BAB II TURNTABLE VIBRATING COMPACTOR 2.1. Alur Produksi

advertisement
BAB II
TURNTABLE VIBRATING COMPACTOR
2.1. Alur Produksi PT. Inalum (persero)
Listrik yang dihasilkan melalui PLTA Sigurgura dan Tangga PT. INALUM
(Persero) disalurkan ke Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung melalui
jaringan transmisi tegangan tinggi 275 kV. Bahan baku untuk aluminium dibongkar
dari pelabuhan PT. INALUM (Persero) dan dimasukkan ke dalam silo masingmasing melalui belt conveyor. Alumina di dalam silo kemudian dialirkan ke Dry
Scrubber System untuk direaksikan dengan gas HF dari tungku reduksi. Reacted
alumina tersebut kemudian dibawa ke Hopper Pot dengan Anode Changing Crane
(ACC) dan dimasukkkan ke dalam tungku reduksi. Kokas yang ada di dalam silo
dicampur dengan butt atau anoda bekas dan dipanaskan dahulu. Material-material
tersebut dicampur dengan pitch sebagai perekatnya. Kemudian material tersebut
dicetak di Shaking Machine menjadi blok karbon mentah. Blok tersebut kemudian
dipanggang di baking furnace. Anoda yang sudah dipanggang kemudian dibawa ke
pabrik penangkaian untuk diberikan tangkai, biasa disebutAnode Assembly. Anode
assembly ini kemudian dibawa ke Pabrik Reduksi dengan kendaraan khusus, Anode
Transport Car (ATC) untuk digunakan sebagai elektroda dalam proses elektrolisis.
Setelah anoda tersebut dipakai selama kurang lebih 27 hari di dalam pot, sisa anoda
tersebut diganti dengan yang baru. Sisa anoda tersebut kemudian dipecah di pabrik
penangkaian untuk kemudian dipakai lagi. Di dalam tungku reduksi, alumina akan
dielektrolisa menjadi aluminium cair. Setiap 32 jam, setiap pot akan dihisap 1,8
sampai 2 ton aluminium. Aluminium cair ini kemudian dibawa ke pabrik Penuangan
dengan Metal Transport Car (MTC) dan dituangkan ke dalam Holding Furnace.
Setelah mendapat proses lanjutan, aluminium cair ini dicetak di Casting Machine
menjadi Ingot, beratnya 22,7 kg per batang. Aluminium batangan (ingot) ini
kemudian diikat dan siap untuk dipasarkan. PT. INALUM (Persero) memiliki tiga
pabrik utama, yaitu:
1. Pabrik Anoda Karbon
Blok anoda karbon yang disebut Baked Block (BB) diproduksi di
pabrik karbon dengan menggunakan bahan baku berupa kokas (Petroleum
5
Universitas Sumatera Utara
Coke) yang didatangkan dari Jepang dan Amerika, dan Pitch keras (hard
pitch) yang telah dicairkan dan berfungsi sebagai perekat yang diimpor
dari Jepang. Disamping itu, sisa anoda dari tungku reduksi (Butt) dan
bongkahan bekas dari pabrik pemanggangan masih digunakan sebagai
bahan untuk pembuatan anoda blok. Proses pembuatan anoda blok ini
terdiri atas :
a) Pembuatan Blok Anoda Mentah di pabrik Anoda Mentah (Green
Plant).
Kokas yang berasal dari penyimpanan kokas (Coke Silo) dibawa
ka pabrik anoda mentah menggunakan ban berjalan yang disebut belt
conveyor dan bucket elevator. Selanjutnya dilakukan penyaringan
secara gravitasi dengan menjatuhkan kokas dari tingkat 8 sehingga
tersaring sesuai dengan ukurannya. Setelah penyaringan, maka
diperoleh kokas dengan ukuran sebagai berikut
1) Kasar-1(Coarse-1):5-18 mm
2) Kasar-2 (Coarse-2) : 1-5 mm
3) Menengah (medium) : 0,2-1 mm
4) Halus (fine) : < 0,2 mm
Hal-hal yang perlu dikontrol untuk anoda mentah yang baik
adalah :
1) Kontrol kokas : pengaturan terhadap komposisi ukuran kokas,
karena akan mempengaruhi pemakaian hardpitch.
