BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada tingkat perguruan tinggi mahasiswa adalah orang-orang yang sedang mengikuti pendidikan tentunya mempunyai harapan akan keberhasilan studi demi masa depannya. Sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan mahasiswa adalah nilai yang diperolehnya adalah tinggi yang dihitung dengan nilai ratarata disebut Indek Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks prestasi kumulatif merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang telah ditempuh (Nadziruddin; 2007). Syah (dalam Nadzrudin, 2007) mengemukakan bahwa prestasi akademik dalam mata kuliah tertentu yang relatif bersifat permanen setelah melalui proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi kontribusi terhadap pencapaian Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa. Faktor yang dapat mempengaruhi indeks prestasi kumulatif mahasiswa salah satunya yaitu gaya belajar. Gaya belajar juga termasuk faktor penunjang belajar yang penting. Dua individu yang hidup dalam lingkungan yang sama, perlakuan yang sama, dan pemikiran yang sama masing-masing dari mereka akan memiliki cara pandang sendiri-sendiri terhadap setiap peristiwa yang dialaminya. Cara pandang inilah yang berhubungan dengan gaya belajar. Setiap mahasiswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengolah informasi yang berkaitan dengan proses belajar. Pengolahan informasi yang berkaitan dengan proses belajar disebut sebagai gaya belajar. Gaya belajar menurut Kolb (2000) adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan. Gaya belajar diyakini akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Menurut Kolb (2000) orientasi seseorang dalam proses belajar dipengaruhi oleh empat model belajar, yaitu concrete experience (feeling), abstrac conseptualization (thinking), reflection observation (watching), dan active experimentation (doing). Keempat gaya belajar ini membentuk empat tipe gaya belajar yaitu akomodasi, asimilasi, divergen dan konvergen. Pada dasarnya tidak ada individu yang didominasi oleh satu gaya belajar secara mutlak, tetapi akan ada kombinasi dari dua model sebagai orientasi belajar. Alat ukur untuk menentukan jenis gaya belajar seseorang digunakan suatu alat ukur yaitu Learning Style Inventory (LSI). Perbedaan gaya belajar dapat digambarkan dalam sebuah grafik dari korespondensi antara skor Learning Style Inventory (LSI) yang diberikan setiap individu. Penelitian yang dilakukan oleh Prajuritno dalam Mawardi (2005) menunjukkan bahwa sepertiga persen prestasi peserta didik dipengaruhi oleh gaya belajar tertentu. Hal ini terbukti dari penelitian Dunn, R. dan Dunn, K. (1978) menunjukkan adanya korelasi positif dan signifikan antara gaya belajar dengan prestasi belajar. Penelitian Biglan dalam Kolb (2000) menunjukkan bahwa gaya belajar asimilasi pada Mahasiswa di Universitas Illionis mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan indeks prestasi komulatif. Pada penelitian Kolb (2000) pada mahasiswa Universitas Teknologi menunjukkan bahawa gaya belajar yang kongruen akan berbeda signifikan dengan gaya belajar inkongruen pada indeks prestasi komulatif mahasiswa. Halini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdulkahar (1990) hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan signifikan antara gaya belajar terhadap prestasi. Begitu juga dengan Lamba (2005) tidak ada hubungan positif signifikan antara gaya belajar dengan prestasi belajar. Berbeda dengan pra penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2009 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara mahasiswa yang mempunyai gaya belajar yang kongruen (akomodasi dan asimilasi) dengan gaya belajar yang inkongruen (divergen dan konvergen) terhadap indeks prestasi komulatif. Dari sampel penelitian yang terdiri dari 20 mahasiswa, pra penelitian mengindikasi bahwa gaya belajar yang inkongruen (divergen dan konvergen) juga dapat memberikan indeks prestasi kumulatif yang tidak berbeda signifikan dengan gaya belajar kongruen (akomodasi dan asimilasi), dan pra penelitian ini berlawanan dengan teori dan penelitian Kolb. Berdasarkan hasil uraian diatas, jika penelitian ini diterapkan pada semua mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2009 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana apakah ada perbedaan yang signifikan diantara mahasiswa yang menggunakan gaya belajar yang kongruen dengan inkongruen terhadap indeks prestasi akademik kumulatif dilakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Indeks Prestasi Kumulatif Berdasarkan Gaya Belajar yang Kongruen dan Inkongruen Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2009”. B. Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Adakah perbedaan yang signifikan dari indeks prestasi kumulatif antara gaya belajar kongruen dan inkongruen mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2009. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan indeks prestasi kumulatif antara gaya belajar kongruen dan inkongruen terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2009. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik Penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran ilmiah pada teori gaya belajar Kolb. Mengetahuisignifikansi perbedaan indeks prestasi kumulatif antara mahasiswa yang menggunakan gaya belajar yang kongruen (akomodasi dan asimilasi) dan inkongruen (divergen dan konvergen), maka penelitian ini akan sejalan dengan penelitian Kolb (2000). Jika ditemukan tidak ada perbedaan signifikan dari indeks prestasi kumulatif antara mahasiswa yang menggunakan gaya belajar yang kongruen (akomodasi dan asimilasi) dan inkongruen (divergen dan konvergen), maka penelitian ini bertentangan dengan teori belajar Kolb (2000). 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan kepada mahasiswa Program Studi Matematika untuk merumuskan strategi belajar dalam mengikuti perkuliahan dan dosen dalam merancang proses belajar mengajar.