Laporan Kegiatan Kelitbangan TA 2011 - Intranet tekMIRA

advertisement
Puslitbang tekMIRA
Jl. Jend. Sudirman No. 623
Bandung 40211
Telp : 022-6030483
Fax : 022-6003373
E-mail : [email protected]
Laporan Kegiatan Kelitbangan TA 2011
Kelompok Program Penerapan
Teknologi Penambangan Mineral dan Batubara
PENELITIAN EMISI GAS METANA DARI TAMBANG BATUBARA
Ketua Tim : Wulandari Surono, S.Si.
PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA - tekMIRA
2011
KATA PENGANTAR
Perubahan iklim dunia merupakan suatu permasalahan serius yang sedang kita hadapi.
Perubahan iklim merupakan salah satu dampak dari pemanasan global. Peningkatan konsentrasi
gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi diyakini menjadi penyebab timbulnya pemanasan
global. Berbagai aktivitas manusia telah menyebabkan GRK yang teremisikan ke atmosfer
meningkat, akibatnya terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer yang menyebabkan radiasi
matahari yang terperangkap semakin meningkat sehingga menaikkan suhu rata-rata permukaan
bumi.
Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Protokol Kyoto, meskipun tidak
diwajibkan melakukan penurunan emisi seperti halnya negara-negara yang tercantum dalam
Annex I, namun tetap mempunyai peran dan harus berpartisipasi dalam upaya pengurangan
emisi GRK, antara lain dengan cara mengembangkan program yang menekan perubahan iklim;
melakukan kebersamaan pemakaian (share) teknologi dan bekerjasama untuk mereduksi emisi
GRK serta mengembangkan inventori data emisi GRK.
Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral diharapkan berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah GRK yang dihasilkan
khususnya dari sektor energi sebagai langkah awal dalam upaya penurunan emisi GRK serta
penanggulangannya.
Bandung, Nopember 2011
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara
Ir. Hadi Nursarya, M.Sc.
NIP. 19540306 197803 1 001
SARI
Kegiatan penambangan batubara, baik tambang terbuka maupun tambang bawah
tanah dinyatakan sebagai sumber penyumbang GRK. GRK yang dominan diemisikan dari
tambang batubara adalah gas metana. Metana merupakan GRK yang kelimpahannya di
atmosfer terbesar kedua setelah karbondioksida namun memiliki efektivitas dalam menyerap
panas atau Global Warming Potensial (GWP) antara 21-25 kali lebih tinggi dari karbon dioksida.
Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi maka Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral diharapkan berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah gas rumah
kaca yang dihasilkan khususnya dari sektor energi serta ikut berupaya dalam
penanggulangannya.
Berdasarkan IPCC Guidelines, emisi gas metana dari tambang batubara secara umum
dideskripsikan sebagai semua metana yang dilepaskan sebelum, selama dan setelah
penambangan, pada tambang batubara terbuka maupun tambang batubara bawah tanah.
Emisi gas rumah kaca dari tambang batubara difokuskan pada metana, karena gas ini
merupakan emisi yang terlepas (fugitive) paling penting dari tambang batubara, dari kegiatan
tambang batubara terbuka dengan pertimbangan metoda penambangan secara terbuka lebih
dominan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan data overburden dari
masing-masing tambang batubara, faktor emisi pada tambang PT Andalas Bara Sejahtera,
tambang PT Golden Great Borneo dan tambang PT Muara Alam Sejahtera adalah sebesar 0,3
m3/ton (faktor emisi rendah), sedangkan untuk Tambang Air Laya PT Bukit Asam faktor emisi
yang digunakan adalah faktor emisi rata-rata yaitu sebesar 1,2 m3/ton.
Kata kunci: metana, fugitive, tambang batubara terbuka
Kata kunci : Metana, Emisi Fugitive, Tambang Batubara Terbuka
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ........................................................................................
i
Sari ......................................................................................................
ii
Daftar Isi ................................................................................................
iv
Daftar Tabel ...........................................................................................
vi
Daftar Gambar .......................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................
1-1
1.2. Ruang Lingkup ...............................................................................
1-2
1.3. Tujuan...........................................................................................
1-3
1.4. Sasaran .........................................................................................
1-3
1.5. Lokasi Kegiatan ..............................................................................
1-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA/STUDI LITERATUR
2.1. Metana sebagai Gas Rumah Kaca .....................................................
2-1
2.2. Metana dalam Batubara ..................................................................
2-3
2.3. Emisi Gas Metana ..........................................................................
2-4
BAB III PROGRAM KEGIATAN .....................................................................
3-1
BAB IV METODOLOGI ........................................................................ .......... 4-1
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Profil Lokasi Penelitian ....................................................................
5-1
5.1.1. PT.Tambang Batubara Bukit Asam ..........................................
5-1
5.1.2. PT. Andalas Bara Sejahtera .....................................................
5-2
5.1.3. PT Golden Great Borneo ......................................................
5-2
5.1.4. PT Muara Alam Sejahtera ......................................................
5-3
5.2. Perhitungan Emisi Metana dari Tambang Batubara .............................
5-3
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ......................................................................................
6-1
6.2. Saran ...............................................................................................
6-1
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1. Komponen GRK dan potensinya terhadap pemanasan global .....
2-2
5.1. Faktor Emisi Metana untuk Tambang yang Diteliti .......................
5-3
5.2. Perkiraan Emisi Metana Menggunakan Faktor Emisi ....................
5-4
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1.
Peta Lokasi Area Tambang Batubara PT. Bukit Asam .................. ...........
1-4
1.2.
Peta Kabupaten Lahat ..........................................................................
