1 Manajemen Hama dan Penyakit Manajemen hama dan penyakit

advertisement
Manajemen Hama dan Penyakit
Manajemen
hama
dan
penyakit,
mencakup
kegiatan-kegiatan
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat
menyebabkan penurunan produksi dan mutu, dengan memperhatikan
aspek keamanan produk dan kelestarian lingkungan serta sumber daya
alam. Pengendalian OPT dilakukan dengan prinsip Pengendalian Hama
Penyakit Terpadu (PHT).
Prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
PHT dapat dilakukan dengan cara :
- Fisik, membunuh organisme pengganggu secara manual
- Biologi, memanfaatkan peranan agens hayati seperti predator dan
patogen
- Kultur teknis, dengan penanaman varietas toleran, pengaturan jarak
tanam, pengaturan drainase, pemupukan berimbang, penjarangan
buah, dll.
- Kimiawi, merupakan alternatif terakhir, dengan mempertimbangkan
ambang ekonomi.
Pengendalian dengan Pestisida Hayati
Pengendalian juga dapat menggunakan pertisida hayati yang akrab
lingkungan, disebut demikian karena bahan kimia nabati ini dapat mudah terurai,
dapat dibuat oleh petani karena bahan baku tersedia disekitar lokasi, dan harga
pembuatan yang terjangkau.
Kelemahan pestisida nabati adalah : a). Daya tahan yang singkat (sangat
mudah berubah/terurai), oleh karena itu volume aplikasi harus direncanakan
dengan cermat agar efisien, b). Konsentrasi larutan yang dihasilkan masih tidak
konsisten karena sangat tergantung pada tingkat kesegaran bahan baku. c).
Diperlukan standar pengolahan untuk tiap tanaman dan standar aplikasi
penggunaan bagi pengendalian OPT.
Beberapa pestisida nabati yang dapat mengendalikan hama dan penyakit
pada tanaman pisang adalah sebagai berikut :
1
1.
Mimba (Azadirachta indica)
Tanaman ini telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai
pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini dapat
digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida,
nematisida dan virisida. Senyawa aktif yang dikandung terutama
terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol, salannin, dan
nimbin.
Tanaman ini dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis sp,;
Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal
(Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium
oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera,
pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens, Dasynus sp.; Spodoptera litura,
Locusta migratoria, Lepinotarsa decemlineata, palnoccocus citri,
Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Alternaria tenuis,
Carpophilus hemipterus, kecoa, Crysptolestes pussillus, Corcyra
cephalonnomia, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias
insulana, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Musca domestica,
Nephotettix virescens, Ophiomya reticulipennis, Rhizoctonia solani,
Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Sogatella furcifera, Tribolium sp.;
tungro pada padi, Tylenchus filiformis.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat
dilakukan dengan : a). Biji nimba dikupas / daun dimba ditumbuk lalu
direndam dalam air dengan konsentrasi 20 – 25 gram/l; b). Endapkan
selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap
diaplikasikan; c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan,
untuk pengendalian sedangkan untuk pengendalian nematoda
dilakukan dengan cara menyiram di sekitar tanaman yang terserang.
Kulit biji dan
(dikeringkan).
2.
kulit
batang
dapat
digunakan
sebagai
mulsa
Serei Wangi (Andropogon nardus L).
Tanaman ini dikenal sebagai tanaman obat tradisional dan kosmetik,
di Jawa dikenal sebagai sere wangi dan di Sunda dikenal sebagai
sereh wangi. Tanaman ini dapat digunakan sebagai menggantikan
pestisida kimia yaitu untuk insektisida, bakterisida, dan nematisida.
2
Senyawa aktif dari tanaman ini berbentuk minyak atsiri yang terdiri
dari senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, metil
heptenol dan dipentena.
Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium sp,; Sitophilus sp.;
Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat
dilakukan dengan : a). Daun dan batang ditumbuk lalu direndam
dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l; b). Kemudian endapkan
selama 24 jam kemudian disaring agar didapat larutan yang siap
diaplikasikan; c). Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau
disiramkan; d). Sedangkan untuk pengendalian hama gudang
dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga
didapatkan abu, lalu sebarkan / letakkan didekat sarang atau dijalur
hama tersebut mencari makan.
3.
Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolim VIS)
Tanaman ini lebih dikenal sebagai bunga chrysan, banyak ditanam
dipekarangan (taman) dan juga sebagai obat mata. Tanaman ini
mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan
pestisida kimia. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai insektisida,
fungisida, dan nematisida. Senyawa aktif dari tanaman ini terdapat
pada bunga bersifat racun kontak yang dapat mempengaruhi sistem
syaraf pusat serangga, menghambat perkembangan serangga
dengan penetasan telur.
