BAB IV PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai analisis rasio keuangan, analisis arus kas, analisis diskriminan, analisis SWOT dan Porter Five Force yang dihadapi masingmasing perusahaan computer and service yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yakni PT Astra Graphia Tbk., PT Centrin Online Tbk., PT Dyviacom Intrabumi Tbk., PT Limas Centric Indonesia Tbk., PT Metrodata Elektronics Tbk., PT Myoh Technology Tbk. selama tahun 2007-2009. IV.1 PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) IV.1.1 Analisis Rasio Likuiditas Tabel 4.1 Rasio Likuiditas PT Astra Graphia Tbk. Ratio 2007 2008 2009 134% 125% 145% Current Ratio 87% 70% 96% Quick Test Ratio a. Current Ratio Rasio lancar tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 161.638.974 ribu. Rasio lancar pada tahun 2009 mengalami peningkatan karena menurunnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 94.638.974 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar ASGR tahun 2009 cukup baik, karena kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya lebih besar dibanding dua tahun sebelumnya yaitu 145%. 50 b. Quick Test Ratio Rasio cepat tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 161.638.974 ribu. Rasio cepat tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya kas sebesar Rp 43.526.517 ribu, dan menurunnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 94.638.974 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio cepat ASGR pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding dengan dua tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar dalam keadaan baik. IV.1.2 Analisis Rasio Solvabilitas Tabel 4.2 Rasio Solvabilitas PT Astra Graphia Tbk. Ratio 2007 2008 2009 50% 60% 51% Debt To Asset Ratio 99% 153% 103% Debt To Equity Ratio 7,02x 5,66x 6,38x Time Interest Earned a. Debt To Asset Ratio Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 50% yang mencerminkan bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada telah dibiayai oleh hutang sebesar 50%. Rasio hutang terhadap aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 161.638.974 ribu. Rasio hutang atas aktiva tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 94.638.974 ribu Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui pada tahun 2009 rasio ini 51 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi kreditor lebih kecil. b. Debt To Equity Ratio Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 161.638.974 ribu. Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 94.638.974 ribu, dan meningkatnya saldo laba sebesar Rp 48.064.499 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan mulai membaik pada tahun 2009 karena dapat menurunkan jumlah hutang terhadap modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi pemegang saham lebih kecil. c. Time Interest Earned Rasio laba terhadap beban bunga tahun 2007 sebesar 7,02x rasio ini menunjukkan bahwa keuntungan yang tersedia untuk membayar bunga adalah 7x dari jumlah biaya bunga yang harus dibayar. TIE tahun 2008 mengalami penurunan terutama disebabkan karena terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada pos kerugian kurs-bersih sebesar Rp 15.068.503 ribu, dan meningkatnya beban bunga sebesar Rp 2.184.859 ribu. TIE tahun 2009 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 307.499.297 ribu, dan menurunnya beban bunga sebesar Rp 1.142.616 ribu. 52 Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat pada tahun 2009. Semakin besar rasio ini semakin baik karena menunjukkan laba yang tersedia untuk membayar bunga besar. IV.1.3 Analisis Rasio Profitabilitas Tabel 4.3 Rasio Profitabilitas PT Astra Graphia Tbk. Ratio 2007 2008 2009 39% 32% 29% Gross Profit Margin 10% 6% 5% Net Profit Margin 12% 7% 9% Return On Asset 23% 19% 18% Return On Equity Rp 53,44 Rp 46,33 Rp 49,64 Earning Per Share a. Gross Profit Margin Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 302.157.033 ribu dan diikuti dengan meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 261.057.186 ribu. Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 249.502.269 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan menurun dalam menghasilkan laba kotor atas penjualan. b. Net Profit Margin Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2007 sebesar 10% artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba bersih Rp 0,10 dari jumlah modal Rp 1 dalam satu tahun. Pada tahun 2008 rasio ini mengalami penurunan terutama disebabkan karena meningkatnya kerugian kurs sebesar Rp 15.068.503 ribu sehingga laba bersih menurun. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2009 mengalami 53 penurunan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 307.499.297 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kemampuan perusahaan meningkat dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan pada tahun 2009. c. Return On Asset (ROA) Rasio ROA tahun 2007 sebesar 12% artinya setiap Rp 1 total aktiva yang dimiliki dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,12 atau 12%. Rasio ROA tahun 2008 mengalami penurunan karena terjadinya peningkatan yang sangat signifikan pada kerugian kurs bersih sebesar Rp 15.068.503 ribu sehingga laba bersih menurun, sedangkan persediaan meningkat sebesar Rp 102.903.706 ribu. Rasio ROA tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya laba bersih sebesar Rp 4.460.818 ribu, sedangkan total aktiva mengalami penurunan yang disebabkan karena menurunnya persediaan sebesar Rp 77.672.091 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba bersih mulai meningkat pada tahun 2009. d. Return On Equity (ROE) Rasio ROE tahun 2007 sebesar 23% artinya perusahaan dapat mengembalikan laba kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 0,23 dari total ekuitas Rp 1. Rasio ROE tahun 2008 mengalami penurunan karena terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada kerugian kurs bersih sebesar Rp 15.068.503 ribu sehingga laba bersih menurun, sedangkan total ekuitas mengalami peningkatan yang disebabkan karena saldo laba naik sebesar Rp 13.540.042 ribu. Rasio ROE tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena 54 meningkatnya saldo laba sebesar Rp 48.064.499 ribu. e. Earning Per Share (EPS) Pada tahun 2008 EPS ASGR menurun karena laba bersih turun sebesar Rp 9.587.393 ribu dibanding tahun 2007. Pada tahun 2009 EPS meningkat karena naiknya laba bersih sebesar Rp 4.460.818 ribu. Sedangkan untuk jumlah saham yang beredar dari tahun 2007-2009 sebesar 1.348.780.500. IV.1.4 Analisis Rasio Aktivitas Tabel 4.4 Rasio Aktivitas PT Astra Graphia Tbk. Ratio 2007 2008 2009 7,11x 7,53x 9,11x Receivable Turnover 51,33 hari 48,44 hari 40,09 hari Average Collection Period 4,02x 4,01x 5,07x Inventory Turnover 1,20x 1,40x 1,65x Total Asset Turnover a. Receivable Turnover Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 7,11x (artinya penagihan piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 7,11 kali). Rasio perputaran piutang tahun 2008 mengalami peningkatan dikarenakan meningkatnya penjualan sebesar Rp 302.157.033 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 307.499.297 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 perusahaan dapat menunjukkan keefisiensian dalam mengubah piutang menjadi kas karena semakin besar rasio semakin baik. 55 b. Average Collection Period Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan ASGR sebesar 51 hari yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 51 hari dari waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 selama 48 hari dan semakin cepat ditahun 2009 menjadi 40 hari karena rasio perputaran piutang sebanyak 7,53x pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 9,11x pada tahun 2009. Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 ASGR terus menunjukkan perubahan yang baik dengan semakin cepatnya jangka waktu penagihan piutang menjadi kas, perusahaan dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam melakukan penagihan piutang kepada pelanggan. c. Inventory Turnover Rasio perputaran persediaan tahun 2007 sebanyak 4,02x menunjukkan bahwa dalam setahun persediaan dapat diubah menjadi penjualan sebanyak 4,02 kali. Rasio perputaran persediaan tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya rata-rata persediaan sebesar Rp 65.477.570 ribu. Rasio perputaran persediaan tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 249.502.269 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui rasio perputaran persediaan tahun 2009 meningkat yang menunjukkan bahwa perusahaan mulai produktif dalam mengelola persediaan. 56 d. Total Asset Turnover Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 1,20x artinya dana yang ada didalam keseluruhan aktiva rata-rata dapat berputar 1,20 kali dalam setahun. Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 302.157.033 ribu. Rasio perputaran total aktiva tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 307.499.297 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui setiap tahun rasio ini mengalami peningkatan. Kondisi ini mencerminkan bahwa kinerja perusahaan sudah produktif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. - Imbalan Pasca Kerja Perusahaan telah menerapkan besarnya kewajiban imbalan pasca kerja yang akan diterima oleh karyawan pada usia pensiun dini/normal, karyawan mengundurkan diri, meninggal, dll sesuai yang diatur UU No. 13 tahun 2003 yang mengatur tentang ketenagakerjaan. Didalam neraca, terdapat kewajiban imbalan pasca kerja dalam kewajiban lancar dapat diartikan bahwa kewajiban imbalan kerja yang ada merupakan bagian jangka pendek dari kewajiban imbalan pasca kerja yang harus dipenuhi dalam waktu 12 bulan, sedangkan kewajiban imbalan pasca kerja yang berada dalam kewajiban tidak lancar ialah kewajiban imbalan pasca kerja jangka panjang yang akan dipenuhi dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan. 57 IV.1.5 Analisis Arus Kas a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi adalah sebesar Rp 121.785.351 ribu yang disebabkan karena meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 128.280.793 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasional adalah sebesar Rp 126.026.290 ribu yang disebabkan karena meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 316.033.700 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasional adalah sebesar Rp 230.063.529 ribu yang disebabkan karena meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 398.438.313 ribu. b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 71.193.711 ribu karena pada tahun tersebut perusahaan melakukan pembelian aset tetap berupa mesin Xeroxgraphic dan komputer, peralatan kantor, dan aset tetap lainnya yang menunjang aktivitas perusahaan sebesar Rp 75.009.090 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 171.623.542 ribu. Hal ini terutama disebabkan oleh pembelian anak perusahaan yaitu PT Astra Graphia Information Technology sebesar Rp 89.997.708 ribu dan menambah aset tetap sebesar Rp 82.378.045 ribu yang hasilnya diharapkan akan menghasilkan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 58 Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 67.184.251 ribu. Hal ini terutama disebabkan oleh pembelian aset tetap sebesar Rp 82.680.862 ribu dan penjualan properti invetasi sebesar Rp 14.000.000 ribu. c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 53.415.554 ribu. Kondisi ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembayaran deviden sebesar Rp. 53.550.497 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 8.305.840 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan mendapatkan dana dari pinjaman jangka pendek bersih sebesar Rp 143.285.600 ribu lebih kecil dibandingkan dengan dana yang digunakan untuk melakukan pembayaran obligasi dan membayar deviden sebesar Rp 174.069.223 ribu. Pada tahun 2009, terdapat arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 109.530.265 ribu. Kondisi ini disebabkan karena perusahaan mendapatkan dana dari pinjaman jangka pendek dan jangka panjang sebesar Rp 65.325.000 ribu lebih kecil dibanding dengan pembayaran deviden dan melunasi pinjaman jangka pendek serta jangka panjang sebesar Rp 174.855.265 ribu. d. Kesimpulan Dari analisis arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan sebagian besar dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari pelanggan. 