Gejala Klinis Gejala penderita flu babi, hampir sama dengan penderita influenza biasa. Sehingga didiagnosa kemungkinan flu babi bila didapatkan gangguan pernafasan berat yang tiba-tiba, disertai minimal dua tanda berikut, yaitu : demam, batuk, nyeri menelan, nyeri-nyeri seluruh badan, sakit kepala, demam dan mengigil, mual dan muntah. Penderita dengan gejal-gejala tersebut harus segera mengghubungi petugas kesehatan. Apabila didapatkan antivirus, maka harus diberikan dalam 48 jam setelah gejala awal timbul. Lama sakit berkisar 4 – 6 hari. Pada anak akan didapatkan gejala yang lebih berat yaitu sulit bernafas, pernafasan cepat, kebiruan, dehidrasi, gangguan kesadaran dan tidak bisa tenang. PATOGENESIS Flu babi merupakan penyakit yang disebabkan virus influenza Famili Orthomyxoviridae tipe A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan oleh binatang, terutama babi, dan ada kemungkinan menular antar manusia. Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80- 120 nm. Selain influenza A, terdapat influenza B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari babi. Sedangkan 2 tipe virus influenza pada manusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali. Penyebarannya terjadi melalui udara (droplet infection) di mana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies dari mana virus berasal. Virus flu babi menyerang manusia dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel di mana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Virus dapat berikatan dengan membran sel mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung protein neuraminidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjumya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilahgnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. Pemeriksaaan Penunjang Diagnostik Diagnosis sementara terhadap penyakit influenza babi didasarkan pada gejala klinis dan perubahan patologi. Diagnosis laboratorium dapat berdasarkan isolasi virus pada alantois telur ayam berembrio dan dilihat hemaglutinasi pada cairan alantois. Spesimen yang paling baik untuk isolasi virus pada influensa babi adalah cairan hidung yang diambil sedini mungkin atau organ paru yang diperoleh dari bedah bangkai (FENNER et al.,1987) dan tonsils (SANFORD et al., 1989). Pada kasus penyakit influenza babi yang kronis, diagnosis dapat dilakukan secara serologi dengan memperlihatkan peningkatan antibodi pada serum ganda (paired sera) yang diambil dengan selang waktu 3-4 minggu. Untuk memeriksa antibodi terhadap virus influensa dapat digunakan uji haemagglutination inhibition (HI), Immunodifusi single radial dan virus netralisasi. Kenaikan titer 4x lipatnya sudah dianggap adanya infeksi. Pada uji serologis digunakan kedua antigen H1N1 dan H3N2. Virus dapat diisolasi dari swab hidung dan jaringan sampai 4 hari setelah infeksi tetapi tidak dari feses. Perubahan patologi pneumonia intersisial dapat dilihat sampai 21 hari setelah infeksi, lesi bronchi dan bronchus sampai 7 hari setelah infeksi dan limfoglandula mengalami hemoragik. Bahwa sampel untuk isolasi virus dapat berasal dari swab hidung/ tonsil, trachea dan paru-paru yang diambil 2-5 hari dari sejak munculnya gejala klinis. Semua sampel disimpan dalam media transpor. Selain isolasi virus, diagnosis juga dapat dilakukan dengan mendeteksi antigen dengan uji fluorescent antibody technique (FAT) pada sampel paru-paru, tetapi mempunyai kekurangan oleh karena lesi akibat virus sangat menyebar sehingga lesi dapat mendapatkan hasil sampel yang negatif dan sampel harus benar-benar segar dengan sedikit perubahan otolisis serta FA slide tidak dapat disimpan lama, karena warna akan pudar. PENATALAKSANAAN Menurut WHO, vaksin untuk flu babi belum ada. Akan tetapi, WHO berencana akan membuat vaksin, dan memerlukan waktu produksi selama beberapa bulan. Vaksin flu yang kini ada belum jelas keefektifannya dalam melindungi manusia dari virus baru ini karena secara genetik virus ini berbeda dengan jenis virus flu lain. WHO juga mengatakan bahwa penderita dapat meminum obat antiviral seperti yang diminum penderita flu burung, contohnya oseltamivir atau zanamivir. Obat tersebut akan efektif paling lama 48 jam setelah muncul gejala. Akan tetapi, virus flu babi (swine flu) resisten terhadap amantadin dan rimantadin Dosis pemberian oseltamivir : Untuk dewasa dan anak ≥ 13 tahun : 2 kali 75 mg per hari, selama 5 hari. Untuk anak ≤ 1 tahun : 2 mg/kg BB, 2 kali sehari selama 5 hari Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan sebagai berikut : > 40 kg : 75 mg, 2 kali sehari > 15 -23 kg : 45 mg, 2 kali sehari > 23 - 40 kg : 60 mg, 2 kali sehari ≤ 15 kg : 30 mg, 2 kali sehari