pola sebaran sedimen tersuspensi melalui pendekatan

advertisement
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565
Volume 13 Nomor 1 Juni 2010 (Volume 13, Number 1, June, 2010)
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive Waste Technology Center)
POLA SEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI
MELALUI PENDEKATAN PENGINDERAAN JAUH
DI PERAIRAN PESISIR SEMENANJUNG MURIA-JEPARA
Heni Susiati*, Eko Kusratmoko**, Aris Poniman***
*) Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN
Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan-Jakarta Selatan
*) Departemen Geografi, FMIPA-UI,
Kampus Universitas Indonesia, Depok
*)
PUJASINFO – BAKOSURTANAL
Komplek Cibinong Science Center, Cibinong-Bogor
ABSTRAK
POLA SEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI MELALUI PENDEKATAN PENGINDERAAN
JAUH DI PERAIRAN PESISIR SEMENANJUNG MURIA, JEPARA. Dalam persiapan pembangunan
PLTN di Semenanjung Muria, kondisi keberadaan sumber daya kelautan, khususnya distribusi sedimen
tersuspensi (TSS) di wilayah perairan sekitar calon tapak PLTN sangat penting untuk dievaluasi. Telah
dilakukan penelitian pola distribusi TSS di perairan Semenanjung Muria sebagai rencana lokasi tapak
untuk fasilitas infrastruktur pendingin PLTN. TSS memainkan peran penting dalam manajemen kualitas
air, khususnya berkaitan dengan sumber air yang diperlukan sebagai air pendingin dan kondensasi uap
pembangkit listrik. Tujuan dari penelitian adalah menentukan pola distribusi TSS di Semenanjung
Muria, Jepara, dengan posisi 110056’06,7”─110044’01,7” Bujur Timur dan 06023’99,3”─06025’49,1’’
Lintang Selatan. Evaluasi pola distribusi sedimen tersuspensi telah dilakukan dengan pengukuran
lapangan dan penginderaan jauh. Penelitian menggunakan data Landsat (data citra tahun 1989, 2001,
2004) dan SPOT (2008). Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi sebaran sedimen tersuspensi di
perairan Semenanjung Muria menunjukkan pola dinamis, namun secara keseluruhan telah terjadi
peningkatan luasan pada konsentrasi sedimen tersuspensi. Konsentrasi TSS di perairan Semenanjung
Muria berkisar antara 1,5 sampai 2.140 mg/ liter dengan rata-rata 55,18 mg/ liter. Umumnya rata-rata
konsentrasi TSS masih di bawah ambang batas yang telah ditentukan dalam Keputusan Menteri KLH
No. 51/ 2004.
Kata kunci: PLTN, sedimen tersuspensi, pendingin, dan penginderaan jauh.
ABSTRACT
DISTRIBUTION PATTERNS OF TOTAL SUSPENDED SEDIMENT WITH REMOTE SENSING
APPRAISAL ON MURIA PENINSULA COAST, JEPARA. During the preparation of Nuclear Power Plant
(NPP) construction at Muria Peninsula, the existing ocean resources, especially sediment distribution
around NPP site candidate, should be evaluated. Total Suspended Sediment (TSS) distribution pattern
analysis in Muria Peninsula region as the site plan of NPP cooling infrastructure facility has been
conducted in this study. TSS plays an important role in water quality management, especially in relation
to water source that is needed for cooling and condensing the steam in the power plant. The purpose
of this research is to determine the distribution pattern of TSS in the coast of Muria Peninsula, Jepara,
0
0
0
0
located between 110 56’06,7” - 110 44’01,7” east longitudes and 06 23’99,3” - 06 25’49,1’’ south
latitudes. The evaluation of TSS distribution is performed using field sampling and remote sensing
appraisal. The research was carried out using Landsat (dataset received in 1989, 2001, 2004) and
SPOT (dataset received in 2008) satellite images. Based on the result of this study, TSS concentration
distribution in Muria Peninsula shows dynamic pattern. However, in total there has been an increase in
the area of TSS distribution. TSS concentration in Muria Peninsula region varied in the range of 1,5 –
2.140 mg/ liter, with an average concentration of 55,18 mg/liter. In general, the average concentration of
TSS is still less than the treshold for TSS in sea water as stipulated in the Ministry of Environment
regulation No. 51/2004.
