pengaruh motivasi dan komunikasi terhadap kinerja

advertisement
PENGARUH MOTIVASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP
KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT
DAERAH PROPINSI RIAU
Susi Hendriani1
Fitri Hariyandi1
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze employee work performance in
the environment of regional secretariat in Riau Province. The issue taken in this
research is; (1) whether partial motivation variable influences employee work
performance, (2) whether partial communication variable influences employee
work performance, (3) whether simultaneous motivation and communication
variable influence employee work performance. Double linear regression analysis
was used and the independent variable in this research is motivation and
communication, while the independent variable is employee work performance.
To identify the influence of independent variable toward simulaneous work
performance is used f test and to test the influence independent variable toward
partial dependent variable is conducted test t. The sample used in this research is
that 83 respondents are gathered with questionnaires, distributed with stratified
random sampling method. The data analysis used is double linear regression.
The result of this research shows that motivation and communication
influence simultaneously on employee work performance. By partial variable
motivation have positive and
significant influence on employee work
performance. Communications have positive and significant influence partial on
employee work performance in the environmental of regional Secretariat in Riau
Province.
Keywords: motivation, communication, performance.
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[124]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja pegawai
dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Riau. Masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah : (1) Apakah variabel motivasi secara parsial berpengaruh
terhadap kinerja pegawai, (2) Apakah variabel komunikasi secara parsial
berpengaruh terhadap kinerja pegawai, (3) Apakah variabel motivasi dan variabel
komunikasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi linear berganda. Adapun variabel independen dalam
penelitian ini adalah motivasi dan komunikasi, sedangkan variabel dependennya
adalah kinerja pegawai. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel kinerja secara simultan digunakan uji f dan untuk menguji
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
dilakukan uji t. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 83 responden
yang dikumpulkan dengan kuesioner, disebar dengan metode stratifed random
sampling. Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel motivasi dan variabel
komunikasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja pegawai. Selanjutnya
secara parsial motivasi berpengaruh positif seignifikan terhadap kinerja pegawai.
Komunikasi secara persial juga berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
pegawai dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Riau.
Kata Kunci: Motivasi, Komunikasi, Kinerja
1
Program Studi Manajemen Strata 2 (S2). Fakultas Ekonomi, Universitas Riau, Kampus Bina
Widya KM. 12.5 Simpang Baru, Pekanbaru 28293. Telp. 0761-63277.
[125]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
PENDAHULUAN
sebagai
bekerja. Motivasi adalah kesediaan
salah satu isu strategis Otonomi
individu untuk mengeluarkan upaya
Daerah memegang peranan penting
yang tinggi untuk mencapai tujuan
dalam
organisasi (Robbins: 2008). Dalam
Sumberdaya
manusia
mewujudkan kemandirian
daerah dengan sifatnya yang dinamis
meningkatkan
dan aktif. Pegawai Negeri Sipil
faktor motivasi kerja dari atasan
(PNS)
semberdaya
sangat penting dilakukan. Motivasi
yang
menjadi pendorong seseorang untuk
merupakan
manusia
organisasi
kinerja
pegawai,
menjalankan birokrasi pemerintahan,
melaksanakan
sehingga
pemberdayaan
pegawai
mendapatkan hasil yang terbaik.
menjadi
hal
dalam
Oleh karena itu tidak heran jika
daerah
pegawai mempunyai motivasi kerja
pelaksanaan
penting
otonomi
kegiatan
guna
tinggi biasanya mempunyai kinerja
tersebut.
Kekuatan
suatu
organisasi
terletak pada SDMnya, bukan hanya
yang tinggi pula (Anwar Prabu
Mangkunegara: 2005).
Selain motivasi, dalam organisasi
pada sistem, teknologi, prosedur atau
Jadi,
pencapaian tujuan dengan segala
berfungsinya bagian-bagian dalam
prosesnya membutuhkan komunikasi
organisasi
yang
sumber
dananya
saja.
tergantung
pada
manusia
dalam
efektif.
Para
organisasi
mutlak
organisasi yang bersangkutan untuk
berkomunikasi
satu
bergerak menuju arah pencapaian
Komunikasi
tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
integral
menggerakkannya
manajemen,
kemampuan
manusia
harus
anggota
perlu
sama
merupakan
dari
suatu
melalui
kerja
bagian
proses
komunikasi
berinteraksi dengan manusia yang
yang
lainnya sehingga terbentuk kerja
harmonis dapat dikembangkan untuk
sama.
mencapai
Dalam hal pencapaian kinerja
efektif
lain.
tujuan
sama
(Robert
yang
Bacal:
2005). Seperti yang dikatakan GR
organisasi, motivasi merupakan salah
Terry
satu faktor penting yang dapat
komunikasi menempati urutan teratas
mendorong seorang karyawan untuk
mengenai apa saja yang harus dibuat
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
(dalam
Sopiah:
2008)
[126]
dan dikerjakan untuk menghasilkan
termasuk
motivasi
Organisasi
efektif,
usaha-usaha
komunikatif berpengaruh terhadap
hal
Susunan
Tata
Kerja
(SOTK)
pemerintah daerah.
kinerja karyawan.
Sejak
dalam
Sesuai dengan Peraturan Daerah
diberlakukannya
Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2008
Republik
Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
Sekretariat Daerah Provinsi Riau
tentang
dan
(Setda Provinsi Riau) adalah Satuan
Undang-undang Republik Indonesia
Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Nomor 33 Tahun 2004 tentang
yang terdiri dari sembilan Biro.
Perimbangan
Dalam pelaksanaan otonomi daerah,
Undangan-undang
Pemerintah
Daerah
Keuangan
antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
tuntutan
Daerah meskipun pada dasarnya
peningkatan pelayanan publik dan
telah
tuntutan
dilimpahkan
kewenangan
berbagai
pemerintah
pusat
masyarakat
peningkatan
dilakukan,
kebijakan
kenyataannya
harus
tetap
mengacu kepada tata aturan yang
belumlah
ditetapkan
maksimal.
pemerintah
kinerja
Pegawai Negeri Sipil sangat gencar
kepada pemerintah daerah, namun
daerah
terhadap
pusat,
akan
tetapi
tuntutan
terlaksana
dalam
tersebut
dengan
Tabel 1. Realisasi Program dan Kegiatan
Dilingkungan Setda Provinsi Riau Tahun Anggaran 2010
Jumlah Kegiatan
Target
Pencapaian
Realisasi (%)
Biro Tata Pemerintahan
25 Kegiatan
100%
75%
Biro Hukum
15 Kegiatan
100%
73%
Biro Humas
15 Kegiatan
100%
83%
Biro Administrasi Pembangunan
20 Kegiatan
100%
80%
Biro Administrasi Perekonomian
12 Kegiatan
100%
70%
Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat
20 Kegiatan
100%
88%
Biro Umum
25 Kegiatan
100%
85%
Biro Keuangan
30 Kegiatan
100%
85%
Biro-biro dilingkungan Setda Prov. Riau
[127]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
Biro Pelengkapan
38 Kegiatan
Jumlah
100%
70%
200 Kegiatan
Sumber : Sekretariat Daerah Provinsi Riau
Berdasarkan Tabel 1 tersebut
dapat
digambarkan
kinerja
pegawai
untuk
meneliti
seberapa
pencapaian
pengaruh motivasi dan komunikasi
dilingkungan
dapat mempengaruhi kinerja pegawai
Sekretariat Daerah Provinsi Riau
dilingkungan
belumlah dapat dikatakan bagus,
Daerah Provinsi Riau.
yang artinya dalam
Sekretariat
Perumusan Masalah
Bertitik
kegiatan dapat dijalankan seperti
tolak
dari
paparan
oleh
tersebut, maka rumusan masalah
hal,
diantara
yang akan dibahas dalam penelitian
yang
berada
ini adalah :
Sekretariat
Daerah
1. Apakah
telah
ditargetkan
organisasi.
