Keragaman Tanah pada Berbagai Satuan Lahan di

advertisement
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Sebaran Bentuk Lahan
Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian dan pengkelasan lereng
berdasarkan peta kontur, bentuk lahan di lokasi penelitian sangat bervariasi. Bentuk
lahan diklasifikasikan menurut klasifikasi Savigear (1960, dalam Darmawan, 1987)
yaitu (1) Puncak lereng (crestslope), (2) Punggung lereng (backslope), dan (3). Hasil
klasifikasi disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 5.
Tabel 4. Sebaran Bentuk Lahan
Bentuk Lahan
Kemiringan (%)
Nama
Kelas
Puncak Lereng
0-3
Datar
A
Puncak Lereng
3-8
Agak landai
B
Puncak Lereng
8-15
Landai
C
Punggung Lereng
0-3
Datar
A
Punggung Lereng
3-8
Agak landai
B
Punggung Lereng
8-15
Landai
C
Punggung Lereng
15-25
Agak curam
D
Punggung Lereng
25-40
Curam
E
Punggung Lereng
>40
Sangat curam
F
Kaki Lereng
0-3
Datar
A
Kaki Lereng
3-8
Agak landai
B
Kaki Lereng
8-15
Landai
C
Kaki Lereng
15-25
Agak curam
D
Kaki Lereng
25-40
Curam
E
Gambar 6. Sebaran Bentuk Lahan, Titik Pengamatan dan Posisi Transek
Tabel 4 dan Gambar 5 tersebut menunjukkan bahwa di lokasi penelitian dijumpai
semua bentuk lahan menurut Klasifikasi Savigear yaitu puncak lereng, punggung
lereng dan kaki lereng. Bagian puncak lereng terbagi lagi berdasarkan
kemiringannya, yaitu datar sampai landai. Bagian punggung lereng mempunyai
kemiringan yang bervariasi dari datar sampai sangat curam. Hal yang sama juga
terjadi pada bagian kaki lereng, mempunyai kemiringan lereng datar sampai agak
curam. Bagian punggung lereng merupakan satuan bentuk lahan dengan variasi
kemiringan lereng yang bervariasi. Bentuk lahan yang bervariasi yang terjadi pada
areal yang sempit, memiliki iklim yang sama dan penggunaan lahan sama, dapat
menurunkan sifat dan ciri tanah berbeda.
5.2 Keragaman Karakteristik Morfologi Tanah Menurut Bentuk Lahan.
Karakteristik tanah yang diamati di lapang meliputi susunan dan ketebalan
horison, warna tanah, tekstur tanah dan konsistensi tanah. Untuk melihat bagaimana
sifat morfologi tanah bervariasi pada suatu bentuk lahan maka dibuat transek lereng
yang disajikan pada Gambar 6 dan Gambar Lampiran 1-4.
Lokasi penelitian memiliki sifat morfologi tanah yang beragam. Keragaman
tersebut ditunjukkan dengan perkembangan susunan horison, wana, tekstur dan
konsistensi pada setiap horison. Secara umum di lokasi penelitian dijumpai 4
kelompok morfologi tanah dengan variasi yang cukup besar. Di dalam masingmasimg kelompok sebenarnya masih dijumpainya perbedaan-perbedaan morfologi,
tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan. Kelompok tersebut merupakan kelompok
dengan sifat morfologi yang mempunyai susunan horison A, AB dan Bt, mempunyai
warna berkisar dari cokelat gelap hingga merah (7,5 YR 3/2 - 2,5 YR 4/6), dengan
tekstur lempung liat berpasir dan lempung liat berdebu (agak halus), liat berdebu, liat
berpasir dan liat (halus), adanya selaput liat pada horison bawah dan kemungkinan
adanya horison argilik, tanah tersebut berbahan induk batu liat. Sedangkan sifat
morfologi tanah dengan susunan horison A, AB dan B dan A, B dan BC, memiliki
warna cokelat gelap hingga merah (7,5 YR 3/2 - 2,5 YR 4/6), konsistensi gembur
dalam keadaan lembab pada semua lapisan, tidak adanya selaput liat dan horison
argilik pada lapisan bawah, dan pada beberapa lokasi, terdapat tanah yang sering
jenuh air sehingga memiliki warna kelabu kebiruan dibawah horison A, tanah
tersebut berbahan induk abu volkan. Dan sifat morfologi tanah dengan susunan
horison A, B dan Bt, memiliki warna cokelat gelap hingga cokelat kuat (7,5 YR 3/45/8), konsistensi teguh dalam keadaan lembab, terdapat horison penciri argilik dan
pada kedalaman < 50 cm terdapat batu kapur, tanah tersebut berbahan induk batu
kapur.
