BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan atas

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan atas apa yang telah dijabarkan dalam bab-bab penulisan
penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Media Sosial Pada Praktisi Public
Relations Di Yogyakarta”, dapat ditarik kesimpulan dan saran atas apa
temuan yang didapatkan di lapangan, sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Secara garis besar maka dapat ditemukan bahwa Facebook dan
Twitter merupakan dua jenis media sosial yang paling banyak digunakan
oleh para praktisi. Hal ini juga berdasar pada pertimbangan bahwa kedua
jenis media sosial tersebut yang dianggap paling dekat dengan keseharian
dan merupakan dua jenis media sosial yang memang sudah sangat dekat bagi
masyarakat Indonesia. Berdasarkan dari uraian hasil temuan yang telah
dipaparkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa para praktisi
tersebut memiliki harapan dan antusiasme yang besar akan kehadiran media
sosial. Bahkan hingga disarankan untuk memiliki akun media sosial pada
saat ini bagi sebuah perusahaan adalah suatu kewajiban. Jika pengelolaan
akun media sosial ini dapat dilakukan secara optimal maka akan
memberikan banyak manfaat dan kemudahan dalam melakukan aktivitas
komunikasi public relations, baik dalam pelaksanaan branding perusahaan,
manajemen isu dan krisis, kegiatan tanggung jawab sosial serta berhubungan
dengan publik perusahaan.
Pada
kenyataannya
antusiasme
yang
besar
tersebut
belum
berkembang sejalan dengan kemampuan dan keahlian yang memadai dari
para praktisi. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana para praktisi
memanfaatkan media sosial pada tahap untuk melakukan kegiatan
penyebaran informasi promo yang berkaitanan dengan perusahaan dan
menjalin hubungan dengan konsumen. Para praktisi belum menyadari benar
bahwa peluang yang diberikan oleh media sosial tidak hanya sebatas itu saja,
124
namun juga dapat dimanfaatkan untuk berhubungan dengan publik eksternal
lainnya, serta mendukung dalam pelaksanaan manajemen isu dan krisis serta
komunikasi CSR. Hal ini juga dapat dimungkinkan karena tak jarang fungsi
public relations disini belum seutuhnya berdiri sendiri dan masih tergabung
dengan fungsi lainnya seperti fungsi pemasaran. Sehingga penggunaan
media sosial masih terbatas untuk kegiatan memasarkan produk dan
berhubungan dengan konsumen. Para praktisi sendiri masih sangat terbatas
dalam mengeskplorasi pemanfaatan media sosial tersebut karena kurangnya
pemahaman mereka mengenai karateristik jenis-jenis media sosial yang
mereka gunakan. Hingga tak jarang satu perusahaan memiliki banyak jenis
akun media sosial namun tak semuanya dapat digunakan dengan baik.
Disamping itu pula keterbatasan para praktisi dalam memanfaatkan
media sosial juga salah satunya terhalang oleh pihak manajemen yang
kurang mendukung pengembangan program-program berkaitan dengan
media sosial. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi agar
dapat meyakinkan jajaran pimpinan perusahaan agar mau mengenal aplikasi
media sosial lebih dalam lagi. Tantangan lain yang dihadapi oleh para
praktisi adalah mengenai jam kerja media sosial yang bersifat online 24jam
dan membutuhkan respon yang cepat. Disampaikan pula oleh mereka bahwa
merekrut seorang staf khusus tambahan untuk membantu menangani media
sosial menjadi pertimbangan tersendiri bagi perusahaan. Para praktisi
menyetujui bahwa kehadiran media sosial membawa manfaat yang besar
bagi penyampaian informasi yang lebih cepat dengan daya jangkau publik
yang lebih luas. Walau model komunikasi yang dilakukan masih terbilang
bersifat satu arah dalam penyampaian informasi namun praktisi masih
memanfaatkan untuk terjadinya interaksi pada penanganan keluhan dari
konsumen atau menjawab pertanyan-pertanyaan yang ditujukan kepada
pihak perusahaan.
Media sosial juga sesekali digunakan untuk keperluan memantau
opini publik mengenai perusahaan serta mengikuti tren-tren yang sedang
berkembang saat ini. Disamping itu juga media sosial digunakan untuk
125
memantau perkembangan mengenai kompetitor dan persaingan di bidang
usaha tempat perusahaan mereka bergerak. Tak jarang pula media sosial
juga digunakan sebagai alat pertemanan dengan para konsumen, jajaran
pimpinan serta relasi pekerjaan. Dengan seperti itu diyakini para praktisi
maka akan mampu meningkatkan kedekatan perusahaan dengan publik
eksternalnya. Kehadiran media sosial diakui oleh praktisi sangat membantu
dalam menangani hal yang berkaitan langsung dengan konsumen, bahwa
perusahaan dapat lebih memantau harapan dan keinginan konsumen kepada
perusahaan. Perusahan juga dapat menjadikan masukan dan kritik yang
diberikan
kepada
konsumen
melalui
media
sosial
sebagai
bahan
pertimbangan untuk membuat kebijakan di masa depan.