Dalam
sembilan
biro
dilingkungan
kerja
satu tahun
anggaran tidak semua program dan
yang
motivasi
Provinsi Riau belum ada pencapaian
komunikasi
secara
program dan kegiatan yang mencapai
berpengaruh
terhadap
100%. Apabila hal ini berlanjut
pegawai
secara terus menerus, bisa dipastikan
Provinsi Riau.
kurang
besar
optimalnya
pelaksanaan
Sekretariat
2. Apakah
terdapat
dan
simultan
kinerja
Daerah
pengaruh
pembangunan. Berdasarkan realisasi
motivasi secara parsial terhadap
program dan kegiatan dilingkungan
kinerja
Sekretariat Daerah Provinsi Riau
Daerah Provinsi Riau
jelas terlihat bahwa kinerja pegawai
3. Apakah
belumlan berjalan dengan efektif.
Berdasarkan
belakang
latar
maka
dapat
diatas,
dipastikan
motivasi
uraian
betapa
dan
pegawai
komunikasi
terhadap
terdapat
secara
kinerja
Sekretariat
pengaruh
parsial
pegawai
Sekretariat Daerah Provinsi Riau
pentingnya
komunikasi
dalam
meningkatkan kinerja pegawai. Hal
ini membuat ketertarikan penulis
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[128]
mempengaruhi
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah
mereka
seberapa
banyak
berkontribusi
kepada
yang telah diuraikan, maka tujuan
organisasi, antara lain kuantitas dan
penelitian ini adalah:
kualitas
1. Untuk
mengetahui
apakah
output,
penyelesaian
jangka
output,
waktu
kehadiran
motivasi dan komunikasi secara
ditempat kerja, dan sikap kooperatif
simultan berpengaruh terhadap
(Sadeli: 2002). Kinerja karyawan
kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan
pegawai
Sekretariat
Daerah Provinsi Riau
2. Untuk
mengetahui
kuantitas yang dicapai oleh seorang
dan
karyawan persatuan periode waktu
menganalisis besarnya pengaruh
dalam melaksanakan tugas kerjanya
motivasi
kinerja
sesuai
Daerah
(Mangkunegara: 2005).
terhadap
pegawai
Sekretariat
dengan
tanggung
jawab
Provinsi Riau
3. Untuk
mengetahui
dan
menganalisis besarnya pengaruh
komunikasi
pegawai
terhadap
kinerja
Sekretariat
Daerah
Manajemen Penilaian Kinerja
Manajemen
memberikan
kinerja
kejelasan
akan
harapan
terkait antara sasaran individu dan
Provinsi Riau.
sasaran organisasi, yang difokuskan
untuk perbaikan yakni menetapkan
Tinjauan Pustaka
data
Pengertian Kinerja
melakukan perbaikan dan umpan
Kinerja
(performance)
merupakan suatu catatan hasil (out
yang
diperlukan
untuk
balik (Siagian: 2003).
Penilaian prestasi kerja karyawan
came) yang dihasilkan dari fungsi
pada
suatu pekerjaan atau suatu kegiatan
penilaian yang sistemtik terhadap
tertentu selama suatu periode waktu
performan kerja karyawan terhadap
tertentu.
potensi
Kinerja pada dasarnya
hakikatnya
setiap
merupakan
karyawan
dalam
adalah apa yang dilakukan atau yang
rangka pengembangan sumber daya
tidak dilakukan pegawi. Dalam hal
manusia dan organisasi itu sendiri
ini, kinerja pegawai adalah yang
(Sihotang: 2007).
[129]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
Evaluasi
kinerja
pegawai
di
mengarahkan
daya
dan
potensi
dalam suatu organisasi sangat besar
bawahan agar mau bekerja sama
manfaatnya, baik bagi karyawan itu
secara
sendiri maupun bagi perkembangan
mencapai suatu keberhasilan dalam
organisasi pada waktu yang akan
mewujudkan tujuan-tujuan organisasi
datang, karena sumber daya manusia
yang telah ditetapkan (Hasibuan:
yang
1998).
ada
dalam
organisasi
produktif
sehingga
akan
Kinerja pegawai juga dipengaruhi
merupakan aset yang paling berharga
bagi kelangsungan hidup organisasi
oleh
(Sihotang: 2007).
Menurut Davidoft (dalam Siagian:
Tujuan penilaian kinerja secara
umum
informasi
perilaku
adalah
yang
dan
menghasilkan
akurat
kinerja
motivasi
kerja
pegawai.
2004) motive or motivation refers to
an internal state resulting from a
tentang
need which incities behavior, usually
anggota
directed toward fulfilling the needs.
organisasi. Tujuan tersebut biasanya
Dari
dapat digolongkan ke dalam tujuan
diartikan bahwa motivasi merupakan
evaluasi dan tujuan pengembangan.
sesuatu yang berasal dari dalam diri
Dalam pendekatan evaluasi seorang
seseorang dalam rangka memenuhi
manajer menilai kinerja masa lalu
kebutuhannya.
seoranga
Koontz (dalam
karyawan.
Evaluator
pendapat
tersebut
dapat
Sedangkan menurut
Siagian: 2004)
menggunakan rating deskriptif untuk
memberikan
menilai kinerja, dan setelah itu
motivasi mengacu kepada dorongan
menggunakan data tersebut dalam
dan usaha untuk memenuhi dan
keputusan-keputusan
memuaskan suatu kebutuhan atau
demosi,
kompensasi
promosi,
(Hasibuan:
penjelasan
bahwa
untuk mencapai suatu tujuan.
2003).
Menurut
Siagian:
Herzberg
2004)
Motivasi
(dalam
adalah
suatu dorongan baik dorongan dalam
Teori Motivasi
diri seseorang maupun dorongan dari
Motivasi berasal dari kata latin
movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan.
Motivasi
dalam
organisasi
agar
mampu
berkarya untuk mencapai tujuan.
Sedangkan
(Robbins:
2008)
mempersoalkan bagaimana caranya
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[130]
mengatakan bahwa motivasi adalah
memotivasi para pekerja. Semakin
kesediaan
banyak mereka berproduksi, semakin
untuk
mengeluarkan
tingkat upaya yang tinggi kearah
besar penghasilannya.
tujuan organisasi untuk memenuhi
kebutuhan indvidual.
Stoner
(dalam
Selanjutnya
Siagian:
2004)
2.
Maslow’s Need Hierarchy
Theory
Maslow
menyatakan bahwa motivasi adalah
(1943)
karakteristik psikologi manusia yang
mengemukakan teori motivasi yang
memberikan kontribusi pada tingkat
dinamakan
komitmen seseorang
Hierarchy
Human
Maslow’s
Theory/A
Need
Theory
Motivation
atau
of
Teori
Hierarki Kebutuhan dari Maslow.
Pendekatan Teori Motivasi
Hierarki Kebutuhan mengikuti teori
1. Teori Motivasi Klasik
Frederik
jamak
Winslow
Taylor
mengemukakan teori motivasi klasik
atau
teori
motivasi
kebutuhan
tunggal. Teori ini berpendapat bahwa
manusia mau bekerja giat untuk
dapat memenuhi kebutuhan fisik atau
biologisnya, berbentuk uang dan
barang dari hasil kerjanya. Konsep
dasar dari teori ini adalah orang akan
giat bekerja, bila mana mendapatkan
imbalan materi yang mempunyai
kaitan
Manajer
tugas
dengan
tugas-tugasnya.
menentukan
bagaimana
dikerjakan
dengan
yakni
seseorang
berperilaku/bekerja, karena adanya
dorongan
untuk
memenuhi
bermacam-macam
kebutuhan.
Maslow
kebutuhan
yang
berpendapat,
diinginkan
seseorang
itu
berjenjang. Artinya , jika kebutuhan
yang
pertama
kebutuhan
muncul
telah
tingkat
menjadi
terpenuhi,
kedua
yang
akan
utama.
