Pentingnya Disiplin Dalam Pembelajaran Oleh: Subhan Kita masih sering menyaksikan dan mendengar peserta didik yang perilakunnya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik, Dan telah melampaui batas kewajaran, serta telah menjurus kepada tindak kriminal, melawan hukum, melanggar moral agama dan tata tertib. Misalnya tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas dari sekolah, suka membolos, datang tidak pernah tepat waktu, melawan kepada pengajar atau guru, membuat keributan dikelas, suka berkelahi atau tawuran, bahkan tindak yang menjurus pada hal-hal yang bersifat kriminal. Dengan kata lain masih banyak peserta didik yang tidak disiplin, dan menghambat jalannya pembelajaran. Tugas pengajar atau guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pelajaran, memberikan tugas atau pekerjaan rumah, tetapai lebih dari itu, pengajar atau guru harus senantiasa mangawasi perilaku peserta didik, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku yang indisiplin. Untuk kepentingan tersebut dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, pengajar atau guru harus mampu menjadi pembimbing contoh atau teladan, pengawas dan pengendali seluruh peserta didik. Disiplin dalam pembelajaeran juga tidak hanya ditujukan kepada peserta didik agar tercipta iklim yang kondusif bagi pembelajaran melainkan juga kepada pengajar atau guru yang dalam hal ini sebagai contoh atau teladan dari peserta didik. Karena bagaimana mungkin, ketika peserta didiknya sudah disiplin tetapi pengajar atau gurunya tridak pernah disiplin, baik dalam disiplin waktu, disiplin mengajar, sikap dan lain sebagainya. Mungkin kita ( peserta didik dan pengajar atau guru ) jarang menyadari bahwa sikap indisiplin kita ketika dalam kegiatan belajar mengajar selalu berakhir atau bahkan menimbulkan tindak kriminal, betapa tidak ketika peserta didik selalu mendapatkan teguran bahkan hukuman dari pengajar atau guru lantaran ketidakdisiplinan mereka mungkin karena datang terlambat, tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, suka membolos, melawan kepada guru dan selalu membuat keributan dikelas. .Bahkan baru-baru ini gencar menjadi perbincangan ketika ekses kekerasan fisik dalam pendidikan perwira atau militer yang dilakukan senior kepada yuniornya lantaran ketidakdisiplinan dalam kegiatan belajar mengajar. Dan tidak sedikit juga peserta didik yang kecewa dan selalu menjelek-jelekan pengajar atau gurunya lantaran mereka ( pengajar atau guru ) sangat otoriter dan tidak pernah disiplin dalam memberikan materi. Menurut Dr. E. Mulyasa. M,Pd. Seorang pengamat pendidikan mengemukakan bahwa dibutuhkan sikap disiplin diri ( self-discipline ) baik pengjar maupun pesertra didik, agar bisa mendongkrak atau meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat menciptakan iklim atau suasan pembelajaran yang kondusif. Sayangnya, sikap tidak disiplin kita baik dalam peraturan dan juga waktu sering kita lakukan, sehingga permbelajaran, berjalan tidak semestinya, yang seharusnya seorang pengajar professional dengan memberikan materi terhadap peserta didiknya, dan peserta didik yang aktif serta tekun memahami materi yang disampaikan pengajar, malah kekacauan atau keributan dalam pembelajaran yang terjadi karena sikap indisiplin kita. Dan kalau sudah terjadi kekacauan atau keributan dalam pembelajaran pasti ujung-ujungnya akan berakhir dengan hukuman atau kekerasan fisik, coba saja kita perhatikan situasi pendidikan di sekeliling kita, banyak sekali pengajar atau guru yang selalu menghukum peserrta didiknya, dengan menyuruh membersihkan toilet, membersihkan halaman sekolah, push-up, sit-up, lari, penamparan atau pemukulan, karena peserta didik yang tidak disiplin. Sangat disayangkan memang, gara-gara ketidakdisiplinan dalam pembelajaran, hukuman atau kekerasan fisik akan menjadi akhir dari kekacauan atau keributan pembelajaran didalam kelas. Dan ketidakdisiplinan pengajar atau guru baik dalam