Bagi pribadi para praktisi sendiri kehadiran media sosial dianggap
sebagai tantangan untuk mengasah keahlian dan kemampuan mereka sendiri
sebagai praktisi. Hal ini meliputi baik dalam kemampuan merespon berbagai
tanggapan dari publik juga menghadapi isu dan tren yang sedang terjadi juga
sebagai ajang untuk mereka terus mengasah wawasan dan pengetahuan
mereka baik di bidang yang mereka tekuni maupun secara luas. Media sosial
tidak dapat dianggap hal yang biasa bagi mereka karena mereka melihat hal
ini sebagai peluang yang baik untuk menunjang profesi mereka dan
perusahaan dimana mereka bekerja. Tak jarang juga mereka berkumpul
bersama dalam suatu komunitas media sosial untuk menambah wawasan dan
jaringan mereka dalam menunjang kinerja mereka dalam mengelola media
sosial.
Perbedaan pada pihak manajemen pimpinan yang memberikan
dukungan yang lebih baik pada pengelolaan dan memfasilitasi pemanfaatan
media sosial maka pengelolaan praktik di lapangan akan lebih baik
dibandingkan pihak manajemen yang sudah memiliki keyakinan akan media
sosial namun belum memulai untuk melakukan usaha perubahan tersebut.
Hal ini juga sangat bergantung pada divisi public relations apakah terpisah
sebagai divisi yang mandiri atau masih tergabung dengan divisi lainnya.
Sehingga konten dari postingan pada akun media sosial pun serta fungsi
126
penggunaan akun media sosial pun dapat terlihat berbeda. Kepahaman
mendalam pada praktisi mengenai karateristik dan cara pemanfaatan media
sosial dengan baik dan benar juga kan membawa perbedaan pada fungsifungsi yang dapat ditunjang oleh media ini dalam kegiatan public relations.
Antusiasme praktisi sangat baik dalam menyambut kehadiran media sosial,
mereka melihat hal ini sebagai peluang untuk menunjang aktifitas dan
merupakan tantangan bagi mereka untuk senantiasa mengembangkan
keahlian mereka.
B. Saran
1. Saran Bagi Praktisi
Berdasarkan pada apa yang telah didapatkan dari wawancara yang telah
dilakukan terdapat beberapa hal kiranya yang dapat dijadikan masukan bagi
para praktisi public relations di Yogyakarta. Seperti halnya adalah para
praktisi dapat lebih memaksimalkan pemanfaatan media sosial tidak hanya
sebatas sebagai media branding dalam penyebaran informasi yang bersifat
promosi iklan namun dapat memfokuskan pada penyebaran informasi yang
berkaitan dengan komunikasi public relations. Disamping itu pula para
praktisi bisa lebih dapat menggunakan media sosial sebagai salah satu media
monitoring isu dan komunikasi dalam krisis. Media sosial tidak hanya
digunakan dalam penyebaran informasi seputar komunikasi krisis namun
juga digunakan sebelumnya untuk memonitoring perkembangan tren serta
isu yang berkembang di seputar perusahaan sehingga media sosial juga dapat
dijadikan sebagai alat pengatisipasi sebelum terjadi krisis. Begitu pula
halnya pada pemanfaatan pada kegiatan CSR perusahaan dapat lebih
memaksimalkan dalam penyebaran informasi kegiatan dan pelaksanaan
survey yang melibatkan respon publik dalam proses pengenmbangan
program CSR tersebut.
Terakhir dan tak kalah penting merupakan konsistensi para praktisi
public relations dalam mewujudkan komunikasi dua arah yang lebih baik.
