Fulltext PDF

advertisement
Ade Ismayani / 1101201
Program Studi IPA-2013
UPAYA PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU KIMIA
MELALUI PELATIHAN BERBASIS WEB
Ade Ismayani
Program Studi Pendidikan IPA UPI Bandung-2013
e-mail : [email protected]
Abstrak
Guru profesional berperan penting untuk suksesnya reformasi pendidikan,
termasuk pendidikan Kimia. Peningkatan mutu pendidikan merupakan fokus
perubahan dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Upaya
pengembangan kemampuan profesionalitas guru secara terus-menerus dilakukan
setelah calon guru keluar dari lembaga pre-service. Peristiwa pembinaan
kemampuan profesional dalam menunjang tugas sehari-hari disebut in-service
education and training atau diklat (pendidikan dan pelatihan). Upaya diklat
dilanjutkan dengan on-service training, yaitu pembinaan lanjutan terhadap guru di
tempat bertugas dalam menerapkan inovasi yang dibahas dalam diklat. Upaya
pengembangan profesionalitas guru melalui pelatihan berbasis web akan menjadi
solusi bagi guru dalam pengembangan karir dan profesionalitasnya. Dalam kajian
ini, guru dapat menemukan pengalaman sendiri dalam proses pembelajaran dan
kedepannya guru tetap mampu melaksanakan pengembangan profesionalitasnya
tanpa harus meninggalkan kegiatan pembelajaran di kelas melalui pelatihan
berbasis web. Kecepatan dan tidak terbatasnya pada tempat dan waktu untuk
mrngakses informasi, kegiatan pelatihan dapat dengan mudah dilakukan oleh guru
kapan saja dan di mana saja. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi
masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Kata kunci : Profesionalitas, Web, pre-service, in-service education and training,
on-service training.
1
Ade Ismayani / 1101201
Program Studi IPA-2013
A. Pendahuluan
Di Indonesia, guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional
pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan usia dini
pada jalur pendidikan formal (Danim, 2011). Pengakuan kedudukan guru sebagai
tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik, yakni (1) Guru
mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (2)
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik (UU No.14/2005).
Guru profesional berperan penting untuk suksesnya reformasi pendidikan,
termasuk pendidikan Kimia. Peningkatan mutu pendidikan merupakan fokus
perubahan dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Sekolah
merupakan satuan pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa (Winarno, 2010).
Winarno (2010) mengungkapkan upaya pengembangan kemampuan
profesionalitas guru secara terus-menerus dilakukan setelah calon guru keluar dari
lembaga pre-service. Peristiwa pembinaan kemampuan profesional dalam
menunjang tugas sehari-hari disebut in-service education and training atau diklat
(pendidikan dan pelatihan). Upaya diklat dilanjutkan dengan on-service training,
yaitu pembinaan lanjutan terhadap guru di tempat bertugas dalam menerapkan
inovasi yang dibahas dalam diklat.
Bagi para guru kimia yang sudah bekerja di lapangan, terdapat berbagai
pelatihan baik berupa seminar, pelatihan/workshop peningkatan dan penyegaran
kemampuan dalam bidang materi kimia dan pembelajarannya. Kegiatan ini
termasuk in-service training program. Kegiatan in-service sangat penting bagi
pengembangan karir guru dan profesionalitasnya disaat mereka memerlukan
berbagai informasi terkini yang mereka butuhkan sesuai dengan tuntutan
perubahan.
Banyak guru kimia di lapangan yang telah mengikuti program
pengembangan profesionalitas guru, namun setelah selesai mengikuti kegiatan
akan kembali ke kelas dengan melakukan rutinitas tanpa melakukan praktik
seperti yang diberikan saat mengikuti profesionalisasi. Hal ini disebabkan guru
tidak menemukan pengalaman sendiri dan tidak menemukan kekurangan dirinya
dalam mengajar, sehingga merasa nyaman dengan rutinitasnya (Denly & Bishop,
2005).
Selama ini, program pengembangan profesionalitas guru yang sering
diikuti oleh guru-guru masih bersifat konvensional yang membutuhkan tatap
muka setiap pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini sering menyebabkan guru tidak
dapat mengikuti kegiatan tersebut, karena harus meninggalkan pembelajaran di
kelas. Guru harus senantiasa mempersiapkan waktu untuk mengikuti program
profesionalitas tersebut. Selain waktu, jarak dan biaya juga harus banyak
dipertimbangkan apabila guru ingin melaksanakan program pembinaan
2
Ade Ismayani / 1101201
Program Studi IPA-2013
profesionalitas. Sehingga faktor-faktor tersebut menjadi kendala bagi guru untuk
mengembangkan profesionalitasnya.
