JURNAL HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH_2

advertisement
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH
YANG BERSELINGKUH
KARTIKA SARI
Program Sarjana, Universitas Gunadarma
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
wanita yang sudah menikah berselingkuh, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
harga diri subjek seperti itu dan bagaimana proses perkembangan harga diri subjek.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus. Dalam
penelitian ini subjek berjumlah satu orang, yaitu seorang wanita berusia 24 tahun telah
menikah dan melakukan perselingkuhan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik wawancara dan observasi yang diterapkan pada subjek dan
significant other. Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan kepada subjek,
dapat disimpulkan bahwa ketika masalah muncul dalam keluarga akan terjadi penurunan
harga diri dan individu yang terganggu akan berusaha mencari penguatan melalui
berbagai cara. Ketika subjek memberikan pendapat terkadang subjek merasa bahwa
pendapatnya tidak dihargai maka akan terjadi penurunan harga diri. Kalau sampai suatu
hubungan berubah atau gagal, wanita lebih mudah depresi dan merendahkan diri sendiri.
Gagalnya perkawinan bukan hanya berarti kehilangan suami, tetapi juga kehilangan diri
sendiri. Diketahui bahwa salah satu faktor yang menyebabkan harga diri seseorang
terhadap dirinya yaitu penerimaan atau penghinaan terhadap diri sendiri, individu yang
mempunyai harga diri yang rendah umumnya menghina dirinya sendiri, tidak merasa
puas dan meremehkan diri sendiri. Sebelum dan sesudah berselingkuh cara subjek dalam
membina rumah tangga berusaha menjadi istri yang baik. Sebelum berselingkuh usaha
yang dilakukan untuk menjadi istri yang baik, selalu menyiapkan kebutuhan suaminya,
sedangkan sesudah berselingkuh tidak ada usaha yang subjek lakukan. Perasaan ketika
merasa tidak dibutuhkan dalam keluarga sebelum berselingkuh subjek sedih, sedangkan
sesudah berselingkuh, subjek merasa kecewa karena dari perbuatannya berakibat buruk
buat dirinya sendiri. Sebelum berselingkuh subjek menilai dirinya masih kekanakkanakan, sedangkan sesudah berselingkuh subjek menjadi lebih dewasa.
A. LATAR BELAKANG
Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan
sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal yang harusnya tidak terjadi sering kali
terjadi. Terlebih lagi kalau kita melihat dunia selebritis kawin cerai bagi mereka adalah
sesuatu yang biasa (Rasyid, 2007).
Fenomena perselingkuhan istri ternyata berakibat pada suami sebagai pasangan
perkawinan. Karena perselingkuhan istri tersebut, suami akan mengalami konflik dan dari
konflik tersebut akan memunculkan berbagai bentuk reaksi emosi seperti marah, sakit
hati, kecewa, benci dan tidak percaya serta berbagai dampak moral seperti rasa malu dan
harga diri. Karena kondisi tersebut maka suami akan mengalami tekanan emosi (stres)
yang berakibat munculnya frustasi dan perilaku agresi terhadap pasangannya. Memukul,
menampar, bahkan membunuh merupakan bentuk penyelesaian konflik dan pengendalian
emosi suami atas semua peristiwa yang dialami (Fitri, 2002).
Perselingkuhan telah menjadi permasalahan yang tidak bisa dianggap biasa sebagai
penyebab dari banyaknya kasus perceraian di Indonesia. Pergerakan data statistik dari
Direktorat Jendral Pembinaan Peradilan Agama Indonesia memperlihatkan bahwa
perselingkuhan telah menjadi virus keluarga nomor 4 pada tahun 2005. Data yang
menunjukkan terdapat 13.779 kasus perceraian yang bisa dikatagorikan akibat selingkuh.
