PENGARUH MOTIVASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH PROPINSI RIAU Susi Hendriani1 Fitri Hariyandi1 ABSTRACT The purpose of this research is to analyze employee work performance in the environment of regional secretariat in Riau Province. The issue taken in this research is; (1) whether partial motivation variable influences employee work performance, (2) whether partial communication variable influences employee work performance, (3) whether simultaneous motivation and communication variable influence employee work performance. Double linear regression analysis was used and the independent variable in this research is motivation and communication, while the independent variable is employee work performance. To identify the influence of independent variable toward simulaneous work performance is used f test and to test the influence independent variable toward partial dependent variable is conducted test t. The sample used in this research is that 83 respondents are gathered with questionnaires, distributed with stratified random sampling method. The data analysis used is double linear regression. The result of this research shows that motivation and communication influence simultaneously on employee work performance. By partial variable motivation have positive and significant influence on employee work performance. Communications have positive and significant influence partial on employee work performance in the environmental of regional Secretariat in Riau Province. Keywords: motivation, communication, performance. JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [124] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja pegawai dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Riau. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah variabel motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai, (2) Apakah variabel komunikasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai, (3) Apakah variabel motivasi dan variabel komunikasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah motivasi dan komunikasi, sedangkan variabel dependennya adalah kinerja pegawai. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel kinerja secara simultan digunakan uji f dan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dilakukan uji t. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 83 responden yang dikumpulkan dengan kuesioner, disebar dengan metode stratifed random sampling. Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel motivasi dan variabel komunikasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja pegawai. Selanjutnya secara parsial motivasi berpengaruh positif seignifikan terhadap kinerja pegawai. Komunikasi secara persial juga berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Riau. Kata Kunci: Motivasi, Komunikasi, Kinerja 1 Program Studi Manajemen Strata 2 (S2). Fakultas Ekonomi, Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM. 12.5 Simpang Baru, Pekanbaru 28293. Telp. 0761-63277. [125] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Motivasi, Komunikasi dan Kinerja PENDAHULUAN sebagai bekerja. Motivasi adalah kesediaan salah satu isu strategis Otonomi individu untuk mengeluarkan upaya Daerah memegang peranan penting yang tinggi untuk mencapai tujuan dalam organisasi (Robbins: 2008). Dalam Sumberdaya manusia mewujudkan kemandirian daerah dengan sifatnya yang dinamis meningkatkan dan aktif. Pegawai Negeri Sipil faktor motivasi kerja dari atasan (PNS) semberdaya sangat penting dilakukan. Motivasi yang menjadi pendorong seseorang untuk merupakan manusia organisasi kinerja pegawai, menjalankan birokrasi pemerintahan, melaksanakan sehingga pemberdayaan pegawai mendapatkan hasil yang terbaik. menjadi hal dalam Oleh karena itu tidak heran jika daerah pegawai mempunyai motivasi kerja pelaksanaan penting otonomi kegiatan guna tinggi biasanya mempunyai kinerja tersebut. Kekuatan suatu organisasi terletak pada SDMnya, bukan hanya yang tinggi pula (Anwar Prabu Mangkunegara: 2005). Selain motivasi, dalam organisasi pada sistem, teknologi, prosedur atau Jadi, pencapaian tujuan dengan segala berfungsinya bagian-bagian dalam prosesnya membutuhkan komunikasi organisasi yang sumber dananya saja. tergantung pada manusia dalam efektif. Para organisasi mutlak organisasi yang bersangkutan untuk berkomunikasi satu bergerak menuju arah pencapaian Komunikasi tujuan yang telah ditetapkan. Untuk integral menggerakkannya manajemen, kemampuan manusia harus anggota perlu sama merupakan dari suatu melalui kerja bagian proses komunikasi berinteraksi dengan manusia yang yang lainnya sehingga terbentuk kerja harmonis dapat dikembangkan untuk sama. mencapai Dalam hal pencapaian kinerja efektif lain. tujuan sama (Robert yang Bacal: 2005). Seperti yang dikatakan GR organisasi, motivasi merupakan salah Terry satu faktor penting yang dapat komunikasi menempati urutan teratas mendorong seorang karyawan untuk mengenai apa saja yang harus dibuat JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 (dalam Sopiah: 2008) [126] dan dikerjakan untuk menghasilkan termasuk motivasi Organisasi efektif, usaha-usaha komunikatif berpengaruh terhadap hal Susunan Tata Kerja (SOTK) pemerintah daerah. kinerja karyawan. Sejak dalam Sesuai dengan Peraturan Daerah diberlakukannya Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2008 Republik Tentang Organisasi dan Tata Kerja Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Sekretariat Daerah Provinsi Riau tentang dan (Setda Provinsi Riau) adalah Satuan Undang-undang Republik Indonesia Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Nomor 33 Tahun 2004 tentang yang terdiri dari sembilan Biro. Perimbangan Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Undangan-undang Pemerintah Daerah Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah tuntutan Daerah meskipun pada dasarnya peningkatan pelayanan publik dan telah tuntutan dilimpahkan kewenangan berbagai pemerintah pusat masyarakat peningkatan dilakukan, kebijakan kenyataannya harus tetap mengacu kepada tata aturan yang belumlah ditetapkan maksimal. pemerintah kinerja Pegawai Negeri Sipil sangat gencar kepada pemerintah daerah, namun daerah terhadap pusat, akan tetapi tuntutan terlaksana dalam tersebut dengan Tabel 1. Realisasi Program dan Kegiatan Dilingkungan Setda Provinsi Riau Tahun Anggaran 2010 Jumlah Kegiatan Target Pencapaian Realisasi (%) Biro Tata Pemerintahan 25 Kegiatan 100% 75% Biro Hukum 15 Kegiatan 100% 73% Biro Humas 15 Kegiatan 100% 83% Biro Administrasi Pembangunan 20 Kegiatan 100% 80% Biro Administrasi Perekonomian 12 Kegiatan 100% 70% Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat 20 Kegiatan 100% 88% Biro Umum 25 Kegiatan 100% 85% Biro Keuangan 30 Kegiatan 100% 85% Biro-biro