Keywords: NPP, TSS, cooling, and remote sensing.
72
Heni Susiati, Eko Kusratmoko, Aris Poniman : Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Melalui Pendekatan Penginderaan Jauh di
Perairan Pesisir Semenanjung Muria-Jepara
PENDAHULUAN
Pemantauan lingkungan pesisir sehubungan dengan penyediaan data baseline dalam
persiapan pembangunan PLTN di Semenanjung Muria, Jepara sebagai calon tapak lokasi PLTN perlu
dipersiapkan sejak dini. Hal ini sangat penting karena data lingkungan yang diperoleh pada waktu
dilaksanakan studi kelayakan oleh konsultan pada tahun 1996 tentunya sudah berubah banyak akibat
perubahan rona lingkungan di sepanjang perairan pantai Semenanjung Muria. Salah satunya adalah
semakin meningkatnya konsentrasi sedimen tersuspensi (Total Suspended Solid/TSS).
Peningkatan konsentrasi TSS menyebabkan kekeruhan yang dapat mengganggu penetrasi
cahaya ke dalam perairan. Keberadaan TSS dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan
yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia, seperti pendangkalan
pelabuhan, punahnya beberapa ekosistem perairan, dan kerusakan lingkungan [1].
Untuk memetakan sebaran TSS, pendekatan pengambilan sampel dan penggunaan teknik
penginderaan jauh telah banyak dilakukan. Data penginderaan jauh tidak hanya dipakai untuk data atau
inventarisasi saja tapi sekaligus untuk fungsi pemantauan. Hal ini dimungkinkan karena data
penginderaan jauh dapat diperoleh secara multitemporal [2]. Penginderaan jauh sistem satelit
merupakan salah satu sistem penginderaan jauh yang sudah dikembangkan Landsat TM dan SPOT.
Penginderaan jauh sistem satelit sering digunakan dalam berbagai penelitian karena di samping
kemampuan multispektral dari sensornya, juga karena begitu pesat perkembangan pengolahan dan
analisis datanya. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut telah dilakukan penelitian tentang sebaran
konsentrasi TSS berdasarkan informasi spektral data digital Landsat TM, ETM + dan SPOT. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran distribusi sebaran TSS di wilayah perairan
Semenanjung Muria dalam persiapan pembangunan PLTN.
METODOLOGI
Daerah Studi
Daerah studi dalam penelitian ini adalah perairan pesisir Semenanjung Muria, yang masuk
dalam 2 wilayah kabupaten, yaitu Jepara dan Pati. Gambar 1 menunjukkan perairan Semenanjung
Muria yang menjadi daerah studi dalam penelitian.
Jepara
Rembang
Semarang
Gambar 1. Daerah Studi Semenanjung Muria
Citra yang digunakan
1. Citra Landsat 5 TM path/row 119 - 120/ 064 - 065 yang diakuisisi tanggal 8 September tahun 1989,
2. Citra Landsat 7 ETM+ path/row 119 - 120/ 064 - 065 yang diakuisisi tanggal 8 September tahun
2001,
3. Citra Landsat 7 ETM+ path/row 119 - 120/ 064 - 065 yang diakuisisi tanggal 4 Agustus tahun 2001
dan 2004, dari Global Land Cover Facilities, Institute of Applied Computer Science, University of
Maryland, USA (http://glcf.umiacs.umd.edu/data/landsat) [3],
73
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), Vol.13 No.1 2010
ISSN 1410-9565
4. Citra SPOT path/row 293- 363 yang diakuisisi 19 Oktober tahun 2008, data diperoleh dari Lembaga
Penerbangan dan Antariksa (LAPAN), Jakarta.
Citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini ada 4 buah citra yang mencakup wilayah
perairan Semenanjung Muria. Citra Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, dan SPOT 293-363 diolah
menggunakan software ER Mapper 7.0 untuk mendapatkan nilai konsentrasi TSS. Kajian citra
penginderaan jauh ini menggunakan data multi temporal yang mempunyai karakteristik spectral yang
hampir sama. Untuk itu citra Landsat MSS TM dan ETM digunakan. Data citra Landsat Ortho tahun
2001 digunakan sebagai acuan dalam georeferensi atau penyamaan sistem koordinat citra-citra
Landsat yang digunakan dan dalam menganalisis konsentrasi TSS.