1-4
2.1.
Kontribusi Emisi GRK Antropogenik Terhadap Radiasi Global .......
2.2.
Estimasi Global Emisi Metana Antropogenik Berdasarkan Sumber
2-3
Emisi ........................................................................................
2-3
Bagan pemilihan metode perhitungan emisi gas metana ..............
4-2
5.1. Peta lokasi Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam .................
5-1
4.1.
KATA PENGANTAR
Perubahan iklim dunia merupakan suatu permasalahan serius yang sedang kita hadapi.
Perubahan iklim merupakan salah satu dampak dari pemanasan global. Peningkatan konsentrasi
gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi diyakini menjadi penyebab timbulnya pemanasan
global. Berbagai aktivitas manusia telah menyebabkan GRK yang teremisikan ke atmosfer
meningkat, akibatnya terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer yang menyebabkan radiasi
matahari yang terperangkap semakin meningkat sehingga menaikkan suhu rata-rata permukaan
bumi.
Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Protokol Kyoto, meskipun tidak
diwajibkan melakukan penurunan emisi seperti halnya negara-negara yang tercantum dalam
Annex I, namun tetap mempunyai peran dan harus berpartisipasi dalam upaya pengurangan
emisi GRK, antara lain dengan cara mengembangkan program yang menekan perubahan iklim;
melakukan kebersamaan pemakaian (share) teknologi dan bekerjasama untuk mereduksi emisi
GRK serta mengembangkan inventori data emisi GRK.
Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral diharapkan berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah GRK yang dihasilkan
khususnya dari sektor energi sebagai langkah awal dalam upaya penurunan emisi GRK serta
penanggulangannya.
Bandung, Nopember 2011
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara
Ir. Hadi Nursarya, M.Sc.
NIP. 19540306 197803 1 001
SARI
Kegiatan penambangan batubara, baik tambang terbuka maupun tambang bawah
tanah dinyatakan sebagai sumber penyumbang GRK. GRK yang dominan diemisikan dari
tambang batubara adalah gas metana. Metana merupakan GRK yang kelimpahannya di
atmosfer terbesar kedua setelah karbondioksida namun memiliki efektivitas dalam menyerap
panas atau Global Warming Potensial (GWP) antara 21-25 kali lebih tinggi dari karbon dioksida.
Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi maka Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral diharapkan berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah gas rumah
kaca yang dihasilkan khususnya dari sektor energi serta ikut berupaya dalam
penanggulangannya.
Berdasarkan IPCC Guidelines, emisi gas metana dari tambang batubara secara umum
dideskripsikan sebagai semua metana yang dilepaskan sebelum, selama dan setelah
penambangan, pada tambang batubara terbuka maupun tambang batubara bawah tanah.
Emisi gas rumah kaca dari tambang batubara difokuskan pada metana, karena gas ini
merupakan emisi yang terlepas (fugitive) paling penting dari tambang batubara, dari kegiatan
tambang batubara terbuka dengan pertimbangan metoda penambangan secara terbuka lebih
dominan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan data overburden dari
masing-masing tambang batubara, faktor emisi pada tambang PT Andalas Bara Sejahtera,
tambang PT Golden Great Borneo dan tambang PT Muara Alam Sejahtera adalah sebesar 0,3
m3/ton (faktor emisi rendah), sedangkan untuk Tambang Air Laya PT Bukit Asam faktor emisi
yang digunakan adalah faktor emisi rata-rata yaitu sebesar 1,2 m3/ton.
Kata kunci: metana, fugitive, tambang batubara terbuka
Kata kunci : Metana, Emisi Fugitive, Tambang Batubara Terbuka
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ........................................................................................
i
Sari ......................................................................................................
ii
Daftar Isi ................................................................................................
iv
Daftar Tabel ...........................................................................................
vi
Daftar Gambar .......................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................
1-1
1.2. Ruang Lingkup ...............................................................................
1-2
1.3. Tujuan...........................................................................................
1-3
1.4. Sasaran .........................................................................................
1-3
1.5. Lokasi Kegiatan ..............................................................................
1-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA/STUDI LITERATUR
2.1. Metana sebagai Gas Rumah Kaca .....................................................
2-1
2.2. Metana dalam Batubara ..................................................................
2-3
2.3. Emisi Gas Metana ..........................................................................
2-4
BAB III PROGRAM KEGIATAN .....................................................................
3-1
BAB IV METODOLOGI ........................................................................ .......... 4-1
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Profil Lokasi Penelitian ....................................................................
5-1
5.1.1. PT.Tambang Batubara Bukit Asam ..........................................
5-1
5.1.2. PT. Andalas Bara Sejahtera .....................................................
5-2
5.1.3. PT Golden Great Borneo ......................................................
5-2
5.1.4. PT Muara Alam Sejahtera ......................................................
5-3
5.2. Perhitungan Emisi Metana dari Tambang Batubara .............................
5-3
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ......................................................................................
6-1
6.2. Saran ...............................................................................................
6-1
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1. Komponen GRK dan potensinya terhadap pemanasan global .....
2-2
5.1. Faktor Emisi Metana untuk Tambang yang Diteliti .......................
5-3
5.2. Perkiraan Emisi Metana Menggunakan Faktor Emisi ....................
5-4
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1.
Peta Lokasi Area Tambang Batubara PT. Bukit Asam .................. ...........
1-4
1.2.
Peta Kabupaten Lahat ..........................................................................
1-4
2.1.
Kontribusi Emisi GRK Antropogenik Terhadap Radiasi Global .......
2.2.