2)
Temperatur pencampuran : temperatur sangat mempengaruhi
pasta yang dihasilkan.
3)
Proses pencetakan blok anoda di shaking machine.
4)
Pemanggangan Blok anoda mentah di Pabrik Pemanggangan
Anoda (Baking Plant) Blok anoda mentah dari pabrik anoda
mentah
diangku
ke
pabrik
pemanggangan
menggunakan
Chain conveyor. Di PT. INALUM (Persero) terdapat 106 tungku
pemanggangan anoda yang berukran 5x6x5 meter. Kapasitas 1
6
Universitas Sumatera Utara
tungku adalah 90 anoda. Proses pemanggangan ini terdiri 5
tahap:
a) Anode Baking Crane (ABC).
b) Pemanasan awal (Preheating)
c) Pembakaran awal (Burning).
d) Pendinginan (Cooling System)
e) Pengeluaran blok anoda (Discharging) dari furnace.
Setiap furnace terlebih dahulu dilapisi dengan kokas
penyekat, baru kemudian diisi dengan blok anoda sebanyak 3
tingkat. Setiap tingkat terdiri atas 5 blok anoda. Sebelum
furnace ditutup bagian atas blok anoda dilapisi dengan bolabola keramik (Ceramic Ball) untuk mencegah terjadinya
oksidasi. Kemudian diadakan pemanasan secara bertahap.
Kecepatan pengaliran udara diatur sedemikian rupa, sehingga
suhu naik secara bertahap mulai dari 200oC hingga 1250oC.
Karena pembakaran yang terjadi merupakan proses kalsinasi
hard pitch (hard pitch terdiri dari 65% karbon), sehingga bila
pembakaran tidak baik, maka kualitas anoda yang dihasilkan
menjadi tidak baik juga. Blok anoda yang telah dipanggang
didinginkan
secara
bertahap
kemudian
dikeluarkan
menggunakan ABC.
b) Penangkaian Anoda Karbon di pabrik penangkaian (Rodding Plant)
Anoda yang telah dipanggang di backing plant diangkut ke
Blok pabrik penangkaian untuk diberi tangkai. Anoda-anoda yang
telah diberi tangkai ini siap untuk digunakan di pabrik peleburan
aluminium. Tangkai yang digunakan terbuat dari aluminium yang
pada awalnya didatangkan dari Jepang. Tangkai ini dapat digunakan
berulang kali, dengan kata lain bahwa tangkai yang digunakan adalah
tangkai yang sudah dipakai sebelumnya di tungku reduksi. Pada saat
pencetakan anoda mentah, pada sisi atas anoda tersebut telah dibuat
7
Universitas Sumatera Utara
lobang sebagai tempat pemasangan tangkai. Agar blok anoda dan
tangkai dapat bersatu dengan kuat, maka digunakan besi tuang (Cast
Iron). Setelah diberi tangkai, anoda tersebut disemprot dengan
aluminium cair untuk mengurangi terjadinya oksidasi antar karbon
dan udara. Sebagian anoda yang telah diberi tangkai tidak disemprot
yang akan digunakan untuk starter tungku reduksi yang baru selesai
dikonstruksi ulang atau diperbaiki.
2. Pabrik Reduksi
Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mudah
teroksidasi. Karena sifatnya itu, di alam tidak ditemukan aluminiun dalam
bentuk unsur, melainkan senyawa oksida. Umumnya dalam bentuk oksida
alimunat atau silikat. Proses produksi aluminium yang digunakan saat ini
ditemukan secara bersamaan oleh Charles Hall di USA dan Paul Herloult
di Prancis pada tahun 1886. Prosesnya adalah elektrolisa larutan alumina
(Al2O3) di dalam lelehan Kriolit (Na3AlF6) pada temperatur 980oC,
sehingga menghasilkan aluminium cair. Pot atau tungku reduksi
berbentuk kotak baja persegi yang dindingnya berlapiskan batu isolasi
atau batu tahan api (Brick) dan pasta yang disebut Castable. Di dasar pot
terdapat katoda karbon yang dihubungkan dengan kolektor bar, yang
berfungsi sebagai penghantar listrik. Di bawah katoda dilapisi brick. Di
PT. INALUM (Persero) terdapat 510 unit pot reduksi yang terbagi
menjadi 3 gedung, sehingga di masing-masing gedung terdapat 170 pot.
