BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Optimasi Dalam penelitian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Optimasi
Dalam penelitian ini, analisis optimasi diartikan sebagai suatu proses
penguraian durasi proyek untuk mendapatkan percepatan durasi yang paling baik
(optimal) dengan menggunakan berbagai alternatif ditinjau dari segi biaya. Proses
memperpendek waktu kegiatan dalam jaringan kerja untuk mengurangi waktu
pada jalur kritis, sehingga waktu penyelesaian total dapat dikurangi disebut
sebagai crashing proyek (Heizer dan Render, 2005).
2.2 Pengertian Proyek
Proyek didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang berlangsung dalam waktu
tertentu dengan hasil akhir tertentu. Proyek dapat dibagi dalam sub-sub pekerjaan
yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan proyek secara keseluruhan
(Santosa, 1996).
Kegiatan proyek dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya yang
tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah
digariskan dengan jelas (Soeharto, 1997). Wujud dari proses pelaksanaan proyek
tersebut dapat berupa pembangunan gedung, jalan raya, jembatan, membuat
produk baru, ataupun melakukan penelitian dan pengembangan.
Adapun ciri ciri pokok proyek :
1.
Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
2.
Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
3.
Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik
awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas.
4.
Nonrutin, tidak berulang ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.
4
Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan
terdapat batasan-batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga
kendala yang terdiri dari:
1. Biaya/ Anggaran (Cost)
Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang
telah direncanakan. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah
besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan
untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen-komponennya, atau per
peroide tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan
demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran
anggaran per periode.
2. Waktu/Jadwal (Time)
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir
penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
3. Mutu
Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria
yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi
tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use.
Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga
sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang baik.,
sehingga perpaduan antar ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan
manajemen proyek.
2.3 Manajemen Proyek
2.3.1 Pengertian
Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai
bagian
dari
organisasi
dilibatkan
untuk
memelihara,
mengembangkan,
mengendalikan dan menjalankan program-program, yang seluruhnya diarahkan
pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung menerus seiring dengan
berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996). Dalam hal ini manajemen proyek tumbuh
karena adanya dorongan mencari pendekatan pengelolaan yang sesuai dengan
5
tuntutan dan sifat kegiatan proyek yang nonrutin, sementara, dan dengan aneka
ragam kegiatan.
Pengertian
manajemen
proyek
muncul
dikarenakan
penggunaan
manajemen itu sendiri yang telah berhasil mengelola kegiatan operasional rutin
dengan lingkungan yang stabil, dirasakan kurang mampu dan tidak cukup efisien
untuk mengelola kegiatan proyek konstruksi yang sejatinya penuh dengan
dinamika dan perubahan cepat, sehingga hasilnya pun tidak bisa optimal.
Sehubungan dengan itu, dilihat dari wawasan manajemen berdasarkan
fungsi dan digabungkan dengan pendekatan sistem, maka yang dimaksud dengan
manajemen proyek adalah suatu usaha kegiatan untuk meraih sasaran yang telah
didefinisikan dan ditentukan dengan jelas seefisien dan seefektif mungkin. Dalam
rangka meraih sasaran-sasaran yang telah disepakati, diperlukan sumber daya
(resoursce) termasuk sumber daya manusia yang merupakan kunci dari segalanya
(Nugraha et al, 1985).
Menurut Harold Kerzner, manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai
kegiatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan
sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah
ditentukan (Soeharto, 1997). Dari pengertian diatas, manajemen proyek
mengandung hal-hal pokok sebagai berikut :
1. Menggunakan
pengertian
manajemen
berdasarkan
fungsinya,
yaitu
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya
perusahaan yang berupa manusia, dana, dan material.
2. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek dengan sasaran yang telah
digariskan secara spesifik. Hal ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan
yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.
3. Memakai pendekatan system (system approach to management).
4. Mempunyai hirarki (arus kegiatan horizontal maupun vertical).
2.3.2 Perencanaan Proyek
Perencanaan adalah proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan
sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Ini berarti
6
memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan di masa datang yang
diperlukan untuk mencapai tujuan. Suatu perencanaan yang tepat disusun secara
sistematis dan memperhatikan faktor obyektif yang dapat berfungsi sebagai :
1. Sarana komunikasi bagi semua pihak penyelenggara proyek
2. Dasar pengaturan alokasi sumber daya
3. Pendorong para perencana dan pelaksana melihat kedepan dan menyadari
pentingnya unsur waktu
4. Pegangan dan tolak ukur fungsi pengendalian
Sebaliknya, suatu perencanaan yang tidak tepat, tidak sistematis dan tidak
logis akan segera diikuti adanya tumpang tindih dan kebisingan dalam
implementasinya (Soeharto, 1997).
Suatu perencanaan sangat penting karena keputusan-keputusan yang
dihasilkan akan mempengaruhi pelaksanaan dalam mencapai suatu tingkat
keberhasilan tertentu, tanpa perencanaan yang baik kita akan sulit mendapatkan
kesuksesan dalam mengelola suatu perusahaan, proyek, bahkan dalam kehidupan
kita pribadi sekalipun. Beberapa hal yang perlu dimasukkan dalam perencanaan
proyek konstruksi adalah sebagai berikut :
1.
Inventarisasi kegiatan
2.
Logika ketergantungan kegiatan
3.
Waktu untuk pengadaan bahan dan pemasangan alat
4.
Metode, volume dan durasi dari konstruksi
5.
Klasifikasi dan jumlah tenaga kerja serta lamanya mereka dibutuhkan
6.
Perhitungan dan penjadwalan dana
Suatu perencanaan akan berdaya guna maksimal diperlukan kondisi dan
syarat tertentu. Syarat ini bila dipenuhi akan menggerakkan semua pihak yang
berkepentingan untuk ikut serta secara aktif dalam proses implementasi dari
perencanaan tersebut. Syarat serta kondisi itu antara lain:
1. Penyampaian perencanaan kepada semua pihak yang berkaitan dengannya.
2. Penjabaran perencanaan yang bersifat umum menjadi suatu action plan.