Persentasenya mencapai 9,16 % dari 150.395 kasus perceraian tahun 2005. Ini berarti
dari 10 keluarga yang bercerai, satu diantaranya karena selingkuh dengan rata-rata pada
setiap 2 jam ada tiga pasang suami istri bercerai gara-gara selingkuh. Perceraian akibat
selingkuh juga terjadi setiap 2 jam di Tulungagung, seperti yang dikemukakan petugas
pengadilan agama Tulungagung bahwa ada 200-250 kasus perceraian yang diproses
setiap bulannya dan kebanyakan dipicu akibat perselingkuhan (Republika, 2007).
Sebagai manusia, kita punya harga diri dan butuh dipercaya oleh orang lain. Jika
berselingkuh, kita tidak punya harga diri lagi dan tidak dipercaya orang lain. Wanita akan
sangat merasa bernilai jika dicintai atau mencintai seseorang. Kalau sampai suatu
hubungan berubah atau gagal, wanita lebih mudah depresi dan merendahkan diri sendiri
(Baswardono, 2007).
Menurut Botwin (dalam Abrahms & Michael, 2006) mengatakan bahwa perempuan
tidak terlalu merasa bebas dengan perselingkuhan. Perempuan yang melakukan
perselingkuhan biasanya lebih merasa bersalah, menjadi semakin tidak terpuaskan
dengan kehidupan rumah tangga dan merasa semakin tergantung pada kekasihnya.
Perempuan yang berselingkuh lebih merasakan penderitaan karena waktunya berkurang
untuk anak-anak.
Menurut Tambunan (2001) seseorang dengan harga diri yang positif akan
membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri,
rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Sedangkan menurut
Wirawan (1998) Harga diri yang positif dapat timbul menjadi kesuksesan. Sedangkan
menurut Tambunan (2001) seseorang dengan harga diri yang negatif cenderung untuk
tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi
hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh
dengan tuntutan, tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang
dimilikinya, takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi
yang baik dan merasa hidupnya tidak bahagia.
Subotnik dan Harris (1999) menyatakan bahwa seseorang berselingkuh disebabkan oleh
masalah yang terdapat pada salah satu atau kedua pasangan. (Hurlock, 1980) menyatakan
bahwa wanita yang berumah tangga sering merasa “terperangkap” dalam satu situasi
yang mereka tidak harapkan sebelumnya dan yang tidak ada jalan keluarnya. Apabila
seorang istri melihat bahwa upayanya tidak dihargai oleh suaminya demi siapa ia
mengorbankan kepentingan pribadinya, jika ia merasa bahwa tugas-tugasnya
membosankan, mengikat dan tidak sesuai dengan kemampuan dan pendidikannya, dan
jika ia merasa bahwa romantika yang dulu ia asosiasikan dengan perannya sebagai istri
pudar, ia merasa kecewa dan benci.
Penelitian yang dilakukan tentang perselingkuhan telah mengidentifikasikan harga diri
yang rendah sebagai alasan utama untuk melakukan perselingkuhan (Elbaum, Ellis,
Wiggins dalam Weisgerber, 2000). Gagalnya perkawinan bukan hanya berarti kehilangan
suami, tetapi juga kehilangan diri sendiri. Begitu perselingkuhan terbongkar, seseorang
mungkin akan tergesa-gesa ingin keluar dan membangun kembali perkawinannya. Hal ini
bukan hanya karena ingin menautkan kembali ikatan yang telah longgar, tetapi lebih
karena ingin segera berhenti merasa bersalah setiap kali mengetahui derita pasangannya
(Baswardono, 2007).
Menurut penelitian terakhir yang dilakukan oleh kelompok Kerja Nasional (National
Task Force) dari Asosiasi Psikolog Amerika (American Psychological Association)
wanita yang melakukan perselingkuhan cenderung meratapi diri sendiri daripada
menyalahkan orang lain, lebih merasa berarti dalam menjalin hubungan dengan orang
lain dan merasa lebih berharga ketika dicintai. Tetapi ketika perselingkuhan terbongkar,
seorang wanita mungkin lebih mudah depresi dua kali daripada laki-laki, mengalami
penyusutan diri, tidak hanya kehilangan pasangan tetapi juga harga dirinya menjadi lebih
rendah (Abrahms dan Michael, 2006).
