PEREMAJAAN KEBUN RUMPUT SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK DALAM MENUNJANG KEGIATAN PENELITIAN PENYAKIT HEWAN Mad Soleh, Ujang Jarkasih dan Kardi Balai Penelitian Veteriner Bogor PENDAHULUAN Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan penelitian di Bagian Proyek Penelitian Penyakit Hewan pada Balai Penelitian Veteriner (BALITVET), sarana penelitian yang digunakan sebagai objek penelitian diantaranya adalah hewan percobaan . Beberapa jenis hewan percobaan yang digunakan sebagai sarana penelitian seperti sapi, kerbau, kuda, domba dan kambing pakan utamanya adalah rumput disamping pakan tambahan berupa konsentrat . Kebutuhan rumput dalam menunjang kegiatan penelitian Bagian Proyek Penelitian Penyakit Hewan setiap harinya tidak kurang dari ± 4 ton . Rumput ini diambil dari kebun rumput milik Balai yang berlokasi di Cimanglid dan Kiaralawang . Luas kebun rumput adalah 22 hektar, namun yang ditanami rumput berkisar ± 15 hektar . Jenis rumput yang ditanam adalah rumput gajah yang terdiri dari 2 varitas yakni Afrika timur dan Hawaii berbulu . Pada tahun 1990 dicoba ditanam seluas ± 2 hektar jenis rumput unggul yang rumput Raja (King grass) Menurut Siregar (1988), rumput ini merupakan hasil hibrida (persilangan) antara Pennisetum purpureum (rumput gajah berumur tahunan) dengan Pennisetum typhoides (jewawut mutiara berumur setahun) . Produksi rumput ini bisa mecapai 2 kali lipat dari rumput gajah, apabila syarat-syarat pemeliharaannya dipenuhi . Tanaman kebun rumput memerlukan pengelolaan yang baik, diantaranya diperlukan peremajaan kebun-kebun rumput yang sudah tua . Tujuan dari peremajaan kebun tersebut agar kelestarian tanaman kebun rumput terjamin, sebab apabila tanaman rumput dibiarkan menjadi tua, sehingga produksi rumput akan menurun, bahkan akan mati . Jika dilakukan peremajaan tanaman kebun rumput secara tepat waktu, maka kekurangan rumput tidak akan terjadi . Kebun rumput pada umumnya sudah terlalu tua, dari luas kebun rumput sebanyak 15 ha, 14 .230 m2 berumur 11 tahun dan 19980 m 2 kebun rumput berumur antara 7-8 tahun . Kismono (1977) melaporkan bahwa, kebun rumput yang berumur 4-8 tahun harus segera dilakukan peremajaan . Secara ekonomis, biaya untuk peremajaan kebun rumput relatif lebih murah dari pada 98 Lokakarya Fungsional Non Penefiti harus menyediakan biaya untuk pembelian rumput . Oleh sebab itu peremajaan kebun rumput di BALITVET sangat diperlukan sebagai sumber penyediaan hijauan pakan ternak, dalam menunjang kegiatan penelitian . BAHAN DAN CARA PEREMAJAN KEBUN RUMPUT Sebelum melakukan peremajaan kebun rumput, terlebih dahulu didata keadaan tanaman kebun rumput yang berumur tua . Setelah ditentukan kebun yang akan diremajakan, maka dapat dilakukan kegiatan seperti berikut ; Pembongkaran dan pembuangan rumput tua ; pengelolaan tanah ; penye-diaan bibit rumput ; waktu tanam dan cara penanaman serta pemeliharaan tanaman dan masa penen . Pembongkaran dan pembuangan rumput tua Kebun rumput yang telah dibongkar termasuk tunggul tanaman, akar tanaman sampai tanaman akar pengganggu Iainnya segera dibuang atau dibakar . Pembuangan atau pembakaran tersebut bertujuan untuk menghindari dari serangan hama seperti rayap (Direktorat Bina Produksi Peternakan, 1989) . Pengelolaan Tanah Tanah kebun rumput untuk peremajaan, pada dasarnya memerlukan pengelolaan tanah yang baik dan benar . Tanah hasil bongkaran tersebut diatas segera diolah dengan cara dicangkul, digaru atau dibajak . Kedalaman membajak atau mencangkul tersebut antara 20 - 30 cm, hal ini dimaksudkan agar tanah tersebut benar-benar terbalik dan menjadi gembur . Setelah itu dibuat bedengan dengan lebar 50 cm secara memanjang . Diantara bedengan dibuatkan selokan atau saluran berukuran 30 X 25 cm atau disesuikan dengan kebutuhan . Saluran ini berfungsi sebagai saluran penyiraman dan drainase . Kemudian dilakukan pemupukan pertama diatas tanah yang sudah diolah . Penyediaan Bibit Penyediaan bibit untuk peremajaan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit berupa stek batang . Panjang stek batang berkisar 25 - 30 crn atau paling sedikit dua mata tunas . Pemotongan pada bagian pangkal bawah harus miring atau menyamping dan pada pangkal atas datar . Hal ini dilakukan untuk menghindari penanaman stek secara terbalik yang akan menghambat