3. Usaha
sejauh
mungkin
menggunakan
parameter
kuantitatif,
seperti
perencanaan jadwal proyek digunakan pencapaian milestone sebagai tolak
ukur menilai kemajuan pekerjaan.
7
4. Adanya pengkajian ulang secara periodik. Hal ini karena sifat kegiatan proyek
yang dinamis, maka ada bagian-bagian yang mungkin belum sepenuhnya
terantisipasi pada perencanaan yang terdahulu.
5. Penyusunan perencanaan yang realistis.
6. Dipikirkan suatu contingency / kemungkinan, untuk menanggulangi situasi
yang tidak terduga. Hal ini mencegah jangan sampai tersudut ke posisi yang
tidak siap.
2.3.3 Organisasi Proyek
Secara umum yang dimaksud dengan mengorganisir adalah mengatur
unsur-unsur sumber daya perusahaan yang terdiri dari tenaga kerja, tenaga ahli,
material, dana dan lain-lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk
mencapai tujuan organisasi dengan efekif dan efisien (Dipohusodo,1996). Proses
mengorganisasi suatu proyek mengikuti urutan sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi dan klasifikasi pekerjaan
Lingkup proyek terdiri dari sejumlah tahap-tahap pekerjaan, semua perlu
diidentifikasi dan dklasifikasi untuk mengetahui berapa besar volume, macam,
dan jenisnya untuk mengetahui sumber daya dan jadwal yang diperlukan
sebelum diserahkan kepada individu atau kelompok yang akan menangani.
2. Mengelompokkan pekerjaan
Setelah pekerjaan diidentifikasi dan diklasifikasi, dilanjutkan dengan
mengelompokkan kegiatan kedalam unit / paket yang masing-masing telah
diidentifikasi biaya, mutu, dan waktunya.
3. Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan
Pada tahap ini dimulai dengan persiapan pihak-pihak yang akan menerima
tugas diatas, seperti memilih ketrampilan dan keahlian kelompok yang sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan dan memberitahukan sasaran yang ingin dicapai.
4. Mengetahui wewenang dan tanggung jawab serta melakukan pekerjaan
Agar hasil pekerjaan sesuai dengan harapan, maka kelompok yang menerima
pekerjaan harus mengetahui batas-batas wewenang dan tanggung jawabnya.
Hal ini amat penting untuk menghindari tumpang tindih.
8
5. Menyusun mekanisme koordinasi
Jadwal pelaksanaan pekerjaan satu dengan yang lainnya saling terkait, maka
perlu adanya mekanisme koordinasi untuk semua bagian pekerjaan proyek.
2.4 Penjadwalan Proyek
Penjadwalan merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan sesuai skala waktu untuk mencapai
sasaran. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas itu dimulai, ditunda
dan
diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya akan
disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan (Nugraha et al.,
1986).
Ada bermacam-macam metode penjadwalan proyek untuk merencanakan
secara grafis dari aktivitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi, tetapi hanya dua
metode yang sering dipakai yaitu :
1. Bagan balok (BAR/GANTT Cart)
Metode bagan balok diperkenalkan oleh H.L Gantt, dengan tujuan
mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam merencanakan urutan suatu
kegiatan yang terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian dan pada saat
pelaporan. Bagan balok mudah dibuat dan dipahami sehingga amat berguna
sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.
Bagan balok dapat dibuat secara manual atau dengan menggunakan komputer.
Bagan ini tersusun dalam koordinat X dan Y. pada sumbu tegak lurus X, dicatat
pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek
dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada koordinat sumbu Y, tertulis satuan
waktu misalnya hari, minggu, atau bulan.
Penggunaan metode bagan balok sangat terbatas karena mempunyai
kelemahan-kelemahan seperti tidak tidak menunjukkan secara spesifik hubungan
ketergantungan antara satu kegiatan dengan yang lain sehingga sulit untuk
mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap
jadwal keseluruhan proyek, sukar mengadakan perbaikan atau perbaharuan
(updating) karena umumnya harus dilakukan dengan membuat bagan balok baru,
9
selain itu juga tidak cocok untuk proyek yang berukuran sedang dan besar atau
yang bersifat kompleks disebabkan kurangnya kemampuan penyajian secara
sistematis karena harus menyusun sedemikian besar jumlah kegiatan yang
mencapai puluhan ribu dan memiliki keterkaitan antara satu kegiatan dengan
lainnya.
2. Jaringan Kerja (Network planning), yaitu :
a. Metode Jalur Kritis (Critical Path Methode / CPM)
Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path
Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyekproyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua
sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. CPM merupakan
analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek
melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang
bersangkutan.
Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan
ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau
divisualisasikan
dalam
diagram
network.
Dengan
demikian
dapat
dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga
dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat
pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya
belum selesai dikerjakan.
Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam dalam melakukan
analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass
dan backward pass. Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode
Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki
rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama.
Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan
pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan
kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu
pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling
menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar dengan
anak panah tebal (Badri,1997).
10
Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan
kritis adalah sebagai berikut :
1. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan
proyek tertunda penyelesaiannya.
2. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang
ada pada lintasan kritis dapat dipercepat.
3. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis
yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off
(pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program
(diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang
bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya
lembur.
4. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak
melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk
memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di
lintasan kritis agar efektif dan efisien.
b. Teknik Evaluasi dan Review Proyek (PERT)
PERT atau Project Evaluation and Review Technique adalah sebuah
model Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah
proyek (Siswanto, 2007). Bila CPM memperkirakan waktu komponen
kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang
mencerminkan adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk menghadapi
situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek
kurun waktu kegiatan (Soeharto, 1999). Menurut Heizer dan Render (2005),
dalam PERT digunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu
untuk setiap kegiatan, antara lain waktu optimis , waktu pesimis , dan waktu
realistis.
c. Metode Preseden Diagram (PDM)
Metode Preseden Diagram (PDM) diperkenalkan oleh J.W Fondahl dari
Universitas Stanford USA pada awal dekade 60-an. PDM adalah jaringan
kerja yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panahnya hanya
11
sebagai petunjuk kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian
dummy pada PDM tidak diperlukan.
Terakhir adalah metode penjadwalan proyek dengan bantuan komputer.
Salah satu keunggulan yang paling mencolok dari penggunaan alat bantu
komputer adalah kemampuan mengolah data dalam jumlah besar dalam waktu
yang singkat dan dengan kemungkinan kesalahan yang kecil. Dengan
demikian penyusunan jadwal dapat dilakukan dengan lebih cepat dan teliti.
Setiap saat situasi proyek mengalami perubahan, komputer dapat melakukan
perubahan tersebut dalam waktu singkat.
Dalam usaha pengelolaan proyek konstruksi selalu ingin mencari metode
yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk
menghadapi sejumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung
bertambah.
Masing-masing metode
mempunyai
ciri-ciri
sendiri
dan
dikombinasikan pada proyek-proyek konstruksi. Dasar pemikiran untuk
metode-metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya.
Pada dasarnya satu pekerjaan konstruksi dipecah-pecah menjadi
seperangkat pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai satu
unit pekerjaan yang dapat berdiri sendiri dan memiliki suatu perkiraan jadwal
yang tertentu pula, dengan tujuan untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun
waktu penyelesaian proyek dan mempertajam analisis ketergantungan antar
kegiatan, karena dengan makin terincinya pemecahan, akan makin banyak
komponen-komponen kegiatan terpisahkan sehingga jumlahnya bertambah.
Dengan demikian, makin banyak variasi hubungan ketergantungan yang
terbuka, dan yang mungkin menghasilkan kurun waktu penyelesaian proyek
yang lebih singkat, dimana hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan-kegiatan
yang dapat dikerjakan secara paralel (Soeharto, 1997).
12
2.4.1 Penjadwalan Dengan Menggunakan Jaringan Kerja
(Network
Planning)
Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan
antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network,
sehingga diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan
pekerjaan mana yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang lain (Badri,
1997).
Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu
langkah penyempurnaan dari metode bagan balok, karena dapat memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat dipecahkan oleh metode
tersebut, yaitu :
1. Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek ?
2. Kegiatan – kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya dengan
penyelesaian proyek ?
3. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, bagaimana
pengaruhnya
terhadap
sasaran
jadwal
penyelesaian
proyek
secara
keseluruhan?
Jaringan kerja berguna untuk :
1. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar komponen
dengan hubungan ketergantungan yang komplek.
2. Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis.
3. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya.
Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan
teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek, dan
pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek
secara keseluruhan. Hal ini sangat membantu para pelaksana proyek untuk
mengerjakan kegiatan-kegiatan mana yang harus dia kerjakan pada suatu hari,
pekerjaan mana yang pelaksanaannya yang tidak boleh ditunda pengerjaannya,
dan pekerjaan mana yang pekerjaannya boleh ditunda, sehingga dengan demikian
terdapat kejelasan tahap pelaksanaan pekerjaan proyek.
13
2.4.2 Tahap-Tahap Aplikasi Network Planning
Aplikasi atau penerapan network planning pada penyelenggaraan proyek
memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dilaksanakan.
Persyaratan tersebut adanya kepastian tentang proyek yang harus dilaksanakan.
Jika sudah ada ketetapan mengenai proyek yang akan dilaksanakan, maka
selanjutnya dilakukan tahap aplikasi network planning yang terdiri dari tiga
kelompok, yaitu:
1. Pembuatan/Desain
Tujuan akhir dari tahap pembuatan ini adalah terciptanya suatu model yang
dapat dipakai sebagai patokan selama penyelenggaraan proyek, yaitu pelaksanaan
berbagai kegiatan, baik jadwal pelaksanaan maupun penyediaan dan pemakaian
sumber daya. Proses pembuatan (disain) meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a. Inventarisasi kegiatan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek menjadi kegiatankegiatan, untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu kegiatan dan logika
ketergantungan diantara kegiatan-kegiatan tersebut. Pengkajian yang dimaksud
adalah mengetahui kegiatan-kegiatan apa yang merupakan bagian atau komponen
dari proyek yang bisa dibedakan antara satu dengan yang lainnya.
b. Hubungan antar kegiatan
Pada tahap ini ditentukan tiap kegiatan dengan kegiatan-kegiatan yang lainnya
yang telah diuraikan pada tahap inventarisasi kegiatan. Hubungan yang
menentukan adalah hubungan ketergantungan antar kegiatan yang secara logika
menuntut ketergantungan tersebut.
c. Menyusun network diagram
Dengan ditentukannya hubungan antarkegiatan, maka dapat dirangkaikan
berbagai kegiatan yang berkaitan sehingga keseluruhan kegiatan menyusun
jaringan kerja yang mencerminkan proyek secara keseluruhan.
d. Data kegiatan
Setelah network diagram tersusun yang terdiri dari atas kegiatan-kegiatan,
maka dicari data kegiatan meliputi : lama kegiatan, biaya, dan sumber daya yang
akan digunakan.
14
e. Analisa waktu dan sumber daya
Tujuan analisa waktu adalah untuk mengetahui saat mulai dan saat selesai
suatu kegiatan, sehingga bila terjadi keterlambatan bisa diketahui bagaimana
pengaruhnya dan selanjutnya ditetapkan tindakan apa yang harus diambil. Tujuan
analisa sumber daya adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan sumber daya
selalu dalam keadaan siap pakai dan bisa diselenggarakan setepat-tepatnya.
f. Batasan
Pada tahap ini diinventarisasi batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, baik
mengenai waktu maupun distribusi penggunaan sumber daya.
g. Leveling
Leveling adalah suatu hasil dari usaha pemecahan yang timbul akibat tidak
sesuainya keadaan ideal dengan batasan yang berlaku.
2. Pemakaian desain
Bila pembuatan telah selesai, maka model yang telah jadi tersebut dipakai
pada proses pelaksanaan tiap kegiatan sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang ada