Upaya pengembangan profesionalitas guru melalui Web-Based Training
(WBT) diharapkan akan menjadi solusi bagi guru dalam mengikuti kegiatan
tersebut. Dimana guru tetap akan memiliki waktu untuk dapat melaksanakan
proses pembelajaran di kelas, tanpa harus meninggalkannya. Walaupun jarak yang
harus ditempuh jauh dari tempat mereka bertugas, hal tersebut tidak lagi menjadi
kendala. Biaya yang harus mereka keluarkan untuk kegiatan profesionalitaspun
dapat diminimalisir. Dengan demikian guru dapat melakukan aktivitas dan
berdiskusi baik dengan instruktur maupun dengan teman sejawat (peer group)
melalui online, baik dilakukan secara synchronous ataupun asynchronous (Jolliffe,
2001).
Selanjutnya Jolliffe mengungkapkan bahwa komunikasi asynchronous
merupakan komunikasi yang dilakukan antara pembelajar dan fasilitator melalui
forum komputer pada waktu yang tidak bersamaan. Sedangkan komunikasi
synchronous merupakan komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan secara nyata, tetapi tempat yang berbeda.
Video conference, telephone call, chatting merupakan contoh komunikasi
synchronous.
Melalui WBT ini, guru dapat berdiskusi baik dengan guru lain dan atau
dengan fasilitator, mengunggah (upload) dan melakukan download segala macam
bentuk pembelajaran mulai dari lesson design (RPP), lembar kerja siswa (LKS)
sampai pada implementasinya sehingga pembelajaran akan menjadi lebih
sempurna. Sehingga guru memiliki banyak waktu untuk mengikuti pengembangan
profesionalitasnya dan dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, melalui pelatihan berbasis web (webbased training), diharapkan guru dapat menemukan pengalaman sendiri dalam
proses pembelajaran dan
kedepannya guru tetap mampu melaksanakan
pengembangan profesionalitasnya tanpa harus meninggalkan kegiatan
pembelajaran di kelas. Kecepatan dan tidak terbatasnya pada tempat dan waktu
untuk mrngakses informasi, kegiatan pelatihan dapat dengan mudah dilakukan
oleh guru kapan saja dan di mana saja. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi
menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
B. Profesionalitas Guru Berbasis Web
1. Konsep Dasar Guru Profesional
Para guru di Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi
yang terhormat dan mulia. Idealnya, guru selalu tampil secara profesional dengan
tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan
kurikulum (perangkat kurikulum) (Rusman, 2011).
3
Ade Ismayani / 1101201
Program Studi IPA-2013
Profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian, yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan tertentu,
menuntut persyaratan khusus, memiliki tanggung jawab dan kode etik tertentu
(Alma, 2010). Menurut Rusman ( 2011) “profesi adalah suatu bidang pekerjaan
atau keahlian tetentu yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap dan
keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis
yang intensif.”
Sedangkan Trianto mengemukakan pendapatnya bahwa profesi pada
dasarnya merupakan suatu pekerjaan berdasarkan basic sains dan teknologi
tertentu untuk itu dalam mendapatkannya diperlukan pendidikan dan keahlian
(skill) tertentu pula. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa profesi sebagai pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan keahlian di
dalam sains dan teknologi yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap
dan keterampilan tertentu, memiliki tanggung jawab dan kode kode etik tertentu
pula.
Alma (2011) mengemukakan beberapa istilah yang berkaitan dengan
profesi, profesional, profesionalisme, profesionalitas, profesionalisasi. “Profesi
adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties) dari para
anggotanya. Artinya, ia tidak bisa dilakukanoleh sembarangan orang yang tidak
dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.
Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu
profesi, misalnya “Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Profesionalisme
menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi
yang digunkannya dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan
pekerjaannya.”
Dalam dunia pendidikan, guru yang profesional dapat menjadi penentu
proses pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, guru dalam era teknologi
informasi dan komunikasi sekarang ini bukan hanya sekadar mengajar (transfer
of knolegde) melainkan harus menjadi manajer belajar. Oleh karena itu guru
dalam melakukan pekerjaannya sebagai anggota profesi harus melakukan
profesionalitasnya sehingga mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan
diri sesuai dengan kemampuan dan kaidah-kaidah guru yang profesional.