pertumbuhan stek . Untuk bahan penyulaman perlu disediakan bibit tambahan, stek tambahan ini harus disimpan dekat air dan terlindung dari sinar matahari langsung . Stek diikat dalam jumlah 10 - 20 batang dengan posisi tegak .Lama 99 Lokakarya Fungsional Non Peneliti penyimpanan stek sulaman ini t 2 minggu, biasanya mata tunas sudah tumbuh sepanjang ± 5 cm dan akarnyapun sudah mulai keluar . Kebutuhan bibit per hektar adalah 10 .000 stek dengan jarak tanam 1 X 1 m, atau 20 .000 stek bila jarak tanam 0,5 X 1 m . Waktu tanam dan cara penanaman Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal sampai pertengahan musim penghujan . Penanaman pada awal musim hujan tanaman perlu perawatan yaitu penyiraman, tetapi pada daerah yang mempunyai irigasi, cukup hanya direndam beberapa saat saja . Yang perlu diperhatikan adalah air jangan sampai menggenang disekitar bedengan yang dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk dan mati . Stek batang ditancapkan pada tanah yang telah tersedia, harus diperhatikan agar mata tunas tidak terbalik . Dalamnya stek yang ditanam 10 15 cm dengan posisi tegak lurus atau miring . Jarak tanam dalam baris adalah 0,50 m dan jarak tanam antara baris 1 m atau disesuaikan dengan kebutuhan . Menurut Direktorat Bina Produksi Petemakan (1989), barisan dianjurkan menurut kontur tanah, jadi tidak perlu lurus agar nantinya dapat berfungsi sebagai pengendali erosi, sehingga tanah tetap baik dan subur . Pemeliharaan tanaman Untuk memperoleh hasil produksi hijauan yang tinggi diperlukan pemeliharaan tanaman yang baik dan teratur . Rumput gajah terutama rumput raja memerlukan pemeliharaan yang baik dan teratur, seperti tanah gembur dan subur, pemupukan yang cukup dan pengairan yang baik . Pemupukan pertama dilakukan pada saat mengolah tanah, pupuk yang digunakan terdiri atas 10 ton pupuk kandang, 50 kg KcI dan 50 kg TSP setiap hektar tanah . Tujuan pemupukan ini adalah untuk menggemburkan dan menyuburkan tanah, agar tanaman tumbuh dengan baik .Selanjutnya dilakukan pemupukan setiap tiga kali panen dengan dosis pupuk yang sama . Urea juga harus diberikan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam dengan dosis 100 kg per hektar, hal ini dimaksudkan untuk menyuburkan daun . Pemberian pupuk urea ini diulang setelah rumput panen . Masa panen Pada umumnya panen pertama dilakukan pada saat tanaman berumur t 60 - 90 hari setelah tanam, panen berikutnya setiap ± 45 had sekali pada musim hujan atau ± 60 hari sekali pada musim kemarau . Pemotongan rumput harus disisakan sampai stinggi 10 - 20 cm dengan interval pemotongan 42 60 hari (paling baik 42 hari) . 1 00 Lokakarya Fungsional Non Peneli6 Siregar (1988) telah melakukan penelitian pada tiga jenis rumput, yakni rumput gajah cv. Afrika timur, cv. Hawaii berbulu dan rumput Raja (King grass), dengan dosis pemupukan seperti tersebut diatas . Dengan masa panen 6 minggu dapat menghasilkan produksi hijauan segar setiap hektar per tahun seperti berikut; 376 ton untuk rumput gajah cv Afrika timur ; 525 ton untuk rumput gajah cv Hawaii berbulu dan 1 .076 ton untuk rumput raja (King Grass) . Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa produksi hijauan segar Rumput Raja lebih baik dari pada rumput gajah . KESIMPULAN DAN SARAN 1 . Pengelolaan dan pemeliharaan kebun rumput di BALITVET sebagai sumber pakan hijauan ternak, harus dilakukan secara teratur, baik dan benar . 2 . Peremajaan kebun rumput yang tua harus dilakukan, agar tanaman rumput sebagai sumber pakan hijauan ternak selalu tersedia . 3. Disarankan agar penanaman rumput rumput raja di kebun rumput BALITVET diperluas, dengan catatan syarat-syarat pemeliharaan dipenuhi . DAFTAR BACAAN Kismono, I . (1977) . Produksi Hijauan Makanan Ternak Untuk Sapi Perah dalam Diktat Pengenalan Hijauan Tropika Penting, 1978, BLPP Lembang Bandung . Direktorat Bina Produksi Peternakan (1989) . Teknik Budidaya King Grass . Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarata . Siregar, M .E . (1988) . King Grass Sebagai Hijauan Pakan Ternak . dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Penelitian . Volume X No . 4, Juli 1988 . Bogor Reksohadiprodjo, S . (1981) . Produksi Tanaman Hijuan Makanan ternak Tropik . Edisi pertama . Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada . Yogyakarta . 1 01