aktivitas pemasaran diarahkan untuk menciptakan pertukaran yang memungkinkan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Selain itu aktivitas pemasaran dilakukan untuk pencapaian tujuan perusahaan yang sesuai dengan harapan. Definisi pemasaran menurut beberapa ahli, antara lain : Menurut AMA (Asosiasi pemasaran Amerika) yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2012:5) definisi pemasaran adalah sebagai berikut : “Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large”. Definisi diatas menjelaskan bahwa pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberi nilai kepada pelanggan dan untuk mngelola hubungan pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dan pemangku keuntungan”. Kotler dan Amstrong (2009:6) berpendapat bahwa: “Pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.” 11 12 Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulann bahwa pemasaran adalah fungsi organisasi dan suatu proses untuk menciptakan, menentukan harga, promosi, mendistribusikan barang, menciptakan, mengkomunikasikan, membangun hubungan dengan pelangan dan mengelola hubungan pelanggan untuk mendapatkan nilai dari pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dan pemangku keuntungan. Pemasaran merupakan sala satu dari kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk berkembang dan mendapatkan laba. Setiap perusahan harus dan perlu menjalankan kegiatan pemasaran yang benar – benar memberikan kepuasan tersendiri bagi para konsumennya, sehingga dapat merebut pangsa pasar yang lebih luas. Untuk itu upaya meningkatkan daya saing mutlak harus dilakukan mengingat persaingan bisnis tidak mungkin dihindari. Salah satu upaya didalm memanfaatkan peluang dan ancaman bisnis ini adalah melalui manajemen pemasaran. Berhasil atau tidaknya dalam tujuan perusahaan tergantung kepada keahlian mereka untk mengkombinasian fnngsi – fungsi tersebut agat organisasi dapat berjalan dengan lancer. Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2012:28) yang mengatakan bahwa: “The process by which companies create value for costumer and build strong relationship with costumer in order to capture value from costumer in return.” 13 Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai produk atau jasa kepada pelanggan dan mengelola hubungan yang baik dengan pelanggan. 2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Buchory (2010:25) adalah sebagai berikut : “Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memuaskan individu dan memenuhi tujuan organisasi” Manajemen pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (1996) yang dialihbahasakan oleh Ginting (2011:23) adalah sebagai berikut: “Manajemen pemasaran adalah analisis perencanaan, pelaksanan, dan pengadilan atas program yang dirancang dalam menciptakan, membangun dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembelian sasaran dengan maksud untuk mewujudkan tujuan organsisasi” Manajemen pemasaran menurut Alma (2013:130) : “Manajemen pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan”. Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler (2012:146) adalah sebagai berikut: “Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan, pelaksanaan, dan pengawasan, program-program yang ditujukan utuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini sangat tergantung pada 14 penawaran organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi, dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong serta melayani pasar”. Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pemasaran adalah suatu ilmu memilih pasar sasaran yang sesuai, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, serta untuk menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan di pasaran sasaran tersebut. 2.2 Bauran Pemasaran Pemasaran mempunyai fungsi yang amat penting dalam mencapai keberhasilan perusahaan.Dalam mencapai keberhasilan pemasaran, setiap perusahaan perlu menyusun strategi pemasaran dengan mengkombinasikan elemen-elemen dalam bauran pemasaran. Dalam bauran pemasaran terdapat variabel-variabel yang saling mendukung tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yang kemudian oleh perusahaaan digabungkan untuk memperoleh tanggapan-tanggapan yang diinginkan didalam pasar sasaran. Menurut Kotler dan Keller (2009:18): “Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya dipasar sasaran”. Kotler dan Armstrong (2012:52) menjelaskan ada empat komponen yang tercakup dalam kegiatan bauran pemasaran (marketing mix) yang terkenal dengan sebutan 4P diantaranya sebagai berikut : 1. Produk (Product) 15 Produk adalah kombinasi penawaran barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar, yang mencakup: kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. 2. Harga (Price) Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa tertentu. 3. Tempat/Distribusi (Place) Distribusi mencakup aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk membuat produk agar dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. 