Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
2.1.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran dapat diartikan secara sosial maupun manajerial. Pengertian
sosial menunjukkan peran yang dimainkan oleh pemasaran di masyarakat.
Definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007;6) secara sosial adalah
sebagai berikut :
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain .
Untuk pengertian managerial, pemasaran sering digambarkan sebagai seni
menjual produk-produk. Sedangkan pengertian pemasaran menurut AMA
(American Marketing Association) yang dikutip dari Kotler dan Keller
(2007;6) adalah sebagai berikut:
Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaiaan proses
untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai
kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan
cara
yang
menguntungkan
organisasi
dan
pemangku
kepentingannya .
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah
suatu proses atau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi mulai
dari perencanaan menciptakan produk dan jasa sampai dengan penyaluran produk
untuk menciptakan nilai pelanggan dan hubungan yang kuat dengan
pelanggannya. Hal tersebut dilakukan dalam upaya perusahaan mencapai
tujuannya.
2.1.2 Manajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
pelaksanaan dari aktivitas pemasaran. Dengan menerapkan ilmu Manajemen
Pemasaran, perusahaan dapat menentukan pasar yang dituju dan membina
hubungan yang baik dengan pasar sasaran tersebut. Manajemen pemasaran
menurut Kotler dan Keller (2007 : 6) :
Manajemen pemasaran (marketing management) adalah sebagai seni
dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta
menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan
mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul .
Pengertian Manajemen Pemasaran menurut Sunarto, SE., MM (2006 : 13)
Manajemen pemasaran adalah sebagai pelaksanaan tugas untuk
mencapai pertukaran yang diharapkan dengan pasar sasaran .
Dari kedua pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
Manajemen Pemasaran adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
suatu perusahaan atau organisasi memilih pasar sasaran yang sesuai, yang dapat
mendukung tercapainya tujuan perusahaan, dan menjalin hubungan yang baik
dengan pasar sasaran tersebut.
2.2 Bauran Pemasaran
Bauran Pemasaran adalah titik sentral dari terjadinya kegiatan Pemasaran.
Tanpa adanya alat-alat Pemasaran tersebut, maka tidak akan terjadi kegiatan
Pemasaran. Untuk menghadapi persaingan, perusahaan berusaha meningkatkan
keputusan pembelian konsumen dengan cara mengkombinasikan variabel-variabel
dalam bauran pemasaran (marketing mix), seperti produk dengan harga, distribusi
dengan promosi, produk dengan distribusi, produk dengan promosi dan
seterusnya. Menurut Menurut Kotler dan Amstrong (2007; 52), definisi bauran
pemasaran adalah:
Marketing mix is the set of controllable, tactical Marketing tools that
the firm blends to produce the response it wants in target market .
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa bauran pemasaran adalah rangkaian
alat-alat yang dapat dikendalikan, yang berfungsi sebagai strategi pemasaran yang
dibaurkan oleh perusahaan untuk membuat respon yang diinginkan dari pasar
sasaran.
Kotler dan Amstrong (2007; 52) juga menjelaskan bahwa ada 4
komponen yang tercakup dalam kegiatan bauran pemasaran (marketing mix) yang
terkenal dengan sebutan 4 Ps, seperti yang tertera pada gambar berikut:
Gambar 2.1
The four Ps of the Marketing mix
Product
Variety
Quality
Design
Features
Brand
name
Packaging
Target
consumers
Intended
Positioning
Promotion
Advertising
Personal
Selling
Sales
Promotion
Public Relation
Price
List price
Discount
Allowances
Payment
period
Credit terms
Place
Channels
Coverage
Assortments
Locations
Inventory
Transportation
Logistic
Sumber : Kotler dan Amstrong (2007; 53)
1. Product
Product (produk) berarti barang dan jasa yang dikombinasikan oleh
perusahaan yang akan disampaikan kapada target market.
Menurut Kotler dan Keller (2007;4) mendefinisikan produk yaitu :
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan
dan wujudnya yaitu :
Non durable goods (barang yang tidak tahan lama) adalah barangbarang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa
kali penggunanan.
Contoh : sabun
Durable goods (barang tahan lama) adalah barang berwujud yang
biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali.
Contoh : lemari es, peralatan mesin, dan pakaian.
Service (jasa) adalah produk-produk yang tidak berwujud, tidak
terpisahkan dan mudah habis. Akibatnya, produk ini biasanya
memerlukan
pengendalian
mutu,
kredibilitas
pemasok,
dan
kemampuan penyesuaian lebih tinggi.
Contoh : salon, jasa bank dan perbaikan barang.
2. Price
Price (harga) adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau
pelanggan untuk mendapatkan suatu produk dari perusahaan.
Menurut Fandy Tjiptono dalam bukunya Pemasaran Strategik
(2008;465), menyatakan bahwa harga yaitu :
Harga adalah jumlah uang (satuan moneter) atau aspek lain (non
moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu produk.
3. Place/Distribution
Place (tempat/saluran distribusi) termasuk aktifitas dari perusahaan untuk
membuat produk yang dihasilkan sampai ke tangan konsumen.
Menurut Buchari Alma (2007;49), saluran pemasaran atau saluran distribusi
adalah :
Lembaga yang saling terkait untuk menjadikan produk atau jasa
siap digunakan atau dikonsumsi.
Meskipun perantara pemasaran pada dasarnya merupakan faktor
lingkungan yang berada di luar jangkauan perusahaan, seorang eksekutif
perusahaan tetap mempunyai ruang gerak yang besar sekali pada waktu ia
berhubungan dengan mereka. Tanggung jawab perusahaan adalah (1) memilih
dan mengelola saluran perdagangan mana yang dipakai menyalurkan produk
agar dapat mencapai pasar yang tepat dalam waktu yang tepat pula, (2)
mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman dan penanganan produk
secara fisik melalui saluran ini.
4. Promotion
Promotion (promosi) adalah aktifitas untuk mengkomunikasikan berbagai
keunggulan yang dimiliki suatu produk, dan mempengaruhi target market
untuk membeli produk tersebut.
Menurut William J. Stanton yang dikutip oleh Djaslim Saladin
(2003:171), mengungkapkan bahwa promosi yaitu :
Promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran
perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk
dan mengingatkan tentang produk perusahaan.
Dari keempat komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa bauran
pemasaran merupakan faktor internal dari perusahaan, dimana perusahaan
mempunyai kemampuan untuk mengendalikannya dan mempengaruhi respon
dari pasar sasaran.
Sebenarnya perbedaan secara yang tegas antara barang dan jasa sering kali
sukar dilakukan. Hal ini dikarenakan pembelian suatu barang sering kali
disertai dengan jasa-jasa tertentu dan sebaliknya, pembelian suatu jasa
seringkali melibatkan barang-barang yang melengkapinya . Meskipun
demikian, jasa dapat diartikan menurut Kotler dan Keller (2007 ; 42) yang
dialihbahasakan oleh Benyamin Molan adalah sebagai berikut :
Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan
satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu.