Aplikasi dari tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan
Aphis fabae, Aphis gossypii, Helopeltis sp,; Cricula trifenestrata,
Plutella xylostella, Hyalopterus pruni, Macrosephum rosea,
Drosophilla spp.; Empoasca fabae, ulat jengkal, Thrips Choristoneuro
pinus, Doleschallia polibete, Agrotis ipsilon, Callosobruchus
chinensis, Carpophilus hemipterus, kecoa Crysptolestes pussillus,
Corcyra cephalonica, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus,
Earias insulana, Epilachna varivestis, Fusarium sp;
Locusta
migratoria, Musca domestica, Nephotettix virescens, Nilaparvata
lugens, Ophiomya reticulipennis, Planococcus citri, Rhizoctonia
solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Spodoptera litura, Tribolium
3
sp, Helycotylenchus
Tylenchus filiformis.
sp.;
Meloidogyne
sp.;
Pratylenchus
sp.;
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat
dilakukan dengan : a). Mahkota bunga dikeringkan lalu ditumbuk; b).
Hasil penumbukan direndam dalam air dengan konsentrasi 20 gram/l
selama 24 jam; c) Hasil endapan kemudian disaring agar didapatkan
larutan yang siap diaplikasikan; d). Aplikasi dilakukan dengan cara
penyemprotan; e). Aplikasi dapat dilakukan dalam bentuk tepung
yang dicampur dengan bahan pembawa seperti kapur dan bedak
atau menggunakan alkohol, aceton atau minyak tanah sebagai
pelarut.
4.
Bakung (Crinum asiaticum L)
Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan obat tardisional
depresan sistem syarat pusat. Tanaman ini dapat digunakan sebagai
pengganti pestisida yang berfungsi sebagai bakterisida, dan virisida.
Senyawa dari tanaman ini mengandung alkaloid yang terdiri dari
likorin, hemantimin, krinin dan krianamin.
Tanaman ini bermanfaat untuk menekan /menghambat pertumbuhan
Fusarium oxyporum.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat
dilakukan dengan : a). Menumbuk daun dan atau umbi lalu direndam
dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam. c).
Larutan hasil perendaman ini disaring agar didapat larutan yang siap
diaplikasikan. d) Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan.
5.
Sirih (Piper betle L)
Tanaman sirih dengan banyak nama daerah merupakan tanaman
yang telah lama dikenal sebagai bahan baku obat tradisional, dapat
digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat
digunakan/bersifat sebagai fungisida dan bakterisida. Senyawa yang
dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana),
enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B,
dan C, serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah
dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur.
4
Tanaman ini walaupun belum secara efektif dapat mengendalikan
Phytophthora sp,; Fusarium oxyporum, Streptococcus viridans dan
Staphylococcus aureus.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat
dilakukan dengan : a). Daun sirih ditumbuk lalu direndam dalam air
dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam, b). Setelah itu
disaring agar didapatkan larutan yang siap diaplikasikan. c). Aplikasi
dilakukan dengan cara penyiraman larutan semprot ke sekitar
tanaman yang sakit atau dengan mengoleskan larutan pada bagian
yang terserang (sakit).
6.
Mindi (Melia azedarach L)
Tanaman mindi dikenal dengan nama mindi kecil, banyak digunakan
dalam industri sebagai bahan baku sabun. Tanaman ini dapat
digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat bersifat sebagai
insektisida, fungisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung
antara lain margosin (sangat beracun bagi manusia), glikosida
flavonoid dan aglikon.
Tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan / menekan OPT
seperti Hidari irava, Spodoptera litura, Spodoptera abyssina, Myzus
persicae, Orsealia oryzae, Alternaria tenuis, Aphis citri, Bagrada
crucifearum, Blatella germanica, Kecoa, Jangkrik, Kutu, Belalang,
Heliothis virescens, H. Zea; Helminthosporium sp.; Holocrichia ovata,
Locusta migratoria, Meloidogyne javanica, Nephotettox virescens,
Nilaparvata lugens, Ostrina furnacalis, Panochychus citri, Sagotella
furcifera, Tribolium castaneum, Tryporyza incertulas, Tylenchus
filiformis.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat
dilakukan dengan : a). Biji mindi dikupas / daun dimba ditumbuk lalu
direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24
jam, b). Larutan yang dihasilkan disaring agar didapatkan larutan
yang siap diaplikasikan. c). Aplikasi dilakukan dengan cara
penyemprotan. Kulit buah dan kulit batang dapat digunakan sebagai
mulsa (dikeringkan).
7.
Cengkeh (Syzygium aromaticum L)
5
Tanaman cengkeh telah lama dikenal masyarakat, baik sebagai
bumbu dapur maupun bahan baku industri (rokok, kosmetik, obat)
dengan nilai komersial yang tinggi. Sejak jaman kolonial tanaman ini
banyak ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama di
Maluku dan Sulawesi. Tanaman ini dapat digunakan sebagai
pestisida nabati karena dapat digunakan sebagai insektisida,
fungisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung
oleh tanaman ini dapat menghambat/menekan pertumbuhan/perkembangan cendawan penyebab penyakit, hama, nematoda dan bakteri.
OPT yang dapat dikendalikan antara lain : Fusarium sp.;
Phytophthora sp.; Rigidoporus sp.; Sclerotium sp.; Dacus sp.;
Stegobium panicum. Pseudomonas solanacearum, Radopholus
similis, Meloidogyne incognita.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat
dilakukan dengan : a). Daun, bunga atau tangkai bunga ditumbuk
hingga menjadi tepung, dapat juga diekstak (laboratorium), b).
