50 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai

advertisement
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan dibahas mengenai analisis rasio keuangan, analisis arus kas,
analisis diskriminan, analisis SWOT dan Porter Five Force yang dihadapi masingmasing perusahaan computer and service yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yakni
PT Astra Graphia Tbk., PT Centrin Online Tbk., PT Dyviacom Intrabumi Tbk., PT
Limas Centric Indonesia Tbk., PT Metrodata Elektronics Tbk., PT Myoh Technology
Tbk. selama tahun 2007-2009.
IV.1 PT Astra Graphia Tbk. (ASGR)
IV.1.1 Analisis Rasio Likuiditas
Tabel 4.1 Rasio Likuiditas PT Astra Graphia Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
134%
125%
145%
Current Ratio
87%
70%
96%
Quick Test Ratio
a. Current Ratio
Rasio lancar tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya
pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 161.638.974 ribu. Rasio lancar pada
tahun 2009 mengalami peningkatan karena menurunnya pinjaman bank jangka
pendek sebesar Rp 94.638.974 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar ASGR
tahun 2009 cukup baik, karena kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya lebih besar dibanding dua tahun sebelumnya yaitu
145%.
50
b. Quick Test Ratio
Rasio cepat tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya
pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 161.638.974 ribu. Rasio cepat tahun
2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya kas sebesar Rp 43.526.517
ribu, dan menurunnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 94.638.974 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio cepat ASGR
pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding dengan dua tahun-tahun
sebelumnya. Kondisi ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar
dalam keadaan baik.
IV.1.2 Analisis Rasio Solvabilitas
Tabel 4.2 Rasio Solvabilitas PT Astra Graphia Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
50%
60%
51%
Debt To Asset Ratio
99%
153% 103%
Debt To Equity Ratio
7,02x 5,66x
6,38x
Time Interest Earned
a. Debt To Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 50% yang mencerminkan
bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada telah
dibiayai oleh hutang sebesar 50%. Rasio hutang terhadap aktiva tahun 2008
mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya pinjaman
bank jangka pendek sebesar Rp 161.638.974 ribu. Rasio hutang atas aktiva tahun
2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya pinjaman
bank jangka pendek sebesar Rp 94.638.974 ribu
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui pada tahun 2009 rasio ini
51
mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Semakin rendah rasio ini
semakin baik, karena risiko yang dihadapi kreditor lebih kecil.
b. Debt To Equity Ratio
Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan terutama
disebabkan karena meningkatnya pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp
161.638.974 ribu. Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009
mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya pinjaman bank
jangka pendek sebesar Rp 94.638.974 ribu, dan meningkatnya saldo laba sebesar
Rp 48.064.499 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan mulai
membaik pada tahun 2009 karena dapat menurunkan jumlah hutang terhadap
modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin rendah rasio
ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi pemegang saham lebih kecil.
c. Time Interest Earned
Rasio laba terhadap beban bunga tahun 2007 sebesar 7,02x rasio ini
menunjukkan bahwa keuntungan yang tersedia untuk membayar bunga adalah 7x
dari jumlah biaya bunga yang harus dibayar. TIE tahun 2008 mengalami
penurunan terutama disebabkan karena terjadi peningkatan yang cukup
signifikan pada pos kerugian kurs-bersih sebesar Rp 15.068.503 ribu, dan
meningkatnya beban bunga sebesar Rp 2.184.859 ribu. TIE tahun 2009
mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya penjualan
sebesar Rp 307.499.297 ribu, dan menurunnya beban bunga sebesar Rp
1.142.616 ribu.
52
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan
dalam menghasilkan laba meningkat pada tahun 2009. Semakin besar rasio ini
semakin baik karena menunjukkan laba yang tersedia untuk membayar bunga
besar.
IV.1.3 Analisis Rasio Profitabilitas
Tabel 4.3 Rasio Profitabilitas PT Astra Graphia Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
39%
32%
29%
Gross Profit Margin
10%
6%
5%
Net Profit Margin
12%
7%
9%
Return On Asset
23%
19%
18%
Return On Equity
Rp 53,44 Rp 46,33 Rp 49,64
Earning Per Share
a. Gross Profit Margin
Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena
meningkatnya penjualan sebesar Rp 302.157.033 ribu dan diikuti dengan
meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 261.057.186 ribu. Rasio laba
kotor atas penjualan tahun 2009 mengalami penurunan terutama disebabkan
karena meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 249.502.269 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan
menurun dalam menghasilkan laba kotor atas penjualan.
b. Net Profit Margin
Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2007 sebesar 10% artinya setiap Rp 1
penjualan menghasilkan laba bersih Rp 0,10 dari jumlah modal Rp 1 dalam satu
tahun. Pada tahun 2008 rasio ini mengalami penurunan terutama disebabkan
karena meningkatnya kerugian kurs sebesar Rp 15.068.503 ribu sehingga laba
bersih menurun. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2009 mengalami
53
penurunan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 307.499.297 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kemampuan perusahaan
meningkat dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan pada tahun 2009.
c. Return On Asset (ROA)
Rasio ROA tahun 2007 sebesar 12% artinya setiap Rp 1 total aktiva yang
dimiliki dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,12 atau 12%. Rasio ROA tahun
2008 mengalami penurunan karena terjadinya peningkatan yang sangat
signifikan pada kerugian kurs bersih sebesar Rp 15.068.503 ribu sehingga laba
bersih menurun, sedangkan persediaan meningkat sebesar Rp 102.903.706 ribu.
Rasio ROA tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya laba
bersih sebesar Rp 4.460.818 ribu, sedangkan total aktiva mengalami penurunan
yang disebabkan karena menurunnya persediaan sebesar Rp 77.672.091 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba bersih mulai
meningkat pada tahun 2009.
d. Return On Equity (ROE)
Rasio
ROE
tahun
2007
sebesar
23%
artinya
perusahaan
dapat
mengembalikan laba kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 0,23 dari total
ekuitas Rp 1. Rasio ROE tahun 2008 mengalami penurunan karena terjadi
peningkatan yang sangat signifikan pada kerugian kurs bersih sebesar Rp
15.068.503 ribu sehingga laba bersih menurun, sedangkan total ekuitas
mengalami peningkatan yang disebabkan karena saldo laba naik sebesar Rp
13.540.042 ribu. Rasio ROE tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena
54
meningkatnya saldo laba sebesar Rp 48.064.499 ribu.
e. Earning Per Share (EPS)
Pada tahun 2008 EPS ASGR menurun karena laba bersih turun sebesar
Rp 9.587.393 ribu dibanding tahun 2007. Pada tahun 2009 EPS meningkat
karena naiknya laba bersih sebesar Rp 4.460.818 ribu. Sedangkan untuk jumlah
saham yang beredar dari tahun 2007-2009 sebesar 1.348.780.500.
IV.1.4 Analisis Rasio Aktivitas
Tabel 4.4 Rasio Aktivitas PT Astra Graphia Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
7,11x
7,53x
9,11x
Receivable Turnover
51,33 hari 48,44 hari 40,09 hari
Average Collection Period
4,02x
4,01x
5,07x
Inventory Turnover
1,20x
1,40x
1,65x
Total Asset Turnover
a. Receivable Turnover
Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 7,11x (artinya penagihan
piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 7,11 kali). Rasio perputaran piutang
tahun 2008 mengalami peningkatan dikarenakan meningkatnya penjualan sebesar
Rp 302.157.033 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 mengalami
peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp 307.499.297 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 perusahaan dapat
menunjukkan keefisiensian dalam mengubah piutang menjadi kas karena
semakin besar rasio semakin baik.
55
b. Average Collection Period
Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan ASGR sebesar 51 hari
yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 51 hari dari
waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 selama 48
hari dan semakin cepat ditahun 2009 menjadi 40 hari karena rasio perputaran
piutang sebanyak 7,53x pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 9,11x pada
tahun 2009.
Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 ASGR terus
menunjukkan perubahan yang baik dengan semakin cepatnya jangka waktu
penagihan piutang menjadi kas, perusahaan dapat bekerja secara efektif dan
efisien dalam melakukan penagihan piutang kepada pelanggan.
c. Inventory Turnover
Rasio perputaran persediaan tahun 2007 sebanyak 4,02x menunjukkan
bahwa dalam setahun persediaan dapat diubah menjadi penjualan sebanyak 4,02
kali. Rasio perputaran persediaan tahun 2008 mengalami penurunan karena
meningkatnya rata-rata persediaan sebesar Rp 65.477.570 ribu. Rasio perputaran
persediaan tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya beban
pokok penjualan sebesar Rp 249.502.269 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui rasio perputaran persediaan tahun
2009 meningkat yang menunjukkan bahwa perusahaan mulai produktif dalam
mengelola persediaan.
56
d. Total Asset Turnover
Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 1,20x artinya dana yang
ada didalam keseluruhan aktiva rata-rata dapat berputar 1,20 kali dalam setahun.
Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan karena
meningkatnya penjualan sebesar Rp 302.157.033 ribu. Rasio perputaran total
aktiva tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena meningkatnya
penjualan sebesar Rp 307.499.297 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui setiap tahun rasio ini mengalami
peningkatan. Kondisi ini mencerminkan bahwa kinerja perusahaan sudah
produktif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan
penjualan.
- Imbalan Pasca Kerja
Perusahaan telah menerapkan besarnya kewajiban imbalan pasca kerja
yang akan diterima oleh karyawan pada usia pensiun dini/normal, karyawan
mengundurkan diri, meninggal, dll sesuai yang diatur UU No. 13 tahun 2003
yang mengatur tentang ketenagakerjaan.
Didalam neraca, terdapat kewajiban imbalan pasca kerja dalam kewajiban
lancar dapat diartikan bahwa kewajiban imbalan kerja yang ada merupakan
bagian jangka pendek dari kewajiban imbalan pasca kerja yang harus dipenuhi
dalam waktu 12 bulan, sedangkan kewajiban imbalan pasca kerja yang berada
dalam kewajiban tidak lancar ialah kewajiban imbalan pasca kerja jangka
panjang yang akan dipenuhi dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan.
57
IV.1.5 Analisis Arus Kas
a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi
adalah sebesar Rp 121.785.351 ribu yang disebabkan karena meningkatnya
penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 128.280.793 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas
operasional adalah sebesar Rp 126.026.290 ribu yang disebabkan karena
meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 316.033.700 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas
operasional adalah sebesar Rp 230.063.529 ribu yang disebabkan karena
meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 398.438.313 ribu.
b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 71.193.711 ribu karena pada tahun tersebut perusahaan
melakukan pembelian aset tetap berupa mesin Xeroxgraphic dan komputer,
peralatan kantor, dan aset tetap lainnya yang menunjang aktivitas perusahaan
sebesar Rp 75.009.090 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 171.623.542 ribu. Hal ini terutama disebabkan oleh
pembelian anak perusahaan yaitu PT Astra Graphia Information Technology
sebesar Rp 89.997.708 ribu dan menambah aset tetap sebesar Rp 82.378.045 ribu
yang hasilnya diharapkan akan menghasilkan dalam jangka waktu tertentu di
masa yang akan datang.
58
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 67.184.251 ribu. Hal ini terutama disebabkan oleh
pembelian aset tetap sebesar Rp 82.680.862 ribu dan penjualan properti invetasi
sebesar Rp 14.000.000 ribu.
c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan sebesar Rp 53.415.554 ribu. Kondisi ini disebabkan karena
perusahaan melakukan pembayaran deviden sebesar Rp. 53.550.497 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan sebesar Rp 8.305.840 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan
mendapatkan dana dari pinjaman jangka pendek bersih sebesar Rp 143.285.600
ribu lebih kecil dibandingkan dengan dana yang digunakan untuk melakukan
pembayaran obligasi dan membayar deviden sebesar Rp 174.069.223 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat arus kas yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan sebesar Rp 109.530.265 ribu. Kondisi ini disebabkan karena
perusahaan mendapatkan dana dari pinjaman jangka pendek dan jangka panjang
sebesar Rp 65.325.000 ribu lebih kecil dibanding dengan pembayaran deviden
dan melunasi pinjaman jangka pendek serta jangka panjang sebesar Rp
174.855.265 ribu.
d. Kesimpulan
Dari analisis arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan
sebagian besar dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari
pelanggan.
59
IV.1.6 Analisis Diskriminan
Tabel 4.5 Perhitungan Z" Score PT Astra Graphia Tbk.
Keterangan
X1 = Working Capital/total asset
X2 = Retained Earning/Total Asset
X3 = EBIT/Total Asset
X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities
Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
Z Score ≥ 2.6 Î"Non Bankrupt Company"
1.1 < Z Score < 2.6 Î "Grey Zone"
Z Score ≤ 1.1 Î "Bankrupt Company"
2007
0,16
0,20
0,18
1,01
3,97
Non
Bankrupt
Company
2008
0,14
0,16
0,12
0,66
2,94
Non
Bankrupt
Company
2009
0,21
0,24
0,14
0,97
4,12
Non
Bankrupt
Company
Berdasarkan analisis diskriminan tersebut posisi PT Astra Graphia cenderung
menurun pada tahun 2008 tetapi mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009.