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat jelaskan bahwa jasa
merupakan aktivitas yang dapat mengakibatkan suatu pertukaran. Tanpa
adanya suatu perpindahan akan kepemilikan yang dalam pelaksanannya
didukung oleh produk fisik.
Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan
(2007;44). Empat elemen bauran pemasaran juga penting dalam pemasaran
jasa. Akan tetapi, dalam pemasaran jasa ada elemen-elemen lain yang dapat
dikontrol dan dikoordinasikan untuk keperluan komunikasi dan memuaskan
konsumen jasa, elemen-elemen tersebut adalah :
1. Orang (People or Participants)
Yaitu semua pelaku yang menawarkan sebagian penyajian jasa dan karenanya
mempengaruhi persepsi pembeli.
2. Bukti Fisik (Physical Evidence)
Yaitu lingkungan fisik dimana jasa disampaikan, dan dimana perusahaan dan
konsumennya berinteraksi dan setiap komponen tangible memfasilitasi atau
komunikasi jasa tersebut.
3. Proses (Process)
Yaitu semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas dimana jasa yang
disampaikan merupakan sistem penyajian atau operasi jasa.
Dengan demikian 4 P s yang pada mulanya menjadi bauran pemasaran,
kemudian menjadi 7 P s. Adapun 7 P s tersebut adalah produk (product) yaitu
kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran,
harga (price) yaitu sejumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk
mendapatkan produk, distribusi (place) yaitu kegiatan perusahaan yang membuat
produk tersedia bagi konsumen sasaran, promosi (promotion) yaitu semua
kegiatan yang mengkonsumsi jasa produk dan menganjurkan pelanggan sasaran
untuk membelinya, orang atau partisipasi (people or participants) yaitu semua
pelaku yang menawarkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi
persepsi pembeli, bukti fisik (physical evidence) yaitu lingkungan fisik dimana
jasa disampaikan dan dimana konsumennya berinteraksi dan setiap komponen
tangible memfasilitasi atau komunikasi jasa tersebut, proses (process) yaitu semua
prosedur aktual mekanisme dan aliran aktivitas dimana jasa disampaikan yang
merupakan sistem penyajian atau operasi jasa.
2.3 Saluran Pemasaran
Salah satu unsur dalam bauran pemasaran adalah place atau saluran
pemasaran yang merupakan perantara bagi produsen untuk menyampaikan
produknya kepada konsumen. Dengan tidak adanya saluran pemasaran, konsumen
akan kesulitan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkannya, ataupun
perusahaan akan menghadapi kesulitan untuk menyampaikan produknya kepada
konsumen.
2.3.1 Pengertian Saluran Pemasaran
Dibawah ini dikemukakan pengertian saluran distribusi menurut beberapa
ahli, diantaranya :
Pengertian marketing channel atau distribution channel menurut Fandy
Tjiptono (2008;185) yaitu :
Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang
berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya
sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat
dibutuhkan).
Sedangkan pengertian saluran pemasaran menurut Djaslim Saladin
(2004;153) yaitu:
Marketing channels can be viewed as sets of interdependent
organization involved in the process of making a product or service
available for use or consumption.
Pengertian di atas mencakup tiga unsur, yaitu :
1. Adanya kelompok lembaga pemasaran
2. Adanya kegiatan atau fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut.
3. Adanya arah pergerakan produk serta pemilikannya dari produsen ke
konsumen.
Menurut Kotler dan Keller (2007;122), saluran pemasaran yaitu :
Saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling
tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau
jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Mereka
adalah perangkat jalur yang diikuti produk atau jasa setelah
produksi, yang berkulminasi pada pembeli dan penggunaan oleh
pemakai akhir
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran atau
distribusi adalah kegiatan pemasaran yang saling tergantung dalam proses
mempermudah penyaluran produk dari produsen ke konsumen untuk digunakan
atau dikonsumsi. Distribusi juga mampu menciptakan nilai tambahan pada produk
melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan atau utilitas
bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan.
2.3.2 Jenis-jenis Perantara Pemasaran
Dalam perekonomian dewasa ini, sebagai produsen tidak menjual
langsung produknya kepada para pemakai akhir atau pemakai kalangan industri
tetapi melalui perantara, di mana perantara ini melakukan berbagai fungsi
sehingga membantu produsen dalam melaksanakan pemasaran. Menurut Kotler
dan Amstrong (2007;555), perantara dibedakan berdasarkan hak kepemilikan
barang menjadi dua golongan, yaitu pedagang perantara (merchant middlemen)
dan agen perantara (agent middlemen).
1. Pedagang perantara (merchant middlemen)
Adalah perantara yang bertindak atas namanya sendiri, di mana perantara
tersebut membeli, mempunyai hak atas barang itu, dan menjual kembali
barang-barangnya dan mengambil keuntungan. Yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah pedagang besar (wholesaler) dan pengecer (retailer).
Adapun pengertian pedagang besar dan pengecer adalah sebagai berikut :
Pedagang besar (wholesaler)
Pedagang perantara yang membeli barang-barang baik dari produsen
maupun dari pedagang dalam jumlah yang besar untuk dijual kembali atau
untuk pengguna bisnis.
Pengecer (retailer)
Pedagang perantara yang membeli barang-barang dalam jumlah yang
cukup besar untuk tujuan dijual kembali kepada konsumen akhir dalam
jumlah yang relatif kecil.
2. Agen Perantara (agent middlemen)
Adalah perantara yang bertindak bukan atas dirinya sendiri , jadi perantara
tersebut tidak memiliki hak atas barang, tetapi membantu dalam memindahkan
hak milik atas barang tersebut dari produsen ke konsumen. Yang termasuk di
dalamnya adalah broker, perwakilan perusahaan manufaktur, agen penjualan
dan lain-lain.
2.3.3
Tingkat Saluran Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2007;438), Tingkat Saluran Pemasaran
terbagi atas beberapa macam, yaitu :
a. Zero level channel/ Saluran Nol Tingkat
Yaitu penjualan langsung kepada konsumen akhir. Contoh dalam penjualan
langsung ini adalah: penjualan langsung ke rumah-rumah, home parties,
penjualan lewat surat, telemarketing, penjualan melalui TV, penjualan melalui
internet, toko yang dimiliki oleh pabrik.
b. One level channel/ Saluran Satu Tingkat
Yaitu penjualan melalui satu perantara. Dalam hal ini, produsen memiliki satu
perantara penjualan, contohnya adalah peritel.
c. Two level channel/ Saluran Dua Tingkat
Penjualan yang mempunyai dua perantara penjualan. Di dalam saluran
pemasaran barang konsumsi mereka merupakan pedagang besar atau grosir
dan pengecer, sedangkan dalam saluran pemasaran barang industri mereka
merupakan sebuah penyalur tunggal dan distributor industri.
d. Three level channel/ Saluran Tiga Tingkat
Penjualan yang mempunyai tiga perantara, yaitu pedagang besar (grosir),
pemborong, dan pengecer. Pedagang besar menjual kepada pemborong, yang
juga akan menjual kepada peritel kecil.
