BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. PARADIGMA KAJIAN Paradigma

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
PARADIGMA KAJIAN
Paradigma
adalah
pandangan
mendasar
mengenai
pokok
persoalan,tujuan, dan sifat dasar bahan kajian. Paradigma penelitian kualitatif
dilakukan melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum,
konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi yang dikembangkan berdasarkan
masalah yang terjadi di lokasi penelitian. Paradigma kualitatif mencanangkan
pendekatan humanistik untuk memahami realitas sosial para idealis, yang
memberikan suatu tekanan pada pandangan yang terbuka tentang kehidupan sosial
dan paradigma kualitatif ini memandang kehidupan sosial sebagai kreatifitas
bersama individu-individu. Oleh karena itu, melalui paradigma kualitatif dapat
menghasilkan suatu realitas yang dipandang secara objektif dan dapat diketahui
yang melakukan interaksi sosial (Ghony dan Almanshur, 2012:73).
Menurut Maxwell, kelebihan paradigma adalah pemahaman makna,
dimana makna merujuk pada kognisi, afeksi, intense, dan apa saja yang berada di
bawah paying perspektif partisipan. Peneliti bukan saja tertarik pada aspek fisik
pada kejadian itu, melainkan bagaimana mereka memaknai semua itu, dan
bagaimana makna itu mempengaruhi tingkah laku informan. Fokus pada makna
seperti itu disebut intrepretif (Maxwell dalam Ghony dan Almanshur,2012:77).
Dalam kegiatan kajian, paradigma kualitatif dijabarkan ke dalam
langkah-langkah :
1. Penentuan pumpun kajian (focus of study), yang mencakup kegiatan
memilih
masalah
yang
memenuhi
syarat
kelayakan
dan
kebermaknaan.
2. Pengembangan kepekaan teoretik dengan menelaah bahan pustaka
yang relevan dan hasil kajian sebelumnya.
3. Penentuan kasus atau bahan kajian, yang meliputi kegiatan memilih
dari mana dan dari siapa data diperoleh.
4. Pengembangan protokol pemerolehan dan pengolahan data, yang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mencakup kegiatan menetapkan piranti, langkah dan teknik
pemerolehan dan pengolahan data yang digunakan.
5. Pelaksanaan kegiatan pemerolehan data, yang terdiri atas kegiatan
mengumpulkan data lapangan atau melakukanpembacaan naskah
yang dikaji.
6. Pengolahan data perolehan, yang meliputi kegiatan penyandian
(coding), pengkategorian (categorizing), pembandingan (comparing),
dan pembahasan (discussing).
7. Negosiasi hasil kajian dengan subjek kajian.
8. Perumusan simpulan kajian, yang meliputi kegiatan penafsiran dan
penyatu-paduan (interpreting and intergrating) temuan ke dalam
bangunan pengetahuan sebelumnya, serta saran bagi kajian
berikutnya.
Karena sifat dasar bahan yang dikaji serta tujuan yang ingin dicapai, bisa
saja langkah-langkah tersebut diubah menurut dinamika di lapangan. Fokus
kajian, misalnya mungkin mengalami penajaman dan perumusan ulang setelah
peneliti melakukan penjajakan lapangan. Tentu saja, penajaman ulang perlu
dilakukan berdasarkan ketersediaan data, serta dimaksudkan untuk meningkatkan
kebermaknaan kajian. Setiap kajian berparadigma interpretif harus memenuhi
kriteria(Ghony
dan
Almanshur,2012:77):
keterpercayaan
(credibility),
kebergantungan (dependability), dankepastian (confirmability), dan keteralihan
(transferability)
2.2
KAJIAN PUSTAKA
2.2.1 KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi
kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang
dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak
dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, karena itu harus memberikan perhatian yang seksama terhadap
komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1 Pengertian Komunikasi
Secara
etimologis,
istilah
komunikasi
atau
dalam
Bahasa
Inggriscommunication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
Jadi,komunikasi adalah proses atau tindakan untuk mengalihkan pesan dari suatu
sumber kepada penerima melalui saluran dalam situasi adanya gangguan dan
interfensi. Komunikasi juga merupakan transimisi pesan yang bertujuan untuk
memperoleh makna perubahan tertentu. (Liliweri,2011:31).
Berikut ini adalah 6 defenisi komunikasi menurut para ahli (Mulyana,
2010 : 62-66) :
1.
Theodore M. Newcomb
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi,
terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
2.
Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan
kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi
perilaku penerima.
3.
Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.
4.
Raymond S. Ross
Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan
simbol-simbol
sedemikian
rupa
sehingga
membantu
pendengar
membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan
yang dimaksudkan komunikator.
5.
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss
Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau
lebih.
6.
Harold Lasswell
Cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Which Channel To Whom
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
With What Effect?Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa
komunikasi meliputi lima unsur dasar :
a. Who (Siapa) : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.
b. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan, pernyataan yang didukung
olehlambang, dapat berupa ide atau gagasan.
c. In Which Channel (Saluran) : Media; sarana atau saluran yang
mendukungpesan bila komunikasn jauh tempatnya atau banyak
jumlahnya.
d. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan; orang yang menerima pesan.
e. With What Effect (Dampak) : Efek; dampak sebagai pengaruh dari
pesanatau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melaluui media yang menimbulkan
efek tertentu.
2.2.1.2 Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya.
Perasaan
bisa
berupa
keyakinan,
kepastian,
keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar
“gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat
dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11).