Arus listrik yang digunakan sebesar 207kA, dengan tegangan rata-rata di
setiappot 4,3 Volt.
a. Operasi Pot Reduksi
Bahan baku yang digunakan dalam proses peleburan
aluminium ini adalah alumina yang diperoleh dari Bauksit
(Al2O3.xH2O) melalui proses Bayer. Bahan baku diimpor dari
Australia dan India. Pada proses peleburan aluminium dalam pot
reduksi dahulu dilakukan beberapa proses, yaitu :
8
Universitas Sumatera Utara
1) Baking atau Preheating
Baking atau preheating pamanasan blok katoda secara
bertahap, tujuannya untuk menghindari dasar diletakkan di
anoda dan katoda. Kokas dasar ini berfungsi sebagai
penghantar listrik dari anoda ke katoda. Kokas dimasukkan
secara perlahan, sehingga akan panas dan membara, memanasi
permukaan blok anoda, blok katoda dan dinding samping pot.
Operasi ini berlangsung selama 72 jam. Pada akhir baking
temperatur blok katoda sekitar 750oC dan siap untuk di start
up.
2) Start Up
Merupakan proses menghidupkan pot yang baru
diperbaiki
maupun
baru
dikonstruksi
ulang,
sehingga
elektrolisa bisa berlangsung. Proses ini diawali dengan
mengeluarkan kokas dasar dan memutuskan arus listrik yang
mengalir ke pot. Kemudian dimasukkan bath cair (Kriolit)
sebanyak 6 ton ke dalam pot. Setelah itu arus listrik dialirkan
kembali ke dalam pot sehingga proses elektrolisa berlangsung.
Agar terjadi kesetimbangan panas (heat balance) di dalam pot,
20 jam atau 72 jam setelah start up metal cair dimasukkan ke
dalam pot sebanyak 12 ton, dan selanjutnya mengalami proses
transisi.
3) Transisi
Masa transisi merupakan masa peralihan dari start up
menuju normal. Selama tahap ini, komposisi bath, tinggi metal
dan tinggi bath harus dijaga sesuai dengan standarnya. Dalam
proses ini terjadi pembentukan kerak samping yang berguna
sebagai pelindung dinding samping dari serangan bath yang
korosif. Meskipun masa transisi ini hanya berlangsung 60 hari,
tetapi sangat menentukan umur dan kestabilan pot.
9
Universitas Sumatera Utara
b. Operasi normal
Operasi normal adalah keadaan dimana pot sudah berada
dalam keadaan stabil dan dapat dioperasikan untuk proses
elektrolisa. Selama pot dalam keadaan normal, pekerjaan utama
yang biasa dilakukan antara lain :
1) Penggantian anoda (anode changing) dan penaikan busbar
anoda
Setiap unit pot terdapat 18 buah anoda yang masa
pakainya rata-rata 27 hari. Supaya tegangan tetap stabil dan
proses elektrolisa berjalan dengan baik, penggantian anoda
dilakukan secara berkala dan teratur. Setiap hari biasanya
dilakukan penggantian satu anoda untuk tiap pot. Penggantian
anoda ini dilakukan menggunakan alat yaitu Anode Changing
Crane (ACC). Busbar anoda adalah aluminium penghantar
listrik, untuk menjepit tangkai anoda. Busbar ini dapat naik
turun menggerakkan seluruh anoda, karena anoda terkonsumsi
oleh proses elektrolisa maka busbar akan turun. Secara berkala
busbar
akan
dinaikkan
ke
posisi
semula.
Pekerjaan
penggantian anoda dan penaikkan busbar dilakukan dengan
bantuan Anode Changing Crane (ACC).
2) Pengambilan aluminium cair(metal tapping)
Pengambilan aluminium cair hasil proses reduksi,
setiap hari di tapping (diambil) atau dihisap dengan cara
vakum menggunkan vacum ladle yang digantungkan pada
Anode Changing Crane (ACC). Pengambilan aluminium cair
dilakukan setiap 32 jam sekali. Banyaknya metal cair yang
diambil dari setiap pot berkisar antara 1,5 ton. Aluminium cair
yang diambil dari pot dibawa langsung ke casting shop
menggunakan Metal Transport Car (MTC).
