BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi merupakan kebutuhan yang layak untuk diperhatikan dalam suatu organisasi maupun bermasyarakat, dan merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses dinamika kehidupan manusia. Demikian besar peranan komunikasi dalam aspek kehidupan manusia karena melalui komunikasi, manusia dapat menemukan dan mengembangkan pengetahuan, memperoleh informasi, merubah sikap manusia lainnya dan bekerjasama dalam mengambil keputusan. Komunikasi juga merupakan suatu kegiatan rutin yang tidak disadari kepentingannya, bahwa kepentingan komunikasi adalah hal yang biasa yang sudah selayaknya ada. Setiap hari dan setiap saat manusia melakukan aktifitas komunikasi antar pribadi. Memahami komunikasi berarti memahami apa yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Komunikasi merupakan suatu tindakan yang memungkinkan kita untuk mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan sesuai dengan kebutuhan. Komunikasi menjembatani aspekaspek informasi dan keterlibatan manusia dalam pola aliran komunikasi yang membawa dampak berarti bagi masing-masing pihak. Menurut William Albig komunikasi adalah ”bentuk seni untuk membangun bahasa menjadi suatu kesatuan dalam bentuk suara, warna dan gerakan yang dapat berevolusi untuk mewujudkan jiwa manusia yang tumbuh dan 9 10 berkembang”8. Selanjutnya Wilbur Scram juga mengemukakan bahwa ”bila kita mengadakan komunikasi berarti kita berusaha untuk mengadakan commons (persamaan) dengan orang lain”9. Sedangkan dari sudut pandang Hovland komunikasi merupakan ”upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap” 10. Selain definisi-definisi di atas, peneliti juga melihat dari sudut pandang Laswell dimana beliau mengatakan bahwa ”cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: who, says what, in which channel, to whom, and with what effect?”11 Definisi dari Laswell dapat dilihat pada model komunikasi12 di bawah ini: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect Komunikator Isi Pesan Medium Komunikan Efek Gambar II.1 Model Komunikasi Harold Laswell Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: 8 William Albig. Public Opinion. New York: McGraw Hill. 1939 p 26 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1984 hal 10 10 Ibid 11 Fajar, op.cit., 32 12 A.M. Hoeta Soehoet. Teori Komunikasi 2 Cetakan Kedua. Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP. 2003 hal 5 9 11 1. Who (siapa/komunikator) Komunikator adalah pelaku utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi. Bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator yang menciptakan dan menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. 2. Says What (mengatakan apa/pesan) Pesan atau informasi yang akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Informasi yang disampaikan merupakan seperangkat simbol verbal maupun non-verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Ada tiga komponen pesan yaitu makna, simbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. 3. In which channel (melalui saluran apa/media) Saluran atau media untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik dll). 4. To whom (kepada siapa/komunikan) Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator yang menjadi sasaran komunikasi. 5. With what effect (efek yang dihasilkan) Efek adalah tanggapan atau reaksi dari komunikan setelah menerima pesan dari komunikator atau bisa juga disebut dampak yang terjadi pada 12 komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari komunikator, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dll. Dari definisi yang dikemukakan oleh para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan dari komunikator melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung atau tidak langsung dengan maksud memberikan dampak atau efek kepada komunikan sesuai dengan keinginan komunikator. Dimana komunikasi tersebut memenuhi lima unsur yaitu who, says what, in which channel, to whom, with what effect. Dalam penyampaian pesan diharapkan komunikator mempunyai keahlian agar apa yang disampaikan dapat sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam bentuk yang paling sederhana dapat juga dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan dari komunikator melalui saluran tertentu dan ditujukan kepada komunikan dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas pesan yang disampaikan. Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain berupa pesan atau informasi tertentu dengan menggunakan suatu media. Media komunikasi menjadi salah satu faktor yang turut menunjang keberhasilan proses komunikasi. Oleh karena itu, pemilihan media yang akan digunakan dalam proses komunikasi hendaknya disesuaikan dengan kemungkinan keefektifan dari media komunikasi tersebut. Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan komunikasi yang baik antara komunikator dan komunikan yaitu terjalinnya persesuaian makna diantara keduanya. Terlaksananya komunikasi yang baik, tidak terlepas dari rintangan 13 yang dihadapi, baik rintangan yang bersifat fisik, individual, bahasa sampai perbedaan arti yang dimaksud oleh orang yang diajak berkomunikasi. Untuk menciptakan persesuaian dan saling pengertian diantara rintangan yang terjadi dalam proses komunikasi, salah satunya dengan menggunakan bahasa yang baik sehinga komunikan dapat mengerti apa yang diberikan atau diinformasikan sehingga komunikasi dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. 2.1.2 Tujuan Komunikasi Robert F. Harlow dalam bukunya A Working Definition membagi fungsi PR menjadi dua bagian untuk menjelaskan ”apa itu PR, mengapa diadakan dan bagaimana melakukannya, yaitu sebagai method of communication dan state of being”13. Sebagai method of communication, PR merupakan rangkaian atau sistem kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan, baik pimpinan, karyawan atau staf. Sebagai state of being, PR adalah perwujudan suatu kegiatan komunikasi yang “dilembagakan” ke dalam bentuk biro, bagian divisi atau seksi dalam sistem manajemen kehumasan yang mempunyai pemimpin. Kegiatan komunikasi yang berjalan sesuai dengan fungsinya merupakan salah satu bentuk dalam pencapaian tujuan. Tujuan kegiatan komunikasi merujuk pada kepentingan perusahaan yang diwakili oleh PR. Hovland berpendapat bahwa ”tujuan dari komunikasi adalah untuk membangun atau menciptakan pemahaman atau pengertian bersama”14. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan 13 Rosady Ruslan. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2001 hal 34 14 Fajar, op.cit., 60 14 komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial: 1. Perubahan sikap (attitude change) Seorang komunikan setelah menerima pesan yang disampaikan, sikapnya akan berubah. Perubahan sikap dari komunikan bisa positif atau negatif. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita. 2. Perubahan pendapat (opinion change) Dalam proses komunikasi terdapat suatu usaha untuk menciptakan pemahaman. Pemahaman, ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. Misalnya berita atau informasi yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak dalam waktu yang bersamaan, namun opini atau pendapat yang muncul dari setiap individu berbedabeda. 