BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (human resources management) berbeda dengan manajemen personalia (personnel management). Manajemen sumber daya manusia beranggapan bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi yang harus dikelola dengan baik, jadi manajemen sumber daya manusia (MSDM) sifatnya lebih strategis bagi strategi dalam mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. Manajemen personalia menganggap bahwa karyawan sebagai faktor produksi yang harus dimanfaatkan secara produktif, atau manajemen personalia lebih menekankan pada sistem dan prosedur. Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin tercapai tanpa ada peran aktif dari karyawan. Menurut Hasibuan (2012), dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, bahwa unsur-unsur manajemen itu terdiri dari : man, money, methode, machines, materials, dan market, sering disingkat dengan 6 M. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah serangkaian kegiatan sumber daya manusia yang berada didalam suatu organisasi yang ingin mencapai tujuan bersama, yaitu tujuan organisasi serta pengelolaan manusia yang dimulai sejak tahap perekrutan dan seleksi hingga tahap penilaian kinerja dan pemberian imbalan. 2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi dalam manajemen sumber daya manusia merupakan dasar (basic) pelaksanaan proses manajemen sumber daya manusia yang efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi/perusahaan. Fungsi tersebut terbagi 6 (enam), secara singkat sebagai berikut : 1. Pengadaan Fungsi pengadaan meliputi penetuan program penarikan karyawan baik jumlah, jenis, maupun mutu atau kualitas karyawan serta seleksi dan penempatannya. 2. Pengembangan Fungsi pengembangan karyawan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan melalui pelatihan atau pendidikan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan tertentu. 3. Kompensasi Fungsi kompensasi berhubungan dengan pemberian imbalan atau penghargaan yang adil dan layak bagi kehidupan manusia dan diberikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 kepada karyawan atas jasa atau pekerjaan yang telah diberikan untuk mencapai tujuan organisasi. 4. Pengintegrasian Funsi pengintegrasian berhubungan dengan penyesuain keinginan individual karyawan dengan keinginan organisasi serta masyarakat. 5. Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan berhubungan dengan usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi para karyawan dan pemeliharaan sifat yang menyenangkan. 6. Pemutusan hubungan kerja Fungsi pemutusan hubungan kerja berhubungan dengan pemisahan karyawan dari organisasi untuk mengembalikan sesuatu kepada masyarakat yang dapat berbentuk pensiun, pemberhentian, pemecatan, atau penempatan diluar perusahaan. 3. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Secara umum, manajemen sumber daya manusia mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa organisasi mampu mencapai keberhasilan melalui orang atau sumber daya manusia nya. Selain tujuan melalui umum, manajemen sumber daya manusia juga mempunyai tujuan khusus seperti ; a. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga kerja yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi ; b. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh karyawan ; http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 c. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi dengan meliputi prosedur perekrutan dan seleksi yang ketat, sistem kompensasi dan insentif yang disesuaikan dengan kinerja, pengembangan manajemen serta aktivitas pelatihan yang terkait dengan kebutuhan bisnis ; d. Memastikan bahwa orang dinilai dan dihargai berdasarkan prestasi mereka ; e. Mengelola tenaga kerja yang beragam, memperhitungkan perbedaan individu dan kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja dan aspirasi ; f. Memastikan bahwa terdapat kesamaan kesempatan ; g. Mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan fisik dan mental karyawan. B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan kerja merupakan upaya manusia agar pemanfaatan teknologi yang ditemukan manusia untuk menghasilkan produk dan jasa di kegiatan operasi, dapat dikendalikan risikonya dengan berlandaskan ilmu dan teknologi (profesionalisme), sehingga insiden yang mengakibatkan kerugian bagi manusia dapat dicegah atau dihindari (Gunawan, 2013). Pengertian keselamatan kerja menurut Rijanto (2010), adalah suatu program yang didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan kerja, maupun kerugian-kerugian lainnya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi. Menurut Astuti (2011), kesehatan dan keselamatan termasuk salah satu program pemeliharaan yang ada di perusahaan. Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan sangatlah penting karena bertujuan untuk menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja dengan melibatkan unsur manajemen tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mengurangi kecelakaan. Kesehatan kerja merupakan suatu kondisi yang bebas dari gangguan secara fisik dan psikis yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan dapat terjadi karena adanya faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan dan lingkungan yang menimbulkan stress atau gangguan fisik, sedangkan keselamatan kerja merupakan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan dan kerusakan atau kerugian di tempat kerja berupa penggunaan mesin, peralatan, bahan-bahan dan proses pengolahan, lantai tempat bekerja dan lingkungan kerja, serta metode kerja. Resiko keselamatan kerja dapat terjadi karena aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, sengatan aliran listrik terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, serta kerusakan anggota tubuh, penglihatan dan pendengaran (Megginson dalam Yani, 2012). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2009) adalah: a. agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis b. agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, seefektif mungkin c. agar semua hasil produktif dipelihara keamanannya d. agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi karyawan e. agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja f. agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja g. agar setiap karyawan merasa aman dan terlindungi dalam bekerja 3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Berkaitan dengan faktor manusia dalam kecelakaan kerja, faktor-faktor penting yang harus diperhatikan oleh manajemen antara lain (Marwansyah, 2010): 1. Pengalaman kerja. Tahap-tahap awal dalam pekerjaan baru atau prosedur baru merupakan saat-saat yang paling kritis. Kondisi yang sama terjadi bila seorang pekerja berganti pekerjaan. 2. Informasi dan instruksi tentang metode kerja dan resiko yang mungkin terjadi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 3. Usia. Pekerja yang berusia tua lebih mudah terluka, misalnya bila terjatuh. Secara umum, penglihatan dan pendengaran akan menurun kemampuannya seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan menurut Arianto (2010), penyebab kecelakaan kerja pada proyek konstruksi dapat ditinjau dari 3 aspek : 1. Manusia a) Pembawaan diri b) Persoalan pribadi c) Usia dan pengalaman kerja d) Perasaan bebas dalam melaksanakan tugas e) Keletihan fisik para pekerja 2. Lingkungan dan alat kerja a) Kondisi lingkungan dan alat kerja b) Gangguan-gangguan dalam bekerja c) Debu dan material beracun d) Cuaca (panas, hujan) 3. Peralatan keselamatan kerja a) Helm pengaman (safety helmet) b) Sepatu (safety shoes) c) Perlindung mata (eye protection) d) Pelindung telinga (ear plugs) e) Penutup lubang (hole cover) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 4. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manfaat dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Yani (2012), adalah : a. Perlindungan karyawan b. Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan Undang-undang c. Mengurangi biaya d. Membuat sistem manajemen yang efektif e. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasaan pelanggan 5. Jenis – jenis Kecelakaan Kerja Menurut Purnama (2010), jenis-jenis kecelakaan yang sering terjadi pada proyek konstruksi adalah : 1. Jatuh 2. Tertimpa benda jatuh 3. Menginjak, terantuk 4. Terjepit 5. Gerakan berlebihan 6. Kontak suhu tinggi 7. Kontak aliran listrik 8. Kontak dengan bahan berbahaya radiasi Menurut Rijanto (2010), bahwa dalam suatu aktivitas atau kegiatan biasanya ditemukan kesulitan-kesulitan untuk mengidentifikasikan bahaya atau kecelakaan kerja yang mungkin timbul sehingga pada akhirnya juga sulit untuk memprioritaskan tindakan-tindakan pencegahan dan peralatan yang