10
Universitas Sumatera Utara
3) Pemasukanmaterial
Material yang dimaksud disini adalah AlF3 merupakan
adiktif (reacted alumina) untuk mengimbangi penguapan gas
fluorida dan menjaga kondisi bath agar tetap stabil. Bath cair
perlu dimasukkan atau dikeluarkan dari dalam pot bila tidak
sesuai dengan standar tinggi bath, antara 20-24 cm.
Pemasukan dan pengeluarannya dilakukan secara manual
menggunakan kereta bath setiap harinya.
4) Pemecahan kerak dan pemasukan alumina
Pemecahan kerak tengah dilakukan oleh blade,
sedangkan pemasukan alumina ke dalam bath sebanyak 20 kg
dilakukan melalui hopper alumina di bagian tengah pot.
Pekerjaan ini dikontrol secara kontinu oleh komputer dan
silakukan setiap 18 menit sekali.
5) Pengontrolan Voltase dan penanggulangan Noise
Agar temperatur tetap terjaga, maka volume pot
sebanding dengan energi input perlu dikontrol terus menerus
dan
gangguan
(noise) voltase dihilangkan
secepatnya.
Pekerjaan ini dilakukan dengan bantuan komputer.
6) Penghentian anode effect
Anode effect merupakan peristiwa naiknya voltase pot
secara tiba-tiba, karena konsentrasi alumina dalam bath terlalu
rendah. Voltase naik dari 4,3 volt menjadi 30-50 volt, yang
dapat mengakibatkan kebocoran pot. Anode effect dapat
dihentikan dengan cara memasukkan alumina ke dalam bath
sambil menarik turunkan anoda, sehinggan gas-gas dibawah
anoda dapat keluar. Pekerjaan ini dibantu dengan komputer.
11
Universitas Sumatera Utara
7) Pengukuran parameter-parameter.
Pada operasi normal, paremeter-perameter yang perlu
diukur adalah :
a) Pengukuran tinggi bath dan tinggi metal
b) Pengukuran keasaman
c) Pengukuran kemurnian metal
d) Pengukuran distribusi tegangan pot, tinggi lumpur dan
jumlah metal.
e) Pengukuran temperatur bath.
f) Cut Out Pot (mematikan pot)
Mematikan pot dilakukan bila terjadi kondisi sudah
memburuk dan tidak memungkinkan untuk operasi lagi.
Tanda-tanda pot mulai memburuk diantaranya :
a) Kadar Fe dan Si di dalam metal cair meningkat dan tidak
bisa diturunkan lagi. Hal ini biasanya terjadi apabila blok
katoda retak atau berlubang, sehingga baja kolektor yang
terletak dibawah blok katoda dapat tererosi dan larut
dalam metal cair, hal ini akan mengakibatkan kandungan
Fe naik. Sedangkan kenaikan kadar Si terjadi apabila
dinding pot samping tererosi, sehingga silika yang
terkandung dalam isolasi akan larut dan menaikkan kadar
Si dalam metal cair.
b) Operasi pot yang sulit. Bila gangguan (noise)voltasesulit
dikendalikan, suhu dan tegangan sering naik dan sulit
diturunkan. Hal ini mengakibatkan Anode Effect yang
timbul sulit dihentikan. Keadaan seperti ini membuat
banyak
operasi
manual
dilakukan,
sehinggga
memberatkan operator. Pot biasanya dimatikan untuk
dilakukan perbaikan, sehingga akan dapat digunakan
kembali jika kerusakannya telah diperbaiki.
12
Universitas Sumatera Utara
Pabrik Pencetakan Aluminium cair yang dihasilkan di pabrik peleburan
(Reduction Plant) yang telah dihisap oleh vacum laddle dibawa dengan metal
transport car ke pabrik penuangan. Di pabrik pencetakan (casting shop) temperatur
aluminium cair tetap dijaga dan ditaburi flux untuk memurnikannya. Dross yang
terbentuk dipermukaan aluminium cair diambil, lalu didinginkan di tempat
pendinginan dross. Terdapat 10 unit dapur di pabrik pencetakan, yang terdiri dari 1
unit dapur pelebur (Melting Furnace) dan 9 unit dapur penampung (holding furnace)
dengan masing-masing kapasitas 30 ton aluminium cair. Sebelum diisikan ke dalam
dapur, metal transport car beserta laddle dan isinya ditimbang pada 40 ton.