4. Promosi (Promotion) Promosi adalah aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. 2.3 Periklanan Periklanan merupakan sasaran perusahaan untuk mempengaruhi konsumen sebagai alat persaingan dengan perusahaan lain dalam usaha mendapatkan perhatian dan kesan dari pasar sasaran. Alat-alat promosi iklan antara lain: iklan media cetak, brosur, poster, billboard, internet, dan lain-lain. Menurut Ralph S dalam Morrisan, M.A (2010:17) bahwa : “Iklan adalah segala bentuk komunikasi nonpersonal tentang suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang di bayar oleh sponsor tertentu.” Menurut Sandra Moriarty, Nancy Mitchell, dan William Wells (2011:6)bahwa : “Iklan adalah jenis komunikasi pemasaran yang merupakan istilah umum yang mengacu kepada semua bentuk teknik komunikasi 16 yang digunakan pemasar untuk menjangkau dan menyampaikan pesan kepada konsumennya.” Sedangkan menurut Widiana (2010:90), “Periklanan adalah salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya.” Iklan adalah bentuk promosi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Jadi peneliti mengartikan bahwa periklanan adalah suatu bentuk promosi untuk memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat yang dilakukan melalui berbagai media seperti koran, radio, televisi, billboard, spanduk, dan lain-lain. 2.3.1 Tujuan dan Sasaran dari Periklanan Tujuan atau sasaran umum dari periklanan menurut Saladin (2009:129) dalam bukunya Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan, yaitu : 1. Untuk menyampaikan informasi a. Memberitahu pasar tentang politik b. Menganjurkan cara penggunaan baru untuk produk tertentu c. Menjelaskan cara kerja suatu produk d. Membangun citra perusahaan. 2. Untuk Membujuk a. Memilih merek tertentu b. Mengharuskan membeli merek tertentu c. Mengeubah persepsi konsumen tentang ciri – ciri merek tertentu 17 d. Membujuk pelanggan untuk membeli 3. Untuk Mengingatkan a. Mengingatkan konsumen bahwa produk itu mungkin akan sangan dibutuhkan dalam waktu dekat b. Mengingatkan kosnsumen dimana membeli produk itu c. Menjaga agar pelanggan selalu ingan akan produk atau merek itu 4. Untuk Penetaan Berusaha untuk meyakinkan para pembeli bahwa ia mengambil pilhan yang tepat. Tujuan atau sasaran khusus menurut Stanton yang dikutip oleh Saladin (2009:129-130) dalam bukunya Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan, yaitu: 1. Menunjang penjualan perseorangan. 2. Memperbaiki hubungan dengan dealer. 3. Mencapai pejabat yang dapat dihubungi oleh tenaga penjual. 4. Memasuki pasaran geografis baru atau menarik golongan pelanggan baru. 5. Memperkenalkan produk baru. 6. Meluaskan penjualan perusahaan. 7. Membangun nama baik (goodwill) perusahaan dan memperbaiki reputasi. 2.3.2 Langkah-Langkah Dalam Keputusan Iklan Menurut Kotler dan Keller (2009:227) dalam mengembangkan program iklan, manajer-manajer pemasaran harus selalu mulai dengan mengidenfikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian mereka dapat mengambil kelima 18 keputusan utama dalam mengembangkan program iklan yang dikenl dengan istilah “ Lima M “ Yaitu : 1. Menetapkan tujuan dan sasaran periklanan 2. Menetapkan anggaran periklanan 3. Menetapkan pesan yang akan disampaikan 4. Menetapkan media yang harus digunakan 5. Melakukan evaluasi terhadap hasil yang dicapai Dengan melakukan lima langkah tersebut diharapkan pelaksanaan periklanan dapat berjalan dengan baik. 2.3.3 Jenis-jenis Periklanan Menurut Shimp (2009:319) terdapat enam jenis media periklanan secara umum yaitu : 1. Periklanan diluar rumah adalah bentuk terutama dari periklanan, walaupun papan iklan adalah media utama pada jenis ini, tetapi ada berbagai bentuk lain dalam jenis ini seperti: iklan ditempat pemberhentian bus, tulisan di udara, dan lain-lain. 2. Surat kabar berdasarkan sejarah, surat kabar pernah menjadi pimpinan dalam media periklanan, tetapi dengan berkembangnya teknologi televisi telah mengalahkan surat kabar yang menerima pendapatan yang paling penting dalam iklan. Iklan lokal adalah pendapatan utama dari surat kabar. Walaupun demikian, surat kabar telah membantu meningkatkan iklan secara nasional. 3. Majalah Dahulunya majalah dianggap sebagai media periklanan misal, akan tetapi saat ini majalah yang mengfokuskan pada satu hal makin bertambahnya 19 banyak. Hal ini pula yang membuat pemasar tidak dapat mempengaruhi pembaca yang mempunyai pilihan dalam menentukan majalah yang akan digunakan 4. Radio Hampir 100% dari semua rumus di Amerika Serikat radio sebagai media dalam mengiklankan produk perusahaan, bahkan ada yang memilih lebih dari dua, dan hampir semua kendaraan roda empat yang memiliki dan mendengarkan radio. Hal ini menunjukan radio sebagai media iklan yang berpotensi tinggi tetapi pada tahun-tahun terakhir ini sejalan pengiklan menghargai keuntungan dari media iklan. 5. Telivisi, Televisi dapat dikatakan sebagai barang wajib yang dimiliki lebih dari 98% rumah di Amerika Serikat talah memiliki televisi. Sebagai media iklan televisi memiliki keunikan tersedia yaitu penyajian yang personal serta demonstrative. 