1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembagian daerah di

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembagian daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan
bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang,
dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara. Dan hak-hak asal usul dalam daerah yang bersifat
istimewa, sesuai ketentuan yang terkandung dalam pasal 18 undang-undang
dasar 1945.
Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia
sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari
sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dan
pembangunan. setiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, daerah berhak mengenakan
pungutan terhadap masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan,
ditegaskan bahwa penempatan beban kepada masyarakat, seperti pajak,
retribusi dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa diatur dengan undangundang.
1
Ketentuan tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan
dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan
pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
Selama ini pungutan Daerah baik berupa Pajak dan Retribusi diatur
dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 mengatur tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
34 Tahun 2000. Kedua Undang-Undang tersebut kemudian disempurnakan
menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah sebagai
mana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang diikuti dengan Undang-Undang Nomor 33 tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, sehingga perlu
dikelola dalam pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagai mana dimaksudkan merupakan sub sistem dari Sistem Pengelolaan
Keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan
pemerintah.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah didanai dari atas beban pendapatan dan belanja daerah. Oleh karena itu
yang harus diperhatikan adalah seberapa besar total pendapatan daerah yang
2
didapatkan dalam satu tahun anggaran. Pendapatan Asli daerah merupakan
tulang
punggung
pembiayaan
daerah,
oleh
karenanya
kemampuan
melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh
pendapatan asli daerah terhadap total APBD.
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah
pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan
Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang membiayai penyelenggaran
pemerintah kota dan DPRD dan memenuhi atau mencukupi Anggaran Belanja
Rutin, sebagai syarat sekaligus kewajiban bagi setiap daerah
seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang . Oleh karena itu pendapatan asli daerah
dalam konsep ideal seharusnya merupakan tulang punggung bagi pendapatan
daerah, sekaligus dijadikan tolak ukur kemampuan daerah dalam melaksanakan
dan mewujudkan otonominya.
Sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) terdiri dari :
1. Pajak daerah
2. Retribusi daerah
3. Hasil pengelolahan kekayaan yang dipisahkan
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan pembangunan
secara efektif dan efesien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu
menciptakan
dan
mendorong
semakin
meningkatnya
sumber-sumber
3
pendapatan asli daerah. Salah satu sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
yang potensial adalah dari sektor jasa perparkiran.
Makassar merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia dimana
masih banyak terjadi beberapa masalah dalam penerimaan Retribusi Parkir yang
belum dikelola secara optimal. Retribusi Daerah selain sebagai salah satu
sumber penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan faktor yang
dominan peranannya dan kontribusinya untuk menunjang pemarintah daerah
salah satunya adalah retribusi parkir. Retribusi parkir sebagai salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari masyarakat, dimana
pengelolaannya dilakukan oleh Perusahaan Daerah Parkir Kota Makassar.
Permasalahan retribusi parkir khususnya di kota Makassar seakan
menjadi permasalahan yang tidak ada bayang ujungnya. Mulai dari masalah
penerimaan retribusi parkir yang masih banyak menemukan kendala dalam
pengelolaannya dimana masih banyak kawasan parkir yang strategis tetapi tidak
terdaftar di PD. Parkir sebagai kawasan perparkiran serta permasalahan retribusi
parkir di tepi jalan umum yang aturannya sangat tidak jelas dan sering
disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab yang menggunakan
momen tersebut untuk meraup keuntungan.
Permasalahan Pemungutan Retribusi Parkir
Kondisi keuangan PD Parkir Kota Makassar sejak Tahun 2007 sampai
2010 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Namun pada Tahun 2011
target yang meningkat tetapi justru tidak tercapai. Hal ini tergambar dari tabel
target dan realisasi pendapatan sebagaimana digambarkan pada tabel di bawah
ini :
4
Tabel 1
Target dan Realisasi Retribusi Parkir
Kota Makassar Tahun 2007-2011
No.
Tahun
Target
Realisasi
%
1.
2007
Rp. 2.763.500.500,00
Rp. 2.974.771.875,00
107,65%
2.
2008
Rp. 3.678.292.500,00
Rp. 3.694.486.150,00
100,44%
3.
2009
Rp. 4.369.300.500,00
Rp. 4.585.913.751,00
104,96%
4.
2010
Rp. 5.550.531.000,00
Rp. 5.617.631.630,00
101,21%
5.
2011
Rp. 7.644.300.600,00 Rp. 6.780.341.550,00
Sumber : PD. Parkir Makassar Raya, 29 Maret 2012
88,69%
Namun meskipun target yang telah ditentukan pada tahun 2007 sampai
2010 meningkat tetapi pada tahun 2011 ketika target dinaikkan justru tidak
tercapai sesuai dengan tabel di atas. Hal ini dikarenakan masih banyak kawasan
perparkiran yang tersebar di beberapa titik di Kota makassar yang tidak masuk
sebagai lahan parkir di PD Parkir Makassar Raya. Hal ini banyak dimanfaatkan
oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraub keuntungan. Merekalah
para juru parkir liar yang tidak memiliki surat izin parkir dari PD Parkir Makassar
Raya. Hal ini membuat pemungutan jasa retribusi parkir tidak berjalan efektif.
Masalah lain yang menjadi kendala dalam pemungutan jasa retribusi
parkir masih belum terlaksana dengan optimal. Sesuai dengan keterangan yang
dikemukakan oleh beberapa juru parkir bahwa penghasilan parkir tidak diberikan
seluruhnya kepada petugas pemkot dan petugas hanya memberikan karcis yang
belum tentu dihabiskan oleh juru parkir.
5
Permasalahan Parkir Juru Parkir Liar
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di berbagai tepi jalan umum
yang ada di kota Makassar seringkali kita menemui juru parkir liar yang
beroperasi di Makassar yang belum tentu berguna dalam hal membantu
memarkir kendaraan padahal SK Walikota nomor 935 tahun 2006 tentang sistem
perparkiran tepi jalan umum tidak menharuskan juru parker liar, namun para juru
parkir liar tetap saja marak dan belum diberi tindakan oleh pihak PD Parkir
Makassar. Yang menggelikan adalah para pengguna lahan parkir tetap -secara
tidak langsung- menyuburkan praktek-praktek parkir liar dengan memberikan
uang kepada mereka. Mungkin saja ini pengaruh rasa takut terhadap juru parkir
tersebut. Jika demikian halnya, maka apa bedanya dengan pemalakan terhadap
pemilik kendaraan. Lagi-lagi tugas dan tanggung jawab PD Pakir Makassar dan
pihak yang berwajib dipertanyakan.
Suburnya praktek pemarkiran liar inipun sepertinya dihalalkan oleh para
pemilik kendaraan jika melihat banyaknya kendaraan yang terparkir dikawasan
tersebut. Mungkin ini disebabkan sistem pembayaran yang dihitung per jam saat
ini masih sangat membebani dan terkesan tidak manusiawi. Pembayaran yang
tinggi ini juga belum diimbangi dengan pelayanan yang memuaskan, tanggung
jawab mengenai kerusakan dan kehilangan masih saja menjadi beban bagi para
pemilik kendaraan.
Tentunya fungsi dan tanggung jawab dari pemerintah yang mengurusi
masalah parkir dipertanyakan untuk menertibkan oknum-oknum juru parkir liar
yang menggunakan tepi jalan di beberapa tempat-tempat keramaian tanpa
pernah memperhatikan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah untuk daerah-
6
daerah yang memang menjadi tempat umum/public. Jika kita menilai secara
subyektif, tidak mungkin hal tersebut dapat tumbuh dan bertahan subur, jika tidak
ada orang dari pihak yang berwenang yang memberikan kebebasan bagi jurujuru parkir tersebut. Tentunya dengan system bagi hasil atau ada uang setoran
uang kepada pihak-pihak tertentu. Yang seharusnya hal tersebut masuk ke kas
daerah.
Dalam mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah Kota
Makassar dalam hal ini Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya diharapakan
mampu memberikan kontribusi dari sektor retribusi parkir. Tugas pokok
Peusahaan Daerh Parkir Makassar raya adalah merencanakan, merumuskan,
membina, mengendalikan, mengoptimalkan pemungutan retribusi parkir serta
mengkoordinir kebijakan bidang Perparkirkan.
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut maka penulis merasa
tertarik untuk mencoba menganalisis lebih jauh dengan judul:
“Pengelolaan Retribusi Parkir di Kota Makassar (Studi Kasus di
Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya)”
I.2. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang dikemukakan adalah bagaimana pengelolaan
retribusi parkir di Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pegelolaan retribusi parkir di Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya.
7
I.4. Manfaat Penelitian
Dari tujuan diatas diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk :
1. Manfaat Akademik
Dengan mengetahui pengelolaan retribusi parkir di kota
makassar dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
diharapkan dapat memperkaya tentang teori-teori peningkatan dan
pengelolahan keuangan daerah khususnya yang berhubungan
dengan pengetahuan dalam bidang Administrasi dan Manajemen.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada pengambil kebijakan di daerah maupun kota mengenai aspekaspek yang berhubungan dengan pengelolaan retribusi parkir dalam
rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Konsep Pengelolaan
Secara umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga
menjadi baik berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula. Pengelolaan dapat
juga diartikan sebagai untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok
dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat.
Nugroho (2003:119) mengemukakan bahwa :
―Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen.
Secara etomologi istilah pengelolaan berasal dari kata ―kelolah‖ (to
manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani
sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu‖.
Jadi pengelolaan merupakan ilmu manajemen yang berhubungan dengan
proses mengurus dan menangani sesuatu untuk mewujudkan tujuan tertentu
yang ingin dicapai.
Sedangkan menurut Syamsu menitikberatkan pengelolaan sebagai fungsi
manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan
pengontrolan untuk mencapai efisiensi pekerjaan.
Sukanto (1986:20) mendefinisikan bahwa
―pengelolaan dalam administrasi adalah merupakan suatu proses yang
dimulai dari proses perencanaan, pengawasan, penggerakan sampai
dengan proses pencapaian tujuan.
Jadi Sukanto menitiberatkan pengelolaan sebagai fungsi manajemen
yang meliputi perencanaan, pengawasan, penggerakan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
9
Selanjutnya
mengenai
pengertian
pengelolaan
Pamudji
(1985:7)
mengemukakan sebagai berikut :
―Perkataan pengelolaan berasal dari kata ―kelola‖ yang berarti sama
dengan mengurus. Jadi pengelolaan diartikan sebagai pengurusan yaitu
merubah nilai-nilai yang lebih tinggi, dengan demikian pengelolaan juga
mengandung makna sebagai pembaharuan, yaitu melakukan usahausaha untuk membuat sesuatu lebih sesuai atau cocok dengan
kebutuhan menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat‖
Pendapat Pamudji diatas mengenai pengelolaan terlihat menitik beratkan
pada dua faktor penting yaitu :
a. Pengelolaan sebagai pembangunan yang merubah sesuatu sehingga
menjadi baru dan memiliki nilai yang lebih tinggi
b. Pengelolaan sebagai pembaharuan yaitu usaha untuk memelihara
sesuatu agar lebih cocok dengan kebutuhan-kebutuhan
Selanjutnya Admosudirjo (2005:160) mendefinisikan bahwa :
―Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor
sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk
menyelesaikan suatu tujuan tertentu‖.
Dari pengertian diatas Admosudirjo menitikberatkan pengelolaan pada
proses mengendalikan dan memanfaatkan semua faktor sumber daya untuk
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Lebih lanjut Moekijat (2000:1) mengemukakan pengertian pengelolaan
adalah :
―suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan
mencapai tujuan tertentu dengan cara menggunakan manusia dan
sumber-sumber lain‖.
Dengan demikian, Moekijat menitikberatkan pengelolaan pada proses
merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, mengawasi untuk mencapai
10
tujuan yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lain.
Sedangkan Terry (2009:9) mengemukakan bahwa :
―Pengelolaan sama dengan manajemen sehingga pengelolahan dipahami
sebagai suatu proses membeda-bedakan atas perencanaan,
pegorganisasian, penggerakan dan pengawasan denganmemanfaatkan
baik ilmu maupun seni agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya‖.
Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen pada umumnya sering
dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas dalam organisasi berupa perencanaan,
pengorganisasian,
pengendalian,
pengarahan,
dan
pengawasan.
Istilah
manajemen berasal dari kata kerja ―to manage” yang berarti menangani,
memimpin, membimbing, atau mengatur. Sejumlah ahli memberikan batasan
bahwa manajemen merupakan suatu proses, yang diartikan sebagai usaha yang
sistematis
untuk
menjalankan
suatu
pekerjaan.
Proses
ini
merupakan
serangkaian tindakan yang berjenjang, berlanjut dan berkaitan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari beberapa pendapat diatas bahwa pengelolaan sama dengan prinsipprinsip manajemen yang berkaitan dengan aspek perencanaan, penggerakan,
pengorganisasian, dan pengawasan serta pemanfaatan sumber daya termasuk
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Berdasarkan dari pengertian pengelolaan tersebut, terlihat jelas bahwa
untuk mencapai peningkatan efektivitas kegiatan pengelolaan dalam penelitian
ini adalah pengelolaan retribusi parkir di Kota Makassar memegang peranan
penting karena dengan pengelolaan yang baik akan diperoleh hasil yang baik
dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar di
sektor Retribusi Parkir.
11
II.2. Fungsi Manajemen
Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi manajemen yang dikemukakan
George R. Terry dalam bukunya Principles of Management yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan akan dibahas
lebih terperinci lagi.
II.2.1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar (fundamental) manajemen, karena
organizing, staffing, dan controlling harus terlebih dahulu direncanakan.
Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih
tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan programprogram dari alternatif-alternatif yang ada.
G.R Terry mengemukakan bahwa :
―Perencanaan (planning) adalah memilih dan menghubungkan fakta dan
membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa depan
dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang
diperukan unruk mencapai hasil yang diinginkan‖.
Dengan perencanaan perlu dilakukan dengan cermat dan matang serta
berorientasi kedepan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
F.X.Soedjadi
dalam
syatiie
dkk
(1999:76)
memberikan
definisi
perencanaan sebagai suatu proses kegiatan pemikiran, dugaan, dan penentuan
prioritas yang harus dilakukan secara rasional sebelum melaksanakan tindakan
yang sebenarnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Louis A. Allen menjelaskan bahwa perencanaan adalah menentukan
serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang ditentukan.
12
Hasibuan menerangkan dalam bukunya Manajemen Dasar, Pengertian
dan Masalah bahwa :
―Perencanaan adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi
pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu. Jadi,
setiap perencanaan mengandung dua unsur, yaitu : tujuan dan
pedoman‖.
Sementara Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi menjelaskan
bahwa :
―Perencanaan (planning) adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa
yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan‖.
Lebih lanjut Irawan (1997:102) menyebutkan perencanaan sebagai
berikut :





Perencanaan membimbing para pengambil kebijakan untuk menentukan
berbagai program dan kegiatan yang secara ketat berhubungan dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan membimbing para pengambil keputusan untuk berpikir
secara sistematis dan secara terkoordinasi dengan baik dengan seluruh
unit di dalam organisasi.
Perencanaan akan menghindarkan para pengambil keputusan melakukan
perubahan (improvisasi) dalam berbagai program kegiatan secara cobacoba , tidak rasional dan subjektif.
Perencanaan
pembimbing
para
pengambil
keputusan
untuk
mendistribusikan beban kerja secara adil, merata dan sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab pegawai.
Perencanaan menuntut komitmen dari semua pihak untuk
melaksanakannya, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan
motivasi kerja pegawai.
Dengan
demikian,
suatu
perencanaan
senantiasa
berpijak
pada
kenyataan yang ada sehingga sasaran yang ingin dicapai benar-benar dapat
terwujud. Dari uraian teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan
memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan dari organisasi atau
perusahaan.
13
Proses perencanaan dapat disusun dari tiga segi, dengan perkataan lain
bahwa fungsi perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik melalui 3 cara.
Cara-cara tersebut yang pertama, mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu
rencana yang baik. Setelah ciri-ciri itu diketahui lalu diusahakan agar rencana
yang dibuat memenuhi syarat-syarat tersebut. Kedua, memandang proses
perencanaan sebagai suatu rangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan
memuaskan. Ketiga, memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah
yang harus dipecahkan dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Dalam
menerapkan prinsip-prinsip pemecahan masalah dengan teknik ilmiah, pimpinan
dapat pula menciptakan suatu rencana yang baik, dengan perkataan lain
pembuatan suatu rencana dapat dipandang sebagai suatu masalah yang harus
terpecahkan dengan sistematis.
II.2.2. Pengorganisasian
Pengorganisasian
merupakan
kegiatan
dasar
dari
Manajemen,
dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber daya yang dimiliki termasuk unsur
manusia sehingga tujuan dapat tercapai.
Pengorganisasian merupakan kata kerja dari organisasi yang berasal dari
kata ―Organism”. Organism berarti suatu susunan yang terdiri dari bagianbagaian yang diarahkan ke satu tujuan. Atau suatu susunan yang terdiri dari
bagian-bagian yang dipadukan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu
dengan yang lainnya saling mengikat dan secara keseluruhan merupakan
kebulatan yang saling berhubungan, bergantung, saling mempengaruhi dan
bekerja untuk satu tujuan tertentu.
Menurut Terry (1999:82), pengorganisasian adalah ―pembagian pekerjaan
yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok pekerja,
penentuan hubunga-hubungan pekerjaan diantara mereka dan emberian
lingkungan pekerjaan yang sepatutnya‖.
14
Pengorganisasian merupakan fungsi yang harus dijalankan oleh setiap
manajer pada semu tingkatan dan jenis kegiatan dan bentuk organisasi, besar
atau kecil, bisnis atau negara. Fungsi pengorganisasian dalam manajemen
penting sebab :

Mewujudkan struktur organisasi

Uraian tugas dari setiap bidang atau bagian dalam organisasi menjadi
jelas.