2. Usaha Meningkatkan Profesionalitas Guru
Jones, et al. (1994) mengemukakan bahwa pengembangan staf dapat
dilakukan melalui pelatihan yang meliputi seminar, kursus, lokakarya, yang
diorganisasikan untuk mendorong pemahaman baru dan memformulasikan
perspektif baru dalam pembelajaran; mengembangkan rencana pembelajarannya
sendiri dengan bantuan staf ahli; mendapat kesempatan untuk mengamati interaksi
belajar-mengajar guru lain beserta asesmen yang digunakannya; terlibat dalam
4
Ade Ismayani / 1101201
Program Studi IPA-2013
suatu upaya perbaikan pendidikan; dan terlibat dalam kegiatan analisis (inkuiri)
tentang pola pikir siswa, yang dijadikan sebagai dasar dalam penentuan keputusan
pembelajaran.
3. Perkembangan Teknologi Informasi
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi
teknologi informasi merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan
secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi informasi yang demikian akan
mengubah pola hubungan guru-murid, teknologi instruksional dan sistem
pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk menyesuaikan
hal demikian itu. Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh
bidang pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya justru
menjadi penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika
yang dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para
praktisi pendidikan di lapangan.
Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan
peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak
lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak
lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satusatunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang
mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar.
Dunia pendidikan harus menyiapkan seluruh unsur dalam sistem
pendidikan agar tidak tertinggal atau ditinggalkan oleh perkembangan teknologi
informasi tersebut. Melalui penerapan dan pemilihan teknologi informasi yang
tepat (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang
berkelanjutan dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara
konsisten/konstan akan mendorong orientasi pada perubahan untuk memperbaiki
secara terus menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi
tantangan bagi lembaga pendidikan karena mungkin kita belum siap
menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi peluang yang baik bila lembaga
pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih
jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu
pendidikan. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam
pendidikan harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta
bermakna bagi peningkatan mutu pendidikan kita.
4. Pembelajaran Berbasis WEB
Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan web-based
training (WBT) atau kadang disebut web-based education (WBE) dapat
didefinisikan sebagai aplikasi teknoloogi web dalam dunia pembelajaran untuk
sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar
dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka kegiatan itu dapat disebut sebagai
pembelajaran berbasis web.
5
Ade Ismayani / 1101201
Program Studi IPA-2013
Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak
terbatasnya pada tempat dan waktu untuk mrngakses informasi. Kegiatan belajar
dapat dengan mudah dilakukan oleh mahasiswa kapan saja dan di mana saja
dirasakan aman oleh mahasiswa tersebut. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi
menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Bagaimana cara belajar melalui web? Ada persyartan utama yang perlu
dipenuh yaitu adanya akses dengan sumber informasi melalui interet. Selanjutnya
adanya informasi tentang di mana letak sumber informasi yang ingin kita
dapatkan berada. Ada beberapa sumber data yang dapat diakses dengan bebas dan
gratis, tanpa proses adninistrasi pengaksesan yang rumit. Ada beberapa sumber
informasi yang hanya dapat diakses oleh pihak yang memang telah diberi otorisasi
pemilik sumber informasi.
Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk
mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan mudah dan
cepat. Informasi yang tersedia diberbagai pusat data diberbagai komputer di
dunia. Selama komputer-komputer tersebut saling terhubung dalam jaringan
internet, dapat kita akses dari mana saja. Ini merupakan salah satu keuntungan
belajar melalui internet.
Mewujudkan pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakan materi
belajar pada web untuk kemudian diakses melalui komputer web digunakan bukan
hanya sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai
dokumentasi atau informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang
tadi telah diungkap. Keunggulan yang tidak dimiliki media kertas ataupun media
lain.
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu kelas
‘tradisional’, dosen dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada mahasiswanya. Sedangkan di dalam
pembelajaran berbasis e-learning fokus utamanya adalah mahasiswa. Mahasiswa
belajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk
pembelajarannya. Suasana pembelajaran berbasis e-learning akan ‘memaksa’
mahasiswa memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.
Mahasiswa membuat rencana dan mencari bahan belajari dengan usaha, dan
inisiatif sendiri.
5. Pedoman Desain untuk Pembelajaran Berbasis Web
Abbey,
(2000)
mengemukakan
elemen-elemen
yang
harus
dipertimbangkan ketika sedang mendesain pembelajaran berbasis web. Adapun
pertimbangannya adalah sebagai berikut :
a. Administrivia, yaitu yang menyangkut silabus, skedul, informasi kontak,
sasaran mata kuliah dan harapan-harapan.
b. Isi mata kuliah, yaitu yang menyangkut textbook, bacaan, ceramah, kaset
video/audio, grafik dan imej.
