BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Struktur Modal
Struktur modal (capital Structure) berkaitan dengan penentuan bauran (mix)
pembelanjaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal mempunyai
pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan (financial Structure).
Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan. Menurut
Warsono (2003:235) “Struktur keuangan merupakan kombinasi bauran dari
segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan (sisi
pasiva), sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber
pembelanjaan jangka panjang yang digunakan perusahaan”.
Struktur modal memberikan gambaran tentang pendanaan perusahaan.
Pemenuhan pendanaan berasal dari internal perusahaan dan eksternal
perusahaan. Pendanaan internal perusahaan berasal dari modal sendiri dan
eksternal perusahaan berasal dari pinjaman. Weston dan Copeland (2010)
memberikan definisi struktur modal sebagai pembiayaan permanen utang jangka
panjang, saham preferen, dan ekuitas pemegang saham. Nilai buku modal
pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor dan akumulasi laba
ditahan. Jika perusahaan memiliki saham preferen, saham akan ditambahkan ke
ekuitas pemegang saham. Menurut Gitman (2010), “definisi struktur modal
adalah campuran dari utang jangka panjang dan ekuitas yang harus
dipertahankan oleh perusahaan". Struktur modal perusahaan menggambarkan
perbandingan antara utang jangka panjang dan modal ekuitas yang digunakan
oleh perusahaan. Menurut Warsono (2003:239), “struktur modal adalah
perbandingan antara utang perusahaan dengan total aset”.
2.1.2 Teori Struktur Modal
2.1.2.1 Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jansen dan William H. Meckling
pada tahun 1976 (Horne dan Machowicz, 1998 : 482 dalam Situmorang, 2010)
di mana agency theory mengemukakan hubungan antara agent yaitu manajer
dengan principal yaitu kreditur dan investor. Manajemen merupakan agen dari
pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham
berharap
agen
akan
bertindak
atas
kepentingan
mereka
sehingga
mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya
dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang
memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan
agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan
yang
dapat
diambil
manajemen.
Kegiatan
pengawasan
tentu
saja
membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Horne dan Machowicz
(2001 : 243) biaya agensi adalah “biaya-biaya yang berhubungan dengan
pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak
konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor
dan pemegang saham”.
Menurut Horne dan Machowicz (2009) salah satu pendapat dalam teori
agensi adalah “siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang
timbul pasti tanggungan pemegang saham”. Sebagai misal, pemegang obligasi
mengantisipasi biaya pengawasan, serta membebankan bunga yang lebih
tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat
bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya
pengawasan berfungsi sebagai diinsentif dalam penerbitan obligasi, terutama
dalam jumlah yang besar. Jumlah pengawasan yang diminta pemegang
obligasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah obligasi yang
beredar. Menurut Horne dan Machowicz (2001:243), “pihak manajemen dapat
dianggap sebagai agen dari para pemilik perusahaan, yaitu para pemegang
saham”. Para pemegang saham, dengan harapan bahwa agen akan bertindak
demi kepentingan para pemegang saham, akan mendelegasikan otoritas
pengambilan keputusan ke pihak manajemen. Agar pihak manajemen dapat
membuat keputusan yang optimal atas nama para pemegang saham,
merupakan hal yang penting agar pihak manajemen tidak hanya mendapat
insentif yang tepat tetapi mereka diawasi juga.
2.1.2.2 Signaling Theory
Teori signal menurut Brigham dan Houston (1999:36) “adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”.
Menurut Brigham dan Houston (1999 : 36) “perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan
akan
mencoba
menghindari
penjualan
saham
dan
mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain,
termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang
normal”. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu
perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen
memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga
sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan
isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek
perusahaan cerah.
2.1.2.3 Asymmetric Information Theory
Menurut Brigham dan Houston (1999:35) asymmetric information atau
ketidaksamaan informasi adalah “situasi di mana manajer memiliki informasi
yang berbeda mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor”.
Untuk memahaminya perlu diperhatikan dua situasi yaitu: situasi pertama,
para
manajer
mengetahui
bahwa
prospek
perusahaannya
sangat
menguntungkan, dan situasi yang kedua, manajer mengetahui bahwa masa
depan
perusahaannya
tidak
menguntungkan.
Bagi
perusahaan
yang
prospeknya di anggap menguntungkan, akan mencoba menghindari penjualan
saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara
lain termasuk penggunaan utang yang melebihi struktur modal yang normal.
Brigham dan Houston (2001:39) menyatakan “sedangkan untuk perusahaan
yang prospeknya kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual
sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian”.
Menurut Husnan (1997:326) “Asimetri informasi ini terjadi karena pihak
manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pemodal”.