6. Media interaktif Media konvensional telah membantu pengiklan selama bertahun-tahun, tetapi akhir-akhir ini terdapat usaha baru yang dilakukan oleh pengiklan dalam membuat media iklan yang lebih rendah usaha dan biaya yang dibutuhkannya, serta memiliki tingkat efektifitas yang lebih baik dari menangani konsumen dengan memberikan konsumen kontrol penuh untuk memilih manakah iklan yang disaksikan olehnya. 7. Internet Menurut Mayo (2009) internet telah menjadi alat yang ampuh untuk menjangkau khalayak tertentu. Perbedaan terbesar antara offline dan komunikasi online terletak pada interektivitas dan jangkauan. Komunikasi pemasaran tradisional meganut model satu ke-banyak (on-to-many) dimana 20 perusahaan mencapai banyak pelanggan yang ada pada saat ini dan pelanggan potensial untuk kemudian hari, baik tersegmentasi maupun tidak, mempunyai upaya pemasaran yang mungkinmerupakan umpan balik dari pelanggannya dari pelanggan terbatas. Internet memungkinkan terjadinya umpan balik langsung dan kesempatan bagi penerima untuk menambahkan konten mereka sendiri melalui saluran yang relevan. 2.3.4 Media Sosial Media sosial merupakan bentuk lain yang berakar dari WOM (wordofmouth), yang terjadi secara dua arah. WOM dianggap menjadi sumber informasi yang paling terpercaya, hal ini ditegaskan dalam sebuah penelitian (2007) oleh Optimedia Zenith. Jika pengalaman (experience) kurang yang diharapkan, upaya pencapaian kesadaran yang didapat akan menjadi lebih pendek jika dibandingkan dengan pembelian awal. Saat ini media sosial berada di puncak tren dalam hal konsumen ke konsumen (C2C) dan implifikasi usaha pemasaran. Para tim pemasaran bertaruh di media sosial dan digital sebagai alat pemancing kesadaran utama bagi para konsumen, dan menolak menaruh iklan pada saluran media tradisional. Media sosial menurut Neti (2011) menyatakan bahwa : “Media sosial merupakan media untuk interaksi sosial dengan menggunakan teknik penerbitan sangat mudah diakses dan terukur. Media sosial menggunakan teknologi berbasis web untuk mengaktifkan komunikasi ke dialog interaktif”. 21 Menurut Chris Brogan (2010:11) dalam bukunya yang berjudul Social Media 101Tactic and Tips to Develop Your Business Online mendefinisikan Social media sebagai berikut : “Social media is a new set of communication and collaboration tools that enable many types of interactions that were previously not available to the common person” (Sosial media adalah satu set baru komunikasi dan alat kolaborasi yangmemungkinkan banyak jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia untuk orang biasa) Sedangkan menurut Kotler (2012) media sosial merupakan sarana bagi konsumen untuk berbagi teks, gambar, audio, dan video informasi dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya. Media sosial menurut Kotler (2012) terbagi menjadi tiga jenis yaitu: 1. Online Communities and forums Online communities and forums dibentuk oleh konsumen dan sekelompok konsumen tanpa adanya pengaruh iklan dan afiliasi perusahaan atau mendapatkan dukungan dari perusahaan di mana anggota yang tergabung dalam online communities dapat berkomunikasi dengan perusahaan dan satu anggota dengan anggota lainnya melalui posting, instant messaging, dan chat discussions tentang minat khusus yang berhubungan dengan produk dan merek. 2. Blog-gers, Blog merupakan catatan jurnal online atau dicari yang diperbaharui secara berkala dan merupakan saluran yang penting bagi Word of Mouth. 3. Social networks, Social networks merupakan kekuatan yang penting dalam kegiatan pemasaran baik business to customer dan business to business. Social 22 networks dapat berupa situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, Linkedln, dan Twitter. Menurut pengertiannya, sosial media adalah sebuah media online, dimana para penggunanya melalui aplikasi berbasis internet dapat berbagi, berpartisipasi, dan menciptakan konten berupa blog, wiki, forum, jejaring sosial dan ruang virltual yang disokong oleh teknologi multimedia yang kian canggih (Tim Pusat umas Kementrian Perdagan RI, 2014 :25) 2.3.5 Elmen-elemen Media Sosial Robert Scoble, seorang blogger dan penikmat teknologi, memperkenalkan apa yang disebutkan model Startfish media sosial. Robert menyusun selusin saluran media sosial, daftar saluran tersebut bisa dilihat dibawah ini: 1. Blog 2. Photo sharing 3. Vidio sharing 4. Personal social network 5. Events (face to face) and event services 6. Email 7. Forum 8. Wikis 9. Podcasting 10. Microblogs 11. SMS (texting) 12. Content Communities 23 Dari berbagai jenis media sosial yang telah disebutkan diatas berikut adalah pengertian tentang 1 (satu) jenis media sosial yang akan dikaji dalam penelitian adalah Jejaring Sosial. Social networking (jejaring sosial) sekarang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Jejaring sosial adalah kegiatan menjalin hubungan dengan orang lain melalui media sosial sites/situs jejaring sosial yang ada di internet. Bisa diakses dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Jejaring sosial adalah situs yang menjadi tempat orang-orang berkomunikasi dengan teman-teman mereka, yang mereka kenal di dunia nyata dan di dunia maya. Situs-situs jejaring sosial sangat bermanfaat bagi pemasaran karena menyediakan sejumlah layanan untuk berinteraksi dengan pelanggan misalnya plug in application, group dan halaman fan. Setiap jejaring sosial menyuguhkan kesempatan dan tantangan sendiri. 