Wilbur
Schramm
dalam
karyanya
“How
Communication
Works”mengatakan the condition of success in communication diringkaskan
sebagai berikut :
a. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
b. Pesan
harus
menggunakan
tanda-tanda
yang
tertuju
kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga
sama-sama dapat dimengerti.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan
menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan
tadiyang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada
saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Komunikasi yang efektif adalah sejauh mana komunikator mampu
berorientasi kepada komunikannya. Berorientasi maksudnya melihat dan
memahami pesan yang disampaikan, terkait dengan bentuk pesan, makna pesan,
cara penyajian pesan termasuk penentuan saluran yang ditentukan oleh
komunikator (Vardiansyah,2004:111).
2.2.1.3 Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi (Effendy, 2011:8), yaitu :
a.
Menyampaikan inform asi (to inform)
b.
Mendidik (to educate)
c.
Menghibur (to entertain)
d.
Mempengaruhi (to influence)
2.2.1.4 Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi (Effendy, 2011:8), yaitu :
2.2.2
1.
Perubahan sikap (attitude change)
2.
Perubahan pendapat (opinion change)
3.
Perubahan perilaku (behavior change)
4.
Perubahan sosial (social change)
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
2.2.2.1 Defenisi Komunikasi Antarpribadi
Para ahli teori komunikasi mendefenisikan komunikasi antarpribadi
secara berbeda-beda. Adapun defenisi komunikasi antarpribadi menurut tiga
ancangan utama (Devito,1997:231-232), yaitu:
1.
Defenisi Berdasarkan Komponen
Defenisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antarpribadi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dengan mengamati komponen-komponen utamanya dan dalam hal ini,
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang
lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
2.
Defenisi Berdasarkan Hubungan Diadik
Defenisi berdasarkan hubungan ini, komunikasi antarpribadi sebagai
komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai
hubungan yang mantap dan jelas. Adakalanya defenisi hubungan ini
diperluas sehingga mencakup juga sekelompok kecil orang seperti
anggota keluarga atau kelompok-kelompok yang terdiri dari atas tiga atau
empat orang.
3.
Defenisi Berdasarkan Pengembangan
Dalam
ancangan
pengembangan,
komunikasi
antarpribadi
dilihatsebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat
tak-pribadi pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim
pada ekstrim yang lain. Perkembangan ini mengisyaratkan atau
mendefenisikan pengembangan komunikasi antarpribadi. Menurut
Effendy,
komunikasi
antarpribadi
adalah
komunikasi
antara
komunikator dengan seorang komunikan. Menurut Dean C. Barnlund,
komunikasi antarpribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan
antara dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang
terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur. Menurut Tan,
komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi tatap muka antara dua
atau lebih orang. Menurut Rogers, komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap
muka antara beberapa pribadi (Liliweri, 2011:13).
Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan
perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi antarpribadi acapkali
dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif yakni suatu teknik
komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa
ajakan, bujukan atau rayuan(Effendy, 2003:61).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan
hubungan insan (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik
pribadi, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Melalui
komunikasi antarpribadi, individu berusaha membina hubungan yang baik dengan
individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik
di antara individu-individu tersebut. (Cangara, 2005:56).
2.2.2.2 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi
Karakteristik komunikasi antarpribadi yang efektif dilihat dari tiga sudut
pandang (Devito,1997:259-268) :
1.
Sudut pandang humanistik
Sudut pandang ini menekankan pada interaksi yang bermakna jujur dan
memuaskan yang menentukan terciptakan hubungan antarmanusia yang
superior. Ada lima kualitas umum dari sudut pandang humanistik, yaitu :
a. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan ini yang pertama mengacu pada komunikator
antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang lain yang diajak
berinteraksi. Yang kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Yang ketiga,
menyangkut “kepemilikkan” perasaan dan pikiran. Terbuka mengakui
bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan merupakan milik dan
tanggung jawab atasnya.
b. Empati
Henry
Backrack
mendefenisikan
empati
sebagai
kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata
orang lain. Untuk mencapai empati harus bisa menahan godaan untuk
mengevaluasi, menilai, menafsirkan, mengkritik , mencoba mengerti
alasan yang membuat orang itu merasa seperti yang dirasakan dan
merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.
c. Sikap Mendukung
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan di mana terdapat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sikap mendukung. Sikap mendukung terlihat dari sikap yang deskriptif
bukan evaluatif, spontan bukan strategik, dan provisonal bukan sangat
yakin.
d. Sikap Positif
Sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dinyatakan melalui dua
cara, yaitu yang pertama melalui sikap positif. Orang yang merasa
negatif terhadap diri sendiri selalu mengkomunikasikan perasaan kepada
orang lain dan akan mengembangkan perasaan negatif yang sama.
Sebaliknya, orang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan
perasaan kepada orang lain, yanng selanjutnya akan merefleksikan
perasaan positif.
e. Kesetaraan
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasannya setara.
Artinya, harus ada pengakuan diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama
bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting disumbangkan
2.