59 IV.1.6 Analisis Diskriminan Tabel 4.5 Perhitungan Z" Score PT Astra Graphia Tbk. Keterangan X1 = Working Capital/total asset X2 = Retained Earning/Total Asset X3 = EBIT/Total Asset X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 Z Score ≥ 2.6 Î"Non Bankrupt Company" 1.1 < Z Score < 2.6 Î "Grey Zone" Z Score ≤ 1.1 Î "Bankrupt Company" 2007 0,16 0,20 0,18 1,01 3,97 Non Bankrupt Company 2008 0,14 0,16 0,12 0,66 2,94 Non Bankrupt Company 2009 0,21 0,24 0,14 0,97 4,12 Non Bankrupt Company Berdasarkan analisis diskriminan tersebut posisi PT Astra Graphia cenderung menurun pada tahun 2008 tetapi mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009. Walaupun menurun pada tahun 2008 tetapi posisi perusahaan masih diatas standar yang ditentukan yakni >2,60. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak mengalami masalah keuangan dalam menjalankan kegiatan perusahaan. IV.1.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) Strengths : 1. PT Astra Graphia memiliki perkiraan pangsa pasar antara 50% - 60% dalam bidang usaha solusi dokumen dan solusi teknologi informasi. 2. PT Astra Graphia merupakan distributor ekslusif dari Fuji Xerox Co. Ltd., di Indonesia dan mempunyai reputasi yang baik dalam bisnis solusi dokumen. 3. PT Astra Graphia telah menerapkan standar prosedur ISO 9001:2000 Quality Management System dan ISO 14001:1996 Environmental Management System dalam sistem manajemen perusahaan. 60 4. Memiliki diversifikasi produk dan inovasi produk yang selalu up to date. 5. Memiliki jangkauan jaringan dan distribusi nasional yang luas serta memiliki kantor layanan yang tersebar diberbagai daerah agar dekat dan memudahkan berinteraksi dengan pelanggan. Weaknesses : 1. Memiliki ketergantungan yang kuat dengan pemasok utama yaitu Fuji Xerox Co. Ltd., dalam menjalankan kegiatan usaha. Opportunities : 1. Semakin banyak konsumen yang membutuhkan jasa seperti solusi dokumen yang ditawarkan Perseroan. 2. Kemungkinan untuk melakukan diversifikasi produk masih sangat tinggi. Threats : 1. Mudahnya pesaing baru masuk kedalam industri 2. Semakin banyak produk rekondisi atau produk impor dari Cina yang ditawarkan dengan harga yang lebih murah. 3. Dengan adanya perdagangan bebas membuat persaingan semakin ketat baik pasar regional atau global. 61 IV.1.8 Analisis Porter Five Force 1. Persaingan antar perusahaan yang ada Tingkat persaingan di industri cukup tinggi. Dalam segmen usaha solusi dokumen, salah satu pesaing Perseroan adalah PT Data Storage Services dan PT Multifiling Mitra Indonesia. Disamping itu, PT Astra Graphia berhasil menempati posisi pertama dalam penguasaaan pasar di Indonesia untuk produk Multi Function Printer Monochrome serta juga Single Function Printer Color selama beberapa kwartal (Intenal Data Corporation: Data 2009). 2. Ancaman pendatang baru Ancaman pendatang baru dalam industri cukup tinggi karena luasnya pangsa pasar yang dapat dicapai. Namun, PT Astra Graphia telah memiliki reputasi yang cukup baik dimata konsumen serta selalu memperkuat posisi bersaingnya, dengan terus berusaha mengembangkan inovasi bisnis. Sehingga hal ini menjadi hambatan bagi pendatang baru untuk merebut pangsa pasar yang ada. Dengan terus melakukan inovasi perusahaan dapat mempertahankan pangsa pasar yang ada dan tetap dapat terus berkembang. 3. Ancaman produk atau jasa pengganti Ancaman produk pengganti yang dihadapi PT Astra Graphia ialah banyak produk rekondisi yang diimpor dan produk buatan Cina yang ditawarkan dengan harga lebih murah. 4. Kekuatan penawaran pembeli Para pembeli produk atau jasa yang ditawarkan PT Astra Graphia berasal dari 62 kalangan korporat dan retail yang tersebar diberbagai wilayah di Indonesia. PT Astra Graphia selalu fokus dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan partner kerja dengan cara menangani dengan cepat setiap keluhan dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya akan meningkatkan daya beli konsumen terhadap produk PT Astra Graphia semakin tinggi. 5. Kekuatan penawaran pemasok Kekuatan pemasok cukup tinggi karena dalam menjalan kegiatan usaha sebagian produknya dipasok langsung oleh Fuji Xerox sehingga jika pemasok menghentikan kerjasama otomatis berdampak pada kegiatan usaha Perseroan. Oleh karena itu, PT Astra Graphia terus membina hubungan yang sangat baik untuk menjaga loyalitas pemasok. Kesimpulan : perusahaan memiliki kondisi keuangan yang sehat dan cenderung tidak bermasalah dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan dapat memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan margin dengan baik, analisis arus kas yang menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan perusahaan dibiayai aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari pelanggan dan analisis Z Score yang menunjukkan bahwa perusahaan berada pada zona aman dari ancaman kebangkrutan. 63 IV.2 PT Centrin Online Tbk. (CENT) IV.2.1 Analisis Rasio Likuiditas Tabel 4.6 Rasio Likuiditas PT Centrin Online Tbk. Ratio Current Ratio Quick Test Ratio 2007 2831% 2670% 2008 328% 289% 2009 563% 514% a. Current Ratio Rasio lancar tahun 2008 mengalami penurunan karena menurunnya investasi jangka pendek sebesar Rp 25.910.538 ribu, sedangkan hutang usaha kepada pihak ketiga meningkat sebesar Rp 7.902.585 ribu. Kemudian rasio lancar tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya kas dan setara kas sebesar Rp 8.079.660 ribu, sedangkan hutang usaha kepada pihak ketiga menurun sebesar Rp 2.624.298 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar CENT tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar dalam keadaan baik. b. Quick Test Ratio Rasio cepat tahun 2008 mengalami penurunan karena menurunnya jumlah investasi jangka pendek sebesar Rp 25.910.538 ribu, dan meningkatnya hutang usaha pada pihak ketiga sebesar Rp 7.902.585 ribu. Kemudian, rasio cepat tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya kas dan setara kas sebesar Rp 8.079.660 ribu, dan menurunnya hutang usaha kepada pihak ketiga sebesar 64 Rp 2.624.298 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio cepat CENT pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya. Kondisi ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar dalam keadaan baik. IV.2.2 Analisis Rasio Solvabilitas Tabel 4.7 Rasio Solvabilitas PT Centrin Online Tbk. Ratio 2007 2008 2009 5% 19% 14% Debt To Asset Ratio 5% 25% 17% Debt To Equity Ratio Time Interest Earned a. Debt To Asset Ratio Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 5% yang mencerminkan bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada telah dibiayai oleh hutang sebesar 5%. Rasio hutang atas aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya hutang usaha pada pihak ketiga sebesar Rp 7.902.585 ribu, sedangkan kas dan investasi jangka pendek masing-masing turun sebesar Rp 12.732.681 ribu dan Rp 25.910.538 ribu. Kemudian, rasio hutang atas aktiva tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya hutang usaha sebesar Rp 2.624.298 ribu, sedangkan kas dan investasi jangka pendek masing-masing naik sebesar Rp 8.079.660 ribu dan Rp 5.237.863 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 rasio ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi kreditor lebih kecil. 65 b. Debt To Equity Ratio Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya hutang usaha pada pihak ketiga sebesar Rp 7.902.585 ribu, dan menurunnya saldo laba sebesar Rp 22.007.197 ribu. Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya hutang usaha sebesar Rp 2.624.298 ribu, dan meningkatnya saldo laba sebesar Rp 11.629.385 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan mulai membaik pada tahun 2009 karena dapat menurunkan jumlah hutang terhadap modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi pemegang saham lebih kecil. c. Time Interest Earned Pada tahun 2007-2009 time interest earned CENT adalah nol. Karena perusahaan tidak melakukan pembayaran atas bunga bank. IV.2.3 Analisis Rasio Profitabilitas Tabel 4.8 Rasio Profitabilitas PT Centrin Online Tbk. Ratio Gross Profit Margin Net Profit Margin Return On Asset Return On Equity Earning Per Share 2007 2008 2009 42% 49% 47% 22% -20% 18% 16% -17% 11% 17% -23% 14% Rp 27,47 Rp -28,34 Rp 20,22 a. Gross Profit Margin Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami peningkatan karena menurunnya beban pokok penjualan sebesar Rp 217.670 ribu sedangkan 66 penjualan naik sebesar Rp 8.472.617 ribu. Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya beban pokok penjualan sebesar Rp 5.903.682 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 kinerja perusahaan sedikit menurun dalam menghasilkan laba kotor atas penjualan. b. Net Profit Margin Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2007 sebesar 20% artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba bersih Rp 0,20 dari jumlah modal Rp 1 dalam satu tahun. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena CENT membukukan rugi bersih sebesar Rp 16.299.260 ribu. Perolehan rugi bersih disebabkan karena pada tahun 2008 kerugian investasi jangka pendek CENT meningkat sangat signifikan yakni sebesar Rp 13.352.554 ribu. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2009 mengalami peningkatan karena perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 11.629.386 ribu yang disebabkan karena perolehan keuntungan investasi jangka pendek yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp 12.683.153 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kemampuan perusahaan meningkat dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan. c. Return On Asset (ROA) Rasio ROA tahun 2007 sebesar 16% artinya setiap Rp 1 total aktiva yang dimiliki dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,16 atau 16%. Rasio ROA tahun 2008 menunjukkan angka negatif karena perusahaan membukukan rugi bersih 67 sebesar Rp 16.299.260 ribu. Rasio ROA tahun 2009 mengalami peningkatan karena perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 11.629.386 ribu, diikuti dengan meningkatnya total aktiva sebesar Rp 8.765.683 ribu karena kas dan investasi jangka pendek naik masing-masing sebesar Rp 8.079.660 ribu dan Rp 5.237.863 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba bersih mulai menunjukkan peningkatan. d. Return On Equity (ROE) Rasio ROE tahun 2007 sebesar 17% artinya perusahaan dapat mengembalikan laba kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 0,17 dari total ekuitas Rp 1. Rasio ROE tahun 2008 menunjukkan angka negatif karena CENT membukukan rugi bersih sebesar Rp 16.299.260 ribu. Rasio ROE tahun 2009 mengalami peningkatan karena perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 11.629.386 ribu, diikuti dengan meningkatnya total ekuitas sebesar Rp 12.622.016 ribu yang disebabkan karena meningkatnya saldo laba sebesar Rp 11.629.385 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kinerja perusahaan dalam mengembalikan modal mulai membaik. e. Earning Per Share (EPS) Pada tahun 2008 EPS mengalami penurunan karena karena CENT membukukan rugi bersih sebesar Rp 16.299.260 ribu. Pada tahun 2009 EPS mengalami peningkatan karena pada tahun 2009 CENT memperoleh laba bersih sebesar Rp 11.629.386 ribu. Sedangkan untuk jumlah saham yang beredar dari 68 tahun 2007-2009 sebesar 575.112.500. IV.2.4 Analisis Rasio Aktivitas Tabel 4.9 Rasio Aktivitas PT Centrin Online Tbk. Ratio 2007 2008 2009 15,79x 13,16x 7,40x Receivable Turnover 23,12 hari 27,73 hari 49,35 hari Average Collection Period 139,43x 100,63x 66,66x Inventory Turnover 0,76x 0,83x 0,67x Total Asset Turnover a. Receivable Turnover Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 15,79x (artinya penagihan piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 15,79 kali). Rasio perputaran piutang tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya rata-rata piutang usaha sebesar Rp 1.543.954 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 mengalami penurunan karena meningkatnya rata-rata piutang sebesar Rp 2.895.449 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 receivable turnover perusahaan masih dapat menunjukkan keefisiensian dalam mengubah piutang menjadi kas dan setara kas. Namun, rasio perputaran piutang perusahaan terus mengalami penurunan sampai tahun 2009. Maka dari itu, perusahaan harus lebih ketat dalam menjalankan kebijakan penagihan kas. b. Average Collection Period Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan piutang CENT sebesar 23 hari yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 23 hari dari waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 dan 2009 cenderung semakin lambat yakni masing-masing selama 28 hari dan 69 semakin cepat ditahun 2009 menjadi 49 hari karena rasio perputaran piutang sebanyak 13,16x pada tahun 2008 dan menurun menjadi 7,40x pada tahun 2009. Berdasarkan penjelasan diatas jangka waktu penagihan piutang CENT mengalami perubahan cukup signifikan maka dari itu, perusahaan harus dapat memperbaiki kebijakan seperti dengan memperketat syarat pembayaran dan pemberian diskon dalam jangka waktu tertentu sehingga jangka waktu mengubah piutang menjadi kas bisa lebih cepat. c. Inventory Turnover Rasio perputaran persediaan tahun 2007 rasio perputaran persediaan CENT sebanyak 139,43x menunjukkan bahwa dalam setahun persediaan dapat diubah menjadi penjualan sebanyak 139,43 kali. Rasio perputaran persediaan tahun 2008 mengalami penurnan karena menurunnya beban pokok penjualan sebesar Rp 217.670 ribu, sedangkan rata-rata persediaan meningkat sebesar Rp 111.698 ribu. Rasio perputaran persediaan pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya beban pokok penjualan sebesar Rp 5.903.682 ribu, sedangkan rata-rata persediaan mengalami peningkatan sebesar Rp 118.859 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui rasio perputaran persediaan CENT sampai tahun 2009 cenderung menurun. d. Total Asset Turnover Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 0,76x artinya dana yang ada didalam keseluruhan aktiva rata-rata dapat berputar 0,76 kali dalam setahun. Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan karena 70 meningkatnya penjualan sebesar Rp 8.472.617 ribu. Rasio perputaran total aktiva tahun 2009 mengalami penurunan karena menurunnya penjualan sebesar Rp 13.491.311 ribu, sedangkan rata-rata total aktiva naik sebesar Rp 1.923.329 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa sampai dengan tahun 2009 kinerja perusahaan masih kurang produktif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. - Imbalan Pasca Kerja Perusahaan telah menerapkan Undang-Undang No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan dengan pengakuan estimasi kewajiban dan beban pada periode berjalan yang muncul atas penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian sebagai manfaat yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan PSAK No. 24 tentang imbalan kerja dengan basis hitungan aktuarial berdasarkan metode Projected Unit Credit (PUC). Di dalam neraca, imbalan kerja dibukukan dengan nama estimasi manfaat karyawan yang berada dalam kewajiban tidak lancar dapat diartikan bahwa kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan. IV.2.5 Analisis Arus Kas a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 16.353.834 ribu yang disebabkan karena perusahaan memperoleh keuntungan atas investasi jangak pendek sebesar Rp 11.933.287 ribu sehingga 71 menambah perolehan kas masuk dan menambah dana bagi perusahaan. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi sebesar Rp 171.024 ribu. Kondisi ini disebabkan karena pada tahun 2008 perusahaan merugi atas investasi jangka pendek sebesar Rp 13.664.749 ribu, walaupun terjadi peningkatan penerimaan kas sebesar Rp 4.178.942 ribu dan penurunan dalam pembayaran sebesar Rp 5.996.603 ribu namun tidak dapat menutupi kerugian yang terjadi. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 14.290.210 ribu yang disebabkan karena memperoleh keuntungan atas investasi jangka pendek sebesar Rp 12.683.153 ribu. Kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas operasi perusahaan dapat menambah dana bagi perusahaan. b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 12.125.965 ribu yang disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian aset tetap berupa peralatan internet, peralatan kabelnet, dan kendaraan sebesar Rp 4.171.850 ribu untuk menunjang aktivitas perusahaan dan penempatan investasi jangka pendek berupa penempatan pada reksadana sebesar Rp 7.954.115 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 12.572.188 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena pada tahun tersebut perusahaan menambah penyertaan / membeli anak perusahaan yaitu PT Khasanah Timur Indonesia sebesar Rp 30.000.000 ribu. 72 Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 6.207.413 ribu yang disebabkan karena pembelian aset tetap dan investasi jangka pendek sebesar Rp 7.089.208 ribu. c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan Pada tahun 2007, kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 690.062 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan mendapat dana dari investasi dalam perusahaan asosiasi sebesar Rp 769.632 ribu lebih kecil dibanding dana yang digunakan untuk membeli kembali modal saham sebesar Rp 1.459.694 ribu. Pada tahun 2008, kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp 10.533 ribu yang disebabkan perusahaan memperoleh dana dari investasi dalam perusahaan asosiasi sebesar Rp 10.533 ribu. Pada tahun 2009, terdapat pengeluarkan kas bersih untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 3.138 ribu yang disebabkan perusahaan meningkatkan investasi dalam perusahaan asosiasi sebesar Rp 3.138 ribu. d. Kesimpulan Dari analisis arus kas di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan sebagian besar dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari pelanggan dan investasi jangka pendek. 73 IV.2.6 Analisis Diskriminan Tabel 4.10 Perhitungan Z" Score PT Centrin Online Tbk. Keterangan X1 = Working Capital/total asset X2 = Retained Earning/Total Asset X3 = EBIT/Total Asset X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company" 1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone" Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company" 2007 0,73 0,38 0,17 20,04 28,18 2008 0,30 0,17 (0,13) 4,07 5,90 2009 0,45 0,27 0,12 5,98 10,88 Non Bankrupt Company Non Bankrupt Company Non Bankrupt Company Berdasarkan analisis diskriminan tersebut posisi PT Centrin Online Tbk. cenderung menurun pada tahun 2008 tetapi mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009. Walaupun menurun pada tahun 2008 tetapi posisi perusahaan masih diatas standar yang ditentukan yakni >2,60. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak mengalami masalah keuangan dalam menjalankan kegiatan usahanya. IV.2.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) Strengths : 1. Memiliki nama besar di kancah teknologi informasi khususnya penyedia jasa internet dengan perkiraan pangsa pasar sebesar 35%. 2. Merupakan pemain lama yang telah menggeluti bisnis internet sejak tahun 1987 dan memiliki konsumen broadband hotel yang loyal beberapa diantaranya seperti Hard Rock Hotel (Bali), Sanur Paradise Plaza Hotel & Suites (Bali), Sheraton Media Hotel & Tower (Jakarta). 74 Weaknesses : 1. Ketergantungan terhadap pihak ketiga seperti dari Telkom dan megavision dalam penyediaan jaringan broadband. Jika salah satu menghentikan perjanjian atau terjadi masalah konektivitas maka kegiatan perusahaan juga akan terhambat. 2. Harga yang ditawarkan kurang kompetitif dibandingkan dengan pesaing. Opportunities : 1. Kebutuhan akan koneksi internet terutama internet broadband masih terus berkembang. 2. Kemungkinan diversifikasi bisnis sangat tinggi dengan menghubungkan produk teknologi informasi dan telekomunikasi seperti telepon seluler, tv kabel, dll. Threats : 1. Semakin banyak perusahaan yang menjalankan usaha sejenis dengan memberikan produk berkualitas dan harga yang relatif terjangkau. 2. Semakin banyak operator selular yang gencar masuk dalam pangsa pasar internet, dan berbagai produk layanan internet mobile yang di bundling dengan produk handphone yang lebih murah dan efisien. 3. Dengan perkembangan teknologi yang kuat, ditandai dengan kemunculan teknologi baru membuat layanan yang ditawarkan perusahaan menjadi kurang kompetitif. 75 IV.2.8 Analisis Porter Five Force 1. Persaingan antar perusahaan yang ada Kondisi persaingan dalam industri sangat tinggi. Pesaing utama PT Centrin Online adalah perusahaan-perusahaan penyedia jasa internet dan operator telekomunikasi. Perusahan penyedia jasa internet yang menjadi pesaing utama adalah PT Telkom (speedy), PT First Media (Fastnet) dan PT Dyviacom Intrabumi. Dengan kondisi persaingan seperti itu ditunjang dengan perolehan pangsa pasar yang ada perusahaan harus terus melakukan inovasi produk atau diferensiasi bisnis seperti dengan cara mencoba untuk mengembangkan bisnisnya menjadi distributor produk teknologi informasi. 2. Ancaman pendatang baru Ancaman pendatang baru dalam industri cukup tinggi karena luasnya pangsa pasar yang dapat dicapai. 3. Ancaman produk atau jasa pengganti Seiring dengan kebutuhan pelanggan yang ingin mengakses internet dengan mudah, cepat dan praktis menimbulkan ancaman produk pengganti yang dihadapi PT Centrin Online adalah layanan teknologi internet mobile. 4. Kekuatan penawaran pembeli Tingkat tawar menawar cukup tinggi. Karena pelanggan memiliki banyak pilihan dalam hal kebutuhan akses internet. Namun, hingga kini PT Centrin Online masih dapat mempertahankan hubungan yang baik kepada pelanggan dengan cara memberikan layanan internet terbaik serta reward terhadap pelanggan. 5. Kekuatan penawaran pemasok Tingkat kekuatan tawar menawar cukup tinggi. PT Centrin Online memiliki 76 kerjasama dengan beberapa pemasok seperti Telkom, megavision, dan Hutchison Global Communications Ltd., dalam menyediakan layanan dan kebutuhan jaringan internet sehingga dapat memberikan produk yang berkualitas kepada pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan terus membina hubungan yang baik untuk menjaga loyalitas pemasok. Kesimpulan : perusahaan memiliki kondisi keuangan yang sehat dan cenderung tidak bermasalah dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki hutang yang tinggi, dapat memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo dengan baik begitu pula dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan margin cukup baik. Hal ini juga dapat dilihat analisis arus kas yang menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan perusahaan dibiayai dari penerimaan kas dari pelanggan dan analisis Z Score yang menunjukkan bahwa perusahaan berada pada zona aman dari ancaman kebangkrutan. IV.3 PT Dyviacom Intrabumi Tbk. (DNET) IV.3.1 Analisis Rasio Likuiditas Tabel 4.11 Rasio Likuiditas PT Dyviacom Intrabumi Tbk. Ratio Current Ratio Quick Test Ratio 2007 2053% 1730% 2008 1997% 644% 2009 119% 54% 77 a. Current Ratio Rasio lancar tahun 2008 mengalami penurunan karena menurunnya investasi jangka pendek sebesar Rp 10.000.000 ribu. Kemudian rasio lancar tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya pajak dibayar dimuka sebesar Rp 2.546.789 ribu, sedangkan biaya yang masih harus dibayar dan hutang lain-lain pada pihak ketiga naik masing-masing sebesar Rp 396.173 ribu dan Rp 244.312 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar DNET terus mengalami penurunan sampai tahun 2009. Kondisi ini mencerminkan kemampuan perusahaan terus menurun dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. b. Quick Test Ratio Rasio cepat tahun 2008 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya investasi jangka pendek sebesar Rp 10.000.000 ribu. Rasio cepat tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya kas dan setara kas sebesar Rp 1.584.431 ribu, sedangkan biaya yang masih harus dibayar dan hutang lain-lain pada pihak ketiga meningkat sebesar Rp 396.173 ribu sebesar Rp 244.312 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio cepat DNET sampai tahun 2009 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar semakin menurun. 