Walaupun menurun pada tahun 2008 tetapi posisi perusahaan masih diatas standar yang
ditentukan yakni >2,60. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak mengalami masalah
keuangan dalam menjalankan kegiatan perusahaan.
IV.1.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)
Strengths :
1. PT Astra Graphia memiliki perkiraan pangsa pasar antara 50% - 60% dalam
bidang usaha solusi dokumen dan solusi teknologi informasi.
2. PT Astra Graphia merupakan distributor ekslusif dari Fuji Xerox Co. Ltd., di
Indonesia dan mempunyai reputasi yang baik dalam bisnis solusi dokumen.
3. PT Astra Graphia telah menerapkan standar prosedur ISO 9001:2000 Quality
Management System dan ISO 14001:1996 Environmental Management System
dalam sistem manajemen perusahaan.
60
4. Memiliki diversifikasi produk dan inovasi produk yang selalu up to date.
5. Memiliki jangkauan jaringan dan distribusi nasional yang luas serta memiliki
kantor layanan yang tersebar diberbagai daerah agar dekat dan memudahkan
berinteraksi dengan pelanggan.
Weaknesses :
1. Memiliki ketergantungan yang kuat dengan pemasok utama yaitu Fuji Xerox Co.
Ltd., dalam menjalankan kegiatan usaha.
Opportunities :
1. Semakin banyak konsumen yang membutuhkan jasa seperti solusi dokumen yang
ditawarkan Perseroan.
2. Kemungkinan untuk melakukan diversifikasi produk masih sangat tinggi.
Threats :
1. Mudahnya pesaing baru masuk kedalam industri
2. Semakin banyak produk rekondisi atau produk impor dari Cina yang ditawarkan
dengan harga yang lebih murah.
3. Dengan adanya perdagangan bebas membuat persaingan semakin ketat baik
pasar regional atau global.
61
IV.1.8 Analisis Porter Five Force
1. Persaingan antar perusahaan yang ada
Tingkat persaingan di industri cukup tinggi. Dalam segmen usaha solusi
dokumen, salah satu pesaing Perseroan adalah PT Data Storage Services dan PT
Multifiling Mitra Indonesia. Disamping itu, PT Astra Graphia berhasil
menempati posisi pertama dalam penguasaaan pasar di Indonesia untuk produk
Multi Function Printer Monochrome serta juga Single Function Printer Color
selama beberapa kwartal (Intenal Data Corporation: Data 2009).
2. Ancaman pendatang baru
Ancaman pendatang baru dalam industri cukup tinggi karena luasnya pangsa
pasar yang dapat dicapai. Namun, PT Astra Graphia telah memiliki reputasi yang
cukup baik dimata konsumen serta selalu memperkuat posisi bersaingnya,
dengan terus berusaha mengembangkan inovasi bisnis. Sehingga hal ini menjadi
hambatan bagi pendatang baru untuk merebut pangsa pasar yang ada. Dengan
terus melakukan inovasi perusahaan dapat mempertahankan pangsa pasar yang
ada dan tetap dapat terus berkembang.
3. Ancaman produk atau jasa pengganti
Ancaman produk pengganti yang dihadapi PT Astra Graphia ialah banyak
produk rekondisi yang diimpor dan produk buatan Cina yang ditawarkan dengan
harga lebih murah.
4. Kekuatan penawaran pembeli
Para pembeli produk atau jasa yang ditawarkan PT Astra Graphia berasal dari
62
kalangan korporat dan retail yang tersebar diberbagai wilayah di Indonesia. PT
Astra Graphia selalu fokus dalam memberikan pelayanan terbaik kepada
pelanggan dan partner kerja dengan cara menangani dengan cepat setiap keluhan
dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain itu, peningkatan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia khususnya akan meningkatkan daya beli konsumen
terhadap produk PT Astra Graphia semakin tinggi.
5. Kekuatan penawaran pemasok
Kekuatan pemasok cukup tinggi karena dalam menjalan kegiatan usaha sebagian
produknya dipasok langsung oleh Fuji Xerox sehingga jika pemasok
menghentikan kerjasama otomatis berdampak pada kegiatan usaha Perseroan.
Oleh karena itu, PT Astra Graphia terus membina hubungan yang sangat baik
untuk menjaga loyalitas pemasok.
Kesimpulan : perusahaan memiliki kondisi keuangan yang sehat dan cenderung
tidak bermasalah dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini
didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan
dapat memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo dan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan margin dengan baik, analisis arus kas yang menunjukkan
bahwa sebagian besar kegiatan perusahaan dibiayai aktivitas operasi yaitu
penerimaan kas dari pelanggan dan analisis Z Score yang menunjukkan bahwa
perusahaan berada pada zona aman dari ancaman kebangkrutan.
63
IV.2 PT Centrin Online Tbk. (CENT)
IV.2.1 Analisis Rasio Likuiditas
Tabel 4.6 Rasio Likuiditas PT Centrin Online Tbk.
Ratio
Current Ratio
Quick Test Ratio
2007
2831%
2670%
2008
328%
289%
2009
563%
514%
a. Current Ratio
Rasio lancar tahun 2008 mengalami penurunan karena menurunnya investasi
jangka pendek sebesar Rp 25.910.538 ribu, sedangkan hutang usaha kepada
pihak ketiga meningkat sebesar Rp 7.902.585 ribu. Kemudian rasio lancar tahun
2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya kas dan setara kas sebesar
Rp 8.079.660 ribu, sedangkan hutang usaha kepada pihak ketiga menurun
sebesar Rp 2.624.298 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar CENT
tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar dalam keadaan baik.
b. Quick Test Ratio
Rasio cepat tahun 2008 mengalami penurunan karena menurunnya jumlah
investasi jangka pendek sebesar Rp 25.910.538 ribu, dan meningkatnya hutang
usaha pada pihak ketiga sebesar Rp 7.902.585 ribu. Kemudian, rasio cepat tahun
2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya kas dan setara kas sebesar
Rp 8.079.660 ribu, dan menurunnya hutang usaha kepada pihak ketiga sebesar
64
Rp 2.624.298 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio cepat CENT pada
tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya.
Kondisi ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar dalam keadaan baik.
IV.2.2 Analisis Rasio Solvabilitas
Tabel 4.7 Rasio Solvabilitas PT Centrin Online Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
5%
19%
14%
Debt To Asset Ratio
5%
25%
17%
Debt To Equity Ratio
Time Interest Earned
a. Debt To Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 5% yang mencerminkan bahwa
pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada telah
dibiayai oleh hutang sebesar 5%. Rasio hutang atas aktiva tahun 2008 mengalami
peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya hutang usaha pada pihak
ketiga sebesar Rp 7.902.585 ribu, sedangkan kas dan investasi jangka pendek
masing-masing turun sebesar Rp 12.732.681 ribu dan Rp 25.910.538 ribu.
Kemudian, rasio hutang atas aktiva tahun 2009 mengalami penurunan
terutama disebabkan karena menurunnya hutang usaha sebesar Rp 2.624.298
ribu, sedangkan kas dan investasi jangka pendek masing-masing naik sebesar Rp
8.079.660 ribu dan Rp 5.237.863 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 rasio ini
mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Semakin rendah rasio ini
semakin baik, karena risiko yang dihadapi kreditor lebih kecil.
65
b. Debt To Equity Ratio
Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan terutama
disebabkan karena meningkatnya hutang usaha pada pihak ketiga sebesar Rp
7.902.585 ribu, dan
menurunnya saldo laba sebesar Rp 22.007.197 ribu.
Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009 mengalami penurunan
terutama disebabkan karena menurunnya hutang usaha sebesar Rp 2.624.298
ribu, dan meningkatnya saldo laba sebesar Rp 11.629.385 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan mulai
membaik pada tahun 2009 karena dapat menurunkan jumlah hutang terhadap
modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin rendah rasio
ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi pemegang saham lebih kecil.
c. Time Interest Earned
Pada tahun 2007-2009 time interest earned CENT adalah nol. Karena
perusahaan tidak melakukan pembayaran atas bunga bank.
IV.2.3 Analisis Rasio Profitabilitas
Tabel 4.8 Rasio Profitabilitas PT Centrin Online Tbk.
Ratio
Gross Profit Margin
Net Profit Margin
Return On Asset
Return On Equity
Earning Per Share
2007
2008
2009
42%
49%
47%
22%
-20%
18%
16%
-17%
11%
17%
-23%
14%
Rp 27,47 Rp -28,34 Rp 20,22
a. Gross Profit Margin
Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami peningkatan karena
menurunnya beban pokok penjualan sebesar Rp 217.670 ribu sedangkan
66
penjualan naik sebesar Rp 8.472.617 ribu. Rasio laba kotor atas penjualan tahun
2009 mengalami penurunan terutama disebabkan karena menurunnya beban
pokok penjualan sebesar Rp 5.903.682 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009
kinerja perusahaan sedikit menurun dalam menghasilkan laba kotor atas
penjualan.
b. Net Profit Margin
Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2007 sebesar 20% artinya setiap
Rp 1 penjualan menghasilkan laba bersih Rp 0,20 dari jumlah modal Rp 1 dalam
satu tahun. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan
karena CENT membukukan rugi bersih sebesar Rp 16.299.260 ribu. Perolehan
rugi bersih disebabkan karena pada tahun 2008 kerugian investasi jangka pendek
CENT meningkat sangat signifikan yakni sebesar Rp 13.352.554 ribu.
Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2009 mengalami peningkatan
karena perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 11.629.386 ribu yang
disebabkan karena perolehan keuntungan investasi jangka pendek yang cukup
signifikan yaitu sebesar Rp 12.683.153 ribu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat
diketahui pada tahun 2009 kemampuan perusahaan meningkat dalam
menghasilkan laba bersih atas penjualan.
c. Return On Asset (ROA)
Rasio ROA tahun 2007 sebesar 16% artinya setiap Rp 1 total aktiva yang
dimiliki dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,16 atau 16%. Rasio ROA tahun
2008 menunjukkan angka negatif karena perusahaan membukukan rugi bersih
67
sebesar Rp 16.299.260 ribu. Rasio ROA tahun 2009 mengalami peningkatan
karena perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 11.629.386 ribu, diikuti
dengan meningkatnya total aktiva sebesar Rp 8.765.683 ribu karena kas dan
investasi jangka pendek naik masing-masing sebesar Rp 8.079.660 ribu dan Rp
5.237.863 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kinerja
perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba
bersih mulai menunjukkan peningkatan.
d. Return On Equity (ROE)
Rasio ROE tahun 2007 sebesar 17% artinya perusahaan dapat mengembalikan
laba kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 0,17 dari total ekuitas Rp 1.
Rasio ROE tahun 2008 menunjukkan angka negatif karena CENT membukukan
rugi bersih sebesar Rp 16.299.260 ribu. Rasio ROE tahun 2009 mengalami
peningkatan karena perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 11.629.386
ribu, diikuti dengan meningkatnya total ekuitas sebesar Rp 12.622.016 ribu yang
disebabkan karena meningkatnya saldo laba sebesar Rp 11.629.385 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kinerja
perusahaan dalam mengembalikan modal mulai membaik.
e. Earning Per Share (EPS)
Pada tahun 2008 EPS mengalami penurunan karena karena CENT
membukukan rugi bersih sebesar Rp 16.299.260 ribu. Pada tahun 2009 EPS
mengalami peningkatan karena pada tahun 2009 CENT memperoleh laba bersih
sebesar Rp 11.629.386 ribu. Sedangkan untuk jumlah saham yang beredar dari
68
tahun 2007-2009 sebesar 575.112.500.
IV.2.4 Analisis Rasio Aktivitas
Tabel 4.9 Rasio Aktivitas PT Centrin Online Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
15,79x
13,16x
7,40x
Receivable Turnover
23,12 hari 27,73 hari 49,35 hari
Average Collection Period
139,43x
100,63x
66,66x
Inventory Turnover
0,76x
0,83x
0,67x
Total Asset Turnover
a. Receivable Turnover
Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 15,79x (artinya penagihan
piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 15,79 kali). Rasio perputaran piutang
tahun 2008 mengalami penurunan karena meningkatnya rata-rata piutang usaha
sebesar Rp 1.543.954 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 mengalami
penurunan karena meningkatnya rata-rata piutang sebesar Rp 2.895.449 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 receivable turnover
perusahaan masih dapat menunjukkan keefisiensian dalam mengubah piutang
menjadi kas dan setara kas. Namun, rasio perputaran piutang perusahaan terus
mengalami penurunan sampai tahun 2009. Maka dari itu, perusahaan harus lebih
ketat dalam menjalankan kebijakan penagihan kas.
b. Average Collection Period
Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan piutang CENT sebesar 23
hari yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 23 hari
dari waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 dan
2009 cenderung semakin lambat yakni masing-masing selama 28 hari dan
69
semakin cepat ditahun 2009 menjadi 49 hari karena rasio perputaran piutang
sebanyak 13,16x pada tahun 2008 dan menurun menjadi 7,40x pada tahun 2009.