Algoritma Penelitian untuk Pemetaan TSS
Di dalam penelitian ini digunakan algoritma untuk mendapatkan nilai konsentrasi TSS.
Sebelum mengaplikasikan algoritma untuk pemetaan TSS, terlebih dahulu dilakukan land-sea masking
terhadap citra yang telah terkoreksi[4]. Tujuannya adalah untuk memisahkan agar wilayah daratan tidak
masuk dalam penghitungan TSS. Agar diperoleh peta sebaran TSS yang akurat diperlukan real time
data lapangan dan citra yang dianalisis. Karena tidak didapatkan data lapangan konsentrasi TSS
wilayah perairan Semenanjung Muria yang sama dengan waktu akuisisi citra Landsat dan SPOT, maka
dalam penelitian ini hanya diaplikasikan algoritma yang telah dibangun oleh peneliti sebelumnya, yaitu
[5,6]:
Konsentrasi TSS = 0,6432*(ETM1+ETM3)/2-5,9063 dengan ETM1, ETM3 = band 1 dan band
3 citra Landsat ETM+, sedangkan untuk citra SPOT4 HRVIR menggunakan algoritma yang telah
dikembangkan oleh Syarif Budiman [7], yaitu TSS (mg/liter) = 7,9038*exp(23,942*Red Band) dengan
Red band = Reflektans band 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Geografis dan Iklim Daerah Penelitian
Daerah penelitian pola sebaran sedimen tersuspensi yang ditinjau dalam studi ini terletak di
perairan Semenanjung Muria berada di jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa. Secara administratif daerah
penelitian berada di wilayah kabupaten Jepara dan Pati, propinsi Jawa Tengah, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
o Sebelah barat
: Laut Jawa
o Sebelah timur
: Kab. Rembang dan Kab. Kudus
o Sebelah utara
: Laut Jawa
o Sebelah selatan
: Kabupaten Demak
Wilayah Jepara dan Pati memiliki ketinggian yang bervariasi antara 0 – 1.301 meter di atas
permukaan laut, dengan kondisi alam pegunungan, berbukit, berdataran rendah dan berpantai landai.
Dataran tinggi terletak di sebelah Timur membentang sampai selatan yang merupakan lereng di
sebelah barat dan utara dari Gunung Muria. Dari daerah ini mengalir sungai besar yang mengairi
Kabupaten Jepara [4,8].
Iklim daerah penelitian yang terletak di pantura umumnya sangat terkait dengan posisi
Indonesia yang berada di daerah katulistiwa. Terkait dengan posisi, maka iklim di daerah penelitian
termasuk iklim tropis. Adapun didasarkan atas ketinggian tempat yang merupakan daerah dataran,
lokasi yang berhadapan dengan laut terletak di wilayah pesisir, maka sangat dipengaruhi oleh angin
muson (angin musim). Angin ini akan selalu berganti arah setiap setengah tahun sekali. Angin yang
bertiup di wilayah ini adalah angin musim bertiup ke barat disebut angin timur, dan sebaliknya bila angin
berarah ke timur bertiup angin barat. Dengan demikian, maka wilayah ini memiliki kondisi iklim tropis
yang dipengaruhi oleh angin muson [4,8].
Pemetaan Sebaran TSS (Total Suspended Sediment)
Pengamatan sebaran dan konsentrasi TSS di perairan Semenanjung Muria sebenarnya dapat
dilakukan secara optik (remote sensing) dengan pendekatan statistik yang sederhana. Namun hal ini
mensyaratkan adanya data konsentrasi TSS insitu yang diambil pada waktu yang sama dengan saat
satelit melintas. Dengan regresi linier maka dapat dilakukan perbandingan antara nilai digital number
dengan konsentrasi TSS insitu pada lokasi yang sesuai. Selanjutnya dibangun suatu algoritma untuk
menentukan sebaran konsentrasi TSS. Sehingga sebenarnya algoritma untuk TSS ini bersifat sangat
spesifik untuk tempat dan waktu tertentu. Namun demikian algoritma yang telah dibangun tersebut
masih dapat diterapkan untuk tempat dan waktu yang berbeda walaupun hasilnya kurang akurat. Tetapi
setidaknya algoritma tersebut masih dapat memberikan gambaran pola sebaran TSS [9].