waktu maupun memberikan materi, juga tidak lepas dari akhir yang mengecewakan, ejekan atau hinaan dari peserta didik selalu menghujami, karena tidak puas dengan cara mengajar baik itu pengajar yang sangat otoriter (berkuasa dan sewenang-wenang ) dalam proses belajar mengajar, selalu terlambat, tidak berkualitas dan tidak professional. Hukuman kekerasan fisik ejekan atau hinaan dalam pembelajaran memang tidak akan pernah terjadi jika teguran baik dari pengajar kepada peserta didiknya maupun sebaliknya bila selalu diindahkan atau di jalankan. Dan memang tidak akan pernah terjadi jika peserta didik maupun guru selalu bersikap disiplin dalam belajar Dalam pembelajaran, mendisplinkan pengajar atau peserta didik harus dilakukan dalam bentuk teguran dan kasih sayang dan harus ditujukan untuk membantu mereka menemukan diri: mengatasi, mencegah, timbulnya masalah disiplin and berusaha menciptakan situasi yang menyenakngkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaatisegfala peraturan yang telah ditetapkan. Disiplin dengan teguran dan kasih sayang dapat merupakan bantuan kepada pengajar dan peserta didik agar mereka mampu berdiri sendiri (help for self help) Demikian besarnya kemampuan sikap disiplin dalam pembelajaran sehingga mampu atau sanggup mensukseskan proses belajar tanpa adanya kekacauan atau keributan di dalam kelas selama proses pembelajaran. Itulah sebabnya sikap disiplin sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar selain itu juga hubungan timbale balik antara pelajar dan pengajar dan peserta didik juga mempunyai andil berperngaruhnya pembelajaran yang kondusip tidak terjadi kekacauan atau keributan Mungkin kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa kekacauan atau keributan di dalam kelas selama proses belajar mengajar lebih dominan dipengaruhi oleh siswa atau peserta didiknya yang kurang disiplin (indisiplin). padahal lebih dari itu seorang guru atau pengajar juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Karena guru juga berperan sebagai anutan maka kepribadian guru sangatlah penting Seorang psikolog terkemuka Prof. Dr. Zakiyah Darajat (1982) menegaskan; kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau pengahancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Oleh karena itu setiap calon guru dan guru professional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik kepribadian dirinya yang di perlukan sebagai anutan para siswanya. Secara kepribadian guru hendaknya selalu disiplin professional berkualitas dan tidak otoriter dalam proses belajar mengajar Seorang pakar psikolog pendidikan J.M Stephens, berpendapat bahwa seorang yang professional seharusnya memiliki keyakinan yang mendalam terhadap ilmu yang berhubungan dengan proses kependidikan yang dapat menyelesaikan masalahmasalah besar. Hal ini penting karena menurutnya mengajar itu terkadang berbentuk proses yang emosional dan entusiastik yang dapat menghambat penerapan secara persis teori-teori ilmu pengetahuan (Barlow, 1985) Oleh sebab itu untuk memahami sekaligus menerapkan sebuah teori proses mengajar. Guru hendaknya pandai-pandai menyimpan perasaan dan harapan emosional dalam tetap penyimpanan yang dingin kemudian hendaknya ia berusaha menghadapi kenyataan dengan akal terbuka meskipun guru harus berani menghadapi kenyataan ia tidak perlu mengorbankan diri menjadi hamba sahaya kenyataan itu sendiri Selaku pengelola kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu para siswa. bukan hanya ketika mereka berada dalam kelas saja melainkanmereka berada diluar kelas. Khususnya ketika mereka masih berada dilingkungan sekolah seperti diperpustakaan, laboratorium dan lain sebagainya. Dengan demikian, sikap disiplin sangatlah penting dan berpengaruh besar terhadap suksesnya pembelajaran, agar tercipta Susana pembelajaran yang kondusif, Dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Penulis Mahasiswa STAIN Jurusan Tarbiyah Matematika, Semester III