Selanjutnya jika kebutuhan tingakat
kedua
telah
kebutuhan
terpenuhi,
yang
muncuk
kegita
dan
seterusnya sampat tingkat kebutuhan
kelima.
menggunakan sistem insentif untuk
[131]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
5. Self Actualization
4. Esteem or Status
3. Affilation or Acceptance
2. Safety and Security
1. Physicological
Gambar 1. Konsep Hierarki Kebutuhan Maslow
Sumber: Hasibuan (2003)
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[132]
1. Physiological Needs (Kebutuhan fisik
diberikan
kesempatan
untuk
dan biologis), yaitu kebutuhan akan
mengemukakan saran dan pendapat
sandang,
kepada pimpinan mereka.
pangan,
dan
papan.
Keinginan kebutuhan ini merangsang
pegawai untuk bekerja dengan giat.
2. Safety
and
(Kebutuhan
Security
Needs
keamanan
dan
4. Esteem
or
Status
Needs,
yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri dan
pengakuan serta penghargaan prestise
dari pegawai dan lingkungannya.
keselamatan), yaitu kebutuhan akan
5. Self Actualization, yaitu kebutuhan
kebebasan dari ancaman yakni merasa
akan adanya aktualisasi diri dengan
aman dari ancaman kecelakaan dan
menggunakan
keselamatan kerja. kebutuhan disini
keterampilan dan potensi optimal
mengarah kepada 2 (dua) bentuk,
untuk mencapai prestasi kerja yang
yaitu ;
sangat
a. Kebutuhan akan keamanan jiwa pada
saat mengerjakaan pekerjaan.
pekerjaan saat jam-jam kerja.
Afliation
or
Acceptance
memuaskan.
aktualisasi
diri
Kebutuhan
ini
dipenuhi
berdasarkan usaha atau keinginan
b. Kebutuhan keamanan harta ditempat
3.
kemampuan,
individu itu sendiri. Aktualisasi diri
berhubungan
Needs
dengan
peningkatan
jenjang karir individu.
(Kebutuhan Sosial), kebutuhan sosial
3. Herzberg’s Two Factor Motivation
yang dimaksud adalah :
a. Dapat
diterima
dalam
pergaulan
kelompok pekerja dan masyarakat
lingkungannya (sense of belonging).
Theory
Selain
teori
kebutuhan
Maslow,
Frederick Herzberg yang terkenal dengan
b. Kebutuhan akan rasa dihormati.
“Teori Motivasi Kerja Dua Faktor” yang
c. Kebutuhan akan kemajuan dan tidak
membicarakan 2 (dua) golongan utama
gagal (sense of achievement), baik
kebutuhan
dalam karir dan sebagainya.
kebutuhan
menutup
kekurangan
pengembangan.
dan
Menurut
d. Kebutuhan akan perasaan akan ikut
Herzberg dua faktor yang mempengaruhi
serta (sense of partisipation) dalam
kondisi kerja seseorang, yaitu (1) Faktor-
berbagai
faktor
[133]
kegiatan
organisasi
dan
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
yang
akan
mencegah
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
ketidakpuasan (faktor higine), yang terdiri
dari
gaji,
kondisi
kerja,
kebijakan
perusahaan, penyediaan kelompok kerja.
(2)
Faktor-faktor
yang
memberikan
kepuasan (motivator factor), yang terdiri
4. Teori X dan Teori Y Mc. Gregor
Gregor
mengidentifikasi
dua
set
asumsi yang berbeda mengenai karyawan,
yaitu teori X dan teori Y. Teori X
berpendapat bahwa dalam diri seseorang
dari kemajuan, perkembangan, tanggung
terdapat
jawab, penghargaan, prestasi, pekerjaan
pekerjaan, sedangkan dalam teori Y
itu sendiri.
ada
tiga
hal
yang
harus
diperhatikan dalam memotivasi bawahan,
antara lain sebagai berikut:
suka
terhadap
adalah pekerjaan yang menantang
yang mencakup perasaan berprestasi,
bertanggung jawab, kemajuan, dapat
menikmati pekerjaan itu sendiri, dan
adanya pengakuan atas semuanya.
2. Hal-hal yang mengecewakan pegawai
adalah terutama faktor yang bersifat
embel-embel saja pada pekerjaan,
peraturan
pekerjaan,
penerangan,
istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji,
tunjangan dan lain-lain.
sikap
menyukai
terhadap
pekerjaan. Menurut Teori X, untuk
memotivasi pegawai harus dilakukan
untuk berprestasi terbatas. Mereka
sensitif
dipaksa dan diarahkan supaya mereka
mau bekerja sungguh-sungguh. Jenis
motivasi
yang
cenderung
diterapkan
motivasi
menerapkan
negatif
hukuman
adalah
dengan
yang
tegas.
Sedangkan menurut Teori Y, untuk
memotivasi
pegawai
dilakukan
dengan
partisipasi
pegawai,
hendaknya
cara
peningkatan
kerjasama
dan
kerikatan pada keputusan. Tegasnya,
dedikasi
menjamin
3. Pegawai akan kecewa bila peluang
menjadi
terdapat
dengan cara penngawasan yang ketat,
1. Hal-hal yang mendorong pegawai
akan
tidak
menyatakan bahwa dalam diri seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian:
2004),
sikap
dan
partisipasi
tercapainya
akan
lebih
sasaran.
Jenis
motivasi yang diterapkan adalah motivasi
positif.
pada
lingkungannya serta mulai mencaricara kesalahan.
5. Mc.
Clelland’s
Achievement
Motivation Theory
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[134]
Mc. Clelland (1978) dengan teori
diinginkannya. Jika motivasi ini tinggi,
motivasi prestasi, berpendapat bahwa
maka energi yang dihasilkannya akan
pegawai mempunyai cadangan energi
tinggi.
potensial. Bagaimana energi dilepaskan
rendah maka energi yang dihasilkannya
dan digunakan tergantung pada kekuatan
akan rendah pula. Berdasarkan penelitian
dorongan motivasi seseorang dan situasi
McClelland
serta peluang yang tersedia. Energi akan
(1957), Miler dan Gordon W (1970),
dimanfaatkan
Anwar Prabu Mangkunegara, (2005)
oleh
pegawai
karena
Sebaliknya
jika
(1961),
motivasinya
Edwar
Murray
didorong oleh :
menyimpulkan bawha ada hubungan
1. Kebutuhan motif dan kebutuhan dasar
positif
antara
motivasi
berprestasi
terhadap pencapaian kinerja. Artinya,
yang terlibat.
2. Harapan keberhasilan.
pimpinan, manajer dan pegawai yang
3. Nilai insentif yang melekat pada
mempunyai
mencapai
tujuan.
kinerja
sebaliknya
Hal-hal
yang
dapat
memotivasi
rendah
motivasi
tinggi
yang
mereka
disebabkan
seseorang adalah:
kerjanya
rendah
1. Kebutuhan akan prestasi (need for
Mangkunegara:2005).
tinggi,
yang
akan
dan
kinerjanya
karena
motivasi
(Anwar
Prabu
Motivasi atau dorongan untuk bekerja
achievmenet).
2. Kebutuhan akan afiliasi (need for
ini sangat menentukan bagi tercapainya
sesuatu tujuan, maka manusia harus dapat
affiliation).
3. Kebutuhan akan kekuatan (need of
menumbuhkan motivasi kerja setinggitingginya bagi para karyawan dalam
power).
perusahaan” (Buhler:2004).
Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja
Setiap
kegiatan
yang
dilakukan
manusia, dilandasai oleh sebuah motivasi
tertentu.
Motivasi
ini
menggerakkan
manusia untuk mencapai sesuatu yang
[135]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Komunikasi
Secara etismologis atau menurut asal
katanya, istilah komunikasi berasal dari
bahasa
latin
communication
dan
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
pendekatan
ini
bersumber
pada
terlibat
dalam
pemberian
ataupun
communis. Arti kata komunis disini
mentransfer komunikasi. Hasil akhirnya
adalah sama, dalam arti kata sama makna,
adalah
yaitu sama makna mengenai suatu hal
pengiriman makna atau proses aktivitas
(Widjaja: 2000).
komunikasi
Komunikasi
berlangsung
apabila
pertukaran
informasi
dalam
dan
organisasi
(Vardiansyah: 2004).