Berdasarkan uraian diatas semakin banyaknya kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh
kalangan wanita yang telah menikah, maka peneliti mencoba mengangkat kasus
permasalahan tentang seorang wanita yang berstatus sebagai istri dan telah memiliki anak
terlibat perselingkuhan dalam pernikahannya dan dalam bahasan ini peneliti akan
mencoba mengungkap tentang harga diri pada wanita menikah yang berselingkuh.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang
diajukan dalam penelitian ini, adalah :
1.
Bagaimana gambaran harga diri wanita yang sudah menikah yang berselingkuh ?
2.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan harga diri subjek seperti itu ?
3.
Bagaimaan proses perkembangan harga diri subjek ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran harga diri wanita menikah
yang berselingkuh, faktor-faktor apa yang menyebabkan harga diri pada wanita menikah
yang berselingkuh serta bagaimana proses perkembangan harga diri subjek.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, wanita yang sudah menikah yang
memiliki harga diri rendah dapat berakibat wanita akan berselingkuh. Terbukti
dengan subjek merasa menjadi tidak berharga saat suaminya selalu menghina,
selalu memarahinya, pendapatnya tidak pernah didengarkan, selalu menyalahi
dirinya, bersikap tidak peduli, tidak dibutuhkan lagi di dalam keluarga. Seperti
penelitian yang penulis lakukan terhadap subjek pada skripsi ini, menunjukkan
bahwa prinsip-prinsip dasar dari kemanusiaan perlu dipahami oleh setiap individu,
misalnya sikap saling menghormati, sopan santun dan mempunyai kepercayaan diri
serta tanggung jawab terhadap segala ucapan dan tindakan.
2.
Manfaat Teoritis
Dari uraian manfaat praktis diatas dapat diartikan sebagai hasil penelitian
yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan
ilmu psikologi khususnya Psikologi Kepribadian. Masukan dari penelitian ini
adalah bahwa manusia akan tetap mempertahankan harga dirinya. Terbukti dari
perselingkuhan yang subjek lakukan dikarenakan subjek selalu merasa dicela dan
tidak pernah dihargai oleh suaminya maka subjek mencari seseorang yang bisa
menyayangi dan menghargai subjek sebagai seorang wanita.
E. LANDASAN TEORI
Menurut Santrock (1999) harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri
secara positif atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai
dirinya sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya.
Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian
dirinya. Individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya
sendiri apa adanya.
1. Komponen Harga Diri
Felker (dalam Churaitin, 2004) mengemukakan bahwa komponen harga
diri terdiri dari :
a. Perasaan Diterima (feeling of belonging)
Perasaan individu bahwa dirinya diterima merupakan bagian dari
suatu kelompok dan bahwa dirinya diterima serta dihargai oleh anggota
kelompok lainnya. Kelompok ini dapat berupa keluarga, kelompok teman
sebaya atau kelompok apapun. Individu akan memiliki penilaian yang positif
tentang dirinya apabila individu tersebut merasa diterima dan menjadi bagian
dalam kelompoknya. Namun individu akan memiliki penilaian negatif tentang
dirinya bila mengalami perasaan tidak diterima, misalnya perasaan seseorang
pada saat menjadi anggota suatu kelompok tertentu.
b. Perasaan Mampu (feeling of competence)
Perasaan dan keyakinan individu akan kemampuan yang ada pada
dirinya sendiri dalam mencapai suatu hasil yang diharapkan, misalnya
perasaan seseorang pada saat mengalami keberhasilan atau kegagalan.
c. Perasaan Berharga (feeling of worth)
Perasaan dimana individu merasa dirinya berharga atau tidak,
dimana perasaan ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman yang lalu. Perasaan
yang dimiliki individu yang sering kali ditampilkan dan berasal dari
pernyataan-pernyataan yang sifatnya pribadi seperti pintar, sopan, baik dan
lain sebagainya, misalnya perasaan seseorang pada saat dihargai dan pada saat
merasa berharga
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri menurut Wirawan dan
Widyastuti (dalam Rombe, 1997) adalah faktor fisik, psikologis, lingkungan,
tingkat intelegensi, status sosial ekonomi, ras dan kebangsaan. Sebagaimana yang
telah disebutkan diatas, maka akan dijelaskan lebih lanjut, yaitu :
a. Faktor Fisik
Seperti ciri fisik dan penampilan wajah manusia. Misalnya: beberapa
orang cenderung memiliki harga diri yang tinggi apabila memiliki wajah yang
menarik.
