1 abstrak

advertisement
1
KAJIAN PENGARUH PEMANASAN TERHADAP JUMLAH MOLEKUL AIR PADA ZEOLIT Y YANG
DISISIPI KATION Mg2+ DAN Ca2+ DENGAN METODE
MEKANIKA
MOLEKULER
ion dan molekul
air yang
bergerak sangat bebas
3
Agung Tri Prasetya1, Nur Muhammad
Hidayat2, Kasmui
untuk mengalami
penggantian ion dan dehidrasi yang
reversibel.
ABSTRAK Unit bangunan primer dari kerangka zeolit
adalah tetrahedral, yang pusatnya atom silikon atau
alumunium,
dengan
4 atom molekul
oksigenair pada
yang
Dalam penelitian ini akan dibuat pemodelan zeolit Y yang
akan diteliti
adalah pelepasan
atom oksigen
menghubungkan
zeolit Y dengan melakukan perubahan suhu dan pengaruhmengelilinya.
perubahan Setiap
suhu terhadap
ukuran
pori zeolit Y2
tetrahedral.
Kemudian,
tetrahedral
menggunakan metode mekanika molekular dalam program Hyperchem
7,5 versi
evaluasi. Pada
penelitian berlanjut
ini kami
membentuk kerangka. Penggantian Si4+ dengan Al3+
menggunakan zeolit Y yang disisipi kation Mg2+ dan Ca2+.
menyebabkan
negatif,
Pemodelan struktur zeolit Y pada tahap awal dilakukan dengan
membuatkerangka
kerangka zeolit
strukturbermuatan
satu unit sel
zeolit
menyebabkan
diikatnya
monovalent
atau
Y yang terdiri dari sepuluh sangkar sodalit (sangkar β) yangyaitu
dihubungkan
dengan
oksigenkation
sebagai
jembatannya
yang ditempatkan
bersama
dengan
molekul
didalam cincin beranggota enam, dan membentuk pori besar divalent
(cavity/supercage)
yang disebut
sangkar
α dan
juga
pada saluran
struktur.
Kation pada dengan
saluran mudah
membentuk window yang merupakan cincin beranggota air
duabelas.
Kemudian
ditambahkan
kation
2+ karena itu kation-kation tersebut
oleh
monovalent atau divalent, kation yang digunakan adalah Na+,digantikan,
Mg2+ dan Ca
. Zeolit Y juga mengandung molekuldapat digantikan
kation sangkar
dari luarβ adalah
kerangka,
molekul air. Molekul air ini berada pada setiap sangkar β. Jumlah
molekul airdengan
pada setiap
4,
berbeda
pada
Si
dan
Al
yang
tidak
dapat
digantikan
total keseluruhan molekul air pada 1 sangkar α adalah 40 molekul air, karena 1 sangkar α terdiri dari 10 sangkar
kondisi 4yang
biasa,
melainkan
β. Zeolit Y yang mengandung kation ditambahkan molekul airdibawah
yang berjumlah
molekul
setiap
sangkardimasukkan
β. Zeolit Y
ke dalam simulasi
tetrahedral
(T) atau
kerangka
kation
yang telah ditambahkan molekul air kemudian dipanaskan menggunakan
molecular
dynamics
dengan
run
o
o
(Tsitsishvili
alo1992
: 1-2).
time 1 dan heat time 1 pada suhu 25oC dan suhu 200oC, 250
C, 300oC, et350
C, 400
C, 450oC, dan 500oC untuk
Zeolit juga sering disebut sebagai 'molecular
zeolit Y yang disisipi kation Mg2+ dan Ca2+.
sieve'
/ 'molecular
mesh'
molekuler)
karena
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu optimum untuk
pelepasan
molekul
air(saringan
pada zeolit
Y yang disisipi
o
memiliki
berukuran
molekuler
kation Mg2+ adalah suhu 200oC dan untuk kation Ca2+ adalahzeolit
suhu 350
C yang pori-pori
menggunakan
simulasi molecular
o
sehingga
memisahkan/menyaring
molekul
dynamics dengan run time 1 dan heat time 1. Jika suhu dinaikkan
dari 25mampu
C sampai
500oC, maka ukuran pori
zeolit
2+
2+
ukuran tertentu.
Y yang disisipi kation Mg dan Ca akan semakin mengecil.dengan
Pada suhu-suhu
tertentuZeolit
terjadimempunyai
pembesaranbeberapa
ukuran
2+ antara
o
o
sifat
: 250
mudah
airoC akibat
pori kembali, yaitu pada suhu 350oC dan 450oC untuk kation Ca
, dan padalain
suhu
C, 350melepas
C, dan 450
untuk
2+
pemanasan,
tetapi
juga
mudah
mengikat
kembali
kation Mg .
molekul air dalam udara lembab. Oleh sebab sifatnya
Kata kunci : Molekul Air, Zeolit Y, Metode Mekanika Molekuler
tersebut maka zeolit banyak digunakan sebagai bahan
pengering. Zeolit juga mudah melepas kation dan
PENDAHULUAN
diganti dengan kation lainnya, misal zeolit melepas
Penelitian kimia dengan alat komputer pada era
ion Na+ dan digantikan dengan mengikat ion Ca2+
1950-an dimulai dengan kajian hubungan struktur
atau ion Mg2+. Sifat ini yang menyebabkan zeolit
kimia dengan aktivitas fisiologi dari senyawa. Salah
dimanfaatkan untuk melunakkan air (http://id.
satu ahli kimia yang berjasa besar dalam bidang ini
wikipedia.org/wiki/Zeolit).
adalah John Pople yang berhasil mengkonversi teoriPenelitian kimia komputasi terhadap zeolit dan
teori fisika dan matematika ke dalam kimia dengan
metode yang digunakan masih merupakan bidang
sarana program komputer. Metode kimia komputasi
kajian yang baru. Penggunaan metode mekanika
memungkinkan para kimiawan melakukan penentuan
molekuler sangat dimungkinkan untuk membuat
struktur dan sifat suatu sistem kimia dengan cepat.
model zeolit. Keunggulannya adalah metode ini lebih
Bidang yang sangat terbantu dengan berkembangnya
tepat dilakukan karena mampu untuk melakukan
kimia komputasi adalah bidang kristalografi
perhitungan terhadap molekul besar dengan jumlah
(Pranowo 2000: 2-3).