dalam network diagram. Terdapat beberapa alternatif cara pelaporan secara
kuantitas dalam bentuk satuan pekerja / kegiatan atau dalam bentuk relatif atau
prosentase, dan berdasarkan jangka waktunya secara komulatif atau periodik.
3. Perbaikan desain
Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada saat
pembuatan yang disebabkan oleh berbagai alasan. Cara dan proses perbaikan
hampir sama dengan proses pembuatan, perbedaan hanya terdapat pada ruang
lingkup masing-masing. Tahap perbaikan mempunyai ruang lingkup yang terbatas
karena tidak seluruh kegiatan ditinjau. Kegiatan yang ditinjau hanya kegiatan
yang mempunyai kaitan dengan perubahan asumsi dan dipengaruhi oleh
perubahan tersebut.
Proses menyusun jaringan kerja dilakukan secara berulang-ulang sebelum
sampai pada suatu perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup realistis. Serta
dilakukan dengan pendekatan yang sistematis dan pemikiran yang analitis, maka
pelaksana dan pimpinan proyek mendapatkan gambaran dan pengertian yang lebih
jelas dan mendalam, tentang persoalan-persoalan mengelola proyek yang akan
dihadapi dan oleh karenanya sering membuahkan keputusan-keputusan yang
15
realistis. Suatu jaringan yang tersusun dengan benar akan memberikan gambaran
dari suatu proyek, yang pada gilirannya merupakan sarana komunikasi yang
efektif bagi semua pihak yang berkaitan dengan penyelenggara proyek (Badri,
1997).
Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by
exception, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasikan kegiatankegiatan yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan
perencanaan. Umumnya kegiatan kritis tidak boleh lebih dari 20% total kegiatan
proyek, dan dengan telah diketahuinya bagian ini maka pengelola dapat
memberikan prioritas perhatian (Soeharto, 1997). Sistematika proses menyusun
jaringan kerja secara ringkas dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1
Identifikasi lingkup proyek dan menguraikannya
menjadi komponen-komponen kegiatan
Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai
urutan logika ketergantungan menjadi jaringan
kerja
Memberikan perkiraan kurun waktu masing-masing
pekerjaan
Identifikasi jalur kritis, float dan kurun waktu
penyelesaian proyek
Meningkatkan daya guna dan hasil guna
pemakaian sumber daya
Gambar 2.1 Ringkasan langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja
Sumber : Soeharto, 1997
16
2.4.3 Penyusunan Network Planning Dengan Metode Preseden Diagram
Metode diagram preseden/Preceden Diagram Method (PDM) merupakan
penyempurnaan dari CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya menggunakan satu
jenis hubungan aktifitas yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat
dimulai apabila kegiatan yang mendahuluinya selesai. Metode preseden diagram
adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi AON (Activity On Node).
Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis dalam node yang
berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu kegiatan,
dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Sedangkan
peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua peristiwa
yaitu awal dan akhir.
Kotak-kotak segiempat dalam Metode Preseden Diagram dibagi menjadi
ruangan-ruangan kecil yang memberikan keterangan spesifik dari kegiatan dan
peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan atribut. Beberapa atribut yang sering
dicantumkan diantaranya adalah kurun waktu kegiatan, identitas kegiatan (nomor
dan nama), dan terkadang pula dicantumkan progress pelaksanaan kegiatan yang
dapat mempermudah dalam monitor.
Nomor urut
ID
Durasi
Tanggal mulai
Tanggal selesai
ID dan Nama Kegiatan
Tgl. Mulai : ES/LS
Durasi
Tgl. Selesai : EF/LF
Total Float
Progress Penyelesaian %
Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDM
(Iman Suharto-1997)
17
Keterangan
:
a. Nama kegiatan
: nama kegiatan sesuai dengan inventarisasi kegiatan
b. ID
: nomor identitas kegiatan pada jaringan kerja
c. Durasi
: lamanya waktu pelaksanaan pekerjaan
d. Earliest Start (ES) : waktu mulai paling cepat
e. Latest Start (LS) : waktu mulai paling lambat
f. Earlist Finish (EF) : waktu selesai paling cepat
g. Latest Finish (LF) : waktu selesai paling lambat
h. Total Float
: tenggang waktu total
i. Progres penyelesaian
: presentase kemajuan proyek
2.4.3.1 Konstrain Pada Metode Preseden Diagram
Pada preseden diagram hubungan antar kegiatan berkembang menjadi
beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar
kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain
hanya dapat menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung
yaitu ujung awal atau mulai (S) dan ujung akhir (F), maka ada 4 macam konstrain
yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF), dan akhir ke awal
(FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului
(lead) atau terlambat / tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului kegiatan (j) dan
satuan waktu adalah hari.
1. Konstrain selesai ke mulai (FS)
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu
kegiatan dengan selesainya pendahulu. Dirumuskan sebagai FS (i-j)=a yang
berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai.
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
FS (i-j)=a
Gambar 2.3 Konstrain FS
18
2. Konstrain mulai ke mulai (SS)
Hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan
terdahulu. Atau SS (i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari
kegiatan terdahulu (i) mulai.
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)
SS (i-j)=b
Gambar 2.4 Konstrain SS
3. Konstrain Selesai ke selesai (FF)
Hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan
terdahulu. Atau FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari
kegiatan terdahulu (i) selesai. Besarnya angka c tidak boleh melebihi angka kurun
waktu kegiatan yang bersangkutan (n).
Kegiatan (i)
FF (i-j) = c
Kegiatan (j)
Gambar 2.5 Konstrain FF
4. Konstrain Mulai Ke Selesai (SF)
Hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu.
Dituliskan dengan SF(i-j) = d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari
kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan
19
terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh
diselesaikan.
Kegiatan (i)
SF (i-j) = d
Kegiatan (j)
Gambar 2.6 Konstrain SF
Catatan :
b dan d disebut lead time (waktu mendahului)
a dan c disebut lag time (waktu tertunda)
2.4.3.2 Perhitungan Metode Preseden
Parameter yang digunakan dalam perhitungan metode diagram akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. TE = E, adalah waktu paling awal peristiwa (node/ event) dapat terjadi
(earliest time of occurrence)
b. TL = L, adalah waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (latest allowable
event occurrence time).
c. ES adalah waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest start time).
d. EF adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earliest finish time).