Estimasi Global Emisi Metana Antropogenik Berdasarkan Sumber
2-3
Emisi ........................................................................................
2-3
Bagan pemilihan metode perhitungan emisi gas metana ..............
4-2
5.1. Peta lokasi Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam .................
5-1
4.1.
PENELITIAN EMISI GAS METANA DARI KEGIATAN TAMBANG BATUBARA
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah lingkungan hidup utama yang dialami oleh dunia saat ini adalah risiko terjadinya pemanasan global
dan perubahan iklim. Beberapa penelitian di dunia mengenai perubahan iklim menunjukkan bahwa aktivitas
manusia selama setengah abad terakhir memberikan kontribusi terhadap kenaikan temperatur di muka bumi.
Berbagai aktivitas manusia telah menyebabkan gas rumah kaca (GRK) yang teremisikan ke atmosfer
meningkat, akibatnya terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer yang menyebabkan radiasi matahari yang
terperangkap semakin meningkat sehingga menaikkan suhu rata-rata permukaan bumi.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa secara umum sumber emisi GRK
berasal dari sektor energi, transportasi, industri, kehutanan dan pertanian. Dari sektor energi, kebutuhan
energi global diperkirakan akan meningkat sebesar hampir 60% dalam 30 tahun mendatang. Sebagai salah
satu sumber energi, batubara memainkan peran penting dalam pemenuhan kebutuhan energi masa depan.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor, Indonesia memiliki beberapa tambang batubara yang
tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan, baik yang dioperasikan oleh Perusahaan Milik Negara maupun
swasta. Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Australia dalam urutan negara
pengekspor batubara. Peningkatan konsumsi energi tersebut berbanding lurus dengan peningkatan jumlah
GRK yang dihasilkan.
Indonesia sebagai anggota PBB telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang
Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim) dan juga mengesahkan Protokol Kyoto dengan dikeluarkannya UU
No. 6 Nomor 17 tahun 2004. Meskipun Indonesia tidak diwajibkan melakukan penurunan emisi seperti
halnya negara-negara yang tercantum dalam Annex I, namun tetap mempunyai peran dan harus
berpartisipasi dalam upaya pengurangan emisi GRK, antara lain dengan cara mengembangkan program yang
menekan perubahan iklim; melakukan kebersamaan pemakaian (share) teknologi dan bekerjasama untuk
mereduksi emisi GRK serta mengembangkan inventori data emisi GRK.
Kegiatan penambangan batubara, baik tambang terbuka maupun tambang dalam, merupakan salah satu
sumber penyumbang GRK. IPCC Guidelines (2006) menyatakan bahwa total emisi gas metana dari sektor
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
1-1
penambangan batubara meliputi emisi yang dilepaskan selama proses penambangan pada tambang batubara
terbuka (surface mining) dan emisi gas metana yang tambang batubara bawah tanah (underground mining).
Sebagian besar metode penambangan batubara yang dilakukan di Indonesia adalah penambangan batubara
terbuka (surface mining) yang tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan. GRK yang dominan diemisikan
dari tambang batubara adalah gas metana, sehingga penelitian ini menitikberatkan pada gas metana. Global
Methane Emissions and Mitigation Opportunities menyebutkan metana merupakan GRK yang kelimpahannya
di atmosfer terbesar kedua setelah karbondioksida namun memiliki efektivitas dalam menyerap panas atau
Global Warming Potensial (GWP) antara 21-25 kali lebih tinggi dari karbon dioksida.
Sebagai institusi yang bergerak di bidang energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diharapkan
berkontribusi dalam menginventarisasi jumlah GRK yang dihasilkan khususnya dari sektor energi serta ikut
berupaya dalam penanggulangannya. Penelitian mengenai jumlah emisi gas metana di tambang batubara
terbuka telah dilakukan pada tahun 2010, mengambil lokasi di
Provinsi Kalimantan Selatan. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh jumlah emisi gas metana dari tambang
terbuka PT Arutmin sebesar 325,836 ton CO2 ekivalen/tahun dan PT Adaro sebesar 91,425 ton CO2
ekivalen/tahun dengan faktor emisi gas metana : 1,2 m3 metana/ton batubara (Damayanti dkk., 2010).
Sebagai kelanjutan dari penelitian tersebut, pada tahun 2011 ini dilakukan penelitian emisi gas metana dari
kegiatan tambang batubara terbuka di Provinsi Sumatera Selatan.
1.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi:

Studi literatur

Penjajakan penelitian dengan pihak perusahaan tambang batubara

Pengambilan data sekunder yang menunjang kegiatan penelitian

Pengukuran gas metana dan pengambilan percontoh core batubara di tambang batubara terbuka

Analisis dan pengolahan data berdasarkan metode Intergovernmental Panel on Climate Change
Guidelines

Penyusunan laporan
1.3. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data faktor emisi gas metana dari kegiatan tambang batubara
terbuka di Sumatera Selatan.
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
1-2
1.4. Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah untuk menentukan jumlah emisi gas metana yang dihasilkan dari
kegiatan penambangan batubara terbuka.
1.5. Lokasi Kegiatan
Kegiatan penelitian dilakukan di beberapa lokasi penambangan batubara, yaitu di Perusahaan Tambang Bukit
Asam (PTBA) Tanjung Enim dan beberapa perusahaan tambang di Kabupaten Lahat yaitu PT Andalas Bara
Sejahtera, PT Golden Great Borneo dan PT Muara Alam Sejahtera. Peta lokasi kegiatan ditampilkan pada
Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
1-3
Gambar 1.1
Peta lokasi area tambang batubara PT. Bukit Asam
Gambar 1.2
Peta Kabupaten Lahat
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
1-4
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metana sebagai Gas Rumah Kaca
Perubahan iklim dunia merupakan suatu permasalahan serius yang sedang kita hadapi. Sebagian besar
pakar lingkungan sepakat bahwa terjadinya perubahan iklim merupakan salah satu dampak dari
pemanasan global. Meskipun masih belum sepenuhnya diketahui dengan pasti, peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi diyakini menjadi penyebab timbulnya pemanasan
global.
