commerce sebagai berikut: The practice of

advertisement
BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL
MATCH DAY 8
TRANSAKSI DAN KONTRAK ELEKTRONIK
A. Transaksi Elektronik (E-Commerce)
Perkembangan perdagangan internasional tidak akan pernah terlepas dari
perkembangan teknologi. Perkembangan aturan-aturan perdagangan juga tidak terlepas dari
pengaruh perkembangan teknologi. Pengaruh tersebut dewasa ini semakin nyata dengan
lahirnya e-commerce (electronic commerce). E-commerce mulai berkembang secara signifikan
ketika internet mulai diperkenalkan. Perkembangan internet ini mendorong transaksi-transaksi
perdagangan internasional semakin cepat. Dengan internet, batas-batas wilayah negara dalam
melakukan transaksi dagang menjadi tidak signifikan. Perkembangan ini cukup signifikan antara
lain tampak dari kuantitas transaksi melalui sarana ini. Batasan e-commerce adalah transaksitransaksi dalam perdagangan internasional yang dilakukan melalui pertukaran data elektronik
dan cara-cara komunikasi lainnya.1
Black’s Law Dictionary, seperti dikutip oleh Ridwan Khairandy, mendefinisikan ecommerce sebagai berikut: The practice of buying and selling goods and services through
online consumer services on the internet. The e, a shortened form of electronic, has become a
popular prefix for other terms associated with electronic transaction.2 Vladimir Zwass
mendefinisikan transaksi komersial elektronik (e-commerce) sebagai pertukaran informasi
bisnis, mempertahankan hubungan bisnis, dan melakukan transaksi bisnis melalui jaringan
komunikasi.3 Dari sini terlihat bahwa transaksi komersial elektronik (e-commerce) adalah
transaksi perdagangan/jual-beli barang dan jasa yang dilakukan dengan cara pertukaran
informasi/data menggunakan alternatif selain media tertulis, yang dimaksud media alternatif
disini adalah media elektronik, khususnya internet. Selain itu, dalam Pasal 1 angka 2 Undangundang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik memberikan
pengertian bahwa transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Transaksi melalui e-commerce ini memiliki beberapa ciri berikut:4
1. Transaksi secara e-commerce memungkinkan para pihak memasuki pasar global secara
cepat tanpa dirintangi oleh batas-batas negara;
1
2
3
4
Huala Adolf, 2005, Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 161-162.
Ridwan Khairandy, “Pembaharuan Hukum Kontrak Sebagai Antisipasi Transaksi Elektronic Commerce”, Jurnal
Hukum Bisnis, Vol. 16, November 2001, hlm. 57.
Seperti dikutip oleh Andrew Coulson, “Electronic-Commerce: The Ever-Evolving Online Marketplace”, IEEE,
September 1999, hlm. 58 yang berbunyi: Sharing business information, maintaining business relationships, and
conducting business transactions by means of communication networks. Lebih lanjut, Peter Scisco dalam suatu
ensiklopedi elektronik memberikan definisi mengenai e-commerce sebagai berikut: Electronic Commerce or e-
commerce, the exchange of goods and services by means of the internet or other computer networks. Ecommerce follows the same basic principles as traditional commerce – that is, buyers and sellers come together to
exchange goods for money.
Huala Adolf, Op.cit., hlm. 162-163.
2. Transaksi secara e-commerce memungkinkan para pihak berhubungan tanpa mengenal satu
sama lainnya;
3. Transaksi melalui e-commerce sangat bergantung pada sarana (teknologi) yang
keandalannya kurang dijamin. Oleh karena itu, keamanan transaksi secara e-commerce ini
belum atau tidak begitu dapat diandalkan.
Transaksi melalui e-commerce memiliki beberapa keuntungan, yaitu:5
1. Transaksi dagang menjadi lebih efektif dan cepat;
2. Transaksi dagang menjadi lebih efisien, produktif dan bersaing;
3. Lebih memberi kecepatan dan ketepatan kepada konsumen;
4. Mengurangi biaya administratif;
5. Memperkecil masalah-masalah sebagai akibat perbedaan budaya, bahasa, dan praktik
perdagangan;
6. Meningkatkan pendistribusian logistik; dan
7. Memungkinkan perusahaan-perusahaan kecil untuk menjual produknya secara global.
B. Jenis Transaksi Elektronik
Terdapat beberapa jenis dalam transaksi elektronik atau e-commerce, yaitu:6
1. Business to Business (b to b): transaksi b to b adalah transaksi antar perusahaan (baik
pembeli maupun penjual adalah perusahaan).
