BAB I PENGENALAN FILSAFAT Pengantar Apabila manusia mengahadapi sesuatu yang belum pernah mereka ketahui atau mereka berkeinginan untuk mengetahui, maka pertanyaan dasar yang mengawalinya adalah apakah sesuatu itu? Diantara dua kata, (sesuatu), dapat diisi dengan berbagai macam kelngintahuan manusia. Tetapi itu berarti suatu pertanyaan yang sangat ivas sifatnya. Sama luas jawabannya kalau yang ditanyakan itu adalah filsafat. Pertanyaan ini menjadi tidak detinitif karena dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Akibatnya adaiah tidak kohesif karena terjadi diskusi campur Baur. Karena itu harus dicari jalan tertentu yang dapat digunakan oleh semua orang, yang tentu saja bukan jalan satu-satunya. Dalam hal yang demikian maka kita harus berada di dalam lingkaran yang dipertanyakan itu; tidak diluar lingkungannya. Demikian ini disebut Tetapi inikah yang dimaksud? Bukankah filsafat adalah semacam perasaan, emosi dan sentimen? Kalau demikian itu menjadi irrasional. Sebaliknya filsafat bukan hanya sesuatu yang rasional, tetapi juga pelindung aktual nalar dan pikiran. Kalau demikian maka kita sudah berada dalam sebuah keputusan yaitu setiap orang menganggap pernyataan kita merupakan jawaban tertentu yaitu bahwa filsafat adalah semacam penalaran atau pemikiran. Walaupun ini juga suatu pernyataan yang masih sangat 'prematur' sifatnya. Dapat saja kemudian muncul pertanyaan baru tentang apakah itu 'nalar, tikir' dan seterusnya. Dari narasi itu dapat dilihat serangkaian jawaban yang memunculkan persoalan bait yang mungkin lebih remit sifatnya. Dapat disimpulkan untuk sementara bahwa path' ti hap pertama hanya satu hal yaitu ketelitian yang besar dibutunkan jika kita mengambil sebuah diskusi. 1. Pengertian Fikifat Pertama memahami filsafat adalah mengerti arti tilsafat. Arti etimologis, tilsafat (Indonesia), falsafah (Arab), phylosophy (Inggris), phylosophie (Bid, Jrm, Prnc), phylosophia (Yunani), berarti dnta kebijaksanaan. Dalam sejarah, Pythagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama mempergunakan istilah phylosophia, dan menyebut dirinya phylosophos yang berarti pencinta kebijaksanaan atau kearifan. Kedua, filsafat sebagai suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Ketiga, tilsafat sebagai suatu metode yaitu cara bertikir retiektif, inklusif dan synoptik. Keempat, tilsafat sebagai kelompok persoalan yang terus menerus ada (perennial problems), misalnya persoalan tentang kebenaran. Kelima, filsafat sebagai kelompok teori atau sistem pemikiran, misalnya Sokrates mempersoalkan tentang keadilan, Thales tentang anal alam semesta berasal dari air., Keenam, tilsafat sebagai Universitas Gadjah Mada 1 analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah misalnya yang menjefaskan arti istilah untuk menghindari kekaburan dalam ilmu. Misalnya ilmu kimia konsep dasarnya adafah zat, geometri, konsep dasarnya ruang, mekanika, konsep dasarnya gerak. Ketujuh, filsafat sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh dan mendasar dengan menggabungkan hasil-hasil pengalaman manusia dalam bidang agama, etika dan ilmu pengetahuan sehingga memperofeh kesimpulan umum tentang sifat dasar alam semesta, kedudukan manusia di dalamnya. filsafat dalam arti kepustakaan adalah penelaahan teoritik tentang suatu persoalan yang yang ditelaah oleh ilmu khusus, yang kemudian juga dimasukkan ke dalam tilsafat dan dibawah kewenangan pan filsuf. Karenanya disamping filsafat berarti cinta kearifan, tilsafat juga memusatkan