dilingkungan Setda Prov. Riau [127] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Motivasi, Komunikasi dan Kinerja Biro Pelengkapan 38 Kegiatan Jumlah 100% 70% 200 Kegiatan Sumber : Sekretariat Daerah Provinsi Riau Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat digambarkan kinerja pegawai untuk meneliti seberapa pencapaian pengaruh motivasi dan komunikasi dilingkungan dapat mempengaruhi kinerja pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Riau dilingkungan belumlah dapat dikatakan bagus, Daerah Provinsi Riau. yang artinya dalam Sekretariat Perumusan Masalah Bertitik kegiatan dapat dijalankan seperti tolak dari paparan oleh tersebut, maka rumusan masalah hal, diantara yang akan dibahas dalam penelitian yang berada ini adalah : Sekretariat Daerah 1. Apakah telah ditargetkan organisasi. Dalam sembilan biro dilingkungan kerja satu tahun anggaran tidak semua program dan yang motivasi Provinsi Riau belum ada pencapaian komunikasi secara program dan kegiatan yang mencapai berpengaruh terhadap 100%. Apabila hal ini berlanjut pegawai secara terus menerus, bisa dipastikan Provinsi Riau. kurang besar optimalnya pelaksanaan Sekretariat 2. Apakah terdapat dan simultan kinerja Daerah pengaruh pembangunan. Berdasarkan realisasi motivasi secara parsial terhadap program dan kegiatan dilingkungan kinerja Sekretariat Daerah Provinsi Riau Daerah Provinsi Riau jelas terlihat bahwa kinerja pegawai 3. Apakah belumlan berjalan dengan efektif. Berdasarkan belakang latar maka dapat diatas, dipastikan motivasi uraian betapa dan pegawai komunikasi terhadap terdapat secara kinerja Sekretariat pengaruh parsial pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Riau pentingnya komunikasi dalam meningkatkan kinerja pegawai. Hal ini membuat ketertarikan penulis JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [128] mempengaruhi Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah mereka seberapa banyak berkontribusi kepada yang telah diuraikan, maka tujuan organisasi, antara lain kuantitas dan penelitian ini adalah: kualitas 1. Untuk mengetahui apakah output, penyelesaian jangka output, waktu kehadiran motivasi dan komunikasi secara ditempat kerja, dan sikap kooperatif simultan berpengaruh terhadap (Sadeli: 2002). Kinerja karyawan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Riau 2. Untuk mengetahui kuantitas yang dicapai oleh seorang dan karyawan persatuan periode waktu menganalisis besarnya pengaruh dalam melaksanakan tugas kerjanya motivasi kinerja sesuai Daerah (Mangkunegara: 2005). terhadap pegawai Sekretariat dengan tanggung jawab Provinsi Riau 3. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh komunikasi pegawai terhadap kinerja Sekretariat Daerah Manajemen Penilaian Kinerja Manajemen memberikan kinerja kejelasan akan harapan terkait antara sasaran individu dan Provinsi Riau. sasaran organisasi, yang difokuskan untuk perbaikan yakni menetapkan Tinjauan Pustaka data Pengertian Kinerja melakukan perbaikan dan umpan Kinerja (performance) merupakan suatu catatan hasil (out yang diperlukan untuk balik (Siagian: 2003). Penilaian prestasi kerja karyawan came) yang dihasilkan dari fungsi pada suatu pekerjaan atau suatu kegiatan penilaian yang sistemtik terhadap tertentu selama suatu periode waktu performan kerja karyawan terhadap tertentu. potensi Kinerja pada dasarnya hakikatnya setiap merupakan karyawan dalam adalah apa yang dilakukan atau yang rangka pengembangan sumber daya tidak dilakukan pegawi. Dalam hal manusia dan organisasi itu sendiri ini, kinerja pegawai adalah yang (Sihotang: 2007). [129] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Motivasi, Komunikasi dan Kinerja Evaluasi kinerja pegawai di mengarahkan daya dan potensi dalam suatu organisasi sangat besar bawahan agar mau bekerja sama manfaatnya, baik bagi karyawan itu secara sendiri maupun bagi perkembangan mencapai suatu keberhasilan dalam organisasi pada waktu yang akan mewujudkan tujuan-tujuan organisasi datang, karena sumber daya manusia yang telah ditetapkan (Hasibuan: yang 1998). ada dalam organisasi produktif sehingga akan Kinerja pegawai juga dipengaruhi merupakan aset yang paling berharga bagi kelangsungan hidup organisasi oleh (Sihotang: 2007). Menurut Davidoft (dalam Siagian: Tujuan penilaian kinerja secara umum informasi perilaku adalah yang dan menghasilkan akurat kinerja motivasi kerja pegawai. 2004) motive or motivation refers to an internal state resulting from a tentang need which incities behavior, usually anggota directed toward fulfilling the needs. organisasi. Tujuan tersebut biasanya Dari dapat digolongkan ke dalam tujuan diartikan bahwa motivasi merupakan evaluasi dan tujuan pengembangan. sesuatu yang berasal dari dalam diri Dalam pendekatan evaluasi seorang seseorang dalam rangka memenuhi manajer menilai kinerja masa lalu kebutuhannya. seoranga Koontz (dalam karyawan. Evaluator pendapat tersebut dapat Sedangkan menurut Siagian: 2004) menggunakan rating deskriptif untuk memberikan menilai kinerja, dan setelah itu motivasi mengacu kepada dorongan menggunakan data tersebut dalam dan usaha untuk memenuhi dan keputusan-keputusan memuaskan suatu kebutuhan atau demosi, kompensasi promosi, (Hasibuan: penjelasan bahwa untuk mencapai suatu tujuan. 2003). Menurut Siagian: Herzberg 2004) Motivasi (dalam adalah suatu dorongan baik dorongan dalam Teori Motivasi diri seseorang maupun dorongan dari Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi dalam organisasi agar mampu berkarya untuk mencapai tujuan. Sedangkan (Robbins: 2008) mempersoalkan bagaimana caranya JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [130] mengatakan bahwa motivasi adalah memotivasi para pekerja. Semakin kesediaan banyak mereka berproduksi, semakin untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah besar penghasilannya. tujuan organisasi untuk memenuhi kebutuhan indvidual. Stoner (dalam Selanjutnya Siagian: 2004) 2. Maslow’s Need Hierarchy Theory Maslow menyatakan bahwa motivasi adalah (1943) karakteristik psikologi manusia yang mengemukakan teori motivasi yang memberikan kontribusi pada tingkat dinamakan komitmen seseorang Hierarchy Human Maslow’s Theory/A Need Theory Motivation atau of Teori Hierarki Kebutuhan dari Maslow. Pendekatan Teori Motivasi Hierarki Kebutuhan mengikuti teori 1. Teori Motivasi Klasik Frederik jamak Winslow Taylor mengemukakan teori motivasi klasik atau teori motivasi kebutuhan tunggal. Teori ini berpendapat bahwa manusia mau bekerja giat untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik atau biologisnya, berbentuk uang dan barang dari hasil kerjanya. Konsep dasar dari teori ini adalah orang akan giat bekerja, bila mana mendapatkan imbalan materi yang mempunyai kaitan Manajer tugas dengan tugas-tugasnya. menentukan