Pemanasan global dapat terjadi karena adanya efek rumah kaca. GRK yang berada di atmosfer bumi
dapat disamakan dengan tabir kaca pada pertanian yang menggunakan rumah kaca. Panas matahari
yang berupa radiasi gelombang pendek masuk ke bumi dengan menembus tabir GRK tersebut.
Sebagian panas diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke luar angkasa sebagai radiasi
gelombang panjang. Namun, panas yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa menyentuh
permukaan tabir dan terperangkap di dalam bumi. Sebagian panas akan ditahan di permukaan bumi
dan menghangatkan bumi. Permasalahan muncul ketika konsentrasi GRK di atmosfer bertambah.
Dengan meningkatnya konsentrasi GRK, maka akan semakin banyak panas yang ditahan di permukaan
bumi dan akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Kondisi ini sering disebut
sebagai pemanasan global (Sugiyono, 2006).
Kontribusi GRK terhadap pemanasan global bergantung pada jenis gasnya. Menurut Konvensi PBB
mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Concention on Climate Change), terdapat enam
jenis gas yang digolongkan sebagai GRK yaitu karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro-oksida
(N2O), perfluorokarbon (PFC), hidrofluorokarbon (HFC) dan sulfur heksafluorida (SF6) (Samiaji,
2009). Setiap gas rumah kaca mempunyai potensi pemanasan global (Global Warming Potential GWP) yang diukur secara relatif berdasarkan emisi CO2 dengan nilai 1 (Tabel 2.1). Semakin besar
nilai GWP nya menunjukkan gas tersebut mempunyai efektivitas penyerapan panas lebih tinggi
dibandingkan dengan karbondioksida.
Tabel 2.1
Komponen GRK dan potensinya terhadap pemanasan global
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
2-1
Komponen GRK
Potensi Pemanasan Global (GWP)
Karbondioksida (CO2)
1
Metana (CH4)
21-25
Nitrous oksida (NO2)
296
Hidrofluorokarbon (HCF)
120-12.000
Perfluorokarbon (PFC)
5700-11.900
Sulfur heksafluorida
22.200
Sumber : IPCC 2001
Gas metana di atmosfer berasal dari sumber biogenik dan non biogenik. Sebanyak 70% dari total
emisi gas metana dunia berasal dari sumber biogenik antara lain: lahan basah (wetlands), area
pertanian, peternakan, landfills, hutan dan laut. Sementara sumber emisi metana non biogenik
diantaranya adalah penambangan dan pemanfaatan bahan bakar fosil, pembakaran biomasa,
pengolahan sampah dan sumber-sumber geologi. Sumber emisi gas metana dapat juga dibagi menjadi
sumber antropogenik (berasal dari aktivitas manusia) dan alami. Pertanian, peternakan, landfills,
pembakaran biomassa dan pemanfaatan bahan bakar fosil termasuk dalam sumber antropogenik.
Metana secara alami diemisikan dari lahan basah (wetlands), laut, hutan dan sumber geologi lain
(Denman dkk., 2007; Prather dkk., 2001).
Menurut Global Methane Emissions and Mitigation Opportunities menyebutkan bahwa metana
merupakan GRK dengan kelimpahan terbesar kedua di atmosfer setelah karbondioksida. Gambar 2.1
menunjukkan kontribusi GRK terhadap radiasi global, dalam hal ini gas karbondioksida merupakan
kontributor terbesar dibandingkan GRK lainnya. Sementara Gambar 2.2 menunjukkan kontribusi
masing-masing sektor terhadap tingkat emisi metana antropogenik.
Sumber : IPCC, 2007
Gambar 2.1
Kontribusi emisi GRK antropogenik terhadap radiasi global
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
2-2
Sumber : U.S. EPA’s Global Anthropogenic Emissions of Non-CO2 Greenhouse Gases: 1990–2020
Gambar 2.2
Estimasi global emisi metana antropogenik berdasarkan sumber emisi
2.2. Metana dalam Batubara
Gas metana dan batubara terbentuk bersamaan selama proses pembentukan batubara (coalification).
Dalam proses ini, biomassa diubah secara biologi, fisika (temperatur dan tekanan) maupun geologi
menjadi batubara (Warmuzinski, 2008). Tingkat pembentukan batubara menghasilkan kelas batubara
yang berbeda. Kandungan metana semakin meningkat sejalan dengan proses koalifikasi. Oleh karena
itu semakin tinggi kelas batubara, semakin tinggi pula kandungan gas metananya (Anonimous, 1999).
Gas metana tersimpan di dalam batubara itu sendiri serta pada lapisan di sekelilingnya. Sejumlah besar
metana dapat disimpan didalam mikrostruktur batubara. Secara umum, besar kandungan metana
dalam batubara ditentukan oleh kedalaman lapisan batubara, kelas batubara (coal rank), dan tekanan.
Semakin dalam lapisan batubara maka tekanannya pun semakin tinggi maka kandungan metana
semakin tinggi pula. Demikian pula dengan kelas batubara berbanding lurus dengan kandungan
metana. Namun pada batubara dengan kelas yang sama akan memiliki kandungan metana yang
berbeda apabila kedalaman lapisannya berbeda.