atom yang banyak (100.000 atom). Sedangkan
Pemodelan molekul merupakan salah satu
metode yang lain yaitu metode semi empiris, metode
bagian komputasi kimia tentang studi struktur
ab initio, dan metode DFT memerlukan kapasitas
molekul, yang mempelajari tentang struktur, sifat,
komputer yang besar pada waktu operasi CPU
karakteristik dan kelakuan suatu molekul. Pemodelan
komputer, memori dan ruang penyimpanan (Pranowo
molekul dapat digunakan untuk merancang suatu
2000 : 23).
molekul sebelum dibuat di laboratorium sehingga
Dalam keadaan normal kristal zeolit terisi oleh
dapat diperoleh molekul yang diinginkan secara
molekul air bebas yang berada di sekitar kation.
efisien, sebagai contoh pemodelan molekul untuk
Zeolit jika dipanaskan pada suhu 200oC – 400oC
merancang struktur zeolit sebelum dilakukan sintesis
selama 2–3 jam akan melepaskan molekul air dan
zeolit yang dikehendaki (Muhlisin 2008 : 3).
zeolit akan membentuk struktur baru, karena ada
Zeolit memiliki sejumlah sifat kimia maupun
perubahan ukuran pori. Zeolit yang sudah
fisika yang menarik, di antaranya mampu menyerap
melepaskan molekul air dapat berfungsi sebagai
zat organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai
penyerap gas atau cairan.
penukar kation, dan sebagai katalis untuk berbagai
Dalam penelitian ini akan dibuat pemodelan
reaksi. (Handoko 2002 : 103).
zeolit Y yang akan diteliti adalah pelepasan molekul
Zeolit merupakan struktur kerangka aluminosilikat
air pada zeolit Y dengan melakukan perubahan suhu
yang memiliki ruang hampa yang ditempati oleh iondan pengaruh perubahan suhu terhadap ukuran pori
2
zeolit Y menggunakan metode mekanika molekular.
Pada penelitian ini kami menggunakan zeolit Y yang
disisipi kation Mg2+ dan Ca2+.
Zeolit
Zeolit didefinisikan sebagai kristal aluminosilikat
yang mempunyai struktur kerangka tiga dimensi
terbentuk oleh tetrahedral [AlO4]5- dan [SiO4]4dengan pori-pori didalamnya terisi ion-ion logam.
Biasanya logam-logam alkali atau alkali tanah dan
molekul air yang dapat bergerak bebas (Ribiero et al.
1984).
Zeolit aluminosilikat dapat dituliskan dengan rumus
Mx/n{(SiO2)x(AlO2)y}.zH2O di mana Mx/n = umumnya
kation logam alkali dan alkali tanah bervalensi n di
luar kerangka zeolit yang dapat dipertukarkan
(exchangable), n = muatan kation, x dan y = jumlah
tetrahedral tiap sel satuan (unit cell), z H2O = air
kristal tiap sel satuan (Hamdan 1992: 3).
Berdasarkan satuan pembentuk zeolit, kerangka
zeolit dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Unit pembangun primer merupakan unit terkecil
dari kerangka zeolit yang terdiri dari beberapa
tetrahedral TO4. Tetrahedral-tetrahedral ini
bergabung satu sama lain melalui atom oksigen
membentuk kerangka tiga dimensi (Barrer, 1978
dalam Salaman 2004 : 7)
2. Unit pembangun sekunder (UPS) merupakan
gabungan dari dua, tiga atau lebih tetrahedral
untuk membentuk lapisan tunggal atau rantai
cincin. Beberapa unit pembangun sekunder
diantaranya S4R (single four ring), S6R (single
six ring), S8R (single eight ring) dan S5R (single
five ring)
3. Polihedral merupakan gabungan beberapa unit
pembangun
sekunder.
Selanjutnya
unit
pembangun
sekunder
akan
membentuk
polihedral-polihedral yang besar sebagai kristal
zeolit (Oudejans, 1990 dalam Salaman 2004 : 8).
Unit-unit pembentuk Kristal ini saling
dihubungkan oleh atom oksigen. Jika keempat
atom oksigen digunakan bersama-sama maka
akan terbentuk satu kisi tiga dimensi. Beberapa
polihedral diantaranya D4R (double four ring),
D6R (double six ring) dan D8R (double eight
ring)
Di dalam struktur zeolit terdapat tiga komponen
penyusun yang relatif independen satu sama lain.
Ketiga komponen tersebut adalah kerangka
aluminosilikat (aluminosilicate framework), kation
yang dapat dipertukarkan (exchangable cations), dan
air (zeolitic water). Kation dan molekul air dapat
dipertukarkan sepenuhnya oleh molekul lain.
Distribusi molekul air bergantung kepada sifat zeolit,
jumlah dan distribusi kation ditentukan oleh massa
jenis dan distribusi situs anion yaitu alumunium di
dalam struktur (Tsitsishvili et al, 1992).
Molekul Air dan Pemanasan pada zeolit
Molekul air mempunyai rumus molekul H2O,
memiliki massa molar (Mr) sebesar 18,0153 g/mol.
Panjang ikatan antar atom hidrogen dengan atom
oksigen adalah 0,9584 Å, ikatan antara dua atom
hidrogen dengan atom oksigen membentuk sudut
yaitu sebesar 104,45o.
Hamdan (1992), mengemukakan bahwa zeolit
merupakan suatu mineral berupa kristal silika
alumina yang terdiri dari tiga komponen yaitu kation
yang dapat dipertukarkan, kerangka alumino-silikat
dan air. Air yang terkandung dalam pori tersebut
dapat dilepas dengan pemanasan pada temperatur 300
o
C sampai dengan 400 oC. Dengan pemanasan pada
temperatur tersebut air dapat keluar, sehingga zeolit
dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan.
Zeolit Y
Setiap zeolit dibedakan berdasarkan komposisi kimia,
struktur, sifat kimia dan sifat fisika yang terkait
dengan strukturnya. Faujasite memiliki rumus
komposisi Na12Ca12Mg11[(AlO2)59(SiO2)133].235H2O.
Faujasite merupakan jenis zeolit yang tersusun dari
10 unit sangkar beta sebagai unit pembangun
sekundernya (gambar 1.a). Perbedaan faujasite
dengan jenis zeolit yang lain adalah pada komposisi
dan distribusi kation, rasio Si/Al dan keteraturan SiAl pada pusat tetrahedral. Setiap unit sangkar 
penyusun faujasite dihubungkan melalui cincin S6R
(single six ring) membentuk rongga yang berbentuk
seperti atom karbon dalam intan (diamond) (gambar
1.b). rongga faujasite tersusun dari delapan belas unit
S4R (single four ring), empat unit S6R (single six
ring) dan empat unit segi dua belas yang merupakan
window rongga (gambar 1.c).