2. Business to Customer (b to c): transaksi b to c adalah transaksi antara perusahaan dengan
konsumen/individu. Contohnya adalah amazon.com, sebuah situs e-commerce besar yang
besar dan terkenal. Jenis ini, transaksi disebarkan secara umum dan konsumen yang
berinisiatif melakukan transaksi.
3. Customer to Customer (c to c): transaksi c to c adalah transaksi dimana individu saling
menjual barang satu sama lain. Contohnya adalah e-bay.
4. Customer to Business (c to b): transaksi c to b adalah transaksi yang memungkinkan
individu menjual barang pada perusahaan. Contohnya adalah priceline.com.
5. Customer to Government (c to g): transaksi c to g adalah transaksi dimana individu dapat
melakukan transaksi dengan pihak pemerintah. Seperti membayar pajak.
C. Masalah Hukum (Pengawasan)
Meningkatnya transaksi e-commerce ternyata juga telah melahirkan berbagai masalah
lain dalam perdagangan internasional. Masalah ini timbul mengingat transaksi secara ecommerce merupakan praktik baru di bidang perdagangan dan berkembang progresif.
Sementara itu, aturan hukum menjadi masalah utamanya, apakah ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan hukum yang ada dapat mengakomodasi lahirnya transaksi-transaksi yang
dilahirkan melalui media e-commerce ini yang sifatnya transnasional ini. Di samping itu, ada
5
Ibid., hlm. 163.
6
Disarikan dari Edmon Makarim, 2005, Pengantar Hukum Telematika (Suatu Kajian Kompilasi), RajaGrafindo
Persada, Jakarta, hlm.259-260.
bebarapa permasalahan lain, secara khusus, masalah-masalah tersebut dapat diuraikan lebih
lanjut menjadi:7
1. Masalah pembuktian mengenai data-data yang terdapat dalam e-commerce;
2. Masalah keabsahan suatu kontrak dan bentuk kontrak e-commerce ini, khususnya mengenai
pembuktian orisinalitas data (originality); syarat tertulis (writing); dan masalah tanda tangan
(signature);
3. Masalah kapan kata sepakat telah terjadi dalam transaksi-transaksi yang dilakukan melalui ecommerce;
4. Masalah pengesahan, pengakuan penerimaan, penyimpanan data elektronik;
5. Masalah hilangnya wewenang bank sentral untuk mengawasi nilai tukar mata uang dan
penerimaan pemerintah dari transaksi-transaksi dagang yang dikeluarkan secara elektronik;
dan
6. Masalah rintangan-rintangan (perdagangan) dari adanya kebijakan-kebijakan (perdagangan)
negara yang diakibatkan transaksi-transaksi e-commerce ini menjadi tidak lancar
(terganggu).
Menghadapi perkembangan ini, umumnya negara-negara di dunia megeluarkan aturanaturan hukum nasionalnya untuk mengantisipasinya. Namun, aturan hukum nasional tersebut
cenderung berbeda dengan aturan hukum negara lainya dan dapat menjadi rintangan cukup
serius terhadap perdagangan internasional. Sebenarnya ada cara yang cukup efektif dalam
mengatasi hal ini, yaitu dengan membuat suatu perjanjian atau konvensi internasional yang
berlaku secara universal. Badan atau organisasi internasional yang berkepentingan dengan
aturan internasional antara lain adalah UNCITRAL.8
Akan tetapi, yang ditempuh UNCITRAL adalah justru menempuh cara yang tidak
tersebut diatas, tetapi merumuskan suatu Model Law. Sesuai dengan namanya, Model Law,
aturan-aturannya tidak mengikat negara. Negara-negara bebas untuk mengikuti sepenuhnya
mengikuti sebagian atau menolak Model Law tersebut. Pada tahun 1996 (melalui Resolusi
Majelis Umum PBB 51/162 tanggal 16 Desember 1996) UNCITRAL berhasil merumuskan suatu
aturan hukum cukup penting yakni UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce. Terdapat
tiga alasan utama pemilihan Model Law ini, yakni sebagai berikut:9
1. Model Law yang sifatnya dapat diterima oleh negara-negara dengan sistem hukum, sosial,
dan ekonomi yang berbeda. Model Law dapat pula memberi perkembangan secara signifikan
terhadap perkembangan hubungan-hubungan ekonomi internasional yang harmonis;
2. Model Law dipilih karena memang sebelumnya negara-negara (dan organisasi internasional
yang berkepentingan) mengusulkan digunakannya instrument hukum ini;
3. Model Law dapat membantu negara-negara di dalam membuat perundangan nasionalnya di
bidang e-commerce.
