Aquacultura Indonesiana (2006) 7 (2) : 101–105 ISSN 0216–0749 (Terakreditasi SK Nomor : 55/DIKTI/Kep/2005) Efek Daur Deprivasi Pakan Terhadap Konsumsi Oksigen dan Hematologi Ikan Bandeng (Chanos chanos) Edy Yuwono1, Isdy Sulistyo2 dan Purnama Sukardi2 1 2 Fakultas Biologi UNSOED Purwokerto Program Sarjana Perikanan dan Kelautan UNSOED Purwokerto, Tel./Fax.: 0281-625739; Email: [email protected] Naskah Diterima: 10 April 2006; Diterima Publikasi: 10 Juli 2006 Abstract Edy Yuwono, Isdy Sulistyo and Purnama Sukardi. 2006. Effect of cycle of feed deprivation on oxygen consumption and hematology of milkfish (Chanos chanos). Aquacultura Indonesiana, 7(2): 101–105. A study was carried out to reveal oxygen consumption, and hematology i.e. erythrocyte count, leucocyte count and plasm osmolality of milkfish (Chanos chanos) receiving repeating cycle of feed deprivation. Milkfish 5.27±0.23 g in body weight was purchased from local farmer in Cilacap, Central Java. The fish was transported to Laboratory of Animal Physiology at Biology Faculty, Jenderal Soedirman University, Purwokerto in a plastic container supplied with oxygen. They were acclimated for 2 weeks in aquaria with dimension of 40x50x60 cm3 in circulation system. The experiment was carried out for 9 weeks. Feeding was carried out at 09.00 and 15.00 WIB at 5% of fish wet weight. A group of fish was fed daily as control (P0). Treatment groups include fish deprived from feed every 2 days (P1), fish deprived from feed every 3 days (P2), deprived from feed every 2 days and 3 days alternately (P3). These were arranged according to completely randomized design in five replicates. The results showed that oxygen consumption and erythrocyte count decreased, while leucocyte count increased in fish receiving repeating cycle of feed deprivation. Oxygen consumption and erythrocyte count of P2 and P3 decreased significantly. Fish of P2 showed the highest leukocyte count. However, repeating cycle of feed deprivation did not affect plasma osmolality of milkfish. Keywords: Chanos chanos; Erythrocyte; Oxygen consumption; Leucocyte; Plasma osmolality Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsumsi oksigen dan hematologi yaitu jumlah eritrosit, lekosit dan osmolalitas plasma pada ikan bandeng (Chanos chanos) yang mengalami daur deprivasi pakan. Ikan bandeng dengan bobot basah 5.27 ± 0.23 g diperoleh dari petani ikan di Cilacap, Jawa Tengah. Ikan tersebut diangkut ke Laboratorium Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dalam wadah plastik yang diberi oksigen. Ikan diaklimatisasi selama 2 minggu dalam akuarium berukuran 40x50x60 cm3 dengan sistem sirkulasi. Penelitian dilakukan selama 9 minggu. Pemberian pakan dilakukan pada jam 09.00 dan 15.00 WIB sebanyak 5% dari bobot basah ikan. Ikan bandeng diberi makan setiap hari sebagai kontrol (P0). Perlakuan meliputi deprivasi pakan setiap 2 hari (P1), deprivasi pakan setiap 3 hari (P2), deprivasi pakan setiap 2 dan 3 hari secara bergantian (P3). Kontrol dan perlakuan disusun secara acak sesuai rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi oksigen dan jumlah eritrosit menurun, sedangkan jumlah lekosit meningkat pada ikan yang dipuasakan. Konsumsi oksigen dan jumlah eritrosit P2 dan P3 turun secara nyata (P<0,05). Ikan bandeng pada P2 menunjukkan jumlah lekosit tertinggi. Daur ulang deprivasi pakan tidak mempengaruhi osmolaritas plasma ikan bandeng. Kata kunci: Chanos chanos; Eritrosit; Laju metabolik rutin; Leukosit; Osmolaritas plasma Pendahuluan Ikan bandeng (Chanos chanos) telah berhasil dibudidayakan secara tradisional dan intensif di Indonesia, baik dalam tambak perairan payau maupun dalam kolam air tawar (Ahmad dan Yakob, 1998). Budidaya ikan bandeng dapat dikembangkan secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan manajemen pakan yang menghasilkan produksi tinggi, tetapi tidak mengganggu lingkungan. Deprivasi pakan secara periodik merupakan cara untuk mengurangi asupan Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2006 101 Aquacultura Indonesiana, Vol. 7, No. 