3. Perubahan perilaku (behaviour change) Proses komunikasi juga bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan seseorang. Misalnya dalam kampanye ”Go Green, Clean & Clear” tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar yang disampaikan oleh pemerintah. Perubahan perilaku yang diharapkan dari kampanye ini adalah setiap individu dapat menjaga lingkungan hidup yang bisa dimulai dari lingkungan sekitar untuk mendapat lingkungan yang bersih dan sehat. 15 4. Perubahan sosial (social change) Perubahan sosial yang diharapkan adalah untuk membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang makin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja dapat meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Contoh dalam organisasi seringkali terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi sikap semata, tetapi kadangkadang terdapat maksud implisit di baliknya, yakni untuk membina hubungan baik. Agar tujuan komunikasi dapat tercapai maka pesan dalam proses komunikasi memiliki peran yang sangat penting dimana komunikator berusaha mengemas pesan sedemikian rupa sehingga sampai kepada komunikan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 2.1.3 Proses dan Dasar Komunikasi 2.1.3.1 Proses Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar, yaitu pengirim pesan, penerima pesan dan pesan. Proses komunikasi dapat kita lihat dalam bentuk skema di bawah ini15: 15 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filasafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya. 2006 hal. 25 16 Gangguan Gangguan Balikan Pengirim Pesan Simbol / Isyarat Penerima Pesan Media (Saluran) Mengartikan Kode / Pesan Gambar II.2 Proses Komunikasi 1. Pengirim pesan (komunikator) dan isi pesan Komunikator adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang (komunikan) dengan harapan dapat dipahami oleh komunikan yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh komunikator. Pesan yang disampaikan bisa dalam bentuk verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. Isi pesan dapat berupa informasi, ajakan, rencana kerja, pertanyaan dan sebagainya. 17 2. Simbol atau isyarat Pada tahap ini komunikator membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya komunikan menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap atau perilaku, dan menunjukkan arah tertentu. 3. Media atau penghubung Media adalah alat untuk penyampaian pesan seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan sebagainya. 4. Mengartikan kode atau isyarat Setelah pesan diterima melalui panca indera (telinga atau mata) maka komunikan harus dapat mengartikan simbol atau kode dari pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti atau dipahami dengan baik. 5. Penerima pesan (komunikan) Komunikan adalah orang yang dapat memahami isi pesan dari komunikator meskipun dalam bentuk kode atau isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh komunikator. 6. Balikan (feedback) Feedback adalah tanggapan yang berisi kesan dari komunikan dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa feedback, komunikator tidak 18 akan tahu dampak pesannya terhadap komunikan. Hal ini penting bagi komunikator untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat? Feedback dapat disampaikan oleh komunikan yang dituju atau komunikan lain yang bukan dituju. Feedback yang disampaikan oleh komunikan pada umumnya merupakan feedback langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut atau apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Feedback yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi feedback terhadap perilaku maupun ucapan komunikan. Pemberi feedback menggambarkan perilaku komunikan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Feedback bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga dapat memperjelas persepsi. 7. Gangguan Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga komunikan salah menafsirkan pesan yang diterima dari komunikator. 19 2.1.3.2 Dasar Komunikasi Dalam proses komunikasi terdapat empat dasar seperti yang dijelaskan oleh Onong yaitu “niat, minat, pandangan, lekat, dan libat“.16 1. Niat menyangkut apa yang akan disampaikan, siapa sasarannya, apa yang akan dicapai dan kapan akan disampaikan. 2. Minat. Ada dua faktor yang mempengaruhi minat, yaitu pertama adalah faktor objektif berupa rangsangan yang kita terima, dan yang kedua adalah faktor subyektif yaitu faktor yang menyangkut diri si penerima stimulus. 3. Pandangan, merupakan makna dari informasi yang disampaikan pada sasaran, menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan kerangka pikir seseorang. 4. Lekat merupakan informasi yang disimpan oleh komunikan. 5. Libat merupakan keterlibatan panca indera sebanyak-banyaknya. 2.1.4 Jenis dan Bentuk Komunikasi 2.1.4.1 Jenis Komunikasi Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi ada dua yaitu ”komunikasi verbal yang menggunakan kata-kata dan komunikasi non verbal yang biasa disebut dengan bahasa tubuh”17. 16 17 ibid 28 Ibid 20 1. Komunikasi Verbal Adalah proses komunikasi yang menggunakan simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa: a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, oleh sebab itu olah kata menjadi penting dalam proses komunikasi. b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. c. Intonasi suara, akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi. d. Humor, dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989) memberikan catatan bahwa dengan “tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri“. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi. e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti. 21 f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena proses komunikasi akan berarti bila seseorang bersedia atau dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan. 2. Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata melainkan dengan menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, maupun bahasa isyarat. Komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal : a. Ekspresi wajah, merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang. b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya. c. Sentuhan, adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan. 22 d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya. e. Sound (suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas. f. Gerak isyarat, dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukkan kaki atau menggerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang sedang dalam keadaan stress, bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress. 2.1.4.2 Bentuk Komunikasi Bentuk komunikasi dalam proses komunikasi dapat dibedakan menjadi tiga bagian seperti yang dijelaskan oleh Onong dalam buku Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi18 yaitu: 1. Bentuk Komunikasi berdasarkan penyampaian: a. Komunikasi Langsung Proses komunikasi tanpa menggunakan suatu alat atau media khusus dalam menyampaikan informasi atau pesan kepada si penerima pesan. 18 Ibid 32 23 Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang yang ada dihadapan kita. b. Komunikasi tidak langsung Proses komunikasi yang menggunakan alat atau media khusus seperti buku, flyer, pamflet, internet, dan sebagainya dengan tujuan untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya dengan menggunakan radio, buku, dll. 2. Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran: a. Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasarannya sekelompok orang dalam jumlah yang besar dan umumnya tidak dikenal. Pada umumnya komunikasi massa yang baik bisa dilihat dari bentuk pesan yang disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele; bahasa yang digunakan mudah dimengerti atau dipahami; bentuk gambar yang baik; dan membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar radio. b. Komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang dimana pesertanya sudah dikenal dan jumlah orangnya dapat dihitung. Komunikasi komunikasi langsung dan timbal balik. kelompok merupakan 24 c. Komunikasi perorangan, adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang dengan tatap muka dapat juga melalui media elektronik bisa berupa telepon atau komputer. 3. Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan: a. Komunikasi satu arah Pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, dan komunikan tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya komunikasi melalui media radio. Pendengar radio tidak dapat memberikan umpan balik melalui pesan yang disampaikan oleh penyiar radio. b. Komunikasi timbal balik. Pesan disampaikan kepada komunikan, kemudian komunikan memberikan umpan balik. Biasanya komunikasi kelompok dalam seminar atau perorangan merupakan bentuk komunikasi timbal balik. 2.1.5 Hambatan-hambatan Komunikasi Hambatan-hambatan yang muncul dalam proses komunikasi dapat dibedakan menjadi empat bagian seperti yang dijelaskan oleh Onong19: 1. Hambatan dari Proses Komunikasi a. Hambatan dari komunikator, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya sendiri. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional. 19 Ibid. 62 25 b. Hambatan dalam penyandian atau simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang digunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang digunakan antara komunikator dan komunikan tidak sama atau bahasa yang digunakan terlalu sulit. c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara cuaca dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan dengan jelas. d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh komunikan. e. Hambatan dari komunikan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima atau mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. f. Hambatan dalam memberikan feedback. Feedback yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya, akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya. 2. Hambatan Fisik Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif seperti cuaca, gangguan alat komunikasi, gangguan kesehatan dan sebagainya. 3. Hambatan Semantik Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi terkadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara komunikator dan komunikan, dengan kata lain bahasa yang digunakan berbeda. 26 4. Hambatan Psikologis Hambatan psikologis dan sosial bisa juga mengganggu proses komunikasi, misalnya perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara komunikator dan komunikan. 2.1.6 Karakteristik Saluran Komunikasi Karakter saluran komunikasi dalam proses komunikasi ada tiga bagian seperti yang dijelaskan oleh Onong20 yaitu: 2.1.6.1 Media Cetak Dengan adanya teknologi komunikasi baru, publikasi cetak masih menjadi media utama untuk komunikasi internal di kebanyakan organisasi. Contoh dari jenis media cetak adalah majalah, koran, surat dan newsletter. 2.1.6.2 Media Elektronik Menyediakan informasi dalam bentuk audible, visual dan audio visual yang terdiri dari radio, televisi dan satelit, display, video, telekonferensi, hotline, dan internet (blog, facebook, chatting, email letter). 2.1.6.3 Komunikasi Tatap Muka Pada umumnya karyawan lebih menyukai komunikasi langsung dengan atasannya ketimbang melalui email, memo, voice mail atau bentuk lainnya. Dengan komunikasi tatap muka pesan yang disampaikan akan lebih jelas, mudah diingat dan efektif. 20 Ibid. 55 27 2.2 Komunikasi Organisasi 2.2.1 Definisi Komunikasi Organisai Komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain, untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti dan selalu berubah-ubah. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Komunikasi organisasi dapat terjadi kapanpun, setidaknya ”satu orang menduduki jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan”.21 Disamping itu ada juga definisi dari Karth dan Khan yang dikutip oleh Ami Muhammad bahwa ”komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi”.22 Berbeda dengan Thayer yang mengatakan bahwa ”komunikasi organisasi sebagai arus datar yang akan melayani komunikasi organisasi dalam berbagai cara yaitu yang berkenaan dalam organisasi, yang berkenaan dengan pengaturan organisasi, berkenan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi yaitu dengan hubungan personal”.23 Komunikasi merupakan masalah yang sangat penting dalam suatu organisasi, seperti yang dikatakan Brennar yang dikutip oleh Onong U (1993) bahwa ”manajemen sebagai suatu proses kegiatan tidak dapat mengarahkan dan menggerakkan sejumlah manusia secara efektif tanpa adanya komunikasi”.24 21 Deddy Mulyana. Komunikasi Organisasi. Bandung: Remaja RosdaKarya. 2006 hal. 32 Muhammad, op.cit., 62 23 Muhammad, op.cit., 66 24 Effendy, log.cit., 22 28 Selanjutnya terdapat sudut pandang yang berbeda dari Brent D. Ruben yang mendefinisikan komunikasi organisasi adalah ”suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya dalam keluarga, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasikan lingkungan dan orang lain”.25 Dimensi-dimensi komunikasi dalam kehidupan organisasi perusahaan merupakan sarana pertukaran informasi dimana para karyawan setelah membaca majalah, sehingga keberadaan majalah serta penyebarannya dapat terkoordinir dengan baik. Jadi semakin jelas sudah bahwa organisasi membutuhkan orangorang yang dapat saling bekerjasama atau berkoordinasi . 2.2.2 Arus Komunikasi Organisasi Arus komunikasi dalam organisasi adalah arus atau aliran komunikasi yang berlangsung baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi. Berdasarkan arus informasinya, maka komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi internal dan komunikasi eksternal. 2.2.2.1 Komunikasi Internal Komunikasi yang berlangsung antara orang-orang yang berada dalam organisasi. Komunikasi internal bertujuan untuk membangun kerja sama, membuat dan menjadikan karyawan ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap organisasinya, membentuk citra baik organisasinya dan menanamkan kepercayaan bagi publiknya. 25 Muhammad, op.cit., 23 29 Dalam komunikasi internal terdapat dua dimensi dan dua jenis komunikasi, yaitu: 1. Dimensi Komunikasi Internal a. Komunikasi Vertikal Komunikasi vertikal adalah komunikasi ke atas (upword communication) dan ke bawah (downword communication). Upword communication yaitu penyampaian pesan baik secara langsung maupun tidak langsung dari karyawan tentang hasil pekerjaan yang telah dilakukannya kepada pimpinan. Sedangkan downword communication dapat dijelaskan seperti komunikasi antara pimpinan dengan karyawan tentang job description yang harus dilakukan serta peraturan-peraturan perusahaan yang harus ditaati oleh para karyawan. Peran komunikasi penyampaian dalam pesan yang organisasi dilakukan sangat penting, karena oleh pimpinan dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Motivasi kerja dari karyawan penting sekali agar tujuan perusahaan dalam meraih keuntungan yang sebesar-besarnya bisa tercapai dengan mudah. b. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal juga bisa bersifat komunikasi silang (cross communication), artinya melebar ke samping atau juga secara diagonal, misalnya antar kepala seksi dengan pegawai dari departemen lain. Komunikasi horizontal merupakan proses menyampaikan warta diantara sesama anggota dalam organisasi yang sama dan komunikasi 30 yang terjadi diantara departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama. 2. Jenis Komunikasi Internal26 a. Komunikasi Personal Komunikasi personal adalah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara yaitu, komunikasi tatap muka yang berlangsung secara dialogis sehingga bisa berlangsung kontak pribadi dan komunikasi bermedia yaitu komunikasi dengan menggunakan alat, misalnya telepon atau memorandum. b. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok dan sama-sama memiliki satu tujuan. Pesan dan informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. 2.2.2.2 Komunikasi Eksternal Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara orang-orang yang berada di dalam organisasi dengan khalayak di luar organisasi dengan tujuan untuk menciptakan opini publik sebagai efeknya. Fungsi komunikasi eksternal untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan dengan relasi. 26 Fajar, op.cit., 65 31 Komunikasi dalam organisasi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan intern di dalam organisasi. Semua masalah yang timbul dalam organisasi akan segera dapat diatasi apabila komunikasi yang berlangsung dalam organisasi dapat berjalan dengan baik dan tidak menghadapi hambatan. Pimpinan organisasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat. Oleh karena itu komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi. 2.2.3 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Dalam organisasi komunikasi sangat penting. Oleh karena itu komunikasi mempunyai empat fungsi yaitu: 2.2.3.1 Informatif Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan lebih tepat. 2.2.3.2 Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu pertama, atasan atau orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message yang pada dasarnya berorientasi pada kerja. 32 2.2.3.3 Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan lebih menyukai untuk mempersuasi karyawannya dari pada memberi perintah. 2.2.3.4 Integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik. 2.3 Public Relations 2.3.1 Definisi Public Relations Public Relations (PR) merupakan persamaan dari kata bahasa indonesia “Hubungan Masyarakat” ini mempunyai beberapa definisi. PR menurut Effenndy dalam kutipan Cutlip, Center dan Glen M Broom “Publik Relations are the management function which evaluates publik attitudes, identifies the policies and procedures of an individual or organizations with the publik interest, and plans and executes a program of action to earn publik understanding and acceptance”. “Publik relations adalah fungsi manajemen yang nilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik”. 27 27 Muhammad, op.cit., 116 33 Dari definisi di atas dapat disimpulkan PR sebagai fungsi manajemen yang keberadaannya sangat penting dalam suatu organisasi. PR merupakan kelanjutan proses kebijaksanaan, pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan bersikap yang sesuai dengan kepentingan orang atau golongan agar organisasi dimana PR itu berada memperoleh kepercayaan dari publiknya yaitu masyarakat. PR menurut kamus terbitan Institute of Publik Relations (IPR), yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan 1987, yang dikutip oleh Linggar adalah “keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara organisasi dengan segenap khalayaknya”.28 Sedangkan menurut Widjaja, PR dapat diartikan sebagai “suatu kegiatan untuk menanamkan pengertian guna memperoleh good will, kerjasama dan kepercayaan yang pada gilirannya mendapat dukungan dari pihak lain”.29 Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memahami bahwa PR adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanamkan pengertian guna memperoleh good will, kerja sama dan kepercayaan untuk mendapat dukungan dari pihak lain. Untuk melengkapi pengertian atau pemahaman tentang apa dan bagaimana PR, berikut ditarik kesimpulan yang dijabarkan oleh Rosady Ruslan dalam bukunya Kiat dan Strategi Kampanye PR30: 28 M. Linggar Anggoro. Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 2001 hal. 1-2 29 Ibid. 55 30 Rosady Ruslan, op.cit., 8 34 1. PR merupakan suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik yang dapat memperdalam kepercayaan publik atau pemberdayaan lebih tinggi terhadap suatu lembaga atau organisasi. 2. PR adalah suatu proses continue dari usaha manajemen untuk memperoleh good will dan pengertian dari pelanggan, konsumen, publik pada umumnya, termasuk para staff pegawainya. Ke dalam, mengadakan perbaikan dan (membangun pembenahan budaya melalui perusahaan) corporate bentuk culture disiplin, building memotivasi, meningkatkan pelayanan dan produktivitas kerja yang diharapkan tercipta sense of belonging terhadap perusahaannya. Sedangkan keluar, berupaya menciptakan kepercayaan dan citra perusahaan (corporate image) yang sekaligus memayungi dan mempertahankan citra produknya (product and brand image). Dengan demikian dapat dikatakan ruang lingkup PR sangatlah luas baik berhubungan dengan publik internal maupun eksternal. PR dalam sebuah perusahaan adalah sebagai metode komunikasi yang berperan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan upaya penyampaian tujuan perusahaan. PR terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan dengan organisasi tersebut. Setiap manusia pada dasarnya juga mengalami PR, selama ia masih menjalin kontak dengan manusia lainnya. 35 2.3.2 Karakteristik Publik Relations Publik (khalayak) adalah atau “kelompok orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal”.31 Publik internal adalah publik yang berada di dalam lingkup organisasi atau perusahaan, sedangkan publik eksternal adalah publik yang mempunyai kepentingan terhadap organisasi yang berada diluar organisasi. Publik juga disebut oleh Rhenald Kasali sebagai “stakeholder yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan”.32 Publik perlu ditetapkan dalam megelola reputasi agar seluruh program yang dikerjakan praktisi PR menjadi lebih terarah, terutama pesan-pesan yang akan disampaikannya agar menjadi lebih efektif. Unsur-unsur dalam publik dapat dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Publik Internal Publik Eksternal 1. Pemegang Saham 1. Konsumen 5. Pemerintah 2. Manajemen dan Top Executive 2. Penyalur 6. Pesaing 3. Karyawan 3. Pemasok 7. Komunitas 4. Keluarga Karyawan 4. Bank 8. Pers Tabel II.1 Unsur-Unsur Dalam Stakeholder33 31 Frank Jefkins dan Daniel Yadin, op.cit., 80 Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations. Jakarta: Pusat Utama Grafiti. 