2.3. Emisi Gas Metana
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
2-3
Pelepasan gas metana terjadi apabila tekanan pada lapisan batubara menurun akibat kegiatan
penambangan atau adanya erosi atau terjadi rekahan. Metana akan berpindah dari tempat dengan
konsentrasi tinggi ke tempat dengan konsentrasi rendah, sampai menemukan jalan keluar seperti
adanya rekahan. Permeabilitas batubara juga menentukan pelepasan metana.
Sejalan dengan
menurunnya tekanan pada saat penambangan, gas metana terlepas dari lapisan batubara yang
ditambang serta dari lapisan sekelilingnya. Semakin banyak lapisan yang terkupas akibat penambangan
menentukan jumlah metana yang dilepaskan. Jumlah metana yang terlepas akibat kegiatan
penambangan dapat melebihi jumlah metana yang terkandung dalam batubara (Kissel et al., 1973).
Perkiraan emisi metana secara global maupun regional dari penambangan batubara bergantung pada
berbagai asumsi antara lain jenis batubara, kedalaman tambang/lapisan, metode penambangan,
kandungan metana pada lapisan batubara dan jumlah metana yang terlepas (Beck dkk., 1993).
Tambang batubara bawah tanah (underground mining) melepaskan gas metana lebih banyak
dibandingkan dari tambang terbuka (surface mining) karena kandungan gas yang lebih tinggi di lapisan
batubara yang lebih dalam. Penambangan batubara dengan metode longwall mining akan melepaskan
gas metana lebih banyak daripada penambangan batubara dengan metode room and pillar mining.
Emisi metana dari tambang batubara terbuka jumlahnya sangat tidak pasti. Meskipun demikian secara
umum emisi metana per ton batubara dari tambang batubara terbuka lebih rendah daripada emisi
metana dari tambang batubara bawah tanah (Irving dkk., 2001).
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
2-4
BAB III.
PROGRAM KEGIATAN
Program kegiatan ini adalah sebagai berikut:

Studi literatur
Berupa pengumpulan referensi yang terkait dengan penelitian serta melakukan diskusi dengan
berbagai instansi dan pihak narasumber.

Penjajakan penelitian dengan pihak perusahaan tambang batubara
Penjajakan dilakukan untuk mendapatkan ijin penelitian serta mendapatkan gambaran awal tentang
profil tambang. Pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan penelitian di lapangan.

Pengambilan data sekunder yang menunjang kegiatan penelitian
Data sekunder yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan penelitian antara lain:
- Profil perusahaan
- Peta bukaan tambang
- Data produksi batubara
- Data luasan tambang
- Data kualitas serta jenis batubara
- Data kedalaman overburden atau kedalaman galian
- Data geoteknik, geokimia dan data logbor batubara
- Data litologi/stratigrafi

Pengukuran gas metana dan pengambilan percontoh core batubara di tambang batubara terbuka
Pengukuran gas metana secara langsung di lapangan menggunakan alat Soil Flux Meter di titik
pengukuran yang telah ditentukan.

Analisis dan pengolahan data berdasarkan metode IPCC
Metodologi analisis dan perhitungan estimasi emisi gas metana berdasarkan IPCC Guideline 2006

Penyusunan laporan
Pembuatan laporan merupakan tahapan akhir dari kegiatan ini, yang berisikan tahapan pelaksanaan
kegiatan serta hasil penelitian yang telah dilakukan.
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
3-1
IV.
METODOLOGI
Dalam inventarisasi gas rumah kaca (GRK), metode yang telah disepakati dan digunakan oleh negaranegara yang meratifikasi United Nations Framework Convention On Climate Change (UNFCCC) adalah
metode IPCC Guidelines 2006. Metode ini memberikan tahapan dan langkah yang diperlukan untuk
pengukuran, pemantauan dan pelaporan perubahan emisi.
Emisi gas metana dari tambang batubara secara umum dideskripsikan sebagai semua metana yang
dilepaskan sebelum, selama dan setelah penambangan. Emisi gas rumah kaca dari tambang batubara
akan difokuskan pada metana, oleh karena gas ini merupakan emisi yang terlepas (fugitive) paling
penting dari tambang batubara.
Komponen penting dalam inventarisasi GRK adalah data kegiatan (activity data) dan faktor emisi atau
serapan (emission factor). Activity data merupakan kuantifikasi perubahan luas areal untuk setiap
kategori emisi atau serapan. Sedangkan faktor emisi/serapan adalah kemampuan untuk mengemisi
atau menyerap GRK dari suatu unit/kategori lahan yang dikonversi (misalnya dalam ton CO2/biomassa
per Ha per tahun). Masing-masing data kegiatan (activity data) dan faktor emisi memiliki tingkat
kerincian (Tier). Terdapat tiga pilihan kerincian, yaitu Tier 1, 2 dan 3. Metodologi perhitungan emisi
gas metana dengan pendekatan Tier 1 digunakan apabila data-data yang dibutuhkan tidak tersedia atau
terbatas dan nilai faktor emisi menggunakan nilai yang sudah ditentukan oleh IPCC. Pendekatan
dengan Tier 2 digunakan apabila data-data atau faktor emisi untuk spesifik negara atau basin yang
mewakili nilai rata-rata batubara yang sedang ditambang tersedia. Pendekatan Tier 3 menggunakan
pengukuran langsung pada masing-masing tambang dan bila diaplikasikan secara benar akan memiliki
tingkat ketidakpastian terendah.