7
8
9
Huala Adolf, Op.cit., hlm. 163-165.
Ibid., hlm 165. UNCITRAL adalah United Nations Commision on International Trade Law; suatu badan di bawah
PBB yang dibentuk tahun 1966 yang melakukan kegiatan harmonisasi dan pengaturan undang – undang
perdagangan internasional. Kegiatan UNCITRAL termasuk mengkoordinasikan badan – badan internasional yang
kegiatannya berhubungan dengan peraturan – peraturan perdagangan internasional (Tumpal Rumapea, 2000,
Kamus Lengkap Perdagangan Internasional, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 363-364.
Ibid., hlm. 166-167.
D. UNCITRAL Model Law
1. Pengantar
Tujuan utama atau tujuan khusus dari Model Law ini adalah:10
a) Memberikan aturan-aturan mengenai e-commerce yang ditujukan kepada badan-badan
legislatif nasional atau badan pembuat UU suatu negara;
b) Memberikan aturan-aturan yang bersifat lebih pasti untuk transaksi-transaksi perdagangan
secara elektronik.
Model Law terdiri dari 17 pasal yang terbagi ke dalam 2 bagian dan 4 bab. Bagian I Bab
1 memuat ketentuan umum. Bab 2 mengatur penerapan persyaratan-persyaratan hukum
terhadap pesan data. Bab 3 mengatur kominukasi pesan data. Bagian II mengatur e-commerce
dalam bidang-bidang khusus. Bagian II ini hanya terdiri dari 1 bab saja, yaitu mengenai
pengangkutan barang. Maksud “pesan data elektronik” (electronic data message) adalah
pengiriman dan penerimaan dan penyimpanan informasi melalui cara-cara elektronik, optik,
atau cara-cara lain seperti EDI, electronic mail, telegram, telex atau telecopy.11
UNCITRAL Model Law memuat 2 prinsip pendekatan penting yang menjadi landasan
pengaturannya. Dua prinsip pendekatan tersebut adalah:12
a) functional equivalence approach (pendekatan yang secara fungsinya sama); adalah bahwa
dokumen dan komunikasi-komunikasi elektronik memiliki fungsi dan tujuan yang sama
seperti halnya dokumen-dokumen kertas dan komunikasi.
b) Technology neutrality approach (pendekatan kenetralan suatu teknologi); berarti bahwa
suatu komunikasi elektronik diperlakukan sama terhadap teknologi komunikasi elektronik
lainnya. Dengan demikian, persyaratan-persyaratan umum untuk dianggap sebagai
teknologi berlaku secara umum.
Pada intinya muatan UNCITRAL Model Law memuat ketentuan-ketentuan umum
berikut:13
a) Suatu data elektronik seperti halnya dokumen-dokumen hukum lainnya harus mengikat
secara hukum.
b) Suatu data eletronik dapat berisikan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi.
c) Suatu data elektronik adalah suatu tulisan untuk tujuan hukum, apabila dapat diakses
sebagai referensi di kemudian hari.
d) Suatu data elektronik mencakup suatu tandatangan, apabila dapat diidentifikasi orang yang
mengirim pesan tersebut dan indikasi bahwa orang tersebut telah menyetujui informasi
dalam data tersebut.
e) Suatu data elektronik merupakan suatu dokumen asli (original) apabila informasi yang
dikandung dapat secara terpercaya dipertahankan dalam bentuk aslinya.
f) Suatu pertukaran data elektronik dapat menimbulkan suatu penawaran (offer) dan
penerimaan (acceptance) dan karenanya membentuk suatu kontrak yang sah.
10
Ibid., hlm
Ibid., hlm
12
Ibid., hlm
13
Ibid., hlm
11
168.
168-169.
170-171.
171.
