ANALISIS PENGARUH JOB INSECURITY ORGANIZATIONAL CLIMATE DAN EMPLOYEE ENGAGEMENT TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. LAGUNA Muhammad Aditya Erlangga Binus University, Jakarta, Indonesia, [email protected] Risa Kurniawan Binus University, Jakarta, Indonesia, [email protected] Idi Setyo Utomo (Dosen Pembimbing) Binus University, Jakarta, Indonesia, [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Job Insecurity, Organizational Climate, dan Employee Engagement terhadap Motivasi Kerja baik secara parsial maupun simultan serta memberikan saran yang sebaiknya dilakukan oleh PT. Laguna. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif dan metode analisis yang digunakan adalah regresi sederhana dan regresi linier berganda. Teknik pengambilan data yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 60 responden yang merupakan karyawan PT. Laguna di kantor pusat. Data diolah berdasarkan penilaian karyawan terhadap Job Insecurity, Organizational Climate, Employee Engagement, dan Motivasi Kerja yang diterapkan oleh Karyawan di PT. Laguna. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Job Insecurity, Organizational Climate, dan Employee Engagement memberikan pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap Motivasi Kerja pada Karyawan PT. Laguna. (MAE & RK) Kata Kunci : Job Insecurity, Organizational Climate, Employee Engagement, Motivasi Kerja Pendahuluan Sudah menjadi pengetahuan yang umum bahwa tujuan perusahaan adalah meraih keuntungan sebesarbesarnya dengan menggunakan sumber daya sekecil-kecilnya. Perusahaan juga harus cepat beradaptasi terhadap perubahan yang ada di lingkungan, seperti perubahan selera konsumen, perubahan kebijakan ekonomi, perubahan nilai tukar mata uang, dan lain lain. Dalam konteks beradaptasi pada perubahan ini, perusahaan dihadapkan kepada beberapa pilihan untuk mencapai hal itu, antara lain yaitu menambah keuntungan atau mengurangi biaya, biasanya dengan cara mengurangi jumlah karyawan yang ada. Beberapa pilihan yang biasanya dilakukan oleh perusahaan antara lain, outsourcing, merger, akuisisi, penawaran pensiun dini, PHK, dan penggunaan pekerja kontrak Ketidakpastian (uncertainty) dapat menyebabkan anggota organisasi enggan untuk melakukan perubahan. Perubahan dianggap sebagai ancaman besar dalam organisasi yang dapat mengancam kelangsungan kehidupan kerja mereka. Bagi para karyawan sendiri, kondisi semacam ini dapat menciptakan suatu ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan dan akan menimbulkan kekhawatiran akan kelanjutan kerja mereka. Perasaan tenang dan aman di dalam melakukan pekerjaan penting karena dapat berpengaruh pada psikologis karyawan itu sendiri. Bila dia merasa aman, maka dia akan mengerjakan tugasnya tanpa beban dan kemungkinan stres akan sangat kecil. Semakin karyawan merasa dilindungi hak-haknya oleh perusahaan, maka semakin besar pula komitmen karyawan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Sumber daya manusia adalah ujung tombak sebuah perusahaan, karena karyawan yang menjalankan semua kegiatan perusahaan tersebut. Lebih tepatnya, kinerja karyawan dalam perusahaan itu yang akan menentukan cepat atau lambatnya tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Bila dipersempit lagi, motivasi karyawan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh kepada kinerja karyawan. Karena, semuanya bersumber dari dalam diri karyawan masing-masing. Bila motivasi karyawan tinggi, maka akan lebih banyak hal yang bisa dilakukannya. Motivasi adalah tentang bagaimana atau sebesar apa kemauan seseorang meraih sesuatu dan bersumber dari keyakinan diri sendiri. Bila dikaitkan dengan konteks pekerjaan maka bentuk output motivasi antara lain adalah, apakah seorang karyawan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, apakah seorang karyawan mampu mencapai goal-goal yang sudah ditetapkan di awal, dan sebagainya. Meskipun