Aluminium yang sudah murni diatur temperaturnya, kemudian dituangkan ke casting
machine melalui suatu pengalir, dimana aluminium ini akan membeku membentuk
aluminium batangan (ingot). Ingot yang keluar dari casting machine masuk ke
conveyor pendingin, lalu dipindahkan ke conveyor penumpuk dengan mengggunakan
servo arm. Setelah tumpukan ingot ditimbang, selanjutnya dipindahkan ke lapangan
pendingin dengan menggunakan Forklift, sedangkan ingot yang sudah dingin
dilakukan proses bundling, kemudian disimpan ke lapangan penyimpangan ingot. Di
PT. INALUM (Persero) terdapat 7 unit casting machine untuk pencetakan ingot 50
pon (22,7 Kg) dengan kapasitas 12 ton/jam untuk masing-masing unit casting. 1
2.2. Mesin Vibrating Compactor
2.2.1. Vibrating Compactor Secara Umum
Mesin Vibrating Compactormerupakan sebuah mesin yang digunakan untuk
memadatkan
suatu
bahan
dengan
proses
penekanan,
penggetaran,
dan
pemvakuman udara dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat kepadatan yang
baik. Mesin Vibrating Compactor sering digunakan di pabrik yang bergerak di
bidang industry penghasil blok karbon yang akan digunakan sebagai anoda.
Proses yang dilakukan oleh mesin ini tidak terlalu panjang dan semua
dilakukan secara otomatis. Namun dalam segi perbaikan dan perawatan sangatlah
banyak dikarenakan banyaknya sensor dan komponen yang digunakan pada mesin
ini. Kalibrasi juga sangat penting dilakukan pada sensor-sensor yang ada pada
1”
Pabrik Peleburan Aluminium”, diakses dari http://www.inalum.co.id/article/pabrik-peleburanaluminium.html, pada tanggal 3 Juni 2016 pukul 21.20 WIB.
13
Universitas Sumatera Utara
mesin ini dengan tujuan menjaga konsistennya hasil produksi dari mesin ini. Ada
4 jenis mesin Vibrating Compactor untuk pembuatan anoda yang sebenarnya
hanya berbeda di bentuk dan langkah kerja. Tapi untuk hasil dan cara kerjanya
tidak jauh berbeda. Berikut jenis-jenis dari mesin Vibrating Compactor:
1. Single Sliding Table Vibrating Compactor
Single sliding table Vibrating Compactor adalah jenis dari Vibrating
Compactor yang hanya memiliki 1 mould (cetakan) dan bergerak secara
sliding atau digeser. Jenis ini mampu mencetak 27 blok/jam. Berikut
gambar dari Single Sliding Table Vibrating Compactor.
Gambar 2.1. Single Sliding Table Vibrating Compactor
Sumber : Manual Book Vibrating Compactor Outotec
2. Tandem Sliding Table Vibrating Compactor
Tandem sliding table Vibrating Compactor adalah jenis Vibrating
Compactor yang memiliki 2 mould tapi hanya memiliki 1 feeder. Mould
pada jenis ini juga bergerak secara di geser. Scale atau pengukur berat
pasta akan bergerak ke mould untuk memasukkan pasta secara
bergantian. Jenis ini mampu mencetak 54 blok/jam. Berikut gambar dari
Tandem sliding table Vibrating Compactor.
14
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Tandem Sliding Table Vibrating Compactor
Sumber : Manual Book Vibrating Compactor Outotec
3. Triple Sliding Table Vibrating Compactor
Triple sliding table Vibrating Compactor adalah jenis Vibrating
Compactor yang memiliki 3 mould dan bergerak secara sliding. Pada
proses feeding sama seperti pada jenis tandem sliding table, namun
dilakukan pada 3 mould secara bergantian. Jenis ini mampu mencetak 75
blok/jam. Berikut gambar dari Triple sliding table Vibrating Compactor.