(a)
(b)
12
(c)
Gambar 1. Kerangka faujasite dan unit penyusunnya:
(a) faujasite (b) rongga faujasite (c) window
(Salaman 2004 : 10)
3
Perlu diketahui bahwa pemodelan zeolit Y
sampai terbentuk satu pori (cavity/supercage)
diperlukan 240 atom Si dan setiap atom Si mengikat
4 atom O sehingga jumlah total atom O dalam
kerangka zeolit Y tersebut sebanyak 528 atom. Rasio
Si/Al = 2 diperoleh dari perbandingan antara atom Si
yang berjumlah 160 atom dan banyaknya atom Al
yang berjumlah 80 atom dalam struktur zeolit Y.
Muatan atom Si = +4, muatan atom Al = +3 dan
muatan atom O = -2 sehingga muatan total struktur
zeolit Y dengan rasio Si/Al = 2 adalah -176. Oleh
karena itu dibutuhkan 176 ion bermuatan +1 (ion Na+
atau ion Li+) dan dibutuhkan 88 ion bermuatan +2
(ion Mg2+ atau ion Ca2+) sebagai kation penyeimbang
muatan negatif pada struktur zeolit Y (Muhlisin 2008
: 49).
Lokasi kation pada struktur zeolit faujasit (zeolit Y)
ditunjukkan pada gambar 2
= oksigen
= kation
Gambar 2. Lokasi Kation pada Struktur Zeolit Y
(Kaduk and Faber 1995: 15).
Ukuran Pori ( Pori Size )
Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang ukuran
pori, perlu mengenal beberapa istilah yang digunakan
pada struktur zeolit yaitu jendela (window), sangkar
(cages), rongga (cavities), saluran (channel).
1) Jendela (window) yaitu n-ring yang melukiskan
muka pori-pori polihedral, seperti pada gambar
3.d.
2) Sangkar (cages) yaitu suatu polihedral yang
jendelanya terlalu sempit untuk dimasuki
spesies asing yang lebih besar dari H2O, seperti
pada gambar 3.a.
3) Rongga (cavities) yaitu suatu pori polihedral
yang mempunyai sedikitnya satu muka,
digambarkan oleh cincin besar yang cukup
untuk dimasuki spesias asing, seperti pada
gambar 3.b.
4) Saluran (channel) yaitu suatu pori-pori yang
tidak terbatas diperluas dalam satu dimensi dan
cukup besar untuk memperbolehkan spesies
asing masuk. Saluran dapat tumpang tindih
untuk membentuk 2 atau 3 dimensi sistem
saluran, seperti pada gambar 3.c.
Gambar 3. Feature (corak) Pori-Pori dalam Zeolit A
(McCusker, Liebau, and Engelhardt 2001: 386-387
dalam Muhlisin 2008 : 15)
Metode Mekanika Molekuler
Model mekanika molekul dikembangkan untuk
mendeskripsikan struktur dan sifat-sifat molekul
sesederhana mungkin. Bidang aplikasi mekanika
molekular meliputi :
1) Molekul yang tersusun oleh ribuan atom
2) Molekul organik, oligonukleotida, peptida, dan
sakarida
3) Molekul dalam lingkungan vakum atau berada
dalam pelarut
4) Senyawa dalam keadaan dasar
5) Sifat-sifat termodinamika dan kinetika (melalui
dinamika molekul)
Di dalam model mekanika molekuler (MM)
atom-atom dipandang sebagai bola pejal dan ikatan
antar atom sebagai pegas. Persamaan deformasi
pegas dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan ikatan untuk merentang (stretch),
membengkok (bend) dan memilin (twist). Molekul
MM juga didasarkan pada energi atom-atom tak
berikatan (non-bonded atom) yang berinteraksi
melalui tolakan van der Waals dan tolakan
elektrostatik. Sifat-sifat tersebut di atas paling mudah
untuk digambarkan secara matematis jika atom-atom
dipandang sebagai bola dengan jari-jari yang spesifik.
Pada prinsipnya tujuan dari model MM adalah
meramalkan energi berikatan dengan konformasi
tertentu dari molekul. Akan tetapi energi MM tidak
memiliki makna sebagai kuantitas mutlak. Hanya
perbedaan energi antara dua atau lebih konformasi
yang mempunyai arti. Persamaan energi MM secara
sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut :
Energi = energi rentangan + energi bengkokan +
energi torsi + energi interaksi tak berikatan
Gambar 4. Sudut torsi, sudut ikatan, interaksi bukan
ikatan dan rentangan ikatan
4
(1) Energi rentangan (stretching energy)
Persamaan energi rentangan didasarkan atas hukum
Hooke. Parameter kb mengontrol kemiringan dari
pegas katan, sementara r0 adalah panjang ikatan
dalam keseimbangan. Persamaan ini mengestimasi
energi yang berikatan dengan vibrasi disekitar
panjang ikatan kesetimbangan.
(2) Energi bengkokan (Bending energy)
Persamaan energi bengkokan juga didasarkan pada
hukum Hooke. Persamaan kθ, mengontrol kemiringan
pegas sudut, sementara θ0 menunjukkan sudut
kesetimbangan. Persamaan ini mengestimasikan
energy yang berkaitan dengan vibrasi di sekitar sudut
ikat keseimbangan (equilibrium bond angle).
Optimasi Geometri
Penentuan struktur yang stabil dari molekul
merupakan langkah perhitungan yang paling umum
terjadi pada pemodelan molekul. Energi relatif dari
struktur teroptimasi yang berbeda akan menentukan
kestabilan konformasi, keseimbangan isomerisasi,
panas reaksi, produksi reaksi, dan banyak aspek lain
dari kimia.
Algoritma Minimasi Energi : Polak Ribiere dan
Konvergensi
Algoritma Polak-Ribiere merupakan salah satu
algoritma matematika yang digunakan pada optimasi
geometri struktur senyawa kimia. Melalui optimasi
geometri dilakukan minimasi energi yaitu mencari
minimum global pada permukaan energi potensial.
Penentuan algoritma Polak-Ribiere didasarkan atas
pertimbangan waktu yang dibutuhkan (computer
time) dan tingkat ketelitian komputer saat mencari
titik minimum.