Seperti yang diketahui dari hasil penelitian beberapa diantara praktisi masih
127
menggunakan media sosial sebagai media komunikasi satu arah padahal
mereka sudah meyakini bahwa media sosial dapat menjembatani komunikasi
yang bersifat dua arah. Praktisi juga disarankan dapat memanfaatkan media
sosial untuk membangun interaktif bersifat dua arah yang melibatkan
percakapan proses “tanya” dan “jawab” antar publik dan perusahaan yang
kontinyuitas saling berbalasan pesan. Pasa hasil penelitian diketahui bahwa
komunikasi dua arah yang terjalin masih rendah dalam tingkat interaktifitas
terbatas pada merespon masukan yang datang dari publik. Percakapan
dialogis dapat dikembangkan tidak hanya terbatas pada menjawab
pertanyaan yang masuk atau membalas sapaan dari publik namun menjadi
salah satu media yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan lebih
baik lagi.
Disamping itu media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk membantu
pelaksanaan survey yang ditujukan kepada publik berkaitan dengan
monitoring isu dan kegiatan CSR. Disamping itu media sosial juga
dimaksimalkan dalam berhubungan dengan intitusi media dimana para
praktisi dapat menjadikan salah satu media komunikasi dalam penyebaran
informasi yang memudahkan pihak pers untuk mendapatkan informasi
terkini mengenai perusahaan. Media sosial dapat difungsikan tidak hanya
sebatas monitoring dan survey dalam melihat respon publik dan
perkembangan tren sekitar namun juga mengikuti perkembangan regulasi
atau kebijakan pemerintah terbaru melalui akun-akun media sosial
pemerintah. Diharapkan dengan kehadiran media sosial akan lebih
mempermudah aktivitas komunikasi public relations yang dapat membantu
praktisi dalam menjalankan fungsi-fungsinya.
2. Saran Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini merupakan penelitian awal mengenai pemanfaatan media
sosial pada praktisi public relations di Yogyakarta secara garis besar dalam
praktik pelaksanaan branding, komunikasi krisis, kegiatan CSR dan
berhubungan dengan publik. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti
128
tentang bagaimana pemanfaatan media sosial secara lebih detail pada
masing-masing fungsi komunikasi tersebut. Seperti halnya bagaimana
praktisi dapat memanfaatkan media sosial dalam membangun brand
awareness dan membentuk brand image pada perusahan. Selain itu
bagaimana praktisi mengelola media sosial agar dapat difungsikan sebagai
alat pemantauan isu yang sedang berkembang di sekitar perusahaan dan
menggunakannya sebagai salah satu alat komunikasi pada saat krisis sedang
terjadi. Perihal mengenai kegiatan komunikasi CSR dapat diteliti lebih lanjut
seperti pemanfaatan media sosial dalam mendukung kegiatan perusahaan
untuk melibatkan publik dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan CSR
tersebut dan penyebaran informasi terkait kegiatan tersebut kepada publik.
Selanjutnya mengenai pemanfaatan media sosial untuk berhubungan
dengan publik, peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai bagaimana
suatu perusahaan dapat berkomunikasi secara dua arah dengan publiknya,
tidak hanya dengan konsumen saja, namun pihak media, pemerintah,
komunitas,
relawan
dan
lainnya.
Peneliti
selanjutnya
juga
dapat
memperdalam tentang kualitas komunikasi yang terjadi pada pemanfaatan
media sosial apakah sudah sesuai dengan hakikatnya yang bersifat interaktif
dan dua arah dibanding masih menerapkan gaya komunikasi publikasi satu
arah. Masih banyak penelitian yang dapat dilakukan mengenai pemanfaatan
media sosial pada praktisi public relations, baik dengan metode kualitatif
dan kuantitatif. Peneliti selanjutnya juga dapat menganalisa mengenai
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan media sosial pada
praktisi dan menguji pengaruh kehadiran media sosial terhadap kegiatan
komunikasi public relations yang dilakukan oleh praktisi.
Kapasitas penelitian ini sebagai penanda bahwa praktisi public relations
di Yogyakarta sudah mulai memanfaatkan media sosial dalam menunjang
kegiatan komunikasi yang diterapkan. Disamping itu juga penelitian ini
memamparkan bagaimana para praktisi mengelola media sosial perusahaan
tersebut dan kendala-kendala yang dihadapi dalam praktik pelaksanaanya.
Pada penelitian ini juga mengulas tentang respon praktisi dengan adanya
129
kehadiran media sosial serta keunggulan-keunggulan yang mereka dapatkan.
Keterbatasan pada penelitian ini pada sumber informan yang masih terbatas
pada beberapa industri saja sehingga dianjurkan pada penelitian selanjutnya
dapat meneliti pada jumalh informan yang lebih luas dan lebih bervariatif.
Tidak menutup kemungkinan juga penelitian dapat dilakukan spesifik pada
satu jenis industri saja dan melakukan studi perbandingan pada item
penelitian tertentu.
130
Download