Secara
antara orang-orang yang terlibat dalam
spesifik
aktivitasi
komunikasi terdapat kesamaan makna
komunikasi organisasi ada 3 (tiga), yaitu :
mengenai
1. Operasional
suatu
dikomunikasikan
hal
yang
(Widjaja:
2000).
menstrukturkan
Internal,
yaitu
komunikasi
yang
tersebut dapat
dijalankan dalam sebuah organisasi
dijelaskan bahwa, jika seseorang mengerti
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
tentang sesuatu yang dinyatakan orang
kerja.
Berdasarkan pendapat
komunikasi
2. Operasional Eksternal, yaitu struktur
berlangsung. Dengan demikian hubungan
komunikasi dalam organisasi yang
antara mereka itu bersifat komunikatif.
berkonsentrasi
Sebaliknya
jika
mengerti,
tujuan-tujuan kerja yang dilaksanakan
komunikasi
tidak
berlangsung.
oleh orang dan kelompok diluar
lain
kepadanya,
maka
ia
tidak
akan
pencapaian
organisasi.
Dengan demikian hubungan antara orang3.
orang tersebut dikomunikatif.
pada
Personal, yaitu semua perubahan
insidental
dan
informasi,
serta
perasaan yang dirasakan oleh manusia
Komunikasi Organisasi
yang berlangsung kapan saja mereka
Komunikasi dalam organisasi dapat
bersama (Pace & Faules: 2005).
terjadi dalam bentuk kata-kata yang
ditulis atau diucapkan, gesture, atau
simbol
perubahan
visual
yang
tingkah
laku
menghasilkan
di
dalam
Fungsi Komunikasi
Dalam suatu organisasi komunikasi
organiasi, baik antara manajer-manajer,
yang
karyawan-karyawan, dan asosiasi yang
pencapaian
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
baik
sangat
dibutuhkan,
tujuan-tujuan
agar
organisasi
[136]
terwujud.
Ada
beberapa
diperlukan individu dan kelompok
fungsi
untuk mengambil suatu keputusan
komunikasi, yaitu:
1.
Komunikasi
pengendali
berfungsi
dengan
sebagai
perilaku
mengenali
organisasi.
untuk
dan
data
menilai
guna
berbagai
alternatif keputusan (Sopiah: 2008).
Fungsi ini berjalan jika karyawan
diwajibkan
penyajian
menyampaikan
keluhan mengenai keluhan terkait
dengan
pelaksanaan
tugas
dan
kewajiban pegawai dalam organisasi.
2.
Komunikas
berfungsi
untuk
membangkitkan motivasi pegawai.
Fungsi ini berjalan ketika pimpinan
ingin
meningkatkan
kinerja
Komunikasi
berperan
sebagai
pengungkapan emosi. Fungsi ini
berperan
ketika
kelompok
kerja
menjadi
sumber
pertama
dalam
interaksi sosial. Komunikasi yang
terjadi di dalam kelompok organisasi
ini
merupakan
mekanisme
fundamental dimana masing-masing
anggota
organsiasi
dapat
menunjukkan kekecewaan ataupun
rasa
puas
mereka
terhadap
Komunikasi
berperan
sebagai
pertimbangan dalam pengambilan
keputusan
dimana
memberikan
[137]
yang terjadi dalam suatu organisasi terdiri
dari beberapa arah komunikasi, anatara
lain:
1. Komunikasi Ke bawah, komunikasi
dalam organisasi ketingkatan yang
lebih rendah. Komunikasi inilah yang
digunakan oleh para atasan kelompok
dan
manajer
tujuan,
untuk
menetapkan
menyampaikan
instruksi,
menginformasikan kebijakan prosedur
kepada
pegawai,
persoalan
yang
menunjukkan
membutuhkan
perhatian, dan menawarkan umpan
balik mengenai kinerja.
2. Komunikasi Ke atas, komunikasi
keatas mengakir menuju tingkatan
organisasi.
4.
Berdasarkan fungsinya, komunikasi
yang mengalir dari satu tingkatan
karyawan.
3.
Arah Komunikasi
komunikasi
informasi
yang
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
yang
lebih
tinggi
dalam
suatu
organisasi. komunikasi ini digunakan
untuk
memberikan
umpan
balik
kepada orang-orang yang memegang
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
kekuasaan,
memberikan
mereka
karyawan juga melakukan komunikasi
informasi
mengenai
proses
dengan atasanya. Semua komunikasi
dan
dalam pelaksanaan kerja ini ditunjukkan
masalah-masalah
agar target kinerja yang ditetapkan dapat
pencapaian
tujuan,
menyampaikan
terkini dalam pekerjaan.
tercapai
3. Komunikasi lateral, komunikasi ini
terjadi antara anggota dari kelompok
dengan
baik
(Pace
&
Faules:2005).
Komunikasi
organisasi
adalah
kerja yang sama, diantara anggota
pengiriman dan penerimaan berbagai
dari kelompok kerja pada tingkatan
pesan organisasi di dalam kelompok
yang sama, antar manajer pada tataran
formal maupun informal dari suatu
yang sama, atau di antara individu-
organisasi Komunikasi formal adalah
individu yang setara secara horizontal
komunikasi yang disetujui oleh organisasi
(Robbins: 2008).
itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. Isinya berupa
Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja
cara
kerja
di
dalam
organisasi,
Komunikasi yang dilakukan bertujuan
produktivitas, dan berbagai pekerjaan
untuk memberi tahu (informative) dan
yang harus dilakukan dalam organisasi.
mengubah
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan,
sikap
Komunikasi
yang
(persuasive).
bersifat
informatif
jumpa
pers,
dan
resmi.
informal
adalah
bertujuan untuk menyampaikan pesan
Adapun
atau pendapat, sedangkan komunikasi
komunikasi yang disetujui secara sosial.
persuasif
Orientasinya
(attitude),
bertujuan
pendapat
mengubah
sikap
(opinion),
atau
perilaku (behavior) (Effendy: 2002).
komunikasi
surat-surat
bukan
pada
organisasi,
tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual (Wiryanto: 2005).
Dalam rangka peningkatan kinerja
yang
diinginkan,
seorang
pimpinan
melakukan komunikasi mengenai targettarget kerja yang ingin dicapai. Ketika
karyawan
mengalami
membutuhkan
petunjuk
kesulitan
dari
dan
atasan,
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
Kerangka Pemikiran
Menurut William Stern (dalam Anwar
Prabu
Mangkunegara:2005)
mengatakatan bahwa faktor yang dapat
[138]
Selanjutnya
mempengaruhi kinerja, pertama adalah
menurut
Rodwell,
berasal dari faktor individu, yang mana
et.al:1998, The Relationship Among Work
dengan adanya integritas yang tinggi
– Related Perceptions Integral Role of
antara fungsi psikis dan fisik, maka
Communication. Tujuan dari penelitian
individu tersebut memiliki konsentrasi
ini
yang tinggi dalam pencapaian kinerja.
empiris
Kedua adalah faktor yang berasal dari
komunikasi organisasi dalam konteks
dalam organisasi yang terdiri dari pola
manajemen
komunikasi yang efektif, iklim organisasi,
Variabel independen dalam penelitian ini
peluang dan pengembangan karier dan
adalah
fasilitas kerja yang relatif memadai.
komitmen dan stress, sedangkan variabel
Penelitian
yang
dilakukan
adalah
ingin
mengetahui
tentang
sumber
komunikasi,
secara
praktek-praktek
daya
manusia.
kepuasan
kerja,
dependennya adalah kinerja. Hasil dari
Muhammad Anas yang berjudul pengaruh
penelitian
motivasi terhadap kinerja pegawai pada
semua variabel independen berhubungan
Kantor
Tanaman
positif dan signifikan terhadap variabel
Hutan Sulawesi, dalam penelitian tersebut
dependen baik secara parsial maupun
dapat disimpulkan bahwa dari
secara simultan.
Balai
Pembenihan
analisis
ini
menyimpulkan
bahwa
regresi berganda menunjukkan bahwa
Menurut beberapa pendapat para ahli
faktor-faktor motivasi secara bersama-
dan penelitian sebelumnya, maka dapat
sama atau simultan berpengaruh kuat dan
digambarkan kerangka pemikiran sebagai
positif terhadap prestasi kerja yang
berikut:
merupakan unsur dari kinerja pegawai.