74
Heni Susiati, Eko Kusratmoko, Aris Poniman : Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Melalui Pendekatan Penginderaan Jauh di
Perairan Pesisir Semenanjung Muria-Jepara
Pada penelitian ini karena tidak adanya data konsentrasi TSS insitu yang sama dengan waktu
akuisisi citra, maka sebaran konsentrasi TSS didapatkan dengan mengaplikasikan algoritma untuk TSS
dari Ambarwulan, dkk. [5]. Data TSS hasil analisis laboratorium digunakan sebagai data pembanding.
Pada Gambar 2 ditunjukkan sebaran konsentrasi TSS di perairan Semenanjung Muria
berdasarkan algoritma Ambarwulan, dkk. [5] untuk citra Landsat TM 1989 dan Landsat ETM+ tahun
2001, 2004 dan SPOT 2008. Secara visual keempat gambar tersebut menunjukkan bahwa nilai TSS
untuk tahun 1989 masih tergolong rendah, tetapi perhitungan untuk tahun 2001 dan tahun 2004
terdapat peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini dapat dikaitkan dengan aktivitas masyarakat
pesisir pada waktu itu, yang menunjang besarnya penambangan pasir pada tahun 1989 dan
sebelumnya masih sedikit, tetapi meningkat drastis ketika direkam pada tahun 2001 dan 2004.
6 mg/liter
45
mg/liter
9 mg/liter
Citra Landsat Tahun 1989
8
mg/liter
39
mg/liter
mg/liter
Citra Landsat Tahun 2001
42
5
mg/liter
72
mg/liter
Citra Landsat Tahun 2004
Citra SPOT Tahun 2008
Gambar 2. Pola Sebaran TSS
Berdasarkan peta sebaran TSS yang dihasilkan dari citra satelit Landsat TM, ETM+, dan
SPOT dari Gambar 2, maka pengolahan menggunakan program ArcView diperoleh data konsentrasi
TSS di Semenanjung Muria dengan nilai yang dicantumkan pada Tabel 1.
75
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), Vol.13 No.1 2010
Tabel 1. Nilai Konsentrasi TSS dari Citra Satelit
Nilai Konsentrasi TSS (mg/liter)
Jenis Citra Satelit
Minimum
Maksimum
Landsat TM 1989
6,716
44,046
Landsat ETM+ 2001
9,965
38,285
Landsat ETM+ 2004
8,056
41,529
SPOT 2008
27,862
158,110
ISSN 1410-9565
Rata-Rata
18,020
24,529
24,405
55,179
Dari Tabel 1 terlihat bahwa nilai konsentrasi rata-rata dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Sebagai hasil perbandingan maka pada penelitian ini juga digunakan nilai konsentrasi TSS hasil
pengukuran lapangan. Berdasarkan hasil pengukuran lapangan pada bulan April 2008 dan bulan
Oktober 2009, diperoleh nilai minimum, nilai maksimum dan nilai rata-rata konsentrasi TSS seperti yang
tercantum pada Tabel 2 [4].
Tabel 2. Nilai Konsentrasi TSS dari Hasil Analisis Laboratorium [4]
Hasil Sampling
April 2008
Oktober 2009
Nilai Konsentrasi TSS (mg/liter)
Minimum
Maksimum
1,5
31,4
14
4.488
Rata-Rata
22,4
412
Pemetaan Hasil Klasifikasi Sebaran TSS
Untuk melihat luasan sebaran konsentrasi TSS dilakukan klasifikasi sebaran sedimen secara
unsupervised sehingga dihasilkan luasan konsentrasi TSS dengan membagi kelas-kelas konsentrasi
sedimen yang sama. Gambar 3 menunjukkan hasil klasifikasi unsupervised berdasarkan algoritma
Ambarwulan dkk. (2003) untuk citra Landsat TM 1989, Landsat ETM+ 2001, 2004 dan citra SPOT
2008.
Luasan tingkatan konsentrasi TSS berdasarkan klas-klas konsentrasi yang ditentukan
diberikan dalam Tabel 3 sampai dengan Tabel 6.