e. LS adalah waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (latest allowable start
time)
f. LF adalah waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (latest allowable finish
time).
g. D = durasi, adalah kurun waktu suatu kegiatan, umumnya dengan satuan
waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain.
20
Tenggang waktu total (Total Float) adalah jumlah waktu tenggang yang
didapat bila semua kegiatan yang mendahuluinya dimulai pada waktu sedini
mungkin dan semua kegiatan yang mengikutinya terlaksana pada waktu yang
paling lambat. Rumusan yang akan dipakai dalam perhitungan waktu pada
penyusunan network planning dengan metode preseden diagram adalah sebagai
berikut :
1. Hitungan maju
Rumusan perhitungan waktu maju adalah sebagai berikut:
a. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES (j), adalah
sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan yang terdahulu ES (i)
atau EF (i) ditambah konstrain yang bersangkutan.
b. Angka waktu selesai paling awala kegiatan yang sedang ditinjau WF (j),
adalah sama dengan angka waktu mulai awal kegiatan tersebut ES (j),
ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D (j).
2. Hitungan mundur
Rumusan perhitungan waktu mundur adalah sebagai berikut:
a. Hitung LF (i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang ditinjau, yang
merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF ditambah konstrain
yang bersangkutan.Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang ditinjau
LS (i), adalah sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF
(i), dikurangi kurun waktu yang bersangkutan.
3. Jalur dan kegiatan kritis.
Jalur dan kegiatan kritis metode preseden diagram sebagai berikut:
a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama (ES = LS)
b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama (EF = LF)
c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling
akhir dengan waktu mulai paling awal (LF-ES = D)
d. Bila hanya sebagian kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara
utuh dianggap kritis.
21
2.5 Biaya Proyek
Di dalam pembangunan suatu proyek, variabel biaya (cost) merupakan suatu
peranan yang sangat penting dalam manajemen konstruksi, dimana biaya harus
dikendalikan semaksimal mungkin dalam waktu yang telah ditentukan.
Pengendalian waktu harus memperhatikan faktor biaya, karena terdapat hubungan
yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya-biaya proyek yang
bersangkutan atau aktifitas pendukungnya.
Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu
proyek konstruksi, yaitu :
1. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah biaya yang diperlukan langsung untuk mendapatkan
sumber daya yang akan dipergunakan untuk penyelesaian proyek. Unsur-unsur
yang termasuk dalam biaya langsung adalah:
a. Biaya Material
Biaya material adalah biaya pembelian material untuk mewujudkan proyek itu
termasuk biaya transportasi, biaya penyimpanan serta kerugian akibat kehilangan
atau kerusakan material. Harga material didapat dari survey di pasaran atau
berpedoman dari indeks biaya yang dikeluarkan secara berkala oleh Departemen
Pekerjaan Umum sebagai pedoman sederhana.
b. Biaya upah
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, biaya upah dibedakan atas:
 Upah harian
Besar upah yang dibayarkan persatuan waktu, misalnya harian tergantung
pada jenis keahlian pekerja, lokasi pekerjaan, jenis pekerjaan dan
sebagainya.
 Upah borongan
Besar upah ini tergantung atas kesepakatan bersama antara kontraktor
dengan pekerja atas suatu jenis item pekerjaan.
 Upah berdasarkan produktivitas
Besar jenis upah ini tergantung atas banyak pekerjaan yang dapat
diselesaikan oleh pekerja dalam satu satuan waktu tertentu.
22
c. Biaya peralatan
Unsur-unsur biaya yang terdapat pada biaya peralatan adalah modal, biaya
sewa, biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, biaya
demobilisasi dan lainnya yang menyangkut biaya peralatan.
d. Biaya sub-kontraktor
Biaya ini diperlukan bila ada bagian pekerjaan diserahkan/dikerjakan oleh
sub-kontraktor. Sub-kontraktor ini bertanggung jawab dan dibayar oleh kontraktor
utama.
2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung (indirect cost) ialah biaya yang diperlukan pada suatu
proyek yang tidak dapat dihubungkan/terpisah dengan aktifitas tertentu pada
proyek tersebut dan pada beberapa kasus tidak dapat dihubungkan pada proyekproyek tertentu. Biaya tidak langsung dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Biaya pengeluaran umum (general overhead)
Biaya pengeluaran umum (general overhead) adalah biaya yang dibutuhkan
dalam suatu proyek, tetapi tidak dapat dihubungkan secara langsung pada kegiatan
proyek tertentu. Contoh dari general overhead ialah : biaya operasional kantor
seperti utilitas,sewa,akuntan,pembelian dan penggajian pegawai.
b. Biaya pengeluaran proyek (project overhead)
Biaya pengeluaran proyek (job or project overhead) ialah biaya yang
diperlukan pada suatu proyek tetapi tidak dapat dihubungkan secara langsung
pada suatu aktifitas tetentu. Misalnya supervisi lapangan (site supervisi), utilitas
lapangan (site utility), asuransi proyek (proyek insurance) dan biaya penjadwalan
(scheduling cost). Biaya tidak langsung cenderung meningkat bila durasi/waktu
pelaksanaan proyek meningkat juga. Sebagai contoh kantor lapangan (site office),
kantor lapangan biasanya disewa bulanan. Biaya dari sewa kantor dan biaya tidak
langsung yang lain akan maningkat sesuai dengan berapa waktu pelaksanaan
proyek tersebut.
23
2.6 Mempersingkat Waktu Penyelesaian Proyek (Akselerasi/Crashing)
Mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah suatu usaha menyelesaian
proyek lebih awal dari waktu penyelesaian dalam keaadaan normal. Dengan
diadakannya percepatan proyek ini akan terjadi pengurangan durasi kegiatan yang
akan diadakan crash program. Durasi crashing maksimum suatu aktivitas adalah
durasi tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih
mungkin dengan asumsi sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto,
1997). Durasi percepatan maksimum dibatasi oleh luas proyek atau lokasi kerja,
namun ada empat faktor yang dapat dioptimumkan untuk melaksanakan
percepatan pada suatu aktivitas yaitu meliputi penambahan jumlah tenaga kerja,
penjadwalan kerja lembur, penggunaan peralatan berat dan pengubahan metode
konstruksi di lapangan.
2.6.1 Alternatif Percepatan
Ada beberapa alternatif optimalisasi waktu dan biaya penyelesaian proyek
yang dapat dilakukan adalah :
1. Penggunaan Peralatan Berat
Asumsi yang digunakan pada alternatif percepatan dengan penambahan
peralatan adalah tidak ada kesulitan dalam mendatangkan peralatan, karena
peralatan yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan proyek.
2. Penggantian atau Perbaikan Metode Kerja
Penggantian atau perbaikan metode kerja dilakukan bila metode yang sudah
dilakukan terlalu terlambat atau tidak efisien.