MOTIVASI
KINERJA
KOMUNIKASI
[139]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Sumber: Buhler, 2004, dengan penyesuaian untuk penelitian ini
Rodwell, et.al:1998, dengan penyesuaian untuk penelitian ini
Berdasarkan kerangka pemikiran pada
2. Motivasi secara parsial berpengaruh
gambar 2, terdapat dua pola hubungan
positif
yang akan dilihat, sesuai dengan tujuan
Sekretariat Daerah Provinsi Riau
penelitian ini. Pertama, akan dilihat dari
terhadap
3. Komunikasi
kinerja
secara
pegawai
parsial
pola sebab akibat atau pengaruh dari
berpengaruh positif terhadap kinerja
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai.
pegawai Sekretariat Daerah Provinsi
Kedua, akan dilihat dari pola sebab akibat
Riau.
atau pengaruh dari komunikasi terhadap
kinerja pegawai. Selanjutnya dilihat juga
dari
pengaruh
secara
simultan
dari
Operasional Variabel
variabel motivasi kerja dan komunikasi
Variabel Independen
kerja
1. Motivasi (X1)
terhadap
kinerja
pegawai
dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi
Riau.
Motivasi didefenisikan sebagai adalah
suatu dorongan baik dorongan dalam diri
seseorang maupun dorongan dari dalam
organisasi agar mampu berkarya untuk
Hipotesis
Bertitik tolak dari permasalahan yang
telah dipaparkan dan berdasarkan tinjauan
teoritis, maka penulis mengemukakan
hipotesis sebagai berikut;
1. Motivasi
dan
komunikasi
mencapai
tujuan
(Herzberg
Sondang
P.Siagian:
2004).
kinerja pegawai Sekretariat Daerah
Provinsi Riau.
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
Adapun
indikator variabelnya adalah :
-
Kebutuhan, menggambarkan adanya
kebutuhan
secara
simultan berpengaruh positif terhadap
dalam
akan
pengakuan,
kebutuhan penghargaan atas prestasi.
-
Dorongan, menggambarkan adanya
dorongan akan tanggung jawab yang
[140]
lebih
besar,
dorongan
akan
Mangkunegara:2000).
pengembangan karir.
-
Tujuan,
indikator variabelnya adalah :
menggambarkan
mendapatkan
Adapun
pengembangan
tujuan
-
Pengetahuan tentang pekerjaan
diri,
-
Kualitas pekerjaan
-
Produktifitas
-
Inisiatif dan pemecahan masalah
tujuan terhadap minat pekerjaan
Komunikasi (X2)
Komunikasi
Proses
didefenisikan
penyampaian
suatu
sebagai
pesan
oleh
seseorang kepada orang lain baik secara
langsung
mapun
(Robbins:
2008).
Populasi dan Sampel
media
Adapun populasi dalam penelitian ini
indikator
adalah sebanyak 477 orang pegawai yang
menggunakan
Adapun
Metode Penelitian
variabelnya adalah:
berada dilingkungan Sekretariat Daerah
-
Arahan dari atasan.
Provinsi Riau. Penentuan jumlah sampel
-
Perintah dari atasan
dalam penelitian ini menggunakan rumus
-
Diskusi atasan dengan bawahan
Slovin, maka sampel yang diambil dalam
-
informasi kemajuan pekerjaan dari
penelitian ini adalah sebesar 83 orang
bawahan
pegawai yang tersebar dalam sembilan
-
ide-ide dari bawahan
biro
-
koordinasi antar pegawai
Sekretariat Daerah Provinsi Riau.
yang
terdapat
dilingkungan
Besarnya populasi yang tersebar pada
9 biro yang terdapat dilingkungan Setda
Kinerja (Y)
Kinerja karyawan adalah hasil
Provinsi Riau, maka metode penarikan
kerja secara kualitas dan kuantitas
sampel yang digunakan dalam penelitian
yang dicapai oleh seorang karyawan
ini adalah dengan menggunakan metode
persatuan
waktu
dalam
stratified
melaksanakan tugas kerjanya
sesuai
komposisi dan proporsi sampel pada
periode
dengan tanggung jawab (Anwar Prabu
random
sampling.
Adapun
setiap biro adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Pegawai dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Riau
[141]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
No
Jumlah
Populasi
1
3
4
37
34
32
28
27
30
145
50
86
477
Biro
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12
Sekretaris Daerah
Asisten
Staf Ahli
Biro Tata Pemerintahan
Biro Hukum
Biro Humas
Biro Adm Pembangunan
Biro Adm Perekonomian
Biro Adm Kesra
Biro Umum
Biro Perlengkapan
Biro Keuangan
Jumlah
Jumlah
Sampel
7
6
6
5
5
5
25
9
15
83
Perhitungan
(37/477) x 83
(34/477) x 83
(34/477) x 83
(28/477) x 83
(27/477) x 83
(30/477) x 83
(145/477) x 83
(50/477) x 83
(86/477) x 83
Sumber: Data Olahan
Analisa Data
diasumsikan semua responden memilih
Analisa data yang digunakan pada
penelitian
ini
adalah
menggunakan
jawaban skor yang terendah yaitu 1,
sedangkan skor yang tertinggi adalah 477,
analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.
apabila
Sedangkan
jawaban
analisa
kuantitatif
yang
semua
dengan
responden
skor
memilih
tertinggi
5
digunakan adalah model fungsi regresi
selanjutnya rata-rata skor tersebut diberi
linear berganda, dengan rumus sebagai
penilaian
berikut:
berikut :
dengan
ketentuan
sebagai
Y= a + bx1 + bx2 + e
Keterangan:
Y
: Kinerja
X1
: Motvasi
X2
: Komunikasi
a
: Konstanta
e
: Error
I=
Sehingga
Kemudian dicari rata-rata dengan cara
membagi
skor-skor
477 − 83
= 78,80
5
dengan
jumlah
diperoleh
skor
berikut
1. Skor 83 – 162 Sangat Tidak Setuju
responden. Skor yang terendah dalam
2. Skor 163 – 242 Tidak Setuju
penelitian
3. Skor 243 – 322 Kurang Setuju
ini
adalah
83,
apabila
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
sebagai
[142]
4. Skor 323 – 402 Setuju
terjadi multikorelasi atau sama dengan
5. Skor 403 – 482 Sangat Setuju
nilai VIF diatas 10 (Imam Ghozali:
2006).
Pengujian Hasil Penelitian
1. Uji Validitas
Uji
3. Uji Autokorelasi
untuk
Uji Autokorelasi bertujuan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu
menguji apakah dalam model regresi
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
linear
valid jika pernyataan pada kuesioner
pengganggu
mampu untuk mengungkapkan sesuatu
regresi
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
autokorelasi menggunakan Uji Durbin
(Imam
Watson,
validitas
validitas
Ghozali:
alat
digunakan
2006
ukur
).
Pengujian
dimaksud
agar
diperoleh keyakinan bahwa alat ukur
ada
korelasi
dalam
yang
antara
variabel
suatu
persamaan
dihasilkan.
Pengujian
dengan
ketentuan
sebagai
berikut:
1.
Apabila nilai DW mendekati angka
tersebut mempunyai kemampuan yang
2, berarti dapat dinyatakan bahwa
baik dalam mengumpulkan data. Uji
tidak terjadi autokorelasi.
validitas
ini
menggunakan
software
2.
Apabila nilai DW diatas angka 2,
pengolahan data Statistical Package for
berarti
Social Sciencec (SPSS) 16.0.
terjadi
dapat
dinyatakan
autokorelasi
bahwa
(Gunawan
Sudarmanto: 2005).