2.4
Retailing
2.4.1 Pengertian retailing
Didalam kegiatan pemasaran terdapat proses pertukaran barang dan jasa
dimana organisasi apapun yang melakukan proses pertukaran atau menjual barang
dan jasa tersebut pada konsumen akhir baik produsen, grosir dan pengecer disebut
melakukan usaha eceran. Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh
Benyamin Molan (2007;164):
Eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang tercakup dalam
penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen akhir untuk
penggunaan pribadi atau non-bisnis. Pengecer (retailer) atau toko
eceran (retailer store) adalah setiap usaha bisnis yang volume
penjualannya terutama berasal dari eceran.
Menurut Christina Whidya Utami (2008;4)
usaha ritel atau Eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua
kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara
langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi atau
bukan penggunaan bisnis .
Menurut Dr. Sopiah, MM., M.Pd. & Syihabudhin, SE., M.Si. (2008;7)
Retailing may be defined as the activities incident to selling goods and
service to ultimate consumers. Retailing is the final link in the chain of
distribution of most product from initial producers to ultimate
consumers .
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa retailing merupakan suatu
bentuk usaha menjual barang atau jasa yang ditujukan kepada konsumen akhir
untuk penggunaan yang sifatnya pribadi atau non bisnis. Ritel merupakan mata
rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen sampai kepada konsumen.
Tidak masalah bagaimana barang atau jasa itu dijual atau dimana dijualnya.
2.4.2
Jenis Toko Eceran
Menurut Lamb et al (2003;74) ada beberapa jenis toko eceran yang
utama. Masing-masing menawarkan keragaman produk, jenis jasa dan tingkat
harga yang berbeda-beda, sesuai dengan keinginan belanja pelanggan. Jenis
tersebut antara lain :
1. Departement Store
Menaungi beberapa bagian penjualan produk dibawah satu atap, sebuah
departement store menyediakan variasi produk belanja dan produk-produk
khusus secara luas, termasuk pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga, alatalat elektronik, dan kadang-kandang meubel. Pembelian biasanya dilakukan di
masing-masing di satu pintu keluar pusat. Masing-masing bagian diperlakukan
sebagai pusat pembelian terpisah agar ekonomis dalam promosi, pembelian,
pelayanan, dan pengawasan.
2. Toko Khusus
Toko khusus adalah toko eceran yang mengkhususkan diri pada jenis barang
tertentu. Format toko khusus memungkinkan pengecer memperhalus stategi
segmentasi mereka dan menempatkan barang dagangan mereka di target pasar
yang spesifik. Sebuah toko khusus tidak hanya merupakan sejenis toko tetapi
juga merupakan metode operasi barang dagangan tertentu.
3. Pasar Swalayan
Pasar swalayan merupakan sebuah pengecer pelayanan sendiri (self service)
yang besar dan terbagi dalam beberapa departemen yang mengkhususkan diri
dalam makanan dan produk non makanan.
4. Toko Obat
Toko obat (drug store) menawarkan produk-produk dan jasa yang berkaitan
dengan farmasi sebagai daya tarik utama mereka. Konsumen paling sering
tertarik dengan sebuah toko obat oleh farmasinya atau ahli farmasinya,
kenyamanan, atau karena ia mempertahankan rencana resep pihak ketiga
mereka.
5. Toko Kebutuhan Sehari-hari
Sebuah toko kebutuhan sehari-hari dapat dipengertiankan sebagai suatu pasar
swalayan mini, yang menjual hanya lini terbatas produk-produk kebutuhan
sehari-hari yang perputarannya tinggi. Toko kebutuhan sehari-hari denga
pelayanan sendiri (self service) seperti ini secara fisik berlokasi dekat area
tempat tinggal penduduk dan buka 24 jam, 7 hari setiap minggunya. Toko
kebutuhan sehari-hari menawar produk-produk persis dengan arti dan
namanya: lokasi yang midah, jam panjang, pelayanan cepat. Namun, hargaharga barang biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan pasar swalayan. Oleh
karena itu, dapat dikatakan konsumen membayar untuk kemudahan yang
ditawarkan.
6. Toko Diskon
Sebuah toko diskon merupakan pengecer yang bersaing atas basis harga
rendah, perputaran tinggi, dan volume tinggi. Pemberi diskon dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kategori utama yaitu:
a. Toko diskon lini penuh
Dibandingkan dengan departement store tradisional, toko diskon lini
penuh menawarkan kepada para konsumen pelayanan yang sangat terbatas
dan menyediakan keragaman yang lebih luas dari produk-produk keras
yang bermerek secara nasional termasuk peralatan rumah tangga, mainan
anak-anak, suku cadang otomotif, perangkat keras, produk olah raga, dan
barang-barang keperluan taman, serta pakaian, sprei, dan kain linen.
Yang termasuk dalam toko diskon nilai penuh adalah:
1) Hypermart, yaitu toko eceran yang mengkombinasikan dari pasar
swalayandan pemberi diskon lini penuh di dalam sebuah ruangan yang
berukuran dari 200.000 hingga 300.000 meter persegi.
2) Supercenter, yaitu toko eceran yang mengkombinasikan barang bahan
pangan dan barang dagang umum dengan serangkaian luas pelayanan
termasuk farmasi, dry cleaning, stodio foto, cuci-cetak foto, salon
rambut, toko optik, dan restoran dalam satu lokasi.
b. Toko Diskon Khusus
Toko diskon khusus merupakan toko eceran yang menawarkan pilihan
yang hampir lengkap dari lini produk tunggal dan menggunakan pelayanan
sendiri, harga-harga diskon, volume tinggi, dan perputahan tinggi.
c. Klub Keanggotaan Pergudangan
Klub Anggota Pergudangan merupakan pedagang dengan pelayanan
terbatas yang menjual suatu pilihan terbatas untuk peralatan yang
bermerek, barang-barang rumah tangga, dan barang-barang pangan atas
basis tunai dan langsung dibawa kepada anggota, biasanya basis kecil dan
kelompok.
d. Pengecer Pengurangan Harga
Pengecer pengurangan harga merupakan pengecer yang menjual pada
harga 25% atau lebih dibawah harga departement store tradisional karena
ia membayar tunai untuk persediaannya. Yang termasuk dalam pengecer
pengurangan harga adalah factory outlet, merupakan sebuah pengecer
pengurangan harga dimiliki dan dikelola oleh sebuah pabrikan.