Sudut Pandang Pragmatis
Sudut pandang ini menekankan pada manajemen dan kesegaran interaksi,
dan secara umum, kualitas-kualitas yang menetukan pencapaian tujuan
yang spesifik. Ada lima kualitas efeftivitas, yaitu :
a. Kepercayaan diri
Komunikator yang efektif selalu merasa nyaman bersama orang lain dan
merasa nyaman dalam situasi komunikasi pada umumnya. Komunikator
yang percaya diri bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam bersuara
dan gerak tubuh, terkendali, tidak gugup.
b. Kebersatuan
Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara dengan
pendengar sehingga terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan.
c. Manajemen Interaksi
Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan
kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun
merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting, masing-masing
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kontribusi dalam berkomunikasi.
d. Daya Ekspresi
Daya ekspresi mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan
keterlibatan tulus dalam interaksi antarpribadi. Daya ekspresi sama
dengan keterbukaan dalama hal penekannya pada keterlibatan.
e. Orientasi Kepada Orang Lain
Orientasi ini mengacu pada kemampuan untuk menyesuaikandiri
denganlawan bicara selama perjumpaan antarpribadi. Orientasi ini
mencakup pengkomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang
dikatakan lawan bicara.
3.
Sudut Pandang Pergaulan Sosial dan Sudut Pandang Kesetaraan
Sudut pandang ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan merupakan
kemitraan di mana imbalan dan biaya saling dipertukarkan.
2.2.2.3 Sifat-sifat Komunikasi Antar Pribadi
Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua
orang merupakan komunikasi antar pribadi (Liliweri, 2011:31-43):
1.
Komunikasi antar pribadi melibatkan di dalamnya perilaku
verbalmaupun non verbal. Dalam pelaksanaan komunikasi antar
pribadi setiap hari terbanyak melibatkan perilaku nonverbal sebagai
penguat pesan-pesan verbal yang diucapkan. Komunikasi antar pribadi
dalam memanfaatkan tanda-tanda informasi verbal maupun nonverbal
sebenarnya sangat memperhatikan isi dan hubungannyadengan suatu
pesan . Unsur isi terdiri atas apa ayng dikatakan dan dibuat, sedangkan
unsur hubungan/relasi terdiri atas bagaimana sesuatu itu diktakan dan
dibuat. Jadi, baik perilaku verbal maupun nonverbal masing-masing
dapat menunjukkan seberapa jauh hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya.
2.
Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan,
scripted dan contrived.Suatu perilaku spontan ditimbulkan karena
kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi, kita berbuat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sesuatu karena tekanan emosi belaka yang bisa verbal dan nonverbal,
meskipun
kadang-kadang
perilaku
ini
tidak
masuk
dalam
pertimbangan akal sehat seseorang. Kemudian perilaku scripted
disebabkan karena suatu hasil belajar seseorang secara terus-menerus
sebelumnya. Dan terakhir perilaku yang contrived karena dikuasai
sebagian besarnya oleh keputusan-keputusan yang rasional.
3.
Komunikasi
antar
pribadi
sebagai
suatu
proses
yang
berkembang. Sifat yang ketiga ini menunjukkan bahwa komunikasi
antar pribadi sebenarnya tidaklah statis, melainkan dinamis. Suatu
proses dalam komunikasi antar pribadi terus berkembang, semakin
hidup karena perkenalan telah merasuki pertambahan kognisi pihak
lain, kemudian perasaan afektifnya dan pada gilirannya akan terlihat
dalam perilaku verbal maupun nonverbal. Dengan demikian jika
hubungan bersifat statis maka hubungan di antara mereka tidak
bermutu, tidak maju, karena tidak bertambahnya suatu informasi baru
atau yang lebih bermutu daripada sebelumnya.
4.
Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik,
mempunyai interaksi, dan koherensi. Suatu komunikasi antar pribadi
ditandai dengan adanya umpan balik. Umpan balik mengacu pada
respon verbal dan nonverbal dari seorang komunikan maupun
komunikator secara bergantian. Umpan balik tidak mungkin ada jika
tidak ada interaksi atau kegiatan dan tindakan yang menyertinya.
Adanya interaksi menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi harus
menghasilkan suatu keterpengaruhan tertentu. Tanpa adanya pengaruh
sebaliknya interaksi juga tidak ada manfaatnya. Karena interaksi
dalam komunikasi antar pribadi mengandalkan suatu perubahan dalam
sikap, pendapat dan pikiran, perasaan dan minat maupun tindakan
tertentu. Pada tahap inilah suatu kegiatan komunikasi antar pribadi
bisa dirancang, apakah komunikasi hanya mengharapkan perubahan
pikiran dan pendapat saja, atau ditekankan pada minat dan perasaan,
ataukah hanya pada tindakan saja.
5.
Komunikasi antar pribadi biasanya diatur dengan tata aturan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik dimaksudkan suatu
standar dari perilaku yang dikembangkan oleh seseorang sebagai pandu
bagaimana mereka melaksanakan komunikasi. Dengan demikian tata
aturan intrinsik biasanya disepakati di antara peserta komunikasi antar
pribadi untuk meneruskan dan menghentikan tema-tema percakapan,
perilaku
verbal
dan
nonverbla
selanjutnya.
Ekstrinsik
yang
dimaksudkan dengan adanya standar atau aturan lain yang ditimbulkan
karena danya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi
sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus
dihentikan.
6.
Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan.
Sifat keenam dari komunikasi antar pribadi adalah harus adanya sesuatu
yang dibuat oleh mereka yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Jadi
kedua pihak harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu
sehingga tanda bahwa mereka memang berkomunikasi. Para ahli
melukiskan bahwa yang disebut komunikasi itu merupakan suatu upaya
untuk memulai suatu pesan dari sumber dan berakhir pada reaksi dari
penerimanya. Hal ini berarti komunikasi tidak memerlukan perhatian
hanya pada sebab datangnya suatu pesan kepada akibat terpaan pesan,
namun lebih dari itu harus memperhatikan seluruh proses dari
komunikasi itu.
7.
Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia.