76
Heni Susiati, Eko Kusratmoko, Aris Poniman : Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Melalui Pendekatan Penginderaan Jauh di
Perairan Pesisir Semenanjung Muria-Jepara
Gambar 3. Klasifikasi Konsentrasi TSS di perairan Semenanjung Muria
Tabel 3. Luasan Klasifikasi Sebaran Konsentrasi TSS berdasarkan citra Landsat TM 1989
No
1.
2.
3.
4.
Klasifikasi Konsentrasi TSS (mg/liter)
0 - 15
16 - 25
26 - 35
> 36
Luas (Ha)
24.136,1
54.475,8
55.156,5
34.726,4
%
14
32
33
21
Tabel 4. Luasan Klasifikasi Sebaran Konsentrasi TSS berdasarkan citra Landsat ETM+ 2001
No
1.
2.
3.
4.
Klasifikasi Konsentrasi TSS (mg/liter)
0 - 15
16 - 25
26 - 35
> 36
Luas (Ha)
78.567,80
24.254,74
23.338,00
40.622,97
%
47
15
14
24
Tabel 5. Luasan Klasifikasi Sebaran Konsentrasi TSS berdasarkan citra Landsat ETM+ 2004
No
1.
2.
3.
4.
Klasifikasi Konsentrasi TSS (mg/liter)
0 - 15
16 - 25
26 - 35
> 36
Luas (Ha)
97.563,00
28.450,09
14.156,23
41.224,54
%
54
16
8
22
Tabel 6. Luasan Klasifikasi Sebaran Konsentrasi TSS berdasarkan citra SPOT 2008
No
1.
2.
3.
4.
Klasifikasi Konsentrasi TSS (mg/liter)
0 – 15
16 – 25
26- 35
> 36
Luas (Ha)
91.263,2
38.307,8
24.297,9
25.390,3
%
51
21
14
14
Berdasarkan Tabel 3 sampai Tabel 6, terlihat dinamika perubahan atas perkembangan luasan
konsentrasi TSS di perairan Semenanjung Muria.
Hasil analisis nilai TSS dari interpretasi citra menunjukkan bahwa nilai kandungan sedimen
tersuspensi di dekat garis pantai pada umumnya mempunyai nilai yang lebih tinggi, dan di bagian
paling timur wilayah penelitian mempunyai nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah
lainnya. Hal ini juga sesuai dengan hasil analisis laboratorium.
Kandungan sedimen tersuspensi di perairan sangat dipengaruhi oleh pasokan sedimen
tersuspensi dari darat yang terbawa oleh sungai. Selain itu juga karena pengaruh musim yang terjadi.
Hal ini diperkuat dengan terbentuknya daratan baru atau delta di sebelah Timur wilayah penelitian.
Hubungan Pola Sebaran TSS dengan Pendekatan Penginderaan Jauh
Secara garis besar dalam penelitian ini pola sebaran TSS yang dihasilkan dari tahun 1989,
2001, 2004, dan 2008 terlihat bahwa pola sebaran tidak merata ke semua bagian namun dari tahun ke
tahun terlihat rata-rata pola sebaran semakin lama terdistribusi semakin luas. Demikian pula kandungan
TSS tertinggi dari tahun ke tahun berada pada posisi yang sama yaitu terkonsentrasi di bagian utara
dan timur di ujung kanan peta pola sebaran dari wilayah penelitian. Jadi pola sebaran TSS
terkonsentrasi dan terakumulasi di daerah tersebut. Hal ini erat kaitannya dengan penggunaan lahan di
daerah pesisir yaitu kebanyakan difungsikan sebagai kawasan tambak. Terjadinya perbedaan sebaran
konsentrasi TSS di Semenanjung Muria, tentunya sangat terkait dengan proses dinamika perairan di
wilayah penelitian. Di samping itu juga didukung oleh perubahan arus musiman, pasang surut dan
gelombang yang dapat mempengaruhi pola sebaran TSS. Selain itu masuknya muatan sedimen
(sediment load) dari daratan ke perairan juga berpengaruh terhadap konsentrasi TSS di perairan.
77
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), Vol.13 No.1 2010
ISSN 1410-9565
Hubungan TSS dan Rencana Pembangunan PLTN
Dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN) Muria direncanakan akan dibangun di daerah pesisir pantai Semenanjung Muria, Jepara.
Pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut telah banyak dilakukan, salah satunya adalah hasil studi
kelayakan tapak PLTN oleh konsultan NEWJEC sehingga wilayah tersebut layak untuk dibangun PLTN.
Namun demikian studi lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih menyakinkan
sehubungan dengan perkembangan situasi saat ini di daerah tersebut, khususnya paska terjadinya
gempa di Yogyakarta. Seiring dengan program tersebut perlu dipersiapkan sumberdaya lokal yang
nantinya dapat mendukung operasi PLTN. Salah satu sumberdaya lokal yang penting adalah air laut di
sekitar tapak yang merupakan media untuk membuang panas dari kondensor ke lingkungan. Analisis
kelaikan air laut Muria menjadi perhatian awal sebelum digunakan sebagai pendingin tersier PLTN [10].
Salah satu kegiatan penting dalam penyiapan tapak PLTN adalah tersedianya tapak yang aman dari
faktor eksternal, dan salah satu faktor eksternal yang penting adalah kondisi faktor geologi khususnya
kondisi sedimen yang ada di tapak tersebut. Kondisi kualitas perairan pesisir Semenanjung Muria,
Jepara memainkan peran sangat penting dalam persiapan pembangunan PLTN. Hal ini terkait dengan
kondisi sedimen yang sangat diperlukan dalam bidang rekayasa pantai (coastal engineering), seperti
pembuatan desain, konstruksi dan pemanfaatan air laut untuk pendingin PLTN.
Pantai utara daerah Jepara sebagai lokasi tapak PLTN terbaik saat ini mempunyai genesis
pantai yang dipengaruhi kuat oleh struktur gunungapi Muria dan Lasem. Salah satu aspek geologi yang
penting di daerah penelitian adalah keberadaan gunung api Muria dan Genuk. Kedua gunung api ini
merupakan gunung api Kuarter dan merupakan gunung api kunci dalam menentukan perkembangan
tektonik dan subduksi di perairan Laut Jawa sejak ditemukannya jalur subduksi Kapur yang memotong
perairan Laut Jawa arah baratdaya – timur laut dan berakhir di Pegunungan Meratus [11].
Di samping itu dengan keberadaan kedua gunung api tersebut sebagai sumber sedimen
terhadap daerah sekitarnya, dengan pendekatan penginderaan jauh dapat diperoleh data pola distribusi
sebaran sedimen di perairan Semenanjung Muria yang sangat bermanfaat dalam persiapan
pembangunan PLTN Muria.
Sedimen yang tersuspensi dalam air dapat berpengaruh terhadap sistem dan peralatan
pendingin yang diakibatkan adanya pengendapan, penyumbatan pipa dan jika mempunyai sifat abrasif
maka akan merusak sistem peralatan dan pipa-pipa pendingin. TSS yang berdiameter kurang dari 0,10
mm seperti lumpur atau lanau umumnya tidak abrasif tetapi akan menyebabkan pengendapan di dalam
struktur intake, sistem pemipaan, dan alat penukar panas, yang akan mengganggu operasional
pembangkit [12]. Beberapa contoh kasus lokasi pendingin yang berada di perairan pesisir dan muara
sungai telah terjadi gangguan oleh sedimen. Kondisi sedimen di perairan merupakan input yang sangat
penting dalam pemilihan konfigurasi sistem pendingin. Adanya sedimen yang tersuspensi dalam
perairan laut apabila digunakan sebagai air pendingin akan memerlukan pengolahan khusus untuk
mengurangi dampak bahaya terhadap sistem air pendingin. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang
lebih lanjut melalui observasi lapangan sehubungan dengan permasalahan sedimen tersuspensi
tersebut.
Untuk menentukan kesesuaian antara kondisi sebaran sedimen di perairan laut Jepara dan
persyaratan bangunan fisik PLTN, diperlukan penelitian lanjut. Demikian juga untuk penelitian evaluasi
terhadap pondasi infrastruktur PLTN. Untuk itu kondisi hidrodinamika dan transport sedimen perlu
dievaluasi lebih lanjut setelah dilakukan analisis terhadap kondisi sedimen di lokasi tapak PLTN.
Desain pendingin PLTN memerlukan persyaratan kualitas air, salah satunya seperti yang
tertuang pada Tabel 7 [13].
