ZETA ANALYSIS A new model to identify bankruptcy risk of corporations 1. Pendahuluan dan Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun, menganalsis dan menguji dari model baru klasifikasi kebangkrutan yang secara eksplisit berkembang dengan kesahan-kesalahan dalam bisnis. Model baru yang disebut ZETA efektif dalam mengklasifikasi perusahaan yang bangkrut sampai dengan lima tahun sebelum kegagalan pada sampel perusahaan termasuk perusahaan manufaktur dan retail. 2. Alasan untuk mencoba membentuk model baru Terdapat lima alasan mengapa model tersebut dapat lebih baik daipada literatur-literatur sebelumnya. Yakni: a) Perubahan dalam ukuran, profil keuangan, dan kesalahan dalam bisnis pada tahuntahun belakangan. Rata-rata ukuran pada perusahaan bangkrut meningkat drastis dengan konsekuensi visibilitas yang lebih besar dan perhatian dari institusi keuangan, regulator agensi dan publik. Studi kali ini menggunakan sampel purusahaan yang memiliki ukuran asset yang dua laporan tahunan sebelum bangkrut sekitar 100 juta dolar. Tidak ada perusahaan yang memiliki aset di bawah 20 juta dolar. b) Model baru tersebut diikuti dengan data yang natural. Kecuali 3 (dari 53) perusahaan sampel, setiap perusahaan tersebut bangkrut dalam 7 tahun terakhir ketika penelitian in dilakukan. c) Kesalahan model sebelumnya terkonsentrasi pada klasifikasi terhadap perusahaan manufaktur atau spesifikasi industri. Peneliti berfikir bahwa dengan memasukkan analitikal penyesuaian, perusahaan-perusahaan retail. Seharusnya dapat dianalisis dengan basis perusahaan-perusahaan manufaktur. d) Hal yang paling penting dari studi ini adalah bahwa data dan catatan kaki telah dianalisa dengan lebih teliti untuk diikutseratakan pada perubahan pelaporan standar keuangan dan praktek-praktek akuntansi yang dapat diterima. Tujuannya adalah agar model tidak hanya relevan terhadap kesalan-kesalahan masa lalu, tapi juga data yang akan timbul pada masa yang akan datang. 1 e) Untuk menguji dan menilai beberapa kemungkinan lanjutan dan masih merupakan aspek kontroversial dari analisis diskriminan. 3. Temuan temuan Utama Peneliti menyimpulkan bahwa model ZETA untuk mengklasifikasikan kebangkrutan lebih akurat daripada model sebelumnya dengan tingkat keberhasilan sebesar 90 persen pada sampel satu tahun sebelum dan 70 persen pada lima tahun yang akan datang. Perusahaan pada model yang sama digunakan pada perusahaan manufaktur tidak berpengaruh negatif terhadap hasil. Peneliti juga menemukan bahwa model ZETA menyajikan alternatif dari strategi klasifikasi kebangkrutan dalam hal kriteria biaya yang diharapkan dibandingkan dengan kemungkinan biaya yang timbul dari kesalahan estimasi. Di dalam pengujian, peneliti terkejut bahwa di samping data statistik yang mengindikasikan struktur kuadratik adalah sesuai, ternyata struktur linear untuk model yang sama menghasilkan kuadratik dalam uji validitas model. 4. Sampel dan karakteristik data dan metodologi statistik 4.1. Karakteristik sampel Dua sampel perusahaan di dalam penelitian ini terdiri dari 53 perusahaanperusahaan yang bangkrut dan 58 perusahaan yang tidak bangkrut sebagai sampel pembanding. Tabel 1 (hal. 32) menyajikan perusahaan yang bangkrut dengan tipe, ukuran dan tahun dinyatakan bangkrut. Perusahaan yang bangkrut menyajikan kesalahan industrial dimana memiliki asset yang kurang dari 20 juta dolar. 4.2. Variabel yang dianalisis Angka dari ratio-ratio keuangan dan pengukuran lainnya telah ditemukan di studi-studi laingnya dan digunakan dalam menyediakan bukti statis dari kegagalankegagalan yang mungkin terjadi. Peneliti telah memasukkan data untuk menghitung variabel-variabel dan sebagai tambahan juga dimasukkan beberapa pengukuranpengukuran yang diharapkan dapat membantu penelitian. Ada 27 variabel yang dimasukkan, dapat dilihat pada appendix B (hal. 54). 