3. Penambahan Tenaga Kerja
Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor
penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Penyediaan jumlah tenaga kerja,
jenis ketrampilan, dan keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang
sedang berlangsung. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka suatu
perencanaan tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terperinci harus meliputi
perkiraan jenis dan keperluan tenaga kerja, seperti tenaga ahli dari berbagai
disiplin ilmu dan pekerja lapangan untuk tahap konstruksi.
24
Perencanaan sumber daya proyek terutama yang berbentuk sumber daya
manusia atau tenaga kerja diawali dengan mengkonversikan lingkup proyek dari
jumlah jam-orang menjadi jumlah tenaga kerja. Untuk ini diperlukan parameter
penting yaitu produktivitas tenaga kerja. Dengan memakai parameter indeks
produktivitas merupakan salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil
guna tenaga kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan
adalah kondisi fisik lapangan dan sarana bantu, supervisi, perencanaan, dan
koordinasi, komposisi kelompok kerja, kerja lembur, ukuran besar proyek, kurva
pengalaman (learning curve), pekerja langsung versus subkontraktor, dan
kepadatan tenaga kerja. Dalam penelitian ini telah dibatasi bahwa kegiatan
percepatan durasi proyek akan dilakukan dengan penambahan jam kerja (jam
lembur) dan penambahan tenaga kerja.
4. Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur)
Mempercepat waktu pelaksanaan suatu kegiatan dengan penambahan jam
kerja atau kerja lembur merupakan salah satu usaha untuk menambah
produktivitas kerja sehingga dapat mempercepat waktu pelaksanaan suatu
kegiatan. Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi
sebuah pekerjaan dengan metode jam kerja lembur adalah:
a. Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00 – 17.00), sedangkan lembur
dilakukan setelah waktu kerja normal.
b. Harga upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 pasal 11 diperhitungkan sebagai
berikut :
1. Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1,5
(satu setengah) kali upah satu jam.
2. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur
sebesar 2 (dua) kali upah satu jam.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
Biaya lembur per hari =(jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah satu jam
normal)+(jam
kerja
lembur
berikutnya
x
2
upah
satu
jam
……………..........................................................................................
normal)
(2.1)
25
2.6.2 Produktivitas Kerja Lembur
Secara umum, produktifitas merupakan perbandingan antara output dan
input. Dibidang konstruksi, output dapat dilihat dari kuantitas pekerjaan yang
telah dilakukan seperti meter kubik galian atau timbunan, ataupun meter persegi
untuk plesteran. Sedangkan imputnya merupakan jumlah sumber daya yang
dipergunakan seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Karena peralatan dan
material biasanya bersifat standar, maka tingkat keahlian tenaga kerja merupakan
salah satu faktor penentu produktivitas. Apabila dilakukan kerja lembur akan
terjadi penurunan produktivitas yang dapat dilihat pada grafik gambar 2.7
Gambar 2.7 Grafik indikasi menurunnya produktivitas karena kerja lembur
Sumber : Soeharto 1997
Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut:
a. Produktivitas harian =
b. Produktivitas tiap jam =
…………………………………… (2.2)
……….…………………. (2.3)
c. Produktifitas harian sesudah crash
= (8 jam x prod. tiap jam) + (a x b x prod.tiap jam) …………..……… (2.4)
Dimana :
a = jumlah jam kerja lembur
b = koefisien penurunan produktivitas kerja lembur
26
2.7 Hubungan Biaya Terhadap Waktu
Biaya total proyek adalah penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak
langsung yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat
tergantung oleh lamanya waktu (durasi) penyelesaian proyek, kedua-duanya
berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat
diperhitungkan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek
berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan (Soeharto,
1997). Pada Gambar 2.8 ditunjukkan hubungan biaya langsung, biaya tak
langsung dan biaya total dalam suatu grafik dan terlihat bahwa biaya optimum
didapat dengan mencari total biaya proyek yang terkecil.
Gambar 2.8 Grafik hubungan waktu dengan biaya total, biaya langsung, biaya tak
langsung dan biaya optimal
(Sumber : Soeharto, 1997)
Hubungan semacam ini disebabkan karena setiap percepatan durasi proyek
membutuhkan tambahan biaya langsung yang digunakan untuk menambah tingkat
produktivitas kerja, menambah peralatan, mengganti metode kerja dan lain-lain.
Antara waktu penyelesaian proyek normal dan dipercepat mengakibatkan
perubahan terhadap biaya total proyek.
27
Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dengan waktu suatu
kegiatan, dipakai beberapa istilah yaitu:
a. Kurun waktu normal/normal duration (ND) yaitu jangka waktu yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan tingkat
produktivitas kerja yang normal, diluar pertimbangan kerja lembur dan usaha
lainnya seperti : menyewa peralatan yang lebih canggih.
b. Kurun waktu dipersingkat/ Crash Duration (CD) yaitu waktu tersingkat untuk
menyelesaikan suatu kegiatan secara teknis masih mungkin, seperti
dilakukannya upaya penambahan sumber daya dengan penambahan jam kerja
(lembur), pembagian giliran kerja (shift), penambahan tenaga kerja dan
penambahan peralatan atau merubah metode kerja.
c. Biaya normal/Normal Cost (NC) yaitu biaya langsung yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal.
d. Biaya untuk waktu dipersingkat/Crash Cost (CC) yaitu jumlah biaya langsung
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat.
Gambar 2.9 Grafik hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk satu kegiatan
(Sumber: Soeharto, 1997)
28
Gambar 2.9 menunjukkan hubungan antara durasi-biaya, pada titik A
memberikan informasi tentang biaya yang dibutuhkan dalam kondisi minimum,
tetapi durasinya maksimum (waktu paling lambat). Pada keadaan titik A disebut
dengan biaya normal (nc) dan waktu normal (nd). Pada titik B memberikan
informasi bahwa pada titik tersebut durasi dalam kondisi minimum (waktu paling
cepat) sedangkan biaya yang dibutuhkan pada kondisi maksimum. Pada keadaan
demikian titik B disebut waktu dipersingkat (crash durasition) dan biaya waktu
dipersingkat (crash cost). Garis penghubung antara titik-titik ini dihubungkan oleh
garis-garis dan dalam keadaan normal berupa kurva-biaya dari suatu kegiatan
yang dihubungkan oleh segmen-segmen garis yang dapat berfungsi untuk
menganalisis kegiatan apa yang masih layak untuk diadakan crashing. Cara yang
digunakan adalah meninjau slope (kemiringan) dari masing-masing segment garis
yang dapat memberikan identifikasi mengenai pengaruh biaya terhadap
pengurangan waktu penyelesaian suatu proyek.
Rumus :