7. Restoran
Restoran melangkahi garis antara pendirian bisnis eceran dan jasa. Restoran
memang menjual produk-produk yang berwujud, makanan dan minuman,
tetapi juga menyediakan pelayanan yang bernilai untuk konsumen dalam
bentuk penyajian dan penyiapan makanan.
2.4.3
Kategori Eceran Bukan Toko
Meskipun sebagaian besar barang dan jasa dijual melalui toko, penjualan
eceran bukan toko sudah berkembang pesat dibandingkan penjualan eceran yang
dilakukan melalui toko. Eceran bukan toko Lamb et.al (2003;85), yaitu
berbelanja diluar lingkungan toko memiliki 3 (tiga) kategori utama yaitu:
1. Automatic Vending
Automatic vending merupakan bentuk eceran yang berprofil sederhana
namun penting. Autimatic vending merupakan penggunaan mesin untuk
menawarkan produk untuk dijual, sebagai contoh mesin cola, permen,
ataupun makanan kecil yang terdapat di cafetaria kampus atau
perkantoran.
2. Eceran Langsung
Dalam eceran langsung, pihak perwalian perusahaan menjual dari pintu
ke pintu, kantor ke kantor, atau di pesta penjualan di rumah. Contoh:
Avon, Mary kay Cosmetics, dan Pampered Chef.
3. Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung kadang-kadang disebut pemasaran respon langsung,
merujuk pada teknik-teknik yang digunakan untuk mengajak konsumen
untuk membeli dari rumah, kantor, atau tempat-tempat bukan eceran
lain. Teknik-teknik ini mencakup:
a) Surat Langsung
Surat langsung mungkin merupakan metode eceran yang paling
efisien atau sebaliknya, tergantung pada mutu daftar surat dan
efektifitas lembar surat. Dengan surat langsung, para pemasar dapat
secara akurat membidik konsumennya sesuai dengan faktor
demografis, geografis, ataupun psikografik.
b) Katalog atau Mail Order
Katalog-katalog yang berhasil biasanya diciptakan dan dirancang
untuk market yang sangat bersegmentasi.
c) Pemasaran Melalui Telepon
Pemasaran melalui telepon merupakan penggunaan telepon untuk
menjual secara langsung kepada konsumen.
d) Jaringan Belanja di Rumah
Jaringan belanja di rumah merupakan penggunaan jaringan televisi
belanja di rumah untuk pemasaran respon langsung. Pertunjukan ini
menampilkan produk-produk dengan harga eceran kepada permisa di
rumah.
e) Eceran On-line
Merupakan pelayanan interaktif dua arah yang tersedia bagi
konsumen yang memiliki komputer dan akses internet.
2.4.4
Bauran Eceran (Retailing Mix)
Tugas pertama dan terdepan dalam mengembangkan sebuah strategi
eceran adalah menetapkan pasar sasaran. Pasar sasaran dalam eceran sering
ditetapkan oleh faktor demografis, geografis dan psikografis. Masing-masing toko
mencoba mengidentifikasi langganannya, sehingga toko ini menjadi toko yang
melayani berbagai jenis konsumen, ada yang khusus hanya untuk orang kaya,
khusus wanita, khusus pria, anak-anak, toko murah, dan lain-lain.
Ritel atau eceran mempunyai bauran
diperhatikan
demi
kelangsungan
bisnis
yang penting untuk
ritel
tersebut.
Dengan
memperhatikan semua bauran tersebut, suatu bisnis ritel dapat menjadi lebih
unggul dibanding peritel lainnya. Menurut Ma ruf (2006; 115), Retailing
mix terdiri dari :
1. Lokasi.
Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan
gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya
menjual produk yang sama, oleh pramuniaga yang sama banyak dan
terampil, dan sama-sama punya setting/ambience yang bagus.
2. Produk.
Produk-produk
yang
dijual
dalam
ritel
disebut
merchandise.
Merchandise yang akan dijual penting dipilih dengan benar, karena
merchandise adalah mesin sukses bagi pengecer.
3. Harga.
Harga adalah satu-satunya unsur dalam berbagai unsur bauran
pemasaran ritel itu yang bakal mendatangkan laba bagi peritel.
Penentuan harga yang tepat akan sangat mendukung tercapainya tujuan
perusahaan.
4. Periklanan dan Promosi.
Image (citra) dibangun dengan program promosi. Program promosi yang
lengkap disebut bauran promosi (promotion mix) yang terdiri atas iklan,
sales promotion, public relations, dan personal selling.
5. Suasana dalam gerai.
Gerai kecil yang tertata dan menarik akan lebih mengundang pembeli
apabila dibandingkan gerai yang diatur biasa saja. Atmosphere dalam
gerai dapat mempengaruhi perilaku konsumen, seperti betah berlamalama di dalam toko, melakukan pembelian, dan juga pada berpengaruh
terhadap image toko.
6. Pelayanan.
Pelayanan eceran bertujuan memfasilitasi para pembeli saat mereka
berbelanja di gerai. Hal-hal yang dapat memfasilitasi para pembeli terdiri
atas layanan pelanggan, personal selling, layanan transaksi berupa cara
pembayaran yang mudah, layanan keuangan berupa penjualan dengan
kredit, dan fasilitas-fasilitas berupa toilet, tempat mengganti pakaian
bayi, food court, telepon umum, dan sarana parkir.
2.5
Store Atmosphere
Penampilan toko eceran membantu menentukan citra toko, dan membantu
memposisikan eceran toko dalam benak konsumen,memikat konsuman, membuat
mereka nyaman dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan meraka
produk apa yang perlu dibeli. Eleman utama dari suasana toko adalah suasana
(atmosphere).
2.5.1 Pengertian Store Atmosphere
Suasana atau atmosfer di dalam toko merupakan salah satu dan berbagai
unsur dalam retail marketing mix. Store atmosphere bertujuan memenuhi syarat
fungsional sekaligus menyediakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan
sehingga mendukung terjadinya transaksi.
Pengertian store atmosphere menurut Berman dan Evans (2007; 454):
Atmosphere refers to the store s physical characteristics that project an
image and draw customer.
Pengertian store atmosphere menurut Levy dan Weitz (2007; 434):
store atmosphere reflects the combination of store s physical
characteristics, such as it s architecture, layout, sign and displays,
colors, lighting, temperature, sounds, and smells, which together create
an image in the customers mind.
Dari kedua pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
store atmosphere adalah suatu karakteristik fisik sangat penting dimiliki oleh
suatu bisnis ritel untuk dapat mempertahankan konsumen agar merasa nyaman
dan ingin berlama-lama berada di toko yang dikunjungi sehingga dapat dengan
tenang memilih produk yang dibutuhkan dan juga dapat merangsang keinginan
membeli yang tidak direncanakan (secara spontan).