2, Agustus 2006 : 101–105 pakan tanpa mengurangi produk budidaya ikan. Bahkan, pemuasaan dapat meningkatkan produksi ikan lele kanal Ictalurus punctatus, karena ikan yang mengalami deprivasi pakan dapat tumbuh setara dengan yang diberi pakan normal dan menunjukkan kelulusanhidupan yang tinggi (Chatakondi dan Yant, 2001). Ikan yang mengalami deprivasi pakan secara periodik tidak dapat memperoleh pakan secara terus menerus. Ikan tersebut akan kelaparan dan dalam beberapa kali daur deprivasi pakan diduga ikan dapat menyesuaikan kondisi fisiologisnya terhadap tidak adanya asupan pakan, sehingga mampu menghemat energi yang diperolehnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan aktivitas dan metabolisme sebagaimana yang terjadi pada hewan yang mengalami kelangkaan pakan. Penur unan metabolisme pada ikan dapat diketahui dengan cara mengukur konsumsi oksigen, dimana menurunnya konsumsi oksigen menunjukkan penur unan metabolisme (Zimmermann dan Kunzmann, 2001). Karena oksigen dalam tubuh ikan diangkut oleh Hb yang terdapat dalam eritrosit, maka penurunan metabolisme basal akan menurunkan jumlah eritrosit dalam darah. Chatakondi dan Yant (2001) melaporkan bahwa deprivasi pakan secara periodik pada lele kanal I. punctatus menyebabkan peningkatan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit patogenik. Peningkatan ketahanan tubuh terhadap penyakit dapat diindikasikan dengan meningkatnya jumlah lekosit, tetapi belum diketahui apakah depr ivasi pakan secara per iodik dapat meningkatkan jumlah lekosit pada ikan. Meskipun terjadi perubahan profil hematologi namun ikan memiliki kemampuan untuk mempertahankan osmolalitas plasma agar dapat berfungsi secara normal. Oleh sebab itu, deprivasi pakan secara periodik diduga tidak menyebabkan perubahan osmolalitas plasma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi oksigen dan hematologi ikan bandeng sebagai respon terhadap daur deprivasi pakan secara periodik. Materi dan Metode Ikan bandeng (Chanos chanos) dengan bobot basah 5.27±0.23 g diperoleh dari petani ikan di Cilacap. Ikan diangkut ke Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Biologi UNSOED menggunakan kantong plastik yang diberi oksigen dan 102 diaklimatisasi di laboratorium selama 2 minggu. Selama aklimasi ikan ditempatkan dalam akuarium kaca ukuran 40x50x60 cm3 dalam sistem resirkulasi tertutup. Setiap akuarium berisi ikan bandeng sebanyak 20 ekor. Pakan mulai diberikan pada hari ketiga setelah ikan sampai di laboratorium. Pemberian pakan dilakukan sekitar pagi dan sore hari sebanyak 5% dari bobot biomas ikan. Setelah 2 jam dari saat pemberian pakan dilakukan penyifonan. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicobakan meliputi pemberian pakan setiap hari (P0) sebagai kontrol, deprivasi pakan/pemuasaan yang dilakukan setiap 2 hari sekali (P1), deprivasi pakan/pemuasaan yang dilakukan setiap 3 hari sekali (P2) dan deprivasi pakan/pemuasaan dilakukan setiap 2 dan 3 hari sekali secara bergantian (P3). Percobaan ini dilakukan selama 9 minggu. Pengukuran konsumsi oksigen rutin dilakukan diakhir percobaan menggunakan respirometer sistem tertutup sedangkan oksigen terlarut diukur dengan Dissolved Oxygen Meter (Model HI 964400 HANNA Instruments). Sebelum dilakukan pengukuran konsumsi oksigen, ikan diaklimasi dalam respirometer selama 24 jam. Pengukuran konsumsi oksigen (VO2) dilakukan dalam waktu 1 jam dan dihitung dengan rumus berikut: VO2 = (cO2i – cO2f) x V x H-1 x W-1 Dimana : cO2i : oksigen terlarut awal (mg/L), cO2f : oksigen terlarut akhir (mg/L), V : volume tabung respirometer setelah dikurangi volume ikan (L), H : selang waktu pengukuran konsentrasisi oksigen terlarut awal dan akhir (jam) W : bobot ikan (g). Setelah dilakukan pengukuran konsumsi oksigen di akhir penelitian, sampel darah ikan diambil dari bagian insang dengan cara menyedot menggunakan spuit ukuran 1 mL yang sudah dibilas dengan EDTA. Darah yang tersedot selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah sampel darah yang telah diisi larutan EDTA sebanyak 5 µL untuk 0,5 mL. Jumlah