Crash duration =

Normal cost pekerja perjam
...………........................... (2.5)
= harga per satuan pek. x prod. tiap jam……………………………….. (2.6)

Normal cost pekerja perhari
= 8 jam x normal cost tiap jam ………..….….………………………... (2.7)

Normal cost
= normal duration x normal cost pekerja perhari ………..................... (2.8)

Crash cost pekerja
= normal cost pekerja perhari + biaya lembur perhari …….................. (2.9)

Crash cost = crash duration x crash cost pekerja perhari……............... (2.10)
Berikut ini juga akan diuraikan perhitungan biaya lembur untuk alat berat
adalah sebagai berikut:

Normal ongkos alat berat perjam
= prod. Alat berat x harga satuan alat berat…………………………… (2.11)

Normal ongkos alat berat perhari
29
= waktu efektif alat x normal cost perjam……………………………... (2.12)

Biaya lembur alat
= 3 jam lembur x normal cost alat……………………………………... (2.13)

Crash cost alat perhari
= normal cost alat perhari x biaya lembur perhari

Crash cost total
= crash duration x crash cost alat perhari……………………………... (2.14)

Cost slope
=
..…..…………………….................. (2.15)
Keterangan :

Normal Duration
Normal Duration adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
aktifitas atau kegiatan dengan sumber daya normal yang ada tanpa adanya biaya
tambahan lain dalam sebuah proyek.

Crash Duration
Crash duration adalah waktu yang akan dibutuhkan suatu proyek dalam
usahanya mempersingkat waktu yang durasinya lebih pendek dari normal
duration.

Normal Cost
Biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam waktu normal.
Perkiraan biaya ini adalah pada saat perencanaan dan penjadwalan bersamaan
dengan penentuan waktu.

Crash Cost
Biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam jangka waktu
sebesar durasi crash-nya. Biaya setelah di crashing akan lebih besar dari biaya
normal.