4.2. Penyesuaian Pelaporan 2 Peneliti telah menyesuaikan data asli pada sampelnya untuk mengatasi modifikasi-modifikasi akuntansi. Penyesuaiannya adalah sebagai berikut: a) Capitalization of leases. Penyesuaian dilakukan untuk meng-capitalize seluruh non-cancellable operating dan finance liases. Hasil dari kapital leasing ditambahkan kepada asset perusahaan dan hutang dan juga peneliti memasukan biaya bunga pada hutang baru tersebut. b) Reserves. Jika reserve berkaitan dengan penilaian pada asset yang bersangkutan, maka hal tersebut dimasukkan berlawanan dengan aset tersebut. c) Minority interest and other liabilities on the balance sheet. Item-item ini dinet-kan terhadap other asset. d) Captive finance companies and other non-consolidated subsidiaries. Telah dikonsolidasikan dengan perusahaan induk. Metode yang digunakan adalah pooling of interest. e) Goodwill and intangibles.Dikurangi dari asset dan equity karena kesulitan dalam mengalokasikan nilai ekonomi terhadap akun akun tersebut. f) Capitalized reaseach and development costs, capitazed interest and certain other deferred charges. Biaya-biaya ini di-expense-kan, bukan dikapitalisasi. 4.3. Metodologi Statistik Untuk mengklasifikasikan kebangkrutan digunakan teknik multivariat statistik yang dikenal sebagai discriminant analysis. Penelitian ini juga menganalisis struktur linear dan kuadratik. Jika dispersion matrices tidak identik, maka struktur kuadratik akan menyediakan model yang efisien ketika karakteristik masing-masing kelompok dapat dapat ditaksir dengan bebas diantara kelompok-kelompok tersebut. Efisiensi dalam hasil akan lebih signifikan pada pengukuran multivariat dari kelompok yang berbeda dan tingkat ketelitian akan lebih baik pada sampel sebagian. 5. Empirical results 5.1. Model 7 Variabel Ada tujuh variabel yang digunakan untuk menguji sampel pada penelitian ini yaitu: X1 Return on assets, diukur dengan pendapatan sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total asset. Variabel ini telah terbukti untuk membantu menaksir kinerja perusahaan pada masa lalu. 3 X2 Stability of earnings, diukur dengan menggunakan pengukuran yang sudah dinormalisasi pada standard error dari estimasi pada trend sepuluh tahun dalam V1. X3 Debt service, diukur dengan interest coverage ratio, yaitu pendapatan sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total pembayaran bunga. X4 Cumulative profitability, diukur dengan retained earnings dibagi dengan total asset. Ratio ini akan digunakan untuk mengukur umur perusahaan dan kebijakan deviden sebagai salah satu profitabilitasnya pada seluruh tahun periode. X5 Liquidity, diukur dengan current ratio. X6 Capitalization, diukur dengan modal saham dibagi dengan total modal. X7 Size, diukur dengan total asset perusahaan. 5.2. Relative importance of discriminant variables Prosedur dalam mengurangi set variabel pada suatu nilai yang dapat diterima, sangat berkaitan erat dengan usaha dalam menilai relative importance dalam set variabel. Tabel 2 (hal.37) menyajikan tes statistik yang telah diobesrvasi pada seluruh varibel, dan ditemukan bahwa variabel yang paling penting adalah X4 yaitu cumulative profitability. Varibel ini memiliki kontribusi sebesar 25% terhadap keseluruhan diskrimanan. Yang kedua adalah variabel X2 yaitu Stability of earnings ratio dan variabel ini juga signifikan setelah dilakukan uji univariat. Variabel X6 juga konsisten terhadap seluruh test. Dan variabel terakhir yang juga paling penting adalah X1 yaitu profitability ratio, akan tetapi variabel ini merupakan kontributor yang penting dalam kesuksesan model. 5.3. Linear vs. Quadratic analysis Analisis ini menghasil suatu dilema dan peneliti memilih untuk mengkonsentrasikan pada pengujian linear karena adanya (1) kemungkinan sensitivitas yang tinggi pada sampel observasi indivitual dari parameter kuadratik dan (2) fakta bahwa seluruh pengujian relativitas pada sesi 5.2. adalah berdasarkan pada model linear. 4 5.4. Clasification accuracy – Original and holdout samples Di dalam Tabel 3 (hal 38) disajikan ketepatan dari sampel yang berdasarkan pada satu tahun sebelum kebangkrutan. Keakuratan pada model linear adalah 96,2% dari kelompok bangkrut dan 89,7% untuk yang tidak bangkrut. Hasil yang menarik adalah hasil perbandingan dengan struktur kuadratik. Pengelompokan total sampel identik dengan kedua struktur pada periode pertama. Ada perbedaan yang penting pada validasi dan pengujian holdout pada kelompok bangkrut. Model linar lebih superior dengan kesalahan pengelompokan lebih dari 50 persen dari periode lima tahun sebelum kebangkrutan. Peneliti membuat dua replikasi untuk menguji validitas pada sample observasi. Pengujian ini memiliki tingkat akurasi yang sangat baik. Tidak ada perbedaan yang mencolok dari kesalahan pada kedua replikasi tersebut. 