SITI WULANSARI NPM

advertisement
KASUS ENRON DAN KAP ARTHUR ANDERSEN
Tugas
Mata Kuliah Akuntansi Topik Khusus
Dosen : YOGI GINANJAR, SE
Oleh :
SITI WULANSARI
NPM : 14.06.1.0152
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAJALENGKA
2017
KASUS ENRON DAN KAP ARTHUR ANDERSEN
Kasus ini dikutip dari sebuah blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi Kusmayadi, SE.,
M.Si., Ak (Nopember 2009).
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth
(penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan
ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi,
kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada
bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha
tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy
dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember
tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas
terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham
secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa,
sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima
ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi
terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $
31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS
padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan
keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini
konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden
Amerika Serikat.
Identifikasi Masalah
Bagaimana Kasus Enron dilihat dari Perspektif Good Corporate Governance
Pembahasan
Tatakelola perusahaan yang baik atau good corporate governance
selanjutnya disingkat dengan GCG adalah proses untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabiltas perusahaan guna mewujudkan nilai Pemilik
Modal/RPB dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders perusahaan berlandaskan peraturan dan nilai etika. Stakeholders
perusahaan antara lain pemilik, kreditor, pemasok, asosiasi usaha, karyawan,
pelanggan, pemerintah dan masyarakat luas (Fery K Indrawanto, 2014).
Prinsip GCG menurut OECD yang dikutip oleh Iman dan Amin (2012)
mencakup :
1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (the right of shareholders).
Hak-hak para pemegang saham harus diberi informasi dengan benar dan tepat
pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas
perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan;
2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham minoritas dan
pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta
melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang
dalam (insider trading);
3. Peranan stakeholder yang terkait dengan perusahaan (the role of share
holders). Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh
hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan
yang sehat dari aspek keuangan;
4. Keterbukaan dan transparansi (Disclosure and transparency). Pengungkapan
yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal
yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang
kepentingan (stakeholders); dan
5. Akuntabilitas dewan komisaris (The responbilities of the board) Tanggung
jawab
pengurus
dalam
manajemen,
pengawasan
manajemen
pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.
serta
Jadi perusahaan memiliki kategori Good Corporate Governance harus
melakukan lima prinsip tersebut di atas. Apabila mengacu pada prinsip-prinsip
GCG, ada beberapa hal yang tidak dipenuhi oleh Perusahaan Enron, antara lain :
Pihak manajemen tidak memberikan informasi secara benar tentang kondisi
perusahaan kepada para pemegang saham.
1.
Pihak manajemen melakukan manajemen laba, dengan manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal
perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan
keinginan pihak manajemen agar saham tetap diminati investor, dan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, tetapi kenyataannya malah mengakibatkan
anjloknya harga saham perusahaan Enron sampai mengalami kebangkrutan.
2.
Pihak manajemen tidak transparan dalam pengungkapan segala sesuatu yang
berkaitan
dengan
kinerja
perusahaan,
sehingga
menimbulkan
ketidakpercayaan pihak prinsipal.
Kesimpulan
Kasus Enron ini menunjukkan bahwa, perusahaan ini tidak termasuk perusahaan
yang Good Corporate Governance, karena tidak malaksanakan prinsip-prinsip
GCG.
Download