2.3.6 Dimensi Media Sosial 1. Keterlibatan Jumlah konsumen (orang) hype yang berpartisipasi meliputi: pengunjung Istgaram, Kunjungan ke Konveksi untuk melihat pembuatannya. Sumber data dapat meliputi Istagram, Facebook, Twitter, dan lainlain. 2. Interaksi Tindakan yang dilakukan oleh penjual kepada para konsumen ketika melakukan COD atau bertemu dalam hal memberikan desain jersey dari konsumen kepada produsen dan biasanya konsumen ingin mengetahui jenis dan kualitas dari bahan jersey tersebut. 3. Keinginan 24 Efeksi dan keengganan seseorang (konsumen) terhadap Media Sosial mengikuti pengukuran kepekaan pada post yang ada di Web atau Instagram, komen – komen di Instagram, dan testimoni dari konsumen lain. 4. Kepengaruhan Seberapa besar kemungkinan dari seseorang (konsumen) untuk memberitahu orang lain atas produk jersey bola basket Hype mengenai harga, kualitas dan pelayanan yang didapatnya. 2.4 KebijakanPenetapan Harga Menurut Kotler, terjemahan (2008:519) mengemukakan bahwa: “Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen-elemen lainnya menimbulkan biaya.” Menurut Swastha dan Sukotjo dalam Amanah (2011:211) menyatakan bahwa: “Harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.” Dari pendapat-pendapat para pakar ekonomi tentang definisi harga tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja menentukan profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan proporsi nilai suatu produk yang diberikankepada pelanggan untuk mendapatkan keunggulan yang ditawarkan oleh bauran pemasaran perusahaan. 25 2.4.1 Pengertian Penetapan Harga Pengertian penetapan harga menurut Tjiptono (2014:320): “Penetapan harga merupakan pemilihan yang dilakukan perusahaan terhadap tingkat harga umum yang berlaku untuk produk tertentu, relatif terhadap harga para pesaing.” Sedangkan menurut Alma (2013:171): “Penetapan harga adalah keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti dalam jangka waktu tertentu”. Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penetapan harga adalah keputusan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menetapkan harga untuk produk tertentu, dalam jangka waktu tetentu. 2.4.2 Tujuan Penetapan Harga Menurut Kotler dan Keller (2009:146), perusahaan harus memikirkan dimana ia akan memposisikan penawaran pasarnya. Semakin jelas tujuan perusahaan, maka akan semakin mudah penetapan harga. Perusahaan dapat mengejar lima tujuan utama melalui: 1. Kelangsungan hidup (survival) Penentuan harga ditunjukkan untuk mencapai tingkat keuntungan yang diharapkan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. 2. Memaksimalkan keuntungan (profit maximization) Penentuan harga untuk menjamin tercapainya keuntungan maksimal dalam periode waktu tertentu. Priode yang ditentukan akan tergantung pada siklus hidup dari produk yang bersangkutan. 3. Memaksimalkan pangsa pasar (maximum market share) 26 Penentuan harga unnutk membangun pangsa pasar. Perusahaan percaya bahwa meningkatkan volume penjualan akan menuju pada biaya per unit yang lebih rendah dan profit jangka panjang yang lebih tinggi. 4. Kepemimpinan kualitas produk (leadership in product quality) Penentuan harga mungkin ditujukan untuk pencapaian kepemimpinan kualitas produk. Beberapa merek berupaya menunjukkan bahwa produk mereka merupakan kemewahan yang tejangkau produuk dicirikan oleh persepsi yang tinggi tetapi dalam jangkauan konsumen. 5. Memaksimalkan market skimming (maximum market skimming) Perusahaan berusaha untuk memperkenalkan teknologi baru sehingga dapat menetapkan harga tinggi untuk memaksimalkan market skimming. 2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengarui Penetapan Harga Mendapatkan harga produk/jasa terendah haruslah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut diharapkan apa yang menjadi tujuan perusahaan khususnya penetapan harga yang menjadi tujuan perusahaan khususnya penetapan harga yang sesuai dengan daya beli konsumen dan memberikan keuntungan pada perusahaan akan tercapai. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi didalam pengambilan keputusan harga, seperti yang dikatakan oleh Kotler (2000:520) yang dialih bahasakan oleh Bakowatun, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan harga, yaitu: 1. Faktor Intern a. Sasaran Pemasaran 27 Sebelum menetapkan harga, perusahaan harus menetapkan apa yang ingin dicapai terhadap produk tertentu. Jika perusahaan telah memilih pasar sasarannya dan telah menentukan posisi pasarnya dengan cermat, maka strategi bauran pemasarannya termasuk harga langsung menyusul. Semakin jelas perusahaan menetapkan sasarannya akan semakin mudah dalam menetapkan harga produksinya. b. Strategi Marketing Mix Harga merupakan salah satu sasaran bauran pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya. Keputusan mengenai harga harus dikoordinasikan dengan keputusan mengenai desain, dan promosi produk untuk membentuk sebuah program pemasaran yang konsisten secara efektif c. Biaya Biaya merupakan lantainya harga yang dapat ditetapkan perusahaan untuk produk-produknya. Perusahaan tentu ingin menetapkan suatu harga dapat menutup semua biaya dalam memproduksinya, mendistribusi dan menjual produk tersebut termasuk tingkat laba yang wajar dan segala upaya dan resiko uang dihadapi. d. Organisasi Penetapan Harga Manajemen harus menetapkan siapa dalam organisasi yang bersangkutan bertanggungjawab atas penetapan harga. Perusahaan menangani penetapan harga dengan berbagai harga, pada perusahaan besar sering kali harga ditetapkan oleh manajemen puncak bukan oleh manajemen pemasaran 28 atau bagian penjualan. Pada perusahaan besar biasanya ditangani oleh manajer lini produk. 2. Faktor Ekstern a. Para konsumen maupun pembeli industrial membandingkan harga suatu produk dengan manfaat yang dimilikinya. Oleh karenanya sebelum menetapkan harga, perusahaan hendaknya memahami hubungan antara harga dan permintaan produk, disamping harus mengetahui apa yang dihadapi, apakah termasuk persaingan sempurna, monopoli, ataupun oligopoli. b. Persaingan Konsumen mengevaluasi harga serta nilai produk-produk yang termasuk kedalam strategi harga perusahaan dapat mempengaruhi sifat persaingan yang dihadapinya. Suatu strategi harga yang tinggi, laba tinggi dapat memancing persaingan, sebaliknya suatu harga yang rendah, laba rendah dapat melemahkan para pesaing atau mengeluarkan mereka dari pasar c. Faktor Lingkungan Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam penetapan harga yaitu faktor kondisi ekonomi yang berdampak luar biasa terhadap keefektifan strategi penetapan harga, dan juga faktor kebijakan dan peraturan pemerintah serta aspek sosial (kepedulian terhadap lingkungan). 2.4.4 Metode Penetapan Harga Melaksanakan strategi penetapan harga perusahaan, melihat harga pesaing dan harga barang pengganti menjadi titik orientasi yang dipertimbangkan perusahaan dalam menetapkan harga. Penilaian pelanggan terhadap keistimewaan produk/jasa yang unik atas tawaran perusahaan menjadi batas harga. Metode 29 penetapan harga menurut Kotler dan Keller yang dialihbahasakan oleh Molan (2009:150): 1. Penetapan harga mark up Metode penetapan harga paling sederhana adalah menambahkan mark up standard biaya produk tersebut. 2. Penetapan harga sasaran pengembalian Perusahaan tersebut menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi (ROI-Return On Investment) 3. Penetapan harga persepsi nilai Perusahaan tersebut harus menyerahkan nilai yang dijanjikan melalui pernyataan nilai mereka dan pelanggan harus mempersepsikan nilai ini. Perusahaan tersebut menggunakan unsur-unsur bauran pemasaran lainnya seperti iklan dan tenaga penjualan untuk mengkomunikasikan dan meningkatkan nilai yang dipersepsikan dalam benak pembeli. 4. Penetapan harga nilai Dalam metode ini, perusahaan tersebut memikat hati pelanggan yang loyal dengan menetapkan harga yang lumayan rendah untuk tawaran yang bermutu tinggi. 5. Penetapan harga umum Dalam metode ini, perusahaan menetapkan harga berdasarkan harga pesaing. 6. Penetapan harga tipe lelang Penetapan harga ini mulai semakin populer, khususnya seiring dengan pertumbuhan internet. Salah satu manfaat utama lelang adalah untuk membuang persediaan yang berlebihan atau barang bekas. 7. Penetapan harga tipe kelompok 30 Metode yang dapat digunakan konsumen dan pembeli bisnis untuk berpatungan membeli dengan harga yang lebih rendah. 2.4.5 Penyesuaian Harga Ada 5 (lima) strategi penyesuaian harga menurut Kotler dan Keller yang dialihbahasakan oleh Molan (2009:301): 1. Penetapan harga geografis Penetapan harga geografis mengharuskan perusahaan untuk memutuskan cara menetapkan harga bagi pelanggan di berbagai lokasi negara yang berbeda. Masalah lain adalah cara menetapkan pembayaran, masalah ini kritis jika para pembeli kekurangan mata uang yang mapan (hard currency) untuk membayar pembelian, seringkali para pembeli menawarkan imbalan dagang yang mempunyai beberapa bentuk lain, antara lain: a. Barter. Barter melibatkan pertukaran barang-barang secara langsung tanpa uang dan tanpa pihak ketiga b. Transaksi kompensasi Perusahaan menerima sebagian persentase oembayaran berupa uang dan sisanya dalam bentuk produk. c. Persetujuan pembelian kembali Penjual menjual pabrik, peralatan atau teknologi ke negara lain dan perusahaan setuju untuk menerima produk yang di produksi dengan peralatan yang dipasok sebagai bagian dari pembayaran. d. Off set Penjualan menerima pembayaran perusahaan dalam bentuk tunai, tetapi menyetujui untuk menggunakan sebagian besar uang di negara tersebut untuk periode tertentu. 