bagaimana dikerjakan dengan yakni seseorang berperilaku/bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Maslow kebutuhan yang berpendapat, diinginkan seseorang itu berjenjang. Artinya , jika kebutuhan yang pertama kebutuhan muncul telah tingkat menjadi terpenuhi, kedua yang akan utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingakat kedua telah kebutuhan terpenuhi, yang muncuk kegita dan seterusnya sampat tingkat kebutuhan kelima. menggunakan sistem insentif untuk [131] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Motivasi, Komunikasi dan Kinerja 5. Self Actualization 4. Esteem or Status 3. Affilation or Acceptance 2. Safety and Security 1. Physicological Gambar 1. Konsep Hierarki Kebutuhan Maslow Sumber: Hasibuan (2003) JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [132] 1. Physiological Needs (Kebutuhan fisik diberikan kesempatan untuk dan biologis), yaitu kebutuhan akan mengemukakan saran dan pendapat sandang, kepada pimpinan mereka. pangan, dan papan. Keinginan kebutuhan ini merangsang pegawai untuk bekerja dengan giat. 2. Safety and (Kebutuhan Security Needs keamanan dan 4. Esteem or Status Needs, yaitu kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta penghargaan prestise dari pegawai dan lingkungannya. keselamatan), yaitu kebutuhan akan 5. Self Actualization, yaitu kebutuhan kebebasan dari ancaman yakni merasa akan adanya aktualisasi diri dengan aman dari ancaman kecelakaan dan menggunakan keselamatan kerja. kebutuhan disini keterampilan dan potensi optimal mengarah kepada 2 (dua) bentuk, untuk mencapai prestasi kerja yang yaitu ; sangat a. Kebutuhan akan keamanan jiwa pada saat mengerjakaan pekerjaan. pekerjaan saat jam-jam kerja. Afliation or Acceptance memuaskan. aktualisasi diri Kebutuhan ini dipenuhi berdasarkan usaha atau keinginan b. Kebutuhan keamanan harta ditempat 3. kemampuan, individu itu sendiri. Aktualisasi diri berhubungan Needs dengan peningkatan jenjang karir individu. (Kebutuhan Sosial), kebutuhan sosial 3. Herzberg’s Two Factor Motivation yang dimaksud adalah : a. Dapat diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya (sense of belonging). Theory Selain teori kebutuhan Maslow, Frederick Herzberg yang terkenal dengan b. Kebutuhan akan rasa dihormati. “Teori Motivasi Kerja Dua Faktor” yang c. Kebutuhan akan kemajuan dan tidak membicarakan 2 (dua) golongan utama gagal (sense of achievement), baik kebutuhan dalam karir dan sebagainya. kebutuhan menutup kekurangan pengembangan. dan Menurut d. Kebutuhan akan perasaan akan ikut Herzberg dua faktor yang mempengaruhi serta (sense of partisipation) dalam kondisi kerja seseorang, yaitu (1) Faktor- berbagai faktor [133] kegiatan organisasi dan Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi yang akan mencegah Motivasi, Komunikasi dan Kinerja ketidakpuasan (faktor higine), yang terdiri dari gaji, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, penyediaan kelompok kerja. (2) Faktor-faktor yang memberikan kepuasan (motivator factor), yang terdiri 4. Teori X dan Teori Y Mc. Gregor Gregor mengidentifikasi dua set asumsi yang berbeda mengenai karyawan, yaitu teori X dan teori Y. Teori X berpendapat bahwa dalam diri seseorang dari kemajuan, perkembangan, tanggung terdapat jawab, penghargaan, prestasi, pekerjaan pekerjaan, sedangkan dalam teori Y itu sendiri. ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan, antara lain sebagai berikut: suka terhadap adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri, dan adanya pengakuan atas semuanya. 2. Hal-hal yang mengecewakan pegawai adalah terutama faktor yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan dan lain-lain. sikap menyukai terhadap pekerjaan. Menurut Teori X, untuk memotivasi pegawai harus dilakukan untuk berprestasi terbatas. Mereka sensitif dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang cenderung diterapkan motivasi menerapkan negatif hukuman adalah dengan yang tegas. Sedangkan menurut Teori Y, untuk memotivasi pegawai dilakukan dengan partisipasi pegawai, hendaknya cara peningkatan kerjasama dan kerikatan pada keputusan. Tegasnya, dedikasi menjamin 3. Pegawai akan kecewa bila peluang menjadi terdapat dengan cara penngawasan yang ketat, 1. Hal-hal yang mendorong pegawai akan tidak menyatakan bahwa dalam diri seseorang Menurut Herzberg (dalam Siagian: 2004), sikap dan partisipasi tercapainya akan lebih sasaran. Jenis motivasi yang diterapkan adalah motivasi positif. pada lingkungannya serta mulai mencaricara kesalahan. 5. Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [134] Mc. Clelland (1978) dengan teori diinginkannya. Jika motivasi ini tinggi, motivasi prestasi, berpendapat bahwa maka energi yang dihasilkannya akan pegawai mempunyai cadangan energi tinggi. potensial. Bagaimana energi dilepaskan rendah maka energi yang dihasilkannya dan digunakan tergantung pada kekuatan akan rendah pula. Berdasarkan penelitian dorongan motivasi seseorang dan situasi McClelland serta peluang yang tersedia. Energi akan (1957), Miler dan Gordon W (1970), dimanfaatkan Anwar Prabu Mangkunegara, (2005) oleh pegawai karena Sebaliknya jika (1961), motivasinya Edwar Murray didorong oleh : menyimpulkan bawha ada hubungan 1. Kebutuhan motif dan kebutuhan dasar positif antara motivasi berprestasi terhadap pencapaian kinerja. Artinya, yang terlibat. 2. Harapan keberhasilan. pimpinan, manajer dan pegawai yang 3. Nilai insentif yang melekat pada mempunyai mencapai tujuan. kinerja sebaliknya Hal-hal yang dapat memotivasi rendah motivasi tinggi yang mereka disebabkan seseorang adalah: kerjanya rendah 1. Kebutuhan akan prestasi (need for Mangkunegara:2005). tinggi, yang akan dan kinerjanya karena motivasi (Anwar Prabu Motivasi atau dorongan untuk bekerja achievmenet). 2. Kebutuhan akan afiliasi (need for ini sangat menentukan bagi tercapainya sesuatu tujuan, maka manusia harus dapat affiliation). 3. Kebutuhan akan kekuatan (need of menumbuhkan motivasi kerja setinggitingginya bagi para karyawan dalam power). perusahaan” (Buhler:2004). Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Setiap kegiatan yang dilakukan manusia, dilandasai oleh sebuah motivasi tertentu. Motivasi ini menggerakkan manusia untuk mencapai sesuatu yang [135] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Komunikasi Secara etismologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication dan Motivasi, Komunikasi dan Kinerja pendekatan ini bersumber pada terlibat dalam pemberian ataupun communis. Arti kata komunis disini mentransfer komunikasi. Hasil akhirnya adalah sama, dalam arti kata sama makna, adalah yaitu sama makna mengenai suatu hal pengiriman makna atau proses aktivitas (Widjaja: 2000). komunikasi Komunikasi berlangsung apabila pertukaran informasi dalam dan organisasi (Vardiansyah: 2004). Secara antara orang-orang yang terlibat dalam spesifik aktivitasi komunikasi terdapat kesamaan makna komunikasi organisasi ada 3 (tiga), yaitu : mengenai 1. Operasional suatu dikomunikasikan hal yang (Widjaja: 2000). menstrukturkan Internal, yaitu komunikasi yang tersebut dapat dijalankan dalam sebuah organisasi dijelaskan bahwa, jika seseorang mengerti dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tentang sesuatu yang dinyatakan orang kerja. Berdasarkan pendapat komunikasi 2. Operasional Eksternal, yaitu struktur berlangsung. Dengan demikian hubungan komunikasi dalam organisasi yang antara mereka itu bersifat komunikatif. berkonsentrasi Sebaliknya jika mengerti, tujuan-tujuan kerja yang dilaksanakan komunikasi tidak berlangsung. oleh orang dan kelompok diluar lain kepadanya, maka ia tidak akan pencapaian organisasi. Dengan demikian hubungan antara orang3. orang tersebut dikomunikatif. pada Personal, yaitu semua perubahan insidental dan informasi, serta perasaan yang dirasakan oleh manusia Komunikasi Organisasi yang berlangsung kapan saja mereka Komunikasi dalam organisasi dapat bersama (Pace & Faules: 2005). terjadi dalam bentuk kata-kata yang ditulis atau diucapkan, gesture, atau simbol perubahan visual yang tingkah laku menghasilkan di dalam Fungsi Komunikasi Dalam suatu organisasi komunikasi organiasi, baik antara manajer-manajer, yang karyawan-karyawan, dan asosiasi yang pencapaian JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 baik sangat dibutuhkan, tujuan-tujuan agar organisasi [136] terwujud. Ada beberapa diperlukan individu dan kelompok fungsi untuk mengambil suatu keputusan komunikasi, yaitu: 1. Komunikasi pengendali berfungsi dengan sebagai perilaku mengenali organisasi. untuk dan data menilai guna berbagai alternatif keputusan (Sopiah: 2008). Fungsi ini berjalan jika karyawan diwajibkan penyajian menyampaikan keluhan mengenai keluhan terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewajiban pegawai dalam organisasi. 2. Komunikas berfungsi untuk membangkitkan motivasi pegawai. Fungsi ini berjalan ketika pimpinan ingin meningkatkan kinerja Komunikasi berperan sebagai pengungkapan emosi. Fungsi ini berperan ketika kelompok kerja menjadi sumber pertama dalam interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok organisasi ini merupakan mekanisme fundamental dimana masing-masing anggota organsiasi dapat menunjukkan kekecewaan ataupun rasa puas mereka terhadap Komunikasi berperan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dimana memberikan [137] yang terjadi dalam suatu organisasi terdiri dari beberapa arah komunikasi, anatara lain: 1. Komunikasi Ke bawah, komunikasi dalam organisasi ketingkatan yang lebih rendah. Komunikasi inilah yang digunakan oleh para atasan kelompok dan manajer tujuan, untuk menetapkan menyampaikan instruksi, menginformasikan kebijakan prosedur kepada pegawai, persoalan yang menunjukkan membutuhkan perhatian, dan menawarkan umpan balik mengenai kinerja. 2. Komunikasi Ke atas, komunikasi keatas mengakir menuju tingkatan organisasi. 4. Berdasarkan fungsinya, komunikasi yang mengalir dari satu tingkatan karyawan. 3. Arah Komunikasi komunikasi informasi yang Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi yang lebih tinggi dalam suatu organisasi. komunikasi ini digunakan untuk memberikan umpan balik kepada orang-orang yang memegang Motivasi, Komunikasi dan Kinerja kekuasaan, memberikan mereka karyawan juga melakukan komunikasi informasi mengenai proses dengan atasanya. Semua komunikasi dan dalam pelaksanaan kerja ini ditunjukkan masalah-masalah agar target kinerja yang ditetapkan dapat pencapaian tujuan, menyampaikan terkini dalam pekerjaan. tercapai 3. Komunikasi lateral, komunikasi ini terjadi antara anggota dari kelompok dengan baik (Pace & Faules:2005). Komunikasi organisasi adalah kerja yang sama, diantara anggota pengiriman dan penerimaan berbagai dari kelompok kerja pada tingkatan pesan organisasi di dalam kelompok yang sama, antar manajer pada tataran formal maupun informal dari suatu yang sama, atau di antara individu- organisasi Komunikasi formal adalah individu yang setara secara horizontal komunikasi yang disetujui oleh organisasi (Robbins: 2008). itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja cara kerja di dalam organisasi, Komunikasi yang dilakukan bertujuan produktivitas, dan berbagai pekerjaan untuk memberi tahu (informative) dan yang harus dilakukan dalam organisasi. mengubah Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, sikap Komunikasi yang (persuasive). bersifat informatif jumpa pers, dan resmi. informal adalah bertujuan untuk menyampaikan pesan Adapun atau pendapat, sedangkan komunikasi komunikasi yang disetujui secara sosial. persuasif Orientasinya (attitude), bertujuan pendapat mengubah sikap (opinion), atau perilaku (behavior) (Effendy: 2002). komunikasi surat-surat bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual (Wiryanto: 2005). Dalam rangka peningkatan kinerja yang diinginkan, seorang pimpinan melakukan komunikasi mengenai targettarget kerja yang ingin dicapai. Ketika karyawan mengalami membutuhkan petunjuk kesulitan dari dan atasan, JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 Kerangka Pemikiran Menurut William Stern (dalam Anwar Prabu Mangkunegara:2005) mengatakatan bahwa faktor yang dapat [138] Selanjutnya mempengaruhi kinerja, pertama adalah menurut Rodwell, berasal dari faktor individu, yang mana et.al:1998, The Relationship Among Work dengan adanya integritas yang tinggi – Related Perceptions Integral Role of antara fungsi psikis dan fisik, maka Communication. Tujuan dari penelitian individu tersebut memiliki konsentrasi ini yang tinggi dalam pencapaian kinerja. empiris Kedua adalah faktor yang berasal dari komunikasi organisasi dalam konteks dalam organisasi yang terdiri dari pola manajemen komunikasi yang efektif, iklim organisasi, Variabel independen dalam penelitian ini peluang dan pengembangan karier dan adalah fasilitas kerja yang relatif memadai. komitmen dan stress, sedangkan variabel Penelitian yang dilakukan adalah ingin mengetahui tentang sumber komunikasi, secara praktek-praktek daya manusia. kepuasan kerja, dependennya adalah kinerja. Hasil dari Muhammad Anas yang berjudul pengaruh penelitian motivasi terhadap kinerja pegawai pada semua variabel independen berhubungan Kantor Tanaman positif dan signifikan terhadap variabel Hutan Sulawesi, dalam penelitian tersebut dependen baik secara parsial maupun dapat disimpulkan bahwa dari secara simultan. Balai Pembenihan analisis ini menyimpulkan bahwa regresi berganda menunjukkan bahwa Menurut beberapa pendapat para ahli faktor-faktor motivasi secara bersama- dan penelitian sebelumnya, maka dapat sama atau simultan