Titik-titik pengamatan yang memiliki bentuk lahan sama tetapi memiliki sifat
morfologi tanah berbeda disajikan pada Gambar 7a-7b. Hal ini ditunjukkan oleh sifat
morfologi pada puncak lereng B, dengan perbedaan susunan horison pada lapisan
bawah yaitu B dan Bt, warna tanah dan tekstur tanah pada setiap lapisan. Pada kaki
lereng A, memiliki perbedaan susunan horison pada lapisan bawah yaitu B, Bt dan
Bg, warna tanah, tekstur dan konsistensi pada setiap lapisan, bahkan pada titik
pengamatan ST 50 terjadi proses gleisaisi dibawah horison A sehingga memiliki
horison Bg. Pada punggung lereng C, memiliki perbedaan susunan horison pada
lapisan bawah yaitu Bt dan B, warna tanah, tekstur dan konsistensi pada setiap
lapisan, pada pengamatan ST 32 dan 33 terdapat batu kapur pada kedalaman < 50cm.
Pada punggung lereng B memiliki perbedaan warna tanah dan tekstur pada setiap
lapisan. Sedangkan pada punggung lereng D, memiliki perbedaan susunan horison
pada lapisan bawah yaitu Bt, B dan BC, warna tanah, tekstur dan konsistensi pada
setiap lapisan. Dan pada punggung lereng E memiliki perbedaan susunan horison
pada lapisan bawah yaitu Bt dan B, warna tanah dan tekstur pada setiap lapisan.
Sebaliknya data hasil pengamatan sifat morfologi pada empat transek,
menunjukkan bahwa pada bentuk lahan yang berbeda dijumpai sifat morfologi tanah
yang sama (Gambar 8). Contohnya yaitu ST 43 (transek 4) berupa punggung lereng 8
% (B) dengan ST 54 (transek 4) berupa punggung lereng 27 % (E), ST 99 (transek 2)
berupa punggung lereng 8 % (B) dengan ST 137 (transek 2) berupa kaki lereng 2 %
(A), ST 94 (transek 2) berupa punggung lereng 20 % (D) dengan ST 91 (transek 2)
berupa punggung lereng 13 % (C) dan ST 33 (transek 2) berupa punggung lereng 11
% (C) dengan ST 31 (transek 2) berupa kaki lereng 10 % (C). Masing-masing
penggamatan memiliki susunan, tekstur, warna tanah dan konsistensi yang sama.
Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang konsisten antara bentuk
lahan dengan sifat morfologi tanahnya. Kemunginan pengaruh dominan berasal dari
sifat dari bahan induk tanah tersebut. Sehingga pada bentuk lahan yang sama
memiliki sifat morfologi yang berbeda bahkan pada tanah dengan bahan induk yang
sama memiliki karakteristik sifat morfologi tanah yang berbeda.
Transek 4
ST 04
7,5 YR
4/6
S.l
A
7,5 YR
5/6
Si.cl.l
AB
7,5 YR
4/3
Cl
B
Transek 2
ST 25
0-10 cm
ps/ss/f
5 YR
4/6
Cl
10-25cm
ps/ss/f
5 YR
4/6
Cl
AB
25-43 cm
p/s/f
5 YR
5/8
Cl
B
Puncak Lereng
5 % (B)
Transek 1
ST 77
7,5 YR
4/6
Si.cl.l
A
7,5 YR
5/6
Cl
AB
7,5 YR
6/4
Cl
Bt
0-12 cm
ps/ss/f
A
0-12 cm
ps/ss/f
5 YR
4/4
Cl
12-25 cm
ps/ss/f
5 YR
4/6
Cl
25-41 cm
p/s/f
5 YR
4/6
Cl
Puncak Lereng
5 % (B)
A
12-28 cm 7,5 YR
p/s/t
4/4
S.l
AB
28-44 cm
7,5 YR
p/s/t
5/4
Cl
Bt
A
0-12 cm
p/s/t
AB
12-26 cm
p/s/t
Bt
26-40 cm
p/s/t
A
10-27 cm 7,5 YR
ps/ss/t 5/8
Cl
B
7,5 YR
27-40 cm
5/8
p/s/t
Cl
Bt
Punggung Lereng
12 % (C)
7,5 YR
4/4
S.cl.l
A
5 YR
4/4
Si.cl.