(3) Energi interaksi sudut torsi (Etor)
Dalam hal ini :
Vn = Konstanta interaksi sudut torsi
n = Periodisitas Fourier term
ф = Phase angle
ф0= Sudut dihedral
(4) Energi Interaksi van der Waals (Evdw)
Dalam hal ini :
ε = Konstanta permeabilitas
r = Jarak antar atom
(5) Energi interaksi elektrostatik (Eelek)
Dalam hal ini :
q1 dan q2 = Muatan atom
r
= Jarak non-ikatan
WindowsTM, Hyperchem TM
Hyperchem merupakan program yang handal dari
pemodelan molekul yang telah diakui mudah
digunakan, fleksibel, dan berkualitas. Dengan
menggunakan visualisasi dan animasi tiga dimensi
hasil perhitungan kimia kuantum, mekanika, dan
dinamika molekular, menjadikan hyperchem terasa
sangat mudah digunakan dibandingkan dengan
program kimia kuantum lainnya.
Pemodelan Molekul
Pemodelan molekul adalah suatu cara untuk
menggambarkan atau menampilkan perilaku molekul
atau sistem molekul sebagai pendekatan dengan
keadaan sebenarnya.
Molecular Dynamics (Dinamika Molekular)
Perhitungan dinamika molekular menirukan
gerakan dari molekul. Hitungan ini punya berbagai
penggunaan, meliputi memperlajari sifat
pada
keseimbangan ( gerakan minimum disekitarnya pada
energi yang muncul dipermukaan) dan perilaku
kinetik (gerakan yang melibatkan perubahan dari satu
status ke lain). Simulasi keseimbangan (pada suhu
tertentu) dapat meramalkan sifat termodinamika dari
satu sistem molekular. Simulasi kinetik (dengan
pemanasan dan pendinginan terkontrol) membantu
untuk mengetahui energi minimum (simulasi
pemanasan). Dengan mengatur dua molekul untuk
berbenturan, ini memungkinkan untuk memodelkan
reaksi kimia pada taraf molekular. (Simulasi
Dinamika molekular menggunakan metode ab initio
membuthkan waktu yang lebih banyak dibandingkan
dengan metode mekanika molekular atau semiempiris, tapi metode ab initio mungkin memodelkan
pematahan ikatan dan formasi ikatan dengan lebih
teliti.
Pada dinamika molekular, lamanya dari waktu
perlakuan dan ukuran dari tahapan waktu pada
simulasi. Dinamika molekular memiliki pilihan
waktu sebagai berikut :
1. Heat time
Waktu dalam picoseconds (ps) untuk mengubah
temperatur dari awal ke simulasi. Disarankan
(default) dalam rentang : 0 sampai 10 ps
2. Run time
Waktu dalam picoseconds untuk menahan sistem
saat temperatur simulasi. Disarankan (default)
pada rentang : 0 sampai 103 ps
3. Cool time
Waktu dalam picoseconds untuk mengubah
temperatur dari simulasi ke final. Disarankan
(default) dalam range : 0 sampai 10 ps.
5
Tahapan temperatur untuk simulasi adalah sebagai
berikut :
1. Starting temperature
Jika heat time lebih besar dari nol, kecepatan awal
atom biasanya memberikan temperatur ini.
Disarankan (default) dalam rentang : 0 sampai
300 K.
2. Simulation temperature
Pada saat mulai run time, kecepatan atom
biasanya menggambarkan temperatur ini. Jika
ingin pemanasan pada simulasi ini, temperatur ini
harus lebih besar dari temperature awal (starting
temperature). Disarankan (default) dalam rentang
: 0 sampai 400 K.
3. Final Temperature
Jika cool time lebih besar dari nol, kecepatan
atom menggambarkan pendekatan temperatur ini
pada saat akhir dari cool time. Jika ingin
melakukan pendinginan pada simulasi ini,
temperatur ini harus lebih rendah dari temperatur
simulasi. Disarankan (default) dalam rentang : 0
sampai 300K.
4. Temperature Step
Penetapan satuan dari step temperatur dalam
Kelvin, untuk heating dan cooling. Disarankan
(default) dalam rentang : 0 sampai 100 K.
(Anonim 1996 : 368-372)
METODE PENELITIAN
Pemodelan struktur zeolit Y untuk tahap pertama ini,
dilakukan pemodelan struktur satu unit zeolit Y
hingga diperoleh satu pori besar (cavity/supercage),
karena yang diteliti dalam penelitian ini adalah
diameter pori besar (cavity/supercage) dan jumlah
molekul air pada zeolit Y. Pemodelan struktur zeolit
Y pertama kali disusun tanpa menggunakan kation
Mg2+ dan Ca2+, karena untuk mengetahui bentuk
struktur awal dari zeolit Y. Bagan alir proses
pemodelan struktur zeolit Y terlihat pada gambar 5.
Setup Hyperchem 7.5
Pemodelan Struktur Zeolit Y Menggunakan
Kation Mg2+ dan Ca2+
Pada pemodelan struktur zeolit Y tahap ini, seluruh
ion Na+ yang berada pada zeolit Y akan digantikan
dengan ion Mg2+. Setelah digantikan dengan Mg2+,
kemudian ion Mg2+ digantikan oleh ion Ca2+.
Membuka file1.hin
Penggantian ion Na+ dengan ion Mg2+
Ulangi untuk Ca2+
Model build
Start log dan ditulis nama file.log-nya
Optimasi menggunakan metode mekanika molekuler MM+
Stop log
Save as dalam file2.hin
Gambar 6. Bagan Alir Proses Penambahan Kation
Mg2+ dan Ca2+
Pemodelan
Struktur
Zeolit
Y
dengan
Penambahan Molekul Air
Pada pemodelan struktur zeolit Y tahap ini, zeolit Y
akan ditambahkan molekul air.
Membuka file1.hin
Penambahan Molekul Air
Ulangi untuk file2.hin
Model build
Menggambar zeolit Y dengan T atom Si/Al dengan rasio 2
Start log dan ditulis nama file.log-nya
Model build
Optimasi menggunakan metode mekanika molekuler MM+
Start log dan ditulis nama file.log-nya
Stop log
Optimasi menggunakan metode mekanika molekuler MM+
Stop log
Save as dalam file1.hin
Gambar 5. Bagan Alir Proses Pemodelan Zeolit Y
Save as dalam file3.hin
Gambar 7. Bagan Alir Proses Penambahan Molekul
Air
6
Pemodelan Struktur Zeolit Y dengan Melakukan
Pemanasan
Pemanasan dilakukan mula-mula pada suhu 25 0C
untuk mengetahui ada tidaknya pengurangan molekul
air pada suhu 25 0C. Pemanasan berikutnya pada
suhu 200–500oC bertujuan untuk menghilangkan
molekul air yang berada pada zeolit Y. Variasi
temperatur dilakukan dengan rentang 50oC,
tujuannya untuk mengetahui perubahan jumlah
molekul air dan ukuran pori zeolit Y setiap kenaikan
temperatur 50oC. Pemanasan dilakukan dengan run
time 1 dan heat time 1. Pemanasan menggunakan
suhu yang berbeda dari parameter default yang telah
ditetapkan pada program Hyperchem simulasi
Molecular Dynamics.