perhatiannya path usaha pencapaian pengetahuan. Timbulnya pemikiran filsafat. Sejak manusia merasa kagum dan heran, thaumasia, tentang hal-hal yang dijumpainya pada waktu itu, muncullah pemikiran filsafat. Manusia heran terhadap lingkungannya bahkan heran dan kagum terhadap dirinya sendiri. Rasa heran dan kagum ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan menimbulkan aporia yaitu suatu kesulitan karena adanya masalah atau problim, atau tanpa jalan keluar. Pada tahap awal kekaguman itu ditujukan Dada gejala alam seperti yang ditunjukkan oleh Thales (abad 6 SM) yang mengajukan pertanyaan apakah yang membentuk alam semesta itu, yait'i air. Kemudian Anaximander menjawabnya dengan dimulai dari sesuatu yang tanpa batas (apeiron), yang selanjutnya Anaximenes mengatakannya dengan asalnya dari udara. Tetapi semuanya hanya sekedar untuk mendapat jawaban raja tanpa mempraktekannya Keheranan juga ditujukan pada dirinya sendiri. Manusia itu siapa. Dalam hal ini Socrates telah memindahkan pemikiran kefilsafatan dari 'langit ke bumi', artinya yang menjadi sasaran yang diselidiki bukan lagi alam melainkan manusia. esangsian, keraguan dan sikap skeptis yang muncul dari pemikiran manusia merupakan awal pemikiran filsafat yang oleh Agustinus dan Rene Descartes dikemukakan terhadap mitos-mitos dan dongeng pada waktu itu. Seperti yang disangkal oleh Xenophanes terhadap pelangi sebagai tangga bidadari, oleh Anaxagoras dikatakan bahwa pelangi adalah pemantulan sinar matahari pada awan. Berfikir secara kefilsalatan Titik tolak berfilsafat merupakan hal yang unik, yaitu herada dalam ;Liam lingkaran yang memang tidak ada Ujung pangkalnya. Lingkaran yang mengandung titik-titik itu salah satu titiknya dapat dipakai sebagai titik awal berfilsafat. Tidak saw titik awalpun yang akan mempunyai jawaban yang memuaskan, karena setiap titik akan tergantung pada titik yang lain. Demikian juga dengan filsafat; tiap-tiap persoalan filsafat tergantung pada persoalan tilsafat yang lain. Jawaban atas persoalan ini adalah dengan akal dan berfikir. Jadi Universitas Gadjah Mada 2 berfilsafat adalah berfikir. Tetapi tidak semua yang berfikir itu berfilsafat. Kata adalah itu menunjukkan bahwa berfilsafat tidak identik dengan berfikir, melainkan berfilsafat termasuk dalam berfikir. Ofeh karena ada cara bertikir filsafati dan bukan tilsafati, maka berfikir secara kefilsafatan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut a. Radikal (Yunani:radix=akar) yaitu berfikir sampai hakikat, esensi, dengan menggunakan semua indera, empiris. Manusia berusaha untuk mempergunakan akal sehatnya menangkap pengetahuan hakikat yaitu pengetahuan yang mendasari sepia pengetahuan inderawi. Oleh Aristoteles disebutnya sebagai mencari pengetahuan yang sejati, yaitu pengetahuan mencari apa yang semestinya, tetap dan kekal, dan sebaliknya apa yang tidak mesti, tidak tetap dan tidak kekal. Kejadian yang ditemukan sehari-hari adalah kejadian empiris, bersifat kebetulan, beigerak dan berth; tetapi dibalik itu ada kejadian yang tidak empiris, tidak berubah. b. Universal artinva bertikir untuk mencari kesimpulan yang umum. c. Konseptual sebagai hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman proses-proses individual, melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari d. Koheren artinya sesuai dengan kaidah berfikir logis dan konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi e. Sistematik (bersistem) artinya kebutuhan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan f. Komprehensif yang dimaksud adalah cakupan yang menyeluruh artinya bertilsafat adalah memikirkan semua yang ada di dalam sistem g. Bebas artinya berfikir bebas dari prasangka sosial, kultural, historis, agama sehingga tilsuf berfikir menurut kaidah tikiran dan akal sehat tanpa dipengaruhi oleh hal-hal diatas. h. Bertanggung jawab artinya bahwa berfikir bertilsafat adalah berfikir dengan akal sehat sambil bertanggung jawab terhadap hati nurani dan masyarakat. Hasil pemikirannya itu setelah dirumuskan dapat dikomuniksikan kepada orang lain atau dengan kata lain orang lain dapat tenggelam mengikuti alam pikirannya. 2. Obyek Filsafat Sesuai dengan sifatnya yang spekulatif, filsafat mencoba untuk menelaah semua masalah yang :nungkin dapat dipikirkan manusia, Sebagai pioner, maka yang pertama kali dipikirkan adalah siapa dirinya sendiri itu, atau siapa sebenarnya manusia itu, baru kemudian memikirkan yang lainnya. Untuk bertikir diperlukan ilmu. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan, bukan sebaliknya. Kumpulan pengetahuan untuk disebut ilmu hams mempunyai syarat yaitu harus mempunyai obyek material dan obyek formal. Universitas Gadjah Mada 3 Obyek material adalah suatu hal yang dijadikan sasaran pernikiran (gegenstand), dapat mencakup apa raja yang bersifat konkrit misalnya manusia, tumbuhan, atau yang bersifat abstrak misalnya ide-ide. Obyek formal adalah suatu cara memandang atau Cara meninjau yang dilakukan orang terhadap obyek material serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Contoh manusia, dapat ditinjau dari berbagai bidang yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan ilmu-ilmu yang juga berbeda-beda, misatnya psikologi, antropologi, dll. Ilmu sosial juga mempunyai asumsi yang berbeda terhadap manusia., contoh ilmu ekonorni dan manajemen. Ilmu ekonomi mempunyai asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang bertujuan mencari kenikmatan sebesar-besarnya dan menjauhi ketidaknyamanan sejauh mungkin, menjadikannya sebagai makhluk serakah. Ilmu manajemen mempunyai asumsi lain terhadap manusia yaitu menelaah hubunggan manusia dengan antar sesama untuk mencapai tujuan. Obyek material kadang dirancukan dengan pokok persoalan (subjct matter). Hal ini perlu dibedakan karena subject matter mempunyai dua arti yaitu a) pokok persoalan dimaksudkan sebagai bidang khusus, misalnya atom masuk telaah bidang fisika, penelitian bawah radar termasuk psikologi. b) pokok persoalan dimaksudkan sebagai kumpulan pertanyaan pokok yang sating berhubungan, misalnya anatomi dan tisiologi yang persoalan pokoknya adalah tubuh. Anatomi membicarakan strukturnya, fisiologi membicrakan fungsinya. Berkenaan dengan obyek material dan obyek formal itu maka ada beda antara ilmu filsafat dan ilmu lain yang bukan filsafat. Contoh obyek material tentang pohon kelapa. Ilmuilmu bukan tilsafat akan memandang sebagai obyek material semata, sementara tilsafat akan melihatnya sebagai cakupan yang lebih dari itu. Contoh obyek material pohon mangga. Seorang ekonom akan melihatnya dari aspek ekonomi (obyek formal). Berapa harga perkilo, bagaimana pemasarannya, tetapi tidak pernah berfikir unsur-unsur apa yang menyusun pohon mangga tersebut. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa Para ilmuwan hanya mengarahkan perhatiannya pada salah satu aspek dari obyek materialnya saja, karena sesuai dengan disiplin ilmu yang ada, tanpa memperhatikan pada disiplin ilmu lain. Makin mendalam bidang ini menekuni salah satu aspek obyek materialnya, semakin meninggalkan sapaan terhadap ilmu-ilmu lainnya. Padahat semakin dalam menekuni ilmu khusus tadi, semakin mudah muncul aporia baru, yang tidak dapat diselesaikan oleh bidang ilmu itu. Oleh karena itu cakupan dan lingkup pembahasannya juga sebatas wewenang yang ada pada disiplin ilmu itu. Akibatnya lalu timbui persoalan-persoalan baru yang sifatnya umum mengenai batas ilmu, posisi ilmu, metode yang dipakai sampai kapan berlakunya. Universitas Gadjah Mada 4 Persoalan kasualitas yang berlaku dalam ilmu kealaman juga berlaku bagi ilmu-ilmu sosial. Contoh (yang berlaku umum) : semua bendy cair kalau dipanaskan akan menguap. Persoalan yang timbul dalam ilustrasi diatas menunjukkan bahwa akan selalu muncul pada disiplin ilmu-ilmu khusus yang tidak dapat dijawab oleh disiplin itu. Dalam hal ini tilsafat akan mengatasinya baik dalam metode dan ruang lingkupnya dan aktivitas itu disebut dengan penyetesaian multidisipliner. Persoalan Filsafat Pada awalnya kekaguman atau keheranan manusia akan lingkungan itu menunjukkan ketidak tahuannya atau manusia menghadapi persoalan. Dari mana jawaban ini akan diperoleh. Jawaban itu diperoleh dengan melakukan refleksi yaitu berfikir tentang fikirannya sendiri. Namun demikian tidak semua kegiatan bertikir itu bertilsafat. Persoalan filsafat tidak sama dengan persoalan non filsafat. Perbedaan itu terletak pada obyek material dan ruang lingkupnya. Persoalan filsafat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Bersifat umum, tidak hanya pada satu obyek khusus tetapi pada merupakan ide besar b. Bersifat spekulatif, melampaui batas-batas pengetahuan ilmiah (pengetahuan yang mcnyangkut fakta) misalnya tentang banjir; para iimuwan akan dengan mudah menjelaskan balk secara fisika maupun ekosistem tentang banjir, sebatas pada lingkup bidang ilmu itu. Ilmuwan tidak mempersoalkan maksud, tujuan, kekuatan dari banjir, tetapi filsafat secara spekultif akan mencoba untuk menjelaskannya. Jauh-jauh hari Demokritus telah menjelaskan tentang atom dan Empedokles tentang evolusi. c. Terkait dengan nilai (values): suatu kualitas abstrak tentang moral, agama, estet.is, social yang menimbulkan rasa senang, puas. Para ilmuwan akan dengan mudah menjelaskan kemanfaatan cianida dan pinisilin, tetapi akan menemui kesulitan dibandingkan dengan persoalan euthanasia . d. Bersifat kritis: meskipun ilmuwan langsung menerima konsep tetapi filsafat masih mempertanyakan dengan mendasarkan pada analisis kritis terhadap asumsi-asumsi. e. Bersifat synoptik, berarti peninjauan menyeluruh, generalisasi, mensintesis, mengintegrasikan dan menyusun kenyataan sebagai keseluruhan f. Bersifat implikatif, artinya penyelesaian oleh filsafat akan menimbulkan persoalan Baru yang menyentuh kepentingan hidup sebagai kelanjutan (implikasi) yang sebelumnya telah ditanyakan oleh para filsuf demi kesejahteraan umat manusia, yaitu apakah manusia itu? Universitas Gadjah Mada 5 3. Cabang-cabang Filsafat Setiap cabang filsafat mempunyai persoalannya sendiri-sendiri, sehingga jenis persoalan filsafat jugs sesuai dengan cabang-cabang filsafat. Persoalan itu dapat dikelompokkan dalam 3 jenis persoalan pokok yaitu: a). persoalan tentang keberadaan (being) yang terkait dengan cabang filsafat metafisika. b) persoalan tentang kebenaran (truth) yang terkait dengan cabang filsafat logika dan persoalan tentang pengetahuan (knowledge) yang terkait dengan cabang filsafat epistemologi, dan persoalan tentang nilai (values) yang merupakan