berpengaruh kuat dan digambarkan kerangka pemikiran sebagai positif terhadap prestasi kerja yang berikut: merupakan unsur dari kinerja pegawai. MOTIVASI KINERJA KOMUNIKASI [139] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Motivasi, Komunikasi dan Kinerja Gambar 2. Kerangka Pemikiran Sumber: Buhler, 2004, dengan penyesuaian untuk penelitian ini Rodwell, et.al:1998, dengan penyesuaian untuk penelitian ini Berdasarkan kerangka pemikiran pada 2. Motivasi secara parsial berpengaruh gambar 2, terdapat dua pola hubungan positif yang akan dilihat, sesuai dengan tujuan Sekretariat Daerah Provinsi Riau penelitian ini. Pertama, akan dilihat dari terhadap 3. Komunikasi kinerja secara pegawai parsial pola sebab akibat atau pengaruh dari berpengaruh positif terhadap kinerja motivasi kerja terhadap kinerja pegawai. pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Kedua, akan dilihat dari pola sebab akibat Riau. atau pengaruh dari komunikasi terhadap kinerja pegawai. Selanjutnya dilihat juga dari pengaruh secara simultan dari Operasional Variabel variabel motivasi kerja dan komunikasi Variabel Independen kerja 1. Motivasi (X1) terhadap kinerja pegawai dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Riau. Motivasi didefenisikan sebagai adalah suatu dorongan baik dorongan dalam diri seseorang maupun dorongan dari dalam organisasi agar mampu berkarya untuk Hipotesis Bertitik tolak dari permasalahan yang telah dipaparkan dan berdasarkan tinjauan teoritis, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut; 1. Motivasi dan komunikasi mencapai tujuan (Herzberg Sondang P.Siagian: 2004). kinerja pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Riau. JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 Adapun indikator variabelnya adalah : - Kebutuhan, menggambarkan adanya kebutuhan secara simultan berpengaruh positif terhadap dalam akan pengakuan, kebutuhan penghargaan atas prestasi. - Dorongan, menggambarkan adanya dorongan akan tanggung jawab yang [140] lebih besar, dorongan akan Mangkunegara:2000). pengembangan karir. - Tujuan, indikator variabelnya adalah : menggambarkan mendapatkan Adapun pengembangan tujuan - Pengetahuan tentang pekerjaan diri, - Kualitas pekerjaan - Produktifitas - Inisiatif dan pemecahan masalah tujuan terhadap minat pekerjaan Komunikasi (X2) Komunikasi Proses didefenisikan penyampaian suatu sebagai pesan oleh seseorang kepada orang lain baik secara langsung mapun (Robbins: 2008). Populasi dan Sampel media Adapun populasi dalam penelitian ini indikator adalah sebanyak 477 orang pegawai yang menggunakan Adapun Metode Penelitian variabelnya adalah: berada dilingkungan Sekretariat Daerah - Arahan dari atasan. Provinsi Riau. Penentuan jumlah sampel - Perintah dari atasan dalam penelitian ini menggunakan rumus - Diskusi atasan dengan bawahan Slovin, maka sampel yang diambil dalam - informasi kemajuan pekerjaan dari penelitian ini adalah sebesar 83 orang bawahan pegawai yang tersebar dalam sembilan - ide-ide dari bawahan biro - koordinasi antar pegawai Sekretariat Daerah Provinsi Riau. yang terdapat dilingkungan Besarnya populasi yang tersebar pada 9 biro yang terdapat dilingkungan Setda Kinerja (Y) Kinerja karyawan adalah hasil Provinsi Riau, maka metode penarikan kerja secara kualitas dan kuantitas sampel yang digunakan dalam penelitian yang dicapai oleh seorang karyawan ini adalah dengan menggunakan metode persatuan waktu dalam stratified melaksanakan tugas kerjanya sesuai komposisi dan proporsi sampel pada periode dengan tanggung jawab (Anwar Prabu random sampling. Adapun setiap biro adalah sebagai berikut: Tabel 2. Jumlah Pegawai dilingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Riau [141] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Motivasi, Komunikasi dan Kinerja No Jumlah Populasi 1 3 4 37 34 32 28 27 30 145 50 86 477 Biro 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12 Sekretaris Daerah Asisten Staf Ahli Biro Tata Pemerintahan Biro Hukum Biro Humas Biro Adm Pembangunan Biro Adm Perekonomian Biro Adm Kesra Biro Umum Biro Perlengkapan Biro Keuangan Jumlah Jumlah Sampel 7 6 6 5 5 5 25 9 15 83 Perhitungan (37/477) x 83 (34/477) x 83 (34/477) x 83 (28/477) x 83 (27/477) x 83 (30/477) x 83 (145/477) x 83 (50/477) x 83 (86/477) x 83 Sumber: Data Olahan Analisa Data diasumsikan semua responden memilih Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan jawaban skor yang terendah yaitu 1, sedangkan skor yang tertinggi adalah 477, analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. apabila Sedangkan jawaban analisa kuantitatif yang semua dengan responden skor memilih tertinggi 5 digunakan adalah model fungsi regresi selanjutnya rata-rata skor tersebut diberi linear berganda, dengan rumus sebagai penilaian berikut: berikut : dengan ketentuan sebagai Y= a + bx1 + bx2 + e Keterangan: Y : Kinerja X1 : Motvasi X2 : Komunikasi a : Konstanta e : Error I= Sehingga Kemudian dicari rata-rata dengan cara membagi skor-skor 477 − 83 = 78,80 5 dengan jumlah diperoleh skor berikut 1. Skor 83 – 162 Sangat Tidak Setuju responden. Skor yang terendah dalam 2. Skor 163 – 242 Tidak Setuju penelitian 3. Skor 243 – 322 Kurang Setuju ini adalah 83, apabila JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 sebagai [142] 4. Skor 323 – 402 Setuju terjadi multikorelasi atau sama dengan 5. Skor 403 – 482 Sangat Setuju nilai VIF diatas 10 (Imam Ghozali: 2006). Pengujian Hasil Penelitian 1. Uji Validitas Uji 3. Uji Autokorelasi untuk Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu menguji apakah dalam model regresi kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan linear valid jika pernyataan pada kuesioner pengganggu mampu untuk mengungkapkan sesuatu regresi yang akan diukur oleh kuesioner tersebut autokorelasi menggunakan Uji Durbin (Imam Watson, validitas validitas Ghozali: alat digunakan 2006 ukur ). Pengujian dimaksud agar diperoleh keyakinan bahwa alat ukur ada korelasi dalam yang antara variabel suatu persamaan dihasilkan. Pengujian dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Apabila nilai DW mendekati angka tersebut mempunyai kemampuan yang 2, berarti dapat dinyatakan bahwa baik dalam mengumpulkan data. Uji tidak terjadi autokorelasi. validitas ini menggunakan software 2. Apabila nilai DW diatas angka 2, pengolahan data Statistical Package for berarti Social Sciencec (SPSS) 16.0. terjadi dapat dinyatakan autokorelasi bahwa (Gunawan Sudarmanto: 2005). 