Membuka file3.hin
Start log dan ditulis nama file.log-nya
Pemanasan dengan Molecular Dynamics dengan
run time 1 dan heat time 1
Variasi temperatur
Stop log
Save as dalam file4.hin
Gambar 8. Bagan Alir Proses Pemanasan dengan
Variasi Temperatur
HASIL PENELITIAN
Pemodelan struktur zeolit Y pada tahap awal
dilakukan dengan membuat kerangka struktur satu
unit sel zeolit Y yang terdiri dari sepuluh sangkar
sodalit (sangkar β) yang dihubungkan dengan
oksigen sebagai jembatannya didalam cincin
beranggota enam, dan membentuk pori besar
(cavity/supercage) yang disebut sangkar α dan juga
membentuk window yang merupakan cincin
beranggota duabelas.
Sangkar sodalit (sangkar β) tersusun atas
tetrahedral TO4 yang saling berhubungan, dimana T
adalah atom Si dan atom Al dengan rasio Si/Al 2.
Pada struktur zeolit Y juga terdapat kation Na+ yang
terletak pada posisi yang telah ditentukan, yaitu pada
situs I(I’), situs II(II’), dan situs III(III’). Muatan
atom Si = +4, muatan atom Al = +3, dan muatan
atom O = -2, sehingga muatan totalnya adalah -176.
Oleh karena itu dibutuhkan ion Na+ sebanyak 176,
karena ion Na+ bermuatan +1 dan berfungsi untuk
menetralkan atau menyeimbangkan muatan zeolit Y.
Struktur zeolit Y merupakan pengulangan
dari unit-unit selnya yang saling berhubungan, maka
dalam pemodelan ini hanya dilakukan pemodelan
kerangka struktur satu unit zeolit Y saja.
Zeolit Y pada penelitian ini berbeda rumus
strukturnya dengan zeolit Y yang berdasarkan teori
pada umumnya. Perbedaan ini disebabkan oleh
adanya perbedaan penggunaan rasio Si/Al, dimana
pada zeolit Y pada penelitian ini rasio Si/Al-nya
adalah 2, sedangkan pada teori rasio Si/Al-nya antar
1,5 sampai 3. Perbedaan yang berikutnya adalah
jumlah molekul air yang terkandung pada zeolit Y,
dimana zeolit Y pada penelitian ini mengandung 40
molekul air untuk 1 unit zeolit Y, sedangkan pada
teori jumlah molekul airnya antara 235 sampai 250.
Penelitian ini menggunakan Hyperchem 7,5
versi evaluasi, karena penelitian ini cenderung pada
pemodelan struktur dan pengamatan perubahan
struktur.
Tahap berikutnya yaitu optimasi geometri
dari struktur zeolit Y. Optimasi ini menggunakan
metode mekanika molekuler medan gaya MM+.
Metode komputasi ini digunakan karena struktur
zeolit Y merupakan struktur yang tersusun dari
banyak atom, sehingga membutuhkan metode yang
dapat menghitung dengan cepat dibandingkan dengan
metode ab initio ataupun yang lainnya yang
membutuhkan waktu relatif lebih lama.
Tujuan dari optimasi geometri adalah untuk
mencari energi minimum dari zeolit Y dan energi
yang didapat dengan melakukan optimasi geometri
adalah sebesar -464,879 Kcal/mol untuk zeolit Y
dengan kation Na+.
Zeolit Y yang telah teroptimasi kemudian
diukur diameter porinya, untuk mengetahui diameter
pori struktur zeolit Y pada saat awal sebelum
dilakukan pergantian kation, penambahan molekul air
dan dilakukan pemanasan. Diameter pori zeolit Y
pada saat awal adalah sebesar 15,89627 Ǻ.
Tetrahedral
Sangkar β
Satu unit zeolit Y
Satu unit zeolit Y
dengan kation Na+
dengan rasio Si/Al 2
Keterangan warna atom :
= ion Na+
= alumunium
= silicon
= oksigen
Gambar 9 Proses Pembentukan Satu Unit Zeolit Y
dengan Kation Na+
7
Diameter Pori (cavity/supercage) (Ǻ)
satu unit zeolit Y
sangkar α (supercage)
Gambar 10. Proses Pengukuran Diameter Pori Satu
Unit Zeolit Y
Pemodelan struktur zeolit Y menggunakan kation
Ca2+ dan Mg2+
Jumlah ion divalent adalah setengah dari jumlah ion
monovalent pada zeolit Y. karena fungsi dari kation
ini adalah penyeimbang muatan. Zeolit Y pada tahap
awal menggunakan kationnya menggunakan Na+
yang jumlahnya adalah 176, maka untuk ion Ca2+ dan
Mg2+ jumlahnya adalah 88 karena muatannya adalah
+2. Hal ini karena fungsi kation adalah penyeimbang
atau penetral muatan dari zeolit Y.
Pemodelan ini mula-mula menggantikan posisi ion
Na+ dengan ion Ca2+ yang kemudian di lanjutkan
dengan optimasi geometri untuk mengetahui energi
minimumnya,
kemudian
dilanjutkan
dengan
penggantian kation Na+ dengan Mg2+ pada posisi
yang sama juga.
Energi untuk zeolit Y dengan ion Ca2+ adalah 254,182 Kcal/mol, dan untuk zeolit Y dengan ion
Mg2+ adalah -291,446 Kcal/mol.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Diameter Pori dan Energi
Minimum Zeolit Y tanpa Molekul Air
Jarijari
atom
(Ǻ)*
Jarijari ion
(Ǻ)**
Diameter
pori
(Ǻ)
Energi
Total
(Kcal/
mol)
Na176Al80Si160O528
Na+
1,80
0,95
15,89627
-464,879
Mg88Al80Si160O528
Mg2+
1,50
0,65
15,8661
-291,446
2+
1,80
0,99
15.87694
-254,182
Rumus Struktur
Ca88Al80Si160O528

**
Kation
Ca
(sumber data base hyperchem 7.5)
(sumber : tim kimia anorganik 2002)
Adanya perbedaan energi disebabkan oleh
tata letak dari kation dan interaksi ion kepada zeolit
Y. Apabila jarak antara inti kation dengan inti atom
Al semakin jauh, maka energi yang dibutuhkan
semakin besar. Jika jarak antara inti kation dengan
inti atom Al berdekatan, maka energi yang
dibutuhkan rendah. Perbedaan jarak ini disebabkan
oleh adanya interaksi antara inti kation dengan inti
atom.