Komunikasi antar pribadi melibatkan usaha yang bersifat persuasif,
karena untuk mencapai sukses harus dikenal latar belakang psikologis,
sosiologis seseorang. Daripadanya seorang komunikator menyiapkan
pesan yang baik sehingga mampu mengena keadaan, lapangan psikologis
dan
sosiologis
komunikan.
Artinya
memanfaatkan
pengetahuan,
pendapat, perasaan serta kebiasaan seseorang darimana perasaan itu perlu
disesuaikan agar dapat diterima. Pada saat sekarang para ahli komunikasi
menghendaki supaya seorang yang berkomunikasi harus mampu
merubah cara berpikir, perasaan atau perilaku sesama, hal itu akan
tercapai kalau ia juga memberikan kesempatan pada pihak lain untuk
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dapat mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan dan perilakunya.
2.2.3
KONSEP DIRI
2.2.3.1 Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang
dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman – pengalaman yang diperoleh dari
interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan,
melainkan berkembang dari pengalaman yang terus-menerus dan terdiferensiasi.
Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak
dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari.
Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian
diri kita. Ini disebut konsep diri (Rakhmat, 2008:99). Konsep diri merupakan
proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Menurut Symonds
dan Fitts, menyatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada
saat kelahiran tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya
kemampuan perseptif (Agustiani,2009:18).
Menurut Charles Horton Cooley (Rakhmat, 2008:99), kita melakukannya
dengan membayangkan diri kita sebagai orang lain. Cooley menyebut gejala ini
looking-glass self (diri cermin); seakan-akan kita menaruh cermin di depan
kita.Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua,
kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita
mengalami perasaan bangga atau kecewa.
Mead
mendefenisikan
diri
(self)
sebagai
kemampuan
untuk
merefleksikan diri kita sendiri melalui perspektif orang lain. Mead berteori
mengenai diri, ia mengamati bahwa melalui bahsa orang mempunyai kemampuan
untuk menjadi subjek dan objek bagi dirinya sendiri. Mead menyebut subjek, atau
diri yang bertindak, sebagai I , bersifat spontan, implusif dan kreatif, objek, atau
diri yang mengamati, adalah Me¸bersifat lebih reflektif dan peka secara sosial
(West,2011:107).
Terdapat beberapa defenisi konsep diri menurut beberapa para ahli,
diantaranya adalah :
1.
Menurut Arndt dalam Theories of Personality, konsep diri adalah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
cerminan dari tuntunan significant person terhadap diri individu
(Agustiani,2009:20).
2.
Menurut William H. Fitts mengemukakan bahwa konsep diri
merupakan aspek penting dalam diri seseorang karena konsep diri
seseorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Fitts mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan
dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta
membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu
kesadaran diri dan kemampuan terhadap dunia di luar dirinya. Fitts juga
mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku
seseorang (Agustiani,2009:138-139).
3.
Menurut William D. Brooks mendefenisikan konsep diri sebagai
“those physical, social, and psychological perceptions ofourselves that
we have derived from experiences and our interactions with others”.
Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang dirikita.
4.
Menurut Anita Taylor mendefenisikan konsep diri sebagai “all you
think and feel about you, the entire complex of beliefs andattitudes you
hold about yourself”.
5.
Menurut Goss dan O’Hair (Sobur,2010:507) mendefenisikan
konsep diri sebagai acuan bagaimana cara Anda menilai diri Anda
sendiri, seberapa besar Anda berpikir bahwa diri Anda berharga sebagai
seseorang.
6.
Rogers mendefenisikan konsep diri sebagai bagaian sadar dari
ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, yaitu “aku”
merupakan pusat refrensi setiap pengalaman.
Konsep diri meliputi apa yang Anda pikirkan dan apa yang Anda rasakan
tentang diri Anda. Dengan demikian ada dua komponen konsep diri : Komponen
kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif disebut citra diri (self image)
dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem) (Rakhmat, 2008:100).
2.2.3.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukkan Konsep
Diri
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukkan konsep diri
(Devito,2009:55-57), yaitu :
1.
Others Images
Menurut Charles Horton Cooley, others images merupakan orang yang
mengatakan
siapa
Anda,
melihat
citra
diri
Anda
dengan
mengungkapkannya melalui perilaku dan aksi. Konsep diri seseorang
dibentuk karena adanya orang-orang yang paling penting dalam hidup
seseorang seperti orang tua. Menurut D.H. Demo menekankan pada
maksud bahwa konsep diri dibentuk, dipelihara, diperkuat, dan/atau
diubah oleh komunikasi para anggota keluarga. Mereka itulah yang
disebut sebagai significant others. (Budyatna,2011:169). significant
others yang dimaksud merupakan orangtua. Orangtua adalah faktor
utama yang membentuk dan mengembangkan konsep diri seorang anak.
Dalam perkembangan, significant others meliputi semua orang yang
mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita. Mereka mengarahkan
tindakan kita, membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara
emosional.
2.
Orang lain
Menurut Gabriel Marcel menulis tentang peranan orang lain dalam
memahami diri kita,”The fact is that we can understand ourselves by
startingfrom the other, or from others, and only by starting from them.”
Kita mengenaldiri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu.
Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang
lain, dihormati , dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan
cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya,
bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak
kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita.Pandangan diri
kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap kita disebut
generalized others. Konsep ini berasal dari George Herbert Mead.
Memandang diri kita seperti orang lain memandangnya, berarti mencoba
menempatkan diri kita sebagai orang lain. Bila saya seorang ibu,
bagaimanakah ibu memandang saya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.