AB
2,5 YR
4/6
Cl
Bt
Transek 2
ST 33
0-12 cm
ps/ss/f
7,5 YR
3/4
S.cl.l
A
7,5 YR
3/4
Cl
AB
>30 cm
7,5 YR
batu kapur 5/8
Cl
Bt
12-30 cm
p/s/t
Punggung Lereng
13 % (C)
A
10-28 cm
p/s/t
5 YR
4/4
Cl
AB
12-26 cm
p/s/t
7,5 YR
4/6
S.cl
28-40 cm
p/s/t
2,5 YR
4/6
Cl
Bt
26-40 cm
p/s/t
7,5 YR
5/3
Cl
A
14-27 cm 2,5 YR
p/s/t
4/6
S.cl.l
AB
Punggung Lereng
11 % (C)
0-12 cm
ps/ss/f
Kaki Lereng
2 % (A)
5 YR
3/4
S.l
27-38 cm
p/s/t
7,5 YR
3/4
S.cl
5 YR
3/4
S.cl.l
Transek 2
ST 90
0-14 cm
p/s/f
Transek 1
ST 81
0-10 cm
ps/ss/f
Puncak Lereng
8 % (B)
Transek 2
ST 32
0-10 cm 7,5 YR
ps/ss/f 4/4
S.cl
Transek 2
ST 137
Transek 1
ST 102
Puncak Lereng
5 % (B)
Transek 3
ST 135
7,5 YR
3/4
S
Punggung Lereng
10 % (C)
Transek 3
ST 21
2,5 YR
4/8
Cl
B
12-30 cm
5 YR
p/s/f
4/6
Cl
30-40 cm
5 YR
p/s/f
5/8
Cl
Punggung Lereng
13 % (C)
0-10 cm
p/s/f
A
7,5 YR
4/6
Si.cl.l
AB
10-24 cm
p/s/t
Bt
24-38 cm
p/s/t
4/5 GY
Si.cl.l
A
Bg
Transek 1
ST 130
5 YR
4/4
L.s
0-15 cm
ps/ss
15-40cm
ps/ss
Kaki Lereng
2 % (A)
Kaki Lereng
2 % (A)
5 YR
3/4
S.cl.l
A
0-12 cm
ps/ss/f
AB
12-25 cm
p/s/f
5 YR
4/6
Cl
B
25-41 cm
p/s/f
2,5 YR
4/6
Cl
Punggung Lereng
14 % (C)
7,5 YR
4/2
Cl
AB
12-28cm
p/s/t
7,5 YR
4/6
Cl
Bt
28-40 cm
p/s/t
7,5 YR
5/6
Cl
Punggung Lereng
8 % (B)
Gambar 7a. Bentuk Lahan Sama, Sifat Morfologi Tanah Berbeda
0-12 cm
ps/ss/f
5 YR
5/6
S.l
AB
12-27 cm
ps/ss/f
2,5 YR
5/8
S.l
B
27-40 cm
p/s/f
Transek 4
ST 43
0-10 cm
ps/ss/f
A
A
Kaki Lereng
2 % (A)
Transek 2
ST 99
Transek 2
ST 24
0-12 cm
ps/ss/f 7,5 YR
4/4
S.l
Transek 2
ST 50
A
0-10 cm
p/s/t
AB
10-25 cm
p/s/t
Bt
25-41 cm
p/s/t
Punggung Lereng
8 % (B)
Transek 1
ST 78
7,5 YR
3/4
Si.cl.l
7,5 YR
4/4
Si.cl
7,5 YR
4/6
Cl
Transek 1
ST 84
A
0-10 cm
ps/ss/f
AB
10-24 cm
p/s/t
5 YR
5/8
Si.cl
Bt
24-38 cm
p/s/t
2,5 YR
5/8
Cl
7,5 YR
4/4
S.l
0-12 cm
ps/ss/f
5 YR
4/6
S. l
AB
12-28 cm
p/s/t
2,5 YR
4/6
Si.cl
Bt
28-40 cm
p/s/t
2,5 YR
4/8
Cl
A
Transek 1
ST 114
7,5 YR
4/4
L.s
A
7,5 YR
5/8
S.cl.l
B
7,5 YR
5/6 – 8/1
BC
A
0-10 cm
ps/ss/f
AB
10-26 cm
p/s/f
B
26-38 cm
p/s/f
Punggung Lereng
20 % (D)
Punggung Lereng
20 % (D)
Punggung Lereng
17 % (D)
Transek 3
ST 67
Transek 2
ST 94
7,5 YR
3/4
S.cl.l
A
0-10
cm
ps/ss/f
7,5 YR
4/4
S.l
A
0-16 cm
ps/ss/f
5 YR
4/4
Cl
A
B
10-23
cm
p/s/t
7,5 YR
4/6
S.cl.l
AB
16-30 cm
p/s/f
23-38
cm
p/s/t
7,5 YR
4/4
Si.cl.l
B
30-43 cm
p/s/f
2,5 YR
4/6
Cl
10-28 cm
ps/ss/f
28-40 cm
p/s/f
S.cl.l