6
Ade Ismayani / 1101201
Program Studi IPA-2013
c. Interaksi, yaitu yang menyangkut hubungan antara pembelajar dan instruktur
dan juga hubungan antar pembelajar.
d. Sumber-sumber belajar tambahan (yang dapat dikembangkan oleh pembelajar
sendiri)
e. Pemantauan terhadap pembelajaran secara berkelanjutan.
f. Asesmen terakhir terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembelajaran.
Adapun alasan-alasan mengajar dan belajar online, dilihat dari perspektif
pembelajar dan perspektif instruktur. Dari perspektif pembelajar, mengajar dan
belajar online itu dapat menantang siswa dengan masalah-masalah yang
mengharuskan mereka untuk menganalisis dan menghubungkan konsep-konsep.
Kelas online juga bersifat melibatkan siswa yang dapat membuat mereka
termotivasi untuk belajar. Beragam metode dapat disampaikan melalui halaman
Web mulai dari pembelajaran yang dituntun oleh instruktur melalui aktifitasaktifitas yang dikontrol oleh pembelajar.
Dari perspektif instruktur, instruktur mungkin memperoleh gaya mengajar
yang baru atau metode-metode baru penyampaian isi. Salah satu manfaat dari
penyampaian berbasis web adalah materi-materi seringkali lebih mudah untuk
diupdate, dan lebih mudah untuk diakses dan digunakan oleh pembelajar. Umpan
balik dan evaluasi dapat dicapai dengan lebih mudah melalui e-mail dan
konferensi online.
6. Menyiapkan Guru Profesional untuk Menggunakan Pendidikan Berbasis
Web
Dampak potensial dari WWW terhadap sistem pendidikan kita tidak
terbatas. Namun, jika para guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang tepat untuk menggunakan Web, dampaknya dapat menjadi kurang positif.
Maka terbukti bahwa para guru perlu disiapkan untuk secara efektif menggunakan
sumber-sumber online yang kuat untuk menyiapkan anak-anak kita dalam
masyarakat digital. Abbey, 2000 menyoroti beberapa pertanyaan untuk dampak
dari pendidikan berbasis Web terhadap program pendidikan guru sebagai berikut:
a. Bagaimana WWW berdampak terhadap pendidikan?
b. Apakah program-program pendidikan guru memenuhi tantangan untuk
menghasilkan guru-guru bersertifikasi yang mampu untuk mengintegrasikan
penggunana teknologi yang bermakna kedalam kelas?
c. Apakah yang diharapkan dari program-program pendidikan guru menyangkut
teknologi dan pendidikan berbasis Web?
d. Apakah pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki para calon guru
untuk secara efektif menggunakan pendidikan berbasis Web?
e. Apakah pendekatan-pendekatan pembelajaran yang harus digunakan untuk
menyiapkan para calon guru untuk menggunakan pendidikan berbasis Web?
Sekaranglah waktunya untuk menyiapkan diri kita sendiri sehingga kita
siap untuk masa depan. Guru perlu dipersiapkan untuk tidak hanya aspek-aspek
teknis dari web dalam pendidikan, tetapi untuk aspek-aspek pedagogik juga.
7
Ade Ismayani / 1101201
Program Studi IPA-2013
7. Pelatihan Berbasis Web/Web-Based Training
Teknologi-teknologi World Wide Web dan berbasis Web telah secara
dramatis mengubah bagaimana pelatihan itu disampaikan dalam suatu perusahaan,
lembaga pemerintah, institusi pendidikan, dan organisasi-organisasi lainnya. Para
pengembang pelatihan dan pendidikan semakin terpanggil untuk
mengintegrasikan teknologi-teknologi baru ke dalam lingkungan pembelajaran.
Mereka diharapkan untuk mendesain, mengembangkan, dan menangani inisitatif
pelatihan berbasis Web bahkan ketika mereka memiliki sedikit atau tidak memiliki
gagasan mengenai apa yang terlibat dalam aktifitas-aktifitas tersebut (Ellis, et al.,
1999).