2. Uji Multikolonieritasi
Uji multikorelasi bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas
(Independen). Uji Multikoloneritas dapat
dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
VIF (variance inflation factor), yang
mana nilai tolerance dibawah 0.10 maka
[143]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji
heteroskedastisitas
bertujuan
menguji apakah dalam model regresi
terjadi
ketidaksamaan
variance
dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
heteroskedastisitas.
hipotesis diterima, sehingga ada pengaruh
Model regresi yang baik adalah yang
signifikan antara variabel independent
tidak heteroskedastisitas.
terhadap variabel dependen. Sebaliknya
berbeda
disebut
nilai alpha > 0,05 dan nilai thitung < ttabel,
maka hipotesis ditolak, berarti tidak ada
5. Uji Simulat (Uji f)
Uji statistik F pada dasarnya adalah
pengaruh secara signifikan diantara dua
menunjukkan seberapa jauh pengaruh
variabel yang diuji. (Imam Ghozali :
satu variabel bebas secara simultan atau
2006).
bersama – sama dalam menerangkan
variasi variabel terikat, jika α-Sig < 0,05,
maka
variabel
berpengaruh
secara
terhadap
simultan
variabel
dependennya (Imam Ghozali : 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Uji Kuantitatif
1. Uji Validitas
Pengujian
dimaksud
validitas
agar
alat
diperoleh
ukur
keyakinan
bahwa alat ukur tersebut mempunyai
6. Uji Parsial (Uji t)
Uji
t
digunakan
kemampuan
untuk
yang
baik
dalam
menguji
mengumpulkan data. Uji validitas ini
pengaruh signifikansi masing – masing
menggunakan software pengolahan data
variabel independent terhadap variabel
Statistical Package for Social Sciencec
dependen secara individual pada nilai
(SPSS) 16.0. Setiap item pertanyaan
alpha < 0,05 dan nilai thitung > nilai ttabel.
dengan penggunaan r tabel derajat bebas
Jika nilai alpha < 0,05 dan nilai thitung >
(df) = n-2 Jika sebuah butir tidak valid,
ttabel, maka dapat dinyatakan bahwa
maka otomatis butir tersebut dibuang.
Tabel 3. Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
KINERJA
Mean
Std. Deviation
N
29.4217
4.91667
83
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[144]
MOTIVASI
31.2289
6.87577
83
KOMUNIKASI
28.6386
3.68113
83
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan
tabel
3
diatas
Uji normalitas data dilakukan untuk
menunjukkan setiap item pernyataan pada
melihat apakah dalam sebuah model
variabel diperoleh r hitung > r tabel maka
regresi, variabel dependent motivasi kerja
dapat disimpulkan
dan komunikasi kerja serta variabel
bahwa setiap item
pernyataan dinyatakan valid.
independen Kinerja pegawai mempunyai
distribusi normal atau tidak. Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan
2. Uji Asumsi Klasik
mengikuti arah garis diagonal, maka
model
a. Uji Normalitas
regresi
memenuhi
asumsi
normalitas.
Gambar 3. Grafik Normalitas
Sumber: Data Olahan
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat
layak dipakai untuk memprediksi variabel
bahwa data menyebar disekitar garis
motivasi kerja dan komunikasi kerja
diagonal
terhadap kinerja pegawai.
dan
mengikuti
arah
garis
diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Artinya model regresi
[145]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
b. Uji Multikolonieritas
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
Uji Multikolonieritas ini bertujuan
bebas (independen). Uji Multikoloneritas
untuk menguji apakah model regresi
dapat dilihat dari
nilai tolerance dan
ditemukan adanya korelasi antar variabel
lawannya VIP (variance inflation factor).
Tabel 4. Uji Multikolonieritas
Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
1 (Constant)
Motivasi
Komunikasi
.842
1.187
.842
1.187
Sumber: Data Olahan
Dari perhitungan tabel 4 ditas terlihat
linear
berganda
terdapat
masalah
bahwa nilai tolerance menunjukkan tidak
autokorelasi, maka dilakukan uji Durbin-
adanya
Watson dengan menggunakan rumus:
variabel
independen
yang
t=N
memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10
d=
yang berarti tidak ada korelasi antar
∑ (et − et −1 )
2
t =2
variabel independen yang nilainya lebih
t=N
∑e
t =2
t2
dari 95%. Selanjutnya hasil perhitungan
nilan VIP (variance inflation factor) juga
menunjukkan hasil yang sama tidak ada
satu variabel independen yang memiliki
nilai VIF lebih dari 10, dimana VIF untuk
Dimana:
et
= kesalahan gangguan dari sampel
et-1 = kesalahan gangguan dari sampel
satu periode sebelumnya
X1 = 1.187, VIF untuk X2 = 1.187 jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
persoalan
multikolonieritas
antara
variabel independen dalam regresi.
Syarat adanya otokorelasi adalah bila
nilai DW lebih kecil dari -2 berarti terjadi
autokorelasi. Bila DW di antara -2 hingga
2 maka tidak terjadi autokorelasi. Dan
bila DW lebih besar dari 2 maka terjadi
c. Uji Autokorelasi
autokorelasi.
Uji Autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[146]
Tabel 5. Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model
R
.724a
1
R
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Square
.525
.513
Durbin-Watson
3.43106
1.053
a. Predictors: (Constant), motivasi, komunikasi
b. Dependent Variable: kinerja
Sumber: Data Olahan
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa
resgresi terjadi ketidaksamaan variance
nilai Durbin – Witson (DW) yaitu sebesar
dari
residul
1.053, nilai tersebut terletak antara -2
pengamatan yang lain. Jika variance dari
hingga 2 dengan demikian maka dapat
residul satu pengamatan ke pengamatan
diketahui tidak adanya autokorelasi pada
lain
model yang dibuat.
Heteroskedastistas. Model regresi yang
tetap,
satu
pengamatan
maka
ke
disebut
baik adalah yang Homoskedastisitasi atau
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas
tidak terjadi Heteroskedastisitas.
bertujuan
untuk menguji apakah dalam model
Gambar 4. Heteroskedastisitas
Sumber: Data Olahan
[147]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
Dari gambar 4, tampak bahwa titiktitik menyebar secara acak serta tersebar
3. Pembuktian Secara Simultan
baik diatas maupun dibawah angka 0
Pembuktian
hipotesis
digunakan
pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
untuk melihat pengaruh variabel bebas
bahwa
secara bersama-sama yaitu Motivasi dan
tidak
ada
masalah
dengan
heteroskedastisitas pada model regresi,
Komunikasi
yang artinya model ini layak dipakai
Berdasarkan hasil perhitungan melalui
untuk memprediksikan variabel motivasi
komputer dengan menggunakan program
dan komunikasi kerja terhadap kinerja
SPSS Versi 16, maka diperoleh data-data
pegawai.
perhitungan sebagai berikut:
terhadap
Kinerja.
Tabel 6. Koefisien Regresi Motivasi dan Komunikasi terhadap Kinerja Pegawai
Variabel
Koefisien Regresi
Standar Error
t
Sig
X1 = Motivasi
.424
.060
7,024
.000
X2= Komunikasi
.321
.113
2,848
.006
Constant
6,996
3,026
2,312
.023
R
0,724
R Squared
0,525
Adj R2
0,513
F Ratio
44,192
Sig.
0,000
Sumber: Data Olahan
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[148]
Berdasarkan tabel 6 , maka persamaan
pegawai dilingkungan Setda Provinsi
regresi yang dihasilkan dalam penelitian
Riau sebesar 32,1%, demikian pula
ini adalah sebagai berikut:
sebaliknya. Dengan hasil tersebut
Y = 6,996 + 0,424 X1 + 0,321 X2
maka dinilai cukup besar.
Selanjutnya
+e
Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda
tersebut,
dapat
dijelaskan
motivasi dan komunikasi secara bersamasama
1. Nilai konstan sebesar 6,996 satuan
terhadap kinerja
peningkatan
kinerja
pegawai jika variabel motivasi dan
komunikasi dianggap konstan.
berpengaruh
secara
signifikan
digunakan uji Anova
atau F test, dengan ketentuan:
1. Jika Fhitung >
motivasi
2. Koefisien regresi variabel motivasi
membuktikan
hipotesis secara simultan yaitu diduga
sebagai berikut :
menunjukkan
untuk
Ftabel maka variabel
dan
bersama-sama
komunikasi
secara
berpengaruh
secara
(X1) sebesar 0,424 bermakna adanya
signifikan terhadap kinerja pegawai
pengaruh positif variabel motivasi
dilingkungan Setda Provinsi Riau.
terhadap kinerja pegawai. Apabila
2. Jika Fhitung < Ftabel maka variabel
motivasi meningkat dalam satuan
motivasi
skala
bersama-sama
satuan,
meningkatkan
maka
kinerja
dapat
pegawai
dilingkungan Setda Provinsi Riau
sebesar
42,4%,
demikian
pula
sebaliknya. Dengan hasil tersebut
maka dinilai cukup besar.