2.5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Suasana Toko
Faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam menciptakan suasana toko
menurut Lamb et.al (2003;108) adalah:
1. Jenis karyawan dan kepadatan
Jenis karyawan mengacu pada karakteristik umum karyawan, sebagai contoh,
rapi, ramah, berwawasan luas, terorientasi pada pelayanan. Kepadatan adalah
jumlah karyawan perseribu meter persegi ruangan penjualan. Namun, terlalu
banyak karyawan dan tidak cukup banyak pelanggan dapat menyampaikan
suasana keputusan dan mengintimidasi pelanggan.
2. Jenis barang dagangan dan kepadatan
Jenis barang dagangan yang dijual dan bagaimana barang tersebut dipajang
menentukan suasana yang diciptakan. Pengecer pemberi diskon dan pemotong
harga mungkin menjual beberapa merek tetapi banyak pula menjual barang
bekas atau barang-barang yang sudah lewat musim.
3. Jenis perlengkapan tetap (fixture) dan kepadatan
Perlengkapan tetap bisa elegan (terbuat dari kayu jati), trendi (dari krom dan
kaca tidak tembus pandang), atau terdiri dari meja-meja kuno seperti ditoko
antik. Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum yang ingin
diciptakan. The Gap menciptakan suasana santai dan teratur dengan memajang
barang dagangan di atas meja dan rak dari pada di atas rak-rak pipa
tradisional, memungkinkan pelanggan lebih mudah melihat dan menyentuh
barang dagangan dengan mudah.
4. Bunyi suara
Bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi seorang pelanggan.
Musik klasik di restoran Italia membantu menciptakan suasna yang pas bagi
konsumen. Sama halnya dengan musik country yang diputar di pemberhentian
truk (truck stop). Musik juga bisa membuat konsumen tinggal lebih lama di
toko dan membeli lebih banyak atau makan dengan cepat dan meninggalkan
meja untuk pelanggan lainnya.
5. Aroma
Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan. Bau kue kering dan roti
akan memikat konsumen roti. Sebaliknya, pelanggan dapat dipukul mundur
oleh bau busuk seperti dari asap rokok, bau apek, aroma antiseptic, dan
pengharum ruangan yang terlalu menyengat. Jika sebuah toko menggunakan
bau harum roti panggang, penjualan di departemen itu meningkat tiga kali
lipat.
Departemen
menyenangkan
toko
bagi
yang
pasar
menyemprotkan
sasaran
mereka,
wangi-wangian
dan
responnya
yang
adalah
menguntungkan.
6. Faktor visual
Warna dapat menciptakan suasana hati dan oleh karena menjadi faktor yang
penting dalam suasana. Warna merah, kuning, dan orange dianggap sebagai
warna yang hangat dan kedekatan yang diinginkan. Warna-warna yang
menyejukan seperti biru, dan violet digunakan untuk membuka tempat-tempat
yang tertutup dan menciptakan suasana yang elegan dan bersih. Warna-warna
tertentu lebih pas untuk barang-barang yang dipajang dengan beludru hitam
ataau biru tua. Pencahayaan juga bisa mempunyai pengaruh yang penting
terhadap suasana toko.
2.5.3
Elemen Store Atmosphere
Store atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya berpengaruh
terhadap suasana toko yang ingin diciptakan. Elemen-elemen store atmosphere
terdiri dari exterior, general interior, store layout, dan interior displays.
Gambar 2.2
Elemen-elemen Store Atmosphere
Store
Layout
Exterior
Store Atmosphere
Created by The
Retailer
Interior
Displays
General
Interior
Sumber: Berman dan Evans (2007; 545)
1.
Exterior
Menurut Berman dan Evan (2007; 545-548), penjelasan tentang exterior
adalah sebagai berikut:
Exterior sebuah toko mempunyai pengaruh yang kuat terhadap image toko dan
harus direncanakan secara matang. Konsumen terkadang menilai sebuah toko dari
bagian depannya. Bagian depan sebuah toko merupakan keseluruhan physical
exterior dari sebuah toko. Yang termasuk dalam exterior adalah pintu masuk,
etalase, teras, papan nama toko, dan konstruksi material lainnya.
Sebuah papan nama dapat dibuat dengan menggunakan cat atau lampu
neon, yang diset secara terpisah atau bersama-sama dengan slogan (trademark)
dan informasi lainnya. Papan nama toko juga harus dapat menarik perhatian.
Yang termasuk exterior toko adalah pintu masuk toko. Pintu masuk toko
harus memperhatikan tiga hal utama yaitu :
a) Yang pertama adalah jumlah pintu masuk yang dibutuhkan. Banyak toko kecil
yang hanya mempunyai satu pintu masuk. Sebuah department store mungkin
bisa memiliki pintu masuk antara empat sampai delapan buah atau lebih.
Sebuah toko diharapkan dapat mengatur antara pintu keluar dan masuk toko,
karena pintu keluar dan masuk toko memiliki tujuan berbeda sehingga
memerlukan desain yang berbeda juga.
b) Hal yang kedua adalah tipe dari pintu masuk yang dipilih, apakah yang dapat
secara otomatis membuka sendiri atau yang bersifat manual. Lantai jalan
masuk dapat menggunakan semen, keramik atau karpet.
c) Hal yang terakhir adalah jalan masuknya. Jalan yang lebar dan lapang dapat
menciptakan atmosfir yang berbeda dibandingkan dengan jalan yang kecil dan
sempit. Etalase yang besar mungkin sangat atraktif, tetapi hal ini dapat
menimbulkan masalah apabila tidak cukup tempat bagi jalan masuk.
Etalase toko juga memiliki arti yang penting bagi exterior toko. Etalase
toko memiliki dua tujuan utama yaitu :
a) Sebagai identifikasi dari sebuah toko
b) Sebagai alat untuk menarik orang agar masuk ke dalam toko.
Dalam beberapa kasus, tercapainya tujuan store atmosphere adalah
melalui penataan yang unik dan menarik perhatian. Bagian depan toko yang
berbeda, papan nama toko yang menarik, sirkulasi udara yang baik, dekorasi
etalase yang baik, dan bangunan toko yang tidak biasa adalah merupakan
kelengkapan-kelengkapan yang dapat menarik perhatian karena keunikannya.
Lingkungan di sekitar toko juga perlu diperhatikan. Lingkungan luar toko
dapat berpengaruh terhadap citra mengenai harga produk, level, serta pelayanan
toko dan sebagainnya. Lingkungan di sekitar toko menunjukkan keadaan
demografi dan gaya hidup serta orang-orang yang tinggal disekitar toko.
Fasilitas parkir juga berpengaruh terhadap atmosfir toko. Tempat parkir
yang dekat dengan toko serta gratis mencitrakan kesan yang lebih positif daripada
tempat parkir yang memungut bayaran serta letaknya jauh dari pintu masuk toko.
Pembeli potensial mungkin tidak akan mau memasuki toko apabila harus bersusah
payah memarkirkan mobilnya. Store atmosphere dapat berkurang kenyamanannya
apabila tempat parkirnya sempit serta antrian masuknya padat.