Dengan demikian, pihak manajemen tentu akan berpikir bahwa harga
saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau hal ini diperkirakan
terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik menawarkan
saham baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang
seharusnya. Tetapi pemodal akan menafsirkan kalau perusahaan menawarkan
saham baru salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang
terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya
para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang
lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.
2.1.2.4 Pecking Order Theory
Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (a) perusahaan menyukai
internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahan berwujud laba
ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar akan menerbitkan sekuritas yang
paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi,
kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi
konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru
diterbitkan. Sesuai dengan teori, tidak ada suatu target debt to equity ratio,
karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri
yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal yang berasal
dari luar perusahaan. Menurut Myers (dalam Situmorang, 2010), “perusahaan
lebih menyukai pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari
aliran kas, laba ditahan dan depresiasi”.
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk
tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa
memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan
publisitas publik” sebagai akibat saham baru. Dana eksternal lebih disukai
dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama
adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi akan lebih murah dari
biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru
akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau
penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para
pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain
kemungkinan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen dengan
pihak pemodal.
2.1.3 Komponen Struktur Modal
Modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen yaitu :
1. Modal Asing/Utang Jangka Panjang (Long-Term Debt)
Modal asing/utang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya
adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka
panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan
perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan
modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen
hutang jangka panjang ini terdiri dari :
a. Utang Hipotik (Mortgage)
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin
dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan) kecuali kapal
dengan bunga, jangka waktu dan cara pembayaran tertentu.
b. Obligasi (Bond)
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa
perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya
kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran
pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang
dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.
Modal asing/hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber
dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu
tertentu. Semakin lama jangka waktu dan semakin ringannya–syarat
pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan
memperluas bagi perusahaan untuk memberdayagunakan sumber dana
yang berasal dari modal asing/hutang jangka panjang tersebut.
Meskipun, hutang tetap harus dibayar kembali pada waktu yang sudah
ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat
itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungakan
sebelumnya.
2. Modal Sendiri (Shareholder Equity)
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan
yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.
Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber extern. Sumber
intern di dapat dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan, sedangkan
sumber extern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Komponen modal sendiri terdiri dari :
a. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu
Perseroan Terbatas (P.T), dimana modal saham terdiri dari saham biasa
dan saham preferen. Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka
panjang yang ditanamkan oleh investor, dimana pemilik saham ini, dengan
memiliki saham ini berarti ia membeli prospek dan siap menanggung
segala risiko sebesar dana yang ditanamkan. Saham preferen adalah bentuk
komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal
sendiri dengan hutang berjangka panjang.
b. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan
sebagai dividen.
Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam perusahaan yang
dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko
kerugian kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan adanya
jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan
maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali
modal yang disetor. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan harus
mempunyai sejumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan.
2.1.4 Struktur Aset
Struktur Aset adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi dana
masing-masing komponen aktiva lancar maupun aktiva tetap. Struktur aktiva
diketahui dengan membandingkan antara aktiva tetap dengan total aktiva pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006
sampai dengan 2008. Aktiva menurut Warren (2005:18) adalah sumber daya
yang dimiliki perusahaan.Kondisi aktiva perusahaan dapat mempengaruhi
kebijakan pendanaan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001:39)
perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung
lebih banyak menggunakan banyak utang.Aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor
terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan.Kreditor tentunya
mengadakan analisis kredit yang mendalam untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajibannya. Perusahaan yang memiliki
jumlah aktiva tetap lebih banyak dibandinngkan dengan jumlah aktiva
lancarnya akan lebih banyak menggunakan modal sendiri sedangkan hutang
merupakan alternatif lain sebagai pelengkap. Menurut Warsono (2003:237)
“Perusahaan yang sebagian besar asetnya berupa asset tetap biasanya lebih
banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya.” Hal ini dapat
dihubungkan dengan adanya aturan financial konservatif yang menyatakan
bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah
aktiva tetap ditambah aktiva lain yang sifatnya permanen.
2.1.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki
perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan
perusahaan mengacu pada penelitian Krishnan dan Moyer (1996), di mana
ukuran perusahaan diproxy dengan nilai logaritma dari total aktiva.
2.1.6 Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya
(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Dua rasio likuiditas
jangka pendek yang sering digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick
(sering juga disebut acid test rasio). Rasio lancar mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau
satu siklus bisnis). Rasio quick merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah
dikurangi persediaan dengan hutang lancar dan menunjukkan besarnya alat
likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi utang lancar.
Analisis rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo.