2. Uji Multikolonieritasi Uji multikorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Independen). Uji Multikoloneritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya VIF (variance inflation factor), yang mana nilai tolerance dibawah 0.10 maka [143] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika Motivasi, Komunikasi dan Kinerja heteroskedastisitas. hipotesis diterima, sehingga ada pengaruh Model regresi yang baik adalah yang signifikan antara variabel independent tidak heteroskedastisitas. terhadap variabel dependen. Sebaliknya berbeda disebut nilai alpha > 0,05 dan nilai thitung < ttabel, maka hipotesis ditolak, berarti tidak ada 5. Uji Simulat (Uji f) Uji statistik F pada dasarnya adalah pengaruh secara signifikan diantara dua menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel yang diuji. (Imam Ghozali : satu variabel bebas secara simultan atau 2006). bersama – sama dalam menerangkan variasi variabel terikat, jika α-Sig < 0,05, maka variabel berpengaruh secara terhadap simultan variabel dependennya (Imam Ghozali : 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Uji Kuantitatif 1. Uji Validitas Pengujian dimaksud validitas agar alat diperoleh ukur keyakinan bahwa alat ukur tersebut mempunyai 6. Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan kemampuan untuk yang baik dalam menguji mengumpulkan data. Uji validitas ini pengaruh signifikansi masing – masing menggunakan software pengolahan data variabel independent terhadap variabel Statistical Package for Social Sciencec dependen secara individual pada nilai (SPSS) 16.0. Setiap item pertanyaan alpha < 0,05 dan nilai thitung > nilai ttabel. dengan penggunaan r tabel derajat bebas Jika nilai alpha < 0,05 dan nilai thitung > (df) = n-2 Jika sebuah butir tidak valid, ttabel, maka dapat dinyatakan bahwa maka otomatis butir tersebut dibuang. Tabel 3. Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics KINERJA Mean Std. Deviation N 29.4217 4.91667 83 JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [144] MOTIVASI 31.2289 6.87577 83 KOMUNIKASI 28.6386 3.68113 83 Sumber: Data Olahan Berdasarkan tabel 3 diatas Uji normalitas data dilakukan untuk menunjukkan setiap item pernyataan pada melihat apakah dalam sebuah model variabel diperoleh r hitung > r tabel maka regresi, variabel dependent motivasi kerja dapat disimpulkan dan komunikasi kerja serta variabel bahwa setiap item pernyataan dinyatakan valid. independen Kinerja pegawai mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan 2. Uji Asumsi Klasik mengikuti arah garis diagonal, maka model a. Uji Normalitas regresi memenuhi asumsi normalitas. Gambar 3. Grafik Normalitas Sumber: Data Olahan Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat layak dipakai untuk memprediksi variabel bahwa data menyebar disekitar garis motivasi kerja dan komunikasi kerja diagonal terhadap kinerja pegawai. dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Artinya model regresi [145] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi b. Uji Multikolonieritas Motivasi, Komunikasi dan Kinerja Uji Multikolonieritas ini bertujuan bebas (independen). Uji Multikoloneritas untuk menguji apakah model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan ditemukan adanya korelasi antar variabel lawannya VIP (variance inflation factor). Tabel 4. Uji Multikolonieritas Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 (Constant) Motivasi Komunikasi .842 1.187 .842 1.187 Sumber: Data Olahan Dari perhitungan tabel 4 ditas terlihat linear berganda terdapat masalah bahwa nilai tolerance menunjukkan tidak autokorelasi, maka dilakukan uji Durbin- adanya Watson dengan menggunakan rumus: variabel independen yang t=N memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 d= yang berarti tidak ada korelasi antar ∑ (et − et −1 ) 2 t =2 variabel independen yang nilainya lebih t=N ∑e t =2 t2 dari 95%. Selanjutnya hasil perhitungan nilan VIP (variance inflation factor) juga menunjukkan hasil yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, dimana VIF untuk Dimana: et = kesalahan gangguan dari sampel et-1 = kesalahan gangguan dari sampel satu periode sebelumnya X1 = 1.187, VIF untuk X2 = 1.187 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada persoalan multikolonieritas antara variabel independen dalam regresi. Syarat adanya otokorelasi adalah bila nilai DW lebih kecil dari -2 berarti terjadi autokorelasi. Bila DW di antara -2 hingga 2 maka tidak terjadi autokorelasi. Dan bila DW lebih besar dari 2 maka terjadi c. Uji Autokorelasi autokorelasi. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [146] Tabel 5. Uji Durbin-Watson Model Summaryb Model R .724a 1 R Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Square .525 .513 Durbin-Watson 3.43106 1.053 a. Predictors: (Constant), motivasi, komunikasi b. Dependent Variable: kinerja Sumber: Data Olahan Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa resgresi terjadi ketidaksamaan variance nilai Durbin – Witson (DW) yaitu sebesar dari residul 1.053, nilai tersebut terletak antara -2 pengamatan yang lain. Jika variance dari hingga 2 dengan demikian maka dapat residul satu pengamatan ke pengamatan diketahui tidak adanya autokorelasi pada lain model yang dibuat. Heteroskedastistas. Model regresi yang tetap, satu pengamatan maka ke disebut baik adalah yang Homoskedastisitasi atau d. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas tidak terjadi Heteroskedastisitas. bertujuan untuk menguji apakah dalam model Gambar 4. Heteroskedastisitas Sumber: Data Olahan [147] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Motivasi, Komunikasi dan Kinerja Dari gambar 4, tampak bahwa titiktitik menyebar secara acak serta tersebar 3. Pembuktian Secara Simultan baik diatas maupun dibawah angka 0 Pembuktian hipotesis digunakan pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan untuk melihat pengaruh variabel bebas bahwa secara bersama-sama yaitu Motivasi dan tidak ada masalah dengan heteroskedastisitas pada model regresi, Komunikasi yang artinya model ini layak dipakai Berdasarkan hasil perhitungan melalui untuk memprediksikan variabel motivasi komputer dengan menggunakan program dan komunikasi kerja terhadap kinerja SPSS Versi 16, maka diperoleh data-data pegawai. perhitungan sebagai berikut: terhadap Kinerja. Tabel 6. Koefisien Regresi Motivasi dan Komunikasi terhadap Kinerja Pegawai Variabel Koefisien Regresi Standar Error t Sig X1 = Motivasi .424 .060 7,024 .000 X2= Komunikasi .321 .113 2,848 .006 Constant 6,996 3,026 2,312 .023 R 0,724 R Squared 0,525 Adj R2 0,513 F Ratio 44,192 Sig. 0,000 Sumber: Data Olahan JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [148] Berdasarkan tabel 6 , maka persamaan pegawai dilingkungan Setda Provinsi regresi yang dihasilkan dalam penelitian Riau sebesar 32,1%, demikian pula ini adalah sebagai berikut: sebaliknya. Dengan hasil tersebut Y = 6,996 + 0,424 X1 + 0,321 X2 maka dinilai cukup besar. Selanjutnya +e Berdasarkan hasil analisis regresi berganda tersebut, dapat dijelaskan motivasi dan komunikasi secara bersamasama 1. Nilai konstan sebesar 6,996 satuan terhadap kinerja peningkatan kinerja pegawai jika variabel motivasi dan komunikasi dianggap konstan. berpengaruh secara signifikan digunakan uji Anova atau F test, dengan ketentuan: 1. Jika Fhitung > motivasi 2. Koefisien regresi variabel motivasi membuktikan hipotesis secara simultan yaitu diduga sebagai berikut : menunjukkan untuk Ftabel maka variabel dan bersama-sama komunikasi secara berpengaruh secara (X1) sebesar 0,424 bermakna adanya signifikan terhadap kinerja pegawai pengaruh positif variabel motivasi dilingkungan Setda Provinsi Riau. terhadap kinerja pegawai. Apabila 2. Jika Fhitung < Ftabel maka variabel motivasi meningkat dalam satuan motivasi skala bersama-sama satuan, meningkatkan maka kinerja dapat pegawai dilingkungan Setda Provinsi Riau sebesar 42,4%, demikian pula sebaliknya. Dengan hasil tersebut maka dinilai cukup besar. 