Estimasi Emisi Gas Metana padaTambang Batubara Terbuka
Persamaan umum untuk mengestimasi emisi gas metana pada tambang batubara terbuka adalah
sebagai berikut:
Emisi CH4 = emisi CH4 pada tambang terbuka (Surface mining emissions of CH4) + emisi
CH4 setelah ditambang (Post-mining emission of CH4)
Yang termasuk dalam post-mining emissions adalah emisi CH4 dari batubara yang telah ditambang,
dalam hal ini CH4 diemisikan pada saat pengolahan dan transportasi.
Perhitungan emisi metana dengan pendekatan Tier 3 masih belum layak (feasible) dilakukan. Untuk
negara dengan produksi batubara yang cukup signifikan dan memiliki beberapa tambang batubara,
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
4-1
pemisahan data dan faktor emisi pada masing-masing tambang batubara (coal basin) akan
meningkatkan akurasi estimasi.
Pemilihan metode dilakukan mengikuti bagan alir pada Gambar 3.1. Karena produksi batubara
Indonesia dari tambang terbuka jumlahnya lebih besar dibandingkan dari tambang dalam maka
tambang batubara terbuka dinyatakan sebagai faktor kunci.
Mulai
Apakah data faktor
emisi
negara/spesifik
basin tersedia
Ya
Tier 2
Tidak
Apakah tambang
terbuka menjadi
kategori kunci?
Tidak
Tier 1
Ya
Kumpulkan data untuk
metode Tier 2
Gambar 3. 1
Bagan pemilihan metode perhitungan emisi gas metana
Meskipun pengukuran emisi metana dari tambang terbuka sudah semakin banyak yang bisa dilakukan,
namun pada saat ini belum ada metode pengukuran rutin yang dapat diaplikasikan secara luas. Data
kandungan gas in situ sebelum pengupasan overburden juga merupakan data yang sangat sulit didapat
pada operasi tambang batubara terbuka.
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
4-2
Perhitungan emisi metana dengan pendekatan faktor emisi mengikuti persamaan berikut ini:
Apabila ketersedian data terbatas dan tambang batubara terbuka bukan merupakan faktor kunci maka
digunakan persamaan Tier 1 di bawah ini.
Emisi Metana = Faktor emisi CH4 x Produksi Batubara x faktor konversi
dengan satuan :
Emisi metana (Gg)
Faktor emisi CH4 (m3 /ton)
Produksi batubara (ton/tahun)
Faktor Emisi:
Faktor emisi CH4 rendah = 0.3 m3/ton
Faktor emisi CH4 rata-rata= 1.2 m3/ton
Faktor emisi CH4 tinggi = 2.0 m3/ton
Faktor konversi adalah adalah berat jenis metana dan dikonversi dari volume metana ke berat metana.
Berat jenis dihitung pada suhu 20C dan tekanan 1 atmosfir dan besar nilainya adalah 0,67 x 10-6
Gg/m3
Untuk pendekatan Tier 1, nilai faktor emisinya sudah ditentukan berdasarkan tingkat kedalaman
overburden, faktor emisi rendah digunakan untuk batubara dengan kedalaman overburden kurang
dari 25 meter dan faktor emisi tinggi untuk kedalaman overburden lebih dari 50 meter. Untuk
kedalaman diantaranya (25-50 meter), dapat digunakan faktor emisi dengan nilai rata-rata. Jika data
overburden tidak ada, maka nilai yang digunakan adalah faktor emisi rata-rata yaitu 1,2 m3/ton.
Metode estimasi emisi metana dengan Tier 2 menggunakan persamaan yang sama dengan Tier 1
namun dengan pemisahan pada level coal basin (bukaan tambang batubara). Pada penelitian ini nilai
faktor emisi dicari dengan cara melakukan pengukuran emisi metana secara langsung di lokasi tambang
terbuka. Rata-rata nilai emisi metana tersebut digunakan sebagai nilai faktor emisi untuk menentukan
besar emisi metana di lokasi penelitian. Pengukuran emisi metana dilakukan disetiap lapisan batubara
menggunakan alat soil flux meter dengan pengulangan pengukuran sebanyak lima kali.
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
4-3
Pengukuran emisi metana secara langsung pada tahap post-mining juga tidak layak (feasible) dilakukan
sehingga untuk perhitungannya digunakan pendekatan faktor emisi. Estimasi emisi metana pada tahap
post-mining mengikuti persamaan berikut ini:
Emisi Metana = Faktor emisi CH4 x Produksi Batubara x faktor konversi
Dengan satuan :
Emisi metana (Gg/tahun)
Faktor emisi CH4 (m3 /ton)
Produksi batubara (ton/tahun)
Faktor Emisi:
Faktor emisi CH4 rendah = 0 m3/ton
Faktor emisi CH4 rata-rata= 0.1 m3/ton
Faktor emisi CH4 tinggi = 0.2 m3/ton
Faktor konversi adalah berat jenis metana dan dikonversi dari volume metana ke berat metana. Berat
jenis di hitung pada suhu 20C dan tekanan 1 atmosfir dan besar nilainya adalah 0,67 x 10-6 Gg/m3
IPCC merekomendasikan nilai faktor emisi rata-rata untuk digunakan dalam estimasi metana pada
tahap post-mining, kecuali jika tersedia data atau bukti yang mendukung penggunaan nilai faktor emisi
rendah atau tinggi.
Selain perhitungan dengan menggunakan faktor emisi, juga dilakukan pengukuran dengan pengambilan
percontoh core pada daerah/seam yang sedang dilakukan pengeboran oleh perusahaan yang
dikunjungi. Percontoh core batubara ini akan dianalisis untuk mengetahui kandungan metana per
satuan berat core yang didapat.