5.5. Perbandingan dengan Model Altman’s 1968 Peneliti membandingkan ZETA model dengan Altman model pada berbagai cara dan ditunjukan pada tabel 5 (hal. 41. Pertama peneliti membandingkan keakuratan pada 5 tahun pada masing-masing model. Hasilnya adalah model ZETA lebih akurat daripada model sebelumnya. Kedua, peneliti mengutilisasi kelima variabel dan paremter pada masing Zscores perusahaan. Dan hasilnya adalah model ZETA mendominasi sample khususnya pada tahun pertama dan tahun kelima. Ketiga, peneliti memilih kelima model pada model sebelumnya dan menghitung parameter berdasarkan 111 perusahaan pada sample ZETA. Hasilnya adalah model ZETA mendominasi tiap tahun, akan tetapi 7 variabel pada model ZETA lebih akurat pada beberapa tahun dan ternya 5 variabel pada model sebelumnya lebih sedikit lagi akuasinya ketika data tersebut dibandingkan lalu dihitung ulang. Peneliti melakukan perbandingan terhadap parameter pada model tahun 1068 dengan model ZETA pada tabel 6 (hal 42). Hasilnya adalah penelitian kali ini lebih memiliki hasil statistik yang lebih baik dilihat dari F-test univariate. 5 5.6. Group prior probabilities, error costs and model efficiency Secara implisit, pengujian ini telah memperhitungkan kemungkinankemungkinan kebangkrutan dan costs of errors. Peneliti telah mengasumsikan hasil estimasi pada masing-masing parameter. Estimasi sebenarnya dari kemungkinan kebangkrutan adalan sekitar 0,01 sampai dengan 0,05. jadi kemungkinan perusahaan akan bangkrut pada masa yang akan datang adalah pada angka tersebut. Pada analisis akhir, peneliti tidak mengetahui estimasi kebangkrutan sebelumnya. 5.7. Cost of classification errors Studi empiris telah menyajikan cara untuk menghitung error ini dan dibagi menjadi dua ekuivalen yaitu type I (C1) dan Type II (C2). Peneliti mengukur C1 berdasarkan data pada 26 bank komersial dan kuisionar yang dikembalikan pada bank regional tenggara amerika serikat. Tabel 7 (hal 45) menyajikan hal tersebut bahwa secara rata-rata C1 menunjukan hasil yang lebih besar pada tahun 1971 dibandingkan dengan tahun 1975. Formula C2 diklasifikasi berdasar keputusan untuk tidak meminjam pada bank yang bersangkutan. Dalam hal ini, C2 adalah kemungkinan kecil. Peneliti mengsepesifikasi c2 adalah sebesar 2 persen. 5.8. Revisi atas cutoff score and model efficiency test Setelah diperhitungkan, cutoff cscore ZETA adalah sebesar -0,337. 5.9. Penyesuaian pada cutoff score and practical application Aplikasi praktek terhadap penyeuaian skor terbut adalah kasus pada auditor akuntansi. Ia mungkin berharap bahwa model tersebut dapat memperhitungkan kualitas opini yang akan diberikan apakah perusahaan tersebut going concern atau tidak. 5.10. Distribution of ZETA Figur 1 (hal 49) mengilustrasikan skor ZETA pada dua grup dari 5 tahun sebelum kebangkrutan dan 1 tahun sebelum kebangkrutan. Varians pada perusahaan yang bangkrut berubah secara drastis pada tiap tahun, sedangkan pada perusahaan 6 yang tidak bangkrut, variansnya cukup stabil dan berkisar di angka 3.0. Figure 2 (hal. 49) menyajikan distribusi terhadap skor Zeta pada 1 tahun sebelum kebangkrutan. 6. Kesimpulan Model ZETA yang dikembangkan pada artikel ini menghasilkan akurasi yang lebih signifikan daipada model sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan karena data yang digunakan lebih relevan dalam menggambarkan seluruh hal tersebut. Model klasifikasi kebangkrutan memiliki akurasi 96 persen pada satu tahun sebelum kebangkrutan dan 70 persen pada 5 tahun sebelum kebangkrutan. Potensial aplikasi pada ZETA model digunakan untuk institusi keuangan dan non keuangan untuk menganalisis kredit, mengindentifikasi resiko investasi untuk protofolio manager dan digunakan untuk auditor sebagai penilaian terhadap opini audit. 7 8