Berdasarkan penjelasan diatas jangka waktu penagihan piutang CENT
mengalami perubahan cukup signifikan maka dari itu, perusahaan harus dapat
memperbaiki kebijakan seperti dengan memperketat syarat pembayaran dan
pemberian diskon dalam jangka waktu tertentu sehingga jangka waktu mengubah
piutang menjadi kas bisa lebih cepat.
c. Inventory Turnover
Rasio perputaran persediaan tahun 2007 rasio perputaran persediaan CENT
sebanyak 139,43x menunjukkan bahwa dalam setahun persediaan dapat diubah
menjadi penjualan sebanyak 139,43 kali. Rasio perputaran persediaan tahun 2008
mengalami penurnan karena menurunnya beban pokok penjualan sebesar Rp
217.670 ribu, sedangkan rata-rata persediaan meningkat sebesar Rp 111.698 ribu.
Rasio perputaran persediaan pada tahun 2009 kembali mengalami
penurunan karena menurunnya beban pokok penjualan sebesar Rp 5.903.682
ribu, sedangkan rata-rata persediaan mengalami peningkatan sebesar Rp 118.859
ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui rasio perputaran persediaan CENT
sampai tahun 2009 cenderung menurun.
d. Total Asset Turnover
Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 0,76x artinya dana yang
ada didalam keseluruhan aktiva rata-rata dapat berputar 0,76 kali dalam setahun.
Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan karena
70
meningkatnya penjualan sebesar Rp 8.472.617 ribu. Rasio perputaran total aktiva
tahun 2009 mengalami penurunan karena menurunnya penjualan sebesar Rp
13.491.311 ribu, sedangkan rata-rata total aktiva naik sebesar Rp 1.923.329 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa sampai dengan tahun
2009 kinerja perusahaan masih kurang produktif dalam menggunakan aktiva
yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan.
- Imbalan Pasca Kerja
Perusahaan telah menerapkan Undang-Undang No. 13/2003
tentang
ketenagakerjaan dengan pengakuan estimasi kewajiban dan beban pada periode
berjalan yang muncul atas penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan
penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian
sebagai manfaat yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan PSAK No. 24
tentang imbalan kerja dengan basis hitungan aktuarial berdasarkan metode
Projected Unit Credit (PUC).
Di dalam neraca, imbalan kerja dibukukan dengan nama estimasi manfaat
karyawan yang berada dalam kewajiban tidak lancar dapat diartikan bahwa
kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12
bulan.
IV.2.5 Analisis Arus Kas
a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi
sebesar Rp 16.353.834 ribu yang disebabkan karena perusahaan memperoleh
keuntungan atas investasi jangak pendek sebesar Rp 11.933.287 ribu sehingga
71
menambah perolehan kas masuk dan menambah dana bagi perusahaan.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
operasi sebesar Rp 171.024 ribu. Kondisi ini disebabkan karena pada tahun 2008
perusahaan merugi atas investasi jangka pendek sebesar Rp 13.664.749 ribu,
walaupun terjadi peningkatan penerimaan kas sebesar Rp 4.178.942 ribu dan
penurunan dalam pembayaran sebesar Rp 5.996.603 ribu namun tidak dapat
menutupi kerugian yang terjadi.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi
sebesar Rp 14.290.210 ribu yang disebabkan karena memperoleh keuntungan
atas investasi jangka pendek sebesar Rp 12.683.153 ribu. Kondisi ini
menunjukkan bahwa aktivitas operasi perusahaan dapat menambah dana bagi
perusahaan.
b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 12.125.965 ribu yang disebabkan karena perusahaan
melakukan pembelian aset tetap berupa peralatan internet, peralatan kabelnet,
dan kendaraan sebesar Rp 4.171.850 ribu untuk menunjang aktivitas perusahaan
dan penempatan investasi jangka pendek berupa penempatan pada reksadana
sebesar Rp 7.954.115 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 12.572.188 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena pada
tahun tersebut perusahaan menambah penyertaan / membeli anak perusahaan
yaitu PT Khasanah Timur Indonesia sebesar Rp 30.000.000 ribu.
72
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 6.207.413 ribu yang disebabkan karena pembelian aset tetap
dan investasi jangka pendek sebesar Rp 7.089.208 ribu.
c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan
Pada tahun 2007, kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan
sebesar Rp 690.062 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan mendapat dana
dari investasi dalam perusahaan asosiasi sebesar Rp 769.632 ribu lebih kecil
dibanding dana yang digunakan untuk membeli kembali modal saham sebesar
Rp 1.459.694 ribu.
Pada tahun 2008, kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar
Rp 10.533 ribu yang disebabkan perusahaan memperoleh dana dari investasi
dalam perusahaan asosiasi sebesar Rp 10.533 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat pengeluarkan kas bersih untuk aktivitas
pendanaan sebesar Rp 3.138 ribu yang disebabkan perusahaan meningkatkan
investasi dalam perusahaan asosiasi sebesar Rp 3.138 ribu.
d. Kesimpulan
Dari analisis arus kas di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan
sebagian besar dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari
pelanggan dan investasi jangka pendek.
73
IV.2.6 Analisis Diskriminan
Tabel 4.10 Perhitungan Z" Score PT Centrin Online Tbk.
Keterangan
X1 = Working Capital/total asset
X2 = Retained Earning/Total Asset
X3 = EBIT/Total Asset
X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities
Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company"
1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone"
Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company"
2007
0,73
0,38
0,17
20,04
28,18
2008
0,30
0,17
(0,13)
4,07
5,90
2009
0,45
0,27
0,12
5,98
10,88
Non
Bankrupt
Company
Non
Bankrupt
Company
Non
Bankrupt
Company
Berdasarkan analisis diskriminan tersebut posisi PT Centrin Online Tbk.
cenderung menurun pada tahun 2008 tetapi mengalami kenaikan kembali pada tahun
2009. Walaupun menurun pada tahun 2008 tetapi posisi perusahaan masih diatas standar
yang ditentukan yakni >2,60. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak mengalami
masalah keuangan dalam menjalankan kegiatan usahanya.
IV.2.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)
Strengths :
1. Memiliki nama besar di kancah teknologi informasi khususnya penyedia jasa
internet dengan perkiraan pangsa pasar sebesar 35%.
2. Merupakan pemain lama yang telah menggeluti bisnis internet sejak tahun 1987
dan memiliki konsumen broadband hotel yang loyal beberapa diantaranya
seperti Hard Rock Hotel (Bali), Sanur Paradise Plaza Hotel & Suites (Bali),
Sheraton Media Hotel & Tower (Jakarta).
74
Weaknesses :
1. Ketergantungan terhadap pihak ketiga seperti dari Telkom dan megavision dalam
penyediaan jaringan broadband. Jika salah satu menghentikan perjanjian atau
terjadi masalah konektivitas maka kegiatan perusahaan juga akan terhambat.
2. Harga yang ditawarkan kurang kompetitif dibandingkan dengan pesaing.
Opportunities :
1. Kebutuhan akan koneksi internet terutama internet broadband masih terus
berkembang.
2. Kemungkinan diversifikasi bisnis sangat tinggi dengan menghubungkan produk
teknologi informasi dan telekomunikasi seperti telepon seluler, tv kabel, dll.
Threats :
1. Semakin banyak perusahaan yang menjalankan usaha sejenis dengan memberikan
produk berkualitas dan harga yang relatif terjangkau.
2. Semakin banyak operator selular yang gencar masuk dalam pangsa pasar internet,
dan berbagai produk layanan internet mobile yang di bundling dengan produk
handphone yang lebih murah dan efisien.
3. Dengan perkembangan teknologi yang kuat, ditandai dengan kemunculan
teknologi baru membuat layanan yang ditawarkan perusahaan menjadi kurang
kompetitif.
75
IV.2.8 Analisis Porter Five Force
1. Persaingan antar perusahaan yang ada
Kondisi persaingan dalam industri sangat tinggi. Pesaing utama PT Centrin
Online adalah perusahaan-perusahaan penyedia jasa internet dan operator
telekomunikasi. Perusahan penyedia jasa internet yang menjadi pesaing utama
adalah PT Telkom (speedy), PT First Media (Fastnet) dan PT Dyviacom
Intrabumi. Dengan kondisi persaingan seperti itu ditunjang dengan perolehan
pangsa pasar yang ada perusahaan harus terus melakukan inovasi produk atau
diferensiasi bisnis seperti dengan cara mencoba untuk mengembangkan
bisnisnya menjadi distributor produk teknologi informasi.
2. Ancaman pendatang baru
Ancaman pendatang baru dalam industri cukup tinggi karena luasnya pangsa
pasar yang dapat dicapai.
3. Ancaman produk atau jasa pengganti
Seiring dengan kebutuhan pelanggan yang ingin mengakses internet dengan
mudah, cepat dan praktis menimbulkan ancaman produk pengganti yang
dihadapi PT Centrin Online adalah layanan teknologi internet mobile.
4. Kekuatan penawaran pembeli
Tingkat tawar menawar cukup tinggi. Karena pelanggan memiliki banyak pilihan
dalam hal kebutuhan akses internet. Namun, hingga kini PT Centrin Online
masih dapat mempertahankan hubungan yang baik kepada pelanggan dengan
cara memberikan layanan internet terbaik serta reward terhadap pelanggan.
5. Kekuatan penawaran pemasok
Tingkat kekuatan tawar menawar cukup tinggi. PT Centrin Online memiliki
76
kerjasama dengan beberapa pemasok seperti Telkom, megavision, dan Hutchison
Global Communications Ltd., dalam menyediakan layanan dan kebutuhan
jaringan internet sehingga dapat memberikan produk yang berkualitas kepada
pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan terus membina hubungan yang baik
untuk menjaga loyalitas pemasok.
Kesimpulan : perusahaan memiliki kondisi keuangan yang sehat dan cenderung
tidak bermasalah dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini
didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan
tidak memiliki hutang yang tinggi, dapat memenuhi kewajiban yang akan jatuh
tempo dengan baik begitu pula dengan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan margin cukup baik. Hal ini juga dapat dilihat analisis arus kas
yang menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan perusahaan dibiayai dari
penerimaan kas dari pelanggan dan analisis Z Score yang menunjukkan bahwa
perusahaan berada pada zona aman dari ancaman kebangkrutan.
IV.3 PT Dyviacom Intrabumi Tbk. (DNET)
IV.3.1 Analisis Rasio Likuiditas
Tabel 4.11 Rasio Likuiditas PT Dyviacom Intrabumi Tbk.
Ratio
Current Ratio
Quick Test Ratio
2007
2053%
1730%
2008
1997%
644%
2009
119%
54%
77
a. Current Ratio
Rasio lancar tahun 2008 mengalami penurunan karena menurunnya investasi
jangka pendek sebesar Rp 10.000.000 ribu. Kemudian rasio lancar tahun 2009
kembali mengalami penurunan karena menurunnya pajak dibayar dimuka
sebesar Rp 2.546.789 ribu, sedangkan biaya yang masih harus dibayar dan
hutang lain-lain pada pihak ketiga naik masing-masing sebesar Rp 396.173 ribu
dan Rp 244.312 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar DNET
terus mengalami penurunan sampai tahun 2009. Kondisi ini mencerminkan
kemampuan perusahaan terus menurun dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar.
b. Quick Test Ratio
Rasio cepat tahun 2008 mengalami penurunan terutama disebabkan
karena menurunnya investasi jangka pendek sebesar Rp 10.000.000 ribu. Rasio
cepat tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya kas dan
setara kas sebesar Rp 1.584.431 ribu, sedangkan biaya yang masih harus dibayar
dan hutang lain-lain pada pihak ketiga meningkat sebesar Rp 396.173 ribu
sebesar Rp 244.312 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio cepat DNET
sampai tahun 2009 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi
ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar semakin menurun.
78
IV.3.2 Analisis Rasio Solvabilitas
Tabel 4.12 Rasio Solvabilitas PT Dyviacom Intrabumi Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
36%
43%
14%
Debt To Asset Ratio
56%
76%
16%
Debt To Equity Ratio
Time Interest Earned
a. Debt To Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 36% yang mencerminkan
bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada
telah dibiayai oleh hutang sebesar 36%. Rasio hutang terhadap aktiva tahun
2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya
hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp
1.974.717 ribu, sedangkan investasi jangka pendek dan piutang perusahaan
turun sebesar Rp. 11.557.764 ribu.
Kemudian, rasio hutang atas aktiva tahun 2009 mengalami penurunan
terutama disebabkan karena menurunnya hutang kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 7.818.260 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 rasio ini
mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Semakin rendah rasio ini
semakin baik, karena risiko yang dihadapi kreditor lebih kecil.
b. Debt To Equity Ratio
Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan terutama
disebabkan karena meningkatnya hutang kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebesar Rp 1.974.717 ribu, sedangkan total ekuitas
menurun karena meningkatnya saldo rugi sebesar Rp 2.797.649 ribu.