digunakan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Maka Rijanto membuat sebuah penilaian (assessment) yaitu tingkat kemungkinan (probability) dan tingkat keparahan (hazard effect) yang diakibatkan oleh kecelakaan yang terjadi. Tabel 2.1 Tingkat Kemungkinan (probability) Suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang (setiap hari, setiap shift) dan diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah. Kemungkinannya lebih dari 1 dalam 10 HIGH kejadian. Suatu kejadian yang sering terjadi tetapi dengan kekerapan yang lebih jarang (setiap bulan, kwartal) dan diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah. MEDIUM Kemungkinannya 1 dalam 10 sampai dengan 1 sampai 1000 kejadian, kadang-kadang terjadi. Suatu kejadian yang sangat jarang terjadi (setiap tahun atau bahkan kurang) tetapi diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah. Kemungkinan 1 dalam lebih dari LOW 1000 kejadian. Sumber : Rijanto, 2010 Kecelakaan kerja pada proyek konstruksi berdampak ekonomis yang cukup signifikan. Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian. Di samping dapat mengakibatkan korban jiwa, biaya-biaya lainnya adalah biaya pengobatan, kompensasi yang harus diberikan kepada pekerja, premi asuransi dan perbaikan fasilitas kerja. Terdapat biaya-biaya tidak langsung yang merupakan akibat dari suatu kecelakaan kerja yaitu mencakup kerugian waktu kerja (pemberhentian sementara) terganggunya kelancaran pekerjaan (penurunan produktivitas), pengaruh psikologis dari pemerintah serta kemungkinan berkurangnya kesempatan usaha (kehilangan pelanggan pengguna jasa). Tingkat keparahan kecelakaan kerja dapat dilihat dalam Tabel berikut : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Tabel 2.2 Tingkat Keparahan (Hazard Effect) VERY HIGH - Fatal banyak Kerusakan besar fasilitas > $5000.000 Pencemaran lingkungan 1000 – 10.000 bbl cairan HIGH - Fatal tunggal Kerusakan besar fasilitas > $500000 - $ 5000.000 Pencemaran lingkungan 100 bbl cairan Cacat permanen Kerusakan besar fasilitas > $ 10.000 – 100.000 Pencemaran lingkungan 1 – 15 bbl cairan Cedera ringan Kerusakan besar fasilitas > $ 10.000 - $ 100.000 Pencemaran lingkungan 1 – 15 bbl cairan Pertolongan pertama ringan Kerusakan besar fasilitas > $ 10.000 Pencemaran lingkungan < 1 bbl cairan MEDIUM LOW VERY LOW Sumber : Rijanto, 2010 6. Perlengkapan dan Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Berdasarkan instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 2/M/BW/BK/1984, tentang pengesahan alat pelindung diri, semua kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan pelindung diri atau Personal Protective Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja sesuai dengan bahaya dan risiko kerja guna untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Adapun alat-alat pelindung diri atau PPE sebagai berikut : 1. Pelindung kepala atau helm (hardhat), yang melindung kepala karena lapisannya yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala, sistem suspense yang ada didalamnya bertindak sebagai penahan goncangan melindungi kulit kepala, wajah, leher dan bahu dari percikan, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 tumpahan dan tetesan serta beberapa jenis dirancang tahan terhadap sengatan listrik. 2. Pelindung mata (safety glasses/goggles). Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu, batu, kayu atau sepih besi beterbangan ditiuup angin. Pekerjaan yang mutlak membutuhkan perlindungan mata adalah mengelas. 3. Pelindung telinga (ear plag/ear muff). Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising. Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang keras dan bising. 4. Pelindung wajah (face shield), pelindung wajah memberikan perlindungan menyeluruh pada wajah dari bahaya percikan bahan kimia, obyek yang beterbangan atau cairan besi. 5. Pelindung hidung dan mulut (masker). Pelindung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi. Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun dsb) 6. Pelindung tangan atau jari (hands). Sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja ditempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. 7. Pelindung kaki (safety shoes), seperti sepatu biasa tapi dari bahan kulit yang dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 8. Pelindung bahaya jatuh. Pakaian penahan bahaya jatuh yang dilengkapi dengan tali pengaman (body harness). Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja diketinggian. Selain alat pelindung diri atau PPE dalam suatu proyek konstruksi diperlakukan pula sarana peralatan lingkungan yang berupa : 1) Tangga susun (scaffolding) 2) Perancah (scaffolding) adalah rangka kerja sementara yang dipasang khusus untuk mendukung lantai kerja (work platform) 3) Alat pemadan kebakaran berupa APAR, merupakan alat pemadam ringan atau api kecil dan waterhydrant alat untuk memadamkan api besar 4) Pagar pengaman (barricade) 5) Peralatan P3K, serta rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berfungsi memberikan informasi berupa tanda-tanda peringatan, larangan, maupun petunjuk pada area yang mengandung resiko tinggi. 7. Dimensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Handoko (2010), dimensi dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai berikut : 1. Pemeliharaan keamanan dan kesehatan karyawan a. Memperhatikan kondisi kerja yang lebih aman dan lebih sehat b. Memberikan perlindungan kerja c. Memberikan peralatan yang layak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 2. Tanggung jawab organisasional atas keamanan dan kesehatan karyawan a. Membutuhkan penanganan seorang spesialis b. Dibawah pengawasan c. Memberikan asuransi kepada karyawan 3. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat a. Memperhatikan kondisi mesin yang aman dan sehat b. Memperhatikan pengaturan kelembaban dan suhu udara c. Memperhatikan kebersihan lingkungan 4. Program-program keamanan dan kesehatan kerja a. Melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik b. Menggunakan petunjuk-petunjuk dan peralatan-peralatan keamanan c. Mendidik para karyawan dalam hal keamanan C. Pengembangan Karyawan 1. Pengertian Pengembangan Karyawan Sumber daya manusia yang ada didalam suatu organisasi perlu pengembangan sampai pada taraf tertentu sesuai dengan perkembangan organisasi. Apabila organisasi ingin berkembang seyogyanya diikuti oleh pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan. Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangaan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan kepribadian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan pekerja yang sudah menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu. Menurut Hariandja (2009), latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan karyawan, sedangkan menurut Mangkuprawira dalam Yani (2012), pelatihan dan pengembangan bagi karyawan merupakan proses mengajarkan pengetahuan dan kreativitas tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengembanagan karyawan adalah suatu upaya peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual hingga manajerial serta mengubah tingkah laku karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan atau badan instansi. 2. Tujuan Pengembangan Karyawan Pengembangan karyawan sangat berguna bagi karyawan dan perusahaan, karena dapat mengembangkan kinerja karyawan semakin lebih baik. Tujuan pengembangan karyawan menurut Hariandja (2009), adalah : a) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan b) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, bahan baku dan mengurangi pemborosan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 c) Mengurangi tingkat kecelakaan karyawan d) Dalam pengembangan, balas jasa karyawan akan meningkat karena kerja mereka semakin baik e) Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan dan prestasi kerjanya lebih baik Dari uraian tujuan pengembangan karyawan diatas dapat disimpulkan jika tujuan pengembangan dilaksanakan dengan baik maka akan berdampak baik pula kepada karyawan, karena karyawan akan mendapatkan pengalaman, keahlian dan sikap dalam memegang tanggung jawab dimasa mendatang. 