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
4-4
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Profil Lokasi Penelitian
5.1.1. PT Tambang Batubara Bukit Asam
Pelaksanaan kegiatan lapangan dalam rangka penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara
terbuka ini dilakukan di lokasi tambang batubara Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA).
Secara administratif lokasi PTBA berada di daerah Tanjung Enim, Sumatera Selatan dengan luas
tambang sekitar 66.414 Ha. Penelitian difokuskan di area Tambang Air Laya yang merupakan area
tambang terluas di Tanjung Enim, dengan luas bukaan tambang sebesar ± 850 Ha dan memproduksi
batubara sebanyak 12 juta ton per tahun.
Gambar 5.1
Peta lokasi Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam
Geologi Daerah Penelitian
Daerah penambangan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) termasuk dalam zona fisiografis
cekungan Sumatera Selatan. Cekungan Sumatera Selatan bagian dari Sumatera Timur, yang
dipisahkan dari cekungan Sumatera Tengah oleh tinggian Asahan atau pegunungan Tiga Puluh di barat
laut, membentang ke selatan dengan dibatasi oleh pegunungan Bukit Barisan dan daratan Pra-Tersier
di sebelah timur lautnya. Sedimentasi di cekungan Sumatera Selatan berlangsung terus menerus
selama zaman Tersier dengan penurunan dasar cekungan, sehingga ketebalan ketebalan sediment
mencapai 600 meter. Sedimentasi di cekungan Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan terjadi fase
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
Tahap II
5-1
regresi sebagai pengendapan dalam lingkungan Shallow Inner Neritic yang beralih ke lingkungan rawa
dan kemudian Delta Plain, sedang bagian atas merupakan daerah Swampland dan Marsh. Cekungan
pengendapan tersebut sebagai tempat akumulasi bahan-bahan organic dalam jumlah yang banyak
berubah menjadi batubara yang mencirikan urutan-urutan regresi.
Cekungan Sumatera Selatan dipisahkan dari daerah Sumatera Tengah oleh daerah pengangkatan Bukit
Tigapuluh. Sedang di bagian selatan dipisahkan dari cekungan Sunda oleh daerah tinggian Lampung.
Struktur geologi daerah ini terdiri dari tiga antiklinorium Palembang, antiklinorium Pendopo dan
antiklinorium Muara Enim, masing-masing dari arah timur laut sampai barat daya. Endapan Tersier
pada cekungan Sumatera selatan dari yang tua sampai yang muda dapat dipisahkan menjadi beberapa
formasi, yaitu : Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, Formasi Air
Benakat, Formasi Muara Enim, Formasi Kasai.
5.1.1. PT Andalas Bara Sejahtera
Secara administratif, lokasi penambangan PT Andalas Bara Sejahtera (ABS) berada di Desa Merapi,
Kecamatan Merapi Selatan, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi penambangan PT
ABS terletak ±250 km arah barat daya Palembang dan dapat dijangkau dengan waktu tempuh selama
7 jam dari Palembang.
Izin Usaha yang diperoleh PT ABS antara lain izin Usaha Penambangan (IUP) Eksplorasi No.
503/506/Kep/PERTAMBEN/2008 tentang Pemberian Izin Eksplorasi seluas 150 Ha. Pada area
tambang ini terdapat dua pit yang aktif, pada masing-masing pit terdapat lima lapisan (seam) batubara
yaitu A1, A2, B0, B dan C. Secara umum cadangan batubara yang terdapat di PT ABS ini termasuk
dalam formasi Muara Enim. Kapasitas produksi PT ABS ini sebesar 40-50 ton/ bulan.
5.2.1. PT Golden Great Borneo
Secara administratif, lokasi penambangan PT Golden Great Borneo (GGB) berada di Desa Banjarsari
dan Prabumenang, Kecamatan Merapi Timur, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
Wilayah konsesi PT GGB menempati area seluas 2000 Ha. Pada area tambang PT GGB terdapat tiga
pit namun hanya dua yang aktif beroperasi. Tiap pit terdiri dari dua lapisan (seam) batubara yaitu
lapisan R dan Q, namun hanya lapisan Q saja yang ditambang (produktif) karena lapisan R dinilai tidak
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
Tahap II
5-2
ekonomis untuk ditambang. Secara umum cadangan batubara yang terdapat di PT GGB termasuk
dalam formasi Muara Enim.
5.3.1. PT Muara Alam Sejahtera
Wilayah Kuasa Pertambangan (KP) PT Muara Alam Sejahtera (MAS) secara administratif terletak dalam
Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan dengan area tambang seluas
1.745 Ha. Hingga saat ini luas bukaan tambang baru seluas 102 Ha (termasuk area untuk
infrastruktur).
Pada area tambang PT MAS terdapat dua pit aktif yaitu pit Barat dan pit Timur. Masing-masing pit
terdiri atas empat lapisan (seam) batubara yaitu A1, A2, B1 (merupakan main seam) dan B2. Secara
umum batubara yang terdapat di area penambangan PT MAS termasuk dalam formasi Muara Enim.
Kapasitas produksi batubara yang dihasilkan PT MAS sebesar 1,2 juta ton/ tahun.
5.2.
Perhitungan Emisi Metana dari Tambang Batubara
Perhitungan emisi metana secara umum dapat dihitung berdasarkan data kedalaman overburden
(pendekatan Tier 1) pada masing-masing tambang. Perbedaan kedalaman overburden menentukan
faktor emisi yang digunakan pada perhitungan emisi (Tabel 5.1).