31 2. Diskon dan Potongan Harga Perusahaan pada umumnya akan menyelesaikan daftar harga mereka dan memberikan diskon dan potongan harga (discount and allowance) untuk setiap pembayaran yang lebih cepat, pembelian dalam jumlah besar dan pembelian di luar musim. Penyesuaian harga ini disebut diskon dan pengurangan harga. Bentuk-bentuk diskon dan pengurangan harga sebagai berikut: a. Diskon Tunai Pengurangan harga bagi pembeli yang membayar tagihan tepat waktu. b. Diskon kuantitas Pengurangan harga bagi pembayar yang membeli dalam jumlah besar. c. Diskon fungsional/diskon perdagangan Ditawarkan oleh penjual kepada anggota saluran distribusi yang melakukan fungsi tertentu seperti menjual dan menyimpan. d. Diskon musiman Pengurangan harga bagi pembeli barang dagangan atau jasa diluar musim. Diskon musiman membuat penjual dapat mempertahankan produksi secara menetap sepanjang tahun. e. Potongan Pengurangan dari data harga. 3. Penetapan Harga Promosi Pada penetapan harga promosi, perusahaan untuk sementara waktu akan menurunkan harga di bawah harga terdaftar. Penetapan harga untuk promosi mempunyai beberapa bentuk untuk teknik penetapan harga dan untuk mendorong pembelian awal, yaitu: 32 a. Harga pemimpin/rugi Misalnya pasar swalayan sering menurunkan harga merek-merek terkenal untuk memancing lebih banyak orang yang datang khusus untuk menarik pelanggan b. Harga peristiwa khusus Penjualan menetapkan harga dan peristiwa-peristiwa khusus untuk menarik pelanggan. c. Pembiayaan berbunga rendah Sebagai ganti dari menurunkan harga, perusahaan menawarkan pembiayaan berbunga rendah kepada pelanggan. d. Diskon Psikologi Memberikan harga produk yang ditinggikan dan kemudian menawarkannya sebagai penghematan besar. 4. Penetapan Harga Diskriminasi Penetapan harga terjadi jika perusahaan menjual suatu produk atau jasa dengan dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan perbedaan biaya secara proporsional. 5. Penetapan Harga Bauran Produk Logika penetapaan harga harus dimodifikasikan jika produk tersebut merupakan bagian dari bauran produk. a. Penetapan harga lini produk Penetapan harga lini produk, manajemen harus memutuskan perbedaan harga antara berbagai produk dalam satu lini. 33 b. Penetapan harga ciri pilihan Perusahaan menetapkan harga produk ciri khas (featpure) dan jasa pilihan bersama produk pilhan utamanya. Penetapan harga menjadi sulit, karena perusahaan harus memutuskan barang mana saja yang ditawarkan sebagai harga pilihan. c. Penetapan harga produk pelengkap Beberapa produk memerlukan harga penggunaan produk pendukung atau pelengkap disamping produk utamanya. d. Penetapan harga dua bagian Penetapan harga dua bagian berarti perusahaan menggunakan tarif tetap ditambah pemakaian yang variabel. e. Penetapan harga produk sampingan Menggabungkan beberapa produk dan menawarkan paket dengan harga yang lebih murah. 2.4.6 Memilih Harga Akhir Dalam memilih harga akhir, perusahaan harus mempertimbangkan faktor- faktor tambahan yang meliputi: 1. Penetapan harga psikologis, Bila konsumen menghadapi banyak pilihan yang membingungkan, akan membantu bila pemasar menyesuaikan harga dan penyajiannya agar benar-benar menarik dan jelas (penetapan harga dengan mempertimbangkan perilaku konsumen). 2. Penetapan harga berbagai laba dan resiko, Produsen memberikan pilihan tawaran untuk menanggung sebagian atau semua resiko tersebut apabila ia tidak memberikan nilai yang dijanjikan sepenuhnya. 3. Pengaruh unsur bauran pemasaran lainnya, Harga akhir harus mempertimbangkan mutu merek dan iklan dalam kaitannya dengan pesaing. 34 4. Kebijakan penetapan harga perusahaan, Harga harus selaras dengan kebijakankebijakan penetapan harga perusahaan. Pada saat yang sama, perusahaan tidak menolak untuk menetapkan penetapan harga akhir dalam keadaan tertentu. 5. Dampak harga terhadap pihak lain, Dengan mempertimbangkan reaksi pihakpihak lain terhadap harga yang direncanakan, seperti distributor, tenaga penjualan, reaksi para pesaing, reaksi pemasok, reaksi pemasok, reaksi pemerintah dan sebagainya. Menurut Stanton (Rosvita, 2010:24) terdapat 4 (empat) indikator yang mencirikan harga, yaitu : 1. Keterjangkauan harga 2. Kesesuaian harga dengan kualitas pelayanan 3. Kesesuaian harga dengan manfaat 4. Daya saing Harga akan menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi konsumen dalam memutuskan pembeliannya. Konsumen akan membandingkan harga dari produk pilihan mereka dan kemudian mengevaluasi apakah harga tersebut sesuai atau tidak dengan nilai produk serta jumlah uang yang harus dikeluarkan. Secara tradisional harga telah diperlakukan sebagai penentu utama pembelian. 