Wewenang dan tanggung jawab menjadi jelas.

Memperlihatkan antar tugas atau pekerjaan dari setiap unit organisasi.

Sumber daya manusia dan materiil yang dibutuhkan dapat diketahui.
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa
yang dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas
tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut,
pada tingkatan mana keputusan harus diambil. Dua aspek utama proses
susunan struktur organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja.
Departementalisasi adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja organisasi
agar kegiatan-kegiatan sejenis saling berhubungan dan dapat dikerjakan secara
bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan
tampak atau ditunjukkan oleh bagan suatu organisasi.
Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu
pada organisasi bertanggung jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan.
Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suattu organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal
15
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan
diantara para anggota organisasi dapat dicapai dengan efisien. Ada beberapa
aspek penting dalam proses pengorganisasian, yaitu :
1. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai,
2. Pemahaman tujuan oleh para anggota organisasi,
3. Penerimaan tujuan oleh para anggota organisasi,
4. Kesatuan arah,
5. Kesatuan perintah,
6. Fungsionalisasi,
7. Deliniasi berbagai tugas,
8. Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab,
9. Pembagian tugas,
Proses pengorganisasian terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan setiap individu
dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Pembagian beban pekerjaan yang menjadi kegiatan-kegiatan yang
secara logika dapat dilaksanakan oleh setiap individu. Pembagian kerja
sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau
terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi
biaya yang tidak perlu.
3. Pengadaan
dan pengembangan mekanisme kerja
sehingga
ada
koordinasi pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang
terpadu dan harmonis. Mekanisme pengorganisasian ini kan membuat
16
para anggota organisasi memahami tujuan organisasi dan mengurangi
ketidak efisiensian dan konflik.
II.2.3. Pelaksanaan/Penggerakan (Actuating)
Pelaksanaan penggerakan di dalam manajemen merupakan fungsi yang
paling penting karena berkaitan langsung dengan memanfaatkan sumber daya
manusia. Penggerakan adalah mennggerakkan semua bawahan, agar mau
bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.
Masalah penggerakan/pelaksanaan sangat berkaitan dengan manusia
dan merupakan suatu masalah yang paling kompleks. Dengan demikian dalam
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, pelaksanaan merupakan kegiatan yang
paling sering dilakukan.
G.R Terry (2005:41) menerangkan bahwa penggerakkan adalah :
―Membuat semua anggota kelompok agar mau bekrja sama dan bekerja
secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha organisasi‖.
The Liang Gie (1989:210) mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah :
―Usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan
kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi
segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu
dimulai‖.
Lebih lanjut Tjokroamidjojo (1995:98) mendefinisikan pelaksanaan
sebagai :
―Suatu proses dapat kita pahami dalam bentuk rangkaian kegiatan yakni
yang berawal dari kebijaksanaan guna mencapai suatu tujuan maka
kebijaksanaan diturunkan dalam program‖.
17
Dengan demikian dari pengertian tersebut diatas diketahui bahwa
pelaksanaan/penggerakan selalu berhubungan dengan sumber daya manusia.
II.2.4. Pengawasan (Controlling)
Tiitik tolak yang digunakan utnuk membahas pengawasan sebagai salah
satu fungsi organik manajemn ialah definisi yang mengatakan bahwa
pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi
guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi organik,
pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak diselenggarakan oleh
semua orang yang menduduki jabatan manajerial, mulai dari manajer puncak
hingga manajer rendah yang secara langsng mengendalikan kegiatan-kegiatan
teknis yang diselenggarakan oleh semua petugas operasional.
Proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan
manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu pengawasan
langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung ialah apabila
pemimpin organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang
sedang dijalankan. Sedangkan pengawasan tidak langsung adalah pengawasan
dari jarak jauh, pengawasan ini dilakukan terhadap laporan yang disampaikan
oleh bawahan, laporan ini dapat berbentuk lisan maupun tulisan.
Riwu Kaho (1996:79) mengemukakan bahwa pengawasan itu adalah
―Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui kegiatan atau pekerjaan
apa saja yang telah dilaksanakan agar pekerjaan itu sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya‖.
Dalam Harold Koontz (2005:241) menyebutkan bahwa :
18
―Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan
kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara‖.
Sedangkan menurut G.R Terry (2005:242) mengemukakan bahwa
pengawasan adalah :
―Sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa
yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan
apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar‖.
Dalam buku Siagian yang berjudul Fungsi-Fungsi Manajerial (200:145)
pengawasan yang terjadi dalam lingkungan pemerintahaan dibagi menjadi 4
tetapi untuk dalam penelitian hanya digunakan (dua) jenis pengawasan saja yaitu

Pengawasan Melekat
Dalam pengawasan melekat, pelaku pengawasan adalah atasan yang
dianggap memiliki kekuasaan (power) dan dapat bertindak bebas dari
konflik kepentingan (confict of interest).
Dengan demikian pengawasan langsung dilakukan oleh seorang
pemimpin organisasi terhadap kegiatan yang sedang dijalankan dimana
efektivitas manajerial seseorang yang menduduki jabatan pemimpin
sangat tergantung pada kemampuannya melakukan pengawasan melekat
disamping kemampuannya menyelenggarakan berbagai fungsi manajerial
lainnya.

Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional bisa dilakukan oleh aparat pengawasan yang
terdapat dalam satu instansi tertentu . Pengawasan fungsional adalah
merupakan setiap upaya pengawasan yang dilaksanakan oleh aparat
yang ditunjuk khusus untuk melakukan audit secara independen terhadap
19
objek yang diawasinya. Aparat pengawasan fungsional tidak hanya
bertugas sebagai pemeriksa, akan tetapi juga dapat melakukan tugas
yang
lain
seperti
verifikasi,
konfirmasi,
survey
dan
penilaian
(assessment). Pengawasan fungsional dibagi menjadi 2 (dua) bagian
yaitu pengawasan internal dan pengawasan eksternal.
Pengawasan mutlak diperlukan agar dalam pelaksanaannya seminimal
mungkin dapat dihindari segala ketimpangan dari apa yang telah disusun
sebelumnya. Hasibuan menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Dasar, Pengertian dan Masalah ada 4 fungsi pengawasan sebagai berikut :
1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengawasan;
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang dicapai;
3. Membandingkan
pelaksanaan
atau
hasil
dengan
standar
dan
menentukan penyimpangan jika ada;
4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar
pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
Proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh manajemen
dengan memprgunakan dua macam teknik, yaitu: pengawasan langsung (direct
control) dan pengawasan tidak langsung (indirect control). Yang dimaksud
dengan pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan sendiri
secara langsung oleh seorang pemimpin. Penanganan langsung ini dapat
berbentuk inpeksi langsung, on the spot observation dan on the spot report. Akan
tetapi karena banyaknya dan kompleksnya tugas seorang pemimpin terutama
dalam organisasi yang besar maka seorang pemimpin untuk tidak mungkin dapat
selalu menjalankan pengawasan langsung sehingga pemimpin sering pula
melakukan pengawasan yang bersifat tidak langsung. Yang dimaksud dengan
20
pengawasan tidak langsung pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini
dilakukan melalui laporan yang sampaikan oleh bawahan. Laporan tersebut
dapat berbentuk tertulis dan lisan.
Dari pengertian tersebut diketahui bahwa untuk mencapai tujuan-tujuan
perusahaan/instansi
diperlukan
aparat
yang
berkompetensi
dibidangnya
sehingga dalam pelaksanaan nantinya dapat terlaksana dengan baik sesuai
dengan perencanaan yang dibuat.
Yang dimaksud pengawasan dalam hal ini adalah pengawasan yang
dilakukan secara langsung dan tidak langsung oleh Perusahaan Daerah Parkir
Makassar Raya yang terfokus pada penataan tempat parkir baik yang legal
maupun yang ilegal di Kota Makassar.
II.3. Konsep Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hakhak dan kewajiban daerah tersebut (Pasal 1 butir 5 PP No. 58 Tahun 2005)
Pengertian keuangan daerah tersebut lebih luas dari pada pengertian
keuangan daerah menurut PP No. 105 Tahun 2000 yang hanya beruang lingkup
APBD. Sedangkan pengertian Keuangan Daerah menurut PP No. 58 tahun 2005
mempunyai ruang lingkup yang lebih laus yaitu yang meliputi :

Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman.

Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga.
21

Penerimaan daerah

Pengeluaran daerah

Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.

Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dan/atau
kepentingan umum.
Dalam
pengelolahan
keuangan
daerah
terdapat
empat
asas
pengelolahan keuangan daerah yakni :