1999 hal. 63 33 Ibid. 65 32 36 Rhenald Kasali juga memetakan stakeholders sebagai berikut: 34 Pemerintah Pemilik Kelompok Interest Khusus Perusahaan Pemasok Konsumen Asosiasi Bisnis Karyawan Pesaing Gambar II.3 Pemetaan Stakeholder 2.3.3 Peran dan Fungsi PR Pada awalnya peran PR dalam perusahaan adalah sebagai pembuat berita mingguan, mempublikasikan newsletter untuk karyawan dan membuat kegiatan agar tercipta hubungan harmonis antara perusahaan dan karyawan. Setelah peran ini dijalankan dengan baik, PR kembali diberikan tugas untuk “menangani publisitas karyawan yang berprestasi sampai menangani publisitas kesuksesan perusahaan”.35 Secara garis besar, PR berfungsi sebagai pengabdian kepada kepentingan umum, suatu perilaku yang positif dalam rangka membantu masyarakat untuk memperoleh manfaat bersama. Dalam kegiatannya, PR juga harus menekankan pada moral dan perilaku yang baik dengan melakukan komunikasi timbal balik 34 35 Ibid. 66 Cutlip,Center & Broom. Effective Public Relations. USA: Prentice Hall. 2000 p. 25 37 kepada publik. Tujuan pokoknya adalah untuk membangun opini, persepsi dan citra baik (good image) bagi perusahaan. Oleh karenanya, seorang PR diharapkan memiliki lima persyaratan kualifikasi, yaitu “kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengorganisasi, kemampuan membina relasi dengan publik, memiliki kepribadian yang utuh dan jujur, serta banyak imajinasi dan kreatif”. 36 Hasil dari proses PR tidak terlihat secara cepat, namun diperlukan waktu untuk dapat melihat perubahan yang ditimbulkannya seperti image yang baik, penjualan yang meningkat, hubungan yang saling menguntungkan dan investasi sosial lainnya. Menurut Edward L. Bernay, fungsi utama dari PR ada tiga yaitu “memberikan penerangan kepada masyarakat, melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung, dan berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan atau lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya”.37 Secara operasional fungsi PR juga dapat dijelaskan sebagai berikut, melaksanakan hubungan kedalam yaitu pemberian pengertian tentang suatu program agar terbentuk “persamaan visi” terhadap publik internal yaitu karyawan yang terdiri atas pimpinan dan staff; melakukan penelaahan serta pemberian pengertian tentang sesuatu program agar terbentuk persamaan visi terhadap eksternal publik yaitu masyarakat; melakukan pembinaan serta bimbingan untuk mengembangkan PR sebagai medium penerangan; dan menyelenggarakan koordinasi, interegasi dan sinkronisasi serta kerjasama kegiatan PR. 36 Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto. Dasar-Dasar Public Relations Cetakan Keempat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005 hal. v 37 Ibid. 18 38 Dengan adanya komunikasi yang baik dari organisasi ke publik internal akan menghasilkan hubungan yang harmonis di dalam perusahaan sedangkan hubungan yang baik kepada pihak eksternal akan menghasilkan reputasi yang baik bagi perusahaan tersebut. 2.3.3.1 Tujuan PR Tujuan diadakannya PR adalah untuk membina hubungan baik dengan publiknya secara internal dan eksternal. Istilah publik dalam PR merupakan khalayak sasaran dari kegiatan PR. Publik itu disebut juga stakeholders, yakni ”kumpulan dari orang atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan”.38 2.3.3.2 Tugas dan Aktivitas PR Tugas PR dapat dibagi menjadi lima bagian, meskipun sebenarnya semuanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan yaitu39: 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik, supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan. 2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. 3. Memperbaiki citra organisasi, karena citra yang baik terletak pada bagaimana organisasi dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan 38 39 Kasali, op.cit., 10 Rumanti, log.cit., 39 perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol dan dievaluasi. 4. Tanggung jawab sosial. PR bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut. Penting diusahakan bahwa seluruh organisasi bersikap terbuka dan jujur terhadap semua kelompok atau publik yang ada hubungannya dan memerlukan informasi. 5. Komunikasi. PR mempunyai bentuk komunikasi yang khusus dan timbal balik, sehingga pengetahuan komunikasi merupakan modal utamanya. ”Selain pengetahuan komunikasi, PR juga perlu memiliki pengetahuan manajemen, kepemimpinan dan struktur organisasi”. Dalam setiap aktivitasnya, PR selalu melakukan hal yang dapat mencerminkan sisi positif dari perusahaan. Aktivitas PR menurut Rhenald Kasali ada dua yaitu:40 1. Membina hubungan ke dalam PR dapat menerapkan komunikasi internal yang terarah. Dapat membuat kegiatan-kegiatan yang dapat mempererat hubungan antara manajemen, karyawan dan pemegang saham. Contoh menjaga hubungan baik dengan pemegang saham antara lain mengadakan laporan rutin tahunan, mengadakan RUPS yang bertujuan menginformasikan berita-berita terbaru perusahaan. 40 Kasali, op.cit., 13 40 2. Membina hubungan ke luar Selain membina hubungan dengan publik internal, PR juga harus mempunyai hubungan baik dengan pihak eksternal41 seperti: a. Menjalin hubungan baik dengan media Hubungan media adalah usaha untuk mencari publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi PR dalam rangka mencipakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi yang bersangkutan. Tujuan dari hubungan media tidak sekedar memberikan informasi semata, tetapi menciptakan citra yang baik bagi perusahaan. “Controlled media allow the organization to determine various attributes of the message, most importantly its content, but also its timing, presentation, packaging, tone and distribution. Examples of controlled media are newsletters, brochure and corporate videos”. Seperti yang dikutip dalam buku Strategic Planning For Public Relations, contoh dari hubungan dengan media antara lain melayani kebutuhan informasi para pencari berita melalui pertemuan rutin, press conference dan kunjungan media. b. Menjalin hubungan baik dengan konsumen Konsumen atau pelanggan merupakan publik yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Yang disebut dengan konsumen disini bukan hanya mereka yang menggunakan jasa atau membeli produk 41 Ronald D. Smith. Strategic Planning For Public Relations. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher. 1992 p. 153 41 perusahaan saja namun juga perusahaan pembeli dalam partai besar yang disebut sebagai pemasok sekunder. “Customers are those publics that receive the products or services of an organizations, such as current or potential consumers, purchasers, clients, students, patients, fans, shoppers and so on. This category also includes secondary customers, who are the customers of your customers”. c. Membina hubungan baik dengan pemerintah Dalam kegiatan PR, pemerintah dianggap sebagai publik yang penting bukan saja karena pemerintah adalah pengatur negara dan pembuat keputusan penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak, tetapi pemerintah terdiri atas orang–orang yang mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat dan kegiatan bisnis. Kepentingan pemerintah yang besar pada dunia usaha sering dimanfaatkan oleh dunia usaha ketika menghadapi krisis. Contoh melakukan lobi kebijakan pemerintah agar sesuai dengan tujuan perusahaan atau mempercepat proses ijin usaha. 