pemberian reward dipercaya merupakan alat terbaik untuk meningkatkan motivasi karyawan, tapi pemberian reward adalah sesuatu yang mahal harganya apalagi bila diberikan terus menerus dan tidak ada yang menjamin bahwa itu akan memiliki efek jangka panjang. Untuk alasan ini, perusahaan bisa memanfaatkan job security sebagai alat motivasi yang secara eksplisit tidak membutuhkan banyak dana dan memiliki efek yang besar terhadap motivasi karyawan. Dengan demikian, penelitian mengenai hal ini (Senol, 2010; Poyraz dan Kama, 2008, Özyaman, 2007, p. 13) menunjukkan bahwa job security meningkatkan motivasi karyawan dan juga mempengaruhi tingkat motivasi lain. Misalnya, dalam penelitian ini job security dinilai sebagai salah satu dari tiga alat motivasi yang paling penting dalam semua sub kategori. Studi Poyraz dan Kama pada staf hotel juga menunjukkan bahwa fungsi job security sebagai alat motivasi penting karena merubah perilaku kerja negatif dan pikiran untuk meninggalkan pekerjaan (2008:2). Tapi, bukan berarti perusahaan yang tidak memperkerjakan karyawan sistem kontrak memiliki tingkat job insecurity yang tinggi. Karena keadaan perusahaan juga berperan dalam menjaga kenyamanan bekerja karyawan. Iklim perusahaan yang kondusif dapat membantu karyawan mengembangkan potensi terbaiknya dan memberikan kontribusi yang maksimal bagi perusahaan. Iklim perusahaan mencakup beberapa dimensi, tapi Lussier (2005:487) menerangkan bahwa dimensi iklim di sini adalah dimensi yang abstrak dan tidak berbentuk, yaitu responsibility, support, reward, warmth, dan structure, dan bukan iklim secara harafiah yaitu iklim fisik bangunan atau ruangan dalam perusahaan, namun pengertian secara psikologis. Iklim organisasi memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi kerja, karena semakin nyaman suatu lingkungan kerja, maka semakin termotivasi juga seorang karyawan dalam bekerja. Motivasi kerja juga akan tetap tinggi bila situasi perusahaan tersebut menjaga hubungannya dengan karyawan dengan baik. Keterikatan antara perusahaan dan karyawan perlu dijalin karena akan membuat karyawan merasa dihargai dan dibutuhkan dalam perusahaan. Employee engagement disebutkan sebagai suatu hubungan yang luas dan mendalam antara karyawan dengan perusahaan yang menghasilkan suatu kemauan yang kuat bagi karyawan untuk memberikan yang terbaik melebihi apa yang diharapkan agar perusahaannya sukses. Timbal balik antara perusahaan dan karyawannya harus pas, tidak lebih dan tidak kurang, sehingga hak dan kewajiban masingmasing pihak dapat dipenuhi. Namun, seorang karyawan dengan tingkat engagement yang tinggi mungkin saja rela bekerja lebih demi perusahaannya, karena dia sudah merasa puas dengan apa yang sudah perusahaan itu berikan kepada dirinya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah asosiatif dan metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan skala likert (dengan pilihan jawaban sangat setuju sampai sangat tidak setuju). Time horizon yang digunakan adalah cross-sectional dimana pengumpulan data hanya dilakukan sebanyak satu kali pada waktu tertentu. Sampel yang digunakan adalah seluruh populasi (karena jumlah populasi <100) yang merupakan karyawan di PT. Laguna, dimana diperoleh 60 responden untuk penelitian ini. Kemudian, analisa regresi sederhana dan regresi berganda dilakukan untuk menguji pengaruh variabel. Regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel x dan y, sedangkan regresi bergandan untuk mengetahui pengaruh antara variabel x1, x2, dan x3 terhadap y. Data ordinal yang diperoleh dari kuesioner kemudian dilakukan transformasi data menjadi interval dengan metode MSI. Kemudian, menggunakan SPSS v.16 dilakukan berbagai pengujian sebagai berikut: • • • • • Analisis validitas, untuk mengetahui butir kuesioner yang valid dan dapat digunakan Analisis reliabilitas, untuk mengetahui kehandalan dan konsistensi jawaban responden Analisis normalitas, untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak Analisis korelasi, untuk mengetahui hubungan antar variabel Analisis regresi sederhana dan regresi berganda, untuk mengetahui pengaruh antara x dan y secara parsial dan mengetahui pengaruh x1,x2, dan x3 terhadap y secara simultan. Diharapkan, hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan apa yang membawa pengaruh secara signifikan bagi motivasi kerja karyawan, agar perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan motivasi kerja karyawan. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengujian validitas, reliabilitas, normalitas, dan korelasi, maka sebelum melakukan analisa regresi sederhana dan regresi berganda, akan diinterpretasikan terlebih dahulu hasil uji statistik deskriptif pada variabel Job Insecurity (X1), Organizational Climate (X2), Employee Engagement (X3) dan Motivasi Kerja (Y). Interpretasi statistik deskriptif akan diawali dengan pembuatan kriteria mengenai arti nilai masing-masing variabel tersebut. Untuk membuat kriteria, terlebih dahulu ditentukan jumlah kelas sebanyak 5 kelas, yang terdiri dari kelas pertama “sangat tidak setuju”, kelas kedua “tidak setuju”, kelas ketiga “kurang setuju”, kelas keempat “setuju”, kelas kelima “sangat setuju”. Selanjutnya menggunakan rumus Sturges untuk lebar kelas, yaitu (Xmax – Xmin) / Jumlah Kelas. Berdasarkan kriteria yang dibuat, dapat dilakukan penilaian terhadap mean dari setiap variabel sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Interpretasi Nilai Variabel X1, X2, X3 dan Y Varianbel Job Insecurity (X1) Organizational Climate (X2) Employee Engagement (X3) Motivasi Kerja (Y) Nilai Mean 3,2681 3,3378 3,3378 3,2270 Penilaian Kurang Setuju Kurang Setuju Kurang Setuju Kurang Setuju Hasil Setelah melakukan uji regresi sederhana dan uji regresi berganda dapat diketahui pengaruh antara variabel baik secara parsial maupun simultan, sebagai berikut : Job Insecurity (X1) 37.4 % Organizational Climate (X2) 25,2 % Employee Engagement (X3) 33,2 % Job Insecurity (X1), Organizational Climate (X2) Employee Engagement (X3) 53,3 % Motivasi Kerja (Y) Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa : 1) Pengaruh job insecurity (X1) terhadap motivasi kerja (Y) adalah berpengaruh secara signifikan sebesar 37,4% pada karyawan di PT. Laguna. Dimana job insecurity meningkat, maka motivasi kerja akan menurun, begitu juga sebaliknya. 2) Pengaruh organizational climate (X2) terhadap motivasi kerja (Y) adalah berpengaruh secara signifikan sebesar 25,2% pada karyawan di PT. Laguna. Dimana jika organizational climate meningkat, maka motivasi kerja juga meningkat, begitu juga sebaliknya. 3) Pengaruh employee engagement (X3) terhadap motivasi kerja (Y) adalah berpengaruh secara signifikan 33,2% pada karyawan di PT. Laguna. Dimana jika employee engagement meningkat, maka motivasi kerja akan meningkat, begitu juga sebaliknya. 4) Pengaruh job insecurity (X1), organizational climate (X2), employee engagement (X3) secara simultan terhadap motivasi kerja (Y) adalah berpengaruh secara signifikan sebesar 53,3% pada karyawan PT. Laguna. Pembahasan Indikator konflik peran merupakan indikator terendah dengan pernyataan dalam kuesioner yaitu adanya pertentangan antara tugas yang diberikan dan tanggung jawab sehingga membuat saya merasakan ketidakamanan dalam bekerja. Setelah dianalisis dengan melakukan wawancara dengan para karyawan, karyawan merasakan bahwa tugas yang diberikan oleh atasan tidak sesuai dengan job description mereka, sehingga mereka merasa tidak bertanggung jawab atas tugas tersebut. Namun tugas yang diberikan oleh atasan tersebut membuat para karyawan merasa tidak aman dalam bekerja karena jika tugas tersebut tidak dikerjakan, mereka akan mendapat teguran atau sanksi dari atasan walaupun tugas yang diberikan tersebut di luar job description dan tanggung jawab mereka. Sedangkan indikator kondisi