Dapat dilihat dari tabel 1 bahwa energi dari
zeolit Y dengan kation Na+ memiliki energi yang
paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa zeolit Y
denan kation Na+ merupakan zeolit Y yang paling
stabil diantara yang zeolit Y dengan kation Mg2+ dan
Ca2+. Oleh sebab itu zeolit Y dengan kation Na+ atau
NaY adalah zeolit Y yang paling sering kita temui.
Pemodelan struktur zeolit Y dengan penambahan
molekul air
Zeolit Y juga mengandung molekul-molekul
air. Molekul air ini berada pada setiap sangkar β.
Jumlah molekul air pada setiap sangkar β adalah 4,
total keseluruhan molekul air pada 1 sangkar α adalah
40 molekul air, karena 1 sangkar α terdiri dari 10
sangkar β. Molekul air yang berjumlah 40 jika
dikonversikan ke dalam satuan gram yaitu 119,54 x
10-23 gram. Satu unit zeolit Y pada penelitian ini
mengandung molekul air sebanyak 119,54 x 10-23
gram.
Zeolit Y yang telah teroptimasi kemudian
ditambahkan molekul air yang berjumlah 4 molekul
setiap sangkar β. Penempatan molekul air ini
dilakukan dengan sembarang, karena tidak diketahui
lokasi yang spesifik. Setelah dilakukan penambahan
molekul air, kemudian zeolit Y di optimasi kembali
menggunakan metode mekanika molekuler medan
gaya MM+ untuk mengetahui energi minimum dan
mengetahui struktur yang stabil.
Energi untuk zeolit Y dengan kation Na+
adalah -474,0593 Kcal/mol, zeolit Y dengan kation
Mg2+ adalah -105,4781 Kcal/mol, dan untuk zeolit Y
dengan kation Ca2+ adalah -142,4537 Kcal/mol.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Diameter Pori dan Energi
Minimum Zeolit Y dengan Molekul Air
Rumus Struktur
Kation
Jumlah
Molekul
Air
Diameter
pori
(Ǻ)
Energi
Total
(Kcal/
mol)
Na176Al80Si160O528.40H2O
Na+
40
15,88671
-474,0593
Mg88Al80Si160O528.40H2O
Mg2+
40
15,86573
-105,4781
Ca88Al80Si160O528.40H2O
Ca2+
40
15,88105
-142,4537
Dapat dilihat dari tabel 2 terjadi perbedaan
energi antara sebelum penambahan molekul air
dengan sesudah penambahan. Dapat dilihat bahwa
zeolit Y dengan kation Na+ masih merupakan zeolit
Y yang paling stabil, karena memiliki energi yang
paling rendah.
Terdapat perubahan diameter pori tetapi
tidak terlalu besar, karena perhitungan diameter pori
menggunakan rata-rata dari seluruh jarak antar atom
O dengan atom O lain yang terjauh. Oleh sebab itu
perubahan yang terjadi tidak terlalu besar, hal ini juga
disebabkan karena satuannya adalah angstrom.
Adanya perubahan ukuran dari diameter disebabkan
oleh interkasi kation dan molekul air.
8
sedangkan pada zeolit Y dengan kation Mg2+ terjadi
pengurangan 1 molekul air dan pada kation Ca2+
tidak terjadi pengurangan.
Pengurangan molekul air adalah keluarnya
molekul air dari sangkar beta menjauhi zeolit Y,
bukan putusnya ikatan antar atom pada molekul air.
Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat
hubungan antara interkasi molekul air dengan kation
dan ukuran jari-jari ion. Interaksi yang paling banyak
terjadi terdapat pada zeolit Y dengan kation Na+,
karena jumlahnya lebih banyak dibandingkan kation
Ca2+ dan Mg2+ dan kation Na+ juga memiliki jari-jari
yang besar. Oleh sebab itu terjadi banyak sekali
pengurangan pada zeolit Y ini.
Zeolit Y dengan kation Mg2+ juga terjadi
pengurangan, karena terjadi interaksi antara kation
Mg2+ dengan molekul air, tetapi lebih sedikit
dibandingkan zeolit Y dengan kation Na+.
Pengurangan yang terjadi tidak terlalu besar, karena
jari-jari kation Mg2+ lebih kecil dibandingkan kation
Na+ dan juga jumlah kation Mg2+ lebih sedikit
daripada kation Na+.
Tidak terjadinya pengurangan pada zeolit Y
dengan kation Ca2+, karena sedikitnya interaksi yang
terjadi antara molekul air dengan kation Ca2+. Hal ini
juga disebabkan oleh ukuran jari-jari ion Ca2+ lebih
besar daripada Na+ dan Mg2+, sehingga menyulitkan
molekul air untuk keluar dari zeolit Y.
Tahap berikutnya zeolit Y dengan kation
Mg2+ dan Ca2+ dipanaskan kembali untuk suhu
200oC, 250oC, 300oC, 350oC, 400oC, 450oC, dan
500oC. Pemanasan dilakukan dengan melanjutkan
pemanasan yang sebelumnya, yaitu zeolit Y pada
suhu 25oC dipanaskan kembali pada suhu 200oC, dan
kemudian zeolit Y suhu 200oC digunakan kembali
untuk dipanaskan pada suhu 250oC, hal ini
dilanjutkan sampai pada suhu terakhir yaitu 500oC.
Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan yang
terjadi pada struktur dan pengurangan molekul air.
Apabila pemanasan dilakukan dari zeolit Y yang
belum dipanaskan, pengurangan molekul airnya akan
tidak stabil antara suhu yang satu dengan suhu yang
lainnya walaupun suhu tersebut lebih tinggi.
+
Keterangan warna atom :
= ion Na+
= alumunium
= silicon
= oksigen
Gambar 11. Proses Penambahan Molekul Air pada
Zeolit Y dengan Kation Na+
Pemanasan pada zeolit Y
Molekul air pada zeolit Y dapat dikeluarkan
dengan melakukan pemanasan selama beberapa jam
dan biasanya menggunakan suhu 200oC sampai
400oC. Zeolit Y yang sudah tidak mengandung
molekul air dapat digunakan sebagai penyerap gas
ataupun cairan.