Punggung Lereng
22 % (D)
7,5YR
4/4
Cl
Bt
Punggung Lereng
28 % (E)
Punggung Lereng
35 % (E)
Transek 4
ST 56
Transek 3
ST 29
0-10 cm
ps/ss/f
Transek 4
ST 08
A
0-12
cm
p/s/t
7,5YR
4/6
Cl
AB
12-25
cm
p/s/t
5 YR
4/6
Cl
Bt
25-41
cm
p/s/t
Punggung Lereng
18 % (D)
Transek 4
ST 54
7,5 YR
4/3
Cl
A
0-10 cm
p/s/t
7,5 YR
4/4
Cl
A
0-10 cm
p/s/t
7,5 YR
4/4
Cl
AB
12-24 cm
p/s/t
7,5 YR
4/6
Cl
AB
10-25 cm
p/s/t
10 YR
4/6
Cl
Bt
24-40 cm
p/s/t
7,5 YR
5/8
Cl
Bt
25-40 cm
p/s/t
Punggung Lereng
27 % (E)
Gambar 7b. Bentuk Lahan Sama, Sifat Morfologi Tanah Berbeda
Punggung Lereng
27% (E)
Transek 4
ST 43
Transek 4
ST 54
Transek 2
ST 99
0-10 cm
p/s/t
7,5 YR
4/2
Cl
A
0-10 cm
p/s/t
7,5 YR
4/4
Cl
A
7,5 YR
4/6
Cl
AB
10-25 cm
p/s/t
7,5 YR
4/6
Cl
AB
10-25 cm
p/s/t
7,5 YR
5/6
Cl
Bt
25-41 cm
p/s/t
7,5 YR
5/8
Cl
Bt
25-40 cm
p/s/t
Punggung Lereng
8 % (B)
Transek 2
ST 94
5 YR
4/6
S.l
A
2,5 YR
4/6
Si.cl
AB
2,5 YR
4/8
Cl
B
5 YR
3/4
S.cl.l
5 YR
4/6
Cl
2,5 YR
4/6
Cl
5 YR
3/4
S.cl.l
A
AB
12-28cm
p/s/t
5 YR
4/4
Cl
AB
12-26 cm
p/s/t
Bt
28-40 cm
p/s/t
2,5 YR
4/6
Cl
Bt
26-40 cm
p/s/t
0-12 cm
ps/ss/f
7,5 YR
3/4
S.cl.l
10-26 cm
p/s/f
2,5 YR
4/6
Si.cl
AB
12-30 cm
p/s/f
26-38 cm
p/s/f
2,5 YR
4/8
Cl
B
30-40 cm
p/s/f
Punggung Lereng
13 % (C)
0-12 cm
ps/ss/f
Kaki Lereng
2 % (A)
Transek 2
ST 51
Transek 2
ST 33
Transek 2
ST 91
A
Punggung Lereng
20 % (D)
0-10 cm
ps/ss/f
A
Punggung Lereng
8 % (B)
Punggung Lereng
27% (E)
5 YR
4/6
S.l
0-10 cm
ps/ss/f
Transek 2
ST 137
A
0-14 cm
p/s/f
7,5 YR
3/4
Cl
7,5 YR
3/4
Cl
AB
14-27 cm
p/s/t
7,5 YR
5/8
Cl
Bt
27-38 cm
p/s/t
Punggung Lereng
11 % (C)
Gambar 8. Bentuk Lahan Berbeda, Sifat Morfologi Tanah Sama
A
0-12 cm
p/s/t
7,5 YR
4/4
Cl
AB
12-25 cm
p/s/t
7,5 YR
5/6
Cl
Bt
25-38 cm
p/s/t
Kaki Lereng
10 % (C)
5.3
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan sifat morfologi tanah di
lapang tanpa analisis laboratorium yang digunakan untuk mempertegas dan melengkapi
sifat morfologi di lapang. Hasil klasifikasi tentu saja tidak mencerminkan klasifikasi tanah
yang sebenarnya. Akan tetapi karena fokus penelitian adalah keragaman maka yang
dipentingkan dari hasil klasifikasi adalah pengelompokkan bukan pada penamaannya.
Sifat morfologi yang memiliki bahan induk batu liat, horison penciri bawah argilik
yang dicirikan oleh peningkatan liat pada horison eluviasi (A) ke horison iluviasi (B),