78 IV.3.2 Analisis Rasio Solvabilitas Tabel 4.12 Rasio Solvabilitas PT Dyviacom Intrabumi Tbk. Ratio 2007 2008 2009 36% 43% 14% Debt To Asset Ratio 56% 76% 16% Debt To Equity Ratio Time Interest Earned a. Debt To Asset Ratio Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 36% yang mencerminkan bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada telah dibiayai oleh hutang sebesar 36%. Rasio hutang terhadap aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 1.974.717 ribu, sedangkan investasi jangka pendek dan piutang perusahaan turun sebesar Rp. 11.557.764 ribu. Kemudian, rasio hutang atas aktiva tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 7.818.260 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 rasio ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi kreditor lebih kecil. b. Debt To Equity Ratio Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 1.974.717 ribu, sedangkan total ekuitas menurun karena meningkatnya saldo rugi sebesar Rp 2.797.649 ribu. 79 Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 7.818.260 ribu, sedangkan total ekuitas meningkat karena menurunnya saldo rugi sebesar Rp 3.064.101 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan mulai membaik pada tahun 2009 karena dapat menurunkan jumlah hutang terhadap modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi pemegang saham semakin kecil. c. Time Interest Earned Pada tahun 2007-2009 time interest earned DNET adalah nol. Karena perusahaan tidak melakukan pembayaran atas bunga bank. IV.3.3 Analisis Rasio Profitabilitas Tabel 4.13 Rasio Profitabilitas PT Dyviacom Intrabumi Tbk. Ratio 2007 2008 2009 60% 33% 28% Gross Profit Margin 8% 0,5% 1,2% Net Profit Margin 6% 0,4% 1,1% Return On Asset 9% 0,7% 1,3% Return On Equity Rp 7,02 Rp 0,42 Rp 1,03 Earning Per Share a. Gross Profit Margin Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 4.581.944 ribu. Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 783.185 ribu. 80 Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 kinerja perusahaan sedikit menurun dalam menghasilkan laba kotor atas penjualan. b. Net Profit Margin Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2007 sebesar 8% artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba bersih Rp 0,08 dari jumlah modal Rp 1 dalam satu tahun. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena menurunnya laba bersih yang disebabkan oleh meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 4.581.944 ribu. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2009 mengalami peningkatan karena menurunnya beban bunga sewa sebesar Rp 120.306 ribu sehingga laba bersih meningkat. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kemampuan perusahaan meningkat dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan. c. Return On Asset (ROA) Rasio ROA tahun 2007 sebesar 6% artinya setiap Rp 1 total aktiva yang dimiliki dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,06 atau 6%. Rasio ROA tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 4.581.944 ribu. Rasio ROA tahun 2009 mengalami peningkatan karena laba bersih naik sebesar Rp 110.977 ribu, sedangkan total aktiva turun yang disebabkan oleh menurunnya piutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 2.500.000 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kinerja 81 perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba bersih mulai menunjukkan peningkatan. d. Return On Equity (ROE) Rasio ROE tahun 2007 sebesar 9% artinya perusahaan dapat mengembalikan laba kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 0,09 dari total ekuitas Rp 1. Rasio ROE tahun 2008 mengalami penurunan karena karena laba bersih turun sebesar sebesar Rp 1.213.055 ribu. Rasio ROE tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya total ekuitas yang disebabkan karena menurunnya saldo rugi sebesar Rp 3.064.101 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kinerja perusahaan dalam mengembalikan modal mulai membaik. e. Earning Per Share (EPS) Pada tahun 2008 EPS mengalami penurunan karena menurunnya jumlah laba bersih sebesar Rp 1.213.055 ribu. Pada tahun 2009 EPS mengalami peningkatan karena laba bersih meningkat sebesar Rp 110.977 ribu. Sedangkan untuk jumlah saham yang beredar dari tahun 2007-2009 sebesar 184.000.000. IV.3.4 Analisis Rasio Aktivitas Tabel 4.14 Rasio Aktivitas PT Dyviacom Intrabumi Tbk. Ratio Receivable Turnover Average Collection Period Inventory Turnover Total Asset Turnover 2007 2008 2009 23,05x 50,32x 85,68x 15,84 hari 7,25 hari 4,26 hari 0,71x 0,73x 0,84x 82 a. Receivable Turnover Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 23,05 (artinya penagihan piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 23,05 kali). Rasio perputaran piutang tahun 2008 mengalami peningkatan karena penjualan naik sebesar Rp 589.970, sedangkan rata-rata piutang usaha turun sebesar Rp 350.535 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 mengalami peningkatan karena penjualan bersih naik sebesar Rp 39.582 ribu, sedangkan rata-rata piutang turun sebesar Rp130.707 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas receivable turnover perusahaan selama tahun 2007-2009 selalu menunjukkan peningkatan. Semakin besar rasio perputaran piutang semakin baik karena menunjukkan perusahaan dapat bekerja secara maksimal dan efisien dalam mengubah piutang menjadi kas. b. Average Collection Period Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan piutang DNET sebesar 16 hari yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 16 hari dari waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 dan 2009 semakin cepat yakni masing-masing selama 7 hari dan semakin cepat ditahun 2009 menjadi 4 hari karena rasio perputaran piutang sebanyak 50,32x pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 85,68x pada tahun 2009. Berdasarkan penjelasan diatas jangka waktu penagihan piutang DNET terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2007-2009. Jangka waktu penagihan piutang yang dapat diubah menjadi kas semakin cepat sehingga resiko tidak tertagihnya piutang pun kecil kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat 83 bekerja secara maksimal dan efisien dalam menagih piutang menjadi kas. c. Inventory Turnover Selama tahun 2007-2009 rasio perputaran persediaan DNET adalah nol. Karena DNET tidak mencantumkan komponen persediaan dalam laporan keuangan. d. Total Asset Turnover Pada tahun 2007 rasio perputaran total aktiva DNET sebesar 0,71x artinya dana yang ada didalam keseluruhan aktiva rata-rata dapat berputar 0,71 kali dalam setahun. Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan karena penjualan naik sebesar Rp 589.970 ribu. Rasio perputaran total aktiva tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena penjualan naik sebesar Rp 39.582 ribu, sedangkan rata-rata total aktiva turun sebesar Rp 2.783.627 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa sampai dengan tahun 2009 kinerja perusahaan terus meningkat, namun masih kurang produktif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Sehingga perusahaan harus bekerja keras dalam meningkatkan penjualan agar memberikan hasil yang terbaik untuk perusahaan. - Imbalan Paca Kerja Perusahaan telah menerapkan Undang-Undang No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan dengan pengakuan estimasi kewajiban dan beban pada periode berjalan yang muncul atas penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian 84 sebagai manfaat yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan PSAK No. 24 tentang imbalan kerja dengan basis hitungan aktuarial berdasarkan metode Projected Unit Credit (PUC). Di dalam neraca, kewajiban imbalan pasti berada dalam kewajiban tidak lancar dapat diartikan bahwa kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan. IV.3.5 Analisis Arus Kas a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi Pada tahun 2007, terdapat penurunan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 851.668 ribu. Hal ini disebabkan karena menurunnya jumlah penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 4.996.314 ribu dan pembayaran kas untuk pemasok sebesar Rp 4.144.646 ribu. Pada tahun 2008, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 4.351.493 ribu. Hal ini disebabkan karena meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 2.735.056 ribu dan menurunnya pembayaran untuk pemasok sebesar Rp 1.616.437 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi sebesar Rp 1.060.965 ribu. Kondisi ini terutama disebabkan karena pembayaran kas untuk pemasok meningkat sebesar Rp. 12.204.127 ribu. b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 331.673 ribu yang disebabkan karena perusahaan menambah aset tetap berupa komputer dan perangkatnya, inventaris kantor, dan 85 kendaraan sebesar Rp. 531.971 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 5.747.362 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian aset tetap berupa tanah sebesar Rp 11.700.473 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 3.023.466 ribu. Kondisi ini terutama disebabkan karena pada tahun tersebut perusahaan menambah aset tetap berupa tanah, komputer, inventaris kantor sebesar Rp 1.734.284 ribu dan menambah aset dalam pelaksanaan berupa instalasi jaringan sebesar Rp 1.311.344 ribu. c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan adalah sebesar Rp 507.393 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan mendapat dana dari piutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 737.335 ribu lebih besar dari dana yang digunakan untuk membayar hutang sewa sebesar Rp 229.942 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan adalah sebesar Rp 1.894.812 ribu. Hal ini disebabkan karena jumlah dana dari piutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 2.500.000 ribu lebih besar dari dana yang digunakan untuk membayar hutang sewa sebesar Rp 605.188 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp 2.500.000 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan mendapatkan 86 dana dari piutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 2.500.000 ribu. d. Kesimpulan Dari analisis arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari pelanggan dan sebagian besar lainnya dari aktivitas pendanaan yaitu berasal dari piutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. IV.3.6 Analisis Diskriminan Tabel 4.15 Perhitungan Z" Score PT Dyviacom Intrabumi Tbk. Keterangan X1 = Working Capital/total asset X2 = Retained Earning/Total Asset X3 = EBIT/Total Asset X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company" 1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone" Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company" 2007 0,61 (1,27) 0,02 1,78 1,85 2008 0,24 (1,52) 0,02 1,31 (1,93) 2009 0,01 (1,66) 0,01 6,27 1,34 Grey Zone Bankrupt Company Grey Zone Berdasarkan perhitungan diatas, posisi PT Dyviacom Intrabumi Tbk. pada tahun 2007 berada pada posisi grey area yaitu wilayah yang berpotensi mengalami kebangkrutan, hal ini disebabkan karena Perseroan memiliki saldo laba negatif. Pada tahun 2008 perusahaan berada pada posisi bangkrut, hal ini dapat dilihat dari X2 dan X4 yang terus menurun karena jumlah hutang dan saldo rugi perusahaan meningkat. Walaupun penjualan perusahaan naik akan tetapi tidak dapat menutupi jumlah hutang yang tinggi karena beban pokok penjualan pun naik. Pada tahun 2009 posisi DNET dapat kembali dalam grey zone dapat dilihat dari 87 hasil perhitungan X4 yang meningkat karena jumlah hutang menurun. Turunnya jumlah hutang dapat disebabkan salah satunya dari meningkatnya penjualan yang dapat menghasilkan perolehan laba lebih tinggi sehingga dapat membayar hutang perusahaan. Namun, perusahaan harus terus bekerja keras dalam mengambil keputusan dan kebijakan agar tidak mengalami kebangkrutan. IV.3.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) Strengths : 1. PT Dyviacom Intrabumi mempunyai sertifikasi untuk teknologi IPV-6 (Internet Protocol Versi 6) dan yang memiliki tidak lebih dari 4 perusahaan ISP di Indonesia. 2. PT Dyviacom Intrabumi memiliki perkiraan pangsa pasar sebesar 25% dalam bidang penyelenggara jasa internet. 3. PT Dyviacom Intrabumi mempunyai berbagai portal yang memudahkan pelanggan dalam memenuhi kebutuhan bisnisnya. Weaknesses : 1. Kurang melakukan diversifikasi produk. Opportunities : 1. Semakin banyak konsumen baik retail atau korporat yang membutuhkan IT sebagai alat untuk memasarkan produknya secara online sehingga lebih efisien. 2. Semakin besar kebutuhan pasar khususnya pasar korporat dalam mengembangkan konten website dan solusi IT. 3. Terus meningkatkan kebutuhan bandwith dan memperluas penggunaan IPV 6. 88 Threats : 1. Mudahnya pesaing baru masuk kedalam industri. 