eritrosit dihitung menggunakan haemocytometer Double Improved Neubauer’s. Osmolaritas plasma diukur dengan menggunakan osmometer digital Wescor Vapour. Data dianalisis dengan sidik ragam dan jika terdapat perbedaan Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2006 Efek daur deprivasi pakan terhadap konsumsi oksigen dan hematologi ikan bandeng (Edy Yuwono et al,) yang signifikan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil. Selama penelitian kualitas air meliputi pH, salinitas, temperatur dan kandungan oksigen terlarut dipantau setiap pagi dan sore hari, sebelum dilakukan pemberian pakan. Hasil dan Pembahasan Depr ivasi pakan secara periodik mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan bandeng (P<0,05). Konsumsi oksigen pada ikan yang diberi pakan setiap hari (P0) yaitu 580 mgO 2 /kg/jam cenderung lebih tinggi dari P1: 550 mgO2/kg/jam, P2: 370 mgO2/kg/jam dan P3: 400 mgO2/kg/jam (Gambar 1). Namun konsumsi oksigen P1 tidak berbeda secara nyata dengan P0 (P>0,05) . Konsumsi oksigen pada ikan merupakan parameter untuk laju metabolisme (Zimmermann and Kunzmann, 2001), dimana metabolisme membutuhkan oksigen untuk oksidasi cadangan makanan dalam tubuh ikan. Oleh sebab itu pada ikan yang mengkonsumsi pakan lebih banyak (P0) membutuhkan oksigen lebih banyak pula untuk oksidasi dalam proses metabolisme dibandingkan pada ikan yang mengalami deprivasi pakan (P2 dan P3). Ikan yang mengalami deprivasi pakan tersebut nampaknya menghemat energi dengan cara menurunkan laju metabolisme rutin. Rendahnya konsumsi oksigen menunjukkan aktivitas metabolisme dalam tubuh menurun. Hal ini berarti bahwa pasokan oksigen ke sel-sel tubuh rendah, sehingga tidak dibutuhkan eristrosit dalam jumlah banyak untuk pengangkutan oksigen dari insang ke jaringan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daur deprivasi pakan berpengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit pada ikan bandeng (P<0,05). Jumlah eritrosit pada ikan yang mengalami daur deprivasi pakan (P2 dan P3) ternyata lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan setiap hari P0 (Gambar 2). Hal ini berkaitan dengan fungsi Konsumsi oksigen (mg O/kg/jam) 2 Konsumsi oksigen (mg/O /kg/jam) 2 1000 800 a a 600 b b P2 P3 400 200 0 P0 P1 Perlakuan Gambar 1. Histogram konsumsi oksigen (data ± SD) ikan bandeng (Chanos chanos) pada akhir penelitian. Bar yang diatasnya terdapat huruf yang sama, tidak berbeda nyata (P>0,05) 3 Jumlah eritrosit (x 1000/mm ) Jumlah eritrosit (x1000/mm3) 1000 900 a ab 800 700 b b P2 P3 600 500 400 300 200 100 0 P0 P1 Perlakuan Gambar 2. Histogram jumlah eritrosit (data ± SD) ikan bandeng (Chanos chanos) pada akhir penelitian. Bar yang diatasnya terdapat huruf yang sama, tidak berbeda nyata (P>0,05). Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2006 103 Aquacultura Indonesiana, Vol. 7, No. 2, Agustus 2006 : 101–105 eritrosit yaitu untuk mengangkut oksigen, sehingga pada P2 dan P3 yang konsumsi oksigennya rendah jumlah eritrositnya rendah, sedangkan P0 yang konsumsi oksigennya tinggi jumlah eritrositnya juga tinggi. Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah eritrosit ternyata paralel dengan konsumsi oksigen. Meningkatnya jumlah eritrosit dalam darah berkaitan dengan kebutuhan oksigen untuk metabolisme dan hal ini menunjukkan pentingnya peran eritrosit tersebut dalam pengangkutan oksigen. Fenomena yang sama telah dilaporkan oleh Jensen et al. (2002) pada ikan Platichthys flesus. Kecukupan jumlah oksigen dalam darah dibutuhkan untuk proses metabolisme (Weinkle, 2001). Jumlah Jumlah eritrosit eritrosit mencerminkan kapasitas darah untuk menyediakan oksigen (Svobodová et al., 2001). Lekosit berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh terhadap senyawa asing. Jumlah lekosit tertinggi adalah pada P2 dan secara signifikan lebih tinggi dari P0 dan P1 (P<0,05), sedangkan jumlah lekosit P3 tidak berbeda nyata baik dengan P0 maupun P1 walaupun cenderung meningkat menyamai P2 (Gambar 4). Fenomena ini dapat dijelaskan bahwa deprivasi pakan dapat menyebabkan ikan