b. Faktor Psikologis
Seperti kepuasan kerja, persahabatan, kehidupan romantis. Misalnya:
seorang laki-laki memperlakukan pasangannya dengan sangat romantis, maka
akan meningkatkan harga dirinya.
c. Faktor Lingkungan Sosial
Seperti orang tua dan teman sebaya. Misalnya: kalau orang tua mampu
menerima kemampuan anaknya sebagaimana yang ada, maka anak menerima
dirinya sendiri. Tetapi, kalau orang tua menuntut lebih tinggi dari apa yang ada
pada diri anak sehingga mereka tidak menerima sebagaimana adanya. Semakin
dewasa seseorang, maka semakin banyak pula orang-orang di lingkungan
sosialnya yang mempengaruhi pembentukan harga dirinya.
d. Faktor Tingkat Intelegensi
Semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang, maka semakin tinggi pula
harga dirinya dan jelas bahwa tingkat intelegensinya ternyata mempengaruhi
harga diri seseorang dan terlihat adanya hubungan positif diantara keduanya.
e. Faktor Status Sosial Ekonomi
Secara umum seseorang yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
memiliki harga diri yang lebih rendah daripada yang berasal dari keluarga dengan
status sosial ekonomi tinggi.
f. Faktor Ras dan Kebangsaan
Seseorang yang berkulit hitam dan bersekolah disekolah-sekolah orang
yang berkulit putih memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada orang-orang
Australia, India dan Irlandia.
g. Faktor Urutan Keluarga
Anak tunggal cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada
anak-anak yang memiliki saudara sekandung. Selain itu anak laki-laki sulung
yang memiliki adik kandung perempuan cenderung memiliki harga diri yang lebih
tinggi.
F. METODE PENELITIAN
Sesuai latar belakang masalah penelitian, maka pada masalah ini peneliti menggunakan
penelitian kualitatif dikarenakan bahwa peneliti ingin memperoleh penghayatan, persepsi
dan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana harga diri wanita yang sudah
menikah yang berselingkuh, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan harga diri seperti
itu dan bagaimana proses perkembangan harga diri subjek.
G. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah wanita dewasa awal dengan rentang usia 21-40 tahun sudah
menikah dan telah melakukan perselingkuhan.
Dalam penelitian ini subjek berjumlah 1 orang yakni wanita dewasa awal yang telah
melakukan perselingkuhan. Dengan 1 orang subjek ini peneliti berusaha memperoleh
gambaran yang mendalam dan mendetail tentang subjek.
H. HASIL PENELITIAN
ketika masalah muncul dalam keluarga akan terjadi penurunan harga diri dan individu
yang terganggu akan berusaha mencari penguatan melalui berbagai cara. Ketika subjek
memberikan pendapat terkadang subjek merasa bahwa pendapatnya tidak dihargai maka
akan terjadi penurunan harga diri. Kalau sampai suatu hubungan berubah atau gagal,
wanita lebih mudah depresi dan merendahkan diri sendiri. Gagalnya perkawinan bukan
hanya berarti kehilangan suami, tetapi juga kehilangan diri sendiri.
Diketahui bahwa salah satu faktor yang menyebabkan harga diri seseorang terhadap
dirinya yaitu penerimaan atau penghinaan terhadap diri sendiri, individu yang
mempunyai harga diri yang rendah umumnya menghina dirinya sendiri, tidak merasa
puas dan meremehkan diri sendiri.