2.1.7 Profitabilitas
Profitabilitas mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh
perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba dari kegitan bisnis yang dilakukannya (Ghost,et. al., 2000). Profitabilitas
mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
sebagai penggunaan aktiva dan pasiva dalam suatu periode. Investor
menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar penggunaan
nilai atas saham yang dimiliki. Dalam penelitian ini pengukuran terhadap
profitabilitas diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total
aset.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pilihan struktur modal perusahaan menghasilkan
temuan yang bermacam-macam dengan berbagai variabel. Dapat dilihat melalui
tabel 2.1:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Peneliti
Variabel yang
Digunakan
Hasil Penelitian
1.Analisis faktorfaktor yang
mempengaruhi
struktur modal
pada perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2005-2007
Sony
Abimanyu
(2009)
Variabel
Independen:
Struktur Akiva,
Profitabilitas,
Operating leverage,
Likuiditas.
Variabel
Dependen: Stuktur
Modal
Return On
Invesnment,
operating
leverage,current
ratio, growth sales
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap struktur
modal. Sedangkan
struktur aktiva tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
struktur modal
2.Pengaruh
kebijakan dividen
dan profitabilitas
terhadap struktur
modal
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2007
Septian
Debora
Tinambun
(2008)
Variabel
Independen:
Kebijakan Dividen
dan Profitabilitas.
Variable
Dependen: Struktur
Modal
Profitabilitas
berpengaruh
secara negatif
terhadap struktur
modal beberapa
sektor industri
yang dianalisis.
3.Pengaruh
Struktur
Aktiva,Profitabili
tas dan Kebijakan
Deviden
Terhadap
Struktur
Pendanaan Pada
Industri
Perbankan yang
Tercatat Di Bursa
Efek Jakarta
Yustini
Jortan
(2007)
Varibel Independen
: Struktur
Aktiva,Profitabilitas
dan Kebijakan
Dividen. Variabel
Dependen: Struktur
Pendanaan.
Variabel struktur
aktiva dan
profitabilitas
berpengaruh
signifikan
terhadap struktur
pendanaan pada
industri
perbankan.Hanya
kebijakan dividen
yang tidak
berpengaruh
terhadap struktur
pendanaan.
Sumber: Dari berbagai sumber yang diolah
Penelitian yang dilakukan Sony Abimanyu (2009), menunjukkan bahwa
profitabilitas dan likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal perusahaan, sedangkan struktur asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Septia Debora Tinambum
(2008), yang menyatakan adanya pengaruh signifikan antara profitabilitas
dengan struktur modal perusahaan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Yustini Jortan (2007) memberikan
hasil bahwa struktur asset dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap struktur modal.
2.3 Kerangka Konseptual
Struktur Aset
(X1)
H1
Ukuran Perusahaan
(X2)
H2
Struktur Modal
(Y)
Likuiditas
H3
(X3)
Profitabilitas
H4
(X4)
H5
Gambar 2.1
Kerangka konseptual
Struktur Aset merupakan gambaran struktur aktiva dalam suatu perusahaan
yang merupakan komposisi perbandingan antara jenis-jenis aktiva perusahaan.
Perbandinngan antara jumlah aktiva lancar dengan jumlah aktiva tetap
perusahaan memiliki dampak terhadap struktur modal perusahaan. Menurut
Birgham Houston (2001: 39) perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan
jaminan kredit cenderung menggunakan lebih banyak utang . Aktiva lancar yang
dimiliki suatu perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi
kreditor terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Perusahaan yang
jumlah aktiva tetapnya lebih banyak akan cenderung menggunakan modal
sendiri.
Ukuran Perusahaan merupakan ukuran besar atau kecilnya suatu
perusahaan yang dilihat dari besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan
kecil cenderung menggunakan hutang jangka pendek daripada hutang jangka
panjang. Demikian juga dengan perusahaan besar akan cenderung memiliki
sumber pendanaan yang kuat.
Profitabilitas menjelaskan tingkat pengembalian yang didapat dari investasi
yang ditanamkan oleh perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian yang
didapat dari investasi yang ditanamkan maka penggunaan hutang relatif kecil.
Tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang ditanamkan perusahaan
memungkinkan perusahaan menggunakan dana internal perusahaan untuk
membiayai
sebagian
besar
pendanaannya
yang
berasal
dari
tingkat
pengembalian atas investasi tersebut.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dihadapi
dan kebenarannya harus dibuktikan melalui hasil penelitian.Adapun hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H1 = Struktur Aset secara parsial mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
H2 = Ukuran Perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang
signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
H3 = Likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap struktur modal perusahaan.
H4 = Profitabilitas secara parsial mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
H5 = Struktur aset, ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahan.
Download