Asas umum Pengelolahan Keuangan Daerah

Asas umum APBD

Asas umum Pelaksanaan APBD

Asas Umum pentausahaan Keuangan Daerah.
Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Makassar salah satunya
berasal dari retribusi yang berasal dari retribusi parkir. Besarnya retribusi
tergantung pada pengelolaan Retribusi Parkir yang efektif, efisien dan maksimal.
Tujuan pemerintah mengelolah retribusi parkir adalah selain merupakan
Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), juga merupakan salah satu upaya agar
penarikan atau pemungutan retribusi parkir dapat terorganisir dengan baik. Atau
dengan kata lain, pengelolaan dan pelaksanaan retribusi parkir diharapkan
berjalan melalui manajemen yang baik. Manajemen yang baik harus disertai
dengan perencanaan yang matang, pengorganisasian yang matang dan
pelaksanaan
di
lapangan
yang
terkoordinasi
serta
pengawasan
dan
pengendalian yang akuntebel dan transparansi.
22
Untuk mengetahui apakah reribusi parkir sudah mencapai sasaran dan
tujuan pemerintah, maka perlu dilakukan pengawasan atau pengendalian
terhadap pelaksanaan penarikan retribusi parkir tersebut. Pengawasan ini
penting untuk diketahui, agar pelaksanaan atau pengelolaannya senantiasa
berjalan sesuai denagn harapan pemerintah dan masyarakat.
Dalam mengelola retribusi parkir selalu dikaitkan dengan sasaran dan
tujuan yang ingin dicapai. Maka dari itu, tidak terlepas dari faktor penunjang dan
faktor penghambat yaitu siapa yang mengelolanya (SDM), sistemnya (cara
pelaksanaannya), dan teknologi (alat atau media yang digunakan). Jika faktor
penunjang lebih besar atau dominan maka sasaran yang dicapai akan mudah
terwujud. Sebaliknya jika faktor penghambat lebih dominan, maka sasaran yang
dicapai akan jauh dari harapan.
II.4. Konsep Pendapatan Asli Daerah
Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku yaitu
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, tentang pemerintahan daerah, daerah
diberikan kewenangan untuk mencari dan mengembangkan penerimaanpenerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri, yang sering kita sebut dengan
pendapatan asli daerah. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat
PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kemudian menurut Undang-undang nomor 33 Tahun 2004, tentang
perimbangan keuangan antara Pemerintahan Pusat dan daerah pada pasal 6
dijelaskan pula, bahwa
23
―Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang dikelolah daerah
melalui hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan daerah, dan
hasil Pengelolahan kekayaan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah‖.
Sedangkan Pendapatan Asli Daerah Menurut JB. Kristiadi ( 1985;37 )
mengatakan bahwa :
―Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang dihasilkan daerah
melalui pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya
yang dianggap sah‖.
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber
dari hasil pajak daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan
lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasan kepada
daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan yang sangat
penting karena perolahannya dilakukan atas dasar kemampuan potensi yang
tersedia
dan
dibenarkan
oleh
undang-undang
maupun
potensi
yang
dimungkinkan sumber daya manusia di setiap daerah.
Sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang perimbangan keuanagan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) terdiri dari :
1. Pajak daerah
2. Retribusi daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
24
II.5. Konsep Retribusi Daerah
Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi
daerah. Pengertian retribusi secara umum adalah ―pembayaran-pembayaran
kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa
negara. Atau merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan
jasa balik secara langsung dan dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis
karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak
dikenakkan iuran itu.
Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 870 – 893 tahun
1992, tentang Manual Administrasi Pendapatan Daerah disebutkan :
―Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan , usaha atau milik
daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh
daerah‖.
Retribusi daerah sesuai dengan peraturan pemerintah R.I nomor 66 tahun
2001, pasal 1 point 1 bahwa yang dimaksud dengan :
―Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pemungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian jasa atau
pemberian izin tertenru yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan‖.
Dalam pasal 37 UU Nomor 22 Tahun 1948 ditegaskan bahwa :
―Retribusi Daerah adalah ―pungutan pendapatan oleh pemerintah sebagai
pengganti (kerugian) diensten yang diberikan oleh Daerah kepada siapa
saja yang membutuhkan diensten itu‖.
―Retribusi daerah yang selanjutnya di sebut retribusi (2006;71) adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan‖.
25
Panitia nastrun retribusi daerah sebagai berikut :
―Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik
daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh
daerah baik langsung maupun tidak langsung‖.
Dari pendapat para ahli di atas kita dapat menarik kesimpulan retribusi
daerah merupakan pungutan atas pemakaian atau manfaat yang diperoleh
secara langsung oleh seseorang atau badan karena jasa yang nyata pemerintah
daerah. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
pemakaian jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik
daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah.
Seperti halnya pajak daerah, retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan
undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Peraturan
Umum Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, selanjutnya untuk pelaksanaannya di
masing-masing daerah, pungutan retribusi daerah dijabarkan dalam bentuk
peraturan daerah yang mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah menurut
UU No. 28 Tahun 2009 antara lain :
1. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintaha daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
26
2. Jasa, adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan
yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
3. Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
4. Jasa Usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip-prinsip kemersial karena pada dasarnay dapat
pula disediakn oleh sektor swasta.
5. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
pemerintah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengemndalian
dan pengawasan atas kegiatan dan pemanfaatan ruang, pengguanaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasiliatas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Demikian pula, dari pendapat-pendapat di atas dapat diikhtisarkan ciri-ciri
pokok Retribusi Daerah sebagai berikut :
a. Retribusi di pungut oleh Daerah;
b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan Daerah
yang langsung dapat ditunjuk;
c. Retribusi dikenakkan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau
mengenyam jasa yang disediakan Daerah.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, retribusi jasa
umum ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini :
27
1. Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi
Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu;
b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam
rangka pelaksanaan disentralisasi;
c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus baiorang pribadi atau badan
yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani
kepentingan dan kemanfaatan umum;
d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retrubusi;
e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya;
f.
Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efesien, serta merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan
g. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut
dengan tingkat atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
Jenis-jenis Retrubusi Jasa Umum
Jenis-jenis retribusi jasa umum diatur dalam Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 Pasal 110 ayat 1, sebagaimana di bawah ini:
a) Retribusi Pelayanan Kesehatan;
28
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas,
Balai Pengobatan, dan rumah sakit Umum Daerah. Dalam retribusi
Pelayanan Kesehatan ini tidak termasuk pelayanan pendaftaran.
b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
Pelayanan
persampahan/kebersihan
pengangkutan,
dan
pembuangan
meliputi
serta
pengambilan,
penyediaan
lokasi
pembuangan/pemusnahan sampah rumah tangga, da perdagangan,
tidak termasuk pelayanan keberihan jalan umum dan taman.
c) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil;
Akta catatan sipil meliputi akta kelahiran, akta perkawinan, akta
perceraian, akta pengesahan, dan pengakuan anak, akta ganti nama
bagi warga negara asing dan akta kematian.
d) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat meliputi pelayanan
penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurungan,
pembakaran/pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman atau
pembakaran/pengabuan
mayat
yang
dimiliki
atau
dikelolah
pemerintah daerah.
e) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan
parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
f)
Retribusi Pelayanan Pasar;
Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa
pelataran, los dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan
29
untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik
Daerah, dan pihak swasta.
g) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
Pelayanan
pengujian
kendaraan
bermotor
adalah
pelayanan
pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah.
h) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
Pelayanan pemeriksaan alatt pemadam kebakaran adalah pelayanan
pemeriksaan dan/atau pengizinan oleh pemerinyah daerah terhadap
alat-alat
pemadam
kebakaran
yang
dimiliki
dan/atau
yang
dipergunakan oleh masyarakat.
i)
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
Peta adalah peta yang dibuat oleh pemerintah daerah, seperti peta
dasar (garis), peta foto, peta digital, peta tematik, dan peta teknis
(struktur).
j)
Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
Penyediaan
dan/atau
penyedotan
kakus
adalah
pelayanan
penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah. Sedangkan pelayanan penyediaan dan/atau
penyedotan kakus yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
BUMN, BUMD dan pihak swasta.
k) Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
Pengelolaan limbah cair pelayanan pengolahan limbah cair rumah
tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau
30
dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk
instalasi pengolahan limbah cair.
l)
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
Pelayanan Tera adalah pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar,
timbang, dan perlengkapannya; dan
pengujian barang dalam
keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
m) Retribusi Pelayanan Pendidikan;
Pelayanan pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.
n) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Pengendalian menara telekomunikaasi adalah pemanfaatan ruang
untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata
ruang, keamanan, dan kepentingan umum.
2. Retribusi Jasa Usaha
Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha diatur dalam undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 Pasal 126 dengan kriteria sebagai berikut :
a. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan
Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan tertentu; dan
b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komerisial yang
seyogyanya disediakan oleh sektoor swasta tetapi belum memadai
atau terdadapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum
dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
31
Jenis Retribusi Jasa Usaha
Jenis-jenis retribusi jasa usaha diatur dalam undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 Pasal 127, sebagaimana di bawah ini.
a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
Pelayanan pemakaian kekayaan daerah antara lain pemakaian tanah
dan
bangunan,
pemakaian
ruangan
untuk
pesta,
pemakaian
kendaraan/alat-alat berat/alat-alat besar milik daerah.
b) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
Pasar grosir dan/atau pertokoan adalah pasar grosir dari berbagai
jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang
disediakan/diselenggarakan oleh pemerintah daerah, tidak termasuk
yang disediakan oleh Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.
c) Retribusi Tempat Pelelangan;
Tempat pelelangan adalah tempat yang secara khusus disediakan
oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternal,
hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan adalah tempat
yang dikontrak oleh pemerintah daerah dari pihak lain untuk dijasikan
sebagai tempat pelelangan.
d) Retribusi Terminal;
Pelayanan terminal adalah tempat pelayanan penyediaan tempat
parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan
usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.
32
e) Retribusi Tempat Khusus Parkir;
Pelayanan tempat khusus parkir adalah pelayanan penyediaan
tempat parkir khusus disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
pemerintah daerah, tidak termasuk yang disedikan dan dikelola oleh
Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.
f)
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
Pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa milik daerah adalh
penyediaan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang dimiliki atau
yang dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola
Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.
g) Retribusi Rumah Potong Hewan;
Pelayanan rumah potng hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas
rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan
kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong yang dimiliki
dan/atau yang dikelolah oleh pemerintah daerah.
h) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
Pelayanan pelabuhan kapal adalah pelayanan pada pelabuhan kapal
perikanan dan/atau bukan kapal perikanan, termasuk fasilitas lainnya
di lingkungan pelabuhan kapal yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan oleh pihak swasta.
i)
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
Pelayanan tempat rekreasi dan olahraga adalah tempat rekreasi, dan
olahraga yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.
j)
Retribusi Penyeberangan di Air;
33
Pelayanan
penyeberangan
di
atas
air
adalah
pelayanan
penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan
diatas air yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak
termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah dan oleh pihak swasta.
k) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
Penjualan produksi usaha daerah adalah penjualan hasil produksi
usaha pemerintah daerah,antara lain, bibit/benih tanaman, bibit
ternak, dan bibit/benih ikan, tidak termasuk penjualan produksi usaha
badan milik negara dan badan usaha milik daerah dan pihak swasta.
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, retribusi
perizinan tertentu ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a. Perizinan
tersebut
termasuk
kewenangan
pemerintah
yang
diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi;
b. Perizinan
tersebut
benar-benar
diperlukan
guna
melindungi
kepentingan umum; dan
c. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin
tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari
perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi
perizinan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu
Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu diatur dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 141, adalah sebagaimana di bawah ini:
34
a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
Izin mendirikan bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan
suatu bangunan, termasuk dalam pemberian izin ini adalah kegiatan
peninjauan desain dan pemantapan pelaksanaan pembangunannya
agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata
ruang yang berlaku.
b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
Izin tempat penjualan minuman beralkohol adalah pemberian izn
untuk melakuakan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat
tertentu.
c) Retribusi Izin Gangguan;
Izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada
orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan
bahaya,
kerugian,
atau
gangguan,
tidak
termasuk
tempat
usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah.
d) Retribusi Izin Trayek;
Izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan
usaha untuk mnyediakan pelayanan angkuatn penumpang umum
pada suatu atau beberapa trayek tertentu. Pemberian izin oleh
pemerintah daerah dilaksanakan sesuai dengan kewenangan masingmasing daerah.
e) Retribusi Izin Usaha Perikanan.
35
Izin usaha perikanan adalah pemberian izin kepada orang pribadi
atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan
pembudidayaan ikan.
Dari buku Mardiasmo Objek Retribusi Daerah terdiri dari:
1. Jasa Umum, yaitu berupa pelayanan yang disediiakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2. Jasa usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakna oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial.
3. Perizinan Tertentu, yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan
untuk
pembinaan,
pengaturan,
pengendalian,
dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Dari buku Mardiasmo Subjek Retribusi Daerah sebagai berikut:
1. Retribusi
Jasa
Umum
adalah
orang
pribadi
atau
badan
yang
menggunakann/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
2. Retribusi
Jasa
Usaha
adalah
orang
pribadi
atau
badan
yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin dari Pemerintah daerah.
36
II.6. Konsep Retribusi Parkir
Lalu lintas yang bergerak baik yang bergerak lurus maupun belok pada
suatu saat akan berhenti. Setiap perjalanan akan sampai ketempat tujuan, dan
kendaraan yang dibawa akan di parkir atau bahkan akan ditinggal pemiliknya di
ruang parkir. Beberapa definisi parkir dari beberapa sumber diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Menurut Poerwadarmita (1976), parkir adalah tempat pemberhentian
kendaraan beberapa saat.
2.
Pignataro (1973) dan Sukanto (1985) menjelaskan bahwa parkir adalah
memberhentikan dan menyimpan kendaraan (mobil, sepeda motor,
sepeda, dan sebagainya) untuk sementara waktu pada suatu ruang
tertentu. Ruang tersebut dapat berupa tepi jalan, garasi atau pelataran
yang disediakan untuk menampung kendaraan tersebut.
3. Dijelaskan dalam buku peraturan lalu lintas (1998) pengertian dari parkir
yaitu tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama
atau sebentar tergantung kendaraan dan kebutuhan.
4. Parkir adalah tempat menempatkan/memangkal dengan memberhentikan
kendaraan angkutan/barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada
suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Warpani,1988).
5. Sedangkan menurut Kepmen Perhub No. 4 Th. 1994, parkir adalah
keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan parkir merupakan
tempat pemberentian sementara kendaraan seperti motor,mobil dan lain-lain
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan pemilik kendaraan.
37
II.6.1. Istilah-Istilah yang Digunakan dalam Parkir
Dalam membahas masalah perparkiran, perlu diketahui beberapa istilah
penting, yaitu sebagai berikut :
1. Kapasitas Parkir : kapasitas parkir (nyata)/kapasitas yang terpakai dalam
satu satuan waktu atau kapasitas parkir yang disediakan (parkir kolektif)
oleh pihak pengelola.
2. Kapasitas Normal : kapasitas parkir (teoritis) yang dapat digunakan
sebagai tempat parkir, yang dinyatakan dalam kendaraan. Kapasitas
parkir dalam gedung perkantoran tergantung dalam luas lantai bangunan,
maka makin besar luas lantai bangunan, makin besar pula kapasitas
normalnya.
3. Durasi Parkir : lamanya suatu kendaraan parkir pada suatu lokasi.
4. Kawasan parkir : kawasan pada suatu areal yang memanfaatkan badan
jalan sebagai fasilitas dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu
masuk.
5. Kebutuhan parkir : jumlah ruang parkir yang dibutuhkan yang besarnya
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat pemilikan kendaraan
pribadi, tingkat kesulitan menuju daerah yang bersangkutan, ketersediaan
angkutan umum, dan tarif parkir.
6. Lama Parkir : jumlah rata-rata waktu parkir pada petak parkir yang
tersedia yang dinyatakan dalam 1/2 jam, 1 jam, 1 hari.
7. Puncak Parkir : akumulasi parkir rata-rata tertinggi dengan satuan
kendaraan.
8. Jalur sirkulasi : tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang
masuk dan keluar dari fasilitas parkir.
38
9. Jalur gang : merupakan jalur dari dua deretan ruang parkir yang
berdekatan.
10. Retribusi parkir : pungutan yang dikenakan pada pemakai kendaraan
yang memarkir kendaraannya di ruang parkir.
Retribusi Parkir Tepi Jalan dan Retribusi Parkir Khusus
a) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan
parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
b) Retribusi Tempat Khusus Parkir;
Pelayanan tempat khusus parkir adalah pelayanan penyediaan
tempat parkir khusus disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
pemerintah daerah, tidak termasuk yang disedikan dan dikelola oleh
Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.
II.7. Retribusi Daerah sebagai kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Seperti yang diketahui kegiatan pemerintah semakin meningkatkan baik
dalam masyarakat kapitalis maupun sosial. Sebagai konsekwensinya, maka
diperlukan pembiayaan-pembiayaan dari pengeluaran pemerintah yang tidak
sedikt jumlahnya sesuai dengan semakin luasnya kegiatan itu dapat dipenuhi,
maka pemerintah memerlukan penerimaan.
Pembangunan
daerah
dan
penyelenggaraan
pemerintah
daerah
membutuhkan dana, dana tersebut dapat digali dari potensi daerah tersebut atau
dapat pula berasal dari luar daerah. Untuk peranan pemerintah dalam
melaksanakan pengelolaan keuangan dengan pendapatan asli daerah harus
ditingkatkan dan disempurnakan serta diupayakan agar pemerintah daerah
mempunyai sumber dana untuk menyelenggarakan tugasnya. Sehingga
39
pelayanan pemerntah daerah sejalan dengan usaha-usaha pembangunan
nasional dan dalam penyelenggaan perencanaan anggaran belanja dan belanja
daerah prinsip anggaranberimbang dan dinamis dijalankan. Anggaran berimbang
yang dimaksudkan untuk meningkatkan anggaran penerimaan daerah dan
semakin berkurangnya ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat.
Untuk mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab kepada
daerah, perlu diberikan wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan rumah
tangganya endiri dengan sebaik-bsiknya maka perlu diberikan sumber-sumber
pembiayaan dan diwajibkan untuk menggali sumber-sumber tersebut.
Sumber-sumber pendapatan tersebut diatur dalm undang-undang No.33
Tahun 2004 Bab V pasal 6, antara lain :

Hasil pajak daerah adalah pungutan daeraah menurut peraturan pajak
yang ditetapkan oleh daerah untuk membiayai rumah tangganya sebagai
badan hukum publik.

Hasil retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, atau usaha atau
milik daerah yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah.

Hasil perusahaan daerah adalah bagian laba dari perusahaan daerah
untuk membiayai pembangunan.