pekerjaan merupakan indikator yang tertinggi dengan pernyataan dalam kuesioner yaitu saya merasa nyaman dengan lingkungan kerja saat ini. Setelah dianalisis dengan melakukan wawancara dengan para karyawan adalah para karyawan merasa nyaman kerja di perusahaan karena faktor lingkungan tempat mereka bekerja. Setelah dianalisis dari internal bahwa karyawan bekerja dengan kondusif dan selalu terjadi interaksi kedekatan antar departemen sehingga mereka merasa nyaman. Jika dilihat dari faktor eksternal bahwa perusahaan tersebut berlokasi di area Jakarta Selatan yang menurut para karyawan lokasi tersebut akses terjangkau karena dilalui banyak kendaraan umum. Fasilitas di perusahaan tersebut cukup memadai untuk menunjang pekerjaan mereka karena dilengkapi dengan peralatan yang modern seperti: mesin fotokopi, printer, scanner, jaringan internet yang cepat, dan peralatan komputer yang baru. Indikator imbalan yang diterima karyawan merupakan indikator terendah dengan pernyataan dalam kuesioner yaitu imbalan yang saya terima sesuai dengan usaha yang saya lakukan. Setelah dianalisis dengan melakukan wawancara dengan para karyawan, karyawan merasakan bahwa imbalan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan usaha mereka karena banyak tugas dan pekerjaan yang mereka dapat tidak sesuai dengan job description mereka. Para karyawan merasakan tugas yang diberikan atasan terkadang di luar batas kemampuan mereka, namun mereka selalu berusaha untuk mengerjakan tugas tersebut sebaik-baiknya. Setiap tugas yang diselesaikan tersebut, karyawan mendapatkan imbalan atau bonus tambahan yang tidak sesuai dari perusahaan sehingga mereka merasa bahwa imbalan yang mereka dapatkan dianggap tidak sesuai atau kurang. Sedangkan indikator standar-standar merupakan indikator tertinggi dengan pernyataan dalam kuesioner yaitu saya selalu mencari cara untuk meningkatkan kinerja. Setelah dianalisis dengan melakukan wawancara para karyawan, karyawan merasa termotivasi dalam bekerja karena dari faktor lingkungan kerja. Para karyawan saling memotivasi satu sama lain dan mereka mendapatkan jenjang karir yang baik di perusahaan. Sistem reward yang diberikan oleh perusahaan juga membuat para karyawan termotivasi untuk terus meningkatkan kinerja mereka. Indikator kerelaan merupakan indikator terendah dalam pernyataan dalam kuesioner yaitu saya bersedia bekerja keras bahkan ekstra keras bagi perusahaan. Setelah dianalisis, para karyawan beranggapan bahwa mereka bekerja berdasarkan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing. Para karyawan jarang mengambil waktu lembur mereka bahkan sebelum waktu jam pulang kerja mereka sudah pulang. Adanya pelimpahan tugas yang merupakan di luar tanggung jawab, membuat karyawan berpikir bahwa mereka seharusnya mendapat imbalan tambahan. Namun karena hal tersebut merupakan bukan sesuatu yang selalu terjadi, maka hal itu tidak bisa menjadi bahan pertimbangan menaikan upah. Sedangkan pada indikator kebanggaan merupakan indikator tertinggi dengan pernyataan kuesioner yaitu pekerjaan yang saya kerjakan saat ini menjadi sumber kebanggaan bagi saya. Para karyawan merasakan bekerja di perusahaan ini menjadi kebanggaan mereka sendiri karena untuk masuk perusahaan tersebut cukup sulit harus melewati beberapa seleksi sebelum menjadi karyawan tetap. Perusahaan tersebut juga merupakan perusahaan sudah cukup dikenal dan sudah berpengalaman di bidangnya. Setelah dianalisis, pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan menjadi kebanggaan buat mereka karena pekerjaan tersebut sesuai dengan keahlian dan kemampuan mereka sehingga mereka dapat bekerja dengan maksimal untuk mencapai tujuan perusahaan. Kualitas supervisi merupakan indikator terendah dalam pernyataan dalam kuesioner yaitu supervisi banyak memberikan motivasi kepada saya. Setelah dianalisis, para karyawan merasakan tidak ada kedekatan dengan atasan karena atasan hanya