Tabel 5.1
Faktor Emisi Metana untuk Tambang yang Diteliti
Nama Perusahaan
Jumlah Produksi
(ton/tahun)
Kedalaman
overburden
rata-rata (m)
Faktor emisi
(m3/ton)
12.000.000
25-50
1,2
PT Andalas Bara
Sejahtera
600
< 25
0,3
PT Golden Great
Borneo
1.451.030
< 25
0,3
PT Muara Alam
Sejahtera
1.200.000
< 25
0,3
PT Bukit Asam
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
Tahap II
5-3
Mengacu pada ketententuan penggunaan faktor emisi pada IPCC 2006, untuk tambang dengan
kedalaman overburden kurang dari 25 meter menggunakan faktor emisi rendah yaitu sebesar 0,3
m3/ton , yaitu tambang PT Andalas Bara Sejahtera, tambang PT Golden Great Borneo dan tambang
PT Muara Alam Sejahtera. Sedangkan untuk Tambang Air Laya PT Bukit Asam yang memiliki
kedalaman overburden antara 25-50 meter, faktor emisi yang digunakan adalah faktor emisi rata-rata
yaitu sebesar 1,2 m3/ton. Selanjutnya untuk perhitungan emisi metana untuk tambang terbuka
digunakan persamaan sebagai berikut :
Emisi Metana (Gg) = Faktor emisi CH4 (m3/ton)* Produksi Batubara(ton/thn)
* faktor konversi Gg/m3
Faktor konversi merupakan berat jenis metana dan dikonversi dari volume metana ke berat metana.
Berat jenis di hitung pada suhu 20C dan tekanan 1 atmosfir dan besar nilainya adalah 0,67 * 10-6
Gg/m3
Hasil perhitungan emisi metana dari setiap tambang yang diteliti berdasarkan persamaan diatas
disajikan pada Tabel 5.2. Hasil emisi metana yang diberikan tersebut selanjutnya dikonversi menjadi
emisi CO2 ekivalen dengan mengalikan dengan potensial metana sebesar 21 kali CO2.
Tabel 5.2
Perkiraan Emisi Metana Menggunakan Faktor Emisi
Nama Perusahaan
PT Bukit Asam
Jumlah Produksi
(ton/tahun)
Faktor emisi
(m3/ton)
Jumlah emisi
metana
Emisi CO2
ekivalen
(Gg)
(Gg)
12.000.000
1,2
9,648
202,61
PT Andalas Bara
Sejahtera
600
0,3
0,0001
0,00
PT Golden Great
Borneo
1.451.030
0,3
0,292
6,12
PT Muara Alam
Sejahtera
1.200.000
0,3
0,2412
5,07
Berdasarkan data diatas secara umum dapat dilihat semakin besar kapasitas produksi kemungkinan
jumlah emisi metana yang teremisikan juga semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya
lapisan batubara yang tersingkap.
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
Tahap II
5-4
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara Terbuka
Tahap II
5-5
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
1.
Berdasarkan data overburden dari masing-masing tambang batubara, faktor emisi pada
tambang PT Andalas Bara Sejahtera, tambang PT Golden Great Borneo dan tambang
PT Muara Alam Sejahtera adalah sebesar 0,3 m3/ton (faktor emisi rendah),
sedangkan untuk Tambang Air Laya PT Bukit Asam faktor emisi yang digunakan
adalah faktor emisi rata-rata yaitu sebesar 1,2 m3/ton.
2.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Tier 1, jumlah emisi metana di Tambang Air
Laya PTBA sebesar 9,648 Gg; di Tambang PT Andalas Bara Sejahtera sebesar
0,0001 Gg; di Tambang Golden Great Borneo sebesar 0,292 Gg; di Tambang
Muara Alam Sejahtera sebesar 0,2412 Gg.
6.2.
Saran
1.
Penelitian sebaiknya dilakukan tidak hanya pada batubara dengan formasi muara enim,
tetapi juga untuk batubara dengan formasi lain sehingga faktor emisi yang didapat
lebih spesifik.
2.
Diperlukan data kandungan metana insitu (dari contoh core batubara) agar perhitungan
faktor emisi lebih akurat.
3.
Perlu dilakukan pengukuran emisi metana dengan waktu yang lebih lama agar dapat
diperoleh data yang lebih akurat.
Draft Laporan Penelitian Emisi Gas Metana dari Tambang Batubara
Terbuka
6-1
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1999. Method For Estimating Methane Emissions From Coal Mining.
Beck, L.L., Piccot, S.D. and. Kirchgessner, D.A. 1993. Industrial sources. In 'Atmospheric Methane:
Sources. Sinks and Role in Global Change.' (Eds. M. Khalil) pp. 399-341. (Springer-Verlag, New
York, NY).
IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, Volume 2.
Irving, W & Tailakov, O. 2001. Ch4 Emissions: Coal Mining and Handling. Good Practice Guidance And
Uncertainty Management In National Greenhouse Gas Inventories.
Samiaji. 2009. Upaya Menanggulangi CO2 di Atmosfer. Pusfatsaklim LAPAN. Berita Dirgantara Vol. 10 N0.
3, 2009.
Sugiyono. 2006. Penanggulangan Pemanasan Global di Sektor Pengguna Energi Jurnal Sains & Teknologi
Modifikasi Cuaca. Vol. 7, No. 2, 2006 : 15-19 Bidang Perencanaan Energi, PTPSE-BPPT.
US-EPA. 2011. Global Anthropogenic Non-CO2 Greenhouse Gas Emissions: 1990 – 2030.
Warmuzinski, K. 2008. Harnessing Methane Emissions From Coal Mining.
Download