Lain-lain usaha daerah yang sah adalah pendapatan asli daerah yang
berasal dari sumber lain dari pajak lainnya.
Sumber-sumber pendapatan tersebut yang diterima dari pengelolaan
keuangan merupakan kontribusi dalam bentuk pajak daerah dan retribusi daerah
untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber-sumber tersebut
40
dikelola dengan baik untuk
peningkatan kesejahtraan masyarakat
dan
pembangunan daerah.
Kontribusi dalam bentuk retribusi daerah yang diterima oleh Pemerintah
Daerah berbeda dengan daerah lainnya tergantung dari potensi yang dimiliki
oleh daerah itu sendiri.
II.7. Perbedaan Pajak Dengan Retribusi
Dalam
pemikiran
umum
masyarakat,
pungutan
pajak
seringkali
disamakan dengan retribusi. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa keduanya
merupakan pembayaran kepada pemerintah dan dalam pemungutannya sama
sama didasarkan pada aturan hukum yang jelas dan kuat. Pandangan ini tidak
sepenuhnya benar karena pada dasarnya terdapat perbedaan yang besar antara
pajak dan retribusi.
Perbedaan tersebut antara lain :
a. Kontra prestasinya. Pada retribusi kontra prestasinya dapat ditunjuk
secara langsung dan secara individu dan golongan tertentu sedangkan
pada pajak kontra prestasinya tidak dapat ditunjuk secara langsung.
b. Balas jasa pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan tujuan pembayaran yaitu
pajak balas jasa pemerintah berlaku untuk umum, seluruh rakyat
menikmati balas jasa , baik yang membayar pajak maupun yang
dibebaskan dari pajak. Sebaliknya pada retribusi, balas jasa pemerintah
berlaku khusus, hanya dinikmati oleh pihak yang telah melakukan
pembayaran retribusi.
c. Sifat pemungutannya. Pajak besifat umum, artinya berlaku untuk semua
orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sementara retribusi
41
hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa
pemerintah yang dapat ditunjuk.
d. Sifat pelaksanaannya. Pemungutan retribusi didasarkan atas peraturan
yang berlaku umum dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan , yaitu
setiap orang yang ingin mendapatkan suatu jasa tertentu dari pemerintah
harus membayar retribusi. Jadi, sifat paksaan pada retribusi bersifat
ekonomis sehingga pada hakikatnya diserahkan pada pihak yang
bersangkutan untuk membayar atau tidak. Hal ini berbeda dengan pajak,
dimana sifat paksaan pada pajak adalah yuridis artinya bahwa setiap
orang yang melanggarnya akan mendapat sanksi hukuman baik berupa
sanksi pidana maupun berupa denda.
e. Lembaga atau badan pemungutnya. Pajak dapat dipungut oleh
pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah sedangkan retribusi hanya
dapat dipungut oleh pemerintah daerah.
Ada berapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pengelolaan
penerimaan retribusi yaitu :
a. Pengelolaannya Harus Adil Artinya, adil dalam Perundang-undangan dan
mampu bersikap adil dalam hal pelaksanaannya. Dimana pembangunan
itu bukanlah beban sepihak tapi merupakan bersama yang harus dipikul
tanggung jawabnya.
b.
Pengelolaanya Harus Berdasaerkan Perundang-undangan Dalam hal
pelaksanaan pengelolaan retribusi harus berpatokan pada peraturan yang
berlaku untuk memberikan jaminan hukumm pada wajib retribusi. Untuk
menjamin keadilan secara tegas, dengan berdasar pada Undang-undang
Dasar 1945 Pasal 23 ayat 2, yang berbunyi : ―pengenaan dan
42
pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk keperluaan Negara
hanya boleh terjadi berdasar Undang-undang‖.
c. Pengelolaanya Tidak Menunggu Perekonomian Diusahakan adanya
keseimbangan dalam hal pengelolaan retribusi untuk membantu jalanya
perekonomian.
d. Pengelolaan Harus Efisien, Dalam artian bahwa pengelolaan sedapat
mungkin cukup untuk menutupi sebagian pengeluaran-pengeluaran
Daerah. Untuk pengelolaannya sedapat mungkin memperhatikan efisiensi
ekonomi dari segi hasil dan usaha (biaya), serta perlunya penetapan
pengelolaan yang sederhana.
II.8. Kerangka Konsep
Dalam pelaksanaan otonomi, dituntut kemampuan daerah dalam
memanfaatkan semua potensi yang ada di daerah dalam rangka melaksanakan
pemerintahannya. Salah satunya adalah penerimaan dari pendapatan asli
daerah (PAD). Untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) maka
pemerintah
daerah
harus
berusaha
menggali
semua
sumber-sumber
pendapatan daerah yang lain, salah satunya Retribusi parkir. Akan tetapi
penerimaan dari sektor Retribusi Parkir ini belum maksimal terutama dalam hal
pemungutan retribusi parkir.
Untuk mengetahui pengelolaan retribusi parkir di Kota Makassar dapat
dilihat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi setiap permasalahan dalam
pengelolaan retribusi parkir yang dalam pengelolaannya dibedakan atas 4 bagian
sesuai konsep dari George R. Terry yaitu perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan
dan
pengawasan,
kemudian
mengarah
dalam
rangka
mengoptimalkan pemungutan retribusi parkir.
43
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan landasan pokok dan menjadi salah satu fungsi
manajemen
yang
memegang
peranan
penting
dalam
menjamin
tercapainya tujuan yang diinginkan. Dalam penyusunan rencana yang
baik, butuh data dan informasi yang akurat dalam penelitian dan
pembuktian lapangan.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi
yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang
dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang kebih kecil.
3) Penggerakkan (Actuating)
Penggerakan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang
mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan
tenaganya secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan suatu
organisasi.
4) Pengawasan (controlling)
Pengawasan
merupakan
fungsi
manajemen
yang
dimaksudkan
untukmengetahui apakan pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah
disusun sebelumnya, dalam artian pengawasan membandingkan antara
kenyataan
dengan
standar
yang
telah
ditentukan
sebelumnya.
Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan mengadakan
koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari rencana
yang telah disusun.
44
Di dalam menjawab pokok permasalahan digambarkan kerangka pikir di
bawah ini yang menjadi landasan berfikir, sebagai berikut :
Teori pengelolaan
George.R. Terry
PENGELOLAAN
RETRIBUSI
PARKIR
1.PERENCANAAN
2.PENGORGANISASIAN
3.PENGGERAKAN
OPTIMALISASI
PEMUNGUTAN
RETRIBUSI
PARKIR
4.PENGAWASAN
1. PENGAWASAN
Gambar 1. Kerangka Pikir
45
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari seorang atau
lembaga. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, dan kalau
dikaitkan dengan pengelolaan retribusi parkir di Kota Makassar, maka metode
penelitian yang paling tepat digunakan adalah deskriptif.
Penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif dilakukan dalam
wilayah yang luas mengingat hal yang dicari secara mendalam berada dalam
wilayah kegiatan yang berkaitan dengan wilayah administrasi pengelolahan
retribusi parkir di Kota makassar. Kecenderungan untuk menggunakan metode
penelitian ini berdasarkan kepada metode ini dianggap sangat relevan dengan
materi penulisan skripsi, karena penelitian yang dilakukan hanya bersifat
deskriptif, yaitu mengambarkan apa adanya dari kejadian yang diteliti. Selain itu,
guna memperoleh data yang objektif dan valid dalam rangka memecahkan
permasalahan yang ada.
III.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya
dan Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.
46
III. 3. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel satu
dengan variabel yang lainnya.
Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan bagaimana
adanya
fakta-fakta
menganalisa
dan
yang
ditemukan
menafsirkan
pada
fakta-fakta
masa
sekarang,
tersebut
serta
selanjutnya
mengambil
kesimpulannya. Jadi dalam penelitian ini penulis menggambarkan Pengelolahan
Retribusi Parkir di Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya.
III.4. Unit Analisis
Desain penelitian yang dikategorikan sebagai studi kasus, ditentukan oleh
unit analisisnya, yin (2006). Dalam penyusunan penelitian ini, penulis
menggunakan unit analisis Kelompok aktor atau organisasi dalam hal ini Dinas
Pendapatan Daerah Kota Makassar dan Perusahaan Daerah Parkir sebagai
aktor yang terlibat dalam Pengelolahan Retribusi Parkir di Kota Makassar.
Penentuan unit analisis ini didasarkan pada pertimbangan objektif bahwa
berbagai variabel dan indikator dalam kajian ini lebih lanjut dideteksi dengan
pendekatan kelompok aktor atau organisasi.
III.5. Jenis Sumber Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan cara
Menurut Lofland (1984;47) sebagaimana yang dikutip Lexi J Moeleong bahwa
47
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
Penelitian dilakukan pada dua sumber, yaitu penelitian yang dilakukan
dalam penelitian lapangan dan dari penelitian akan didapatkan dua jenis data
yaitu :
III.5.1. Data sekunder
Data sekunder yang bersumber dari hasil olahan instansi atau sesuatu
lembaga tertentu bukan saja untuk kepentingan lembaganya tetapi juga untuk
pihak lain yang membutuhkan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh landasan
atau kerangka pemikiran yang digunakan untuk membahas hasil penelitian.
III.5.2. Data primer
Penelitian ini disebut Field Research, dimana penulis langsung
berkomunikasi dengan sumber data berupa data primer kemudian untuk
memperoleh data dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data
dengan menerapkan teknik penggumpulan data yang dapat disebutkan pada
uraian selanjutnya.
III.6. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang benar-benar tahu atau
pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan ini
harus banyak pengalaman tentang penelitian, serta dapat memberikan
pandangannya tentang nilai-nilai, sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi
latar penelitian setempat.
48
Dalam penelitian ini informan yang peneliti maksudkan adalah subyek
yang diharapkan dapat memberikan keterangan dan informasi tentang hal-hal
yang akan diteliti dan dipandang sebagai para informan adalah terdiri dari :
a) Dirut. Utama PD Parkir Makassar
b) Dirut. Operasional
c) Kepala Bidang Keuangan
d) Kepala Bidang Umum
e) Kepala Bidang Produksi
f)
Kepala Bidang Pengelolaan
g) Kasie Penagihan
h) Petugas Pemungut Retribusi
i)
Juru Parkir Resmi
III.7. Fokus Penelitian
Secara ilmiah Fokus Penelitian digunakan sebagai dasar dalam
pengumpulan data sehingga tidak terjadi bias terhadap data apa yang diambil.
Dalam pemakaian praktis, Fokus Penelitian dapat berperan menjadi penghilang
bias dalam mengartikan suatu ide/maksud yang biasanya dalam bentuk tertulis.
Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman terhadap konsep-konsep
penting yang digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan Fokus
Penelitian sebagai berikut :
1. Retribusi parkir merupakan salah satu jenis retribusi yang ada di kota
makassar yang keberadaannya
dimanfaatkan oleh
pemerintah Kota
Makassar untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
49
2. Pengelolaan, merupakan proses yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah
Parkir Kota Makassar dalam usaha mengoptimalkan pemungutan retribusi
parkir yang terdiri atas empat bagian, yaitu:
-
Perencanaan yaitu penentuan pokok-pokok tujuan dan sasaran dalam
pemungutan retribusi parkir.
-
Pengorganisasian yaitu pembagian pekerjaan, pembatasan tugas dan
tanggung jawab serta penetapan hubungan antara unsur-unsur dalam
pelaksanaan pemungutan retribusi parkir.
-
Penggerakan yaitu usaha pimpinan atau atasan dalam menggerakkan
setiap orang/pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan pemungutan
retribusi parkir di PD Parkir Makassar Raya dan dalam pelaksanaan
kesejahtraan juru parkir di Kota Makassar.
-
Pengawasan, fungsi pengawasan keempat adalah pengawasan
(controlling). Fungsi tersebut menyangkut semua aktivitas yang
dilaksanakan oleh pihak manajer atau pimpinan dalam upayanya
memastikan
bahwa
hasil
aktual
sesuai
dengan
hasil
yang
direncanakan. Pengawasan yang dimaksud disini adalah proses
pemantauan langsung yang dilakukan oleh Tim Penertiban Parkir.
Sedangkan proses pemantauan tidak langsung dilakukan oleh Tim
Pengawasan Parkir kemudian di laporkan kepada atasan/pemimpin.
III.8. Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data dan informasi serta keterangan-keterangan bagi
kepentingan penulis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
instrumen sebagai berikut :
1. Wawancara
50
Penelitian mengadakan tanya jawab dengan para informan untuk
memperoleh data mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan
masalah pembahasan skripsi ini dalam hal melakukan wawancara
digunakan
pedoman
pertanyaan
yang
disusun
berdasarkan
kepentingan masalah yang diteliti.
2. Observasi
Pengamatan dilakukan terhadap Pengelolahan Retribusi Parkir.
3. Study Kepustakaan
Penelitian kepustakaan atau Library research adalah penelitian yang
digunakan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku,
majalah, peraturan Perundang-undangan dan bahan-bahan lainnya
yang erat hubungannya dengan proposal ini.
4. Telaah Dokumen
Telaah dokumen yaitu mengkaji dokumen-dokumen baik berupa buku
referensi maupun peraturan maupun pasal yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan penulis. Telaah dokumen dilakukan dengan
cara penelusuran terhadap beberapa dokumen yang berkaitan
dengan objek penelitian guna mendapatkan data sekunder yang akan
digunakan dalam menganlisis permasalahan, yaitu yang berhubugan
dengan teori-teori, undang-undang dan dokumen tentang Retribusi
Parkir.
III.9. Teknik Pengelolahan Data dan Analisis Data
Teknik analisa dilakuakan secara kualitatif, yang dibantu dengan data
angka yang dikualifikasikan melalui tabel frekwensi. Menurut Bogdan dan Biken
(1982), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
51
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensistesiskannya, dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Di dalam melakukan analisis data penelitian
mengacu kepada beberapa tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman yang
terdiri dari beberapa tahapan antara lain :
1. Pengumpulan Informasi melalui wawancara terhadap key informan yang
comportable terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke
lapangan
untuk
menunjang
penerimaan
yang
dilakukan
agar
mendapatkan sumber data yang diharapkan.
2. Reduksi Data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan
perhatian kepada penyerdehanaan, transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti tujuan diadakan
transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang
dianggap sesuai dan tidak sesuai dengan masalah yang menjadi pusat
penelitian di lapangan.
3. Penyajian data (data display), yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam
bentuk naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan
mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih
kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian penjelasan.
4. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion
drawing/verivication), yang mencari pola-pola penjelasan, konfigurasi
yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan
dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan
ulang pada catatan-catatan di lapangan sehingga data-data dapat diuji
validitasnya.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
IV.1.1. Profil Kantor Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya
Penelitian ini hanya mengambil satu lokasi yang dijadikan tempat
penelitian yang merupakan Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya sebagai
lokasi yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini. Lokasi penelitian ini
diharapkan dapat mewakili keadaan pengelolaan perparkiran di Kota Makassar.
Perusahaan Daerah (PD) Parkir Kota Makassar didirikan berdasarkan Peraturan
Daerah (Perda) Kotamadya DATI II Ujung Pandang No. 5 Tahun 1999, tentang:
pendirian Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya Kotamadya Daerah Tingkat
II Ujung Pandang No.19 Tahun 1999, Seri D, Nomor 6, kemudian diubah dengan
Perda Kota Makassar, No.16, Tahun 2006.
Pemikiran Pemerintah Kota Makassar untuk membentuk Perusahaan
Parkir Makassar Raya didasari atas prinsip-prinsip efesiensi dan efektivitas
pencapaian tujuan pelayanan dari sektor perparkiran kepada masyarakat Kota
Makassar. Di samping itu kegiatan perparkiran di kota Makassar juga merupakan
salah satu objek yang mempunyai prospek untuk menunjang Pendapatan Asli
Daerah (PAD) kota Makassar. Jadi dengan kehadiran Perusahaan Daerah Parkir
Makassar Raya, selain diharapkan menunjang pelaksanaan otonomi daerah juga
dapat meningkatkan PAD Kota Makassar.
Lewat pertimbangan dan evaluasi mendalam, baik dari segi potensi
kendaraan, daya dukung ruas jalan sebagai lahan parkir tepi jalan, manajemen
pengelolaan Badan Pengelola Perparkiran yang selama ini menjalin kerjasama
53
dengan pihak ketiga, serta hakekat UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
daerah yang memerlukan adanya upaya penggalian sumber potensi riil daerah
sebagai sumber PAD, amak pada bulan April 1999 Pemerintah Kota mengajukan
Rancangan Peraturan Daerah PD Parkir Makassar Raya kepada DPRD Kota
Makassar. Rancangan ini kemudian ditetapkan menjadi Peraturan Daerah No. 5
Tahun 1999, dan Lembaran Daerah No. 19/1999 Seri D. No.6.
PD Parkir Makassar Raya mulai disahkan pada 23 Agustus 1999. Sesuai
dengan perkembangan kondisi dan kebutuhan di lapangan, maka berdasarkan