2.5 Niat Beli Ulang Niat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan niat beli ulang. Bila pembelian aktual adalah pembelian 35 yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka niat beli ulang adalah niat untuk melakukan pembelian kembali pada kesempatan mendatang. Definisi niat beli Menurut Mowen dan Miror (2007:43) yang dikutip oleh Rustamat dan Andjarwati (2013) adalah : “Niat beli adalah penentuan dari pembeli untuk melakukan suatu tindakan seperti membeli produk atau jasa” Perusahaan atau pemasar harus dapat mengetahui bagaimana niat beli konsumen pada suatu barang atau jasa, karena hal tersebut dapat menjadi acuan untuk memprediksi bagaimana perilaku konsumen di waktu yang akan datang. Hawkins & Mothersbaugh (2010) menambahkan konsumen bisa terus melakukan pembelian kembali walaupun tidak punya keterikatan emosional terhadap suatu produk atau barang. Niat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan yang merespon positif dengan kualitas yang diberikan oleh perusahaan dan konsumen ingin mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut. Saladin (2007:20) mengatakan bahwa niat pembelian dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : 1. Sikap orang lain (Attitudes of others) semakin banyak cerita negative dari orang lain tentang produk yang akan dibeli maka akan berpengaruh negative dengan niat beli konsumen. 2. Faktor-faktor situasi yang tidak terduga (unanticipated situational factors) faktor-faktor yang membuat konsumen selalu berpikir berkali-kali sebelum timbul hasrat dalam membeli. Dalam menindaklanjuti niat beli, konsumen akan membangun lima sub-keputusan yaitu, keputusan merek, keputusan 36 penjual, keputusan jumlah yang akan dbeli, keputusan waktu pembelian, keputusan cara pembayaran. Niat beli dibagi lagi menjadi tiga kategori menurut Engel (2008:560), yaitu: 1. Planned Purchase Pada situasi ini konsumen mengetahui apa yang akan dibeli. Konsumen telah memilih produk dan mereknya sebelum mereka mengunjungi toko. Niat beli ini dipengaruhi oleh dua factor, yaitu pengetahuan akan letak dan desain toko dan tekanan waktu yang membatasi pencarian dalam toko. 2. Partially Planned Purchase Konsumen mengetahui produk apa yang mereka butuhkan tetapi mereka memilih merek ketika berbelanja. Keputusan akhirnya dipengaruhi oleh promosi seperti pengurangan harga dan kemasan khusus. 3. Unplanned Purchase Konsumen memilih produk dan mereknya ketika berbelanja tanpa direncanakan terlebih dahulu, pembelian ini sering disebut pembelian impuls. Ketika berbelanja seringkali orang menggunakan produk display sebagai panduan dalam belanja. Dalam penelitiannya Utomo, et al (2011) menyatakan bahwa niat beli adalah rencana untuk membeli barang atau jasa di waktu kedepan. Dimensi niat beli pada suatu toko website online terdiri dari : 1. Pembelian dengan perencanaan yang tidak penuh, adalah suatu niat melakukan pembelian ke hypecloth dalam waktu dekat. 37 2. Pembelian tanpa perencanaan, adalah suatu pembelian apabilan menemukan barang yang di inginkan akan melakukan pembelian langsung ke hypecloth. 3. Pembelian dengan penuh perencanaan, adalah pembelian dengan meluangka waktu untuk membeli barang ke hypecloth. 4. Rekomendasi melakukan pembelian, adalah upaya dalam memberikan rekomendsi produsen jersey kepada orang lain. 2.6 Penelitian Terhadulu Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai variable yang akan diteliti oleh peneliti diantaranya, iklan media sosial, kebijakan penetapan harga, dan niat beli ulang. Hubungan antara variable ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 2.6.1 Hubungan Iklan Media Sosial (X1) denganNiat Beli Ulang (Y) Iklan pada media sosial dengan niat beli ulang sangat erat kaitannya. Konsumen pasti ingin mengetahui bagaimana informasi tentang produk tersebut dengan mudah, dan jalan sala satunya yaitu melihat dari iklan pada media sosial untuk melakukan pembelian ulang produk tersebut. Menurut Wibisono (2005) iklan dapat dikatakan ideal apabila menghasilkan suatu tindakan, sala satunya yaitu konsumen melakukan pembelian ulang. Jadi dapat disimpulkan bahwa iklan media sosial sangat erat kaitannya dengan niat beli ulang. 38 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Terkait Hubungan Variable Iklan Media Sosial Dan Niat Beli Ulang Sumber Hasil Penelitian Romy Victor Tanoni (2013) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh secarapositf dari Iklan terhadap Citra Merek, terdapat pengaruh Iklan terhadapSikap, terdapat pengaruh Citra Merek terhadap Sikap, terdapat pengaruhSikap terhadap Niat Beli, terdapat pengaruh Iklan terhadap Niat Belimelalui Citra Merek dan Sikap. Adi Seno Lesmana (2012) Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) Iklan berpengaruh positif terhadap minat beli, dengan nilai t hitung sebesar 6,627 > t tabel 1,979 dan tingkat signifikansi 0,000 dan dalam penelitian ini menunjukanKoefisien prediktor iklan (X1) sebesar 0,197 menunjukkan iklan dapat memprediksi minat pembelian ulang (Y) secara positif dalam analisis regresi. Berdasarkan pada tabel diatas, maka dapat dijelaskan hubungan antara variable iklan media sosial dan niat beli ulang seperti yang terlihat pada gambar berikut : Gambar 2.1 Hubungan Variable Iklan Media Sosial Dan Niat Beli Ulang NIAT BELI ULANG IKLAN MEDIA SOSAIL Romy Victor Tanoni (2013) Adi Seno Lesmana (2012) 39 2.6.2 Hubungan Kebijakan Penetapan Harga (X2) dengan Niat Beli Ulang(Y) Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang sifatnya fleksibel dimana setiap saat dapat berubah menurut waktu dan tempatnya.Hargamerupakan satusatunya unsur bauran pemasaran yang memberikanpemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsurlainnya menyebabkan timbulnya biaya. Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harga dengan tepat. Karena harga merupakan pertimbangan penting bagi konsumen. Menurut Hawkins, Mothersbaugh, & Best (2007) mengungkapkan alasan yang menjadi faktor seorang individu melakukan pembelian kembali (repurchase) yaitu switching cost dimana harga menjadi prediktor utama dalam pembelian ulang. Jadi dapat disimpulkan bahwa menetapkan harga dengan bijak ada hubungannya dengan niat beli ulang. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Terkait Hubungan Variable Kebijakan Penetapan Harga Dan Niat Beli Ulang Sumber Herman Ahmadi (2011) Franky Lauda Hariyanto (2015) Hasil Penelitian Harga dan kualitas layanan berpengaruh searah terhadap niat beli ulang dan niat beli ulang berpengaruh terhadap citra perusahaan Dari hasil uji t diketahui bahwa tingkat signifikan variabel citra merek, kualitas produk, harga dan promosi secara keseluruhan dibawah 0,05 yangberarti 40 Sumber Hasil Penelitian H0 ditolak dan H1 diterima Sehingga secara parsial variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Niat Beli konsumen Clyo Paza Kartika Rustamat& Anik Lestari Andjarwati (2014) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk, citra merek, harga dan niat beli di Samsung Galaxy Tab memiliki efek positif sebesar 0381 Berdasarkan pada tabel diatas, maka dapat dijelaskan hubungan antara variable kebijakan penetapan harga dan niat beli ulang seperti yang terlihat pada gambar berikut : Gambar 2.2 Hubungan Variable Kebijakan Penetapan Harga Dan Niat Beli Ulang KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA NIAT BELI ULANG Herman Ahmadi (2011) Franky Lauda Hariyanto (2015) Clyo Paza Kartika Rustamat & Anik Lestari Andjarwati (2014) 2.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dimaksudkan untuk menggarmbarkan paradigma penelitian sebagai jawaban atas masalah penelitian. Dalam kerangka pemikiran tersebut terdapat dua variabel independen (Iklan Media Soaial dan Kebijakan Penetapan Harga) yang mempengaruhi variabel dependen (Niat Beli Ulang). 41 Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh Iklan Media Sosial dan Kebijakan Penetapan Harga terhadap Niat Beli Ulang yang membeli secara ulang produk jersey bola basket di hypecloth, sehingga dengan adanya kedua hal tersebut akan mendorong pelanggan atau pembeli untuk melakukan pembelian ulang produk tersebut. Iklan media sosial dan kebijkan penetapan harga merupakan faktor penting dalam mempengaruhi niat beli ulang. Berbicara tentang iklan media sosial, iklan media sosial adalah sala satu promosi yang cukup tren di zaman sekarang ini dan juga termasuk faktor yang penting dalam meningkatkan niat beli ulang pada konsumen. Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai iklan media sosial yang telah dijelaskan sebelumnya oleh berbagai para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa iklan media sosial adalah bentuk promosi untuk memperkenalkan suatu produk ke masyarakat melalui media yang sangat mudah dan termasuk murah. Dengan adanya iklan media sosial yang dipersepsikan dengan baik dimata konsumen maka diharapkan dapat mempengaruhi niat beli ulang konsumen terhadap hypecloth. Selain itu Penetapan harga juga merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan niat beli ulang karena untuk melakukan pembelian ulang didasarkan dalam berbagai faktor tentunya. Untuk melakukan penetapan harga pengusaha perlu memperhatikan indikator- indikatornya yakni keterjangkauan harga yang dijual dan perbandingan harga dengan pesaing, karena hal terebut akan berpengaruh kepada pembelian ulang oleh konsumen. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa iklan media sosial, dan harga, dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli ulang (repurchasing intention) produk pada hypecloth. Maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut: 42 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran Iklan Media Sosial ( X1) Repurchase Intention (Y) Kebijakan Penetapan Harga ( X2) Gambar 2.4 Paradigma Penelitian Iklan Media Sosial ( X1) Keterlibatan Interaksi Keinginan Kepengaruhan Kebijakan Penetapan Harga ( X2) Keterjangkauan harga Kesesuaian harga dengan kualitas Daya saing harga Kesesuaian harga dengan manfaat Potongan harga Repurchase Intention (Y) Pembelian dengan perencanaan yang tidak penuh Rekomendasi melakukan pembelian Pembelian tanpa perencanaan Pembelian penuh perencanaan 43 2.8 Hipotesis Adapun hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H1: Iklan Media Sosial berpengaruh signifikan terhadap Niat Beli Ulang jersey bola basket di Hypecloth. H2: Kebijakan Penetapan Harga berpengaruh signifikan terhadap Niat Beli UlangJersey bola basket di Hypecloth.