3. Koefisien (X2) variabel sebesar 0,321 bermakna adanya pengaruh positif variabel komunikasi terhadap kinerja pegawai. Apabila komunikasi tidak secara berpengaruh secara signifikan terhadap pegawai dilingkungan Setda Provinsi Riau. Dari tabel 6, diperoleh Fhitung adalah sebesar 44,192 dan dengan tingkat signifikan sebesar 0,000, sedangkan Ftabel regresi komunikasi dan komunikasi 3,11 dengan tingkat signifikan (alpha) 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Fhitung = 44,192 > Ftabel 3,11. Dengan demikian motivasi (X1) dan komunikasi (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara meningkat dalam satuan skala satuan, maka dapat meningkatkan kinerja [149] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Motivasi, Komunikasi dan Kinerja signifikan terhadap kinerja pegawai dilingkungan Setda Provinsi Riau. secara parsial atau sendiri-sendiri dalam menjelaskan variabel terikatnya sehingga diketahui variabel mana yang paling dominan 4. Pembuktian Secara Parsial mempengaruhi variabel Untuk membuktikan hipotesis kedua terikatnya yaitu kinerja pegawai dari dan hipotesis secara parsial digunakan uji kedua variabel bebas yang diteliti dalam t penelitian ini. yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas Tabel 7. Rangkuman Data pengujian Hipotesis Koefisien Regresi Standar Error Variabel t Sig X1 = Motivasi .424 .060 7,024 .000 X2 = Komunikasi .321 .113 2,848 .006 Constant 6,996 3,026 2,312 .023 Sumber: Data Olahan pada tingkat signifikan 0,05 : 2= 0,25 (uji Berdasarkan tabel 7 diatas maka dapat dibuktikan kebenaran hipotesis yang dua sisi) dengan derajat kebebasan df (degree of freedom) = n– k – 1 = 83 – 2 – diajukan secara parsial, dengan ketentuan 1 = 80. sebagai berikut : 1. Nilai thitung 1. Apabila thitung > ttabel maka terdapat pengaruh yang positif signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti. 2. Apabila thitung < ttabel maka variabel bebas tidak signifikan dengan terdapat antara variabel pengaruh variabel bebas terikat dalam penelitian ini. Uji t dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 variabel motivasi (X1) adalah 7.024. Dalam hal ini nilai thitung lebih besar dari pada ttabel Maka dapat motivasi disimpulkan 1.9901. bahwa berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dilingkungan Setda Provinsi Riau. 2. Nilai thitung variabel komunikasi (X2) adalah 2.848. Dalam hal ini nilai thitung lebih besar dari pada Maka dapat komunikasi ttabel 1.9901. disimpulkan kerja bahwa berpengaruh [150] signifikan terhadap kinerja pegawai Selanjutnya dilakukan pengujian dilingkungan Setda Provinsi Riau. secara parsial. Dalam pengujian ini Berdasarkan hasil pengujian tersebut, variabel motivasi berpengaruh signifikan maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis 1 terhadap kinerja pegawai dilingkungan dan hipotesis 2 dinyatakan diterima Setda Provinsi Riau. Ini terbukti dari hasil karena motivasi dan komunikasi kerja uji t yang mana nilai thitung variabel secara parsial berpengaruh positif dan motivasi (X1) sebesar 7.024. dalam hal signifikan ini thitung lebih besar dari ttabel 1.9901. Hal terhadap kinerja pegawai dilingkungan Setda Provinsi Riau. ini sejalan dengan pendapat Stoner et.al (1996) yang menyatakan bahwa motivasi adalah karakteristik psikologis manusia Pembahasan Hasil Penelitian yang memberikan kontribusi pada tingkat Berdasarkan hasil yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa secara simultan ada pengaruh yang signifikan dari variabel motivasi dan komunikasi terhadap kinerja pegawai dilingkungan Setda Provinsi Riau hal ini terbukti dari uji F yang mana fhitung sebesar 44.192 lebih besar dari > ftabel 3.11. komitmen seseorang. ini termasuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tertentu. Demikian pula sejalan dengan pendapat Robbins (1997) yang menyatakan bahwa motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan organisasi untuk memenuhi kebutuhan Berdasarkan hasil peneliatan dapat dijelaskan bahwa, dalam hal peningkatan individual. Tingginya pengaruh motivasi kinerja pegawai dilingkungan Sekeretariat terhadap kinerja pegawai merupakan Daerah Provinsi Riau dapat diterangkan perhatian yang penting untuk dilakukan oleh variabel motivasi dan komunikasi. bagi Ini Provinsi Riau untuk dapat meningkatkan dilihat dari hasil R Squar 52,5%, organiasi Sekeratariat Daerah sedangkan sisannya sebesar 47,5% dapat motivasi diterangkan oleh variabel lain yang tidak peningkatan diteliti dalam penelitian ini. mencapai tujuan organisasi yang telah [151] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi kerja pegawai kinerja untuk dalam dapat Motivasi, Komunikasi dan Kinerja ditetapkan. Dalam pemberian motivasi pesan organisasi di dalam kelompok terhadap pegawai organisasi haruslah formal maupun informal dari suatu memperhatikan indikator-indikator yang organisasi Komunikasi formal adalah terdapat dalam variabel motivasi seperti, komunikasi yang disetujui oleh organisasi kebutuhan pegawai akan pengembangan itu sendiri dan sifatnya berorientasi diri dan pengembangan karir, pengakuan kepentingan organisasi. Isinya berupa akan cara pentingnya pegawai dalam kerja di dalam organisasi, organisasi, sistem insentif berdasarkan produktivitas, dan berbagai pekerjaan tanggungjawab sistem terhadap pekerjaan, yang harus dilakukan dalam organisasi. jabatan berdasarkan Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, promosi prestasi kerja yang diperoleh pegawai. Dalam penelitian ini juga komunikasi jumpa pers, Adapun dan komunikasi surat-surat resmi. informal adalah terbukti berpengaruh signifikan terhadap komunikasi yang disetujui secara sosial. kinerja Orientasinya pegawai dilingkungan Setda bukan pada organisasi, Provinsi Riau. Hal ini dapat dilihat tetapi lebih kepada anggotanya secara terbukti dari uji t yang dilakukan, yang individual (Wiryanto: 2005). mana thitung variabel komunikasi (X2) sebesar 2.848 lebih besar dari ttabel SIMPULAN DAN SARAN 1.9901. Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk memberi tahu (informative) dan mengubah sikap Komunikasi yang (persuasive). bersifat informatif bertujuan untuk menyampaikan pesan atau pendapat, sedangkan komunikasi persuasif (attitude), bertujuan pendapat mengubah sikap (opinion), atau perilaku (behavior) (Effendy:2002). Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai koefisien R Square sebesar 0,525 yang mana kinerja pegawai dilingkungan Setda Provinsi Riau sebesar 52.5% bisa diterangkan dengan variabel motivasi dan variabel [152] komunikasi, sedangkan sisanya 4. Variabel komunikasi kerja secara sebesar 47,5% dapat diterangkan oleh parsial berpengaruh positif signifikan variabel lain yang tidak diteliti dalam terhadap penelitian ini. dilingkungan Setda Provinsi Riau. kinerja pegawai 2. Berdasarkan hasi penelitian yang Hal ini dapat diketahui dari uji t, dilakukan, maka dapat disimpulkan yang mana thitung 2.848 lebih besar bahwa ttabel1.9901. secara simultan variabel motivasi dan variabel komunikasi berpengaruh terhadap positif signifikan kinerja Saran pegawai Berdasarkan simpulan beberapa saran dilingkungan Setda Provinsi Riau. dan masukan yang disampaikan adalah Berdasarkan hasi uji f yang dilakukan sebagai berikut: dalam penelitian ini, maka diperoleh 1. Dalam hal peningkatan kinerja Fhitung sebesar 44,192 dengan tingkat pegawai, organisasi perlu melakukan signifikan 0,000 sedangkan Ftabel evaluasi-evaluasi sebesar 3,11 dengan tingkat signifika menyeluruh kepada setiap pegawai (alpha) 5%. Dengan demikian secara yang ada dilingkungan Sekretariat simultan variabel motivasi (X1) dan Daerah Provinsi Riau. Evaluasi ini Variabel diperlukan agar pegawai merasakan Komunikasi berpengaruh positif (X2) signifikan pembahasan dari dalam peningkatan penelitian, maka dapat disimpulkan terhadap bahwa peningkatan secara parsial bersifat organisasi yang mengemban tanggung jawab dalam terhadap kinerja pegawai. 3. Berdasarkan bagian yang variabel kualitas pelayanan masyarkat. kinerja Dalam pegawai, motivasi (X1) berpengaruh posiitf organisasi perlu melakukan dorongan signifikan terhadap kinerja pegawai kepada dilingkungan Setda Provinsi Riau. Ini meningkatkan dapat diketahui dari uji t, yang mana keterampilan thitung 7.024 lebih besar menunggu dari ttabel harus 1.9901. [153] Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi pegawai agar dapat pengetahuan serta tidak dan bersifat yang artinya pegawai bersikap aktif terhadap Motivasi, Komunikasi dan Kinerja menjadi koordinasi yang diharapkan tidak tanggung jawabnya, serta pegawai akan bisa terlaksana dengan baik hendaknya sehingga pelaksanaan tugas yang selalu mengikuti dapat menimbulkan peraturan-peraturan kendala-kendala dalam pelaksanaan agar setiap pelaksanaan tugas dapat tugas. Dalam komunikasi terdapat lebih efektif dan efisien. unsur informasi, untuk itu kerja sama perkembangan 2. Peningkatan kinerja pegawai tidak dan pemakaian informasi bersama terlepas dari pemberian dorongan dari informasi diantara para atasan atau motivasi kepada pegawai. Dalam adalah amat penting dilakukan. Pada hal tingkat-tingkat ini organisasi hendaknya terendah dalam membuat kebijakan-kebijakan yang organisasi, faedah pemakaian secara mengarah kepada motivasi pegawai bersama seperti, memberikan reward kepada diabaikan. Sistem komunikasi harus pegawai berprestasi, diarahkan kepada pemakai semua pengembangan tingkatan dalam organisasi secara yang memberikan dari informasi sering pengetahuan terhadap pegawai secara bersama. menyeluruh, memberikan disini baik komunikasi dari atasan ke penjenjangan karir yang jelas dan bawahan, komunikasi dari bawahan memberikan promosi jabatan kepada ke atasan dan komunikasi antara pegawai yang prestasi. Hendaknya sesama pegawai baik dalam satu dalam meningkatkan motivasi kerja bagian dan dam subbagian serta pegawai, komunikasi organisasi harus bisa menanamkan rasa tanggung jawab kepada pegawai bahwa Peningkatan komunikasi antara dilingkungan Setda Provinsi Riau. pegawai adalah abdi negara yang harus DAFTAR PUSTAKA memberikan kualitas Anwar pelayanan meningkatkan diharapkan komunikasi Prabu Evaluasi terhadap masyarakat. 3. Organisasi biro-biro untuk Mangkunegara. Kinerja SDM. 2005. Cetakan Pertama. Bandung, Refika Aditama. karena tanpa komunikasi yang baik, maka JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [154] Buhler, Patricia, 2004, Alpha Teach Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Yourself Management Skills, Edisi Editor Deddy Mulyana. Remaja Rosda Pertama, diterjemahkan oleh Sugeng Karya. Bandung. Haryanto, Sukono Mukidi, dan M. Rudi Atmoko, Jakarta: Prenada. Gunawan, R. Sudarmanto, 2005. Analisis Regresi Linear Berganda Dengan SPSS, Yogyakarta, Graha Ilmu. Harianja. M.T. Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Grasindo, Indonesia. Organisasi. Edisi Ke-12. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Rodwell, et.al., 1998. The Relationship Among Work – Related Perceptions Integral Role of Communication. Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Penerbit Andi, Yogyakarta. Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Cetakan Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku IV, Badan Penerbit Universitas Dipenegoro. Malayu. S.P Hasibuan. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara. Malayu. S.P Hasibuan. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. Siagian. S.P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Motivasi Anas. 2010. Terhadap Journal: Kinerja. www.bukuku.net. Pace, R. Wayne, Don F. Faules. 2005. Komunikasi [155] Organisasi: Straegi Susi Hendriani dan Fitri Hariyandi Ke-5, Rineka Cipta Indonesia. Siagian. S.P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kesebelas. Bumi Aksara. Jakarta. Siagian. S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama. Pradnya Paramita. Jakarta. Sihotang. Muhammad Cetakan 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Pradnya Paramita. Jakarta. Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi Motivasi, Komunikasi dan Kinerja Konseptual. Ghalia. Jakarta, Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tentang Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta. Jakarta. Wiryanto, Anonimous. Perimbangan Komunikasi, Daerah. 2008. Peraturan Daerah Ilmu Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2008 Grameia tentang Organisasi dan Tata Kerja Pengantar Jakarta: Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Anonimous. 2005, Keuangan Wiiasarana Indonesia. Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Anonimous. 2004. Undang-Undang Provinsi Riau. Republik Indonesia Nomor 32 tentang Pergkat Daerah. JURNAL APLIKASI BISNIS, Vol. 4 No. 2, April 2014 [156]