2.4 Media PR 2.4.1 Definisi Media Pengertian media menurut Ronald Smith adalah ”merupakan jalur penting dalam kegiatan-kegiatan PR”.42 Media komunikasi adalah penyampaian informasi 42 Ibid.155 42 yang ditujukan kepada publik agar pesan menjadi efektif. Media perusahaan biasa dipergunakan sebagai saluran atau sarana komunikasi oleh PR untuk menyampaikan pesan kepada publiknya baik internal maupun eksternal dan sekaligus mampu menyampaikan informasi yang dapat mencerminkan reputasi suatu perusahaan. 2.4.2 Tujuan Media Secara umum penggunaan media dalam kegiatan PR mempunyai beberapa tujuan, diantaranya membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa, menjalin komunikasi yang berkesinambungan, meningkatkan kepercayaan publik, dan meningkatkan citra yang baik dari perusahaan. 2.4.3 Fungsi Media Fungsi media dalam proses komunikasi ada tiga, seperti yang dijelaskan oleh Ronald dalam buku Strategic Planning for Public Relation43 yaitu: 1. Sebagai media hubungan komunikasi internal dan eksternal yang diedarkan atau diberikan secara gratis dalam upaya penyampaian pesanpesan, informasi, dan berita mengenai aktifitas perusahaan, manfaat produk barang, relasi bisnis, stakeholder (hubungan dengan pemegang saham), dan employee relations (hubungan dengan pegawai dan keluarganya). 43 Ibid 156 43 2. Sebagai ajang komunikasi khusus antara karyawan, misalnya ucapan selamat ulang tahun, informasi kelahiran bayi dan keluarga karyawan, adanya pegawai atau pendatang baru (new comer), kegiatan olah raga, wisata, keagamaan, program kesehatan, hingga berita duka cita serta kegiatan sosial. 3. Sebagai sarana media untuk pelatihan dan pendidikan dalam bidang tulismenulis bagi karyawan, serta staff PR yang berbakat atau berpotensi sebagai penulis ilmiah populer. 2.4.4 Bentuk-bentuk Media PR Bentuk-bentuk media PR dalam proses komunikasi dibagi menjadi tiga seperti yang dijelaskan oleh Maria dalam buku Dasar-dasar Public Relation yaitu ”media cetak, surat kabar, dan majalah”. 44 2.4.4.1 Media Cetak 1. Jurnal Internal (House Jurnal) Jurnal Internal adalah suatu penerbitan untuk kalangan sendiri (private publication) yang dibedakan dari commercial press. Untuk mencapai khalayak tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan PR, adakalanya penggunaan media massa pers, radio, televisi tidak sesuai, apalagi jika khalayak tersebut hanya terdiri dari beberapa kelompok kecil saja. Contoh dari khalayak seperti itu adalah para staff atau anggota organisasi sendiri yang mungkin hanya dapat dijangkau melalui jurnal internal. Karenanya 44 Rumanti, op.cit., 118 44 kita membutuhkan suatu wahana komunikasi internal yang dapat menjangkau khalayak tadi. 2. Jenis-jenis Jurnal Internal a. Majalah Jurnal ini memiliki format majalah pada umumnya dan berukuran A4. Isinya kebanyakan adalah tulisan feature dan ilustrasi. Majalah ini bisa dicetak secara sederhana ataupun melalui teknik percetakan yang lebih canggih. Hal ini tergantung dari kebijaksanaan dan kemampuan organisasi atau perusahaan. b. Newsletter Sebuah tipe jurnal internal yang berisikan intisari berita-berita atau tulisan-tulisan singkat dengan atau tanpa gambar. Ukurannya bisa sama dengan majalah pada umumnya, hanya jumlah halamannya lebih sedikit yakni 2 sampai 8 halaman. c. Koran Tipe jurnal internal yang mirip dengan koran tabloid dan kebanyakan isinya berupa berita-berita utama, artikel pendek, dan berita yang disisipi dengan tulisan feature atau ilustrasi. Proses percetakannya biasanya lebih canggih dan biasanya terbit mingguan, dua mingguan, bulanan atau dua bulanan sekali. 45 d. Majalah Dinding Bentuk jurnal ini seperti poster kecil yang ditempelkan pada dinding dan merupakan suatu media yang biasa digunakan untuk keperluan internal maupun eksternal. 3. Merancang Jurnal Internal Dalam merancang jurnal internal ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: a. Cakupan Pembaca Dalam hal ini, sebuah jurnal harus menyediakan berita/informasi/pesan yang bisa diterima oleh berbagai macam kalangan dengan jurnal yang berbeda-beda. Pembaca akan tertarik untuk membaca hal yang ia minati yang tentu saja sesuai dengan kebutuhannya. Organisasi atau perusahaan harus mengetahui siapa saja yang akan membaca jurnal ini, apakah masing-masing pembaca harus disediakan jurnal khusus misalnya jurnal untuk pimpinan dan karyawan berbeda. b. Kuantitas Besar kecilnya suatu jurnal yang diterbitkan akan mempengaruhi kualitas yang ada dalam jurnal tersebut. Baik metode-metode produksi, atau pun kandungan materi yang ada di dalamnya, dan berapa banyak ekslempar yang harus dicetak untuk sekali penerbitan. c. Frekuensi Berapa seringnya jurnal diterbitkan? Tentu saja jurnal mempunyai tanggal, hari, bulan tersendiri dalam menerbitkan hariannya. Jurnal 46 harus diterbitkan secara teratur dan memiliki tanggal publikasi yang tetap. Ada jurnal yang diterbitkan secara harian, mingguan, bahkan bulanan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan dalam merancang sebuah jurnal. Pada umumnya, untuk jurnal internal ini mempunyai jangka waktu terbit yang relatif lama misalnya bulanan atau triwulan. d. Kebijakan Kebijakan dalam hal ini, meyangkut tujuan diterbitkannya jurnal tersebut. Hal ini tidak akan lepas dari sesuatu yang sudah terjadi. Maka dari itu, dalam membuat jurnal, seorang PR tentu saja punya tujuan tertentu untuk mecapai tujuan khalayak dalam memperoleh pesan yang dikemas. Idealnya setiap jurnal memiliki ciri khas yang berkaitan dengan isinya. Misalnya memberitahukan mengenai aspek-aspek tertentu dari perusahaan, sebagai wahana komunikasi antara para pegawai atau anggota organisasi yang tersebar di berbagai daerah, membantu dealer dalam rangka memahami produk dan menjual produknya, dan forum di mana para pembaca dapat saling bertukar pandangan. e. Judul Dalam pemilihan judul, kita benar-benar harus membuat sesuatu yang berbeda, mencolok, menarik dan mudah diingat. Tentu saja, judul tersebut tidak boleh lepas dari tujuan yang kita paparkan sebelumnya. Pemilihan judul harus menjadi suatu yang konsisten. Untuk mempopulerkan jurnal tersebut, maka pemilihan judul perlu dipilih 47 dengan cermat, agar tidak mudah diganti dan tidak boleh berubahubah. Pemilihan judul yang tepat dan sesuai akan lebih menarik perhatian khalayak dan bertahan lama. Judul harus dapat mengingatkan pembaca dari perusahaan yang bergerak di bidang apa jurnal tersebut. f. Gaya dan Format Disini juga kita perlu memilih secara benar tentang format yang akan ditampilkan dalam jurnal tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut ukuran halaman, jumlah kolom per halaman, warna yang digunakan, bagaimana tulisannya, dan lainlainnya. Tentu saja dengan gaya dan format yang telah dirancang sedemikian rupa harus dapat menarik khalayak untuk membaca apa yang sudah kita kemas dalam jurnal. Maka dari itu, tampilan yang menarik menjadi perhitungan yang paling utama untuk mengundang khalayak menggunakan sensasinya dalam pemilihan jurnal. g. Dijual atau dibagikan secara cuma-Cuma Jika jurnal tersebut sudah menjadi suatu media yang besar dan dibutuhkan serta dicari oleh khalayak, maka jurnal tersebut pasti mempunyai harga. Jika jurnal tersebut hanya berupa poster kecil yang ditempel dimana-mana, maka nilai jualnya tidak ada atau bisa dibagikan secara cuma-cuma, namun yang terkandung di dalamnya adalah nilai pesan. 