79
Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009 mengalami
penurunan terutama disebabkan karena menurunnya hutang kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 7.818.260 ribu, sedangkan
total ekuitas meningkat karena menurunnya saldo rugi sebesar Rp 3.064.101
ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan mulai
membaik pada tahun 2009 karena dapat menurunkan jumlah hutang terhadap
modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin rendah
rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi pemegang saham semakin
kecil.
c. Time Interest Earned
Pada tahun 2007-2009 time interest earned DNET adalah nol. Karena
perusahaan tidak melakukan pembayaran atas bunga bank.
IV.3.3 Analisis Rasio Profitabilitas
Tabel 4.13 Rasio Profitabilitas PT Dyviacom Intrabumi Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
60%
33%
28%
Gross Profit Margin
8%
0,5%
1,2%
Net Profit Margin
6%
0,4%
1,1%
Return On Asset
9%
0,7%
1,3%
Return On Equity
Rp 7,02 Rp 0,42 Rp 1,03
Earning Per Share
a. Gross Profit Margin
Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena
meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 4.581.944 ribu. Rasio laba
kotor atas penjualan tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena
meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp 783.185 ribu.
80
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009
kinerja perusahaan sedikit menurun dalam menghasilkan laba kotor atas
penjualan.
b. Net Profit Margin
Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2007 sebesar 8% artinya setiap Rp
1 penjualan menghasilkan laba bersih Rp 0,08 dari jumlah modal Rp 1 dalam
satu tahun. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan
karena menurunnya laba bersih yang disebabkan oleh meningkatnya beban
pokok penjualan sebesar Rp 4.581.944 ribu. Rasio laba bersih atas penjualan
tahun 2009 mengalami peningkatan karena menurunnya beban bunga sewa
sebesar Rp 120.306 ribu sehingga laba bersih meningkat.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009
kemampuan perusahaan meningkat dalam menghasilkan laba bersih atas
penjualan.
c. Return On Asset (ROA)
Rasio ROA tahun 2007 sebesar 6% artinya setiap Rp 1 total aktiva yang
dimiliki dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,06 atau 6%. Rasio ROA tahun
2008 mengalami penurunan karena meningkatnya beban pokok penjualan
sebesar Rp 4.581.944 ribu. Rasio ROA tahun 2009 mengalami peningkatan
karena laba bersih naik sebesar Rp 110.977 ribu, sedangkan total aktiva turun
yang disebabkan oleh menurunnya piutang pada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebesar Rp 2.500.000 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kinerja
81
perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba
bersih mulai menunjukkan peningkatan.
d. Return On Equity (ROE)
Rasio ROE tahun 2007 sebesar 9% artinya perusahaan dapat
mengembalikan laba kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 0,09 dari total
ekuitas Rp 1. Rasio ROE tahun 2008 mengalami penurunan karena karena laba
bersih turun sebesar sebesar Rp 1.213.055 ribu. Rasio ROE tahun 2009
mengalami peningkatan karena meningkatnya total ekuitas yang disebabkan
karena menurunnya saldo rugi sebesar Rp 3.064.101 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2009 kinerja
perusahaan dalam mengembalikan modal mulai membaik.
e. Earning Per Share (EPS)
Pada tahun 2008 EPS mengalami penurunan karena menurunnya jumlah
laba bersih sebesar Rp 1.213.055 ribu. Pada tahun 2009 EPS mengalami
peningkatan karena laba bersih meningkat sebesar Rp 110.977 ribu. Sedangkan
untuk jumlah saham yang beredar dari tahun 2007-2009 sebesar 184.000.000.
IV.3.4 Analisis Rasio Aktivitas
Tabel 4.14 Rasio Aktivitas PT Dyviacom Intrabumi Tbk.
Ratio
Receivable Turnover
Average Collection Period
Inventory Turnover
Total Asset Turnover
2007
2008
2009
23,05x
50,32x
85,68x
15,84 hari 7,25 hari 4,26 hari
0,71x
0,73x
0,84x
82
a. Receivable Turnover
Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 23,05 (artinya penagihan
piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 23,05 kali). Rasio perputaran piutang
tahun 2008 mengalami peningkatan karena penjualan naik sebesar Rp 589.970,
sedangkan rata-rata piutang usaha turun sebesar Rp 350.535 ribu. Rasio
perputaran piutang tahun 2009 mengalami peningkatan karena penjualan bersih
naik sebesar Rp 39.582 ribu, sedangkan rata-rata piutang turun sebesar
Rp130.707 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas receivable turnover perusahaan selama tahun
2007-2009 selalu menunjukkan peningkatan. Semakin besar rasio perputaran
piutang semakin baik karena menunjukkan perusahaan dapat bekerja secara
maksimal dan efisien dalam mengubah piutang menjadi kas.
b. Average Collection Period
Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan piutang DNET sebesar 16
hari yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 16 hari
dari waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 dan
2009 semakin cepat yakni masing-masing selama 7 hari dan semakin cepat
ditahun 2009 menjadi 4 hari karena rasio perputaran piutang sebanyak 50,32x
pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 85,68x pada tahun 2009.
Berdasarkan penjelasan diatas jangka waktu penagihan piutang DNET terus
mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2007-2009. Jangka waktu penagihan
piutang yang dapat diubah menjadi kas semakin cepat sehingga resiko tidak
tertagihnya piutang pun kecil kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat
83
bekerja secara maksimal dan efisien dalam menagih piutang menjadi kas.
c. Inventory Turnover
Selama tahun 2007-2009 rasio perputaran persediaan DNET adalah nol.
Karena DNET tidak mencantumkan komponen persediaan dalam laporan
keuangan.
d. Total Asset Turnover
Pada tahun 2007 rasio perputaran total aktiva DNET sebesar 0,71x
artinya dana yang ada didalam keseluruhan aktiva rata-rata dapat berputar 0,71
kali dalam setahun. Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami
peningkatan karena penjualan naik sebesar Rp 589.970 ribu. Rasio perputaran
total aktiva tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena penjualan naik
sebesar Rp 39.582 ribu, sedangkan rata-rata total aktiva turun sebesar Rp
2.783.627 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa sampai dengan tahun 2009
kinerja perusahaan terus meningkat, namun masih kurang produktif dalam
menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Sehingga
perusahaan harus bekerja keras dalam meningkatkan penjualan agar memberikan
hasil yang terbaik untuk perusahaan.
- Imbalan Paca Kerja
Perusahaan telah menerapkan Undang-Undang No. 13/2003
tentang
ketenagakerjaan dengan pengakuan estimasi kewajiban dan beban pada periode
berjalan yang muncul atas penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan
penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian
84
sebagai manfaat yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan PSAK No. 24
tentang imbalan kerja dengan basis hitungan aktuarial berdasarkan metode
Projected Unit Credit (PUC).
Di dalam neraca, kewajiban imbalan pasti berada dalam kewajiban tidak
lancar dapat diartikan bahwa kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam
jangka waktu lebih dari 12 bulan.
IV.3.5 Analisis Arus Kas
a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi
Pada tahun 2007, terdapat penurunan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas
operasi sebesar Rp 851.668 ribu. Hal ini disebabkan karena menurunnya jumlah
penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 4.996.314 ribu dan pembayaran kas
untuk pemasok sebesar Rp 4.144.646 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari
aktivitas operasi sebesar Rp 4.351.493 ribu. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 2.735.056 ribu dan
menurunnya pembayaran untuk pemasok sebesar Rp 1.616.437 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi
sebesar Rp 1.060.965 ribu. Kondisi ini terutama disebabkan karena pembayaran
kas untuk pemasok meningkat sebesar Rp. 12.204.127 ribu.
b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 331.673 ribu yang disebabkan karena perusahaan
menambah aset tetap berupa komputer dan perangkatnya, inventaris kantor, dan
85
kendaraan sebesar Rp. 531.971 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 5.747.362 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
perusahaan melakukan pembelian aset tetap berupa tanah sebesar Rp 11.700.473
ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 3.023.466 ribu. Kondisi ini terutama disebabkan karena
pada tahun tersebut perusahaan menambah aset tetap berupa tanah, komputer,
inventaris kantor sebesar Rp 1.734.284 ribu dan menambah aset dalam
pelaksanaan berupa instalasi jaringan sebesar Rp 1.311.344 ribu.
c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan
adalah sebesar Rp 507.393 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan mendapat
dana dari piutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp
737.335 ribu lebih besar dari dana yang digunakan untuk membayar hutang sewa
sebesar Rp 229.942 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan
adalah sebesar Rp 1.894.812 ribu. Hal ini disebabkan karena jumlah dana dari
piutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 2.500.000
ribu lebih besar dari dana yang digunakan untuk membayar hutang sewa sebesar
Rp 605.188 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan
sebesar Rp 2.500.000 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan mendapatkan
86
dana dari piutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp
2.500.000 ribu.
d. Kesimpulan
Dari analisis arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan
dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari pelanggan dan sebagian
besar lainnya dari aktivitas pendanaan yaitu berasal dari piutang pada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
IV.3.6 Analisis Diskriminan
Tabel 4.15 Perhitungan Z" Score PT Dyviacom Intrabumi Tbk.
Keterangan
X1 = Working Capital/total asset
X2 = Retained Earning/Total Asset
X3 = EBIT/Total Asset
X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities
Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company"
1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone"
Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company"
2007
0,61
(1,27)
0,02
1,78
1,85
2008
0,24
(1,52)
0,02
1,31
(1,93)
2009
0,01
(1,66)
0,01
6,27
1,34
Grey Zone
Bankrupt
Company
Grey Zone
Berdasarkan perhitungan diatas, posisi PT Dyviacom Intrabumi Tbk. pada tahun
2007 berada pada posisi grey area yaitu wilayah yang berpotensi mengalami
kebangkrutan, hal ini disebabkan karena Perseroan memiliki saldo laba negatif. Pada
tahun 2008 perusahaan berada pada posisi bangkrut, hal ini dapat dilihat dari X2 dan X4
yang terus menurun karena jumlah hutang dan saldo rugi perusahaan meningkat.
Walaupun penjualan perusahaan naik akan tetapi tidak dapat menutupi jumlah hutang
yang tinggi karena beban pokok penjualan pun naik.
Pada tahun 2009 posisi DNET dapat kembali dalam grey zone dapat dilihat dari
87
hasil perhitungan X4 yang meningkat karena jumlah hutang menurun. Turunnya jumlah
hutang dapat disebabkan salah satunya dari meningkatnya penjualan yang dapat
menghasilkan perolehan laba lebih tinggi sehingga dapat membayar hutang perusahaan.
Namun, perusahaan harus terus bekerja keras dalam mengambil keputusan dan
kebijakan agar tidak mengalami kebangkrutan.
IV.3.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)
Strengths :
1. PT Dyviacom Intrabumi mempunyai sertifikasi untuk teknologi IPV-6 (Internet
Protocol Versi 6) dan yang memiliki tidak lebih dari 4 perusahaan ISP di
Indonesia.
2. PT Dyviacom Intrabumi memiliki perkiraan pangsa pasar sebesar 25% dalam
bidang penyelenggara jasa internet.
3. PT Dyviacom Intrabumi mempunyai berbagai portal yang memudahkan
pelanggan dalam memenuhi kebutuhan bisnisnya.
Weaknesses :
1. Kurang melakukan diversifikasi produk.
Opportunities :
1. Semakin banyak konsumen baik retail atau korporat yang membutuhkan IT
sebagai alat untuk memasarkan produknya secara online sehingga lebih efisien.
2.
Semakin
besar
kebutuhan
pasar
khususnya
pasar
korporat
dalam
mengembangkan konten website dan solusi IT.
3. Terus meningkatkan kebutuhan bandwith dan memperluas penggunaan IPV 6.
88
Threats :
1. Mudahnya pesaing baru masuk kedalam industri.
2. Semakin banyak portal serupa yang menyediakan informasi yang sama.
3. Semakin banyak operator selular yang gencar masuk dalam pangsa pasar internet,
dan menawarkan berbagai produk layanan internet mobile dengan yang lebih
murah.
IV.3.8 Analisis Porter Five Force
1. Persaingan antar perusahaan yang ada
Kondisi persaingan pada industri sangat tinggi. Pesaing PT Dyviacom Intrabumi
adalah
perusahaan-perusahaan
penyedia
jasa
internet
dan
operator
telekominikasi. Perusahan penyedia jasa internet yang menjadi pesaing utama
adalah PT Telkom (speedy), PT First Media (Fastnet) dan PT Centrin Online.
Dengan kondisi persaingan seperti itu perusahaan sebaiknya melakukan
perubahan tidak hanya sebagai penyelenggara jasa internet tetapi juga melakukan
inovasi terhadap produk dan jasa yang ditawarkan sesuai kebutuhan konsumen
sehingga pangsa pasar yang dapat diraih kedepannya dapat lebih tinggi dari
tahun-tahun sebelumnya.