2. General Interior
Menurut Berman dan Evan (2007; 548-550), yang dimaksud dengan
general interior adalah sebagai berikut:
General interior toko merupakan elemen-elemen yang dapat mempengaruhi
persepsi konsumen ketika berada dalam sebuah toko. Lampu yang terang dengan
vibrant colors dapat memberikan kontribusi terhadap atmosfir yang berbeda
daripada penerangan dengan lampu yang remang. Suara dan aroma dapat
mempengaruhi perasaan konsumen. Sebuah restoran dapat menggunakan aroma
makanan untuk merangsang konsumen. Toko kosmetik dapat menggunakan
aroma dari parfum untuk menarik konsumen. Salon kecantikan dapat memainkan
musik yang slow atau rock tergantung permintaan pelanggannya. Musik dengan
tempo yang lambat dapat membuat orang yang berada dalam supermarket
bergerak lebih lambat.
Perlengkapan toko dapat direncanakan berdasarkan kegunaan dan
estetikannya. Meja, rak barang, pintu, dan tiang merupakan bagian dari dekorasi
interior.
Toko
untuk
kalangan
atas
akan
benar-benar
mendandani
perlengkapannya dengan berkelas. Dinding toko juga mempengaruhi atmosfir.
Pemilihan wallpaper pada setiap toko berbeda sesuai dengan keadaan toko.
Konsumen juga dipengaruhi oleh temperatur udara di dalam toko.
Kurangnya sejuknya udara dapat mempercepat keberadaan konsumen di dalam
toko. Ruangan yang luas dan tidak padat menciptakan suasana yang berbeda
dengan ruangan yang sempit dan padat. Konsumen dapat berlama-lama di dalam
toko apabila mereka tidak terganggu oleh orang lain ketika sedang melihat-lihat
produk yang dijual.
Toko dengan dengan bentuk bangunan yang moderen serta perlengkapan
yang baru akan lebih mendukung atmosfir. Remodelling bangunan serta
penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan yang baru dapat
meningkatkan citra toko serta peningkatan penjualan dan keuntungan.
Yang perlu diperhatikan dari semua hal di atas adalah bagaimana
perawatannya agar dapat selalu terlihat bersih. Tidak peduli bagaimana mahalnya
interior sebuah toko, tetapi apabila terlihat kotor maka akan menimbulkan kesan
jelek.
3. Store Layout
Menurut Berman dan Evan (2007; 552-552), store layout meliputi:
Perencanaan store layout meliputi penataan penempatan ruang untuk mengisi luas
lantai yang tersedia, mengklasifikasikan produk yang akan ditawarkan,
pengaturan lalu lintas di dalam toko, pengaturan lebar ruang yang dibutuhkan,
pemetaan ruangan toko, dan menyusun produk yang ditawarkan secara individu.
Pembagian ruangan toko meliputi ruangan-ruangan sebagai berikut ::
a) Selling space atau ruang penjualan, yang merupakan tempat produk-produk
dipajang serta merupakan tempat interaksi antara pembeli dan penjual.
b) Merchandise space atau ruang merchandise, yang merupakan ruang untuk
produk-produk dengan kategori nondisplayed items.
c) Personel space atau ruang karyawan, yang merupakan ruang yang khusus
untuk karyawan.
d) Customer space atau ruang untuk konsumen, yang meliputi kursi, rest room,
restoran dan lainnya.
Mengatur lalu lintas di dalam toko dilakukan dengan menggunakan dua
pola yaitu straight (gridiron) traffic flow dan curving (free-flowing) traffic flow.
Masing-masing pola memiliki kelebihan sendiri, yaitu:
Pola straight (gridiron) traffic flow memiliki kelebihan sebagai berikut :
a) Dapat menciptakan atmosfir yang efisien.
b) Menciptakan ruang yang lebih banyak untuk memajang produk.
c) Menghemat waktu belanja.
d) Mempermudah mengontrol barang, dan dapat menerapkan self service.
Pola curving (free-flowing) traffic flow memiliki kelebihan sebagai
berikut :
a) Dapat menciptakan atmosfir yang lebih bersahabat.
b) Mengurangi rasa terburu-buru konsumen.
c) Konsumen dapat berjalan-jalan keliling toko dengan pola yang berbeda-beda.
d) Merangsang pembelian yang tidak direncanakan.
Pengaturan luas ruangan yang dibutuhkan diatur berdasarkan antara ruang
penjualan dan ruang nonpenjualan. Pemetaan ruangan toko dimaksudkan untuk
mempermudah penempatan produk yang ditawarkan.
Hal terakhir yang menyangkut store layout adalah menyusun produkproduk yang ditawarkan sesuai dengan karakteristik produk. Produk dan merek
yang paling menguntungkan harus ditempatkan di lokasi yang paling baik. Produk
harus disusun berdasarkan ukuran, harga, warna, merek, dan produk yang paling
digemari konsumen.
Menurut Ma ruf (2006; 208) Ada empat macam layout, yaitu:
a) Tata letak lurus (gridiron lay out/grid lay out)
Pola lurus seperti gambar 2. berikut ini sering dipakai gerai seperti
minimarket, supermarket, dan hypermarket. Pola lurus menguntungkan dalam
hal kesan efisien, lebih banyak barang yang dipamerkan, mempermudah
konsumen untuk menghemat waktu belanja, dan control lebih mudah.
Gambar 2.3
Gridiron Lay Out
Sumber: Hendri Ma ruf (2006;209)
b) Tata letak bebas (Free flow lay out)
Pola arus bebas untuk gerai kecil seperti terlihat dalam gambar 2.3. untuk
gerai besar seperti departemen store tata letak ini disebut juga sebagai tata
letak lengkung (curving lay out) karena polanya berbelok atau melengkung
dengan potongan berupa gang (aisle) yang memungkinkan pengunjung gerai
bebas berbelok. Tata letak dengan pola ini menguntungkan dalam hal memberi
kesan bersahabat dan mendorong konsumen untuk bersantai dalam memilih.
Gambar 2.4
Free flow Lay Out
Sumber: Hendri Ma ruf (2006;209)
c) Tata letak butik (Boutique lay out)
Tata letak butik merupakan versi yang sama dengan tata letak arus bebas,
kecuali bahwa bagian-bagian atau masing-masing departemen diatur seolaholah toko specialty yang berdiri sendiri. Tata letak ini menjadi mahal karena
pengaturannya disesuaikan dengan target market yang berbeda-beda dalam
gerai yang sama. Untuk gerai kecil, tata letak butik adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5
Boutique Lay Out
Sumber: Hendri Ma ruf (2006;210)
d) Tata letak arus berpenuntun (Guidded shopper flows)
Tata letak arus berpenuntun terbilang tata letak yang sedikit dianut. Tata letak
ini membuat pelanggan dapat
digiring
melalui jalan yang diciptakan
sehingga salah satu kelemahannya adalah kelelahan sebagian pelanggan.