Hal ini akan mengharuskan semua skill manajemen pelatihan tradisional
dari manajer ditambah pemahaman yang solid terhadap aspek-aspek tertentu dari
teknologi WBT. Manajemen WBT yang efektif juga mengharuskan pemahaman
terhadap kebutuhan-kebutuhan dan kontribusi dari semua pemain yang terlibat,
termasuk para perancang dan pengembang Web, spesialis isi, programmer dan
seniman. Manajer juga harus memastikan bahwa kebutuhan dari tim
pengembangan anda sejalan dengan kebutuhan dari staf penting yang terlibat
dalam mengimplementasikan pelatihan. Pengembang harus perlu bekerja dengan
staf dari departemen teknologi informasi, sistem informasi manajemen dan sistem
informasi pengembangan produk, sumber daya manusia, pemasaran dan
komunikasi, penelitian dan pengembangan, teknik, pelatihan, pendidikan dan
pengembangan profesional dan departemen-departemen lainnya dengan
kebutuhan-kebutuhan pelatihan.
Terdapat beberapa manfaat dari pelatihan berbasis web/ WBT, seperti yang
dikemukakan oleh Bolliger (2003) antara lain, pelatihan berpusat pada siswa,
kebutuhan-kebutuhan siswa secara perorangan diakomodasikan, siswa-siswa yang
tersebar secara geografis dapat berhubungan dan berkomunikasi, asesmen yang
terindividualisasi dapat dibuat, isi dapat diadaptasikan dan diperbaharui secara
berlanjut,
program-program
pelatihan
kemungkinan
besar
akan
diimplementasikan, biaya perjalanan, jam-jam kerja hilang, dan biaya-biaya revisi
berkurang.
C. Penutup
Untuk mencapai kondisi guru yang profesional, para guru harus menyadari
bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Idealnya, guru
selalu tampil secara profesional dengan tugas utamanya adalah mendidik,
membimbing, melatih dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum) dan
menjadikannya sebagai landasan orientasi berperilaku dalam tugas-tugas
profesinya.
Dalam rangka mencapai mutu yang tinggi dalam bidang pendidikan, peranan
guru sangatlah penting bahkan sangat utama. Untuk itu, maka profesionalitas guru
harus ditegakkan oleh setiap guru, baik di bidang penguasaan keahlian materi
keilmuan maupun metodologi. Guru harus bertanggungjawab atas tugas-tugasnya
8
Ade Ismayani / 1101201
Program Studi IPA-2013
dan harus mengembangkan kesejawatan dengan sesama guru melalui
keikutsertaan dan pengembangan organisasi profesi guru.
Dalam perkembangannya, disadari bahwa profesi guru belum dalam posisi
yang ideal seperti yang diharapkan, namun harus terus diperjuangkan menuju
yang terbaik. Pada saat yang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya
teknologi informasi yang sangat pesat, dipahami bahwa banyak tantangan
sekaligus peluang yang harus dihadapi untuk dapat diselesaikan oleh para guru
dan lembaga penyelenggara pendidikan.
WBT relatif baru pada landscape pelatihan dan pengembangan
profesionalitas guru, namun diharapkan dapat mengangkat ciri-ciri yang unik dari
pelatihan ini yang ditawarkan kepada setiap individu guru. Keuntungan terbesar
dari program WBT yaitu mendukung kinerja guru. Selain itu, program WBT
dapat menilai kebutuhan pengembangan profesional terbaru dari guru dan
mengarahkan mereka pada sumber-sumber yang paling baik dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pengembangan profesional individu mereka.
KEPUSTAKAAN
Abbey, Beverly. (2000). Instructional and Cognitive Impacts of Web-Based
Education. Idea Group Publishing.
Alma, B., dkk. (2010). Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar). Cetakan ke-4. Edisi Revisi. Alfabeta. Bandung.
Bolliger, Doris U. (2003). The Design and Field Test of a Web-Based Training
Program for Future School Administrators in a Northwest Florida School
District. The Journal of Interactive Online Learning. Volume 1, Number 3,
Winter. www.ncolr.org ISSN: 1541-4914. St. Cloud State University.
Danim Sudarwan. (2011). Pengembangan Profesi Guru : Dari Pra-Jabatan,
Induksi, ke Profesional Madani. Edisi 1. Cetakan ke-1. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta.
Ellis, Alan L., Ellen D. Wagner dan Warren R.Longmire. (1999). Managing WebBased Training. American Society for Training & Development
Janawi. (2011). Kompetensi Guru: Citra Guru Profesional. Alfabeta. Bandung.
Jolliffe, A., et al. (2001). The Online Learning Hand Book (Developing and Using
Web-Based Learning. British Library Cataloguing in Publication Data.
Great Britain.
9
Download