memiliki selaput liat, tekstur terasa lebih halus dari horison diatasnya dan memiliki regim
kelembaban udik. Berdasarkan ciri tersebut, sifat morfologi tanah ini dikategorikan
kedalam subgroup Typic Hapludults.
Sifat morfologi tanah yang berasal dari bahan induk abu vulkan, tidak memiliki
horison penciri bawah yaitu argilik dicirikan oleh peningkatan liat dari horison eluviasi (A)
ke horison iluviasi (B) yang tidak terlalu nyata, memiliki konsistensi gembur dan tingkat
perkembangan struktur sedang, tidak adanya selaput liat dan memiliki regim kelembaban
udik. Berdasarkan ciri tersebut, sifat morfologi tanah ini dikategorikan kedalam subgroup
Typic Dystrudepts.
Sedangkan sifat morfologi tanah yang memiliki ordo Inceptisol, berasal dari bahan
induk abu vulkan, terjadi proses gleisasi sehingga warna tanah kelabu kebiruan sampai
kelabu kehijauan dibawah horison A. tekstur terasa agak halus dan mempunyai regim
kelembaban aquik. Berdasarkan ciri tersebut, sifat morfologi tanah ini dikategorikan
kedalam subgroup Typic Endoaquepts.
Dan sifat morfologi tanah yang berasal dari bahan induk batu kapur, memiliki horison
penciri bawah yaitu argilik dicirikan oleh kandungan liat yang tinggi pada horison B,
konsistensi lekat dalam keadaan basah, adanya selaput liat, terdapat batu kapur pada
kedalaman < 50 cm dan memiliki regim kelembaban udik. Berdasarkan ciri tersebut, sifat
morfologi tanah ini dikategorikan kedalam subgroup Lithic Argiudalfs.
Sifat morfologi tanah berdasarkan titik pemboran dapat dilihat pada Gambar lampiran
5. Tanah pada kategori subgroup Typic Hapludults mempunyai susunan horison A, AB,
Bt1, Bt2 dan Bt3. Setiap lapisan horison memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Pada
lapisan 1 terdapat horison A dengan warna cokelat gelap kekuningan 7,5 YR 3/4 memiliki
tekstur lempung berpasir dengan konsistensi gembur (lembab) dan konsistensi (basah) agak
lekat dan agak plastis. Pada lapisan 2 memiliki horison AB yaitu horison transisi dari A ke
B dimana sifat horison A lebih dominan. Memiliki warna cokelat 7,5 YR 4/4, lapisan 3
berwarna cokelat gelap kekuningan 10 YR 3/6, lapisan 4 dan 5 berwarna cokelat kuat
dengan hue 7,5, value 4-5 dan kroma 6. Tekstur lapisan 2 sampai 5 adalah liat dengan
konsistensi (lembab) teguh, sedangkan konsistensi (basah) lekat dan plastis.