Budaya
Melalui orang tua, pendidikan, latar belakang budaya, maka akan
ditanamkan keyakinan, nilai, agama, ras, sifat nasional untuk membentuk
konsep diri seseorang. Contohnya, ketika seseorang mempunyai latar
belakang budaya yang baik dan memiliki etika maka orang tersebut
memiliki konsep diri positif.
4.
Mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri.
Konsep diri terbentuk karena adanya interpretasi dan evaluasi dari
perilaku diri sendiri berdasarkan apa yang dilakukan, bagaimana perilaku
orang tersebut.
2.2.3.3 Jenis-jenis Konsep Diri
Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas
konsep diri (Rakhmat,2008:105-106) yaitu :
1.
Konsep Diri Negatif
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada beberapa tanda yang
memiliki konsep diri negatif, yaitu :
a. Peka terhadap kritikan
Orang ini tidak tahan dikritik yang diterimanya, dan mudah marah.
b. Responsif terhadap pujian
Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat
menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
c. Sikap Hiperkritis
Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan
atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
d. Pesimis
Menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan
dirinya.
Orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog
yang terbuka , dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan
berbagai justifikasi atau logika yang keliru.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.
Konsep Diri Positif
Konsep diri positif ditandai dengan :
a. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah;
b. Ia merasa setara dengan orang lain;
c. Ia menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat;
e. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sangguo mengungkapkan
aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha
mengubahnya.
2.2.3.4 Pengaruh Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya.
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri
yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi
masalah; merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu;
menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; mampu memperbaiki
dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam komunikasi antarpribadi (Rakhmat, 2005: 104-109), yaitu:
a.
Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku
sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang
mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan
berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik,
mempelajari
materi
kuliah
dengan
sungguh-sungguh,
sehingga
memperoleh nilai akademis yang baik.
b.
Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan
komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,
konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan
pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pengalaman dan gagasan baru.
c.
Percaya diri (self confidence). Keinginan untuk menutup diri,
selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya
kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang kurang percaya diri
akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi.
Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication
apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh
kurangnya rasa percaya diri. Tentu tidak semua aprehensi komunikasi
disebabkan kurangnya percaya diri; tetapi di antara berbagai faktor,
percaya diri adalah yang paling menentukan. Untuk meningkatkan
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu seperti
yang dikatakan Maxwell Maltz, seorang tokoh Psikosibernetik, ”Believe
in yourself and you’llsucceed”
d.
Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita
karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia
membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan
(persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif).
2.2.4
INTERAKSIONISME SIMBOLIK
2.2.4.2 Pengertian Teori Interaksi Simbolik
Komunikasi merupakan bentuk interaksi. Komunikasi adalah kendaraan
atau alat yang digunakan untuk bertingkah laku dan untuk memahami serta
memberi makna terhadap segala sesuatu (Morissan dan Wardhany,2009:11).
Interaksi simbolik adalah suatu cara berpikir mengenai pikiran (mind), diri dan
masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural
dalam membangun teori komunikasi (Morissan dan Wardhany,2009:74).
George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi
simbolik ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di
antara manusia, baik secara verbal maupun non verbal. Melalui aksi dan respon
yang terjadi, maka memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan
karenanya dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu (Morissan
dan Wardhany,2009:75).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.2 Prinsip Dasar Teori Interaksi Simbolik
Menurut Blumer (Santoso dan Setiansah, 2010:22-23) ada tiga prinsip
dasar interaksionisme simbolik yaitu :
1.
Meaning
Blumer mengawali teorinya dengan premis bahwa perilaku seseorang
terhadap sebuah obyek atau orang lain ditentukan oleh makna yang dia
pahami tentang obyek atau orang tersebut.
2.
Languange
Seseorang memperoleh makna atas sesuatu hal melalui interaksi. Makna
adalah hasil interaksi. Makna tidak melekat pada obyek, melainkan
diinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Bahasa adalah bentuk dari
simbol.
3.
Thought
Menurut Blumer, “an individual’s interpretation of symbol is modified by
his or her own thought processes”. Interaksi simbolik menjelaskan
proses berpikirsebagai inner conversation. Secara sederhana proses
menjelaskan bahwa seseorang melakukan dialog dengan dirinya sendiri
ketika berhadapan dengan sebuah situasi dan berusaha untuk memaknai
situasi tersebut. Untuk bisa berpikir maka seseorang memerlukan bahasa
dan mampu untuk berinteraksi secara simbolik.
2.2.4.3 Asumsi Teori Interaksi Simbolik
Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan
hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat diinterpretasikan secara
luas, akan dijelaskan secara detail tema-tema teori ini, dalam prosesnya, dan
dijelaskan kerangka asumsi teori ini.
Menurut Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes (West,2011:98) telah
mempelajari teori interaksi simbolik yang berhubungan dengan kajian orang tua
dan memperlihatkan tiga tema besar, yaitu :
1.
Pentingnya Makna Bagi Perilaku Manusia
Suatu objek dapat berupa aspek tertentu dari realitas individu apakah itu
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
benda, kualitas, peristiwa, situasi atau keadaan. Bagi Kuhn, penamaan
objek adalah penting guna menyampaikan makna suatu objek
(Morissan,2009:75). Menurut pandangan interaksi simbolik, makna suatu
objek sosial serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan ssesuatu
yang terisolir satu sama lain. Seluruh ide paham interaksi simbolik
menyatakan bahwa makna muncul melalui interaksi. Tujuan dari
interaksi menurut interaksi simbolik untuk menciptakan makna yang
sama karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat
sulit , atau bahkan tidak mungkin (West,2011:99).Menurut LaRossa dan
Reitzes, ada tiga asumsi yang mendukung pentingnya makna bagi
perilaku
manusia
yang
diambil
dari
karya
Herbert
Blumer,
(West,2011:99-100)yaitu :
a.