Cost slope : perbandingan antara pertambahan biaya dengan percepatan waktu
penyelesaian proyek.
30
2.8 Pelaksanaan Penambahan Tenaga Kerja
Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi
faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Jenis dan intensitas kegiatan
proyek berubah cepat sepanjang siklusnya, sehingga penyediaan jumlah tenaga,
jenis ketrampilan, dan keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang
sedang berlangsung. Bertolak dari kenyataan tersebut, maka suatu perencanaan
tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terinci harus meliputi perkiraan jenis
dan kapan keperluan tenaga kerja, seperti tenaga ahli pada tahap desain
engineering dan pekerja lapangan untuk konstruksi. Cara memperkirakan jumlah
tenaga kerja yang diperlukan, yaitu dengan mengkonversikan lingkup proyek dari
jumlah jam-orang menjadi jumlah tenaga kerja.
Secara teoritis, keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari
total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-orang
(man-month) dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan. Perhitungan ini akan
menghasilkan garis lurus seperti terlihat pada gambar 2.10. Jadi misalnya total
lingkup proyek sebesar 7700 bulan-orang, dan kurun waktu penyelesaian proyek
22 bulan, maka rata-rata keperluan tenaga kerja adalah 7700/22 = 350 orang.
Untuk merencanakan tenaga proyek yang realistis perlu diperhatikan bermacammacam faktor, diantaranya yang terpenting adalah seperti berikut ini :
1. Produktivitas tenaga kerja
2. Tenaga kerja periode puncak (peak)
3. Jumlah tenaga kerja kantor pusat
4. Perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan
5. Meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak (fluctuation) yang
tajam
31
Gambar 2.10 Grafik rata-rata jumlah tenaga kerja
Sumber : Soeharto (1999)
Untuk penambahan tenaga kerja disini akan dilakukan dengan penambahan
tenaga kerja secara manual menyesuaikan dengan lokasi dan volume pekerjaan
yang ada. Untuk mencari produktivitas grup pekerja setelah, sebelumnya akan
dilakukan pengkonversian tenaga kerja ke pekerja untuk meratakan/menyamakan
produktivitas masing-masing pekerja seperti mandor, kepala tukang, tukang,
maupun operator alat berat. Setelah didapatkan produktivitas grup pekerja setelah
penambahan akan dicari lagi penambahan tenaga kerja dari hasil produktivitasnya
dengan mengalikan koefisien harga satuan pekerja. Untuk setiap penambahan
tenaga kerja akan dikenakan biaya untuk mendatangkan tenaga kerja sebagai
ongkos dari orang ketiga, biaya akomodasi serta biaya untuk menyediakan tempat
tinggal pekerja (bedeng).
Setelah didapatkan penambahan tenaga kerja akan dicari lagi penambahan
biaya yang terjadi akibat percepatan. Tahap kompresi akan dilakukan sama seperti
tahap kompresi penambahan waktu kerja (jam lembur) yaitu dengan
menggunakan time cost trade off analysis dan dimulai dari cost slope terendah.
Dari uraian diatas dapat ditulis sebagai berikut:

Produktivitas grup pekerja
...........................................................................
(2.16)
32

Kebutuhan tenaga kerja
= koefisien analisa x prod. Grup pekerja

Konversi tenaga kerja ke pekerja
………… (2.17)

Produktivitas
perhari
perpekerja
sebelum
penambahan
pekerja
…………………………….. (2.18)

Produktivitas grup pekerja setelah penambahan
= prod. Perhari perpekerja setelah penambahan x jumlah pekerja set
penambahan……………………………………………………………. (2.19)

Penmbahan tenaga kerja
= koefisien analisa x prod. Grup pekerja set. Penambahan……………. (2.20)

Untuk penambahan alat berat pada proyek yaitu sama dengan penambahan
operator alat beratnya.

Normal ongkos pekerja perhari
= prod. Grup pekerja x harga satuan upah pekerja…………………….. (2.21)

Normal ongkos alat perhari
= prod. Alat berat x harga satuan alat………………………………….. (2.22)

Biaya penambahan tenaga kerja perhari
Biaya = ∑ (ongkos pekerja x jumlah penambahan tenaga kerja) + (jumlah total
penambahan tenaga kerja x Rp 504.065,04)…………………………… (2.23)

Biaya penambahan alat perhari
= (ongkos alat x jumlah penambahan alat berat) x jam eff……………. (2.24)
Adapun dasar dan sebab dilakukan penambahan tenaga kerja yaitu :
1.
Terjadinya keterlambatan.
2.
Ada volume pekerjaan yang tersisa untuk segera diselesaikan.
3.
Waktu penyelesaian proyek ingin dipercepat.
33
2.9 Pertukaran Biaya dan Waktu (Time Cost Trade Off)
Penyelesaian aktivitas di dalam suatu proyek memerlukan penggunaan
sejumlah sumber daya minimum dan waktu penyelesaian yang optimum, sehingga
aktivitas akan dapat diselesaikan dengan biaya normal dan durasi normal. Jika
suatu saat diperlukan penyelesaian yang lebih cepat, penambahan sumber daya
memungkinkan pengurangan durasi proyek dari wakyu normalnya, tetapi biaya
yang dikeluarkan akan lebih besar lagi.
Dalam mempercepat penyelesaian suatu proyek dengan melakukan
kompresi durasi aktivitas, harus tetap diupayakan agar penambahan dari segi
biaya seminimal mungkin. Pengendalian biaya yang dilakukan adalah biaya
langsung, karena biaya inilah yang akan bertambah apabila dilakukan
pengurangan durasi. Kompresi ini dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang berada
pada lintas kritis.
Selanjutnya langkah-langkah kompresi dapat dituliskan sebagai berikut :
1. Menyusun jaringan kerja proyek dengan menuliskan cost slope dari masingmasing aktivitas.
2. Melakukan kompresi pada aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan
mempunyai cost slope terendah.
3. Menyusun kembali jaringan kerjanya.
4. Mengulangi langkah kedua
Langkah kedua akan berhenti bila terjadi penambahan lintasan kritis dan bila
terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka langkah kedua dilakukan secara
serentak pada semua lintasan kritis dan perhitungan cost slope dijumlahkan.
5. Langkah keempat dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis dimana
aktivitas-aktivitasnya telah jenuh seluruhnya (tidak mungkin dikompres lagi)
sehingga pengendalian biaya telah optimum. (Nugraha et al., 1986).
Kemudian dirinci juga prosedur mempersingkat waktu dengan uraian sebagai
berikut:
1. Menghitung waktu penyelesaian proyek dan mengidentifikasi float dengan
memakai kurun waktu normal.
2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.
3. Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan
34
4. Menghitung cost slope masing-masing komponen kegiatan.
5. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis yang
mempunyai cost slope terendah.
6. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru,
maka mempercepet kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope
biaya terendah.
7. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai Titik Proyek Dipersingkat
(TPD)
8. Buat tabulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan hubungan titik
normal (biaya dan waktu normal), titik yang terbentuk tiap kali
mempersingkat kegiatan, sampai dengan titik-titik TPD.
9. Hitung biaya tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik di atas.
10. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung untuk mencari biaya total
sebelum kurun waktu yang diinginkan.
11. Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimum yaitu kurun
waktu penyelesaian proyek dengan biaya terendah (Soeharto, 1997).
35
Download