Tanah pada kategori subgroup Typic Dystrudepts mempunyai susunan horison A, AB
dan B. Warna pada semua lapisan adalah cokelat gelap kekuningan dengan hue 10 YR,
value 3 dan kroma 3-6. Sedangkan tekstur pada lapisan 1 adalah lempung berpasir, lapisan
2 dan 3 memiliki tekstur pasir. Konsistensi dalam keadaan (lembab) adalah gembur,
konsistensi dalam keadaan (basah) agak lekat dan plastis pada semua lapisan.
Tanah pada kategori subgroup Typic Dystrudepts memiliki susunan horison A dengan
ketebalan 0-35 cm dan Bg dengan ketebalan 35-120 cm. Lapisan 1 memiliki warna cokelat
kuat 7,5 YR 4/6 dan lapisan 2 dengan warna kelabu kehijauan 4/5 GY dimana lapisan ini
sering jenuh air sehingga terjadi reduksi. Pada semua lapisan memiliki tekstur lempung liat
berdebu dan konsistensi dalam keadaan basah yaitu agak lekat dan agak plastis.
Sedangkan tanah pada kategori subgroup Lithic Argiudalfs memiliki susunan horison
A dengan ketebalan horison 0-12 cm, AB dengan ketebalan 12-37 cm dan Bt dengan
ketebalan 37-60 cm terdapat batuan kapur. Semua lapisan memiliki cokelat gelap sampai
cokelat kuat dengan hue 7,5 YR, value 3-4 dan kroma 4-6, dengan tekstur liat, konsistensi
dalam keadaan lembab teguh dan konsistensi dalam keadaan lembab lekat dan plastis.
Tabel 5. Sebaran Subgroup, Bentuk Lahan dan Bahan Induk
Subgroup
Bentuk Lahan
Puncak (crestslope)
Typic
Hapludults
Typic
Dystrudepts
Lithic
Argiudalfs
Typic
Endoaquepts
Lereng A, B dan C
Punggung (backslope) Lereng A, B, C, D, E dan F
Kaki (footslope)
Lereng A
Puncak (crestslope)
Lereng B
Punggung (backslope) Lereng B, C, D dan E
Kaki (footslope)
Bahan
Induk
Batu Liat
Abu Volkan
Lereng A, B dan C
Punggung (backslope) Lereng B dan C
Batu Kapur
Kaki (footslope)
Lereng A dan C
Kaki (footslope)
Lereng A
Abu Volkan
Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa subgroup Typic Hapludults dijumpai pada
puncak lereng dengan kelas lereng datar hingga landai, punggung lereng dengan kelas
lereng datar hingga sangat curam dan kaki lereng dengan kelas lereng datar. Subgroup
Typic Dystrudepts berada pada puncak lereng dengan kelas lereng agak landai, punggung
lereng dengan kelas lereng agak landai hingga agak curam dan kaki lereng dengan kelas
lereng datar hingga landai. Pada subgroup Lithic Argiudalfs berada pada punggung lereng
dengan kelas lereng agak landai dan landai dan kaki lereng berada pada kelas lereng datar
dan landai. Sedangkan pada tanah Typic Endoaquepts berada pada kaki lereng dengan kelas
lereng datar. Sebaran-sebaran subgroup ini pada suatu bentuk lahan menunjukkan
hubungan yang tidak konsisten, dimana subgroup yang sama dijumpai pada bentuk lahan
yang berbeda dan sebaliknya pada bentuk lahan yang sama bisa dijumpai subgroup yang
berbeda. Hasil klasifikasi Taksonomi Tanah kategori subgroup disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Peta Tanah Lokasi Penelitian
5.4. Keragaman Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang di analisis meliputi kadar air, bobot isi tanah, Ruang pori total,
kapasitas air tersedia dan permeabilitas. Hasil analisis statistik dilakukan untuk mencari
nilai maksimum, minimum, rata-rata, simpangan baku dan koefisien keragaman.