SK Walikota Makassar, No 7040 Tahun 1999, struktur Organisasi PD Parkir Kota
Makassar berubah menjadi masing-masing terdiri dari 3 Direktur, 4 Kepala
Bagian, dan 12 Kepala Seksi. Perusahaan Daerah ini secara efektif mulai
beroperasi pada tanggal 1 September 2000.
Saat ini, daerah operasional pelayanan retribusi perparkiran yang meliputi
tugas dan tanggung jawab PD Parkir Kota Makassar meliputi seluruh wilayah
Kota Makassar yang terdiri dari 14 Kecamatan, 143 Kelurahan, 971 RW dan
4789 RT, dengan luas 175,77 Km². Dari total luas tersebut, hingga saat ini yang
terlayani pelayanan jasa retribusi parkir PD Parkir Kota Makassar baru sekitar
67% (117,76 km²).
IV.1.2. Visi dan Misi Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya
PD Parkir Makassar Raya sebagai salah satu badan usaha dalam lingkup
Pemerintah Kota Makassar merupakan manifestasi dan perpanjangan tangan
Pemerintah Kota dalam mengelola sektor perparkiran. Untuk itu perusahaan ini
telah merumuskan visi dan misi sebagai berikut :
54
-
Visi
Menjadikan PD. Parkir Kota Makassar sebagai perusda terbaik dalam
memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat
dan
terbesar
dalam
memberikan kontribusi terhadap PAD Kota Makassar.
-
Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut dirumuskan ke dalam 4 misi utama
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (pegawai) di lingkungan PD.
Parkir Kota Makassar pada semua tingkatan dan jabatan;
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana perparkiran
guna menunjang kinerja perusahaan.
3. Menggali areal kawasan perparkiran baru yang potensial secara terus
menerus, seiring dengan arah perkembangan Kota Makassar menuju
kota maritim dan perdagangan dunia;
4. Meningkatkan kesejahtraan karyawan PD. Parkir Kota Makassar sebgai
stimulan dalam rangka meningkatkan motivasi. Loyalitas, kreativitas dan
responsibilitas karyawan terhadap perusahaan.
Misi merupakan dan perwujudan dari visi yang telah dirumuskan PD
Parkir Makassar Raya. Untuk mencapai misi telah dirumuskan diatas, PD Parkir
Makassar Raya perlu untuk membuat langkah-langkah yang dituangkan dalam
misi perusahaan. Visi dan misi harus sejalan sehingga dapat tercapai tujuan
yang diinginkan. Visi dan misi ini dirumuskan setelah perusahaan mengetahui
kekuatan, kelemahan serta lebih dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman
yang dihadapi perusahaan.
55
PD Parkir Makassar Raya meyakini bahwa untuk menjadi salah satu
perusahaan daerah yang terbaik kinerjanya, maka perusahaan harus melkukan
langkah-langkah sebagai berikut :
Mengembangkan kemampuan SDM sebagai aset strategis perusahaan,
menerapkan prinsip-psrinsip Good Governance
dan menerapkan budaya-
budaya perusahaan secara konsekuen dan terus menerus pada semua level
organisasi yang ada dilingkungan internal perusahaan. Disadari bahwa
implementasi misis yang telah dirumuskan idak mungkin berjalan tanpa adanya
hambatan maupun tantangan.
IV.1.3. Nilai dan Sasaran
Dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab dan fungsi sebagai sebuah
perusahaan daerah, PD Parkir Makassar Raya senantiasa menganut prinsipprinsip nilai budaya perusahaan (corporate culture) dengan berlandaskan budaya
kualitas (quality culture), budaya bisnis (business culture). Sasaran yang ingin
dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan Perusahaan Daerah yang mampu memberikan pelayanan
jasa perparkiran kepada masyarakat secara optimal dan memuaskan.
2. Mengoptimalkan pendapatan dalam rangka upaya untuk menjadikan
perusahaan daerah yang terbesar dalam memberikan kontribusi terhadap
PAD Kota Makassar.
3. Meningkatkan mutu fasilitas, prasarana, sarana dan teknologi perparkiran
4. Menertibkan
kawasan-kawasan/areal
perparkiran
di
seluruh
Kota
Makassar Raya menjadi lebih mana, nyaman dan memuaskan
5. Melakukan penertiban juru parkir liar
56
6. Memupuk dan mengembangkan kerjasam kemitraan dengan dunia
usaha, perguruan tinggi dan lebaga-lembaga iptek baik di dalam maupun
diluar
negeri
dalam
rangka
pengembangan
organisasi
perusda
perparkiran dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
IV.1.4. Tugas dan Fungsi Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya
PD Parkir Makassar Raya sebagai salah satu badan usaha dalam lingkup
Pemerintah Kota Makassar merupakan manifestasi dan perpanjangan tangan
Pemerintah Kota dalam mengelola sektor perparkiran. PD. Parkir Makassar raya
diharapkan dapat menunjang pelaksanaan otonomi daerah juga dapat
meningkatkan PAD Kota Makassar.
1. Badan Pengawas
Badan pengawas bertugas mengawasi dan membina perusahaan secara
terus menerus baik secara langsung maupun tidak langsung, baik diminta
maupun tidak diminta.
Fungsi dari badan pengawas PD Parkir Makassar Raya adalah sebagai
berikut :
-
Merumuskan kebijaksanaan untuk perusahaan secara terarah dalam
bidang penanaman modal untuk penggunaan dana sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah baik jangka pendek maupun jangka panjang;
-
Meneliti dan mengevaluasi lebih lanjut atas laporan perhitungan usaha
Perusahaan Daerah.
-
Membuat kebijaksanaan dan menetapkan kedudukan kepegawaian
Perusahaan daerah dan penghasilannya sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
57
-
Melaksanakan fungsi lain yang dianggap perlu oleh Badan Pengawas
dalam mengembangkan Perusahaan Daerah sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
2. Direktur Utama PD. Parkir
Direktur utama mempunyai tugas untuk mengkoordinir dalam bidang
teknik operasional perparkiran bidang umum termasuk pengelolaan keuangan
dana administrasi untuk mencapai tujuan. Direktur Utama juga bertugas untuk
memberika laporan kepada Badan Pengawas terdiri dari Neraca dan
Perhitungan Laba/Rugi, Laporan keuangan dan Operasi
Fungsi dari Direktur Utama PD. Parkir Makassar Raya adalah sebagai
berikut :
-
Merumuskan
strategi
kebijaksanaan
yang
Perusahaan
ditetapkan
Daerah
oleh
dan
Badan
menjalankan
Pengawas
dalam
melaksanakan operasi Perusahaan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
-
Secara
berkala
meninjau
kembali
dan
menilai
berbagai
fungsi
Perusahaan Daerah;
-
Secara berkala mengadakan penilaian terhadap manfaat dan efisiensi
dari sistem dan prosedur administrasi yang berlaku;
-
Sebagai pengambil inisiatif dalam penempatan, pemindahan, dan
pemberhentian pegawai serta menetukan batas ganti rugi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
58
3. Direktur Umum PD. Parkir
Direkrut umum mempunyai tugas dalam mengkoordinasikan dan
mengendalikan
kegiatan
di
bidang
administrasi
umum,
keuangan
dan
kesekretariantan.
Direktur umum PD. Parkir Makassar Raya mempunyai fungsi sebagai
berikut :
-
Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan, serta
mengatur penggunaan kekayaan perusahaan;
-
Mengendalikan pendapat dar hasil penagihan baik dari tarif perparkiran
maupun iuran usaha perparkiran;
-
Sebagai pengawas dan mengusahakan penagihan retribusi secara
intensif dan efektif;
-
Sebagai pengawas penyususnan anggaran belanja/menetapkan modal
kerja
perusahaan
meruumuskan
dan
menetapkan
kebijaksanaan
perusahaan keuangan lebih baik dan efektif bersama dengan direktur
lainnya.
-
Mengadakan penyelenggaraan pembukuan yang “up to Date” dan menilai
laporan keuangan untuk menyusulkan perbaikan pada posisi keuangan
dan persedian barang kepada Direktur Utama.
-
Menetapkan kebijaksanaan dan menandatangani surat edaran dan
pengunguman mengenai tata tertib perusahaan daerah dan kepegawaian
yang dapat memperlancar kegiaan dan meningkatkan efisiensi kerja
kepada karyawan atas persetujuan Direktur Utama.
59
4. Direktur Operasional PD. Parkir
Direktur operasional mempunyai tugas dalam hal merencanakan,
memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan-kegiatan bagian
produksi dan bagian pengelolaan.
Adapun fungsi dari Direktur operasional PD. Parkir Makassar Raya
adalah sebagai berikut :
-
Menetapkan kebijakan teknis pngelolaan dan kegiatan operasi lebih
efisien, efektif dan murah;
-
Merencanakan dan melaksanakan sistem pengelolaan parkir pada unitunit parkir dan pelataran parkir yang dikelola swasta;
-
Mengatur tata cara pelayanan perparkiran sebaik-baiknya bagi pemakai
jasa
(masyarakat)
serta
menyusun
kegiatan
pembinaan
teknik
operasional perparkiran
-
Menyusun
rencana
dan
program
kerja
pelayanan
Operasioanl
Pengelolaan Perparkiran.
-
Melaksanakan pengendalian, pengawasan segala bentuk peralatan
operasional dan peralatan kerja/alat pelindung diri milik Perusahaan
Daerah.
IV.1.5. Susunan Organisasi Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya
Susunan organisasi pegawai PD. Parkir Kota Makassar berdasarkan SK
Walikota Makassar, No 7040 Tahun 1999 masing-masing terdiri dari :
a. Badan Pengawas
b. Direktur Utama
c. Direktur Operasional
1. Kabag. Umum
60
-
Kasie. Administrasi dan Kepegawaian
-
Kasie. Perlengkapan
-
Kasie. Humas
2. Kabag. Keuangan
-
Kasie. Anggaran
-
Kasie. Pembukuan
-
Kasie. Kasir
d. Direktur Operasional
1. Kabag. Produksi
-
Kasie. Penetapan
-
Kasie. Penagihan
-
Kasie. Peralatan
2. Kabag. Pengelolaan
-
Kasie. Pendataan
-
Kasie. Peralataran Umum
-
Kasie. Insidentil
Struktur organisasi pegawai PD. Parkir Kota Makassar berdasarkan SK
Walikota Makassar, No 7040 Tahun 1999 dapat dilihat pada bagan dihalaman
lampiran.
IV.1.6. Keadaan Pegawai Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya
Pegawai adalah pelaksana tugas perkantoran baik dari segi fisik maupun
dari segi materialnya. Dalam hal ini pegawai adalah manusia yang mempunyai
sifat keterbatasan pikiran, waktu, tenaga, dan lain-lain. Dari keterbatasanketerbatasan yang ada kiranya perlu mendapat suatu bentuk pembinaanpembinaan, seperti pelatihan kerja dan sebagainya.
61
Efektif tidaknya suatu organisasi tetap tergantung pada orang-orang yang
membantu dalam menyukseskan pengelolaan retribusi parkir yang ada dalam
kantor tersebut. Kualitas dan kemampuan dari para pegawai tentunya menjadi
tolak ukur dalam pelaksanaan kerja yang optimal sehingga mencapai tujuan
yang telah direncanakan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dapat dilihat keadaan
pegawai pada Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya sebagai berikut :
Tabel 2
Keadaan Pegawai Negeri Sipil pada Perusahaan Daerah Parkir Makassar
Raya Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah Pegawai
Persentase
1
Laki-Laki
78
60
2
Perempuan
25
40
103
100%
JUMLAH
Sumber : Diolah dari data sekunder bagian umum Perusahaan Daerah
Parkir Makassar, 29 Maret 2012
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai berjenis
kelamin laki-laki dengan jumlah 78 orang. Sedangkan perempuan hanya
berjumlah 25 orang.
62
Tabel 3
Keadaan Pegawai Negeri Sipil pada Perusahaan Daerah Parkir Makassar
Raya Berdasarkan Usia Pegawai Tetap
No
Usia
Jumlah
Persentase
1.
17 – 35
9
25
2.
36 – 45
35
57
3.
46 – 58
7
18
Jumlah
51
100%
Sumber : Diolah dari data sekunder bagian umum Perusahaan Daerah
Parkir Makassar, 29 Maret 2012
Tabel 4
Keadaan Pegawai Negeri Sipil pada Perusahaan Daerah Parkir Makassar
Raya Berdasarkan Usia Pegawai Kontrak/Honorer
No
Usia
Jumlah
Persentase
1.
17 – 35
33
67
2.
36 – 45
13
23
3.
46 – 58
6
10
52
100%
Jumlah
Sumber : Diolah dari data sekunder bagian umum Perusahaan Daerah
Parkir Makassar, 29 Maret 2012
Pada tabel 3 dan 4 menjelaskan bahwa faktor usia berpengaruh terhadap
kecepatan/ketangkasan kerja seseorang. Usia pegawai lebih dari 17 tahun
sampai dengan 35 tahun akan lebih gesit daripada pegawai yang berusia 46
tahun sampai dengan 58 tahun akan bekerja lebih lamban.
63
Baik dilihat dari pegawai tetap maupun pegawai kontrak (Honorer).
Dengan demikian diharpakn terjalin komunikasi dan koordinasi dengan baik
sehingga target dan perencanaan yang ditetapkan akan tercapai dengan optimal.
Selanjutnya penulis akan memberikan gambaran tentang keadaan
pegawai berdasarkan golongan kepangkatan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 5
Keadaan Pegawai Negeri Sipil pada Perusahaan Daerah Parkir Makassar
Raya Berdasarkan Golongan
No.
Pangkat/Golongan
Jumlah Pegawai
Persentase
1.
I/CII
6
12%
2.
BI
14
27%
3.
CIII
11
21,5%
4.
I/BIV
2
8%
5.
BIII
7
10,5%
6.
I/BII
8
15%
7.
BI
3
6%
Jumlah
51
100%
Sumber : Diolah dari data sekunder bagian umum Perusahaan Daerah
Parkir Makassar, 29 Maret 2012
Pada tabel 5 bahwa golongan pegawai juga pada kinerja seseorang
sehingga dengan demikian diharapkan dapat terjalin dengan baik antara atasan
dan bawahan sehingga terjalin koordinasi dan terbina kerjasama yang baik dan
target yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai.
64
Selanjutnya pada tabel dibawah ini, diuraikan keadaan tingkat pendidikan
yang dimiliki aparat yang ada pada Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya
sebagai berikut :
Tabel 6
Keadaan Pegawai Negeri Sipil pada Perusahaan Daerah Parkir Makassar
Raya Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
S2
4
5,7
2
S1
33
34
3
Diploma
7
7,6
4
SLTA
46
47,4
5
SLTP
5
5,3
95
100 %
JUMLAH
Sumber : Diolah dari data sekunder bagian umum Perusahaan Daerah
Parkir Makassar, 29 Maret 2012
Dari tabel diatas yang ditinjau dari strata pendidikannya, pegawai di
lingkungan PD Parkir Kota Makassar llebih didominasi tenaga lulusan SLTA
sebanyak 46 orang (47,4%), selebihnya terdiri dari: 33 oarng tenaga lulusan
Sarjana S1 (34%), 7 orang tenaga lulusan Diploma (7,6%) dan 5 orang tenaga
lulusan SLTP (5,3%) dan 4 orang tenaga lulusan Magister S2 (5,7%).
Dari persentase tersebut menggambarkan bahwa latar belakang
pendidikan yang dimiliki pegawai pada PD. Parkir Makassar Raya sudah
proporsional karena sebagian besar berpendidikan SLTA dan Strata 1 (S1),
semakin tinggi pendidikan seseorang akan menggambarkan tingkat kemampuan
dan kecakapan seseorang dalam berperilaku, bertindak dalam pelaksanaan
tugas pekerjaan yang telah ditentukan dan sesuai dengan kemampuan yang
65
dimiliki. Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
menunjang pekerjaan seseorang dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
IV.2. Hasil dan Pembahasan
IV.2.1. Pengelolaan Retribusi Parkir
Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen merupakan suatu
proses, yang diartikan sebagai usaha yang sistematis untuk menjalankan suatu
pekerjaan untuk mencapai tujuan. Proses ini merupakan serangkaian tindakan
yang berjenjang, berlanjut dan berkaitan dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Proses tersebut merupakan kaitan antara fungsi dari
manajemen menurut George R. Terry yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
Demikian pula pada pengelolaan retribusi parkir di Kota makassar yang
dikelola oleh Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya yang senantiasa
menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaannya agar dalam
pelaksanaannya senantiasa merujuk pada upaya pencapaian tujuannya. Dalam
pengelolaan retribusi parkir di PD Parkir Kota Makassar masih menemui
beberapa kendala dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir. Adapun hasil
penelitian dan pembahasan mengenai Pengelolaan retribusi parkir
yang
dideskripsikan sebagai berikut :
IV.2.2. Perencanaan (planning)
Perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses menetapkan tujuan dan
memutuskan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Rencana meliputi sumbersumber yang dibutuhkan, tugas yang diselesaikan, tindakan yang diambil dan
jadwal yang diikuti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk
mencapai tujuan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di Kota
66
makassar maka perlu adanya perumusan perencanaan dari Perusahaan Daerah
Parkir Makassar Raya. Perencanaan memegang peranan penting dalam upaya
pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam suatu organisasi.
Target penerimaan merupakan tolak ukur realisasi penerimaan tahunan
yang seyogyanya harus dicapai dalam realisasi penerimaan retribusi parkir di
Kota Makassar. Yang dimaksud disini adalah tahapan-tahapan atau proses
penentuan target penerimaan yang ingin dicapai dalam satu tahun anggaran,
yaitu terhitung mulai dari 1 Januari sampai 31 Desember.
PD Parkir Makassar Raya menyusun target penerimaan jasa retribusi
parkir dengan cara memperhitungkan potensi setiap jenis penerimaan khusunya
penerimaan retribusi parkir dimana PD Parkir melakukan penambahan dan
perluasan terhadap areal/kawasan/titik lokasi perparkiran. Diharapkan dengan
hal itu dapat memungkinkan dicapai dalam satu tahun anggaran serta juga
memperhatikan analisis realisasi penerimaan retribusi parkir tahun lalu dengan
menambah presentasi yang memungkinkan akan dicapai. Selanjutnya
setelah
dilakukan analisis terhadap target maka pihak eksekutif membuat suatu
Rancangan APBD dimana didalamnya telah ditetapkan target penerimaan yang
dianggap rasional untuk dicapai dalam tahun anggaran berikutnya. Untuk itu
target penerimaan yang telah ditetapkan menjadi tanggung jawab Pemerintah
Kota untuk dilakukan pemungutan.
Kemudian menurut keterangan Zulfahri, SE selaku Kepala Bidang
Keuangan bahwa :
―Penentuan target pertahun didasarkan pada penentuan dan perluasan
titik-titik kawasan yang dapat dijadikan sebagai lahan parkir dan dengan
melihat realisasi yang dapat dicapai tiap tahunnya serta menambah
presentase jenis penerimaan yang memungkinkan untuk dicapai itulah
yang menjadi acuan kami untuk menetapkan target penerimaan retribusi
parkir pertahun disetiap kawasan perparkiran, penentuan target pertahun
67
juga ditinjau dari peningkatan efisiensi biaya operasional dan biaya-biaya