2. Ancaman pendatang baru
Ancaman pendatang baru dalam industri sangat tinggi karena luasnya pangsa
pasar yang dapat dicapai.
3. Ancaman produk atau jasa pengganti
Seiring dengan kebutuhan pelanggan yang ingin mengakses internet dengan
mudah, cepat dan praktis menimbulkan ancaman produk pengganti yang
dihadapi perusahaan adalah layanan teknologi internet mobile
89
4. Kekuatan penawaran pembeli
Tingkat tawar menawar sangat tinggi. Karena tersedianya banyak pilihan dalam
hal kebutuhan akses internet. Oleh karena itu, PT Dyviacom Intrabumi
memfokuskan pada kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama dengan cara
menghasilkan produk berkualitas, dan terus meningkatkan layanan akses internet
sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta cepat tanggap dalam menangani setiap
keluhan.
5. Kekuatan penawaran pemasok
PT Dyviacom Intrabumi memiliki kerjasama dengan beberapa pemasok sehingga
dapat memberikan produk yang berkualitas kepada pelanggan. Oleh karena itu,
perusahaan terus membina hubungan yang baik untuk menjaga loyalitas
pemasok.
Kesimpulan : perusahaan memiliki kondisi keuangan yang cukup sehat. Hal ini
didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan
masih dapat membukukan laba bersih setiap tahunnya dan mengurangi beban
hutang perusahaan, analisis arus kas menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan
sebagian besar dibiayai dari penerimaan kas dari pelanggan. Namun, jika dilihat
dari analisis Z Score perusahaan berada dalam zona abu-abu yang disebabkan
karena jumlah saldo rugi perusahaan yang masih tinggi.
90
IV.4 PT Limas Centric Indonesia Tbk. (LMAS)
IV.4.1 Analisis Rasio Likuiditas
Tabel 4.16 Rasio Likuiditas PT Limas Centric Indonesia Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
111%
115%
117%
Current Ratio
58%
63%
48%
Quick Test Ratio
a. Current Ratio
Rasio lancar tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya pajak
dibayar dimuka sebesar Rp 15.330.405 ribu. Kemudian, rasio lancar tahun 2009
kembali mengalami peningkatan karena meningkatnya pajak dibayar dimuka
sebesar Rp 13.044.755 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar LMAS
sampai tahun 2009 terus mengalami peningkatan. Kondisi ini mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dalam
keadaan baik.
b. Quick Test Ratio
Rasio cepat tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan oleh
meningkatnya piutang usaha sebesar Rp 5.838.828 ribu. Rasio cepat tahun 2009
mengalami penurunan terutama disebabkan oleh menurunnya jumlah kas dan
setara kas sebesar Rp 6.300.322 ribu, dan meningkatnya hutang pajak sebesar Rp
8.736.639 ribu.
Berdasarkan penjelasan diketahui bahwa rasio cepat LMAS sampai pada
tahun 2009 terus mengalami penurunan dan kemampuan perusahaan dalam
91
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang likuid seperti kas,
investasi jangka pendek dan piutang kurang baik.
IV.4.2 Analisis Rasio Solvabilitas
Tabel 4.17 Rasio Solvabilitas PT Limas Centric Indonesia Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
59%
69%
73%
Debt To Asset Ratio
177%
312%
459%
Debt To Equity Ratio
-1,23 x
-1,12x
1,04x
Time Interest Earned
a. Debt To Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 59% yang mencerminkan
bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada
telah dibiayai oleh hutang sebesar 59%. Rasio hutang terhadap aktiva tahun
2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya hutang pajak sebesar Rp
6.617.702 ribu dan hutang sewa pembiayaan sebesar Rp 5.256.975 ribu,
sedangkan total aktiva mengalami penurunan yang disebabkan karena
menurunnya aset pajak tangguhan sebesar Rp 9.878.071 ribu dan aset lainlain sebesar Rp 13.178.826 ribu.
Rasio hutang atas aktiva tahun 2009 mengalami peningkatan karena
meningkatnya hutang pajak sebesar Rp 8.736.639 ribu dan pinjaman bank
jangka panjang sebesar Rp 11.264.553 ribu.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui pada tahun 2009 rasio ini
terus mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini
menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi kreditor lebih besar karena bila
terjadi kredit macet jumlah aset tidak mencukupi untuk memenuhi hutanghutangnya.
92
b. Debt To Equity Ratio
Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan terutama
disebabkan karena meningkatnya hutang pajak sebesar Rp 6.617.702 ribu,
meningkatnya hutang sewa pembiayaan sebesar Rp 5.256.975 ribu, dan
menurunnya total ekuitas karena meningkatnya saldo rugi sebesar Rp
27.075.053 ribu.
Kemudian, rasio hutang terhadap ekuitas tahun 2009 mengalami
peningkatan terutama disebabkan karena meningkatnya hutang pajak sebesar
Rp 8.736.639 ribu, meningkatnya pinjaman bank jangka panjang sebesar Rp
11.264.553 ribu, dan menurunnya total ekuitas karena meningkatnya saldo
rugi Rp 8.948.797 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan terus
menurun karena jumlah hutang terhadap modal untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan terus meningkat dalam arti perusahaan lebih
mengandalkan hutang untuk membiayai kegiatan operasional.
c. Time Interest Earned
Rasio laba terhadap beban bunga tahun 2007 dan 2008 LMAS masingmasing sebesar -1,23x dan -1,12x, rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan
tidak memiliki laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk membayar
bunga.
Kemudian TIE tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 1,04x.
Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya laba sebelum bunga dan
pajak sebesar Rp 13.742.848 ribu. Meningkatnya laba disebabkan karena
93
meningkatnya pendapatan usaha LMAS ditahun 2009 sebesar Rp 18.998.447
ribu dan beban penjualan menurun sebesar Rp 2.841.142 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan
dalam menghasilkan laba meningkat pada tahun 2009 karena peusahaan
mampu untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak setelah
sebelumnya selalu membukukan kerugian.
IV.4.3 Analisis Rasio Profitabilitas
Tabel 4.18 Rasio Profitabilitas PT Limas Centric Indonesia Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
53%
52%
44%
Gross Profit Margin
-13%
-15,0%
-4%
Net Profit Margin
-9%
-14,0%
-4%
Return On Asset
-26%
-62%
-26%
Return On Equity
Rp -24,25 Rp -34,37
Rp -11,36
Earning Per Share
a. Gross Profit Margin
Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena
meningkatnya penjualan sebesar Rp 29.693.405 ribu. Rasio laba kotor atas
penjualan tahun 2009 mengalami penurunan karena meningkatnya penjualan
sebesar Rp 18.998.447 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan terus
menurun dalam menghasilkan laba kotor atas penjualan.
b. Net Profit Margin
Rasio laba bersih atas penjualan LMAS tahun 2007, 2008 dan 2009 selalu
memiliki angka negatif yang disebabkan karena LMAS selalu membukukan rugi
bersih dari tahun 2007 - 2009.
94
c. Return On Asset (ROA)
Rasio ROA tahun 2008 menjadi -14%. Penurunan ini disebabkan oleh
peningkatan pada beban pajak penghasilan sebesar Rp 10.035.814 ribu,
sedangkan aset lain-lain menurun sebesar Rp 13.178.826 ribu (96,43%). Rasio
ROA tahun 2009 menjadi -4%. Hal ini disebabkan penurunan pada beban lainlain sebesar Rp 18.786.116 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat return on asset LMAS selama tahun
2007-2009 menunjukkan angka negatif. Kondisi ini mencerminkan kinerja
perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba
bersih belum baik.
d. Return On Equity (ROE)
Rasio ROE tahun 2008 menjadi -62%. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya beban pajak penghasilan sebesar Rp 10.035.814 ribu. Rasio ROE
tahun menjadi -26%. Hal ini disebabkan karena menurunnya beban lain-lain
sebesar Rp 18.786.116 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009
kinerja perusahaan dalam mengembalikan modal kurang baik karena perusahaan
masih membukukan rugi bersih.
e. Earning Per Share (EPS)
Pada tahun 2008 EPS menjadi Rp -34,37/lembar saham karena
meningkatnya rugi bersih sebesar Rp 7.965.868 ribu. Pada tahun 2009 EPS
menjadi Rp -11,36/lembar saham karena menurunnya rugi bersih sebesar Rp
18.126.256 ribu. Sedangkan untuk jumlah saham yang beredar dari tahun 200795
2009 sebesar 787.851.525.
IV.4.4 Analisis Rasio Aktivitas
Tabel 4.19 Rasio Aktivitas PT Limas Centric Indonesia Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
7,04x
7,16x
6,85x
Receivable Turnover
51,81 hari 50,95 hari 53,28 hari
Average Collection Period
6,48x
8,99x
15,64x
Inventory Turnover
0,70x
0,87x
0,96x
Total Asset Turnover
a. Receivable Turnover
Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 7,04x (artinya penagihan
piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 7,04 kali). Rasio perputaran piutang
tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp
29.693.405 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 rasio ini mengalami
penurunan karena meningkatnya rata-rata piutang sebesar Rp 3.925.342 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas receivable turnover perusahaan mengalami
penurunan pada tahun 2009 kondisi ini mencerminkan bahwa perusahaan kurang
keefisiensian dalam mengubah piutang menjadi kas.
b. Average Collection Period
Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan LMAS sebesar 52 hari
yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 52 hari dari
waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 selama 51
hari dan pada 2009 menjadi 53 hari karena rasio perputaran piutang sebanyak
7,16x pada tahun 2008 dan menurun menjadi 6,85x pada tahun 2009.
Berdasarkan penjelasan diatas pada tahun 2009 jangka waktu penagihan
96
piutang LMAS sedikit menurun karena jangka waktu penagihan piutang menjadi
lebih lama yakni menjadi 53 hari.
c. Inventory Turnover
Rasio perputaran persediaan tahun 2007 sebanyak 6,48x menunjukkan
bahwa dalam setahun persediaan dapat diubah menjadi penjualan sebanyak 6,48
kali. Rasio perputaran persediaan tahun 2008 mengalami peningkatan karena
meningkatnya beban pokok penjualan sebesar Rp. 17.112.237 ribu, dan
menurunnya rata-rata persediaan sebesar Rp 1.119.650 ribu. Rasio perputaran
persediaan tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena meningkatnya
beban pokok penjualan sebesar Rp. 24.209.308 ribu, dan menurunnya rata-rata
persediaan sebesar Rp 2.581.862 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui rasio perputaran persediaan tahun
2009 meningkat yang menunjukkan bahwa perusahaan mulai produktif dalam
mengelola persediaan.
d. Total Asset Turnover
Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 0,70x artinya dana yang
terdapat dalam keseluruhan rata-rata aktiva dapat berputar 0,70x dalam setahun.
Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami peningkatan karena
meningkatnya penjualan sebesar Rp 29.693.405 ribu. Rasio perputaran total
aktiva tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan
sebesar Rp 18.998.447 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 mencerminkan
bahwa kinerja perusahaan cukup produktif dalam menggunakan aktiva untuk
97
menghasilkan penjualan.
- Imbalan Pasca Kerja
Perusahaan memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk
karyawan sesuai dengan Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan dan perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode
Projected Unit Credit sesuai dengan PSAK No. 24.
Di dalam neraca, imbalan kerja dibukukan dengan nama penyisihan uang
jasa karyawan yang berada dalam kewajiban tidak lancar dapat diartikan bahwa
kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu lebih dari 12
bulan.
IV.4.5 Analisis Arus Kas
a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi
Pada tahun 2007, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari
aktivitas operasi adalah sebesar Rp 26.191.350 ribu. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya jumlah penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 11.421.797 ribu
sedangkan pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan mengalami
penurunan sebesar Rp 14.769.553 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari
aktivitas operasi sebesar Rp 3.349.404 ribu. Kondisi ini disebabkan karena
meningkatnya jumlah penerimaan kas pelanggan sebesar Rp 24.872,319 ribu dan
pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan sebesar Rp 21.522.915 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat penurunan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas
98
operasi sebesar Rp 17.755.125 ribu. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan sebesar Rp 41.463.504 ribu.
b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 22.690.659 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
perusahaan menambah aset tetap berupa perangkat komputer, peralatan kantor,
perlengkapan penyiaran dan kendaraan sebesar Rp 35.722.421 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 21.692.043 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
perusahaan menambah aset tetap berupa perangkat komputer, peralatan kantor,
perlengkapan penyiaran dan kendaraan serta menambah aset tidak berwujud
berupa piranti lunak komputer, dan software dengan total sebesar Rp 15.500.776
ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 55.515.499 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
perusahaan membeli aset tak berwujud berupa piranti lunak komputer, dan
software sebesar Rp. 23.417.612 ribu serta menambah aset tetap berupa
perangkat komputer, peralatan kantor, perlengkapan penyiaran dan kendaraan
sebesar Rp 26.014.519 ribu.
c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan sebesar Rp 3.077.960 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
adanya pembayaran pinjaman pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
99
dan pinjaman bank dengan total sebesar Rp 54.569.569 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan sebesar Rp 6.373.869 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
perusahaan membayar hutang sewa sebesar Rp 4.631.366 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan
sebesar Rp 17.482.969 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan
mendapatkan dana berupa pinjaman bank sebesar Rp 53.162.719 ribu sehingga
dapat menutupi jumlah pembayaran pinjaman bank dan hutang sewa sebesar Rp
38.961.070 ribu.
d. Kesimpulan
Dari analisis arus kas di atas dapat disimpulkan kegiatan perusahaan
sebagian besar dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari
pelanggan dan dari aktivitas pendanaan yakni pinjaman bank.
