Ringkasan Kotbah Minggu, 15 Maret 2015, oleh Bp. Bambang Sulistyo, M.Th. KITAB ESTER Ester 1 – 10 Dari kitab-kitab yang kita baca sebelumnya, seperti kitab Raja-Raja dan Tawarikh, dapat dilihat bahwa bangsa Israel sering melakukan tindakantindakan yang tidak menyenangkan hati Tuhan, seperti penyembahan berhala. Tindakan-tindakan tersebut dilakukan oleh para raja dan rakyat selama ratusan tahun. Oleh sebab itu, Tuhan ingin agar mereka berbalik kepada-Nya. Salah satu cara Allah mendidik bangsa Israel adalah dengan menghukum mereka. Hukuman ini bukanlah semata-mata karena Allah jahat, tetapi karena kasih-Nya kepada Israel agar mereka berbalik dari dosa-dosa mereka. Allah memakai isu politik untuk membuat Israel berbalik kepada Allah. Tuhan mendidik Israel selama 70 tahun sebagai tawanan bangsa Babel. Selama menjadi tawanan, mereka terbelenggu dan tidak dapat menikmati kehidupan sepenuhnya. Setelah masa 70 tahun itu lewat, Tuhan memulangkan bangsa Israel kembali ke negerinya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam rentang waktu kembalinya bangsa Israel ke negerinya, yang dipimpin oleh Zerubabel, ditulis dalam kitab Ester. Apa yang bisa kita pelajari dari kitab Ester? 1. Jangan sampai ketakutan menjadi teror. Rasa takut dan cemas bisa berubah menjadi teror. Kalau ketakutan menjadi teror, perasaan kita lumpuh, pikiran kita lumpuh, kita menjadi tidak produktif. Berbagai macam teror yang kita hadapi di masa kini adalah seperti permasalahan dalam ekonomi, pendidikan, kesehatan, keluarga, pelayanan, pekerjaan, dll. Dengan menjadikan Tuhan Yesus sebagai pusat hidup kita, maka kita akan dimampukan menghadapi ketakutan. Namun, apabila ketakutan itu telah berubah menjadi teror, inilah yang perlu kita lakukan: a. Serahkanlah ketakutan itu kepada Tuhan (1 Pet. 5:7). Petrus adalah rasul yang memahami arti ketakutan. Dia pernah mengalami ketakutan sampai menyangkal Yesus. Setelah itu, Petrus pernah akan dibunuh ketika memberitakan Injil di kota Roma. Karena pengalaman-pengalaman inilah, Petrus menguatkan iman orang-orang Kristen lewat suratnya agar mereka tidak takut, melainkan menyerahkan ketakutan itu kepada Tuhan, seperti yang ia pernah lakukan. b. Percayailah Firman Tuhan (Mat. 6:25). Manusia sangat berharga di mata Tuhan, oleh karena itu kita tidak perlu kuatir, karena Tuhan berjanji memelihara kita. Kalau Tuhan berjanji dalam Firman-Nya, Ia pasti akan menggenapinya. Apabila burung-burung di udara dan bunga-bunga di padang dipelihara oleh Tuhan, terlebih lagi hidup anak-anak-Nya. c. Buatlah keputusan: tidak akan takut (Mat. 7:24-27). Mendengar dan melakukan Firman Allah akan membuat kita bertahan. Firman Allah akan membuat kita tetap kuat meskipun harus menghadapi pencobaan. Kita akan kokoh seperti rumah yang dibangun di atas batu. Keyakinan inilah yang menjadi dasar kita untuk berkata: "Tidak akan takut!". 2. Berdoalah setiap kali menghadapi masalah. Dengan berdoa, kita akan mendapatkan kekuatan dan menemukan jalan keluar dalam setiap masalah yang kita hadapi. Jadikanlah doa sebagai pola hidup (Luk. 22:39). Biasanya, semakin mendesak situasi yang kita hadapi, semakin sungguh-sungguh kita berdoa (Luk. 22:44; Kis. 4:23-31; Rm. 8:31-39). Yesus juga mengalami pencobaan ketika berada di Taman Getsemani. Getsemani Yesus adalah salib. Apakah yang menjadi "Getsemani" kita? Keuangan? Rumah tangga? Pekerjaan? Pelayanan? Pendidikan? Yesus memberi pengajaran dan teladan di Getsemani dengan berhasil mengalahkan pencobaan dan menaati kehendak Bapa. Oleh sebab itu, marilah kita setia dengan jam-jam doa kita dan menaruh pengharapan kita sepenuhnya kepada Tuhan. Amin!