2. Penerapan Persyaratan Hukum terhadap Pesan Data.
Model Law meletakkan aturan-aturan hukum mengenai kapan suatu pesan data
elektronik (electronic data messages) memenuhi persyaratan hukum mengenai syarat tertulis,
tanda tangan atau keasliannya. Ketiga syarat ini termuat dalam Pasal 6-8 Model Law. Ketiga
pasal tesebut harus dibaca bersama-sama (satu kesatuan). Berikut penjelasan masing-masing
persyaratan tersebut:14
a) Syarat tertulis; persyaratan hukum tertulis terpenuhi oleh adanya pesan data ini apabila
informasi yang terkadung di dalamnya dapat diakses (accessible) setiap saat. Selain itu
pula, pesan data tersebut selanjutnya atau dapat digunakan dan dirujuk sebagai referensi
(bahan acuan) sebelumnya.
b) Syarat tanda tangan; syarat ini terpenuhi oleh adanya pesan data apabila:
i. si pembuat (originator) dapat mengenali informasi yang terdapat di dalamnya oleh suatu
metode tertentu,
ii. metode tertentu tersebut dapat diandalkan dan layak untuk dapat mengetahui pesan
data tersebut.
c) Syarat keaslian; syarat ini terpenuhi apabila:
i. terdapat jaminan mengenai integritas informasi pada waktu pertama kali dituangkan
dalam bentuk akhir sebagai suatu pesan data,
ii. informasi dapat ditampilkan kepada suatu pihak yang disyaratkan untuk ditampilkan
terhadapnya.
3. Penyimpanan Pesan Data
Ketika suatu informasi atau dokumen disimpan dan dibuka (ditampilkan melalui media
elkktronik, Model Law meletakkan criteria atau syarat-syarat hukum mengenai penyimpanan
data (record retention) dan penampilannya (kembali). Kriteria-kriteria ini adalah sebagai
berikut:15
a) Informasi yang terkandung di dalamnya dapat diakses sehingga dapat digunakan untuk
rujukan (referensi) selanjutnya.
b) Pesan data disimpan dalam format yang sama dengan semula, dikirim atau diterima, atau
dalam bentuk yang dapat ditampilkan sehingga informasi yang akurat sejak awal, dikirim
dan diterima.
c) Informasi tersebut disimpan guna memungkinkan atau mengidentifikasi asal mula dan
tujuan dari suatu pesan data, dan tanggal dan waktu data tersebut dikirim atau diterima.
14
15
Ibid., hlm 172-173.
Ibid., hlm 175.
E. Kontrak Elektronik
Pasal 1 angka 17 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik menyebutkan bahwa kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak yang
dibuat melalui sistem elektronik.16
Bagaimana dengan keabsahan dari kontrak elektornik tersebut?. Model Law mengakui
prinsip otonomi para pihak (party autonomy) dan kebebasan berkontrak. Pembuatan kontrak
melalui e-commerce adalah sah dan mengikat (valid and enforceable contract) penegasan
tentang kebebasan berkontrak ini ditegaskan dalam Pasal 11 ayat 1 yang berbunyi: “In the
context of contract formation, unless otherwise agreed by the parties, an offer and the
acceptance of an offer may be expressed by means of data massages. Where a data message is
used in the formation of a contract, that contract shall not be denied validity or enforceability
on the sole ground that a data message was used for that purpose”. Begitu pula suatu
pernyataan kehendak atau pernyataan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk suatu pesan data
oleh si pembuat (originator) dan alamat si penerima (addressee) dari suatu pesan harus
mempunyai akibat hukum, keabsahan, dan daya mengikatnya.17
F. Pengaturan Transaksi dan Kontrak Elektronik di Indonesia
Untuk di Indonesia sendiri, pengaturan mengenai transaksi dan kontrak elektronik ini
dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, yang walaupun dengan segala kekurangannya,18 setidaknya dapat dijadikan sebagai
landasan hukum bagi para pihak dalam bertransaksi melalui media elektronik.
MP7™
16
Sistem elektronik sendiri menurut Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.
17
Huala Adolf, Op.cit., hlm. 176-177.
18
Beberapa kekurangan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
adalah tidak diaturnya dengan jelas soal “kecakapan hukum” dari para pihak dalam transaksi dan kontrak
elektronik yang diperparah dengan (sampai materi ini dibuat) belum adanya PP tentang Lembaga Sertifikasi
Keandalan yang pada dasarnya lembaga ini berfungsi untuk melakukan verifikasi terhadap “kecakapan hukum” dari
pelaku usaha/produsen/penjual transaksi elektronik di Indonesia.
Download