Pada penelitian ini suhu yang digunakan
adalah suhu 25oC, 200oC, 250oC, 300oC, 350oC,
400oC, 450oC, dan 500oC. Pemanasan pada program
hyperchem dapat menggunakan dinamika molekular,
karena dinamika molekular adalah simulasi yang
paling cocok untuk melakukan pemanasan pada
molekul air.
Pemanasan dilakukan dengan heat time 1
dan run time 1. Hal ini dilakukan karena ingin
mengetahui apakah ada perbedaan pengurangan
molekul air apabila menggunakan perlakuan yang
sama. Run time adalah waktu pemanasan pada suhu
yang ditentukan dan heat time adalah waktu yang
diperlukan untuk mencapai suhu yang ditentukan.
Pemanasan untuk zeolit Y dengan kation
Na+, Mg2+, dan Ca2+ pada tahap awal dilakukan pada
suhu kamar, fungsinya untuk mengetahui apakah ada
pengurangan molekul air pada suhu kamar apabila
dilakukan pemanasan.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Perubahan Diameter Pori
dan Jumlah Molekul Air Zeolit Y pada Suhu 25oC
No
1
2
3
Kation
+
Na
Mg2+
Ca2+
Suhu
(oC)
25
25
25
Diameter
pori
(Ǻ)
Jumlah
Molekul
Air
15,9327
15,81562
15,88099
34
39
40
Energi
Total
(Kcal/
mol)
653,43
873,668
827,334
Run
time
Heat
time
1
1
1
Dapat dilihat dari tabel 4.3 bahwa pada suhu
kamar terjadi pengurangan molekul air untuk zeolit Y
dengan kation Na+ dan Mg2+. Hal ini disebabkan oleh
adanya interaksi antara molekul air dengan kation
Na+ dan Mg2+ serta pengaruh dari jari-jari ion
tersebut. Pengurangan yang paling banyak terjadi
pada zeolit Y dengan kation Na+ yaitu 6 molekul air,
1
1
1
Tabel 4. Hasil Pengamatan Perubahan Diameter Pori
dan Jumlah Molekul Air dengan Variasi Suhu untuk
kation Ca2+
25
Jumlah
Molekul
Air
40
Diameter
pori
(Ǻ)
15,88099
Energi
Total
(Kcal/mol)
827,334
200
38
15,7774
2171,35
250
38
15,68672
300
38
350
Suhu
(oC)
Run
time
Heat
time
1
1
1
1
2615,9
1
1
15,52685
2898,22
1
1
38
15,84497
3168,86
1
1
400
38
15,62851
3497,15
1
1
450
38
15,78596
3698,82
1
1
500
38
15,59694
4008,18
1
1
9
Tabel 5. Hasil Pengamatan Perubahan Diameter Pori
dan Jumlah Molekul Air dengan Variasi Suhu untuk
kation Mg2+
Suhu
(oC)
Jumlah
Molekul
Air
Diameter
pori
(Ǻ)
Energi
Total
(Kcal/mol)
Run
time
Heat
time
25
39
15,81562
873,668
1
1
200
35
15,56407
2.213,96
1
1
250
35
15,9158
2.662,87
1
1
300
35
15,6575
2.908,59
1
1
350
34
15,73613
3.223,72
1
1
400
34
15,60431
3.483,76
1
1
450
34
15,78504
3.778,24
1
1
500
34
15,5415
4.072,81
1
1
Pada tabel 4 dan 5 dapat dilihat bahwa
pengurangan molekul air yang terjadi tidak signifikan
pada kedua zeolit Y tersebut. Pada zeolit Y dengan
kation Ca2+ terjadi pengurangan molekul air pada
suhu 200oC sebanyak 2 molekul air, tetapi pada suhu
250oC sampai 500oC tidak terjadi pengurangan
molekul air lagi. Tidak terjadinya pengurangan ini
disebabkan karena struktur tersebut sudah dalam
keadaan stabil pada suhu 200oC dan tetap stabil
walaupun ada perubahan suhu.
Gambar 12. Hubungan Suhu dengan Jumlah Molekul
Air Zeolit Y Kation Ca2+
Hal yang sama terjadi pada zeolit Y yang
menggunakan kation Mg2+, yaitu terjadi pengurangan
pada suhu 200oC sebanyak 4 molekul air, kemudian
stabil sampai suhu 300oC dan terjadi pengurangan
kembali pada suhu 350oC, kemudian stabil kembali
sampai suhu 500oC.
Gambar 13. Hubungan Suhu dengan Jumlah
Molekul Air Zeolit Y Kation Mg2+
Faktor utama dari pengurangan molekul air
yang tidak signifikan ini adalah penggunaan run time
dan heat time yang sama yaitu 1. Pada pemanasan
disini run time sangat berpengaruh, karena
pemanasan yang diinginkan adalah pada suhu yang
ditentukan bukan proses untuk mencapai suhu yang
ditentukan. Oleh sebab itu pengurangan molekul air
tidak signifikan. Apabila run time dinaikkan menjadi
10 ataupun 100 dan yang lebih besar, maka akan
terjadi pengurangan molekul air yang lebih banyak
lagi seperti pada tabel 6.
Tabel 6 Hasil Pengamatan Variasi Run Time dan
Heat Time pada Zeolit Y untuk Kation Ca2+
Suhu
(oC)
500
500
500
500
500
Jumlah
Molekul
Air
38
38
34
34
33
Energi
Total
(Kcal/mol)
4008,18
4073,28
3851,81
4002,04
4055,89
Run
time
Heat
time
1
1
10
50
100
1
10
1
1
1
Faktor berikutnya yang menyebabkan
terjadinya pengurangan molekul air yang tidak
signifikan adalah molekul air yang terhalang oleh
kation, sehingga tidak mudah untuk keluar dari
rongga zeolit Y.
Pemanasan
ternyata
tidak
hanya
menyebabkan pengurangan pada molekul air saja,
tetapi juga pada kation. Kation juga bergerak
sebagian besar keluar dari rongga menjauhi zeolit Y.
Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi antara
kation dengan molekul air dan juga akibat adanya
pemanasan.