15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Triple Sliding Table Vibrating Compactor
Sumber : Manual BookVibrating Compactor Outotec
4. Turntable Vibrating Compactor
Turntable Vibrating Compactor adalah jeni Vibrating Compactor
yang memiliki 3 mould tapi bergerak secara berputar untuk melakukan
proses feeding, proses vibrating, dan proses pengeluaran blok anoda
secara bergantian. Jenis ini mampu menghasilkan 32 blok/jam. Jenis ini
yang digunakan oleh PT. Inalum (persero) untuk pencetakan blok anoda
yang akan dipakai dalam proses peleburan aluminium. Maka dari itu
penulis akan hanya menjelaskan jenis Turntable Vibrating Compactor
pada penulisan selanjutnya. Berikut gambar dari mesin Turntable
Vibrating Compactor.
16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Turntable Vibrating Compactor
Sumber : Manual BookVibrating Compactor Outotec
2.2.2. Vibrating Compactor yang Digunakan PT. Inalum (persero)
Vibrating Compactor yang digunakan oleh PT. Inalum (persero) merupakan
jenis Turntable Vibrating Compactor. Mesin Turntable Vibrating Compactor
terdapat pada pabrik anoda karbon, tepatnya di bagian green carbon. Mesin
Turntable Vibrating Compactor adalah mesin yang digunakan untuk memadatkan
suatu bahan dengan memanfaatkan getaran, tekanan, dan kevakuman. Pada jenis
turntable, mesin bergerak secarasiklus berputar. Mesin ini banyak digunakan di
pabrik yg bergerak di bidang produksi anoda karbon termasuk PT. Inalum yang
menggunakan mesin ini untuk memproduksi karbon anoda yang digunakan
sendiri untuk proses peleburan aluminium. Berikut merupakan gambar dari
Turntable Vibrating Compactor yang digunakan di PT. Inalum (persero).
17
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5. Turntable Vibrating Compactor di PT. Inalum (persero)
2.2.3. Komponen-komponen Utama Turntable Vibrating Compactor
Komponen-komponen yang dimiliki mesin Turntable Vibrating Compactor
adalah:
1. Paste Spreading Device
Paste Spreading Device adalah komponen yang berfungsi untuk
memasukkan bahan (pasta) kedalam mould (cetakan). Berikut gambar
dari Paste Spreading Device.
18
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6. Paste Spreading Device
2. Hopper Scale
Hopper Scale adalah komponen yang berfungsi untuk menimbang
berat dari pasta yang akan dimasukkan kedalam cetakan agar setiap blok
yang dihasilkan tetap sama ukuran dan beratnya. Berikut gambar dari
Hopper Scale.
Gambar 2.7. HopperScale
19
Universitas Sumatera Utara
3. Vibrating Table With Unbalance Drive
Vibrating Table With Unbalance Drive adalah komponen yang
berbentuk meja yang dilengkapi alat penggetar yang berfungsi
memberikan getaran pada proses pemadatan anoda karbon. Berikut
gambar dari Vibrating Table With Unbalance Drive.
Gambar 2.8. Vibrating Table With Unbalance Drive
4. Clamp Locking Device for Mould
Clamp Locking Device for Mould adalah komponen yang berfungsi
untuk mengunci cetakan ketika terjadinya proses pemadatan. Berikut
gambar dari Clamp Locking Device for Mould.
20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9. Clamp Locking Device for Mould
5. Pushing Device
Pushing Device adalah komponen yang berfungsi untuk memberikan
tekanan dari atas dengan bantuan tekanan udara yang dialirkan kedalam
air bellow. Berikut gambar dari Pushing Device.
21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Pushing Device
6. Mould
Mould adalah cetakan yang digunakan untuk mencetak anoda karbon.
Berikut gambar dari Mould.
Gambar 2.11. Mould
22
Universitas Sumatera Utara
7. Machine Column
Machine Column adalah bagian tengah dari Turntable Vibrating
Compactor yang berfungsi untuk memutar ketiga pallet tempat mould
diletakkan.
8. Heating Device for Mould
Heating Device for Mould adalah komponen yang berfungsi untuk
memanaskan mould guna mejaga suhu pasta yang ada di dalam mould.
9. Vacuum System
Vacuum System adalah komponen yang berfungsi untuk memberikan
tingkat kevakuman yang tinggi di dalam mould pada proses pemadatan
anoda block. Berikut gambar dari Vacuum System.
Gambar 2.12. Vacuum System
23
Universitas Sumatera Utara
Download