Tetapi keuntungan bagi pelanggan mereka mendapatkan suguhan pilihan
produk dalam ragam dan jumlah item yang besar.
4. Interior (Point-of-Purchased) Displays
Menurut Berman dan Evan (2007; 555-557), jenis dari interior display
adalah sebagai berikut:
a) Assortment displays
Merupakan bentuk interior displays yang digunakan untuk berbagai macam
produk yang berbeda dan dapat memperngaruhi konsumen untuk merasakan,
melihat, dan mencoba produk. Kartu ucapan, majalah, buku, dan produk
sejenis lainnya merupakan produk-produk yang menggunakan assortment
displays.
b) Theme-setting displays
Merupakan bentuk interior displays yang menggunakan tema-tema tertentu.
Theme-setting displays digunakan dengan tujuan untuk membangkitkan
suasana/nuansa tertentu. Biasanya, digunakan dalam even-even tertentu seperti
menyambut hari kemerdekaan, valentine, dan hari-hari besar lainya.
c) Ensemble displays
Merupakan bentuk interior displays yang digunakan untuk satu setel produk
yang merupakan gabungan dari berbagai macam produk. Biasanya digunakan
untuk produk satu setel pakaian ( sepatu, kaos kaki, celana, baju, dan jaket ).
d) Rack displays
Merupakan bentuk interior displays yang memiliki fungsi utama sebagai
tempat/gantungan untuk produk yang ditawarkan. Bentuk lain dari rack
displays adalah case displays yang memiliki fungsi hampir sama dengan rack
displays hanya saja case displays digunakan untuk produk-produk seperti
catatan, buku, dan sejenisnya.
e) Cut case
Merupakan interior displays yang murah karena hanya menggunakan kertas
biasa. Biasanya digunakan di supermarket atau oleh toko yang sedang
menyelenggarakan diskon. Bentuk lain dari cut case adalah dump bin,
merupakan tempat menumpuk pakaian-pakaian atau buku-buku yang sedang
di diskon.
Poster, papan petunjuk, dan ragam interior displays lainnya dapat
mempengaruhi atmosfir toko karena memberikan petunjuk bagi konsumen. Selain
memberikan petunjuk bagi konsumen, interior displays juga dapat merangsang
konsumen untuk melakukan pembelian.
2.6
Perilaku Konsumen
Konsumen sebagai stakeholder suatu perusahaan yang harus diperhatikan,
mempunyai perilaku dan persepsi yang berbeda-beda. Konsumen dapat
menentukan kelangsungan hidup suatu perusahaan, karena itu perusahaan harus
dapat mengambil hati dan membuat image baik dimata konsumen.
2.6.1
Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen menurut Peter dan Olson (2005; 5) adalah:
Consumer behavior as the dynamic interaction of affect and cognition,
behavior, and the environment by which human beings conduct the
exchange aspects of their live .
Pengertian perilaku konsumen menurut Michael R. Solomon (2004; 7)
adalah:
Consumer behavior is the study of the processes involved when
individuals or groups select, purchase, use, or dispose of product,
services, ideas, or experiences, to satisfy needs and desires .
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah suatu proses dimana seseorang atau sekelompok orang menentukan
sikapnya terhadap suatu produk, pemikiran, atau pengalaman untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan. Seseorang atau sekelompok orang tersebut juga
melakukan pertukaran tentang aspek-aspek dalam kehidupan (bertukar pikiran).
2.6.2
Model Rangsangan-Tanggapan Keputusan Pembelian
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam buku Manajemen
Pemasaran yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2007; 226), titik
tolak model rangsangan tanggapan keputusan pembelian diperlihatkan dalam
gambar 2.6 berikut. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti, yaitu
system kepercayaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen. Nilai inti itu
jauh lebih dalam daripada perilaku atau sikap, dan pada dasarnya menentukan
pilihan dan keinginan orang dalam jangka panjang.
Gambar 2.6
Model Perilaku Konsumen
Psikologi
Rangsangan
Rangsangan
Konsumen
Proses Keputusan
Pemasaran
Lain
Motivasi
Pembelian
Produk & jasa
Ekonomi
Persepsi
Pengenalan masalah
Pilihan produk
Harga
Teknologi
Pembelajaran
Pencarian informasi
Pilihan merek
Distribusi
Politik
Memori
Pemilihan alternatif
Pilihan dealer
Komunikator
Budaya
Keputusan
Jumlah pembelian
Karakteristik
pembelian
Saat yang tepat
Konsumen
Perilaku pasca
melakukan pembelian
Budaya
pembelian
Metode pembayaran
Keputusan Pembeli
Sosial
Personal
Sumber: Kotler dan Keller (2007:226)
Dari model 2.6 diketahui bahwa rangsangan dari luar baik berupa
rangsangan pemasaran, yaitu produk, harga, promosi dan distribusi maupun
rangsangan lingkungan ekonomi, teknologi, politik, dan budaya, dapat
mempengaruhi pilihan konsumen akan produk, merek, dan penjualan. Oleh karena
itu pemasar harus memahami apa yang terdapat pada karakteristik pembeli dan
proses keputusan pembelian.
2.6.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian
Memahami konsumen sasaran dan tipe dari proses keputusan yang akan
mereka lalui merupakan tugas penting bagi seorang pemasar. Disamping itu,
pemasar juga perlu mengenal pelaku-pelaku lain yang mempengaruhi keputusan
membeli, memahami tingkah laku pembeli pada setiap tahap pembelian dan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku mereka.
Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan
(2007;214), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut
ini :
1. Faktor Budaya
Faktor Budaya ini terdiri dari:
a) Budaya
Seseorang menciptakan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan
perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya.
b) Sub-budaya
Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah
geografis.
c) Kelas Sosial
Stratafikasi kadang-kadang terbentuk system kasta dimana anggota
kasta yang berbeda dibesarkan dalam peran tertentu dan tidak dapat
mengubah keanggotaan kasta mereka.
2. Faktor Sosial
Merupakan pembagian masyarakat yang relative homogeny dan permanen
yang tersusun secara hirarkis yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat,
dan perilaku yang serupa. Dan faktor sosial ini kemudian diuraikan lagi
menjadi:
a) Kelompok acuan
Seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh
langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang.
b) Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat dan ia telah menjadi objek penelitian yang
luas.
c) Peran dan status
Seseorang berpartisipasi ked ala banyak kelompok sepanjang hidup
keluarga klub, organisasi.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi,
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
a) Usia dan Tahap Siklus Hidup
Setiap orang membeli barang-barang yang berbeda pada tingkat usia
tertentu dan tingkat manusia terhadap pakaian, perabot rekreasi juga
berhubungan dengan usia.
b) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Seorang
direktur perusahaan akan mempunyai pola konsumsi yang berbeda
dengan seorang dokter dan lain sebagainya.
c) Gaya hidup
Merupakan pola hidup seseorang di dunia yang diekpresikan dalam
aktivitas, minat dan opini.
d) Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian diartikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang
berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif
konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya.