memberikan tugas kepada bawahan dan kurang memberikan motivasi untuk menjalankan tugastugas tersebut. Atasan kurang memiliki hubungan yang saling mendukung dengan bawahan. Kebanyakan karyawan termotivasi dengan sendirinya karena untuk mengejar karir dan reward yang diberikan perusahaan dan adanya motivasi antar karyawan. Para atasan menggangap hubungan dengan bawahan hanya sebatas hubungan profesional dan tidak lebih dari itu, sehingga tidak tercipta hubungan yang cukup dekat. Sedangkan, dalam dimensi faktor motivasi pada indikator pengakuan merupakan indikator tertinggi dengan pernyataan dalam kuesioner yaitu saya mendapatkan penghargaan atas prestasi yang saya capai. Setelah dianalisis bahwa sistem reward yang diberikan oleh perusahaan dinilai perusahaan sudah cukup baik. Karena, mereka mendapatkan reward berupa fasilitas tambahan seperti gadget, kendaraan pribadi serta imbalan atau bonus berupa uang. Perusahaan juga memberikan santunan berupa beasiswa kepada anak-anak karyawan yang berprestasi. Ada pula reward yang diberikan pada karyawan yang menurut perusahaan paling bagus dan stabil performanya dalam kurun setahun, yaitu dengan menunaikan ibadah haji. Selain itu perusahaan juga memberikan kesempatan promosi untuk kenaikan jabatan bagi karyawan yang berprestasi. SIMPULAN DAN SARAN Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa keempat variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan, mengenai gambaran Job Insecurity, Organizational Climate, Employee Engagement, dan Motivasi Kerja pada karyawan PT. Laguna. Job Insecurity, Organizational Climate, dan Employee Engagement memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Motivasi Kerja baik secara parsial maupun secara simultan. Semakin rendah Job Insecurity maka semakin tinggi motivasi kerja karyawan. Demikian juga dengan Organizational Climate, semakin bagus Organizational Climate maka semakin tinggi motivasi kerja karyawan. Dan semakin tinggi Employee Engagement, maka semakin tinggi motivasi kerja karyawan. Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini kepada perusahaan adalah: 1. 2. 3. Diharapkan perusahaan memberikan tugas sesuai dengan tanggung jawab dan kemampuan karyawan, sebisa mungkin tidak melenceng dari bidang yang dikuasai, agar menghindari terhambatnya kinerja karena hal itu bila terjadi secara terus menerus akan mengganggu kinerja perusahaan secara keseluruhan. Diharapkan agar perusahaan dapat memberikan upah sesuai dengan pekerjaan yang diemban oleh karyawan. Adanya pertentangan antara tugas dan tanggung jawab menyebabkan tugas karyawan menjadi menumpuk, padahal itu tidak seharusnya dikerjakan. Upah yang dimaksud di sini adalah penyesuaian gaji sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan karyawan, karena reward yang diberikan oleh perusahaan bisa dibilang sudah cukup. Diharapkan agar perusahaan dapat memberikan motivasi lebih bagi karyawan. Terutama bagi para supervisor, agar dapat memberikan arahan juga sekaligus motivasi lebih yang bisa membuat karyawan lebih baik dalam bekerja. Hubungan antar atasan dan bawahan juga harus dibina sehingga tercipta hubungan yang saling membantu, dan saling mendukung. Atasan selain memberikan teguran bila karyawan melalukan kesalahan, harus memberikan pembenaran dan saran yang membantu, tidak sekedar menyalahkan mereka. Hubungan atasan dengan karyawan haruslah bersifat dua arah, tidak boleh hanya searah. Dengan demikian, dapat tercipta lingkungan kerja yang ideal. Hal itu sendiri sudah menjadi motivasi tersendiri bagi karyawan karena mereka nyaman bekerja di lingkungan yang kondusif. REFERENSI Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta Bucknall, Hugh dan Wei, Zheng. (2006), Magic Numbers for Human Resources Management. Singapore: Jhon Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd. Burchell, B. J., Day, D., Hudson, M., Ladipo, D., Mankelow, R., Nolan, J. P., Reed, H.,Wichert, I. C., & Wilkinson, F. (1999). Job insecurity and work intensification. New York: Joseph Rowntree Foundation. Burke, R. J., & Cooper, C. L. (Eds.). (2000). The organization in crisis: Downsizing, restructuring, and privatization. Oxford: Blackwell. Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnelly, J. J., & Konopaske, R. (2009). Organzations (13th Edition ed.). New York: McGraw-Hill. Gibbsons, J. (2006), Employee engagament: A review of current research and its implications, New York: The conference board, November. Greenberg, Jerald, Robert A. Baron.(2007). Behavior in Organizations, Ninth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Hadianto, B. dan Setiawan, R. (2010) Job Insecurity dalam Organisasi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Hasibuan, Malayu S.P. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hellgren, J., Naswall, K.., & Sverke, M. (2006) Job Insecurity: A Literature Review. National Institute for Working Life. Jaswani, S. dan Dave, S (2012) Impact of Organizational Climate on Turnover Intention: An Empirical Analysis On Faculty Members of Technical Education of India. International Journal of Business Management & Research (IJMBR), Vol. 2, Issue 3 September 2012 Javed, L. (2012) Examining the Impact of Job Security, Organizational Climate, and Engagement on Motivation Level of Employees at IMC PTV LTD. European Journal of Business and Management, Vol.4, No.9, 2012. Kinnunen, U., S. Mauno, J. Natti, dan M. Happonen. 2000. ”Organizational Antecedents and Outcomes of Job insecurity: A Longitudinal Study In Three Organizations In Finland”, Journal of Organizational Behavior, 21: 443-459. Kurniasari, L. 2004. ”Pengaruh Komitmen Organisasi dan Job insecurity Karyawan Terhadap Intensi Turnover”, Tesis S2 Tidak Dipublikasikan Universitas Airlangga Surabaya. Mas’ud, Fuad, (2004) Survei Diagnosis Organisasional (Konsep dan Aplikasi). Semarang: BP Universitas Diponegoro. Mathis, Robert L. & John H. Jackson. (2006). Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke-10. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Munandar, A. (2006). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Pasewark, W. R., & J. R. Strawser. (2002). “The Determinants and Outcomes Associated with Job Insecurity in a Professional Accounting Environment”, Behavioral Research in Accounting. 8th. Halaman 91-113. Pradiansyah, A. 1999. ”Menciptakan Komunikasi dan Sistem SDM yang Terpadu: Upaya Mewujudkan Hubungan Industrial yang Harmonis”, Manajemen Usahawan Indonesia, XXVIII (2): 7-11. Riduwan, Engkos Achmad Kuncoro (2007). Cara Menggunakan dan Memakai Anlisis Jalur (Path Analysis). Bandung: CV. Alfabeta. Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. Rongelberg, Steven G. (2007). Job Security / Insecurity. 25 April 2012. Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Suwandi dan Nur Indriartoro.(2003). Pengujian Model Turnover Pasewark dan Strawser : Studi Empiris pada Lingkungan Akuntansi Publik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Walpole, Ronald E. (1993). Pengantar Statistika: edisi ketiga. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Wiley, Jack. Human Resources (2010). Employee engagement. London: Mark Allen publishing Ltd . http://search.proquest.com/docview/228197372/134FEDDID8DB87EAF6/7?accountid=31532 Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi: Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat. RIWAYAT PENULIS Muhammad Aditya Erlangga lahir di Jakarta pada 14 Mei 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara (Binus University), Jakarta dalam bidang Manajemen, program studi Bisnis dan Organisasi pada tahun 2013. Risa Kurniawan lahir di Jakarta pada . Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara (Binus University), Jakarta dalam bidang Manajemen, program studi Bisnis dan Organisasi pada tahun 2013. Idi Setyo Utomo