3. Koefisien
(X2)
variabel
sebesar
0,321
bermakna adanya pengaruh positif
variabel komunikasi terhadap kinerja
pegawai.
Apabila
komunikasi
tidak
secara
berpengaruh
secara signifikan terhadap pegawai
dilingkungan Setda Provinsi Riau.
Dari tabel 6, diperoleh Fhitung adalah
sebesar
44,192
dan
dengan
tingkat
signifikan sebesar 0,000, sedangkan Ftabel
regresi
komunikasi
dan
komunikasi
3,11 dengan tingkat signifikan (alpha)
5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Fhitung
= 44,192 > Ftabel 3,11. Dengan demikian
motivasi (X1) dan
komunikasi (X2)
secara bersama-sama berpengaruh secara
meningkat dalam satuan skala satuan,
maka dapat meningkatkan kinerja
[149]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
signifikan
terhadap
kinerja
pegawai
dilingkungan Setda Provinsi Riau.
secara parsial atau sendiri-sendiri dalam
menjelaskan variabel terikatnya sehingga
diketahui variabel mana yang paling
dominan
4. Pembuktian Secara Parsial
mempengaruhi
variabel
Untuk membuktikan hipotesis kedua
terikatnya yaitu kinerja pegawai dari
dan hipotesis secara parsial digunakan uji
kedua variabel bebas yang diteliti dalam
t
penelitian ini.
yaitu
untuk
mengetahui
besarnya
pengaruh masing-masing variabel bebas
Tabel 7. Rangkuman Data pengujian Hipotesis
Koefisien Regresi
Standar Error
Variabel
t
Sig
X1 = Motivasi
.424
.060
7,024
.000
X2 = Komunikasi
.321
.113
2,848
.006
Constant
6,996
3,026
2,312
.023
Sumber: Data Olahan
pada tingkat signifikan 0,05 : 2= 0,25 (uji
Berdasarkan tabel 7 diatas maka dapat
dibuktikan
kebenaran
hipotesis
yang
dua sisi) dengan derajat kebebasan df
(degree of freedom) = n– k – 1 = 83 – 2 –
diajukan secara parsial, dengan ketentuan
1 = 80.
sebagai berikut :
1. Nilai thitung
1. Apabila thitung > ttabel maka terdapat
pengaruh
yang
positif
signifikan
antara variabel bebas dengan variabel
terikat yang diteliti.
2.
Apabila thitung < ttabel maka variabel
bebas
tidak
signifikan
dengan
terdapat
antara
variabel
pengaruh
variabel
bebas
terikat
dalam
penelitian ini.
Uji
t
dilakukan
dengan
membandingkan t-hitung dengan t-tabel
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
variabel motivasi (X1)
adalah 7.024. Dalam hal ini nilai thitung
lebih besar dari pada ttabel
Maka
dapat
motivasi
disimpulkan
1.9901.
bahwa
berpengaruh signifikan
terhadap
kinerja
pegawai
dilingkungan Setda Provinsi Riau.
2. Nilai thitung variabel komunikasi (X2)
adalah 2.848. Dalam hal ini nilai thitung
lebih besar dari pada
Maka
dapat
komunikasi
ttabel 1.9901.
disimpulkan
kerja
bahwa
berpengaruh
[150]
signifikan terhadap kinerja pegawai
Selanjutnya
dilakukan
pengujian
dilingkungan Setda Provinsi Riau.
secara parsial. Dalam pengujian ini
Berdasarkan hasil pengujian tersebut,
variabel motivasi berpengaruh signifikan
maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis 1
terhadap kinerja pegawai dilingkungan
dan hipotesis 2 dinyatakan diterima
Setda Provinsi Riau. Ini terbukti dari hasil
karena motivasi dan komunikasi kerja
uji t yang mana nilai thitung variabel
secara parsial berpengaruh positif dan
motivasi (X1) sebesar 7.024. dalam hal
signifikan
ini thitung lebih besar dari ttabel 1.9901. Hal
terhadap
kinerja
pegawai
dilingkungan Setda Provinsi Riau.
ini sejalan dengan pendapat Stoner et.al
(1996) yang menyatakan bahwa motivasi
adalah karakteristik psikologis manusia
Pembahasan Hasil Penelitian
yang memberikan kontribusi pada tingkat
Berdasarkan hasil yang dilakukan
dalam
penelitian
ini,
maka
dapat
diketahui bahwa secara simultan ada
pengaruh yang signifikan dari variabel
motivasi dan komunikasi terhadap kinerja
pegawai dilingkungan Setda Provinsi
Riau hal ini terbukti dari uji F yang mana
fhitung sebesar 44.192 lebih besar dari >
ftabel 3.11.
komitmen seseorang. ini termasuk faktor
yang menyebabkan, menyalurkan dan
mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tertentu. Demikian pula
sejalan dengan pendapat Robbins (1997)
yang menyatakan bahwa motivasi adalah
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
upaya
yang
tinggi
kearah
tujuan
organisasi untuk memenuhi kebutuhan
Berdasarkan hasil peneliatan dapat
dijelaskan bahwa, dalam hal peningkatan
individual.
Tingginya
pengaruh
motivasi
kinerja pegawai dilingkungan Sekeretariat
terhadap kinerja pegawai merupakan
Daerah Provinsi Riau dapat diterangkan
perhatian yang penting untuk dilakukan
oleh variabel motivasi dan komunikasi.
bagi
Ini
Provinsi Riau untuk dapat meningkatkan
dilihat dari hasil R Squar 52,5%,
organiasi
Sekeratariat
Daerah
sedangkan sisannya sebesar 47,5% dapat
motivasi
diterangkan oleh variabel lain yang tidak
peningkatan
diteliti dalam penelitian ini.
mencapai tujuan organisasi yang telah
[151]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
kerja
pegawai
kinerja
untuk
dalam
dapat
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
ditetapkan. Dalam pemberian motivasi
pesan organisasi di dalam kelompok
terhadap pegawai organisasi haruslah
formal maupun informal dari suatu
memperhatikan indikator-indikator yang
organisasi Komunikasi formal adalah
terdapat dalam variabel motivasi seperti,
komunikasi yang disetujui oleh organisasi
kebutuhan pegawai akan pengembangan
itu sendiri dan sifatnya berorientasi
diri dan pengembangan karir, pengakuan
kepentingan organisasi. Isinya berupa
akan
cara
pentingnya
pegawai
dalam
kerja
di
dalam
organisasi,
organisasi, sistem insentif berdasarkan
produktivitas, dan berbagai pekerjaan
tanggungjawab
sistem
terhadap
pekerjaan,
yang harus dilakukan dalam organisasi.
jabatan
berdasarkan
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan,
promosi
prestasi kerja yang diperoleh pegawai.
Dalam penelitian ini juga komunikasi
jumpa
pers,
Adapun
dan
komunikasi
surat-surat
resmi.
informal
adalah
terbukti berpengaruh signifikan terhadap
komunikasi yang disetujui secara sosial.
kinerja
Orientasinya
pegawai
dilingkungan
Setda
bukan
pada
organisasi,
Provinsi Riau. Hal ini dapat dilihat
tetapi lebih kepada anggotanya secara
terbukti dari uji t yang dilakukan, yang
individual (Wiryanto: 2005).
mana thitung variabel komunikasi (X2)
sebesar 2.848 lebih besar dari ttabel
SIMPULAN DAN SARAN
1.9901.