Tabel 7. Parameter Fisik Dasar Kualitas Air dan Batasan Konsentrasi
untuk Air Pendingin PLTN [13]
Unsur
Satuan
Batasan
TDS
mg/lt
70.000
TSS
mg/lt
<100 (dengan film fill)
<300 (dengan open fill)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
78
Heni Susiati, Eko Kusratmoko, Aris Poniman : Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Melalui Pendekatan Penginderaan Jauh di
Perairan Pesisir Semenanjung Muria-Jepara
1. Secara spasial pola sebaran TSS dari tahun 1989 sampai 2008 tidak menunjukkan adanya
perbedaan, namun demikian ada kecenderungan wilayah dengan konsentrasi TSS antara > 36
mg/liter meningkat, khususnya di sisi timur perairan Semenanjung Muria. Arus laut dan morfologi
pantai daerah penelitian mempengaruhi pola sebaran konsentrasi yang terjadi.
2. Dari sisi proses sedimentasi yang terjadi di Semenanjung Muria, lokasi sebelah timur laut dari lokasi
penelitian menunjukkan lokasi perairan kurang memenuhi syarat sebagai sumber air pendingin
karena proses sedimentasi yang lebih besar dibandingkan daerah sisi barat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ritchie J.C. and Cooper, C.M.: Comparison of Measured Suspended Sediment Concentrations
With Suspended Sediment Concentrations Estimated From Landsat MSS Data, Int. J. Remote
Sensing (1988).
[2] Abu Daya, M.I.: Coastal Water Quality Monitoring with Remote Sensing in (East Kalimantan)
Makasar Strait-Indonesia, International Institute for Geo-Information Science and Earth
Observation, Enschede, The Netherlands (2004).
[3] Citra Landsat: http://glcf.umiacs.umd.edu/data Landsat
[4] Susiati, H., Pandoe, W. & Wijarnako A.: “Studi Dinamika Transport Sedimen Menggunakan
Perunut Radioisotop dan Citra Satelit untuk Evaluasi Rekayasa Perlindungan Pantai Tapak PLTN,
Laporan Teknis Program Insentif, Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN, Jakarta (2008).
[5] Ambarwulan W.: Mapping of TSM Concentrations From SPOT and Landsat TM Satellite Images
for Integrated Coastal Zone Management in Teluk Banten, Indonesia, MSc Thesis, International
Institute for Geo-information Science and Earth Observation (2002).
[6] Ambarwulan, W.: Struktur Spasial Parameter Bio-Fisik Perairan Delta Mahakam, Pusat Sumber
Daya Laut, Bakosurtanal (2004).
[7] Budhiman, S.: Mapping TSM Concentrations from Multisensor Satellite Images in Turbid Tropical
Coastal Waters of Mahakam Delta, Indonesia. Master of Science Thesis, ITC, Enschede, The
Netherlands (2004) .
[8] DKP.: Laporan Akhir Penyusunan Rencana Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten Jepara, Departemen Kelautan dan Perikanan, Propinsi Jawa Tengah, Semarang
(2006).
[9] Azis Rifai: Kajian Perubahan Kerapatan Vegetasi Mangrove dan Kaitannya dengan Total
Suspended Matter (TSM) di Wilayah Delta Mahakam Berdasarkan Citra Satelit, Tesis Program
Studi Magister Sains Kebumian, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB (2008).
[10] Ambarwulan, W., Hartini, S., dan Cornela, M.I.: Citra Satelit Landsat untuk Inventarisasi
Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut di Delta Mahakam, Pusat Sumber Daya Laut, Bakosurtanal
(2003).
[11] Sumijanto & Dibyo, S.: Analisis Kelaikan Air Laut Muria Sebagai Pendingin Tersier PLTN Jenis
PWR Menggunakan Watercycle Software, Prosiding Seminar Penelitian dan Pengelolaan
Perangkat Nuklir, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju, Yogyakarta (2005).
[12] Katili, J.A.: Geotectonics of Indonesia, A Modern View, Directorate General of Mines, Jakarta
(1980).
[13] Veil, J.A. Use of Reclaimed Water for Power Plant Cooling, Environmental Science Division,
Argonne National Laboratory, Canada (2007).
79
Download