tak terduga lainnya‖. (Wawancara 30 Maret 2012)
Lebih lanjut Zulfahri, SE menerangkan bahwa :
―Persoalan mendasar kami dalam penentuan target pertahunnya adalah
masih ada kawasan perparkiran yang tersebar di bebarapa titik di Kota
Makassar yang tidak masuk dalam pendataan di PD Parkir sehingga
terjadi perbedaan antara target yang ditetapkan dengan realisasinya pada
tahun 2011. Pendataan yang kurang akurat menghambat penentuan
terget retribusi parkir pertahun‖. (Wawancara 30 Maret 2012)
Pernyataan lain yang ungkapkan oleh bapak Aryanto Dammar selaku
dirut utama PD Parkir bahwa :
―Dalam menentukan target pertahunya kami juga melihat kondisi
perkembangan kota yang dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Sehingga penentuan target retribusi parkir harus lebih tinggi dari tahuntahun sebelumnya dengan melihat potensi-potensi yang ada sesuai
dengan perkembangan kota makassar 5 tahun terakhir‖. (Wawancara 30
Maret 2012)
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
perencanaan dalam hal penentuan target senantiasa mengacu kepada jumlah
titik-titik kawasan perparkiran yang akan semakin bertambah dengan melihat
arah perkembangan kota, jumlah penduduk dan jumlah kendaraan khusunya
dalam 5 tahun terakhir. Penentuan target jasa retribusi parkir juga sangat
bergantung terhadap realisasi pertahun yang dapat tercapai. Namun pada tahun
2011 target yang ditentukan PD Parkir tidak tercapai karena bertambah kawasan
perparkiran yang tidak masuk dalam pendataan di PD Parkir.
Target pada Tahun 2011 tidak optimal karena hasil pemungutan retribusi
parkir di kawasan perparkiran yang tidak memiliki legalitas tentu saja tidak
diserahkan kepada PD Parkir dan hal ini mengurangi penerimaan retribusi jasa
parkir di Kota Makassar yang seharusnya masih dapat bertambah dan
meningkatkan
pendapatan
asli
daerah
(PAD)
terutama
dalam
bidang
Perparkiran. PD Parkir perlu meningkatkan sistem pendataan agar supaya
68
kawasan parkir liar dapat terdeteksi secara keseluruhan sehingga akan
menambah penerimaan retribusi parkir dan target dapat tercapai sesuai dengan
yang telah dianggarkan.
IV.2.3. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian
merupakan
kegiatan
dasar
dari
Manajemen,
dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber daya yang dimiliki termasuk unsur
manusia sehingga tujuan dapat tercapai.
Pengorganisasian merupakan kata kerja dari organisasi yang berasal dari
kata ―Organism”. Organism berarti suatu susunan yang terdiri dari bagianbagaian yang diarahkan ke satu tujuan. Atau suatu susunan yang terdiri dari
bagian-bagian yang dipadukan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu
dengan yang lainnya saling mengikat dan secara keseluruhan merupakan
kebulatan yang saling berhubungan, bergantung, saling mempengaruhi dan
bekerja untuk satu tujuan tertentu.
Pengorganisasian (organizing) merupakan suatu fungsi manajemen yang
dipandang sebagai alat yang dipakai oleh orang-orang atau anggota organisasi
untuk mencapai tujuan bersama secara efektif. Dalam fungsi ini orang-orang atau
anggota organisasi tersebut dipersatukan melalui pekerjaan masing-masing yang
pekerjaan-pekerjaan tersebut saling berhubungan satu sama lain. Dalam suatu
organisasi bagian-bagian tersebut adalah orang atau anggota-anggotanya yang
satu sama lain mempunyai hubungan yaitu melakukan pekerjaan masing-masing
demi tercapainya tujuan bersama. Dua aspek utama proses susunan struktur
organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi
adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar kegiatankegiatan sejenis saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan
69
tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan
oleh bagan suatu organisasi.
Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu
pada organisasi bertanggung jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan.
Kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif karena
hasil yang diharapkan dalam suatu pengorganisasian adalah agar dapat
menggerakkan pegawai/karyawan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
pencapaian tujuan.
Dalam proses pelaksanaan pemungutan retribusi maka diperlukan
adanya sumber daya yang berhubungan dengan pemungutan seperti sumber
daya manusia yang merupakan salah satu fungsi pengorganisasian dalam
manajemen yaitu petugas pemungut dan pengawas, methode yang digunakan
dalam pemungutannya yaitu standar kerja petugas serta sarana dan prasarana
penunjang. Kesemua unsur tersebut merupakan unsur-unsur yang menunjang
dalam melaksanakan pemungutan retribusi parkir.
-
Unsur Manusia (man)
Unsur manusia merupakan unsur yang paling mendasar dan memegang
peranan penting dalam pengorganisasian. Kualitas pegawai dalam melakukan
tugasnya seyogyanya harus menguasai apa yang dikerjakannya agar tujuan dari
pelaksanaan tugasnya dapat dikerjakan dengan baik dan secara kuantitas,
semestinya dalam suatu organisasi jumlah pegawai harus seimbang dengan
jumlah pekerjaan dalam organisasi tersebut dengan maksud bahwa jumlah
pegawai tidak berlebihan agar tidak terjadi pemborosan dan tidak kurang agar
pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Dari jumlah pegawai dalam
70
pelaksanaan pemungutan retribusi parkir dari bapak Syarifuddin B, S.Pd selaku
Kabag. Produksi yang mengatakan bahwa :
― Secara kuantitas jumlah personil kita dilapangan sudah cukup memadai,
sampai saat ini jumlah kolektor PD. Parkir Makassar berjumlah 10 orang
yang setiap hari melakukan pemungutan retribusi kepada para juru parkir
yang berjumlah 1.126 orang yang tersebar di 14 kecamatan dan 740 titik
kawasan perparkiran yang ada di wilayah Kota Makassar dan saya rasa
jumlah kolektor kita sudah cukup untuk melakukan pemungutan retribusi‖
(Wawancara 2 April 2012)
Dari
wawancara
diatas
penulis
menyimpulkan
bahwa
jumlah
pegawai/kolektor yang bertugas melaksanakan pemungutan jasa retribusi parkir
di kawasan perparkiran di Kota Makassar tidak seimbang dengan wajib retribusi
yaitu juru parkir yang berjumlah 1.126 orang dengan demikian pemungutan
retribusi parkir masih belum berjalan efektif dan efisien. Sehingga terjadi
beberapa kendala dalam pemungutan retribusi parkir yang menjadi salah satu
penyebab tidak tercapainya target yang ditentukan. Dan bisa saja terjadi
penyelewengan yang dilakukan kolektor karena keterbatasan personel yang
tidak sesuai dengan jumlah juru parkir yang berjumlah 1.126 orang.
Kemudian penulis melakukan konfirmasi kepada juru parkir, apakah
pemungutan retribusi parkir berjalan efektif atau tidak. Dg. Awing salah satu juru
parkir di jl. cendrawasih menegaskan bahwa :
―Setiap hari kolektor datang untuk menagih hasil retribusi parkir namun
biasanya yang datang hanya satu orang untuk kawasan perparkiran di
jl.cendrawasih dan pada saat menagih saya menuding beberapa kolektor
melakukan manipulasi jika melihat dari gerak geriknya yang melakukan
tawar menawar dalam penagihan setoran tiap harinya‖. (Wawancara 2
April 2012)
Lebih lanjut Dg.Awing Menerangkan bahwa :
―Pengumpulan setoran yang dilakukan PD Parkir tidak akuntabel. Kami
curiga ada permainan yang terjadi karena sering terjadi tawar menawar
dengan kolektor terkait jumlah setoran. Sehingga setoran menjadi tak
menentu dan selalu berubah-ubah‖. (Wawancara 2 April 2012)
71
Namun pernyataan lain yang disampaikan oleh bapak Aryanto Dammar
selaku Dirut Utama PD Parkir Makassar Raya menegaskan bahwa :
―Sistem pemungutan retribusi parkir telah berjalan sesuai dengan aturan
yang berlaku, memang kami mengakui bahwa di bagian kasie.penagihan
kami mengalami kendala dalam jumlah personel tetapi mengenai
penyimpangan yang terjadi dalam pemungutan retribusi itu tidak benar.
Keterangan yang diberikan tidak sesuai dengan fakta dilapangan karena
kami selalu melakukan pengawasan terhadap para kolektor secara
langsung‖. (3 April 2012)
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa salah satu juru
parkir membenarkan tidak efektifnya penagihan retribusi parkir karena persone
kasie.penagihan tidak sesuai dengan jumlah juru parkir yang lebih banyak.
Selain itu juru parkir menuding terjadinya mark up dalam sistem penagihan
retribusi parkir tetapi tidak adanya bukti dilapangan mengenai manipulasi dan
sistem tawar menawar dalam penagihan retribusi parkir secara jelas dan
transparan keran hal tersebut hanya duungkapkan oleh satu orang pihak. Sistem
penagihan retribusi parkir berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Tidak
adanya koordinasi yang baik antara kolektor dan juru parkir sehingga
mengakibatkan tudingan-tudingan yang melenceng sehingga sistem penagihan
tidak berjalan efektif, inilah salah satu penyebab tidak tercapainya terget yang
telah ditentukan. Kerjasama yang baik dan sistem penagihan yang akuntebel
perlu ditingkatkan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara kolektor dengan juru
parkir dan jumlah personel yang perlu ditambah sehingga sistem penagihan dan
pemungutan retribusi parkir berjalan efektif dan efisien sesuai dengan aturan
yang ada.
-
Metode Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di Kota Makassar
dilakukan setiap hari. Adapun metode pelaksanaan pemungutan retribusi
72
parkir di Kota Makassar seperti yang dikatakan oleh Kasie. Penagihan
bahwa :
―Dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir yang berjalan selama
ini, para petugas/kolektor mendatangi langsung para juru parkir di
kawasan parkir tempat meraka memungut retribusi parkir sehingga para
juru parkir tidak perlu mendatangi Kantor untuk menyetor retribusi parkir‖.
(Wawancara 3 April 2012)
Sejalan dengan pendapat diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Budi salah satu juru parkir di depan toko Agung Jalan Ratulangi mengatakan
bahwa :
―Selama ini proses pembayaran retribusi parkir yang kami lakukan
sangatlah mudah dimana dalam hal ini kolektor datang langsung
ketempat kami menarik retribusi parkir untuk menagih dan kami
memberikan sesuai dengan tarif yang sudah ditetapkan‖. (Wawancara 3
April 2012)
Sedangkan menurut Pardi salah satu juru parkir di Kantor Ratulangi
Medical Center mengatakan bahwa :
―Metode pemungutan retribusi parkir sudah sangat baik karena mereka
langsung mendatangi kami sehingga kita para juru parkir tidak perlu lagi
datang ke Kantor PD. Parkir untuk memberikan hasil dari retrribusi parkir
yang telah terkumpul ‖. (Wawancara 3 April 2012)
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa metode
pemungutan tarif retribusi parkir kepada para juru parkir dilakukan dengan cara
mendatangi para juru parkir di kawasan perparkiran mereka masing-masing. Ini
dilakukan agar pelaksanaan retribusi parkir terkoordinir dengan baik agar para
juru parkir tidak perlu mendatangi kantor PD Parkir untuk menyerahkan
penghasilan mereka dan memastikan bahwa tidak ada juru parkir yang tidak
menyerahkan penghasilanya dari retribusi parkir. Dengan demikian tidak terjadi
penyelewengan dalam pemungutan retribusi parkir sehingga semua hasil dari
pemungutan retribusi parkir masuk ke kas PD Parkir yang kemudian PD Parkir
73
akan menyerahkan ke daerah yakni Dispenda sebagai kantor yang mengelola
Pendapatan Asli Daerah.
Agar pelaksanan tugas berjalan dengan baik maka harus ada pembagian
tugas yang baik agar dalam pelaksanaan pemungutan dapat berjalan dengan
efektif dan lancar sehingga pemungutan retribusi parkir di Kota Makassar akan
terkoordinir dengan baik seperti yang dikatakan oleh bapak Andi Djuanda selaku
Kasie. Penagihan bahwa :
―Untuk lebih memudahkan pekerjaan kolektor kami membagi 2 orang
kolektor untuk 1 wilayah parkir. Misalnya 2 orang kolektor bertugas
melakukan penagihan di jalan ratulangi, dan yang lainnya di wilayah
pasar sentral, namun adapun kendala yang dihadapi dalam sistem
penagihanini adalah kurangnya jumlah personel yang tidak sesuai
dengan jumlah juru parkir‖. (Wawancara 3 April 2012)
Sejalan dengan pendapat di atas pak Jahudis salah satu kolektor
retrribusi parkir mengatakan bahwa :
―Dalam melakukan pemungutan retribusi kami di tugaskan berdasarkan
kawasan perparkiran yang telah dibagi sebelumnya, ini sangat membantu
kami dalam melaksanakan tugas karena dengan itu kami mengetahui
dengan jelas kawasan perparkiran tempat kami dalam melakukan
pemungutan, misalnya saya dan 2 anggota saya ditugaskan untuk
menagih pemungutan retribusi parkir di kawasan perparkiran di jalan
Ratulangi wilayah IV makassar.‖(Wawancara 3 April 2012)
Sedangkan pak Tahir yang juga merupakan salah seorang kolektor
retribusi parkir mengatakan bahwa :
―Kami di bagi dua wilayah pemungutan 2 orang kolektor di kawasan
parkir bagian jalan wahidin sudirohusodo dan sekitarnya, dengan
pembagian tugas ini sangat memudahkan kami dalam melakukan
pemungutan retribusi parkir.‖ (wawancara 3 April 2012)
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa untuk lebih
memudahkan para kolektor dalam melakukan pemungutan retribusi maka Kasie.
Penagihan membagi personilnya sesuai dengan wilayah perparkiran yang telah
ditentukan kepada setiap kolektor. Ini dilakukan agar kolektor mengetahui
74
dengan jelas wilayah dan kawasan perparkiran yang dimana akan dilakukan
penagihan retribusi parkir. Sehingga para kolektor mengetahui dengan jelas
bahwa seluruh juru parkir di Kota Makassar yang tersebar sebanyak 760 titik
telah memberikan retribusi parkir kepada Kolektor.
-
Standar Kerja
Dalam upaya pencapaian target penerimaan maka dibuatlah standar
kerja bagi para pemungut/kolektor retribusi parkir agar dapat melaksanakan
pemungutan seefektif mungkin. Hal ini diungkapkan Kasie. Penagihan yang
mengungkapkan bahwa :
―Untuk kolektor pemungutan retribusi parkir dibuatkan suatu standar kerja
yaitu dalam sehari melakukan penagihan dan harus semuanya terpenuhi,
jangan sampai ada kawasan parkir yang terlewatkan dan tidak didatangi
oleh Kolektor untuk menagih hasil parkir. Waktu untuk melakukan
penagihan telah ditentukan yaitu pukul 15.00 para kolektor sudah harus
menyerahakan hasil retribusi parkir ke kas PD. Parkir Makassar Raya‖.
(Wawancara 3 April 2012)
Selain itu ia menambahkan bahwa :
―Terkadang juga ketidakdisiplinan para kolektor yang datang terlambat
untuk datang menagih penerimaan retribusi parkir, sehingga para
koordinator jukir biasanya telah pulang dan shif jukir terganti. Hal ini
membuat hasil dari retribusi parkir tidak diserahkan dan ditunggu sampai
esok hari ketika bertemu lagi dengan koordinator jukir. Ini sangat
mempengaruhi pengasilan retribusi parkir per harinya‖. (Wawancara 3
April 2012)
Setelah dikonfirmasi pada IB seorang kolektor ia mengatakan bahwa :
―Jam kerja yang sangata padat karena harus dalam satu hari seluruh
wilayah parkir yang ditugaskan harus ditagih semuanya, namun biasanya
kami mengalami kendala ketika beberapa juru parkir tidak ada ditempat
sehingga kami harus bolak-balik untuk menagih retribusi parkir. Hal ini
menyebabkan kami biasanya tidak menyetorkannya sesuai dengan hari
yang ditentukan‖.
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa PD Parkir
telah memberikan standar kerja kepada para kolektor untuk melakukan
penagihan dari pagi sampai pukul 15.00 sudah harus diberikan ke Kas PD Parkir
75
namun bebapa kendala sering dihadapi mulai dari ketidak disiplinan kolektor dan
para juru parkir tidak berada ditempat pada saat kolektor datang untuk
melakukan penagihan, sehingga kolektor harus bolak-balik untuk melaksanakan
tugasnya
dan
akhirnya
para
kolektor
mengalami keterlambatan dalam
penyetoran. Standar kerja yang ditentukan mengalami hambatan karena
keterlambatan penyetoran.
-
Sarana dan Prasarana Penunjang
Sarana dan prasarana penunjang juga merupakan bagian yang
menunjang dalam pengorganisasian namun dikatakan oleh H. Mustafa selaku
Dirut Operasional PD Parkir Makassar bahwa :
―Sarana dan prasarana dalam melaksanakan tugas sangat perlu karena
para kolektor harus berkeliling dalam melakukan penagihan retribusi
parkir, ada 4 unit kendaraan operasional (mobil) dan 4 unit kendaraan
Operasional (motor). Sarana dan prasarana itu sangat membantu untuk
mengefektifkan penagihan retrbusi parkir‖. (Wawancara 5 April 2012)
Ia menambahkan adapun beberapa sarana dan prasarana lainnya untuk
membantu para pegawai dalam melaksanakan tugasnya di Kantor PD. Parkir
sebagai berikut :
―Dalam rangka mengantisipasi pertumbuhan kawasan perparkiran dan
pencapaian target pendapatan dalam 5 tahun kedepan, beberapa fasilitas
kerja yang ada di Kantor PD. Parkir Makassar yaitu 5 unit komputer (PC),
5 buah printer, 3 buah laptop, 3 unit GPS, jaringan Internet dan wireless
LAN, 2 unit radio Orari, 10 buah pesawat handy talky, 1500 seragam
(rompi dan topi) JUKIR, 1 set perangkat Sound system, 1 buah LCD, 25
kursi meja karyawan. Semua saran dan prasana itu sebagai penunjang
untuk mengefektifkan kinerja pegawai PD. Parkir Makassar Raya‖.
(Wawancara 5 April 2012)
Dari
penjelasan
diatas
penulis
menyimpulakan
bahwa
dalam
melaksanakan pemungutan retribusi parkir di kota makassar, sarana dan
prasarana sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan pemungutan karena para
kolektor harus berkeliling dalam melakukan penagihan retribusi parkir meskipun
76
kawasan dan wilayah parkir telah dibagi namun sarana dan prasaran sangat
dibutuhkan terutama kendaraan. Sehingga pihak PD Parkir telah menyiapkan
kendaraan berupa 4 unit kendaraan Operasional (mobil) dan 4 unit kendaraan
Operasional (motor). Dengan adanya kendaraan tersebut maka mempermudah
para kolektor dalam menjalankan tugasnya. Bukan hanya sarana dan prasarana