Perubahan suhu dari 25oC sampai 500oC,
mengakibatkan diameter pori zeolit Y yang disisipi
kation Mg2+ dan Ca2+ akan semakin mengecil. Pada
suhu-suhu tertentu terjadi pembesaran diameter pori
kembali, yaitu pada suhu 350oC dan 450oC untuk
kation Ca2+, dan pada suhu 250oC, 350oC, dan 450oC
untuk kation Mg2+.
Perubahan diameter pori pada zeolit Y
dengan kation Mg2+ dan Ca2+ tidak menunjukkan
perubahan yang signifikan. Perhitungan diameter pori
berdasarkan rata-rata dari seluruh jarak antar atom O
dengan atom O lain yang terjauh. Oleh sebab itu
perubahan yang terjadi tidak signifikan, hal ini juga
disebabkan karena satuannya adalah angstrom.
Adanya perubahan ukuran dari diameter disebabkan
oleh pergerakan kation dan molekul air yang saling
berinteraksi akibat pemanasan.
Gambar 14 dan 15 menunjukkan perubahan
diameter pori yang berosilasi. Hal ini disebabkan
adanya perubahan suhu akibat pemanasan dan juga
dinamika molekuler yang terjadi pada zeolit Y.
Setiap perubahan suhu, akan terjadi pergerakan
kation dan molekul air yang saling berinteraksi
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan
diameter pori zeolit Y yang tidak stabil.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 2005. Pengaruh Logam Molibdenum, Nikel
dan Molekul Air Terhadap Struktur Zeolit Shell1.5 dan Shell-2.0 : Kajian Teoritis dengan
Menggunakan Metode AB Initio. Skripsi S-1.
Yogyakarta : FMIPA UGM.
Anonim.
1996.
Hyperchem
Computational
Chemistry. Canada : Hypercube.inc.
Gambar 14. Hubungan Suhu dengan Diameter Pori
Zeolit Y Kation Ca2+
Breck, Donald W. 1973. Zeolite Moleculer Sieves :
structure, chemistry, and use. New York : John
Wiley and Sons, Inc.
HAM, Mulyono. 2008. Kamus Kimia. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Hamdan, Halimaton. 1992. Introduction to Zeolites :
synthesis, characterization and modification.
Malaysia : UTM.
Gambar 15. Hubungan Suhu dengan Diameter Pori
Zeolit Y Kation Mg2+
Handoko, D. Setyawan P. 2002. Pengaruh Perlakuan
Asam, Hidrotermal dan Impregnasi Logam
Kromium Pada Zeolit Alam Dalam Preparasi
Katalis. Jurnal Ilmu Dasar vol.3. No.2. Jember :
FMIPA UNEJ.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Air/17 April 2009.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Suhu optimum untuk pelepasan molekul air pada
zeolit Y yang disisipi kation Mg2+ adalah pada
suhu 200oC dan untuk kation Ca2+ adalah pada
suhu 350oC yang menggunakan metode mekanika
molekuler, simulasi dinamika molekular dengan
run time 1 dan heat time 1.
2. Pada rentang pemanasan dari 25oC sampai 500oC,
ukuran pori zeolit Y yang disisipi kation Mg2+
dan Ca2+ akan semakin mengecil. Pada suhu-suhu
tertentu terjadi pembesaran ukuran pori kembali,
yaitu pada suhu 350oC dan 450oC untuk kation
Ca2+, dan pada suhu 250oC, 350oC, dan 450oC
untuk kation Mg2+.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut pada
penelitian ini dengan metode yang sama, untuk
melakukan variasi run time dan heat time pada
simulasi pemanasan menggunakan dinamika
molekular pada tiap suhu yang diinginkan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada
penelitian ini dengan metode berbeda yang
ketelitiannya lebih tinggi lagi.
Http://id.wikipedia.org/wiki/pembicaraan:zeolit.20
September 2008.
Kaduk, J. A and Faber J. 1995. Crystal Structure of
Zeolite Y as A Function of Ion Exchange. The
Rigaku Journal. Vol.12. No.12. USA : Amoco
corporation.
Leach, A. R. 2001. Molecular Modeling, Second
Edition. Siangpore : Longman Singapore
Publishers Ltd.
Malek, Nik Ahmad Nizam Nik. 2007. Surfactant
Modified Zeolite Y As A Sorbent For Some
Chromium And Arsenic Species In Water. Thesis
S-2. Malaysia : UTM.
Muhlisin, M. Zaenal. 2008. Kajian Pengaruh Variasi
Rasio Si/Al dan Variasi Kation Terhadap
Perubahan Ukuran Pori Zeolit Y dengan
Menggunakan Metode Mekanika Molekuler.
Tugas Akhir S-1. Semarang: FMIPA UNNES.
Pranowo, H.D. 2000. Kimia Komputasi. Yogyakarta :
FMIPA UGM.
Prawira, Muhammadin Hary. 2008. Penurunan
Kadar Minyak Pada Limbah Bengkel Dengan
Menggunakan Reaktor Pemisah Minyak Dan
11
Karbon Aktif Serta Zeolit Sebagai Media
Adsorben. Tugas Akhir S-1. Yogyakarta : UII.
Rakhmatullah, Dwi Karsa A., Wiradini, G., dan
Ariyanto, Nugroho P. 2007. Pembuatan Adsorben
dari Zeolit Alam dengan Karakteristik Adsorption
Properties untuk Kemurnian Bioetanol. Laporan
Akhir Penelitian.Bandung : Fakultas Teknologi
Industri ITB.
Ribiero, R.F., Ridrigues, A.E., dan Rollman, L.D.
1984. Zeolites : Science and Technology.
Netherland : Martinus Nijhoff Publishers.
Salaman, Siti. 2004. Persepsi Karakterisasi dan
Modifikasi Katalis Ni3-Pd1/Zeolit-Y untuk
Hidrorengkah Fraksi Aspaten dari Aspal Buton
dengan System Reactor Semi Batch. Skripsi S-1
UGM. Yogyakarta : UGM.
Subandi. 1995. Pengelolaan Molekul Faujasite dan
Pengaruh Rasio Si/Al serta Temperature Organic
terhadap Faujasite. Skripsi S-1 UGM.
Yogyakarta : UGM.
Trisunaryanti, W. 2006. Buku Ajar Kimia Zat Padat.
Yogyakarta : FMIPA UGM.
Tsitsishvili, G. V., Andronikashvili, T. C., dan
Filizova, G. N. Kirov L. D. 1992. Natural
Zeolites. England : Ellis Horwood Limited.
Wibowo, M.E., Kasmadi, Hartono, Yuniawan,
Tommy, et al. 2008. Panduan Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang : UNNES.
Download