nilai kebaikan yang terkait dengan cabang filsafat etika dan nilai keindahan yang terkait dengan cabang filsafat estetika a. Metafisika (Yunani: meta to physika) : Aristoteles memakai istilah proto philosophia (filsafat pertama) yang memuat uraian tentang sesuatu yang ada dibalik atau dibelakang benda fisik, yaitu membicarakan sesuatu tentang gejala fisik benda : bergerak, berubah, hidup. Metafisika dapat didefinisikan sebagai pemikiran tentang sifat terdalam dad keberadaan, walaupun kemudian timbul persoalan ontologi yaitu tentang keberadaan dan dasarnya, persoalan kosmologi tentang keteraturan pergerakan alam dan persoalan tentang anthropologi misalnya tentang apakah manusia itu. b. Epistemologi (episteme±logos) tentang teori pengetahuan, filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Epistemologi mempelajari anal mula atau sumber, struktur, metode dan validitas pengetahuan. Filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam atau kealaman dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Walaupun secara metodologis tidak membedakannya, tetapi karena permasalahan-permasalahan masing-masing yang bersifat khas, maka kemudian perlu dikelompokkan. c. Logika, logos berarti nalar, teori atau ilmu kecakapan atau slat untuk berfikir lurus. Logika mempunyai obyek materialnya adalah pemikiran dan obyek formalnya adalah pikiran lurus.. d. E t I k a: (ethos = watak, mos, mores = kebiasaan) juga disebut sebagai filsafat moral, yang lebih banyak membicarakan tentang kesusilaan. Obyek materialnya tingkah laku, obyek formalnya kebaikan dan keburukan atau perbuatan bermoral atau tidak bermoral. e. Estetika (aisthetika=dapat dicerap indera) atau filsafat keindahan membicarkan tentang keindahan dan kejelekanan sangat terkait dengan etika, keduanya membicarakan tentang nilaini lai. 4. Aliran-aliran Filsafat Telah dikemukakan bahwa cabang-cabang filsafat itu adalah persoalan yang timbul dad penafsiran terhadap alam pada waktu itu. Karena itu aliran yang timbul juga sesuai dengan penafsirannya. Universitas Gadjah Mada 6 A. Aliran tentang persoalan keberadaan yang menimbuikan cabang filsafat metafisika mempunyai 2 pandangan yaitu tafsiran terhadap benda dari segi jumlah (kuantitas) dan penafsiran terhadap benda dari segi sifat (kualitas). 1. Dari segi kuantitas ti mhul aliran a. Monisme: serba tunggal yaitu bahwa hakikat keberadaan berasal dari suatu subs-tansi kenyataan tunggal yang dapat berupa jiwa, materi, luhan atau substansi lain yang tidak diketahui. Tokohnya Thales (625 — 545 SM) substansinya air; Anaximander (610— 547SM) substansinya apeiron; Anaximenes (585-528 SM) substansinya udara; Phythagoras (580-500 SM) substansinya bilangan; Herakleitos ( 535 — 370 SM), substansinya api; Demokritus (460 — 370 SM), substansinya atoom. b. Dualisme: serba dua : tafsiran terhadap alam mengandung dua substansi yang saling berdiri sendiri. Tokoh: Plato (428-348 SM), dunia indera dan dunia intelek (ide); Descartes (1596-1650): substansi pikiran dan keluasan (extension); Leibnitz (1646716), dunia nyata dan dunia maga; Immanuel Kant (1724-1804), dunia penomena (gejala) dan dunia noumena (hakiki). c. Plurarisme: banyak substansi. Tokoh: Lmpedokles (490-430 SM), substansi terdiri dari 4 unsur yaitu api, udara, air dan tanah; Anaxagoras (500-428 SM), hakikat kenyataan terdiri dari unsur yang banyak, dikuasai oleh tenaga (nous) 2. Dari segi kualitas timbul aliran a. Spiritualisme: mengandung beberapa arti 1. Kenyataan terdalam adalah roh (pneuma, nous, logos, reason). Lawan dari spiritualisme adalah materiallisme. 