menghasilkan lekosit lebih banyak (pada P2) untuk pertahanan tubuh atau menurunnya laju metabolik akibat tidak adanya pakan yang merupakan isyarat untuk produksi lekosit Konsumsi oksigen lebih banyak. Namun hal ini perlu diteliti 1000 Jumlah eritrosit Konsumsi oksigen 800 800 600 600 400 400 200 200 0 P0 0 Perlakuan P1 Konsumsi oksigen (mgO 2/kg/jam) 3 Jumlah eritrosit (x 1000 mm ) 1000 P2 P3 Perlakuan 3 Jumlah lekosit (x1000/mm ) Gambar 3. Jumlah eritrosit paralel dengan konsumsi oksigen ikan bandeng (Chanos chanos) 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 b a a a P0 P1 P2 P3 Perlakuan Gambar 4. Histogram jumlah lekosit (data ± SD) ikan bandeng (Chanos chanos) pada akhir penelitian. Bar yang diatasnya terdapat huruf yang sama, tidak berbeda nyata (P>0,05) 104 Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2006 Efek daur deprivasi pakan terhadap konsumsi oksigen dan hematologi ikan bandeng (Edy Yuwono et al,) Osmolalitas plasma (mOsmol) lebih lanjut. Secara umum, peningkatan jumlah lekosit terjadi pada ikan yang berada pada kondisi yang tidak menguntungkan baik di habitatnya maupun di dalam tubuh internalnya (Svobodová et al., 2001). Deprivasi pakan dapat merupakan kondisi eksternal yang tidak menguntungkan yang menghasilkan respon peningkatan jumlah lekosit pada ikan bandeng. Pada Gambar 5 menunjukkan osmolalitas plasma darah ikan bandeng yaitu pada P0, 297,50±54,99 mOsm r elatif lebih rendah 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 dibandingkan dengan ikan yang mengalami deprivasi pakan (P1, P2 dan P3). Pada P2, ikan menunjukkan osmolalitas plasma tertinggi yaitu 372,83±50,52 mOsm, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan P0, P1 dan P3. Hal ini menunjukkan bahwa deprivasi pakan tidak mempengaruhi regulasi cairan internal ikan bandeng. Dalam kondisi yang tidak menguntungkan yaitu deprivasi pakan, ikan bandeng tetap mampu mempertahankan osmolalitas plasma sehingga fungsi darah tetap normal. a a a a P0 P1 Perlakuan P2 P3 Gambar 5. Histogram osmolalitas plasma (data ± SD) ikan bandeng (Chanos chanos) pada akhir penelitian. Bar yang diatasnya terdapat huruf yang sama, tidak berbeda nyata (P>0,05) Kesimpulan Konsumsi oksigen menurun seiring dengan menurunnya jumlah eritrosit sebagai respon terhadap deprivasi pakan secara periodik pada ikan bandeng (Chanos chanos). Sebaliknya jumlah lekosit meningkat sebagai respon terhadap kondisi yang tidak menguntungkan yaitu daur deprivasi pakan sehingga pakan tidak tersedia secara terus menerus. Deprivasi pakan secara periodik tidak menyebabkan perubahan osmolalitas plasma. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini didanai oleh Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Daftar Pustaka Ahmad, T. dan M.J.R. Yakob. 1998. Budidaya Bandeng Intensif di Tambak. Makalah Seminar Teknologi Perik. Pantai, Bali 6–7 Agustus 1998. Ali, M., A. Nicieza and R.J. Woolton. 2003. Compensatory growth in fishes: a response to growth depression. Fish and Fisheries, 4(2): 147 Chatakondi, N. G. and R.D. Yant. 2001. Application of compensatory growth to enhance production in channel catfish Ictalurus punctatus. Journal of the World Aquaculture Society, 32: 278–285. Jensen F.B., T. Lecklin, M. Busk, N.R. Bury, R.W. Wilson, C.M. Wood and M. Grosell. 2002. Physiological impact of salinity increase at organism and red blood cell levels in the European flounder (Platichthys flesus). Aquaculture, 274: 159–174. Svobodová Z., M. Flajšhans, J. KoláYová, H. Modrá, M. Svoboda and V. Vajcová. 2001. Leukocyte profiles of diploid and triploid tench, Tinca tinca L. Aquaculture, 198: 159–168. Weinkle, W. 2001. An examination and comparison of oxygen consumption rates in three South Florida fishes during exercise and resting trials. http:// www.shadow.net/~wweinkle/Instar2001.htm Zimmermann, C. and A. Kunzmann. 2001 Baseline respiration and spontaneous activity of sluggish marine tropical fishes of the family Scorpaenidae. Mar. Ecol. Prog. Ser., 219: 229–239. Hak cipta oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia 2006 105