4. Faktor psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu:
a) Motivasi
Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk
bertindak.
b) Persepsi
Merupakan proses yang digunakan oleh individu untuk memilih,
mengorganisasikan dan menginterprestasi masukan-masukan informasi
guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
c) Pembelajaran
Meliputi perubahan prilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
d) Keyakinan dan sikap
Keyakinan merupakan gambaran pemikiran yang dianut seseorang
tentang suatu hal. Keyakinan dapat berdasarkan pengetahuan,
pendapat, atau kepercayaan.
2.7 Pengambilan Keputusan Konsumen
Konsumen yang akan membeli suatu produk, akan berusaha mencari
informasi sebanyak mungkin sebelum melakukan keputusan pembelian.
Konsumen tersebut biasanya melalui tahapan pengambilan keputusan sebelum
melakukan pembelian.
2.7.1
Pengertian Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Setiadi dalam bukunya Perilaku Konsumen Konsep dan
Implikasi (2003:16) menyatakan bahwa :
Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making)
adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan
untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih
salah satu diantaranya .
Sedangkan pengertian keputusan pembelian konsumen menurut Tjiptono
(2008:19), yaitu sebagai berikut :
Keputusan pembelian konsumen merupakan tindakan individu yang
secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam usaha
memperoleh dan menggunakan suatu produk atau jasa yang
dibutuhkan .
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
konsumen adalah suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif
penyelesaian masalah yang dikumpulkan oleh seorang konsumen, dan
mewujudkannya dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah proses tersebut, barulah
konsumen itu dapat mengevaluasi pilihannya, dan menentukan sikap yang akan
diambil selanjutnya.
2.7.2
Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu
pengenalan masalah, pencarian informasi, evalusi alternatif, keputusan pembelian
dan perilaku pasca pembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian dimulai jauh
sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu.
Namun, para konsumen tidak selalu melewati seluruh lima urutan tahap
ketika membeli produk. Mereka bisa melewati atau membalik beberapa tahap.
Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan
(2007:235), proses keputusan konsumen diuraikan sebagai berikut :
Gambar 2.7
Proses Keputusan Pembelian
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku Pasca
Pembelian
Sumber : Kotler dan Keller (2007;235)
1) Pengenalan Masalah
Proses dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal (lapar, haus,
dsb) dan eksternal (menonton iklan televisi).
Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan
tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Mereka
kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat
konsumen. Ini sangat penting pada pembelian dengan kebebasan memilih
(discretionary), misalnya pada barang-barang mewah, paket liburan dan opsi
hiburan. Motivasi konsumen perlu ditingkatkan sehingga pembeli potensial
memberikan pertimbangan yang serius.
2) Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya ke dalam dua level
rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan
penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka terhadap
informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif
mencari informasi seperti mencari bahan bacaan, menelepon teman dan
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
Yang menjadi perhatian utama pemasar adalah sumber-sumber informasi
utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber
tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi
konsumen digolongkan kedalam empat kelompok :
a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersil : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.
c. Sumber publik : media massa, oerganisasi penentu peringkat konsumen.
d. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk.
3) Evaluasi Alternatif
Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan dan model-model terbaru
yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi
kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian
atas produk dengan sangat sadar dan rasional.
Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi
konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua,
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan
kemampuan yang berbeda-beda dalam memberi manfaat yang digunakan
untuk memuaskan kebutuhan itu.
4) Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merekmerek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk
niat untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud
pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub keputusan : merek, dealer,
kualitas, waktu dan metode pembayaran.
5) Perilaku Pasca Pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian
karena memerhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar
hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga
terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran
harus memasok keyakinan dan evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen
dan membantu dia merasa nyaman dengan merek.
Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para
pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca
pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian.
Kepuasan Pasca Pembelian
Kepuasan pembeli adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli
produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Jika
kinerja produk lebih rendah daripada harapan, pelanggan akan kecewa,
jika ternyata sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas, jika melebihi
harapan, pembeli akan sangat puas. Perasaan- perasaan itu akan
membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan
membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
tentang produk tersebut dengan oarng lain.
Tindakan Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi
perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan
kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.
Para pelanggan yang tidak puas mungkin membuang atau mengembalikan
produk tersebut. Mereka mungkin mengambil tindakan publik seperti
mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut. Komunikasi pasca pembelian
dengan pembeli ternyata menghasilkan berkurangnya pengembalian
produk dan pembatalan lainnya.
Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian
Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan membuang
produk tertentu. Dalam kasus ini, konsumen harus diyakinkan tentang
keuntungan penggunaan secara lebih teratur, dan rintangan potensial
terhadap penggunaan yang ditingkatkan harus diatasi. Jika para konsumen
membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka
membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan.
2.8 Hubungan Store Atmosphere Dengan Keputusan Pembelian
Dalam menghadapi persaingan di bisnis restoran, yang harus dilakukan
perusahaan adalah memberikan sesuatu yang menarik konsumen agar
mau
mengunjungi toko, melakukan pembelian, merasa puas, dan pada akhirnya
melakukan pembelian ulang. Salah satunya adalah dengan cara menampilkan
store atmosphere yang kuat dan kreatif yang merupakan perpaduan unsur-unsur
tampilan di dalam maupun di luar toko dengan segala suasananya. Diharapkan
konsumen akan datang dan tidak akan beralih pada pesaing.
Store atmosphere yang disesuaikan dengan karakteristik pribadi konsumen
akan menciptakan respon yang berbeda-beda. Store atmosphere selain dapat
mempengaruhi perilaku konsumen juga dapat mempengaruhi perilaku dan respon
psikologis pekerja toko itu sendiri. Konsumen mengevaluasi alternatif ritel dan
saluran pemasaran agar dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan peritel
berusaha untuk mempengaruhi konsumen agar melakukan pembelian suatu barang
atau jasa yang ditawarkan. Menurut Levy dan Weitz dalam bukunya Retailling
Management (2007;491) bahwa:
specifically, retailers would like the store design to attract customers to
the store, enable them to easily locate merchandise of interenst, keep
them in the store for a long time, motivate them to make unplanned,
impuls purchases , and provide them with a satisfying shopping
experience .
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa store atmosphere bertujuan
untuk menarik perhatian konsumen untuk berkunjung, memudahkan mereka
untuk mencari barang yang dibutuhkan, mempertahankan mereka untuk berlamalama berada di dalam toko, memotivasi mereka untuk membuat perencanaan
secara mendadak, mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian, dan
memberikan kepuasan dalam berbelanja. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa store atmosphere yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan
pengaruh positif terhadap keputusan pembelian pada konsumen.
Download