Sebelum dan sesudah berselingkuh cara subjek dalam membina rumah tangga berusaha
menjadi istri yang baik. Sebelum berselingkuh usaha yang dilakukan untuk menjadi istri
yang baik, selalu menyiapkan kebutuhan suaminya, sedangkan sesudah berselingkuh
tidak ada usaha yang subjek lakukan. Perasaan ketika merasa tidak dibutuhkan dalam
keluarga sebelum berselingkuh subjek sedih, sedangkan sesudah berselingkuh, subjek
merasa kecewa karena dari perbuatannya berakibat buruk buat dirinya sendiri. Sebelum
berselingkuh subjek menilai dirinya masih kekanak-kanakan, sedangkan sesudah
berselingkuh subjek
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Gambaran harga diri wanita yang sudah menikah yang berselingkuh.
a.
Perasaan Diterima
Seperti yang telah diketahui pada kasus subjek, bahwa subjek kurang
diterima dengan keluarganya karena perselingkuhan yang subjek lakukan telah
membuat keluarga besarnya malu. Selain itu mantan suami subjek juga tidak
pernah perhatian terhadap subjek. Mantan suami subjek juga sudah tidak
menerima dan sudah tidak peduli lagi terhadap subjek karena mantan suaminya
merasa sakit hati dengan perselingkuhan yang subjek lakukan.
b.
Perasaan Mampu
Dalam membina sebuah rumah tangga subjek sebagai istri ternyata tidak
mampu dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya sendiri tanpa
bantuan orang lain. Subjek juga belum mampu dalam membina rumah tangganya.
Selain itu subjek juga tidak mampu membahagiakan mantan suaminya. Ketika
subjek sedang bertengkar dengan mantan suaminya subjek tidak bisa bersikap
tenang.
c.
Perasaan Berharga
Sebagai seorang istri subjek merasa tidak berharga karena selalu dicela
oleh mantan suaminya dan setiap kali di perlakukan kasar oleh mantan suaminya.
Setiap pendapat yang subjek berikan tidak pernah di tanggapi oleh mantan
suaminya. Mantan suami subjek juga sudah tidak menghargai subjek lagi. Di
dalam keluarga besarnya subjek merasa sudah tidak dibutuhkan lagi. Akibat
perselingkuhan yang subjek lakukan subjek menjadi malu dengan dirinya sendiri
dan subjek sama sekali tidak bangga dengan perselingkuhannya.
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan harga diri subjek seperti itu.
a. Perasaan Diterima
Di dalam keluarganya, subjek kurang diterima setelah berselingkuh
karena keluarga besar subjek sangat kecewa terhadap subjek. Subjek juga merasa
bahwa mantan suaminya sudah tidak menerimanya lagi, karena mantan suaminya
jadi lebih tidak peduli lagi dengannya dan kehidupannya, mantan suaminya juga
sudah tidak menerimanya lagi seperti dulu.
b. Perasaan Mampu
Subjek tidak mampu menyelesaikan masalah rumah tangga tanpa
bantuan orang lain karena subjek adalah orang yang tidak bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri. Subjek tidak mampu dalam membina rumah tangganya
karena subjek takut gagal, subjek juga takut tidak bisa menjadi istri yang baik.
Ketika subjek merasa bahwa apapun yang subjek lakukan selalu salah dan mantan
suaminya sudah tidak peduli dengannya subjek merasa sudah tidak mampu
membahagiakan mantan suaminya.
c. Perasaan Berharga
Sebagai wanita yang memiliki perasaan terkadang bisa merasakan sakit
hati, setiap kata-kata mantan suaminya yang selalu mencela subjek membuat
subjek merasa menjadi tidak berharga dan sikap mantan suaminya juga yang
terkadang membuat subjek sakit hati. Ketika subjek menyampaikan pendapat
kepada mantan suaminya, tetapi tidak pernah didengarkan subjek merasa sudah
tidak dihargai lagi oleh mantan suaminya. Subjek selalu dianggap salah oleh
mantan suaminya, itu yang terkadang membuat subjek menjadi tidak berharga.
Terkadang subjek juga merasa menjadi orang yang paling tidak berguna. Subjek
belum bisa melakukan sesuatu yang baik untuk dirinya sendiri dan orang lain.