untuk kepetingkan operasional tetapi PD Parkir juga menyiapkan sarana dan
prasaran di kantor untuk mengefektifkan pelakasanaan kerja pegawai PD Parkir
Makassar Raya. Beberapa fasilitas telah disediakan untuk memberikan
kenyamanan para pegawai dalam bekerja melaksanakan tugasnya.
IV.2.4. Penggerakkan (Actuating)
Penggerakan atau actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating
artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya
atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki secara efektif. Penggerakan merupakan hubungan manusia dalam
kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan
menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan
suatu organisasi.
Di dalam manajemen, penggerakan ini bersifat sangat kompleks karena
disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari
manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang
berbeda-beda. Adapun bentuk penggerakan yang dilakukan oleh Perusahaan
Daerah Parkir Kota Makassar sesuai dengan keterangan Kepala Bidang
Operasional H. Mustafa yang mengatakan bahwa :
77
―sebulan sekali kami turun ke lapangan disamping melakukan
pengawasan pada proses pemungutan retribusi parkir kami juga
memberikan arahan kepada para kolektor agar menjalankan tugasnya
dengan baik dan bertanggungjawab serta mensosialisasikan setiap
kebijakan baru yang dibuat oleh pemerintah..‖ (Wawancara 9 April 2012)
Selain itu pihak PD Parkir juga memberikan arahan terhadap juru parkir
liar yang ada di Kota Makassar, seperti yang diungkapkan kabag.operasional
bahwa :
―Kami melakukan penertiban kepada para juru parkir yang tidak memiliki
legalitas dalam memungut retribusi parkir, juga menertibkan kawasan
perparkiran tempat dimana mereka meraup keuntungan. Juru parkir liar
ini dinilai merugikan masyarakat dan pihak kami operasional PD. Parkir‖.
(Wawancara 9 April 2012)
Dari
hasil
wawancara
pengarahan/penggerakkan
yang
diatas
penulis
dilakukan
kepala
menyimpulkan
bidang
bahwa
penerimaan
Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya kepada para kolektor hanya sebulan
sekali, pengarahan ini masih harus ditambah intensitas waktunya karena
mengingat masih ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para
kolektor seperti keterlambatan jam kerja yang sangat berpengaruh pada jumlah
penerimaan retribusi yang dapat terealisasi.
Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu juru parkir resmi yang letak
lokasinya di depan Toko Jamsons Makassar yang terletak di jalan Dr.wahidin
sudirohusodo. Juru parkir resmi adalah mereka yang menggunakan seragam
resmi dan karcis yang berisi 20 lembar yang diberikan oleh PD Parkir. Selain itu
penggerakan yang dilakukan oleh PD Parkir yakni mengenai penertiban juru
parkir liar yang meraup keuntungan dan sangat merugikan masyarakat dan pihak
Operasional PD Parkir. Pihak PD Parkir tentunya harus menertibkan pula titik
parkir yang tidak memiliki legalitas sehingga para juru parkir liar tidak dengan
leluasa memanfaatkan lahan untuk dijadikan tempat parkir liar.
78
Pernyataan lain yang diungkapkan bapak Agus Margono selaku juru
parkir yang terdaftar di Perusahaan Daerah parkir menjelaskan bahwa :
―setiap sebulan sekali pegawai dari pemerintah daerah khususnya dari
Perusahaan daerah parkir datang melakukan pengawasan terhadap
penerimaan parkir dan kondisi letak parkir agar tidak melebihi batas yang
telah ditentukan oleh pihak PD Parkir‖. (Wawancara 9 April 2012)
Kemudian ia menambahkan bahwa :
―selain itu bapak agus juga menjelaskan pendapatan parkir yang
diperoleh tidak menetap namun rata-rata perhari ia mendapatkan sekitar
80.000 – 100.000 ribu/hari dan pendapatan ini langsung diserahkan
kepada Pemerintah daerah khususnya PD Parkir sebagai yang mengelola
perparkiran di Makassar namun pendapatan tersebut tidak diserahkan
seluruhnya, bapak agus selaku koordinator juru parkir mengambil
sebanyak 60% sisanya 40% diberikan kepada PD Parkir sebagai
perusahaan daerah yang mengelola penerimaan di bidang retribusi parkir.
Di lokasi perparkiran tersebut ada 3 orang juru parkir dan mereka
melakukan sistem shif dalam pelaksanaan tugas parkir‖. (Wawancara 9
April 2012)
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa selain
pengarahan tentang penerimaan retribusi parkir yang diserahkan langsung
kepada kolektor tetapi pemerintah juga memberikan pengarahan tentang kondisi
letak parkir agar tidak melebihi batas. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
penyimpangan penggunaan jalan yang melebihi batas parkir yang biasanya
menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Menurut penulis penerimaan retribusi
parkir masih perlu diselidik lebih dalam oleh petugas PD Parkir karena
penghasilan dari retribusi parkir tidak menetap dan hal ini dapat mengakibatkan
penyelewengan retribusi parkir apabila tidak diaudit hasil dari penerimaan
retribusi parkir.
Bentuk penggerakan yang lain juga bisa dilihat dari asuransi yang
diberikan kepada para juru parkir yang resmi terdaftar di PD Parkir Makassar
79
Raya. PD Parkir memberikan asuransi kepada para jukir demi peningkatan
kesejahtraan. Bapak H. Mustafa selaku Dirut Operasional menegaskan bahwa :
―Program asuransi bagi juru parkir adalah terobosan peningkatan
kesehatan, agar tumbuh kesadaran di kalangan juru parkir bahwa
pekerjaan mereka dihargai dan bisa tenang dalam bekerja serta para juru
juga memiliki semangat kerja yang lebih besar‖. (Wawancara 10 April
2012)
Selain itu ia menambahkan bahwa :
―Kami melakukan kerjasama dengan PT. Jamsostek untuk program
asuransi ini. Mulai dari tahun 2007 sampai sekarang, sedikitnya 850
orang juru parkir yang telah diikut sertakan dalam asuransi, yang terbukti
sangat membantu mereka selain itu kami juga memberikan sosialisasi
mengenai asuransi yang diberikan karena ada sebagian juru parkir yang
belum mengerti dalam hal itu‖. (Wawancara 10 April 2012)
Setelah dikonfirmasi pada salah satu juru parkir yang bernama pardi dan
ia mengatakan bahwa :
―Memang PD Parkir Makassar Raya telah memberikan asuransi kepada
juru parkir yang terdaftar di PD Parkir namun masih ada beberapa juru
parkir yang terdaftar tetapi belum mendapatkan asuransi. Kalau saya
tidak salah juru parkir yang ada di Kota Makassar ini berjumlah sekitar
1000 orang lebih, namun masih banyak para jukir yang belum
mendapatkan asuransi dari PD Parkir. Ini sama halnya pemberian
asuransi tidak menyeluruh‖. (Wawancara 10 April 2012)
Kemudian hasil konfirmasi yang penulis lakukan kepada bapak H.
Mustafa yang mengatakan bahwa :
―Memang masih ada juru parkir yang belum terdata dan mereka belum
menerima asuransi dari PT. Jamsostek sebagai mitra PD Parkir dalam
program asuransi. Kami baru akan melakukan pendataan ulang juru
parkir yang terdaftar di PD Parkir, namun ada beberapa kendala yang
dialami dalam pendataan tersebut, karena ada sebagaian juru parkir yang
berpindah kawasan parkirnya sehingga kami sedikit sulit mengidentifikasi
kepindahan kawasan parkir. Tetapi kami akan berusaha mendata agar
semua juru parkir yang ada di kota makassar mendapatkan asurasi
kecuali mereka yang tidak memiliki rompi dan karcis sebagai tanda bahwa
jukir telah terdaftar di PD Parkir Makassar Raya‖. (Wawancara 10 April
2012)
80
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa penggerakan
lainnya yang dilakukan oleh PD Parkir Makassar Raya yaitu memberikan
asuransi kepada para Juru Parkir untuk meningkatkan kesehatraan para juru
parkir dan hal ini pula dapat memicu semangat kerja para juru parkir untuk
mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya. PD Parkir telah memberikan
asuransi kepada 850 juru parkir yang terdaftar sebagai jukir resmi PD Parkir.
Namun seperti yang dikatakan pak pardi selaku juru parkir masih ada juru parkir
resmi yang belum mendapatkan asuransi. Hal ini dibenarkan oleh dirut
operasional PD Parkir yang memberikan terobosan dalam program asuransi ini.
Dengan demikian PD Parkir harus mendata kembali para Juru Parkir resmi yang
belum mendapatkan asuransi dan melakukan sosialisasi kepada juru parkir yang
belum mengerti tata cara pengurusannya. Agar program ini berjalan optimal dan
mencapai tujuan yang diinginkan. Sistem pendataan PD Parkir perlu ditingkatkan
dalam mengefektifkan program asuransi ini sebagai yang pertama di Indonesia
yang memprogramkan asuransi bagi juru parkir.
IV.2.5. Pengawasan
Fungsi manajemen yang ke empat yaitu pengawasan (controlling). Fungsi
tersebut menyangkut semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer atau
pemimpin dalam upayanya memastikan bahwa hasil actual sesuai dengan hasil
yang direncanakan. Pengawasan dimaksudkan disini yaitu proses pemantauan
yang dilakukan oleh tim perparkiran. Pengawasan dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi merupakan hal yang sangat urgen.
Tak dapat dipungkiri bahwa pengawasan memegang peranan penting
sebagai
upaya
dalam
meminimalisir
ketimpangan-ketimpangan
dalam
pemungutan retribusi. Pengawasan merupakan proses pemantauan yang
81
dilakukan sebagai langkah untuk mengetahui apakah kegiatan pelaksanaan di
lapangan sudah sesuai dengan ketentuan. Dengan pengawasan yang baik maka
ketimpangan-ketimpangan yang dapat mengurangi keberhasilan pemungutan
retribusi parkir bisa diminimalisir.
Demikian halnya dalam pemungutan retribusi parkir di Kota Makassar
yang dilakukan oleh pemerintah Daerah menghindari menekan seminimal
mungkin terjadinya penyimpangan-penyimpangan serta kesalahan lainnya yang
mungkin saja terjadi. Sebab dalam pengelolaan retribusi parkir di kota makassar
tanpa dilakukan pengawasan, maka akan mengalami kesulitan dalam mengukur
tingkat keberhasilan yang dilaksanakan oleh para petugas yang melaksanakan
pemungutan retribusi parkir di Kota Makassar.
Dengan pengawasan yang baik maka kecendrungan akan timbulnya
kesalahan yang kurang mendukung keberhasilan dalam pemungutan retribusi
parkir dapat ditekan seminimal mungkin.
Pengawasan penerimaan retribusi parkir dan pelaksanaan perencanaan
di lapangan perparkiran di Kota Makassar dilakukan dalam 2 bentuk
pengawasan yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.
Pengawasan langsung di lakukan oleh Kabag.Produksi dan pengawasan tidak
langsung dilakukan oleh Direktur Utama PD Parkir Makassar Raya dan Badan
Pengawas yang mengawasi Kantor PD Parkir Makassar Raya.
-
Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung dalam hal ini dilakukan oleh Kabag.Produksi yang
langsung mengadakan peninjauan dan pemeriksaan atas pelaksanaan
kegiatan di lapangan yang berhubungan dengan pemungutan retribusi
parkir dan peninjauan letak parkir yang sesuai dengan aturan dan tidak
82
melewati batas. Seperti yang dijelaskan oleh Kabag.Produksi PD Parkir
bahwa :
―Setiap 3 kali dalam seminggu saya turun kelapangan untuk mengecek
kolektor, apakah sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur
serta memastikan bahwa semua pungutan retribusi parkir sudah disetor
kepada para kolektor yang bertugas.‖(Wawancara 12 April 2012)
Selain itu ia menambahkan bahwa :
―Pengawasan yang dilakukan tidak hanya mengenai pungutan retribusi
tetapi juga mengenai letak parkir yang tidak melewati batas yang telah
ditentukan, sehingga tidak menghambat jalannya kendaraan di jalan raya
dan juga dilakukan pengecekan terhadap benda berharga (karcis) setiap
selesai memungut retribusi parkir, hal ini dilakukan agar bisa mengetahui
kolektor mana yang melakukan kelalaian bisa dilihat dari jumlah setoran
pungutan retribusi‖.(Wawancara 12 April 2012)
Hasil wawancara diatas dibenarkan oleh juru parkir bapak agus margono
yang mengjelakan bahwa :
―Pihak PD Parkir melakukan pengecekan setiap 3 kali dalam seminggu
untuk memastikan bahwa kami memberikan setoran pungutan retribusi
parkir kepada para kolektor dan dipotong sesuai dengan yang telah
ditentukan. Mereka juga mengecek keadaan titik parkir yang sesuai
dengan ketentuan dan tidak melanggar atau memperlebar titik parkir
sehingga tidak menghambat lalu lintas serta karcis yang telah diberikan
sebelumnya‖. (Wawancara 12 April 2012)
Dari
hasil
wawancara
diatas
penulis
menyimpulkan
bahwa
kabag.produksi sebagai penanggung jawab penagihan retribusi parkir setiap 3
kali dalam seminggu turun ke lapangan
mengawasi para personilnya dalam
melaksanakan pemungutan retribusi parkir untuk menghindari terjadinya
penyimpangan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan sebagainya yang
dapat menghambat pencapaian penerimaan retribusi parkir di Kota Makassar.
Selain itu kabag.produksi juga melakukan pengawasan terhadap letak titik parkir
yang tidak melampui batas dan jika melampui batas dapat menggangu
kelancaran lalu lintas disekitarnya.
83
Adapun bentuk sanksi yang diberikan kepada para kolektor yang lalai
dalam melaksanakan tugasnya serta para juru parkir yang melewati titik batas
parkir sesuai dengan penjelasan Kabag. Produksi bahwa :
―Untuk para kolektor yang melakukan kesalahan kecil kami hanya
memberikan pengarahan agar kolektor tersebut tidak mengulangi
kesalahannya dan lebih bertanggungjawab pada tugas yang diberikan,
namun kami tidak segan-segan memberikan sanksi yang tegas pada
kolektor yang selalu mengulangi kelalaiannya.‖ (Wawancara 12 April
2012)
Selain itu ia menambahkan bahwa :
―kami mempunyai aturan bagi mereka yang melanngar titik parkir yang
telah ditentukan, bagi juru parkir yang melanggar maka akan dikenakan
sanksi untuk tidak melakukan parkir selama tiga hari dan diberikan
pengarahan yang lebih jelas agar tidak mengulangi kesalahannya‖.
(Wawancara 12 April 2012)
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa sanksi yang
tegas akan diberikan kepada para kolektor yang melakukan kelalaian dalam
memungut retribusi dan juga sanksi yang diberikan kepada juru parkir yang telah
melakukan kesalahan dalam hal titik kawasan parkir yang sesuai dengan yang
telah ditentukan.
Pengawasan juga dilakukan untuk tempat-tempat yang tidak terdaftar
sebagai titik parkir di Kota Makassar namun dijadikan sebagai tempat untuk
meraub keuntungan bagi juru parkir liar yang menggunakan kesempatan
tersebut untuk memungut retribusi. Sesuai yang diungkapkan Aryanto Dammar
sebagai berikut :
―Banyak juru parkir yang tidak mendapat legalitas dari PD Parkir tetapi
memungut retribusi parkir, padahal juru parkir yang resmi terdaftar adalah
mereka yang mendapatkan baju seragam dan mendapatkan karcis serta
tanda pengenal‖. (Wawancara 12 April 2012)
Berkaitan dengan hal tersebut ia menambahkan bahwa :
―Pihak PD Parkir bersama instansi terkait melakukan patroli untuk
menertibkan juru parkir liar dan melakukan pengawasan terhadap tempat-
84
tempat yang tidak seharusnya dijadikan tempat parkir tetapi dijadikan
lahan parkir dan tidak terdaftar di PD Parkir Makassar, bukan hanya
melakukan patroli tetapi penertiban data petugas juru parkir salah satu
cara untuk meminimalisasi petugas parkir liar‖. (Wawancara 12 April
2012)
Senada dengan yang diterangkan oleh pihak PD Parkir diatas, Juru parkir
liar yang penulis wawancarai menegaskan bahwa :
―Tiga hari dalam seminggu selalu ada patroli dari PD Parkir untuk
menertibkan kami jukir liar, namun salah satu keuntungan adalah mereka
menertibkan tanpa memberikan sanksi sehingga para jukir kembali
meraub keuntungan dengan mengambil tarif retribusi parkir dan
masyarakat pula tidak menuntut‖. (Wawancara 12 April 2012)
Dari wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa para juru parkir liar
bisa mengambil tarif parkir dengan leluasa, meskipun telah dilakukan patroli
tetapi masih banyak para juru parkir yang bandel dan tetap melancarkan aksinya.
Dan dalam hal ini masyarakat sebagai pihak yang dirugikan bersikap autis dan
menerima hal itu. Penertiban dan pengawasan yang dilakukan PD Parkir dengan
melakukan patroli setiap 3 hari dalam seminggu dinilai belum cukup untuk
membrantas para juru parkir liar. Seharusnya diberikan sanksi tegas agar
mereka jera dan pihak PD Parkir harus mewajibkan masyarakat untuk
mengambil karcis setelah menggunakan jasa parkir, sehingga diketahui jika para
juru parkir liar tidak memiliki karcis dan masyarakat tidak perlu memberikan
retribusi. Pendataan terhadap juru parkir juga telah berusaha dioptimalkan oleh
PD Parkir sehingga meminimalisir petugas juru parkir liar.
-
Pengawasan Tidak Langsung
Adapun pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan-laporan
secara tertulis kepada atasan, dimana dengan laporan tertulis tersebut
dapat dinilai sejauh manakah bawahan melaksanakan tugasnya sebagai
85
mana mestinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Aryanto Dammar
selaku Dirut Utama PD Parkir Makassar Raya bahwa :
―kami melakukan pengawasan dengan meminta laporan penerimaan
retribusi kepada Kabag.keuangan perbulannya dan melakukan evaluasi
pertahunya guna melihat letak kekurangan dalam proses penerimaan
pemungutan retribusi parkir. Kami juga melakukan pengawasan terhadap
benda berharga (karcis) perbulannya.‖ (Wawancara 12 April 2012)
Pelaksanaan kegiatan pengawasan pada dasarnya diupayakan untuk
meningkatkan penerimaan daerah khususnya pada retribusi parkir, sehingga
dengan upaya mengefektifkan kegiatan pengawasan terhadap mekanisme
pelaksanaan pemungutan retribusi parkir dan meningkatkan target yang
ditetapkan pada setiap tahun anggaran serta dapat tercapai seperti tahun-tahun
sebelumnya. Adapun mekanisme pengawasan ini adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan penagihan retribusi parkir yang dilakukan oleh petugas
