BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radioterapi atau disebut juga terapi radiasi adalah tindakan pengobatan tumor ganas atau kanker dengan menggunakan radiasi pengion. Dalam radioterapi sangat penting bahwa radiasi harus tepat mengenai target secara akurat agar dapat mematikan sel kanker serta meminimalkan kerusakan jaringan sehat di sekitarnya[1]. Untuk mewujudkan hal tersebut pada unit radioterapi terdapat bagian Treatment Planning System (TPS) yang bertugas untuk melakukan perencanaan pengobatan. Perencanaan perawatan radiasi atau TPS adalah komponen yang sangat penting dan esensial dari proses pengobatan menggunakan radiasi. TPS memungkinkan adanya prosedur pengobatan yang spesifik untuk tiap pasien, diantaranya energi yang spesifik, arah sinar, bentuk lapangan radiasi dan pengaturan lain yang berkaitan dengan pengoptimalan dosis pada target radiasi serta meminimalkan kemungkinan komplikasi pada jaringan normal[2]. Berdasarkan jarak sumber dengan target radiasi maka radioterapi dibedakan menjadi dua yaitu brakhiterapi dan teleterapi. Brakhiterapi atau disebut juga dengan radioterapi interna menggunakan sumber radiasi yang diletakan pada target, sedangkan pada teleterapi atau radioterapi eksterna antara sumber radiasi dengan target radiasi terdapat jarak tertentu[3]. Salah satu alat yang digunakan untuk radioterapi eksternal adalah Linear Accelerator (Linac). Linac telah sejak lama digunakan untuk terapi berbagai jenis kanker. Pesawat Linac dirancang untuk menghasilkan berkas foton dan elektron. Berkas foton digunakan untuk terapi kanker yang berada dalam jaringan tubuh misalnya kanker payudara, kanker cervix, dan kanker nasofaring, sedangkan berkas elektron digunakan untuk terapi kanker pada daerah permukaan tubuh. Perencanaan penyinaran di TPS selalu dibuat sebelum penyinaran dilakukan. Hal tersebut bertujuan agar dosis yang direncanakan bisa tepat mengenai target tumor dan meminimalkan dosis radiasi pada jaringan sehat di sekitarnya, namun 1 2 dalam radioterapi eksterna dosis keluaran Linac berpotensi tidak sesuai dengan dosis yang direncanakan. Untuk menjamin ketepatan dosis antara perencanaan dan penyinaran diperlukan verifikasi. Verifikasi tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa dosis yang diterima pasien sudah benar-benar tepat dan sesuai dengan perencanaan. International Comission on Radiation Units and Measurements (ICRU) merekomendasikan bahwa dosis yang diterima oleh target radiasi memiliki toleransi kesalahan sebesar ±5%. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kesesuaian antara besar dosis hasil kalkulasi TPS dan dosis yang diterima oleh target radiasi di unit Radioterapi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Besarnya perbedaan dosis yang didapatkan kemudian harus memenuhi rekomendasi ICRU yaitu dosis pada target radiasi memiliki toleransi kesalahan ±5%. I.2. Perumusan Masalah Prosedur pelayanan radioterapi yang diterapkan pada unit radioterapi menggunakan proses perencanaan di TPS sebelum dilakukan penyinaran secara langsung. Dosis yang diberikan saat penyinaran berpotensi tidak sesuaian dengan dosis yang direncanakan, sehingga perlu dilakukan analisis perbandingan antara dosis penyinaran dan dosis perencanaan yang digunakan sebagai referensi dosis yang seharusnya diterima target. Penyimpangan atau deviasi dosis yang diperoleh seharusnya tidak boleh melebihi rekomendasi ICRU yaitu dosis yang diterima pasien memiliki toleransi kesalahan ±5%. Metode yang dilakukan untuk menyelesaikan identifikasi masalah tersebut adalah dengan membandingkan dan menghitung beda dosis antara dosis yang diberikan saat perencanaan di TPS dengan dosis keluaran Linac yang diukur dengan detektor. Selain rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian supaya penelitian ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Maka dari itu, permasalahan dalam penelitian dibatasi pada : 1. Detektor yang digunakan adalah detektor bilik ionisasi silindris. 2. Menggunakan Linac Elekta Precise di unit Radioterapi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 3 3. Perhitungan nilai Monitor Unit (MU) menggunakan dosis target direncanakan 200 cGy dengan arah penyinaran dari anterior posterior (AP). 4. Verifikasi dosis dilakukan dengan mengunakan slab phantom untuk variasi energi foton dan elektron, luas lapangan 10 x 10 cm2, kedalaman target, dan teknik penyinaran SSD 100 cm. 5. Tegangan elektrometer yang digunakan adalah +400 V, -400 V, dan +100 V I.3. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan nilai kesalahan antara dosis yang direncanakan terhadap dosis yang terukur pada target radiasi. Nilai kesalahan antara perhitungan TPS dengan pengukuran pada target radiasi tidak boleh melebihi yang telah direkomendasikan oleh ICRU yaitu ±5%, sehingga kita dapatkan pembenaran penggunaan TPS untuk perlakuan klinis. I.4. Manfaat Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti Peneliti dapat menerapkan ilmu selama menempuh pendidikan, khususnya dalam bidang Fisika Medik berupa jaminan mutu dan kontrol kualitas 2. Bagi Instansi Penelitian akan mempermudah mengetahui kualitas keluaran Linac serta kesesuaian antara hasil perencanaan dengan keluaran Linac yang sesungguhnya, sehingga dapat dilakukan pengobatan dan perencanaan yang tepat.