Manusia Bertindak Terhadap Manusia Lainnya Berdasarkan Makna
yang diberikan Orang Lain Kepada Mereka. Asumsi ini menjelaskan
perilaku sebagai suatu rangkain pemikiran dan perilaku yang dilakukan
secara sadar antara rangsangan dan respons orang berkaitan dengan
rangsangan tersebut. Mereka mencari makna dengan mempelajari
psikologis dan sosiologis mengenai perilaku. Menurut Rogers Thomas,
membuat makna yang sesuai dengan kekuatan sosial yang membentuk
dirinya. Makna yang kita berikan pada simbol merupakan produk dari
interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan kita untuk menerapkan
makna tertentu pada simbol tertentu.
b.
Makna Diciptakan dalam Interaksi Antarmanusia
Menurut Mead, makna dapat ada hanya ketika orang-orang mempunyai
interpretasi yang sama mengenai simbol yang dipertukarkan dalam
interaksi.
c.
Makna Dimodifikasi Melalui Proses Interpretif
Blumer menyatakan bahwa proses interpretif ini memiliki dua langkah
yaitu yang pertama, menentukan benda-benda yang mempunyai makna.
Blumer berargumen bahwa bagian dari proses ini berbeda ari pendekatan
psikologis dan terdiri atas orang yang terlibat di dalam komunikasi
dengan dirinya sendiri. Yag kedua, melibatkan si pelaku untuk memilih,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mengecek, dan melakukan transformasi makna di dalam konteks di maba
mereka berada.
2.
Pentingnya Konsep Diri
Konsep diri merupakan seperangkat perspektif yang relatif stabil yang
dipercayai orang mengenai dirinya sendiri. Pertanyaan “siapakah saya?”
dapat membentuk konsep diri. Orang-orang yang mengembangkan
konsepndiri, dalam interaksi simbolik adalah orang – orang yang
menggambarkan individu dengan diri yang aktif, didasarkan pada
interaksi sosial. Menurut Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes
(West,2011:101-102), ada dua asumsi mengenai konsep diri, yaitu :
a.
Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi
dengan orang lain. Asumsi ini menyatakan orang-orang tidak terlahir
dengan konsep diri; mereka belajar melalui kontak dengan orang lain.
Seseorang mempunyai perasaan akan diri merupakan hasil dari
kontaknya dengan orangtua, guru, dan lainnya. Peneliti-peneliti awal
mengenai keluarga seperti Edgar Burgess menyatakan bahwa pentingnya
keluarga sebagai sebuah institusi untuk bersosialisasi. Burgess juga
menyatakan bahwa anak dan orangtua berselisih paham mengenai konsep
diri. Konteks sosial dan interaksi adalah suatu yang penting untuk
menyelidiki siapa diri kita.
b.
Konsep Diri Memberikan Motif Penting Untuk Perilaku.
Pemikiran
bahwa
keyakinan,
nilai,
perasaan,
penilaian-penilaian
mengenai diri mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting
dalam interaksi simbolik. Meadn berpendapat bahwa karena manusia
memiliki diri, mereka memiliki mekanisme perilaku dan sikap. Mead
melihat diri, sebagai sebuah proses bukan struktur . Predikasi pemenuhan
diri adalah prediksi mengenai diri sendiri yang menyebabkan diri tersebut
berperilaku sedemikian sehingga hal tersebut benar-benar terjadi.
3.
Hubungan Antara Individu dan Masyarakat
Hubungan antara individu dan masyarakat ini merupakan hubungan
kebebasan individu dan batasan sosial. Ada dua asumsi (West,2011:103104), yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
a.
Orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses budaya sosial
Asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku
individu. Budaya secara kuat mempengaruhi perilaku dan sikap yang
dianggap penting dalam konsep diri.
b.
Struktur Sosial Dihasilkan Melalui Interaksi Sosial
Interaksi simbolik mempertanyakan pandangan bahwa struktur sosial
tidak berubah serta mengaku bahwa individu dapat memodifikasi situasi
sosial. Interaksi simbolik percaya bahwa manusia adalah pembuat
pilihan.
2.3
Theory Of Reason Action (TRA)
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh
Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007).Teori ini menghubungkan
antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku
(behavior).Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin
mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui
kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan
berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan
kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience),
yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak (intetion)
ditentukan oleh sikap dan norma subyektif (Jogiyanto,2007).Ajzen (1991) yang
mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses
pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya
pada tiga hal; Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi
oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak
hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu
keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga,
sikap terhadapsuatu perilaku bersama norma- norma subjektif membentuk suatu
intensi atau niat berperilaku tertentu. Teori perilaku beralasan diperluas dan
dimodifikasi oleh (Ajzen dalam Jogiyanto 2007) dan dinamai Teori Perilaku
Terencana (theory of planned behavior). Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu
keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
(behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi
untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang
adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran
akan kekuatan faktor tersebut (controlbeliefs).Jogiyanto (2007) berpendapat
bahwa Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap
individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu
terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuktidak melakukan perilaku
yang disebut dengan norma subyektif. Secara singkat, praktik atau perilaku
menurut Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat
dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh
keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi
oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat
tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan
melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila
ia percaya bahwa orang lain ingin agar iamelakukannya.