Komunikasi yang dilakukan bertujuan
untuk memberi tahu (informative) dan
mengubah
sikap
Komunikasi
yang
(persuasive).
bersifat
informatif
bertujuan untuk menyampaikan pesan
atau pendapat, sedangkan komunikasi
persuasif
(attitude),
bertujuan
pendapat
mengubah
sikap
(opinion),
atau
perilaku (behavior) (Effendy:2002).
Komunikasi
organisasi
adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan dalam penelitian ini, maka
dapat
diambil
kesimpulan
sebagai
berikut:
1. Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui nilai koefisien R Square
sebesar 0,525 yang mana kinerja
pegawai dilingkungan Setda Provinsi
Riau sebesar 52.5% bisa diterangkan
dengan variabel motivasi dan variabel
[152]
komunikasi,
sedangkan
sisanya
4. Variabel komunikasi kerja secara
sebesar 47,5% dapat diterangkan oleh
parsial berpengaruh positif signifikan
variabel lain yang tidak diteliti dalam
terhadap
penelitian ini.
dilingkungan Setda Provinsi Riau.
kinerja
pegawai
2. Berdasarkan hasi penelitian yang
Hal ini dapat diketahui dari uji t,
dilakukan, maka dapat disimpulkan
yang mana thitung 2.848 lebih besar
bahwa
ttabel1.9901.
secara
simultan
variabel
motivasi dan variabel komunikasi
berpengaruh
terhadap
positif
signifikan
kinerja
Saran
pegawai
Berdasarkan simpulan beberapa saran
dilingkungan Setda Provinsi Riau.
dan masukan yang disampaikan adalah
Berdasarkan hasi uji f yang dilakukan
sebagai berikut:
dalam penelitian ini, maka diperoleh
1. Dalam
hal
peningkatan
kinerja
Fhitung sebesar 44,192 dengan tingkat
pegawai, organisasi perlu melakukan
signifikan 0,000 sedangkan Ftabel
evaluasi-evaluasi
sebesar 3,11 dengan tingkat signifika
menyeluruh kepada setiap pegawai
(alpha) 5%. Dengan demikian secara
yang ada dilingkungan Sekretariat
simultan variabel motivasi (X1) dan
Daerah Provinsi Riau. Evaluasi ini
Variabel
diperlukan agar pegawai merasakan
Komunikasi
berpengaruh
positif
(X2)
signifikan
pembahasan
dari
dalam
peningkatan
penelitian, maka dapat disimpulkan
terhadap
bahwa
peningkatan
secara
parsial
bersifat
organisasi
yang
mengemban tanggung jawab dalam
terhadap kinerja pegawai.
3. Berdasarkan
bagian
yang
variabel
kualitas
pelayanan
masyarkat.
kinerja
Dalam
pegawai,
motivasi (X1) berpengaruh posiitf
organisasi perlu melakukan dorongan
signifikan terhadap kinerja pegawai
kepada
dilingkungan Setda Provinsi Riau. Ini
meningkatkan
dapat diketahui dari uji t, yang mana
keterampilan
thitung 7.024 lebih besar
menunggu
dari ttabel
harus
1.9901.
[153]
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
pegawai
agar
dapat
pengetahuan
serta
tidak
dan
bersifat
yang artinya pegawai
bersikap
aktif
terhadap
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
menjadi
koordinasi yang diharapkan tidak
tanggung jawabnya, serta pegawai
akan bisa terlaksana dengan baik
hendaknya
sehingga
pelaksanaan
tugas
yang
selalu
mengikuti
dapat
menimbulkan
peraturan-peraturan
kendala-kendala dalam pelaksanaan
agar setiap pelaksanaan tugas dapat
tugas. Dalam komunikasi terdapat
lebih efektif dan efisien.
unsur informasi, untuk itu kerja sama
perkembangan
2. Peningkatan kinerja pegawai tidak
dan pemakaian
informasi bersama
terlepas dari pemberian dorongan
dari informasi diantara para atasan
atau motivasi kepada pegawai. Dalam
adalah amat penting dilakukan. Pada
hal
tingkat-tingkat
ini
organisasi
hendaknya
terendah
dalam
membuat kebijakan-kebijakan yang
organisasi, faedah pemakaian secara
mengarah kepada motivasi pegawai
bersama
seperti, memberikan reward kepada
diabaikan. Sistem komunikasi harus
pegawai
berprestasi,
diarahkan kepada pemakai semua
pengembangan
tingkatan dalam organisasi secara
yang
memberikan
dari
informasi
sering
pengetahuan terhadap pegawai secara
bersama.
menyeluruh,
memberikan
disini baik komunikasi dari atasan ke
penjenjangan karir yang jelas dan
bawahan, komunikasi dari bawahan
memberikan promosi jabatan kepada
ke atasan dan komunikasi antara
pegawai yang prestasi. Hendaknya
sesama pegawai baik dalam satu
dalam meningkatkan motivasi kerja
bagian dan dam subbagian serta
pegawai,
komunikasi
organisasi
harus
bisa
menanamkan rasa tanggung jawab
kepada
pegawai
bahwa
Peningkatan komunikasi
antara
dilingkungan Setda Provinsi Riau.
pegawai
adalah abdi
negara yang harus
DAFTAR PUSTAKA
memberikan
kualitas
Anwar
pelayanan
meningkatkan
diharapkan
komunikasi
Prabu
Evaluasi
terhadap masyarakat.
3. Organisasi
biro-biro
untuk
Mangkunegara.
Kinerja
SDM.
2005.
Cetakan
Pertama. Bandung, Refika Aditama.
karena
tanpa komunikasi yang baik, maka
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[154]
Buhler, Patricia, 2004, Alpha Teach
Meningkatkan Kinerja Perusahaan.
Yourself Management Skills, Edisi
Editor Deddy Mulyana. Remaja Rosda
Pertama, diterjemahkan oleh Sugeng
Karya. Bandung.
Haryanto, Sukono Mukidi, dan M.
Rudi Atmoko, Jakarta: Prenada.
Gunawan, R. Sudarmanto, 2005. Analisis
Regresi Linear Berganda Dengan
SPSS, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Harianja. M.T. Efendi. 2002. Manajemen
Sumber
Daya
Manusia,
Grasindo,
Indonesia.
Organisasi. Edisi Ke-12. Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Rodwell, et.al., 1998. The Relationship
Among Work – Related Perceptions
Integral Role of Communication.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS,
Cetakan
Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku
IV,
Badan
Penerbit
Universitas Dipenegoro.
Malayu. S.P Hasibuan.
2003.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta, Bumi Aksara.
Malayu. S.P Hasibuan. 2007. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara,
Jakarta.
Siagian. S.P. 2003. Teori dan Praktek
Kepemimpinan.
Motivasi
Anas.
2010.
Terhadap
Journal:
Kinerja.
www.bukuku.net.
Pace, R. Wayne, Don F. Faules. 2005.
Komunikasi
[155]
Organisasi:
Straegi
Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi
Ke-5,
Rineka Cipta Indonesia.
Siagian. S.P. 2004. Manajemen Sumber
Daya Manusia, Cetakan Kesebelas.
Bumi Aksara. Jakarta.
Siagian. S.P. 2007. Manajemen Sumber
Daya Manusia, Cetakan Pertama.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Sihotang.
Muhammad
Cetakan
2007.
Manajemen
Sumber
Daya Manusia. Cetakan Pertama.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu
Komunikasi: Pendekatan Taksonomi
Motivasi, Komunikasi dan Kinerja
Konseptual.
Ghalia.
Jakarta,
Indonesia.
2004.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 33 tentang
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi
Pengantar
Studi.
Rineka
Cipta.
Jakarta.
Wiryanto,
Anonimous.
Perimbangan
Komunikasi,
Daerah.
2008.
Peraturan
Daerah
Ilmu
Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2008
Grameia
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Pengantar
Jakarta:
Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Anonimous.
2005,
Keuangan
Wiiasarana Indonesia.
Sekretariat Daerah dan Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Anonimous.
2004.
Undang-Undang
Provinsi Riau.
Republik Indonesia Nomor 32 tentang
Pergkat Daerah.
JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014
[156]
Download