Untuk membandingkan keragaman sifat-sifat tanah yang berbeda digunakan nilai
Koefisien Keragaman (KK). Wilding dan Drees (1983) mengelompokkan kergaman sifatsifat tanah menjadi tiga kelas berdasarkan tingkat kehomogenannya, yaitu :
4. Keragaman rendah (KK<15%)
5. Keragaman sedang (KK15-35%)
6. Keragaman tinggi (KK>35%)
Nilai statistik parameter sifat fisik tanah pada berbagai subgroup dapat dilihat pada Tabel 6.
Kadar air pada keseluruhan dan masing-masing jenis tanah memiliki koefisien keragaman
sedang. Sedangkan bobot isi pada keseluruhan jenis tanah memiliki koefisien keragaman
rendah, kecuali pada tanah Lithic Argiudalfs yang mempunyai keragaman sedang. Ruang
pori total pada keseluruhan dan masing-masing jenis tanah memiliki keragaman yang
rendah. Dan kapasitas air tersedia pada semua jenis tanah memiliki keragaman yang tinggi
kecuali pada tanah Lithic Argiudalfs mempunyai keragaman yang sedang.
Secara umum keragaman internal sifat tanah di dalam masing-masing subgroup
cenderung lebih besar dibandingkan keragaman sifat fisik tanah tersebut pada lokasi secara
keseluruhan (antar subgroup). Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan karakteristik
tanah yang diuji tidak terkait langsung dengan perubahan jenis tanah atau subgroup
tersebut. Perubahan khrarakteristik tanah yang terjadi terkait dengan perbedaan prosesproses geomorfik yang terjadi pada suatu satuan lahan yang tercemin pada perbedaan sifat
morfologi dan heterogenitas bentuk lahan dalam hal posisi dan kemiringan lereng. Oleh
karena itu pada satuan lahan yang sama dapat dijumpai karakteristik tanah berbeda-beda.
Tabel 6. Nilai Statistik Parameter Sifat Fisik Tanah Pada Berbagi Subgroup
Jenis
Nilai
Tanah
Statistik
Typic
Hapludults
Typic
Dystrudepts
Lithic
argiudalfs
Total
Parameter sifat Fisik Tanah
Kadar air (%)
BI (g/cm³)
RPT (%)
Kapasitas air Tersedia (%)
Maksimum
85.00
1.21
73.78
40.86
Minimum
34.98
0.69
54.15
2.35
rata-rata
59.71
0.89
66.47
15.99
simpangan baku
9.14
0.10
3.66
8.87
KK (%)
15.30
10.93
5.51
55.43
Maksimum
78.42
1.01
73.40
38.72
Minimum
39.29
0.70
62.02
2.63
rata-rata
56.77
0.86
67.60
13.48
simpangan baku
9.78
0.07
2.76
8.36
KK (%)
17.23
8.59
4.08
62.02
Maksimum
78.12
1.16
73.83
13.88
Minimum
39.18
0.69
56.09
6.37
rata-rata
55.87
0.94
64.44
9.02
simpangan baku
13.41
0.17
6.34
2.91
KK (%)
24.00
17.82
9.83
32.30
Maksimum
85.00
1.21
73.83
40.86
Minimum
34.98
0.69
54.15
2.35
rata-rata
58.59
0.88
66.75
14.87
simpangan baku
9.54
0.09
3.54
8.51
KK (%)
16.28
10.21
5.30
57.23
Permeabilitas tanah secara keseluruhan mempunyai kelas permeabilitas dari sangat lambat
sampai sangat cepat, kelas permeabili
permeabilitas
tas lambat dan cepat mendominasi kelas permeabilitas
secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa permeabilitas tanah pada suatu wilayah
tidak terkait langsung dengan subgroup tanahnya. Kelas permeabilitas berdasarkan jenis
tanah secara keseluruhan disajikan pada Gambar 10.
25
20
15
5
Lithic endoaquepts Typic Endoaquepts Typic Hapludults
Kategori Subgroup
cepat
sedang
lambat
sangat cepat
agak cepat
agak lambat
sangat lambat
cepat
sedang
lambat
sangat cepat
agak cepat
agak lambat
0
sangat lambat
Frekuensi
10
Typic Dystrudepts
Gambar 10. Frekuensi Kelas Permeabilitas Terhadap Subgroup
Download