IV.4.6 Analisis Diskriminan
Tabel 4.20 Perhitungan Z" Score PT Limas Centric Indonesia Tbk.
Keterangan
X1 = Working Capital/total asset
X2 = Retained Earning/Total Asset
X3 = EBIT/Total Asset
X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities
Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company"
1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone"
Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company"
2007
0,04
(0,09)
(0,03)
0,57
0,30
2008
0,06
(0,24)
(0,04)
0,32
(0,29)
2009
0,07
(0,25)
0,03
0,22
0,07
Bankrupt
Company
Bankrupt
Company
Bankrupt
Company
100
Berdasarkan perhitungan diatas PT Limas Centric Indonesia Tbk. selama tahun
2007-2009 perusahaan berada pada kategori bangkrut. Hal ini disebabkan karena jumlah
saldo rugi yang dimiliki perusahaan terus meningkat yang dapat dilihat dari perhitungan
X2. Walaupun penjualan mengalami peningkatan setiap tahunnya namun tidak dapat
menutupi jumlah beban yang ada sehingga selama tahun 2007-2009 perusahaan selalu
membukukan rugi bersih. Perusahaan harus bekerja lebih keras, melakukan perbaikan
disegala aspek, agar dapat keluar dari posisi ini dan menjalankan kegiatan usahanya.
IV.4.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)
Strengths :
1. PT Limas Centric Indonesia memiliki produk dan jasa teknologi informasi
berupa StockWatch Mobile, dan StockTrade Mobile yang memudahkan
pelanggan dalam mengakses data financial maupun bertransaksi saham secara
mobile.
2. PT Limas Centric Indonesia memiliki perkiraan pangsa pasar sebesar 55% dalam
bidang penyedia data financial secara real time dan penyedia jasa Information
Technology.
Weaknesses :
1. Kurang melakukan diversifikasi produk.
Opportunities :
1. Semakin banyak konsumen yang membutuhkan layanan internet yang mudah
dalam mengakses data dan informasi seputar saham dan berita-berita terkini
secara real time dengan menggunakan telepon seluler.
101
Threats :
1. Mudahnya pesaing baru masuk kedalam industri.
2. Semakin banyak portal serupa yang menyediakan informasi serupa tentang
saham, data financial secara real time.
IV.4.8 Analisis Porter Five Force
1. Persaingan antar perusahaan yang ada
Tingkat persaingan pada industri cukup tinggi baik sesama pemain besar ataupun
dari perusahaan kecil dan menengah. Namun, dengan penguasaan pangsa pasar
sebesar 55% dapat dilihat bahwa perusahaan termasuk pemain yang memiliki
reputasi yang baik dalam menyalurkan data financial dan penyedia jasa IT.
Disamping itu untuk mempertahankan posisi perusahaan, perusahaan harus lebih
giat lagi dalam menyalurkan produk perusahaan seperti data financial kepada
bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan pihak-pihak lain yang
membutuhkan data tersebut untuk keperluan investasinya.
2. Ancaman pendatang baru
Ancaman pendatang baru dalam industri cukup tinggi karena luasnya pasar yang
dapat dicapai. Namun, PT Limas Centric Indonesia sudah memiliki beberapa
konsumen loyal yang hingga tahun 2009 masih menggunakan jasa perusahaan
beberapa diantaranya ialah PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Mandiri, PT
Indosat, dan TvOne. Sehingga, hal ini menjadi hambatan bagi pendatang baru
untuk merebut pangsa pasar yang ada.
3. Ancaman produk atau jasa pengganti
Produk atau jasa pengganti yang dihadapi ialah banyak portal sejenis yang
memberikan data financial atau kondisi terkini tentang pasar saham.
102
4. Kekuatan penawaran pembeli
Pelanggan PT Limas Centric Indonesia ialah berbagai perusahaan sekuritas,
investor dan perusahaan telekomunikasi dalam menyalurkan informasi data
financial secara real time, transaksi saham di bursa sehingga memudahkan
pelanggan dalam mengakses data dimana saja dan kapan saja.
5. Kekuatan penawaran pemasok
PT Limas Centric Indonesia memiliki kerjasama dengan beberapa pemasok
sehingga dapat memberikan produk dan layanan yang berkualitas kepada
pelanggan. Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang sangat baik untuk
menjaga loyalitas pemasok.
Kesimpulan : perusahaan sedang mengalami kondisi keuangan yang kurang sehat
dan cukup berisiko dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal
ini didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan
selalu membukukan net profit margin yang negative setiap tahunnya dan
memiliki rasio jumlah hutang yang cukup besar. Dan jika dilihat dari analisis Z
Score menunjukkan perusahaan berada pada titik rawan terjadinya kebangkrutan.
IV.5 PT Metrodata Electronics Tbk. (MTDL)
IV.5.1 Analisis Rasio Likuiditas
Tabel 4.21 Rasio Likuiditas PT Metrodata Elecktronics Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
128%
134%
149%
Current Ratio
98%
92%
101%
Quick Test Ratio
103
a. Current Ratio
Rasio lancar tahun 2008 mengalami peningkatan karena menurunnya
hutang bank sebesar Rp. 94.733.011 ribu. Kemudian, rasio lancar tahun 2009
kembali mengalami peningkatan karena menurunnya hutang bank sebesar Rp.
163.291.733 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio lancar MTDL
terus meningkat sampai tahun 2009 kondisi ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dalam keadaan baik.
b. Quick Test Ratio
Rasio cepat tahun 2008 mengalami penurunan terutama disebabkan karena
menurunnya piutang sebesar Rp. 142.932.863 ribu. Kemudian, rasio cepat tahun
2009 mengalami peningkatan terutama disebabkan karena menurunnya hutang
bank sebesar Rp. 163.291.733 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa rasio cepat MTDL
pada tahun 2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar dalam keadaan baik.
IV.5.2 Analisis Rasio Solvabilitas
Tabel 4.22 Rasio Solvabilitas PT Metrodata Elecktronics Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
70%
67%
62%
Debt To Asset Ratio
288%
274%
204%
Debt To Equity Ratio
12,31x
5,98x
3,63x
Time Interest Earned
104
a. Debt To Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 70% yang mencerminkan
bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada
telah dibiayai oleh hutang sebesar 70%. Rasio hutang atas aktiva tahun 2008
mengalami penurunan karena meningkatnya aset tidak berwujud sebesar Rp.
79.130.607 ribu. Kemudian, rasio hutang atas aktiva tahun 2009 kembali
mengalami penurunan karena menurunnya hutang bank sebesar Rp.
163.291.733 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui sampai pada tahun 2009 rasio
ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Semakin rendah rasio ini
semakin baik, karena risiko yang dihadapi kreditor lebih kecil.
b. Debt To Equity Ratio
Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami penurunan terutama
disebabkan
karena
meningkatnya
saldo
laba
yang
belum
ditentukan
penggunaanya sebesar Rp. 24.239.038 ribu. Kemudian, rasio hutang terhadap
ekuitas tahun 2009 kembali mengalami penurunan terutama disebabkan karena
meningkatnya saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp.
8.022.712 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui kinerja perusahaan mulai
membaik karena selama tahun 2007-2009 perusahaan dapat menurunkan jumlah
hutang terhadap modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.
Semakin rendah rasio ini semakin baik, karena risiko yang dihadapi pemegang
saham lebih kecil.
105
d. Time Interest Earned
Rasio laba terhadap beban bunga tahun 2007 sebesar 12,31x rasio ini
menunjukkan bahwa keuntungan yang tersedia untuk membayar bunga adalah
12x dari jumlah biaya bunga yang harus dibayar. TIE tahun 2008 mengalami
penurunan karena meningkatnya beban bunga sebesar Rp. 17.743.232 ribu. TIE
tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena meningkatnya beban bunga
sebesar Rp 7.643.540 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan
dalam menghasilkan laba selama tahun 2007-2009 cukup baik walaupun terus
menurun setiap tahunnya.
IV.5.3 Analisis Rasio Profitabilitas
Tabel 4.23 Rasio Profitabilitas PT Metrodata Elecktronics Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
10%
13%
11%
Gross Profit Margin
1%
0,9%
0,3%
Net Profit Margin
2,5%
2,3%
1%
Return On Asset
10%
9%
3%
Return On Equity
Rp 13,95 Rp 14,67 Rp 4,93
Earning Per Share
a. Gross Profit Margin
Rasio laba kotor atas penjualan tahun 2008 mengalami peningkatan karena
meningkatnya penjualan sebesar Rp. 709.213.066 ribu. Rasio laba kotor atas
penjualan tahun 2009 mengalami penurunan karena meningkatnya beban pokok
penjualan sebesar Rp. 48.621.617 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 kinerja
perusahaan menurun dalam menghasilkan laba kotor atas penjualan.
106
b. Net Profit Margin
Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2007 sebesar 1% artinya setiap Rp 1
penjualan menghasilkan laba bersih Rp 0,01 dari jumlah modal Rp 1 dalam satu
tahun. Rasio laba bersih atas penjualan tahun 2008 mengalami penurunan karena
meningkatnya penjualan sebesar Rp. 709.213.066 ribu. Rasio laba bersih atas
penjualan tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya laba
bersih sebesar Rp. 19.891.789 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009
kemampuan perusahaan terus menurun dalam menghasilkan laba bersih atas
penjualan.
c. Return On Asset (ROA)
Rasio ROA tahun 2007 sebesar 2,5% artinya setiap Rp. 1 total aktiva
yang dimiliki dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,025 atau 2,5%. Rasio ROA
tahun 2008 mengalami penurunan karena total aktiva meningkat yang
disebabkan oleh naiknya aset tidak berwujud sebesar Rp. 79.130.607 ribu. Rasio
ROA tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena menurunnya laba bersih
sebesar Rp. 19.891.789 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009
kinerja perusahaan terus mengalami penurunan dalam memanfaatkan aktiva
perusahaan untuk memperoleh laba bersih.
d. Return On Equity (ROE)
Rasio ROE tahun 2007 sebesar 10% artinya perusahaan dapat
107
mengembalikan laba kepada pemegang saham biasa sebesar Rp 0,1 dari total
ekuitas Rp 1. Rasio ROE tahun 2008 mengalami penurunan karena
meningkatnya saldo laba sebesar Rp. 24.239.038 ribu sehingga total ekuitas
meningkat. Rasio ROE tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena
menurunnya laba bersih sebesar Rp. 19.891.789 ribu. Berdasarkan penjelasan
diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009 kinerja perusahaan dalam
mengembalikan modal terus menurun.
e. Earning Per Share (EPS)
Pada tahun 2008 EPS mengalami peningkatan dikarenakan meningkatnya
laba bersih sebesar Rp. 1.476.347 ribu. Pada tahun 2009 EPS mengalami
penurunan karena menurunnya laba bersih sebesar Rp. 19.891.789 ribu.
Sedangkan untuk jumlah saham yang beredar dari tahun 2007-2009 sebesar
2.041.925.923.
IV.5.4 Analisis Rasio Aktivitas
Tabel 4.24 Rasio Aktivitas PT Metrodata Elecktronics Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
5,94x
6,56x
8,49x
Receivable Turnover
61,40 hari 55,68 hari 43 hari
Average Collection Period
18,09x
15,50x
15,48x
Inventory Turnover
2,85x
2,79x
2,89x
Total Asset Turnover
a. Receivable Turnover
Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 5,94x (artinya penagihan
piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 5,94 kali). Rasio perputaran piutang
tahun 2008 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp.
709.213.066 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 kembali mengalami
108
peningkatan karena menurunnya rata-rata piutang sebesar Rp. 121.825.119 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 receivable
turnover terus mengalami peningkatan kondisi ini mencerminkan kinerja
perusahaan cukup efisien dalam mengubah piutang menjadi kas.
b. Average Collection Period
Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan MTDL sebesar 61 hari
yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 61 hari dari
waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 selama 55
hari dan semakin cepat ditahun 2009 menjadi 43 hari karena rasio perputaran
piutang sebanyak 6,56x pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 8,49x pada
tahun 2009.
Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 MTDL terus
menunjukkan perubahan yang baik dengan semakin cepatnya jangka waktu
penagihan piutang menjadi kas, kondisi ini mencerminkan perusahaan dapat
bekerja secara efektif dan efisien dalam melakukan penagihan piutang kepada
pelanggan sehingga resiko tidak tertagihnya piutang pun kecil.
c. Inventory Turnover
Rasio perputaran persediaan tahun 2007 sebanyak 18,09x, menunjukkan
bahwa dalam setahun persediaan dapat diubah menjadi penjualan sebanyak 18,09
kali. Rasio perputaran persediaan tahun 2008 mengalami penurunan karena
meningkatnya rata-rata persediaan sebesar Rp. 56.903.293 ribu. Rasio perputaran
persediaan tahun 2009 kembali mengalami penurunan karena meningkatnya ratarata persediaan sebesar Rp. 3.479.886 ribu.
109
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui secara keseluruhan selama tahun
2007-2009 kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan sudah produktif.
d. Total Asset Turnover
Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 2,85x artinya dana yang
terdapat dalam keseluruhan rata-rata aktiva dapat berputar 2,85x dalam satu
tahun. Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami penurunan karena
meningkatnya rata-rata total aktiva sebesar Rp. 273.997.512 ribu. Rasio
perputaran total aktiva tahun 2009 mengalami peningkatan karena menurunya
rata-rata aktiva sebesar Rp. 51.598.360 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa rasio perputaran total
aktiva pada tahun 2009 mengalami peningkatan, yang berarti bahwa perusahaan
sudah produktif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan
penjualan.
- Imbalan Paca Kerja
Perusahaan menghitung imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk
karyawan sesuai dengan Undang – Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003.
Perusahaan melakukan perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode
Projected Unit Credit (PUC).
Di dalam neraca, imbalan kerja dibukukan dengan nama kewajiban
imbalan pasca kerja yang berada dalam kewajiban tidak lancar dapat diartikan
bahwa kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu lebih
dari 12 bulan.
110
IV.5.5 Analisis Arus Kas
a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi
Pada tahun 2007, terdapat penurunan kas bersih dari aktivitas operasi sebesar
Rp 105.157.923 ribu. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan penerimaan
kas sebesar Rp 822.173.853 ribu lebih kecil daripada peningkatan pembayaran
sebesar Rp 927.331.776 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat penurunan kas bersih yang digunakan untuk
aktivitas operasi sebesar Rp 24.810.409 ribu. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 1.164.866.754 ribu
lebih besar daripada peningkatan pembayaran kepada pemasok sebesar Rp
1.089.775.041 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat peningkatan kas bersih dari aktivitas operasi
sebesar Rp 348.351.876 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena menurunnya
pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan sebesar Rp 469.630.625 ribu.
b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 28.819.244 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
perusahaan menambah aset tetap seperti bangunan, peralatan kantor, peralatan
penguji dan aset lainya sebesar Rp 36.313.767 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 117.335.098 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
perusahaan menambah aset tetap seperti bangunan, peralatan kantor, peralatan
penguji dan kendaraan sebesar Rp 57.419.307 ribu serta membeli anak
111
perusahaan yakni Soltius Asia Pte Ltd dan TTS-infotech Pte Ltd sebesar Rp
81.740.795 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 39.510.967 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
perusahaan menambah jumlah aset tetap seperti bangunan, peralatan kantor, dan
peralatan penguji yaitu sebesar Rp 35.304.517 ribu.
c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan
sebesar Rp 175.712.619 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan
mendapat dana dari pinjaman hutang bank sebesar Rp 945.283.109 ribu lebih
besar daripada dana yang digunakan untuk membayar hutang bank dan
membayar deviden dengan total sebesar Rp 771.681.321 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan
sebesar Rp 244.549.850 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan
menerbitkan sukuk ijarah sebesar Rp 88.145.106 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan adalah sebesar Rp 299.602.608 ribu. Hal ini terutama disebabkan
karena perusahaan lebih banyak menggunakan dana untuk membayar hutang
bank sebesar Rp 2.072.635.516 ribu.
d. Kesimpulan
Dari analisis arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan
sebagian besar dibiayai dari aktivitas pendanaan yaitu terutama dari pinjaman
bank.
112
IV.5.6 Analisis Diskriminan
Tabel 4.25 Perhitungan Z" Score PT Metrodata Elekronics Tbk.
Keterangan
X1 = Working Capital/total asset
X2 = Retained Earning/Total Asset
X3 = EBIT/Total Asset
X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities
Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company"
1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone"
Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company"
2007
0,19
0,13
0,09
0,35
2,64
2008
0,19
0,13
0,12
0,36
2,90
2009
0,24
0,17
0,08
0,49
3,22
Non
Bankrupt
Company
Non
Bankrupt
Company
Non
Bankrupt
Company
Berdasarkan analisis diskriminan tersebut posisi PT Metrodata Electronics terus
mengalami peningkatan hingga tahun 2009. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak
mengalami masalah keuangan dalam menjalankan kegiatan perusahaan
IV.5.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)
Strengths :
1. PT Metrodata Electronics berpengalaman selama 35 tahun di bidang teknologi
informasi.
2. PT Metrodata Electronics memiliki perkiraan pangsa pasar sebesar 40% dalam
bidang produk Information Technology dan software.
3. PT Metrodata Electronics telah menerapkan standar mutu internasional untuk
produk asli MTDL yaitu ION sehingga memperoleh sertifikasi ISO 9001:2008.
4. Memiliki banyak distributor ternama sehingga produk yang ditawarkan memiliki
kualitas yang baik.
5. Jangkauan jaringan dan distribusi nasional yang luas.
113
Weaknesses :
1. Membutuhkan kontrol efisiensi biaya untuk memperoleh margin yang lebih
tinggi.
Opportunities :
1. Pemulihan perekonomian lokal/global berpotensi meningkatkan permintaan atas
produk dan jasa yang ditawarkan PT Metrodata Electronics.
Threats :
1. Adanya perdagangan bebas membuat persaingan semakin ketat.
2. Banyak pesaing dalam industri baik pesaing global maupun regional.
3. Semakin banyak produk rekondisi atau produk buatan Cina yang ditawarkan
dengan harga yang lebih murah.
IV.5.8 Analisis Porter Five Force
1. Persaingan antar perusahaan yang ada
Tingkat persaingan sangat tinggi baik dari sesama pemain besar ataupun dari
perusahaan kecil dan menengah. Pesaing utama PT Metrodata Electronics ialah
PT Multipolar Tbk dan PT Computrade Technology International. Namun,
perusahaan masih dapat bertahan dan bersaing karena memiliki kualitas produk
yang baik dan memiliki kemitraan yang baik dengan perusahaan TI kelas dunia.
Selain itu, perusahaan juga harus terus melakukan inovasi produk dan
peningkatan layanan/ kualitas sehingga kepercayaan konsumen tetap terjaga serta
perusahaan dapat terus berkembang dalam kondisi persaingan yang ketat.
2. Ancaman pendatang baru
Ancaman pendatang baru dalam industri cukup tinggi. Namun, PT Metrodata
114
Electronics telah memiliki reputasi yang cukup baik dimata konsumen sehingga
hal ini menjadi hambatan bagi pendatang baru untuk merebut pangsa pasar yang
ada.
3. Ancaman produk atau jasa pengganti
Ancaman produk atau jasa pengganti yang dihadapi PT Metrodata Electronics
ialah semakin banyaknya produk rekondisi dan produk impor dari Cina yang
lebih murah.
4. Kekuatan penawaran pembeli
Tingkat kekuatan tawar menawar cukup tinggi. Karena banyak pilihan yang
tersedia sehingga konsumen mudah beralih ke pesaing. Namun, PT Metrodata
Electronics terus memberikan pelayanan dan produk terbaik kepada pelanggan
dengan cara menangani dengan cepat setiap keluhan dan kebutuhan pelanggan
agar daya beli dan kepercayaan pelanggan tetap terjaga. Selain itu, peningkatan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya akan meningkatkan daya beli
konsumen terhadap produk perusahaan semakin tinggi.
5. Kekuatan penawaran pemasok
Tingkat tawar menawar pemasok cukup tinggi karena pemasok juga
memasokkan produknya ke perusahaan lain. Oleh karena itu, PT Metrodata
Electronics senantiasa membina hubungan yang baik untuk menjaga loyalitas
pemasok.
115
Kesimpulan : perusahaan memiliki kondisi keuangan yang sehat dan cenderung
tidak bermasalah dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini
didasarkan dari analisis rasio keuangan yang menunjukkan bahwa kemampuan
perusahaan dari aspek likuiditas, profitabilitas, aktivitas dalam keadaan baik dan
stabil, solvabilitas kemampuan perusahaan dalam membayar hutang terus
meningkat. Hal ini juga dapat dilihat dari analisis analisis Z Score yang
menunjukkan bahwa perusahaan berada pada zona aman dari ancaman
kebangkrutan serta dari segi arus kas yang menunjukkan bahwa sebagian besar
kegiatan dibiayai dari penerimaan kas dari pelanggan dan sebagian besar lainnya
dari pinjaman bank.
IV.6 PT Myoh Technology Tbk. (MYOH)
IV.6.1 Analisis Rasio Likuiditas
Tabel 4.26 Rasio Likuiditas PT Myoh Technology Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
129%
132%
125%
Current Ratio
126%
130%
122%
Quick Test Ratio
a. Current Ratio
Rasio lancar tahun 2008 mengalami peningkatan karena menurunnya
hutang lain-lain sebesar Rp. 1.090.434 ribu. Rasio lancar tahun 2009 mengalami
penurunan karena menurunnya piutang lain-lain sebesar Rp 584.649 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas mencerminkan bahwa kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancar masih baik walaupun sempat menurun pada tahun 2009.
116
c. Quick Test Ratio
Rasio cepat tahun 2008 mengalami peningkatan terutama disebabkan
karena menurunnya hutang lain-lain sebesar Rp. 1.090.434 ribu. Kemudian, rasio
cepat tahun 2009 mengalami
penurunan terutama
disebabkan karena
menurunnya piutang sebesar Rp. 622.892 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas mencerminkan bahwa kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancar masih baik walaupun sempat menurun pada tahun 2009.
IV.6.2 Analisis Rasio Solvabilitas
Tabel 4.27 Rasio Solvabilitas PT Myoh Technology Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
74%
81%
86%
Debt To Asset Ratio
285%
413%
625%
Debt To Equity Ratio
-43,52x
-34,16x
-7,48x
Time Interest Earned
a. Debt To Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva tahun 2007 sebesar 74% yang mencerminkan
bahwa pembiayaan perusahaan untuk memperoleh seluruh aktiva yang ada telah
dibiayai oleh hutang sebesar 74%. Rasio hutang atas aktiva tahun 2008
mengalami peningkatan karena menurunnya piutang usaha sebesar Rp. 913.861
ribu. Kemudian, rasio hutang atas aktiva tahun 2009 kembali mengalami
peningkatan karena menurunnya piutang lain-lain sebesar Rp 584.649 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pada tahun 2007-2009 rasio ini
terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa risiko yang
dihadapi kreditor lebih besar karena bila terjadi kredit macet jumlah asset tidak
mencukupi untuk memenuhi hutang-hutangnya.
117
b. Debt To Equity Ratio
Rasio hutang atas ekuitas tahun 2008 mengalami peningkatan karena
meningkatnya saldo rugi sebesar Rp. 1.000.827 ribu. Kemudian, rasio hutang
terhadap ekuitas tahun 2009 kembali mengalami peningkatan karena
meningkatnya saldo rugi sebesar Rp. 515.294 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009
kinerja perusahaan terus menurun karena jumlah hutang melebihi modal yang
dimiliki untuk membiayai kegiatan operasional.
c. Time Interest Earned
Selama tahun 2007-2009 time interest earned MYOH menunjukkan angka
negatif yang mencerminkan bahwa perusahaan tidak memiliki EBIT yang
tersedia untuk membayar bunga karena perusahaan terus membukukan rugi
bersih.
IV.6.3 Analisis Rasio Profitabilitas
Tabel 4.28 Rasio Profitabilitas PT Myoh Technology Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
100%
100%
100%
Gross Profit Margin
-77,9%
-73,2%
-25,2%
Net Profit Margin
-19,0%
-17,0%
-7%
Return On Asset
-73%
-87%
-54%
Return On Equity
Rp -1,07
Rp -0,76
Rp -0,31
Earning Per Share
a. Gross Profit Margin
Selama tahun 2007-2009 rasio laba kotor atas penjualan MYOH sebesar
100%. Hal ini disebabkan karena MYOH tidak memasukkan komponen beban
pokok penjualan didalam laporan keuangan.