2. Spiritual sebagai suatu ide, sehingga dapat dipandang sebagai idealistik. 3. Spiritual sebagai pengaruh langsung dari roh suci (bidang agama) 4. Spiritual sebagai komunikasi antara roh orang yang telah meninggal dengan orang yang masih hidup melalui perantaraan orang tertentu. tokoh aliran: Plato, ajarannya tentang ide. Ide tidak dapat ditangkap oleh indera tetapi dapat difikirkan; Leibniz, tentang monade yaitu sesuatu yang tidak berbentuk, sifat utamanya adalah gerak. b. Materialisme: pengikut aliran ini menyatakan bahwa sesuatu itu tidak lain adalah hal yang nyata. Dan hal yang nyata itu tidak ada lain kecuali materi. Materi atau substansi adalah sesuatu yang dapat diraba, kelihatan, berbentuk, menempati ruang. Tokoh: Demokritos (460-370 SM), alam tersusun dari atom-atom: Thomas Hobbes (15881679) alam tersusun dari suatu gerak materi, termasuk fikiran, Universitas Gadjah Mada 7 perasaan maka dikatakan bahwa filsafat itu sama dengan mempelajari bendabenda. 3. Dari segi proses, kejadian atau perubahan Aliran-aliran yang muncul adalah: a. Mekanisme (serba mesin) Semua gejala atau peristiwa dapat dijelaskan dengan asas mekanik. Alam juga diibaratkan dengan sebuah mesin yang seluruh fungsinya dijalankan secara otomatis. Tokohnya Leucipus dan Demokritos yang menyatakan bahwa semua bends terdiri dari atom-atom yang sating bergerak dalam suatu ruang. Pandangan ini dianut oleh Galileo Galilei (1564-1641) sebagai filsafat mekanik. Immanuel Kant (1724-1804), dunia penomena (gejala) dan dunia noumena (hakiki). Dikatakan bahwa kejadian yang ada (fenomena) sesuai dengan kaidah sebagai aki-bat alam (causa-lity). Descartes (1596-1650), substansi pikiran dan keluasan (ex-tension), dan semuanya gejala fisik dapat diterangkan dengan kaidah mekanik. Dalam bidang biologi semua organisme itu bergerak karma asas mekanik. Dalam bidang psikologi diterapkan pada psikologi asosiasional dan dalam psikoanalisa diterapkan path sasaran bawah sadar, suatu proses mental. b. Teleologi (serba tujuan) Pada dasarnya kejadian alam bukan karena sebab akibat tetapi karena suatu arch atas kemauan, kekuatan yang mengarah pada suatu tujuan. Plato membedakannya dalam idea dengan materi. I ujuan berlaku di alam idea, sedangkan sebab-akibat berlaku dalam mated. c. Vitalisme kehidupan itu tidak semata-mata proses fisika-kirniawi raja. Hakikat benda hidup tidak sama dengan benda tidak hidup. Benda hidup mempunyai atau merupakan proses yang unik. d. Organisisme: bahwa kehidupan adalah suatu struktur yang dinamis, halal yang memiliki bagian-bagian yang heterogen dengan pengaturan sistem yang teratur. B. Aliran tentang Persoalan Pengetahuan Dalam hal ini ada 2 kelompok yaitu 1) yang.mempersoalkan tentang somber pengetahuan dan 2) mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan. 1) Persoalan tentang somber pengetahuan, monad aliran-aliran: a. Rasionalisme: semua limo pengetahuan bersumber pada akal. Akal diperoleh melalui indera. Metode yang digunakan berdasar deduksi, yaitu cara memperoleh kepastian hal-hal yang bersifat umum untuk mendapat kesimpulan yang bersifat khusus. Ciri-cirinya adalah koheren, sistematis dan logis..Tokohnya Rene Descartes yang menggambarkannya sebagai idea yang dikelompokkan Universitas Gadjah Mada 8 dalam innate ideas, ide bawaan; adventitious ideas, idea dari luar did manusia; dan factitious ideas, idea yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh lain Spinoza , Leibniz. b. Empirisme: semua pengetahuan diperoleh lewat indera. Indera diperoleh dari kesan alam nyata, jadi berupa pengalaman. Ciri-cirinya adalah obyektif dan faktual. Para pendukungnya adalah aliran Positivisme. David Hume pengnut empririsme radikal, yaitu bahwa idea dapat dikembalikan pada rangsang indera. c. Realisme: Aliran yang menyatakan bahwa obyek yang diketahui adalah nyata dalam diri kits. Obyek-obyek itu tidak bergantung pada pikiran. Pikiran,dan dunia nyata saling berinteraksi, tetapi interaksi ini tidak mempengaruhi sifat dasar dunia. d. Kritisisme: aliran yang herdasarkan pada waktu dan ruang sebagai bentuk pengamatan. Akal menerima bahan pengetahuan dari empiris yang masih kacau yang kemudian diolah oleh akal dalam Skala ruang dan waktu. 2) Persoalan tentang hakikat pengetahuan, muncul aliran-aliran: a. ldealisme: menekankan persoalan pengetahuan sebagai hakikat pengetahuan. Pengetahuan adalah proses mental atau proses psikologis yang sifatnya subyektil. Jadi pengetahuan adalah gambaran subyektif dari kenyataan; jadi tidak ada kepastian benar atau tepat. b. Positivisme: gran yang mengetengahkan kepercayaan dogmatis harus diganti dengan pengetahuan faktual. Semua yang berada diluar dunia pengalaman tidak perlu diperhatikan. Jadi mernikirkan yang ada di dunia saja. Hal ini memunculkan pemikiran praginatisme, instrumentalisme, naturalisme dan behaviorisme. Pernyataan yang tidak dapat diverivikasi dianggap tidak bermakna atau bukan ilmu pengetahuan. c. Pragmatisme: aliran yang menitik beratkan pada apa guna ilmu pengetahuan. Ilrnu dipandang sebagai sarana bagi perbuatan. Tokohnya adalah CS Pierce, William James dan John Dewey. Path prinsipnya yang menjadi ukuran ilmu adalah apakah dapat menyelesaikan permasalah yang ada dan dengan demikian pengetahuan ini bersifat dinamis dan mencerminkan hakikat alam. d. Empirisme : hakikat pengetahuan adalah pengalaman. Tokohnya David Hume dan Willian James menyatakan bahwa akhir dari kenyataan adalah pengalaman. Universitas Gadjah Mada 9 C. Aliran tentang Persoalan Niiai-nilai (Etika) Persoalan tentang nilai masuk di dalam filsafat moral, yang membicarakan tentang tingkah laku dan perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar dan bebas. Jadiperbuatan yang dilakukan tidak bebas dan tidak sadar tidak dapat dinilai sebagai bermoral atau tidak bermoral. Aliran yang timbul adalah: . a. Idealisme his, aliran dengan keyakinan mengutamakan tata nilai, moral dan spiritual. Urituk bertindak diperlukan nilai-nilai, asas moral yang disepakati berdasar skaffa. b. Deontologis Etis: yang menjadi dasar moral adalah kewajiban. Dikattkan juga sebagai formalisme atau intuisionisme sebagai lawan dari aliran etis aksiologis (aliran yang mendasarkan pada teori nilai). Aliran deontologis etis ini berpendapat bahwa suatu tindakan dianggap balk tanpa dikaitkan nilai kewajibannya. c. Etika Teleologis: dasarnya adalah kebaikan atau kebenaran suatu tindakan sepenuhnya tergantung pada tujuan atau suatu basil. d. Hedonisme: aliran yang mendasarkan pada kenikmatan (pleasure) ini dianjurkan oleh Cyrenaics 400 SM), bahwa hidup yang balk adalah kalau kenikmatan yang dicapai indera diperoleh sebanyak-banyaknya, yang sangat berlawanan dengan Epikurus (341-270SM) kenikmatan yang akan dikejar hendaknya dicapai melalui pikiran dan intelegensi. e. Utilitarisme: aliran yang mempunyai pandangan tindakan yang balk yang dilakukan hendaknya dapat menimbulkan kebahagiaan bagi manusia. Universitas Gadjah Mada 10