48 h. Iklan Jika jurnal tersebut sudah terkenal, biasanya banyak sekali iklan yang menampilkan produknya dalam jurnal tersebut. Iklan juga bisa menambah penampilan jurnal menjadi semakin menarik. Dengan iklan-iklan pribadi dan gratis juga menjadi cara ampuh untuk meningkatkan minat baca pada jurnal tersebut. i. Distribusi Dalam mendistribusikan jurnal tersebut, maka ada beberapa alternatif, misalnya dengan pos, dari tangan ke tangan, di jual di toko buku/tukang koran, tempat-tempat tertentu, dan lain-lain. Biasanya dengan cara pos menjadikan hal yang paling praktis dalam distribusi jurnal. Namun membutuhkan uang tambahan untuk menggaji para loker koran tersebut. 4. Faktor-faktor Proses Pembuatan Jurnal Internal45 Untuk membuat majalah internal dengan isi yang baik dan menarik perlu perhatian serius dalam proses pembuatannya. a. Kejelasan (Clarity) Pesan yang ditulis harus jelas, artinya tidak akan menimbulkan salah tafsir oleh komunikan, kalimat maupun kata-kata yang dipergunakan tidak dapat diartikan lain (double meaning). 45 Ton Kertopati, Azas-Azas Publisitas, Departemen Penerangan Republik Indonesia, 1983, hal. 67-71. 49 b. Terang untuk dapat dibaca (Legibility) Kombinasi warna pada jurnal hendaknya dapat menghasilkan kilau (liminosity) secara maksimum sehinga komunikan dapat membaca pesan yang disampaikan. c. Tata Letak Letak antara gambar dan pesan harus sesuai komposisinya sehinga tidak menimbulkan kebosanan. d. Gaya Bahasa Gaya bahasa hendaknya yang mudah dimengerti dan dapat mempengaruhi (persuasi) komunikan. 5. Syarat-syarat untuk mendapatkan informasi yang berkualitas baik dalam majalah internal menurut ton Kertapati ada enam, yaitu46: a. Bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi atau gaya tulisan yang digunakan, sehingga memudahkan pembacanya dalam memahami tulisan, isi pesan, informasi yang hendak disampaikan. b. Pesan/informasi. Segala bentuk informasi yang berhubungan adalah merupakan pesan yang harus diketahui oleh publik internal perusahaan, misalnya berupa kegiatan yang dilakukan perusahaan. c. Bentuk. Berupa wujud atau tampilan yang diberikan pada media internal, sehingga bagi siapapun yang melihatnya akan tertarik untuk membacanya setelah mereka melihat bentuk tampilan medianya. 46 Ibid. 60-61. 50 d. Teks. Tulisan yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan yang saling berhubungan dengan kepentingan publiknya. e. Warna. Warna memiliki peranan yang sangat penting pada penampilan, adapun alasannya karena penggunaan dan pemilihan warna yang menarik akan dapat menarik perhatian orang atau malah sebaliknya. f. Gambar, merupakan foto-foto dari kegiatan yang menjadi tema dalam bahasan. 2.4.4.2 Surat Kabar Surat kabar adalah salah satu jenis media komunikasi massa yang diterbitkan secara berkala dan bersenyawa dengan kemajuan teknologi pada masanya dalam menyajikan tulisan berupa berita, feature, pendapat, cerita rekaan (fiksi), dan bentuk karangan yang lain. Tujuan dasar surat kabar adalah ”memperoleh berita dari sumber yang tepat untuk disampaikan secepat dan selengkap mungkin kepada para pembacanya”.47 2.4.4.3 Majalah Majalah merupakan salah satu bentuk media cetak yang digunakan untuk penyampaian informasi. Majalah mengspesialisasikan produknya untuk menjangkau konsumen tertentu. Mengenai struktur majalah dapat dibedakan atas dasar frekuensi penerbitan dan publik pembacanya. Menurut frekuensi 47 Ensiklopedi. 1991. p.431 51 penerbitannya dapat dibedakan menjadi ”mingguan, dwi mingguan, bulanan, bahkan ada yang triwulan”.48 2.5 Efektivitas Media Efektivitas berasal dari kata dasar efektif, yang memiliki arti ada efeknya, manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, sedangkan untuk efektivitas berarti keefektifan49. Apabila dihubungkan dengan komunikasi maka komunikasi yang efektif adalah ”bagaimana komunikator dengan komunikan dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu pesan atau efek. Perubahan yang terjadi disebut efek positif atau efektivitas”.50 Komunikasi yang efektif ”mensyaratkan adanya pertukaran informasi dan kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan”.51 Efektivitas media internal dalam kegiatan PR perlu diperhatikan, apakah media yang digunakan PR efektif atau tidak dalam memenuhi kebutuhan informasi. Oleh karena itu, dalam menyajikan informasi, PR harus memperhatikan nilai-nilai yang menjadi pedoman pembuatan media komunikasi internal yang terpercaya. Sebuah media komunikasi yang efektif harus memiliki empat nilai strategis di dalamnya, yaitu52: 48 Rumanti, op.cit., 126 http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php 50 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hal. 17 51 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Prenada Media Group, 2006, hal. 3 52 Effendy, op.cit., 158 49 52 1. Nilai Informasi Media komunikasi harus menampilkan nilai-nilai informasi yang bermutu dan berguna bagi khalayaknya. Umumnya nilai informasi yang terkandung dalam sebuah media komunikasi bersifat langsung menuju sasaran, mengungkapkan fakta dan digunakan bila audience menghendaki pengungkapan secara langsung, seperti pada peluncuran kebijakan baru. 2. Nilai Pendidikan Nilai pendidikan yang terkandung dalam media dapat tertera dengan jelas apabila media tersebut menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi kerja, membantu memecahkan masalah dan menerapkan motivasi baru untuk produktivitas kerja. 3. Nilai Hiburan Tulisan media tidak hanya dimaksudkan untuk memberi informasi dan mendidik masyarakat saja namun juga ada unsur menghibur yaitu memberikan rasa santai dan kegembiraan terhadap khalayak yang membacanya. Apabila media internal yang ada tidak efektif maka upaya PR dalam pencapaian pesan-pesan perusahaan kepada khalayak internal dan eksternal tentang aktivitas perusahaan tidak akant tercapai. Sebaliknya jika media internal tersebut efektif, maka keterbukaan dalam berkomunikasi antara perusahaan dan publik dapat tercapai. Disamping itu akan adanya kesadaran dan pengakuan manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan para pegawai, dan 53 komunikasi antara perusahaan dan publik pun dapat menunjang terciptanya suasana yang kondusif dalam perusahaan. Standard yang paling umum dipergunakan dalam audit komunikasi oleh Andre Hardjana adalah ”efisiensi dan efektivitas”53. Efisiensi pada dasarnya menunjukkan bahwa ”kegiatan dijalankan secara benar (doing the thing right) berkaitan dengan penyimpangan cara kerja”. Sedangkan efektivitas menunjukkan bahwa ”kegiatan yang dilakukan adalah benar (doing the right things) berkaitan dengan penyimpangan tujuan”.54 Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang terjadi sehingga menimbulkan efek kognitif, afektif dan konatif. Efektif berarti mempunyai pengaruh, efek atau akibat, memberi hasil yang memuaskan, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan berhasil guna. Komunikasi yang efektif merupakan sarana agar tujuan yang sudah ditetapkan akan tercapai sesuai dengan target yang sudah direncanakan. Kriteria komunikasi yang efektif