penagihan jasa retribusi parkir/kolektor terhadap para juru parkir
kemudian di setor ke kasie.kasir dan selanjutnya disetor kepada
Kabag.Keuangan PD Parkir Makassar Raya.
2. Kabag keuangan membuat laporan penerimaan retribusi parkir kedalam
buku pendataan dan dicatat sebagai buku penerimaan pada buku kas
umum dari hasil retribusi parkir setiap hari kemudian laporan tersebut
dikelola oleh Kasie.Pendataan setelah itu diajukan kepada Dirut Utama
PD Parkir Makassar Raya untuk ditanda tangani dan disahkan.
Selanjutnya setiap akhir bulan kabag.keuangan menjumlahkan dalam
buku kas umum kemudian membuat laporan realisasi penerimaan
kemudian disetorkan kepada Dirut Utama PD Parkir untuk disetujui dan
badan pengawas, setelah itu dibuatkan proposal untuk disetujui di
86
Walikota sebagai pemerintah daerah yang menaungi PD Parkir Makassar
Raya.
Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa pengawasan
yang dilakukan Dirut Utama dan Badan Pengawas PD Parkrir Makassar Raya
hanya mengandalkan laporan-laporan semata untuk itu perlu melakukan
pengawasan yang rutin kepada para pegawai terutama di Kasie.Penagihan dan
terjun langsung ke kawasan perparkiran guna melihat secara langsung
pelaksanaan pemungutan retribusi parkir dan menilai apakah pelaksanaan
retribusi parkir telah berjalan efektif dan telah sesuai dengan apa yang
direncanakan. Tidak hanya terfokus terhadap pengawasan laporan keuangan
yang telah masuk.
IV.2.6. Optimalisasi Pemungutan Retribusi Parkir dan Kontribusinya
Terhadap PAD
Dalam pelaksanaan pungutan terhadap retribusi parkir sebagai sumber
PAD Kota Makassar masih mengalami berbagai hambatan, baik hambatan dari
dalam yaitu pihak petugas pemungut (Kolektor) maupun dari luar yakni
masyarakat selaku obyek pungutan tersebut. Untuk mengoptimalisasikan
pemungutan retribusi parkir Kota makassar maka pengelolaan retribusi parkir
harus berjalan efektif dan efisien, karena dengan pengelolaan yang baik akan
menghasilkan pemungutan retribusi parkir yang optimal sebagai akibat dari
efisiensi dan efektivitas dari pengelolaan retribusi parkir tersebut. Sehingga target
penerimaan retribusi parkir dapat terealisasi.
Jika pemungutan retribusi parkir berjalan optimal maka kontribusi retribusi
parkir terhadap pendapatan asli daerah (PAD) akan meningkat. Peningkatan
pendapatan asli daerah secara keseluruhan tiap tahunnya dapat diikuti dengan
87
pencapaian realisasi secara konsisten terhadap target yang telah ditentukan
sebelumnya.
Berikut ini penulis menyajikan data tentang perkembangan realisasi
penerimaan pendapatan asli daerah secara keseluruhan sejak tahun 2007
sampai tahun 2011. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7
Perkembangan Realisasi PAD Kota Makassar
Tahun 2007-2011
Tahun
Target
Realisasi
2007
Rp. 125.936.173.075
Rp. 120.904.263.931
2008
Rp. 145.466.209.400
Rp. 136.626.469.085
2009
Rp. 176.628.387.000
Rp. 154.911.819.959
2010
Rp. 1.582.687.783.960
Rp. 1.471.774.687.783
2011
Rp. 1.932.532.417.500
Rp. 1.750.641.782.818
Sumber: DISPENDA Makassar (2 Mei 2012)
Berdasarkan tabel 7 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar
secara keseluruhan dalam 5 tahun terakhir dapat dikatakan mengalami
peningkatan. Pada Tahun 2007 pendapatan asli daerah menghasilkan Rp.
120.904.263.931 meningkat
menjadi Rp. 136.626.469.085 pada tahun 2008.
Kemudian kembali meningkat pada tahun 2009 sebesar Rp. 154.911.819.959
peningkatan cukup drastis pada tahun 2010 dimana realisasi penerimaan PAD
mencapai Rp. 1.471.774.687.783 dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan
sebesar Rp. 1.750.641.782.818 meskipun realisasi pendapatan asli daerah
88
meningkat setiap tahunnya namun target yang telah dianggarkan setiap
tahunnya belum tercapai.
Dari data diatas penulis menyimpulkan bahwa realisasi pendapatan asli
daerah setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Namun
jika ditinjau dari target PAD secara keseluruhan yang ditentukan sebelumnya
oleh dispenda belum dapat terealisasi.
Pemerintah Kota Makassar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah
sesuai dengan potensi yang dimiliki khususnya untuk retribusi parkir. Retribusi
parkir yang merupakan salah satu sumber penerimaan pendapatan asli daerah
(PAD). Dimana retribusi parkir menjadi salah satu retribusi daerah yang berperan
penting dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Makassar.
Retribusi parkir memberikan kontribusi yang cukup besar jika dilihat dari potensi
yang dimiliki. Penerimaan retribusi parkir yang di kelola PD Parkir Makassar
Raya sejak tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan peningkatan yang
cukup
signifikan,
berikut
ini
data
grafik
realisasi
retribusi
parkir
:
Grafik Target dan Realisasi pendapatan Retribusi Parkir
Kota Makassar tahun 2007-2011
6
5
4
3
Target
Realisasi
2
1
0
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : PD Parkir Makassar Raya (2 Mei 2012)
89
Berdasarkan data neraca keuangan perusahaan, PD Parkir Makassar
Raya dalam 5 Tahun terakhir mengalami peningkatan pendapatan sebesar
3,32% dari target setiap tahun. Pencapaian target terbesar pada tahun 2007, dari
target sebesar RP. 2.763.500.000,00 realisasi tercapai Rp. 2.974.771.875,00
(107%) atau over target sebesar 7%.
Dari gambaran data diatas, penulis menyimpulkan bahwa realisasi
penerimaan retribusi parkir setiap tahunnya mengalami peningkatan, meskipun
target pada Tahun 2011 tidak tercapai secara optimal namun secara keseluruhan
realisasi penerimaan retribusi parkir setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Selanjutnya untuk mengetahui kontribusi retribusi parkir terhadap penerimaan
retribusi daerah di Kota Makassar pada tahun 2007-2011 dapat di lihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 8
Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Penerimaan Retribusi Daerah
Kota Makassar Pada Tahun 2007-2011
No
Tahun
Realisasi
Retribusi Parkir
Realisasi
Retribusi Daerah
Kontribusi
(%)
1
2007
Rp. 2.974.771.875
Rp. 37.972.419.441
7,83 %
2
2008
Rp. 3.678.292.500
Rp. 40.966.229.794
8,97 %
3
2009
Rp. 4.369.300.500
Rp. 39.161.122.319
11,15 %
4
2010
Rp. 5.550.531.000
Rp. 59.728.106.724
9,92 %
5
2011
Rp. 7.644.300.600
Rp. 73.066.084.009
10,46 %
Sumber data : PD.Parkir Makassar Raya dan DISPENDA Kota Makassar, 2012
90
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi retribusi parkir
terhadap retribusi daerah di Kota Makassar pada Tahun 2007-2011 tidak
mengalami banyak penurunan bahkan mengalami peningkatan. Pada tahun
2007 kontribusi retribusi parkir mencapai 7,83%. Sedangkan pada tahun 2008
kontribusi retribusi parkir terhadap retribusi daerah mengalami peningkatan
menjadi 8,97%. Pada tahun 2009 kontribusi parkir terhadap retribusi daerah
meningkat menjadi 11,15%. Namun pada tahun 2010 mengalami penurunan dan
kontribusi retribusi parkir terhadap retribusi daerah sebesar 9,92%. Selanjutnya
pada tahun 2011 kontribusi retribusi parkir kembali meningkat menjadi 10,46%.
Besarnya
kontribusi
retribusi
parkir
terhadap
total
penerimaan
Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar secara keseluruhan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 9
Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Total Pendapatan Asli Daerah Kota
Makassar Tahun 2007-2011
No
TAHUN
Realisasi
Retribusi Parkir
Total Realisasi PAD
Kontribusi
(%)
1
2007
Rp. 2.974.771.875
Rp.120.904.263.931
2,46 %
2
2008
Rp. 3.678.292.500
Rp. 136.626.469.085
2,69 %
3
2009
Rp. 4.369.300.500
Rp. 154.911.819.959
2,82 %
4
2010
Rp. 5.550.531.000
Rp. 1.471.774.687.783
0,37 %
5
2011
Rp. 7.644.300.600
Rp. 1.750.641.782.818
0,43 %
Sumber data : PD.Parkir Makassar Raya dan DISPENDA Kota Makassar, 2012
91
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi retribusi parkir
terhadap pendapatan asli daerah cenderung mengalami pasang surut. Pada
tahun 2007 kontribusi retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah sebesar
2,46%. Sedangkan pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 2,69% dan
meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 2,82%. Namun pada tahun 2010
kontribusi retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah cenderung mengalami
penurunan yakni sebesar 0,37%. Selanjutnya pada tahun 2011 meningkat
menjadi 0,43%.
Jika dilihat dari kedua tabel diatas Kontribusi retribusi parkir terhadap
retribusi daerah dalam 5 tahun terakhir cenderung mengalami naik turun sama
halnya dengan kontribusi
retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun realisasi retribusi parkir setiap
tahun meningkat namun kontribusi retribusi parkir terhadap retribusi daerah Kota
Makassar dan terhadap Pendapatan Asli Daerah cenderung mengalami
penurunan dalam 2 tahun terakhir ini. Meskipun retribusi parkir memiliki potensi
yang cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah namun hal
itu tidak menjamin kontribusi yang diberikan terhadap retribusi daerah dan
pendapatan asli daerah juga meningkat setiap tahunnya.
Oleh sebab itu PD Parkir Makassar Raya perlu meningkatkan
pengelolaan retribusi parkir yang mengarah ke optimalisasi pemungutan retribusi
parkir. Sehingga penerimaan retribusi parkir dapat meningkat dan realisasi dari
target yang telah ditentukan dapat tercapai serta dapat memberikan kontribusi
yang lebih besar terhadap retribusi daerah dan pendapatan asli daerah (PAD)
secara keseluruhan.
92
Selanjutnya peringkat kontribusi retribusi parkir terhadap pendapatan asli
daerah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10
Peringkat Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Makassar Tahun 2007-2011
N
o
Jenis-jenis
Retribusi
Daerah
R.P.
2007
R
R.P
2008
R
R.P.
2009
R
R.P.
2010
R
R.P
2011
R
1
Retribusi Pasar
87,78
III
89,0
4
III
96,2
7
III
101,
35
I
98,3
5
I
2
Retribusi
Terminal
97,57
II
101,
05
I
97,5
8
II
94,9
2
III
93,7
2
III
3
Retribusi
Rumah Potong
Hewan
76,47
V
80,1
5
IV
90,0
0
IV
61,9
2
V
80,4
0
IV
107,6
5
I
100,
44
II
104,
96
I
101,
21
II
98,1
8
II
80,45
IV
77,6
1
V
75,5 V 72,4 IV 71,0 V
9
0
5
Hasil Olahan Data Sekunder
4
Retribusi Parkir
5
Retribusi
Sampah
Keterangan :
R.P. = Realisasi Penerimaan
R
= Rangking
Berdasarkan tabel diatas penulis menyimpulkan bahwa peringkat
kontribusi retribusi parkir menempati peringkat ke I pada tahun 2007 dan 2009.
Sedangkan pada tahun 2008, 2010 dan 2011 retribusi parkir menempati
peringkat ke II. Hal ini menunjukkan bahwa retribusi parkir memberikan kontribusi
yang lebih besar dibandingkan retribusi daerah lainnya seperti retribusi sampah,
retribusi
rumah
potong
hewan,
retribusi
terminal
dan
retribusi
pasar.
Keberhasilan PD Parkir Kota Makassar dalam menjalankan fungsi dan tugas
utamanya sebagai perusahaan daerah yaitu memberikan kontribusi sebesar-
93
besarnya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar. Namun
meskipun Retribusi Parkir memberikan kontribusi yang besar jika dilihat dari
peringkat retribusi daerah, tetapi kontribusi terhadap retribusi daerah belum
optimal. Hal ini dikarenakan pengelolaan retribusi parkir yang belum optimal
terutama dalam sistem pemungutan retribusi parkir yang masih menemukan
berbagai hambatan. Sistem pemungutan retribusi parkir yang optimal akan
mengoptimalkan pula pengelolaan retribusi parkir di Kota Makassar sehingga
realisasi dari target yang ditentukan dapat tercapai dan memberikan kontribusi
yang besar terhadap pendapatan asli daerah (PAD).
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan
urain
dari
bab-bab
sebelumnya
yang
menyangkut
pegelolaan retribusi parkir di Kota Makassar dapat ditarik kesimpulan sebagai
barikut :
1. Pengelolaan retribusi parkir sudah cukup baik tetapi belum optimal,
dapat dilihat dari penerimaan retribusi tiap tahunnya terutama dalam 5
tahun terakhir yang meningkat tetapi kontribusi retribusi parkir
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) cenderung mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan masih ditemukan beberapa kendala
yang menghambat pengelolaan retribusi parkir yang dihadapi PD
Parkir Makassar Raya terutama dalam hal pemungutan retribusi parkir
yaitu :
-
Perencanaan dalam hal ini penentuan target retribusi parkir
pertahunnya masih belum efektif karena tidak didukung oleh data-data
yang
akurat
mengenai
kawasan-kawasan
parkir
liar
yang
dimanfaatkan orang-orang untuk meraub keuntungan. Sehingga
masih ada kawasan parkir di kota makassar yang tidak memiliki
legalitas yang seyogyanya jika kawasan parkir tersebut terdaftar di PD
Parkir akan menambah penerimaan retribusi parkir di Kota Makassar.
-
Pengorganisasian
dalam
hal
ini
standar
kerja
sikap
dari
petugas/kolektor pungutan retribusi parkir yang mengalami kendala
dalam jumlah personel sehingga masih ada beberapa petugas yang
95
belum memenuhi aturan-aturan dalam pelaksanaannya. Seperti
aturan jam kerja.
-
Penggerakan dalam hal pemberian arahan mengenai tata cara
perparkiran dan mensosialisasikan setiap kebijakan yang berkaitan
dengan peraturan-peraturan pemungutan retribusi parkir. Selain itu
PD Parkir juga melakukan penertiban terhadap juru parkir liar dan
juga pemberian asuransi terhadap para juru parkir serta memberikan
sosialisasi mengenai asuransi tersebut.
-
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan dalam hal ini Direktur PD
Parkir Makassar Raya masih sangat kurang dan bertumpu pada
laporan-laporan hasil penerimaan retribusi perbulannya.
V.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan
pengelolaan retribusi parkir dengan melihat kesimpulan diatas adalah sebagai
berikut :
-
Proses perencanaan, untuk memperoleh data yang akurat mengenai
kawasan-kawasan perparkiran liar yang sebenarnya harus intensif
dilakukan pendataan terutama kawasan parkir liar dan juru parkir liar
yang tidak memiliki legalitas dari PD Parkir Makassar Raya.
-
Kepada
kolektor/petugas
pemungutan
retribusi
agar
dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik dan penuh rasa tanggungjawab
serta sesuai dengan aturan-aturan yang ada sehingga tidak ada
keluhan dari juru parkir.
96
-
Kepada Direktur PD Parkir harus lebih memperhatikan kesejahtraan
kolektornya karena hal ini dapat berpengaruh terhadap kinerja para
kolektor pemungut retribusi parkir.
-
Kepada Kepala Bidang Keuangan dan Produksi agar dapat
mengefektifkan
meminimalisir
pengawasan
langsung
kecurangan-kecurangan
di
ataupun
lapangan
untuk
penyelewengan-
penyelewengan yang terjadi dalam pemungutan Retribusi parkir di
Kota Makassar.
97
DAFTAR PUSTAKA
BUKU TEKS
Bratakusumah, Deddy Supriady, Ph.D dan Dadang Solihin, M.A. 2003. Otonomi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Cet.4. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Handayaningrat, Soewarno. 1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen, Edidi keenam. Jakarta : Gunung Agung.
Handoko, T. Hani. 1986. Manajemen, Edisi II. Yogyakarta : BPFE.
Hasibuan, Malayu S.P., Haji. 2008. Manajemen: dasar, pengertian, dan
masalah/--Ed. Revisi, Cet. 7.—Jakarta : Bumi Aksara.
Kesit, Bambang Prakosa. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. cetakan kedua.
Yogyakarta : UII Press.
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta :
Andi Offset.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Nugroho. 2003. Good Governance. Bandung : Mandar Maju.
Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
Simamora, Hendry. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE
YPKN Press.
S.H Basuki. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. cetakan pertama. Yogyakarta
: Kreasi Wacana.
Sumarsono, Sonny. 2010. Manajemen Keuangan Pemerintahan-Ed.1,Cet.1.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sulaiman, Anwar. 2000. Pengantar Keuangan Negara dan Daerah. Jakarta :
STIA-LAN Press
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
The Liang Gie. 1989. Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta : Andi
Offset.
Yani, Ahmad. 2009. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.
Wijayanti, Irine Diana Sari Se,Mm. 2008. Manajemen. Jogyakarta : MITRA
CENDIKIA offset.
98
BUKU METODOLOGI
Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Social. Yogyakarta: Gajahmada
university press.
Sabarguna, Boy S., Haji. 2004. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Universitas Indonesia
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan dan Penilaian Skripsi Jurusan Ilmu
Administrasi Fisip Unhas Makassar: Due-like.
Usaman, Husaini,dan Purnama Setiady. 2006. Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: PT BUMI AKSARA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah tentang
perubahan atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Ruang Lingkup APBD
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 Tentang Ruang Lingkup APBD
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah
SK Walikota nomor 935 tahun 2006 tentang sistem perparkiran tepi jalan umum
REFERENSI LAIN
1. Diunduh dari internet, (http://www.antara-sulawesiselatan.com/daerah),
diakses pada tanggal 27 februari 2012 pukul 20.16 WITA
2. Diunduh dari internet, (http://www.cakrawalaberita.com/provinsi), diakses
pada tanggal 8 Maret 2012 pukul 11.55 WITA
3. Diunduh dari internet, (http://www.bugis-pos.com/warkop-di-sul-sel),
diakses pada tanggal 27 Februari 2012 pukul 11.26 WITA
99
4. Diunduh dari internet, (http://beta.beritakota.com/), diakses pada tanggal
16 Maret 2012 pukul 20.33 WITA
5. Diunduh dari internet, (http://www.kompasiana.com/feed), diakses pada
tanggal 9 Maret 2012 pukul 17.53
100
Download