Sebarkan tepung/minyak tersebut pada tanaman atau sekitar
perakaran yang terserang dengan dosis 50 gram/pohon, jika
menggunakan serasah daun cengkeh dosis yang digunakan 100
gram/pohon. c). Pada tanaman dengan serangan ringan dapat
dilakukan penyayatan pada akar kemudian diolesi dengan tepung/
minyak cengkeh.
Penyakit dan Hama Tanaman Pisang
Penyakit yang sering menyerang tanaman pisang adalah : Layu Fusarium,
layu bakteri dan kerdil (Bunchy Top).
a. Penyakit Layu Fusarium
Penyakit ini sering disebut penyakit Panama, disebabkan oleh Fusarium
oxysporum. Penularan penyakit ini melalui bibit, tanah air, pupuk kandang
atau alat-alat pertanian.
Gejala awal adalah menguningnya daun tua yang diikuti diskolorisasi
pembuluh pada pelepah daun terluar. Perubahan warna semakin hebat
terjadi pada stadium lanjut dan bila pseudostem terinfeksi dipotong akan
6
terlihat jaringan sakit lebih keras dibanding jaringan sehat. Gejala lain
adalah perubahan bentuk dan ukuran ruas daun yang baru muncul lebih
pendek serta perubahan warna pada bonggol. Penularan terutama terjadi
melalui luka pada akar.
Pencegahan penularan dapat dilakukan dengan :
1. Membongkar dan membakar tanaman yang terserang dan siram tanah
bekas tanaman pisang tersebut dengan fungisida.
2. Lakukan penggenangan dan pergiliran tanaman.
3. Menanam varietas tahan terhadap penyakit layu Fusarium.
4. Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah
dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit layu Fusarium.
5. Gunakan bibit bebas penyakit (hasil kultur jaringan).
6. Alat-alat pertanian yang digunakan selalu disucihamakan dengan
fungisida.
7. Pemanfaatan musuh alami seperti Trichoderma atau Glicocladium.
b. Penyakit Layu Bakteri
Penyakit layu ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas Solaracearum.
Penularan penyakit melalui bibit, tanah, air irigasi, alat-alat pertanian atau
serangga penular (vector).
Gejalanya biasanya tampak setelah timbulnya tandan. Mula-mula daun
muda mengalami perubahan warna dan pada ibu tulang daun terlihat garis
coklat kekuningan kearah tepi daun hingga buah menjelang masak. Daun
kemudian menguning/coklat, dan layu. Gejala spesifik adalah terdapatnya
lendir bakteri yang berbau, berwarna putih abu-abu sampai coklat
kemerahan keluar dari potongan buah atau bonggol, tangkai buah, tangkai
tandan dan batang.
Pengendalian atau pencegahan yang dianjurkan adalah :
1. Melarang perpindahan bibit/tanaman beserta tanahnya dari daerah
endemik.
2. Penanaman bibit pisang sehat/bebas penyakit.
3. Pembungkusan buah beberapa saat setelah jantung keluar.
4. Sterilkan alat-alat yang dipakai dengan menggunakan formalin 30%.
5. Perbaikan drainase kebun.
7
6. Fumigasi tanah bekas tanaman yang terserang dengan Methyl
Bromide (secara injeksi).
7. Pemusnahan tanaman sakit dengan menggunakan 5 – 20 ml larutan
herbisida glyphosate 5% atau 2,4-D 2,25%.
8. Melakukan rotasi tanaman misalnya dengan menggunakan family
graminae seperti sorgum, padi, jagung, rumput gajah dan lain
sebagainya untuk memotong siklus patogen di dalam tanah selama
sekitar satu tahun.
c.
Bercak Daun Sigatoka
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola Mulder.
Gejalanya mula-mula timbul bintik-bintik kuning pada tepi daun, kemudian
bintik melebar menjadi noda kuning tua kemerahan sampai kehitaman,
sehingga seluruh helaian daun menjadi kuning, daun menjadi lebih cepat
kering dan buah matang sebelum waktunya.
Pengendalian penyakit ini dianjurkan dengan pemupukan berimbang,
sesuai anjuran setempat dan sanitasi sumber infeksi dengan memotong
dan membakar daun-daun mati/sakit.
d.
Penyakit Kerdil Pisang / Bunchy Top Virus.
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Penularannya melalui vektor Pentalonia
negronervosa Coq.
Gejalanya adalah daun muda tampak lebih tegak, pendek, lebih sempit
dan tangkainya lebih pendek dari yang normal, daun menguning sepanjang
tepi lalu mengering, daun menjadi rapuh dan mudah patah, tanaman
terlambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung
batang palsunya.
Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang sehat dan sanitasi
kebun dengan membersihkan tanaman inang seperti abaca (Musa textiles),
Heliconia spp dan Canna spp, pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong
kecil-kecil agar tidak ada tunas yang hidup. Cara lain adalah dengan
8
menggunakan insektisida sistemik untuk mengendalikan vektor terutama di
pesemaian.
9
Download