2.4
FEMINISME
Feminitas adalah stereotype yang didasarkan atas perbedaan biologis
yang tidak melekat sejak lahir tetapi dibuat oleh masyarakat.Feminitas menunjuk
pada perbedaan gender, bukan seks, yaitu keadaan di mana individu yang lahir
secara biologis sebagai laki-laki atau perempuan yang mendapat pencirian
psikologis sebagai laki-laki atau perempuan.Feminisme sebagai gerakan pada
mulanya berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas
dan dieksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi
tersebut.Dalam Sugihastuti (2000: 37) terdapat dua penjelasan mengenai
feminisme.Pertama adalah penjelasan dari Moeliono, yang menjelaskan bahwa
feminisme ialah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara
kaum wanita dan pria.Yang kedua, Goefe mendefinisikan feminisme sbagai teori
tentang persamaan antara laki-laki dan wanita di bidang politik, ekonomi, sosial
atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan
wanita.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.5
BUDAYA
Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu
diantaranya adalah tokoh terkenal Indonesia yaitu Koentjaraningrat. Menurut
Koentjaraningrat (2000: 181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari
bahasa sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti
“budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya
budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa, dan rasa itu. Koentjaraningrat menerangkan bahwa pada dasarnya
banyak yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya
merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Pada
kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan yang
tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat budaya, menurut
Koentjaraningrat merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.
Untuk lebih jelasnya mengenai hal diatas, Koentjaraningrat membedakan
adanya tiga wujud dari kebudayaan yaitu:
1.
Wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai- nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2.
Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam suatu masyrakat.
3.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Menurut Liliweri (2002: 8) kebudayaan merupakan pandangan hidup dari
sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol
yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses
komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lebih lanjut, Taylor dalam
Liliweri (2002: 62) mendefinisikan kebudayaan tersusun oleh kategori-kategori
kesamaan gejala umum yang disebut adat istiadat yang mencakup teknologi,
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semua
yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Hawkins (2012) mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang
meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta kemampuan dan
kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat. Kebudayaan
adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya
mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh masyarakat
dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Linton dalam Ihromi (2006: 18). Jadi
kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan meliputi cara-cara
berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan
manusia khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
2.4.1
Nilai Budaya Batak Toba
Harahap dan Siahaan (1987) mengungkapkan sembilan nilai budaya yang
utama pada suku bangsa Batak Toba yaitu:
1.
Kekerabatan
Mencakup hubungan premordial suku, kasih sayang atas dasar
hubungandarah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu (Hula-hula,
Dongan Tubu,dan Boru), Pisang Raut (Anak Boru dari Anak Boru),
Hatobangon(Cendikiawan) serta segala yang ada kaitannya dengan
hubungan kekerabatankarena pernikahan, solidaritas marga dan lain-lain.
2.
Religi
Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama
yang datang kemudian yang mengatur hubungannya dengan Maha
Pencipta sertahubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya.
3.
Hagabeon
Mencakup banyak keturunan dan panjang umur.Dalam upacara
pernikahanBatak dikenal ungkapan tradisional yang mengharapkan agar
kelak pengantinbaru dikaruniakan 17 putra dan 16 putri.Hal ini
menunjukkan bahwa sumberdaya manusia bagi orang Batak sangat
penting.Kekuatan yang tangguh hanyadapat dibangun dalam jumlah
manusia yang banyak.Ini erat hubungannyadengan sejarah suku bangsa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Batak
yang
ditakdirkan
memiliki
budaya
bersaingyang
sangat
tinggi.Mengenai umur panjang dalam konsep hagabeon disebut Saur
Matua Bulung(seperti daun yang gugur setelah tua).Dapat dibayangkan
betapa besar pertambahan jumlah tenaga manusia yang diharapkan oleh
orang Batak,karena selain setiap keluarga diharapkan melahirkan putraputri sebanyak 33orang, juga semuanya diharapkan berusia lanjut.
4.
Hasangapon
Mencakup kemuliaan, kewibawaan, dan kharisma yang merupakan suatu
nilaiutama yang memberi dorongan kuat untuk meraih kejayaan.Nilai ini
member dorongan yang sangat kuat pada suku bangsa Batak Toba untuk
meraihjabatan dan pangkat yang memberikan kemuliaan, kewibawaan,
kharisma, dankekuasaan itu.
5.
Hamoraon
Kaya raya merupakan salah satu nilai budaya yang mendasari dan
mendorongorang Batak, khususnya orang Toba, untuk mencari harta
benda yangbanyak.Hagabeon pada dasarnya adalah upaya mencapai
hamoraon.
6.
Hamajuon
Mencakup kemajuan yang diraih melalui merantau dan menuntut
ilmu.Nilaibudaya hamajuon ini sangat mendorong orang Batak
bermigrasi keseluruhpelosok tanah air.Pada abad yang lalu Sumatra
Timur dipandang sebagaidaerah rantau, tetapi sejalan dengan dinamika
orang Batak, tujuan migrasinyatelah semakin meluas ke seluruh pelosok
tanah air untuk memelihara ataumeningkatkan daya saingnya.
7.