2. Semakin banyak portal serupa yang menyediakan informasi yang sama. 3. Semakin banyak operator selular yang gencar masuk dalam pangsa pasar internet, dan menawarkan berbagai produk layanan internet mobile dengan yang lebih murah. IV.3.8 Analisis Porter Five Force 1. Persaingan antar perusahaan yang ada Kondisi persaingan pada industri sangat tinggi. Pesaing PT Dyviacom Intrabumi adalah perusahaan-perusahaan penyedia jasa internet dan operator telekominikasi. Perusahan penyedia jasa internet yang menjadi pesaing utama adalah PT Telkom (speedy), PT First Media (Fastnet) dan PT Centrin Online. Dengan kondisi persaingan seperti itu perusahaan sebaiknya melakukan perubahan tidak hanya sebagai penyelenggara jasa internet tetapi juga melakukan inovasi terhadap produk dan jasa yang ditawarkan sesuai kebutuhan konsumen sehingga pangsa pasar yang dapat diraih kedepannya dapat lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. 2. Ancaman pendatang baru Ancaman pendatang baru dalam industri sangat tinggi karena luasnya pangsa pasar yang dapat dicapai. 3. Ancaman produk atau jasa pengganti Seiring dengan kebutuhan pelanggan yang ingin mengakses internet dengan mudah, cepat dan praktis menimbulkan ancaman produk pengganti yang dihadapi perusahaan adalah layanan teknologi internet mobile 89 4. Kekuatan penawaran pembeli Tingkat tawar menawar sangat tinggi. Karena tersedianya banyak pilihan dalam hal kebutuhan akses internet. Oleh karena itu, PT Dyviacom Intrabumi memfokuskan pada kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama dengan cara menghasilkan produk berkualitas, dan terus meningkatkan layanan akses internet sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta cepat tanggap dalam menangani setiap keluhan. 5. Kekuatan penawaran pemasok PT Dyviacom Intrabumi memiliki kerjasama dengan beberapa pemasok sehingga dapat memberikan produk yang berkualitas kepada pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan terus membina hubungan yang baik untuk menjaga loyalitas pemasok. Kesimpulan : perusahaan memiliki kondisi keuangan yang cukup sehat. Hal ini didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan masih dapat membukukan laba bersih setiap tahunnya dan mengurangi beban hutang perusahaan, analisis arus kas menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan sebagian besar dibiayai dari penerimaan kas dari pelanggan. Namun, jika dilihat dari analisis Z Score perusahaan berada dalam zona abu-abu yang disebabkan karena jumlah saldo rugi perusahaan yang masih tinggi. 90 IV.4 PT Limas Centric Indonesia Tbk. (LMAS) IV.4.1 Analisis Rasio Likuiditas Tabel 4.16 Rasio Likuiditas PT Limas Centric Indonesia Tbk. Ratio 2007 2008 2009 111% 115% 117% Current Ratio 58% 63% 48% Quick Test Ratio a. Current Ratio Rasio lancar tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya pajak dibayar dimuka sebesar Rp 15.330.405 ribu. Kemudian, rasio lancar tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena meningkatnya pajak dibayar dimuka sebesar Rp 13.044.755 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar LMAS sampai tahun 2009 terus mengalami peningkatan. Kondisi ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dalam keadaan baik. b. Quick Test Ratio Rasio cepat tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan oleh meningkatnya piutang usaha sebesar Rp 5.838.828 ribu. Rasio cepat tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan oleh menurunnya jumlah kas dan setara kas sebesar Rp 6.300.322 ribu, dan meningkatnya hutang pajak sebesar Rp 8.736.639 ribu. Berdasarkan penjelasan diketahui bahwa rasio cepat LMAS sampai pada tahun 2009 terus mengalami penurunan dan kemampuan perusahaan dalam 91 memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang likuid seperti kas, investasi jangka pendek dan piutang kurang baik. IV.4.2 Analisis Rasio Solvabilitas Tabel 4.17 Rasio Solvabilitas PT Limas Centric Indonesia Tbk. Ratio 2007 2008 2009 59% 69% 73% Debt To Asset Ratio 177% 312% 459% Debt To Equity Ratio -1,23 x -1,12x 1,04x Time Interest Earned a. Debt To Asset Ratio Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 59% yang mencerminkan bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada telah dibiayai oleh hutang sebesar 59%. Rasio hutang terhadap aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya hutang pajak sebesar Rp 6.617.702 ribu dan hutang sewa pembiayaan sebesar Rp 5.256.975 ribu, sedangkan total aktiva mengalami penurunan yang disebabkan karena menurunnya aset pajak tangguhan sebesar Rp 9.878.071 ribu dan aset lainlain sebesar Rp 13.178.826 ribu. Rasio hutang atas aktiva tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya hutang pajak sebesar Rp 8.736.639 ribu dan pinjaman bank jangka panjang sebesar Rp 11.264.553 ribu. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui pada tahun 2009 rasio ini terus mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi kreditor lebih besar karena bila terjadi kredit macet jumlah aset tidak mencukupi untuk memenuhi hutanghutangnya. 92 b. Debt To Equity Ratio Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya hutang pajak sebesar Rp 6.617.702 ribu, meningkatnya hutang sewa pembiayaan sebesar Rp 5.256.975 ribu, dan menurunnya total ekuitas karena meningkatnya saldo rugi sebesar Rp 27.075.053 ribu. Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya hutang pajak sebesar Rp 8.736.639 ribu, meningkatnya pinjaman bank jangka panjang sebesar Rp 11.264.553 ribu, dan menurunnya total ekuitas karena meningkatnya saldo rugi Rp 8.948.797 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan terus menurun karena jumlah hutang terhadap modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan terus meningkat dalam arti perusahaan lebih mengandalkan hutang untuk membiayai kegiatan operasional. c. Time Interest Earned Rasio laba terhadap beban bunga tahun 2007 dan 2008 LMAS masingmasing sebesar -1,23x dan -1,12x, rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk membayar bunga. Kemudian TIE tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 1,04x. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya laba sebelum bunga dan pajak sebesar Rp 13.742.848 ribu. Meningkatnya laba disebabkan karena 93 meningkatnya pendapatan usaha LMAS ditahun 2009 sebesar Rp 18.998.447 ribu dan beban penjualan menurun sebesar Rp 2.841.142 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat pada tahun 2009 karena peusahaan mampu untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak setelah sebelumnya selalu membukukan kerugian. IV.4.3 Analisis Rasio Profitabilitas Tabel 4.18 Rasio Profitabilitas PT Limas Centric Indonesia Tbk. Ratio 2007 2008 2009 53% 52% 44% Gross Profit Margin -13% -15,0% -4% Net Profit Margin -9% -14,0% -4% Return On Asset -26% -62% -26% Return On Equity Rp -24,25 Rp -34,37 Rp -11,36 Earning Per Share a. Gross Profit Margin Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 29.693.405 ribu. Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2009 mengalami penurunan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 18.998.447 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan terus menurun dalam menghasilkan laba kotor atas penjualan. b. Net Profit Margin Rasio laba bersih atas penjualan LMAS tahun 2007, 2008 dan 2009 selalu memiliki angka negatif yang disebabkan karena LMAS selalu membukukan rugi bersih dari tahun 2007 - 2009. 94 c. Return On Asset (ROA) Rasio ROA tahun 2008 menjadi -14%. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan pada beban pajak penghasilan sebesar Rp 10.035.814 ribu, sedangkan aset lain-lain menurun sebesar Rp 13.178.826 ribu (96,43%). Rasio ROA tahun 2009 menjadi -4%. Hal ini disebabkan penurunan pada beban lainlain sebesar Rp 18.786.116 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat return on asset LMAS selama tahun 2007-2009 menunjukkan angka negatif. Kondisi ini mencerminkan kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba bersih belum baik. d. Return On Equity (ROE) Rasio ROE tahun 2008 menjadi -62%. Hal ini disebabkan karena meningkatnya beban pajak penghasilan sebesar Rp 10.035.814 ribu. Rasio ROE tahun menjadi -26%. Hal ini disebabkan karena menurunnya beban lain-lain sebesar Rp 18.786.116 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009 kinerja perusahaan dalam mengembalikan modal kurang baik karena perusahaan masih membukukan rugi bersih. e. Earning Per Share (EPS) Pada tahun 2008 EPS menjadi Rp -34,37/lembar saham karena meningkatnya rugi bersih sebesar Rp 7.965.868 ribu. Pada tahun 2009 EPS menjadi Rp -11,36/lembar saham karena menurunnya rugi bersih sebesar Rp 18.126.256 ribu. Sedangkan untuk jumlah saham yang beredar dari tahun 200795 2009 sebesar 787.851.525. IV.4.4 Analisis Rasio Aktivitas Tabel 4.19 Rasio Aktivitas PT Limas Centric Indonesia Tbk. Ratio 2007 2008 2009 7,04x 7,16x 6,85x Receivable Turnover 51,81 hari 50,95 hari 53,28 hari Average Collection Period 6,48x 8,99x 15,64x Inventory Turnover 0,70x 0,87x 0,96x Total Asset Turnover a. Receivable Turnover Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 7,04x (artinya penagihan piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 7,04 kali). Rasio perputaran piutang tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 29.693.405 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 rasio ini mengalami penurunan karena meningkatnya rata-rata piutang sebesar Rp 3.925.342 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas receivable turnover perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009 kondisi ini mencerminkan bahwa perusahaan kurang keefisiensian dalam mengubah piutang menjadi kas. b. Average Collection Period Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan LMAS sebesar 52 hari yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 52 hari dari waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 selama 51 hari dan pada 2009 menjadi 53 hari karena rasio perputaran piutang sebanyak 7,16x pada tahun 2008 dan menurun menjadi 6,85x pada tahun 2009. Berdasarkan penjelasan diatas pada tahun 2009 jangka waktu penagihan 96 piutang LMAS sedikit menurun karena jangka waktu penagihan piutang menjadi lebih lama yakni menjadi 53 hari. c. Inventory Turnover Rasio perputaran persediaan tahun 2007 sebanyak 6,48x menunjukkan bahwa dalam setahun persediaan dapat diubah menjadi penjualan sebanyak 6,48 kali. Rasio perputaran persediaan tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp. 17.112.237 ribu, dan menurunnya rata-rata persediaan sebesar Rp 1.119.650 ribu. Rasio perputaran persediaan tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp. 24.209.308 ribu, dan menurunnya rata-rata persediaan sebesar Rp 2.581.862 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui rasio perputaran persediaan tahun 2009 meningkat yang menunjukkan bahwa perusahaan mulai produktif dalam mengelola persediaan. d. Total Asset Turnover Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 0,70x artinya dana yang terdapat dalam keseluruhan rata-rata aktiva dapat berputar 0,70x dalam setahun. Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 29.693.405 ribu. Rasio perputaran total aktiva tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 18.998.447 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 mencerminkan bahwa kinerja perusahaan cukup produktif dalam menggunakan aktiva untuk 97 menghasilkan penjualan. - Imbalan Pasca Kerja Perusahaan memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit sesuai dengan PSAK No. 24. Di dalam neraca, imbalan kerja dibukukan dengan nama penyisihan uang jasa karyawan yang berada dalam kewajiban tidak lancar dapat diartikan bahwa kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan. IV.4.5 Analisis Arus Kas a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi Pada tahun 2007, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi adalah sebesar Rp 26.191.350 ribu. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 11.421.797 ribu sedangkan pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan mengalami penurunan sebesar Rp 14.769.553 ribu. Pada tahun 2008, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 3.349.404 ribu. Kondisi ini disebabkan karena meningkatnya jumlah penerimaan kas pelanggan sebesar Rp 24.872,319 ribu dan pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan sebesar Rp 21.522.915 ribu. Pada tahun 2009, terdapat penurunan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas 98 operasi sebesar Rp 17.755.125 ribu. Hal ini disebabkan karena meningkatnya pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan sebesar Rp 41.463.504 ribu. b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 22.690.659 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan menambah aset tetap berupa perangkat komputer, peralatan kantor, perlengkapan penyiaran dan kendaraan sebesar Rp 35.722.421 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 21.692.043 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan menambah aset tetap berupa perangkat komputer, peralatan kantor, perlengkapan penyiaran dan kendaraan serta menambah aset tidak berwujud berupa piranti lunak komputer, dan software dengan total sebesar Rp 15.500.776 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 55.515.499 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan membeli aset tak berwujud berupa piranti lunak komputer, dan software sebesar Rp. 23.417.612 ribu serta menambah aset tetap berupa perangkat komputer, peralatan kantor, perlengkapan penyiaran dan kendaraan sebesar Rp 26.014.519 ribu. c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 3.077.960 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena adanya pembayaran pinjaman pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa 99 dan pinjaman bank dengan total sebesar Rp 54.569.569 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 6.373.869 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan membayar hutang sewa sebesar Rp 4.631.366 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp 17.482.969 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan mendapatkan dana berupa pinjaman bank sebesar Rp 53.162.719 ribu sehingga dapat menutupi jumlah pembayaran pinjaman bank dan hutang sewa sebesar Rp 38.961.070 ribu. d. Kesimpulan Dari analisis arus kas di atas dapat disimpulkan kegiatan perusahaan sebagian besar dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari pelanggan dan dari aktivitas pendanaan yakni pinjaman bank. IV.4.6 Analisis Diskriminan Tabel 4.20 Perhitungan Z" Score PT Limas Centric Indonesia Tbk. Keterangan X1 = Working Capital/total asset X2 = Retained Earning/Total Asset X3 = EBIT/Total Asset X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company" 1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone" Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company" 2007 0,04 (0,09) (0,03) 0,57 0,30 2008 0,06 (0,24) (0,04) 0,32 (0,29) 2009 0,07 (0,25) 0,03 0,22 0,07 Bankrupt Company Bankrupt Company Bankrupt Company 100 Berdasarkan perhitungan diatas PT Limas Centric Indonesia Tbk. selama tahun 2007-2009 perusahaan berada pada kategori bangkrut. Hal ini disebabkan karena jumlah saldo rugi yang dimiliki perusahaan terus meningkat yang dapat dilihat dari perhitungan X2. Walaupun penjualan mengalami peningkatan setiap tahunnya namun tidak dapat menutupi jumlah beban yang ada sehingga selama tahun 2007-2009 perusahaan selalu membukukan rugi bersih. Perusahaan harus bekerja lebih keras, melakukan perbaikan disegala aspek, agar dapat keluar dari posisi ini dan menjalankan kegiatan usahanya. IV.4.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) Strengths : 1. PT Limas Centric Indonesia memiliki produk dan jasa teknologi informasi berupa StockWatch Mobile, dan StockTrade Mobile yang memudahkan pelanggan dalam mengakses data financial maupun bertransaksi saham secara mobile. 2. PT Limas Centric Indonesia memiliki perkiraan pangsa pasar sebesar 55% dalam bidang penyedia data financial secara real time dan penyedia jasa Information Technology. Weaknesses : 1. Kurang melakukan diversifikasi produk. Opportunities : 1. Semakin banyak konsumen yang membutuhkan layanan internet yang mudah dalam mengakses data dan informasi seputar saham dan berita-berita terkini secara real time dengan menggunakan telepon seluler. 101 Threats : 1. Mudahnya pesaing baru masuk kedalam industri. 2. Semakin banyak portal serupa yang menyediakan informasi serupa tentang saham, data financial secara real time. IV.4.8 Analisis Porter Five Force 1. Persaingan antar perusahaan yang ada Tingkat persaingan pada industri cukup tinggi baik sesama pemain besar ataupun dari perusahaan kecil dan menengah. Namun, dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 55% dapat dilihat bahwa perusahaan termasuk pemain yang memiliki reputasi yang baik dalam menyalurkan data financial dan penyedia jasa IT. Disamping itu untuk mempertahankan posisi perusahaan, perusahaan harus lebih giat lagi dalam menyalurkan produk perusahaan seperti data financial kepada bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan pihak-pihak lain yang membutuhkan data tersebut untuk keperluan investasinya. 2. Ancaman pendatang baru Ancaman pendatang baru dalam industri cukup tinggi karena luasnya pasar yang dapat dicapai. Namun, PT Limas Centric Indonesia sudah memiliki beberapa konsumen loyal yang hingga tahun 2009 masih menggunakan jasa perusahaan beberapa diantaranya ialah PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Mandiri, PT Indosat, dan TvOne. Sehingga, hal ini menjadi hambatan bagi pendatang baru untuk merebut pangsa pasar yang ada. 3. Ancaman produk atau jasa pengganti Produk atau jasa pengganti yang dihadapi ialah banyak portal sejenis yang memberikan data financial atau kondisi terkini tentang pasar saham. 102 4. Kekuatan penawaran pembeli Pelanggan PT Limas Centric Indonesia ialah berbagai perusahaan sekuritas, investor dan perusahaan telekomunikasi dalam menyalurkan informasi data financial secara real time, transaksi saham di bursa sehingga memudahkan pelanggan dalam mengakses data dimana saja dan kapan saja. 5. Kekuatan penawaran pemasok PT Limas Centric Indonesia memiliki kerjasama dengan beberapa pemasok sehingga dapat memberikan produk dan layanan yang berkualitas kepada pelanggan. Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang sangat baik untuk menjaga loyalitas pemasok. Kesimpulan : perusahaan sedang mengalami kondisi keuangan yang kurang sehat dan cukup berisiko dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal ini didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan selalu membukukan net profit margin yang negative setiap tahunnya dan memiliki rasio jumlah hutang yang cukup besar. Dan jika dilihat dari analisis Z Score menunjukkan perusahaan berada pada titik rawan terjadinya kebangkrutan. IV.5 PT Metrodata Electronics Tbk. (MTDL) IV.5.1 Analisis Rasio Likuiditas Tabel 4.21 Rasio Likuiditas PT Metrodata Elecktronics Tbk. Ratio 2007 2008 2009 128% 134% 149% Current Ratio 98% 92% 101% Quick Test Ratio 103 a. Current Ratio Rasio lancar tahun 2008 mengalami peningkatan karena menurunnya hutang bank sebesar Rp. 94.733.011 ribu. Kemudian, rasio lancar tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena menurunnya hutang bank sebesar Rp. 163.291.733 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar MTDL terus meningkat sampai tahun 2009 kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dalam keadaan baik. b. Quick Test Ratio Rasio cepat tahun 2008 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya piutang sebesar Rp. 142.932.863 ribu. Kemudian, rasio cepat tahun 2009 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena menurunnya hutang bank sebesar Rp. 163.291.733 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio cepat MTDL pada tahun 2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar dalam keadaan baik. IV.5.2 Analisis Rasio Solvabilitas Tabel 4.22 Rasio Solvabilitas PT Metrodata Elecktronics Tbk. Ratio 2007 2008 2009 70% 67% 62% Debt To Asset Ratio 288% 274% 204% Debt To Equity Ratio 12,31x 5,98x 3,63x Time Interest Earned 104 a. Debt To Asset Ratio Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 70% yang mencerminkan bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada telah dibiayai oleh hutang sebesar 70%. Rasio hutang atas aktiva tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya aset tidak berwujud sebesar Rp. 79.130.607 ribu. Kemudian, rasio hutang atas aktiva tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya hutang bank sebesar Rp. 163.291.733 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui sampai pada tahun 2009 rasio ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi kreditor lebih kecil. b. Debt To Equity Ratio Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami penurunan terutama disebabkan karena meningkatnya saldo laba yang belum ditentukan penggunaanya sebesar Rp. 24.239.038 ribu. Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009 kembali mengalami penurunan terutama disebabkan karena meningkatnya saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp. 8.022.712 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan mulai membaik karena selama tahun 2007-2009 perusahaan dapat menurunkan jumlah hutang terhadap modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi pemegang saham lebih kecil. 105 d. Time Interest Earned Rasio laba terhadap beban bunga tahun 2007 sebesar 12,31x rasio ini menunjukkan bahwa keuntungan yang tersedia untuk membayar bunga adalah 12x dari jumlah biaya bunga yang harus dibayar. TIE tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya beban bunga sebesar Rp. 17.743.232 ribu. TIE tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena meningkatnya beban bunga sebesar Rp 7.643.540 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba selama tahun 2007-2009 cukup baik walaupun terus menurun setiap tahunnya. IV.5.3 Analisis Rasio Profitabilitas Tabel 4.23 Rasio Profitabilitas PT Metrodata Elecktronics Tbk. Ratio 2007 2008 2009 10% 13% 11% Gross Profit Margin 1% 0,9% 0,3% Net Profit Margin 2,5% 2,3% 1% Return On Asset 10% 9% 3% Return On Equity Rp 13,95 Rp 14,67 Rp 4,93 Earning Per Share a. Gross Profit Margin Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp. 709.213.066 ribu. Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2009 mengalami penurunan karena meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp. 48.621.617 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 kinerja perusahaan menurun dalam menghasilkan laba kotor atas penjualan. 106 b. Net Profit Margin Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2007 sebesar 1% artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba bersih Rp 0,01 dari jumlah modal Rp 1 dalam satu tahun. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp. 709.213.066 ribu. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya laba bersih sebesar Rp. 19.891.789 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009 kemampuan perusahaan terus menurun dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan. c. Return On Asset (ROA) Rasio ROA tahun 2007 sebesar 2,5% artinya setiap Rp. 1 total aktiva yang dimiliki dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,025 atau 2,5%. Rasio ROA tahun 2008 mengalami penurunan karena total aktiva meningkat yang disebabkan oleh naiknya aset tidak berwujud sebesar Rp. 79.130.607 ribu. Rasio ROA tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya laba bersih sebesar Rp. 19.891.789 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009 kinerja perusahaan terus mengalami penurunan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba bersih. d. Return On Equity (ROE) Rasio ROE tahun 2007 sebesar 10% artinya perusahaan dapat 107 mengembalikan laba kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 0,1 dari total ekuitas Rp 1. Rasio ROE tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya saldo laba sebesar Rp. 24.239.038 ribu sehingga total ekuitas meningkat. Rasio ROE tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya laba bersih sebesar Rp. 19.891.789 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009 kinerja perusahaan dalam mengembalikan modal terus menurun. e. Earning Per Share (EPS) Pada tahun 2008 EPS mengalami peningkatan dikarenakan meningkatnya laba bersih sebesar Rp. 1.476.347 ribu. Pada tahun 2009 EPS mengalami penurunan karena menurunnya laba bersih sebesar Rp. 19.891.789 ribu. Sedangkan untuk jumlah saham yang beredar dari tahun 2007-2009 sebesar 2.041.925.923. IV.5.4 Analisis Rasio Aktivitas Tabel 4.24 Rasio Aktivitas PT Metrodata Elecktronics Tbk. Ratio 2007 2008 2009 5,94x 6,56x 8,49x Receivable Turnover 61,40 hari 55,68 hari 43 hari Average Collection Period 18,09x 15,50x 15,48x Inventory Turnover 2,85x 2,79x 2,89x Total Asset Turnover a. Receivable Turnover Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 5,94x (artinya penagihan piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 5,94 kali). Rasio perputaran piutang tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp. 709.213.066 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 kembali mengalami 108 peningkatan karena menurunnya rata-rata piutang sebesar Rp. 121.825.119 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 receivable turnover terus mengalami peningkatan kondisi ini mencerminkan kinerja perusahaan cukup efisien dalam mengubah piutang menjadi kas. b. Average Collection Period Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan MTDL sebesar 61 hari yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 61 hari dari waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 selama 55 hari dan semakin cepat ditahun 2009 menjadi 43 hari karena rasio perputaran piutang sebanyak 6,56x pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 8,49x pada tahun 2009. Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 MTDL terus menunjukkan perubahan yang baik dengan semakin cepatnya jangka waktu penagihan piutang menjadi kas, kondisi ini mencerminkan perusahaan dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam melakukan penagihan piutang kepada pelanggan sehingga resiko tidak tertagihnya piutang pun kecil. c. Inventory Turnover Rasio perputaran persediaan tahun 2007 sebanyak 18,09x, menunjukkan bahwa dalam setahun persediaan dapat diubah menjadi penjualan sebanyak 18,09 kali. Rasio perputaran persediaan tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya rata-rata persediaan sebesar Rp. 56.903.293 ribu. Rasio perputaran persediaan tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena meningkatnya ratarata persediaan sebesar Rp. 3.479.886 ribu. 109 Berdasarkan penjelasan diatas diketahui secara keseluruhan selama tahun 2007-2009 kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan sudah produktif. d. Total Asset Turnover Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 2,85x artinya dana yang terdapat dalam keseluruhan rata-rata aktiva dapat berputar 2,85x dalam satu tahun. Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya rata-rata total aktiva sebesar Rp. 273.997.512 ribu. Rasio perputaran total aktiva tahun 2009 mengalami peningkatan karena menurunya rata-rata aktiva sebesar Rp. 51.598.360 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa rasio perputaran total aktiva pada tahun 2009 mengalami peningkatan, yang berarti bahwa perusahaan sudah produktif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. - Imbalan Paca Kerja Perusahaan menghitung imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang – Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. Perusahaan melakukan perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit (PUC). Di dalam neraca, imbalan kerja dibukukan dengan nama kewajiban imbalan pasca kerja yang berada dalam kewajiban tidak lancar dapat diartikan bahwa kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan. 110 IV.5.5 Analisis Arus Kas a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi Pada tahun 2007, terdapat penurunan kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp 105.157.923 ribu. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan penerimaan kas sebesar Rp 822.173.853 ribu lebih kecil daripada peningkatan pembayaran sebesar Rp 927.331.776 ribu. Pada tahun 2008, terdapat penurunan kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi sebesar Rp 24.810.409 ribu. Hal ini disebabkan karena meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 1.164.866.754 ribu lebih besar daripada peningkatan pembayaran kepada pemasok sebesar Rp 1.089.775.041 ribu. Pada tahun 2009, terdapat peningkatan kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp 348.351.876 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena menurunnya pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan sebesar Rp 469.630.625 ribu. b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 28.819.244 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan menambah aset tetap seperti bangunan, peralatan kantor, peralatan penguji dan aset lainya sebesar Rp 36.313.767 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 117.335.098 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan menambah aset tetap seperti bangunan, peralatan kantor, peralatan penguji dan kendaraan sebesar Rp 57.419.307 ribu serta membeli anak 111 perusahaan yakni Soltius Asia Pte Ltd dan TTS-infotech Pte Ltd sebesar Rp 81.740.795 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 39.510.967 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan menambah jumlah aset tetap seperti bangunan, peralatan kantor, dan peralatan penguji yaitu sebesar Rp 35.304.517 ribu. c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp 175.712.619 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan mendapat dana dari pinjaman hutang bank sebesar Rp 945.283.109 ribu lebih besar daripada dana yang digunakan untuk membayar hutang bank dan membayar deviden dengan total sebesar Rp 771.681.321 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp 244.549.850 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan menerbitkan sukuk ijarah sebesar Rp 88.145.106 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan adalah sebesar Rp 299.602.608 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan lebih banyak menggunakan dana untuk membayar hutang bank sebesar Rp 2.072.635.516 ribu. d. Kesimpulan Dari analisis arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan sebagian besar dibiayai dari aktivitas pendanaan yaitu terutama dari pinjaman bank. 112 IV.5.6 Analisis Diskriminan Tabel 4.25 Perhitungan Z" Score PT Metrodata Elekronics Tbk. Keterangan X1 = Working Capital/total asset X2 = Retained Earning/Total Asset X3 = EBIT/Total Asset X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company" 1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone" Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company" 2007 0,19 0,13 0,09 0,35 2,64 2008 0,19 0,13 0,12 0,36 2,90 2009 0,24 0,17 0,08 0,49 3,22 Non Bankrupt Company Non Bankrupt Company Non Bankrupt Company Berdasarkan analisis diskriminan tersebut posisi PT Metrodata Electronics terus mengalami peningkatan hingga tahun 2009. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak mengalami masalah keuangan dalam menjalankan kegiatan perusahaan IV.5.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) Strengths : 1. PT Metrodata Electronics berpengalaman selama 35 tahun di bidang teknologi informasi. 2. PT Metrodata Electronics memiliki perkiraan pangsa pasar sebesar 40% dalam bidang produk Information Technology dan software. 3. PT Metrodata Electronics telah menerapkan standar mutu internasional untuk produk asli MTDL yaitu ION sehingga memperoleh sertifikasi ISO 9001:2008. 4. Memiliki banyak distributor ternama sehingga produk yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik. 5. Jangkauan jaringan dan distribusi nasional yang luas. 113 Weaknesses : 1. Membutuhkan kontrol efisiensi biaya untuk memperoleh margin yang lebih tinggi. Opportunities : 1. Pemulihan perekonomian lokal/global berpotensi meningkatkan permintaan atas produk dan jasa yang ditawarkan PT Metrodata Electronics. Threats : 1. Adanya perdagangan bebas membuat persaingan semakin ketat. 2. Banyak pesaing dalam industri baik pesaing global maupun regional. 3. Semakin banyak produk rekondisi atau produk buatan Cina yang ditawarkan dengan harga yang lebih murah. IV.5.8 Analisis Porter Five Force 1. Persaingan antar perusahaan yang ada Tingkat persaingan sangat tinggi baik dari sesama pemain besar ataupun dari perusahaan kecil dan menengah. Pesaing utama PT Metrodata Electronics ialah PT Multipolar Tbk dan PT Computrade Technology International. Namun, perusahaan masih dapat bertahan dan bersaing karena memiliki kualitas produk yang baik dan memiliki kemitraan yang baik dengan perusahaan TI kelas dunia. Selain itu, perusahaan juga harus terus melakukan inovasi produk dan peningkatan layanan/ kualitas sehingga kepercayaan konsumen tetap terjaga serta perusahaan dapat terus berkembang dalam kondisi persaingan yang ketat. 2. Ancaman pendatang baru Ancaman pendatang baru dalam industri cukup tinggi. Namun, PT Metrodata 114 Electronics telah memiliki reputasi yang cukup baik dimata konsumen sehingga hal ini menjadi hambatan bagi pendatang baru untuk merebut pangsa pasar yang ada. 3. Ancaman produk atau jasa pengganti Ancaman produk atau jasa pengganti yang dihadapi PT Metrodata Electronics ialah semakin banyaknya produk rekondisi dan produk impor dari Cina yang lebih murah. 4. Kekuatan penawaran pembeli Tingkat kekuatan tawar menawar cukup tinggi. Karena banyak pilihan yang tersedia sehingga konsumen mudah beralih ke pesaing. Namun, PT Metrodata Electronics terus memberikan pelayanan dan produk terbaik kepada pelanggan dengan cara menangani dengan cepat setiap keluhan dan kebutuhan pelanggan agar daya beli dan kepercayaan pelanggan tetap terjaga. Selain itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya akan meningkatkan daya beli konsumen terhadap produk perusahaan semakin tinggi. 5. Kekuatan penawaran pemasok Tingkat tawar menawar pemasok cukup tinggi karena pemasok juga memasokkan produknya ke perusahaan lain. Oleh karena itu, PT Metrodata Electronics senantiasa membina hubungan yang baik untuk menjaga loyalitas pemasok. 115 Kesimpulan : perusahaan memiliki kondisi keuangan yang sehat dan cenderung tidak bermasalah dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dari aspek likuiditas, profitabilitas, aktivitas dalam keadaan baik dan stabil, solvabilitas kemampuan perusahaan dalam membayar hutang terus meningkat. Hal ini juga dapat dilihat dari analisis analisis Z Score yang menunjukkan bahwa perusahaan berada pada zona aman dari ancaman kebangkrutan serta dari segi arus kas yang menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan dibiayai dari penerimaan kas dari pelanggan dan sebagian besar lainnya dari pinjaman bank. IV.6 PT Myoh Technology Tbk. (MYOH) IV.6.1 Analisis Rasio Likuiditas Tabel 4.26 Rasio Likuiditas PT Myoh Technology Tbk. Ratio 2007 2008 2009 129% 132% 125% Current Ratio 126% 130% 122% Quick Test Ratio a. Current Ratio Rasio lancar tahun 2008 mengalami peningkatan karena menurunnya hutang lain-lain sebesar Rp. 1.090.434 ribu. Rasio lancar tahun 2009 mengalami penurunan karena menurunnya piutang lain-lain sebesar Rp 584.649 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas mencerminkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar masih baik walaupun sempat menurun pada tahun 2009. 116 c. Quick Test Ratio Rasio cepat tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena menurunnya hutang lain-lain sebesar Rp. 1.090.434 ribu. Kemudian, rasio cepat tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya piutang sebesar Rp. 622.892 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas mencerminkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar masih baik walaupun sempat menurun pada tahun 2009. IV.6.2 Analisis Rasio Solvabilitas Tabel 4.27 Rasio Solvabilitas PT Myoh Technology Tbk. Ratio 2007 2008 2009 74% 81% 86% Debt To Asset Ratio 285% 413% 625% Debt To Equity Ratio -43,52x -34,16x -7,48x Time Interest Earned a. Debt To Asset Ratio Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 74% yang mencerminkan bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada telah dibiayai oleh hutang sebesar 74%. Rasio hutang atas aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan karena menurunnya piutang usaha sebesar Rp. 913.861 ribu. Kemudian, rasio hutang atas aktiva tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena menurunnya piutang lain-lain sebesar Rp 584.649 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2007-2009 rasio ini terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi kreditor lebih besar karena bila terjadi kredit macet jumlah asset tidak mencukupi untuk memenuhi hutang-hutangnya. 117 b. Debt To Equity Ratio Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya saldo rugi sebesar Rp. 1.000.827 ribu. Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena meningkatnya saldo rugi sebesar Rp. 515.294 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009 kinerja perusahaan terus menurun karena jumlah hutang melebihi modal yang dimiliki untuk membiayai kegiatan operasional. c. Time Interest Earned Selama tahun 2007-2009 time interest earned MYOH menunjukkan angka negatif yang mencerminkan bahwa perusahaan tidak memiliki EBIT yang tersedia untuk membayar bunga karena perusahaan terus membukukan rugi bersih. IV.6.3 Analisis Rasio Profitabilitas Tabel 4.28 Rasio Profitabilitas PT Myoh Technology Tbk. Ratio 2007 2008 2009 100% 100% 100% Gross Profit Margin -77,9% -73,2% -25,2% Net Profit Margin -19,0% -17,0% -7% Return On Asset -73% -87% -54% Return On Equity Rp -1,07 Rp -0,76 Rp -0,31 Earning Per Share a. Gross Profit Margin Selama tahun 2007-2009 rasio laba kotor atas penjualan MYOH sebesar 100%. Hal ini disebabkan karena MYOH tidak memasukkan komponen beban pokok penjualan didalam laporan keuangan. 118 b. Net Profit Margin Rasio laba bersih atas penjualan MYOH tahun 2007, 2008 dan 2009 selalu menunjukkan angka negatif kondisi ini disebabkan karena MYOH selalu membukukan rugi bersih dari tahun 2007 - 2009. Yang mencerminkan bahwa perusahaan belum bisa memperoleh laba bersih atas penjualan yang dilakukan. c. Return On Asset Rasio ROA tahun 2008 menjadi -17%. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya denda dan bunga sanksi BAPEPAM sebesar Rp. 1.032.440 ribu sehingga rugi bersih menurun. Rasio ROA tahun 2009 menjadi -7%. Penurunan ini disebabkan karena menignkatnya penjualan bersih sebesar Rp. 298.549 ribu sehingga rugi bersih menurun. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ROA selama tahun 2007-2009 menunjukkan angka negatif. Kondisi ini mencerminkan kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba bersih belum baik. d. Return On Equity (ROE) Rasio ROE tahun 2008 menjadi -87%. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya denda dan bunga sanksi BAPEPAM sebesar Rp. 1.032.440 ribu sehingga rugi bersih menurun. Rasio ROE tahun 2009 menjadi -54%. Penurunan ini disebabkan karena adanya meningkatnya penjualan bersih sebesar Rp. 298.549 ribu sehingga rugi bersih menurun. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009 119 kinerja perusahaan dalam mengembalikan modal kurang baik karena perusahaan masih membukukan rugi bersih. e. Earning Per Share (EPS) Pada tahun 2008 EPS mengalami penurunan karena menurunnya jumlah rugi bersih sebesar Rp. 514.352 ribu. Pada tahun 2009 EPS mengalami penurunan karena menurunnya rugi bersih sebesar Rp 764.709 ribu. Sedangkan untuk jumlah saham yang beredar dari tahun 2007-2009 sebesar 1.681.000.000. IV.6.4 Analisis Rasio Aktivitas Tabel 4.29 Rasio Aktivitas PT Myoh Technology Tbk. Ratio 2007 2008 2009 1,41x 1,45x 2,81x Receivable Turnover 259,37 hari 251,63 hari 130,06 hari Average Collection Period Inventory Turnover 0,24x 0,21x 0,28x Total Asset Turnover e. Receivable Turnover Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 1,41x (artinya penagihan piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 1,41 kali). Rasio perputaran piutang tahun 2008 mengalami peningkatan karena menurunnya rata-rata piutang sebesar Rp. 431.351 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp. 298.549 ribu, dan menurunnya ratarata piutang sebesar Rp. 476.052 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mengubah piutang menjadi kas masih sangat lambat. 120 f. Average Collection Period Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan MYOH sebesar 259 hari yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 259 hari dari waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 selama 251hari dan semakin cepat ditahun 2009 menjadi 130 hari karena rasio perputaran piutang sebanyak 1,45x pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 2,81x pada tahun 2009. Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 jangka waktu penagihan piutang MYOH semakin cepat. Namun, tetap saja jangka waktu penagihan piutang terlalu lama, sehingga dapat menyebabkan risiko tidak tertagihnya piutang menjadi kas yang cukup besar. g. Inventory Turnover Pada tahun 2007-2009 rasio perputaran persediaan MYOH adalah nol. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak memasukkan komponen beban pokok penjualan dalam laporan keuangan. h. Total Asset Turnover Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 0,24x artinya dana yang terdapat dalam keseluruhan rata-rata aktiva dapat berputar 0,24x dalam satu tahun. Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami penurunan karena menurunnya penjualan sebesar Rp. 554.794 ribu. Rasio perputaran total aktiva tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp. 298.549 ribu, dan menurunnya rata-rata total aktiva sebesar Rp. 1.290.203 ribu. 121 Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 mencerminkan bahwa kinerja perusahaan belum cukup produktif dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan. - Imbalan Paca Kerja Perusahaan membukukan penyisihan untuk hak karyawan sesuai dengan Undang – Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. Berdasarkan Undang – Undang tersebut, Perseroan diharuskan untuk membayar uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang pengganti hak kepada karyawan apabila persyaratan yang ditentukan pada undang-undang tersebut dipenuhi. Di dalam neraca, imbalan kerja dibukukan dengan nama kewajiban imbalan pasca kerja yang berada dalam kewajiban tidak lancar dapat diartikan bahwa kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan. IV.6.5 Analisis Arus Kas a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi Pada tahun 2007, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 129.116 ribu yang disebabkan karena meningkatnya jumlah penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 289.807 ribu. Pada tahun 2008, terdapat penurunan kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp 155.698 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena menurunnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 666.731 ribu. Pada tahun 2009, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi adalah Rp 152.347 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena 122 penerimaan kas dari pelanggan meningkat sebesar Rp 316.028 ribu. b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi sebesar Rp 31.180 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan lebih banyak melakukan penjualan aset tetap sebesar Rp 77.500 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 18.352 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan menambah aset tetap berupa inventaris kantor sebesar Rp 18.352 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 23.074 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan menambah aset tetap berupa inventaris kantor sebesar Rp 23.074 ribu. c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 82.652 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan menggunakan dana untuk membayar pinjaman sebesar Rp 137.652 ribu. Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp 95.238 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena penerimaaan hutang sebesar Rp 153.00 ribu. Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 10.199 ribu karena perusahaan membayar pinjaman sebesar Rp 123.860 ribu lebih besar daripada penerimaan hutang sebesar Rp 113.661 ribu. 123 d. Kesimpulan Dari analisis arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan sebagian besar dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari pelanggan dan sebagian lainnya dibiayai dari hutang. IV.6.6 Analisis Diskriminan Tabel 4.30 Perhitungan Z" Score PT Myoh Technology Tbk. Keterangan X1 = Working Capital/total asset X2 = Retained Earning/Total Asset X3 = EBIT/Total Asset X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4 Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company" 1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone" Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company" 2007 0,18 (6,38) (0,17) 0,35 (20,39) 2008 0,22 (8,17) (0,14) 0,24 (25,85) 2009 0,18 (8,97) (0,07) 0,16 (28,37) Bankrupt Company Bankrupt Company Bankrupt Company Berdasarkan analisis diskriminan diatas posisi PT Myoh Technology Tbk. berada pada posisi bangkrut. Hal ini disebabkan karena jumlah hutang perusahaan cukup tinggi jika dibandingkan dengan jumlah aset dan ekuitas yang dimiliki. Dari segi penjualan cenderung berfluktuasi dan perusahaan masih belum bisa mengendalikan biaya dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehingga perusahaan selalu membukukan rugi sebelum pajak setiap tahunnya dan menghasilkan rugi bersih setiap tahunnya. Sehingga terlihat dari perhitungan X2 yang selalu meningkat karena perusahaan selalu membukukan saldo rugi setiap tahunnya. Kondisi ini mengharuskan perusahaan bekerja lebih keras, melakukan perbaikan disegala aspek, agar dapat keluar dari posisi ini dan tetap bisa menjalankan kegiatan usahanya. 124 IV.6.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) Strengths : 1. Myoh Hotel yang merupakan produk unggulan perusahaan hingga tahun 2009 sudah dipasang di lebih dari 132 hotel berbintang di Indonesia. Beberapa konsumen loyal diantaranya Maya Ubud Hotel (Bali), Hotel Grand Palace (Yogyakarta), Payogan Villa and Resort (Bali), The Dream Land Villa (Bali), Grand Bali Sani Suite (Bali). 2. PT Myoh Technology memiliki perkiraan pangsa pasar sebesar 23% dalam bidang Hospitality Software. Weaknesses : 1. Hanya berfokus memberikan produk dan jasa teknologi informasi khususnya untuk segmen perhotelan dan restauran. 2. Kurang melakukan inovasi dan pengembangan produk dan jasa yang ditawarkan. 3. Lemahnya sistem penagihan piutang karena tergantung dari pendapatan pelanggan. Opportunities : 1. Semakin meningkatnya bisnis pariwisata di kota-kota besar seperti Bandung, Yogyakarta, Bali, dll membuka peluang yang cukup besar bagi Perseroan dalam memasarkan produknya kepada restoran dan perhotelan baru di daerah-daerah tersebut. 125 Threats : 1. Mudahnya pesaing baru masuk kedalam industri yang sama dan menawarkan produk/jasa yang serupa namun dengan kualitas yang baik dan dengan harga yang lebih murah. 2. Meningkatnya pembajakan software di Indonesia. IV.6.8 Analisis Porter Five Force 1. Persaingan antar perusahaan yang ada Tingkat persaingan cukup tinggi. Kondisi ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya sistem software khususnya pada bidang perhotelan yang ditawarkan oleh pesaing. Beberapa pesaing yang menguasai pasar bukan saja dari luar negeri, tetapi beberapa pengembang dalam negeri juga telah berkiprah. Agar dapat bertahan dan bersaing perusahaan harus dapat menagih seluruh piutang yang belum tertagih sehingga pendapatan dapat bertambah yang nantinya bisa digunakan untuk melakukan ekspansi usaha atau produk. 2. Ancaman pendatang baru Ancaman pendatang baru dalam industri sangat tinggi. Karena pangsa pasar untuk sistem software perhotelan yang kian luas seiring dengan meningkatnya bisnis pariwisata di kota-kota besar membuat pertumbuhan hotel dan restoran tumbuh cukup baik. 3. Ancaman produk atau jasa pengganti Ancaman produk pengganti yang dihadapi Perseroan ialah maraknya software – software bajakan yang beredar di Indonesia. 4. Kekuatan penawaran pembeli Kekuatan pembeli sangat tinggi disebabkan karena banyak pilihan yang tersedia 126 dalam menggunakan software ditambah lagi dengan maraknya pembajakan software di Indonesia. Sehingga, untuk mempertahankan dan meningkatkan posisi Perseroan harus cepat tanggap dalam menangani keluhan serta kebutuhan pelanggan dengan memberikan layanan dan produk yang terbaik. Hingga tahun 2009 pelanggan perusahaan telah mencapai 132 khusus pelanggan software MYOH hotel dan 74 pelanggan lainnya tersebar dalam segala produk yang ditawarkan PT Myoh Technology. 5. Kekuatan penawaran pemasok Perseroan memiliki kerjasama dengan beberapa pemasok sehingga dapat memberikan produk yang berkualitas kepada pelanggan. Oleh karena itu, perseroan terus menjalin hubungan yang sangat baik untuk menjaga loyalitas pemasok. Kesimpulan: perusahaan sedang mengalami permasalahan dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal ini didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan selalu membukukan net profit margin yang negative setiap tahunnya dan memiliki rasio jumlah hutang yang cukup besar. Didukung dengan hasil analisis Z Score yang menunjukkan bahwa perusahaan berada pada titik rawan terjadinya kebangkrutan. Jika perusahaan tidak melakukan perubahan yang signifikan dikhawatirkan perusahaan mungkin akan menghadapi kebangkrutan ditahun-tahun mendatang. 127 128 129