terdiri dari adanya penerima pesan, isi pesan, ketepatan, media komunikasi dan sumber. Definisi efektivitas secara umum menurut Andre Hardjana adalah mengerjakan hal-hal yang benar, membawa hasil, menangani tantangan masa depan, meningkatkan keuntungan atau laba, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Menurut Hardjana efektivitas dan efisiensi komunikasi dapat diukur berdasarkan hal-hal berikut ini :55 53 Andre Hardjana.Audit Komunikasi (Teori dan Praktek).Grasindo.Jakarta.2003.hal.32 Ibid 55 Ibid, hal 23-24 54 54 EFEKTIVITAS EFISIENSI Pengertian Umum Pengertian Umum Mengerjakan hal-hal yang benar Mengerjakan hal-hal secara benar Mencapai tingkat di atas pesaing Mengurangi input atau meningkatkan output Membawa hasil Memecahkan masa sekarang Menangani tantangan masa depan Menangani tantangan masa kini Meningkatkan laba keuntungan Menekan biaya Mengoptimalkan penggunaan Mengamankan sumber daya sumber daya KHUSUS TENTANG KOMUNIKASI KHUSUS TENTANG KOMUNIKASI Penerima/pemakai: Biaya: penerima pesan vs penerima pesan ongkos nyata vs biaya menurut yang dituju rencana anggaran kegiatan distribusi informasi Isi: Waktu: yang diterima/tersalur vs yang waktu yang dibutuhkan vs yang dimaksudkan direncanakan untuk distribusi informasi 55 Ketepatan waktu: Ketepatan: sesuai jadwal vs menyimpang jumlah kesalahan pesan vs jadwal kesalahan isi pesan minimum yang diperkirakan Media: Penangkapan pesan: saluran yang digunakan vs saluran tingkat kesulitan nyata menurut yang dimaksud daya tangkap khalayak vs tingkat kesulitan menurut dugaan (pendidikan, pengalaman, dst dari khalayak) Format: struktur yang diterima vs yang dikirim Sumber: orang yang melakukan vs bertanggung jawab Pengukuran efektivitas media internal untuk memenuhi kebutuhan informasi karyawan, peneliti memakai 6 (enam) kriteria alat ukur efektivitas khusus tentang komunikasi Andre Hardjana. Dalam dimensi penerima, yang menjadi kriteria pertanyaan adalah apakah semua orang yang dituju menerima data? dan apakah orang lain yang tidak dituju juga menerima data? Dimensi isi pesan, yang menjadi kriteria pertanyaan adalah 56 apakah semua data penting disalurkan? dan apakah data tidak penting juga disalurkan? Untuk dimensi ketepatan waktu, yang menjadi kriteria pertanyaan adalah apakah data tersedia waktu dibutuhkan? dan berapa lama data disimpan sebelum dibutuhka? Dimensi media, yang menjadi kriteria pertanyaan adalah melalui saluran mana data diterima? dan apakah tersedia saluran-saluran lain yang lebih efektif? Dimensi format kemasan, yang menjadi kriteria pertanyaan adalah dalam bentuk apa data diterima? dan apakah tersedia bentuk lain yang lebih efektif? Dan yang terakhir dimensi sumber (source), yang menjadi kriteria pertanyaan adalah siapa sumber langsung dari data yang dibutuhkan? dan apakah tersedia sumber data lain yang lebih dipercaya? Dengan demikian dapat disimpulkan definisi sederhana dan tegas tentang audit komunikasi adalah kajian mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Selain itu, efektivitas itu sendiri berhubungan dengan apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah berhasil atau tidak, memberikan dampak atau perubahan yang signifikan atau tidak. Efektivitas adalah derajat keberhasilan suatu organisasi atau kelompok dalam usahanya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dari perusahaan tersebut. 57 2.6 Kebutuhan Informasi Definisi kebutuhan menurut Maslow, seperti dikutip oleh Wayne Pace dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi adalah “sesuatu yang penting, tidak terhindarkan, harus dipenuhi oleh setiap individu”.56 Sedangkan definisi informasi menurut Gordon B. Davis, informasi adalah ”data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang”.57 Penulis lainnya, Burch dan Strater mendefinisikan informasi sebagai ”kumpulan data yang telah diolah untuk memberikan pengetahuan atau keterangan”. 58 Sedangkan George R. Terry, Ph. D. menyatakan bahwa informasi adalah ”data yang penting dan memberikan pengetahuan yang berguna”.59 Jadi sumber informasi adalah data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat terentu, kesatuan nyata (fact and entity) berupa objek nyata seperti tempat, benda, dan orang yang betul-betul ada dan terjadi. Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi. Dari data-data tersebut informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena 56 Wayne Pace. Komunikasi Organisasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1993 hal. 120 Gordon B. Davis. Management Information System: Conceptual Foundation, Structure, and Development. Aucklland: McGraw-Hill International Book Company. 1974 p. 32 58 Bruch dan Strater. Information System: Theory and Practice. California: Hamilton Publishing Company. 1974 p. 23 59 George R. Terry. Office Management and Control, Fourth Edition. Ilinois: Richard D. Irwin Inc., Homewood. 1962 p. 21 57 58 telah dilalui berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data, data apa yang terkumpul dan menemukan informasi yang diperlukan George R. Terry, Ph. D. menjelaskan, “berguna atau tidaknya informasi tergantung pada beberapa aspek” yaitu60: 1. Tujuan si penerima. Apabila informasi itu tujuannya untuk memberikan bantuan maka informasi itu harus dapat membantu komunikan dalam usahanya untuk mendapatkannya. 2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data. Penyampaian dan mengolah data, inti dan pentingnya informasi harus dipertahankan. 3. Waktu. Informasi yang disajikan harus sesuai dengan perkembangan informasi itu sendiri. 4. Ruang dan tempat. Informasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi si pemakai. 5. Bentuk. Dalam hubungannya bentuk informasi harus disadari oleh penggunaannya secara efektif, hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungan-kecenderungan dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen serta menekankan informasi tersebut ke situasisituasi yang ada hubungannya. 6. Semantik. Agar informasi efektif harus ada hubungannya antara kata-kata dan arti yang cukup jelas dan menghindari kemungkinan salah penafsiran. Jelaslah bahwa agar informasi itu menjadi berguna harus disampaikan 60 Ibid. 59 kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam bentuk yang tepat pula. Kebutuhan informasi menurut Krikelas adalah “pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi”.61 Dalam kehidupannya yang sempurna, kebutuhan informasi sama dengan keinginan informasi, namun pada umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan biaya, faktor fisik, dan faktor individu lainnya, yang menyebabkan tidak semua kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seseorang sudah yakin bahwa sesuatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan berubah menjadi permintaan informasi. 2.7 Karyawan Karyawan adalah ”orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dsb) dengan mendapat gaji atau upah”.62 Dari definisi di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa karyawan adalah orang-orang yang bekerja pada sebuah instansi atau perusahaan dan melakukan tugas sesuai pekerjaannya dan karyawan meliputi bawahan ataupun pimpinan dengan mendapat gaji atau upah. 61 62 www.pdii.lipi.go.id http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php