bab 1 pendahuluan - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saliva disekresi di kelenjar saliva mayor yang terdiri dari kelenjar parotid,
submandibula dan sublingualis dan kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar
lingualis, bukalis, labialis, palatinal dan glossopalatina. Saliva diproduksi oleh
masing-masing kelenjar saliva mayor yang berbeda dalam jumlah dan komposisinya.
Kelenjar parotid menghasilkan saliva yang encer yang kaya akan enzim seperti
amilase, protein seperti protein kaya proline dan glikoprotein lain. Kelenjar
submandibular menghasilkan saliva yang bercampur yaitu serus dan mukus tapi yang
lebih dominan adalah serus. Kelenjar sublingual menghasilkan saliva yang kental
namun ditemukan sedikit sel serus.1,2,3
Aksi saliva sebagai pelumas sangat penting untuk kesehatan rongga mulut
yang memfasilitasi pergerakan lidah dan bibir selama proses menelan dan makan juga
penting untuk memperjelas bicara. Effikasi saliva sebagai pelumas tergantung pada
viskositas.1 Nilai normal viskositas saliva manusia adalah 2,75-15,51 centipoise.4
Perubahan komposisi saliva mempengaruhi viskositas saliva. Pentingnya viskositas
saliva telah menjadi subjek dalam berbagai penelitian odontologi. Peningkatan
viskositas saliva dihubungkan dengan peningkatan karies gigi dan juga berperan bagi
retensi gigi tiruan.1
Universitas Sumatera Utara
Sekresi saliva dapat distimulus baik dari stimulus mekanik maupun stimulus
kimiawi. Stimulus mekanik tampak dalam bentuk gerak pengunyahan sedangkan
stimulus kimiawi tampak dalam bentuk efek kesan pengecapan. Stimulus mekanik
yang berupa pengunyahan akan meningkatkan sekresi saliva yang tampak dalam
kecepatan aliran saliva. Demikian juga dengan stimulus kimiawi dalam efek kesan
pengecapan. Proses mengunyah merupakan stimulus mekanik yang merangsang
peningkatan sekresi saliva sedangkan pengecapan merupakan informasi sensorik
yang berhubungan dengan stimulus kimiawi yang dapat meningkatkan kecepatan
aliran saliva. Stimulus kimiawi dalam rongga mulut berhubungan dengan kesan
pengecapan dan sekresi saliva.5
Adanya interaksi antara pengecapan dengan aliran saliva tergantung pada
jenis rangsangan pengecapan dari makanan yang akan menghasilkan suatu rasa.
Sensasi rasa asam merupakan stimulan dengan pengaruh paling besar dan sering
digunakan dalam pengumpulan produk saliva.2,5,6 Buah apel banyak mengandung
serat dan asam. Rangsangan berupa asam dapat merangsang sekresi saliva dalam
jumlah yang tinggi sehingga menyebabkan saliva menjadi lebih encer (viskositas
saliva lebih rendah).7
Molekul yang dapat merangsang timbulnya rasa adalah substansi makanan
yang terdapat dalam berbagai bentuk fisik makanan baik dalam bentuk padat maupun
larutan, substansi pengecapan kemudian dideteksi oleh taste buds sebagai sensasi rasa
lalu dikirim ke otak untuk diproses merespon rasa.8 Respon rasa yang dihasilkan
berupa rasa manis, asam, asin dan pahit. Interaksi pengecapan dengan flow rate dan
Universitas Sumatera Utara
komposisi saliva tergantung pada jenis rangsangan pengecapan dari makanan yang
akan menghasilkan suatu sensasi rasa.6
Rata-rata aliran saliva bervariasi sepanjang hari, meningkat ketika makan dan
rendah ketika tidur bahkan hampir terhenti. Produksi saliva normal masing- masing
individu adalah antara 0,5 liter dan 1,5 liter/hari. Nilai normal rata-rata flow rate
saliva yang tidak distimulasi pada individu yang sehat berkisar 0,3 ml/menit.
Dibawah 0,1 ml/menit merupakan hiposalivasi dan diantara 0,1-0,5 ml/menit rendah.
Sedangkan nilai normal untuk flow rate saliva yang distimulasi berkisar 1,0-3,0
ml/menit. Dibawah 0,7 ml/menit merupakan hiposalivasi dan diantara 0,7-1,0
ml/menit rendah.1,9 Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran saliva yang distimulasi
adalah rangsangan alami, muntah, merokok, ukuran kelenjar, penglihatan, penciuman
dan makanan.10
Volume saliva dapat meningkat akibat adanya rangsangan mekanik misalnya
pengunyahan. Proses mengunyah makanan dimulai oleh refleks mengunyah, karena
adanya bolus makanan didalam mulut.
11
Makanan yang berada didalam mulut akan
digigit, dikunyah, atau mengalami proses mastikasi yang mempunyai peranan
memperluas permukaan sehingga mempermudah pencernaan, dan merangsang
keluarnya saliva.12
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah
buah apel?
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah ada perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah minum jus
apel?
3. Apakah ada perbedaan viskositas saliva setelah mengunyah buah apel dan
minum jus apel?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah
mengunyah buah apel.
2. Untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah
minum jus apel.
3. Untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva setelah mengunyah
buah apel dan minum jus apel
1.4 Manfaat penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan sumbangan informasi mengenai efek minum jus apel dan
mengunyah buah apel terhadap viskositas saliva..
2. Sebagai data dan informasi dalam menunjang perkembangan Ilmu
Kedokteran Gigi khususnya dalam bidang Biologi Oral dalam hal
viskositas saliva.
3. Sebagai data dan informasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
Download