118
b. Net Profit Margin
Rasio laba bersih atas penjualan MYOH tahun 2007, 2008 dan 2009 selalu
menunjukkan angka negatif kondisi ini disebabkan karena MYOH selalu
membukukan rugi bersih dari tahun 2007 - 2009. Yang mencerminkan bahwa
perusahaan belum bisa memperoleh laba bersih atas penjualan yang dilakukan.
c. Return On Asset
Rasio ROA tahun 2008 menjadi -17%. Penurunan ini disebabkan karena
menurunnya denda dan bunga sanksi BAPEPAM sebesar Rp. 1.032.440 ribu
sehingga rugi bersih menurun. Rasio ROA tahun 2009 menjadi -7%. Penurunan
ini disebabkan karena menignkatnya penjualan bersih sebesar Rp. 298.549 ribu
sehingga rugi bersih menurun.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa ROA selama tahun
2007-2009 menunjukkan angka negatif. Kondisi ini mencerminkan kinerja
perusahaan dalam memanfaatkan aktiva perusahaan untuk memperoleh laba
bersih belum baik.
d. Return On Equity (ROE)
Rasio ROE tahun 2008 menjadi -87%. Penurunan ini disebabkan karena
menurunnya denda dan bunga sanksi BAPEPAM sebesar Rp. 1.032.440 ribu
sehingga rugi bersih menurun. Rasio ROE tahun 2009 menjadi -54%. Penurunan
ini disebabkan karena adanya meningkatnya penjualan bersih sebesar Rp.
298.549 ribu sehingga rugi bersih menurun.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui selama tahun 2007-2009
119
kinerja perusahaan dalam mengembalikan modal kurang baik karena perusahaan
masih membukukan rugi bersih.
e. Earning Per Share (EPS)
Pada tahun 2008 EPS mengalami penurunan karena menurunnya jumlah rugi
bersih sebesar Rp. 514.352 ribu. Pada tahun 2009 EPS mengalami penurunan
karena menurunnya rugi bersih sebesar Rp 764.709 ribu. Sedangkan untuk
jumlah saham yang beredar dari tahun 2007-2009 sebesar 1.681.000.000.
IV.6.4 Analisis Rasio Aktivitas
Tabel 4.29 Rasio Aktivitas PT Myoh Technology Tbk.
Ratio
2007
2008
2009
1,41x
1,45x
2,81x
Receivable Turnover
259,37 hari 251,63 hari 130,06 hari
Average Collection Period
Inventory Turnover
0,24x
0,21x
0,28x
Total Asset Turnover
e. Receivable Turnover
Rasio perputaran piutang tahun 2007 sebanyak 1,41x (artinya penagihan
piutang dalam satu tahun adalah sebanyak 1,41 kali). Rasio perputaran piutang
tahun 2008 mengalami peningkatan karena menurunnya rata-rata piutang sebesar
Rp. 431.351 ribu. Rasio perputaran piutang tahun 2009 mengalami peningkatan
karena meningkatnya penjualan sebesar Rp. 298.549 ribu, dan menurunnya ratarata piutang sebesar Rp. 476.052 ribu.
Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk mengubah piutang menjadi kas masih sangat
lambat.
120
f. Average Collection Period
Pada tahun 2007 rasio jangka waktu penagihan MYOH sebesar 259 hari
yang artinya piutang perusahaan dapat ditagih selambat-lambatnya 259 hari dari
waktu timbulnya piutang. Jangka waktu penagihan piutang tahun 2008 selama
251hari dan semakin cepat ditahun 2009 menjadi 130 hari karena rasio
perputaran piutang sebanyak 1,45x pada tahun 2008 dan meningkat menjadi
2,81x pada tahun 2009.
Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 jangka waktu
penagihan piutang MYOH semakin cepat. Namun, tetap saja jangka waktu
penagihan piutang terlalu lama, sehingga dapat menyebabkan risiko tidak
tertagihnya piutang menjadi kas yang cukup besar.
g. Inventory Turnover
Pada tahun 2007-2009 rasio perputaran persediaan MYOH adalah nol. Hal
ini disebabkan karena perusahaan tidak memasukkan komponen beban pokok
penjualan dalam laporan keuangan.
h. Total Asset Turnover
Rasio perputaran total aktiva tahun 2007 sebesar 0,24x artinya dana yang
terdapat dalam keseluruhan rata-rata aktiva dapat berputar 0,24x dalam satu
tahun. Rasio perputaran total aktiva tahun 2008 mengalami penurunan karena
menurunnya penjualan sebesar Rp. 554.794 ribu. Rasio perputaran total aktiva
tahun 2009 mengalami peningkatan karena meningkatnya penjualan sebesar Rp.
298.549 ribu, dan menurunnya rata-rata total aktiva sebesar Rp. 1.290.203 ribu.
121
Berdasarkan penjelasan diatas selama tahun 2007-2009 mencerminkan
bahwa kinerja perusahaan belum cukup produktif dalam menggunakan aktiva
untuk menghasilkan penjualan.
- Imbalan Paca Kerja
Perusahaan membukukan penyisihan untuk hak karyawan sesuai dengan
Undang – Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. Berdasarkan Undang –
Undang tersebut, Perseroan diharuskan untuk membayar uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja dan uang pengganti hak kepada karyawan apabila
persyaratan yang ditentukan pada undang-undang tersebut dipenuhi.
Di dalam neraca, imbalan kerja dibukukan dengan nama kewajiban
imbalan pasca kerja yang berada dalam kewajiban tidak lancar dapat diartikan
bahwa kewajiban tersebut akan dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu lebih
dari 12 bulan.
IV.6.5 Analisis Arus Kas
a. Analisis arus kas dari aktivitas operasi
Pada tahun 2007, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari
aktivitas operasi sebesar Rp 129.116 ribu yang disebabkan karena meningkatnya
jumlah penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 289.807 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat penurunan kas bersih dari aktivitas operasi sebesar
Rp 155.698 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena menurunnya penerimaan
kas dari pelanggan sebesar Rp 666.731 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat peningkatan kas bersih yang diperoleh dari
aktivitas operasi adalah Rp 152.347 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
122
penerimaan kas dari pelanggan meningkat sebesar Rp 316.028 ribu.
b. Analisis arus kas dari aktivitas investasi
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi
sebesar Rp 31.180 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena perusahaan lebih
banyak melakukan penjualan aset tetap sebesar Rp 77.500 ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 18.352 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan
menambah aset tetap berupa inventaris kantor sebesar Rp 18.352 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
investasi sebesar Rp 23.074 ribu. Hal ini disebabkan karena perusahaan
menambah aset tetap berupa inventaris kantor sebesar Rp 23.074 ribu.
c. Analisis arus kas dari aktivitas pendanaan
Pada tahun 2007, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan sebesar Rp 82.652 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena
perusahaan menggunakan dana untuk membayar pinjaman sebesar Rp 137.652
ribu.
Pada tahun 2008, terdapat kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan
sebesar Rp 95.238 ribu. Hal ini terutama disebabkan karena penerimaaan hutang
sebesar Rp 153.00 ribu.
Pada tahun 2009, terdapat kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan sebesar Rp 10.199 ribu karena perusahaan membayar pinjaman
sebesar Rp 123.860 ribu lebih besar daripada penerimaan hutang sebesar Rp
113.661 ribu.
123
d. Kesimpulan
Dari analisis arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan perusahaan
sebagian besar dibiayai dari aktivitas operasi yaitu penerimaan kas dari
pelanggan dan sebagian lainnya dibiayai dari hutang.
IV.6.6 Analisis Diskriminan
Tabel 4.30 Perhitungan Z" Score PT Myoh Technology Tbk.
Keterangan
X1 = Working Capital/total asset
X2 = Retained Earning/Total Asset
X3 = EBIT/Total Asset
X4 = Book Value of Equity/Total Liabilities
Z'' = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
Z Score ≥ 2.6Î"Non Bankrupt Company"
1.1 < Z Score < 2.6Î"Grey Zone"
Z Score ≤ 1.1Î "Bankrupt Company"
2007
0,18
(6,38)
(0,17)
0,35
(20,39)
2008
0,22
(8,17)
(0,14)
0,24
(25,85)
2009
0,18
(8,97)
(0,07)
0,16
(28,37)
Bankrupt
Company
Bankrupt
Company
Bankrupt
Company
Berdasarkan analisis diskriminan diatas posisi PT Myoh Technology Tbk. berada
pada posisi bangkrut. Hal ini disebabkan karena jumlah hutang perusahaan cukup tinggi
jika dibandingkan dengan jumlah aset dan ekuitas yang dimiliki. Dari segi penjualan
cenderung berfluktuasi dan perusahaan masih belum bisa mengendalikan biaya dalam
menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehingga perusahaan selalu membukukan
rugi sebelum pajak setiap tahunnya dan menghasilkan rugi bersih setiap tahunnya.
Sehingga terlihat dari perhitungan X2 yang selalu meningkat karena perusahaan selalu
membukukan saldo rugi setiap tahunnya. Kondisi ini mengharuskan perusahaan bekerja
lebih keras, melakukan perbaikan disegala aspek, agar dapat keluar dari posisi ini dan
tetap bisa menjalankan kegiatan usahanya.
124
IV.6.7 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)
Strengths :
1. Myoh Hotel yang merupakan produk unggulan perusahaan hingga tahun 2009
sudah dipasang di lebih dari 132 hotel berbintang di Indonesia. Beberapa
konsumen loyal diantaranya Maya Ubud Hotel (Bali), Hotel Grand Palace
(Yogyakarta), Payogan Villa and Resort (Bali), The Dream Land Villa (Bali),
Grand Bali Sani Suite (Bali).
2. PT Myoh Technology memiliki perkiraan pangsa pasar sebesar 23% dalam
bidang Hospitality Software.
Weaknesses :
1. Hanya berfokus memberikan produk dan jasa teknologi informasi khususnya
untuk segmen perhotelan dan restauran.
2. Kurang melakukan inovasi dan pengembangan produk dan jasa yang ditawarkan.
3. Lemahnya sistem penagihan piutang karena tergantung dari pendapatan
pelanggan.
Opportunities :
1. Semakin meningkatnya bisnis pariwisata di kota-kota besar seperti Bandung,
Yogyakarta, Bali, dll membuka peluang yang cukup besar bagi Perseroan dalam
memasarkan produknya kepada restoran dan perhotelan baru di daerah-daerah
tersebut.
125
Threats :
1. Mudahnya pesaing baru masuk kedalam industri yang sama dan menawarkan
produk/jasa yang serupa namun dengan kualitas yang baik dan dengan harga
yang lebih murah.
2. Meningkatnya pembajakan software di Indonesia.
IV.6.8 Analisis Porter Five Force
1. Persaingan antar perusahaan yang ada
Tingkat persaingan cukup tinggi. Kondisi ini ditunjukkan dengan semakin
banyaknya sistem software khususnya pada bidang perhotelan yang ditawarkan
oleh pesaing. Beberapa pesaing yang menguasai pasar bukan saja dari luar
negeri, tetapi beberapa pengembang dalam negeri juga telah berkiprah. Agar
dapat bertahan dan bersaing perusahaan harus dapat menagih seluruh piutang
yang belum tertagih sehingga pendapatan dapat bertambah yang nantinya bisa
digunakan untuk melakukan ekspansi usaha atau produk.
2. Ancaman pendatang baru
Ancaman pendatang baru dalam industri sangat tinggi. Karena pangsa pasar
untuk sistem software perhotelan yang kian luas seiring dengan meningkatnya
bisnis pariwisata di kota-kota besar membuat pertumbuhan hotel dan restoran
tumbuh cukup baik.
3. Ancaman produk atau jasa pengganti
Ancaman produk pengganti yang dihadapi Perseroan ialah maraknya software –
software bajakan yang beredar di Indonesia.
4. Kekuatan penawaran pembeli
Kekuatan pembeli sangat tinggi disebabkan karena banyak pilihan yang tersedia
126
dalam menggunakan software ditambah lagi dengan maraknya pembajakan
software di Indonesia. Sehingga, untuk mempertahankan dan meningkatkan
posisi Perseroan harus cepat tanggap dalam menangani keluhan serta kebutuhan
pelanggan dengan memberikan layanan dan produk yang terbaik. Hingga tahun
2009 pelanggan perusahaan telah mencapai 132 khusus pelanggan software
MYOH hotel dan 74 pelanggan lainnya tersebar dalam segala produk yang
ditawarkan PT Myoh Technology.
5. Kekuatan penawaran pemasok
Perseroan memiliki kerjasama dengan beberapa pemasok sehingga dapat
memberikan produk yang berkualitas kepada pelanggan. Oleh karena itu,
perseroan terus menjalin hubungan yang sangat baik untuk menjaga loyalitas
pemasok.
Kesimpulan:
perusahaan
sedang
mengalami
permasalahan
dalam
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal ini didasarkan dari analisis
rasio keuangan yang menunjukkan bahwa perusahaan selalu membukukan net
profit margin yang negative setiap tahunnya dan memiliki rasio jumlah hutang
yang cukup besar. Didukung dengan hasil analisis Z Score yang menunjukkan
bahwa perusahaan berada pada titik rawan terjadinya kebangkrutan. Jika
perusahaan tidak melakukan perubahan yang signifikan dikhawatirkan
perusahaan mungkin akan menghadapi kebangkrutan ditahun-tahun mendatang.
127
128
129
Download