Hukum
Mencakup patik dohot uhum (aturan dan hukum).Nilai patik dohot
uhummerupakan
nilai
yang
kuat
disosialisasikan
oleh
orang
Batak.Budayamenegakkan kebenaran dan berkecimpung dalam dunia
hukum merupakandunia orang Batak.Nilai ini mungkin lahir dari
tingginya frekuensipelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang
Batak sejak jaman purba,sehingga mereka mahir dalam berbicara dan
berjuang memperjuangkan hakhakasasi. Hal ini tampil dalam kehidupan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
hukum di Indonesia yang mencatatnama orang-orang Batak dalam daftar
penegak hukum, baik sebagai jaksa,pembela, maupun hakim. Contohnya,
Hotman Paris Hutapea, SH.; HotmanSitompul, SH.; Ruhut Sitompul,
SH.; dan Juan Felix Tampubolon, SH.
8.
Pengayoman
Kehidupan sosio-kultural orang Batak kurang kuat dibandingkan dengan
nilai-nilaiyang disebutkan terdahulu.Hal ini mungkin disebabkan
kemandirianyang berkadar tinggi.Kehadiran pengayom, pelindung,
pemberikesejahteraan, hanya diperlukan dalam keadaan yang sangat
mendesak.
9.
Konflik
Dalam
kehidupan
orang
Batak
Toba
kadarnya
lebih
tinggi
dibandingkandengan yang ada pada Batak Angkola-Mandailing. Ini
dapat dipahami dariperbedaan mentalitas kedua sub suku Batak ini.
Sumber konflik pada orangBatak Toba tidak hanya kehidupan
kekerabatan melainkan lebih luas lagikarena menyangkut perjuangan
meraih hasil nilai budaya lainnya, antara lainhamoraon yang mau tidak
mau merupakan sumber konflik yang abadi bagiorang Toba.
Tiga dari Sembilan nilai utama itu yaitu: Hagabeon (banyak keturunan
dan panjang umur),Hamoraon (kaya raya), dan Hasangapon (kehormatan dan
kemuliaan) dipandangsebagai misi budaya orang Batak, yang juga dikenal sebagai
misi budaya 3H.Perjuangan meraih misi budaya 3H melatih suku bangsa Batak
Toba untukmandiri dan dinamik. Orang yang bukan suku Batak dapat saja
memandangperilaku suku bangsa Batak Toba dalam hal-hal tertentu sebagai
pelanggarantatakrama, tetapi bila orang luar tersebut memahami misi budaya 3H
maka ukuranpelanggaran itu mungkin akan berbeda (Harahap dan Siahaan, 1987).
Pada suku bangsa Batak Toba misi budaya 3H berada pada urutan
ketiga,ketujuh, dan kedelapan. Terdapat tiga nilai yang menyekat urutan itu
yaitu:hukum, kemajuan, dan konflik. Hal ini memberi indikasi bahwa
pergulatanmencapai hasil misi budaya 3H didahului oleh pergulatan menegakkan
hukum,perjuangan meraih kemajuan dan kehidupan berkonflik yang hampir
tidakberkesudahan. Oleh sebab itu pula nilai kesembilannya
adalah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pengayoman.Selebihnya perjuangan hidupnya dijalani dalam suasana hubungan
primordialyang kuat, kehidupan keagamaan dan jaringan ikatan kekerabatan
dalamlingkungan keluarga besar.Keluarga besar dapat berskala lingkungan
Dalihan NaTolu, tetapi pada tingkat yang lebih luas, dapat pula berarti ikatan
primordialBatak yang di dalamnya tercakup seluruh puak-puak Batak.
Kekerabatan, religi,dan hagabeon itulah yang menjadi modal dasar
spiritual suku bangsa Batak Tobadalam perjalanan hidupnya.Dalam keadaan sedih
maupun gembira, merekasenantiasa berada dalam suasana ikatan ketiga nilai
budaya utama ini.Konsep hagabeon sesungguhnya berakar dari budaya bersaing
pada jamanpurba, bahkan tercatat dalam sejarah perkembangan, terwujud dalam
perang huta.Dalam perang tradisional ini kekuatan tertumpu pada jumlah personil
yang besar.Hagabeon adalah dasar mencapai hamoraon dan hasangapon.Banyak
anak berartibanyak tenaga untuk bekerja sehingga lebih produktif dan mencapai
hamoraon.Hagabeon
dan
hamoraon
adalah
akses
untuk
mencapai
hasangapon.Hasangaponmerupakan tujuan utama dan paling penting dalam
kehidupan suku bangsa BatakToba.Kepercayaan suku bangsa Batak Toba bahwa
mereka adalah keturunan rajaberhubungan erat dengan hasangapon sehingga
mereka tidak perlu memilikijabatan agar dihormati.
Pelaksanaan adat seperti memotong kerbo untuk pestaadat Batak dapat
memberikan arti hasangapon pada pemilik pesta.Hasangapon inibila dikaitkan
dengan teori Maslow dapat diidentikkan dengan aktualisasi diri(Simanjuntak,
2000; Harahap dan Siahaan, 1987).
Akhirnya kesemua nilai itu menampilkan sosok suku bangsa Batak
Tobayang dinamik, keras (horas), dan ulet dalam kemandirian namun menyatu
dalamkebersamaan dan berkonflik dalam kesolidaritasan secara serentak.Inilah
yangunik dari kepribadian suku bangsa Batak Toba, yang bagi orang non-Batak
sukardifahami.Di tengah-tengah suasana persaingan yang tinggi, solidaritas
tetapterpelihara untuk mencapai tujuan bersama yaitu kaya raya.Hal ini
merupakanmentalitas yang unik, menjaga solidaritas dalam suasana persaingan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Download