3. Bagaimana proses perkembangan harga diri subjek
a. Perasaan Diterima
Sebelum berselingkuh sikap subjek ketika sedang bersama keluarganya,
subjek suka sharing dengan sepupu-sepupunya, sedangkan sesudah berselingkuh
subjek lebih menyendiri. Sebelum berselingkuh perasaan subjek sedih dan kesal
saat mantan suaminya kurang perhatian, sedangkan sesudah berselingkuh
perasaan subjek biasa saja saat mantan suaminya kurang perhatian. Sebelum
berselingkuh cara mantan suaminya menunjukkan perhatian dengan mengajak
subjek pergi ke luar rumah, sedangkan sesudah berselingkuh mantan suaminya
tidak pernah menunjukkan perhatian lagi.
b. Perasaan Mampu
Sebelum berselingkuh subjek berusaha menyiapkan kebutuhan mantan
suaminya, sedangkan sesudah berselingkuh tidak ada usaha yang subjek lakukan
untuk menjadi istri yang baik karena mantan suaminya juga sudah tidak peduli
dengan subjek. Sebelum berselingkuh subjek berusaha menjadi istri yang baik
dengan selalu mengerti mantan suaminya dan subjek perhatian, sedangkan
sesudah berselingkuh subjek tidak melakukan apa-apa untuk membahagiakan
mantan suaminya. Perasaan subjek ketika sedang bersama mantan suaminya
sebelum berselingkuh subjek merasa bahagia, sedangkan sesudah berselingkuh
subjek merasa bersalah ketika sedang bersama mantan suaminya.
c. Perasaan Berharga
Sebelum berselingkuh sikap ketika merasa mantan suami tidak
menghargainya marah-marah dan mengambek, sedangkan sesudah berselingkuh
subjek bersikap biasa saja ketika merasa mantan suami tidak menghargainya.
Perasaan ketika merasa tidak dibutuhkan dalam keluarga sebelum berselingkuh
subjek sedih, sedangkan sesudah berselingkuh, subjek merasa kecewa karena dari
perbuatan subjek berakibat buruk buat subjek sendiri. Sebelum berselingkuh
subjek menilai dirinya masih kekanak-kanakan, subjek juga masih ceroboh dalam
mengerjakan atau memutuskan sesuatu, sedangkan sesudah berselingkuh subjek
menjadi lebih dewasa.
J. SARAN
1. Untuk Subjek
Setelah didapatkan gambaran harga diri wanita yang sudah menikah yang
berselingkuh, diharapkan agar subjek dapat selalu bersikap baik dan ramah
dengan orang-orang di sekitarnya. Dan diharapkan subjek dapat menjaga
hubungan baik dengan keluarga besarnya dan keluarga mantan suaminya agar
tetap menjalin silaturahmi diantara keluarga. Diharapkan juga subjek tetap
menjaga komunikasi dengan mantan suaminya demi anak mereka agar tidak
kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.
2. Untuk Keluarga Subjek
Diharapkan dapat menerima subjek lagi seperti dulu agar subjek tetap merasa
menjadi bagian dari keluarga. Dan mau memaafkan kesalahan yang pernah subjek
perbuat. Agar keutuhan keluarga tetap terjalin.
3. Untuk Penelitian Selanjutnya
Dalam pelaksanaan penelitian ini, dengan berbagai kendala terutama keterbatasan
kemampuan, peneliti menyadari bahwa penelitian ini belumlah dapat dikatakan
cukup apalagi sempurna, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan bimbingan
dan petunjuk lebih lanjut dalam kesempatan lain dari para senior baik bapakbapak/ibu-ibu dosen maupun para senior lainnya. Kemudian untuk mendapatkan
hasil penelitian yang lebih memuaskan, tentu saja diharapkan kepada para peneliti
berikutnya, agar lebih mempersiapkan diri dalam pelaksanaan penelitian, baik
secara pisik maupun non-pisik, misalnya antara lain masalah penyediaan waktu,
tenaga, dan biaya terutama pada intensitas bertemu antara peneliti dan subjek.
Download