3. Metode Pengembangan Karyawan Pelaksanaan pengembangan (training and education) harus didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam program pengembangan perusahaan. Program pengembangan ditetapkan oleh penanggung jawab pengembangan, yaitu manajer personalia atau suatu tim. Dalam program pengembangan telah ditetapkan sasaran, proses, waktu, dan metode pelaksanaannya. Metode pengembangan menurut Hariandja (2009) terdiri atas : 1) Metode latihan atau training Metode latihan harus didasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada berbagai faktor, yaitu waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat pendidikan dasar peserta, latar belakang peserta, dan lain-lain. Metode latihan/training diberikan kepada karyawan operasional. Metode-metode latihan yaitu : a. Belajar langsung pada kenyataan pekerjaan dan peralatan (On the job) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 b. Memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih cara mengerjakan pekerjaan tersebut (Vestibule) c. Cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara mengerjakan sesuatu pekerjaan (Demonstation and example) d. Teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya (Simulation) e. Cara untuk mengembangkan keahlian (Apprenticeship) f. Metode pertemuan dalam kelas (Classroom methods) Metode latihan diberikan secara langsung kepada karyawannya agar karyawan lebih dapat memahami pekerjaan yang mereka akan lakukan dan karyawan pun akan lebih mengerti dengan tanggung jawab pekerjaan yang akan mereka kerjakan. 2) Metode pendidikan atau education Metode pendidikan dalam arti sempit yaitu untuk meningkatkan keahlian dan kecakapan manajer memimpin para bawahannya secara efektif. Seorang manajer yang efektif pada jabatannya akan mendapatkan hasil yang optimal. Metode pendidikan/education diberikan kepada karyawan manajerial. Metode pendidikan yaitu : a. Training methods atau classroom method Ini merupakan metode latihan didalam kelas yang disebut juga metode pendidikan (development), karena manajer adalah juga karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 b. Understudies Merupakan teknik pengembangan yang dilakukan dengan praktek langsung bagi seseorang yang dipersiapkan untuk menggantikan jabatan atasannya. c. Job rotation and planned progression Job rotation adalah teknik pengembangan yang dilakukan dengan cara memindahkan peserta dari suatu jabatan ke jabatan lainnya secara periodik untuk menambahkan keahlian dan kecakapannya pada setiap jabatan. d. Coaching-counseling Metode ini adalah metode pendidikan dengan cara atasan mengajarkan keahlian dan keterampilan kerja kepada bawahannya. e. Junior board of executive or multiple management Merupakan suatu komite penasehat yang terdiri dari calon-calon manajer yang ikut memikirkan atau memecahkan masalah-masalah perusahaan untuk kemudian direkomendasikan kepada manajer lini (top management). f. Committee assignment Yaitu komite yang dibentuk untuk menyelidiki, mempertimbangkan, menganalisis dan melaporkan suatu masalah kepada pimpinan. g. Business games Business games (permainan bisnis), adalah pengembangan yang dilakukan dengan diadu untuk bersaing memecahkan masalah tertentu. h. Sensitivity training Maksudnya adalah pendidikan untuk membantu para karyawan agar lebih mengerti tentang diri sendiri, menciptakan pengertian yang lebih mendalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 di antara para karyawan dan mengembangkan keahlian setiap karyawan yang spesifik. i. Other development method Metode ini digunakan untuk tujuan pendidikan terhadap manajer, untuk meningkatkan keahlian, keterampilan, kecakapan dan kualitas agar karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya lebih efektif dan mencapai prestasi kerja optimal. Metode pendidikan ini diberikan dengan tujuan untuk lebih mempersiapkan mental dan fisik seorang manajer atau karyawan yang akan menggantikan posisi jabatan atasannya agar lebih siap dengan pekerjaan dan tanggung jawab jabatan yang akan dilaksanakan. 4. Rencana Pengembangan Karyawan Penilaian kinerja berfokus pada kinerja jangka pendek. Dalam rencana pengembangan terdapat cara untuk mengembangkan sumber manusia yang ada, yaitu dengan cara pelatihan dan pendidikan. Rencana pengembangan berfokus pada pengembangan keterampilan, sifat, kemampuan, dan pengalaman karyawan untuk target jangka panjang berikut (Hawley, 2006) : a. Meningkatkan nilai karyawan bagi perusahaan b. Meningkatkan profesionalisme dan kompetensi karyawan c. Meningkatkan nilai dan kemampuan karyawan untuk memiliki tanggung jawab yang lebih besar di dalam perusahaan d. Meningkatkan kemuliaan akhlak e. Meningkatkan kepribadian dan keterampilan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 5. Sasaran Pengembangan Karyawan Sasaran pengembangan karyawan adalah : 1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis mengerjakan pekerjaan atau technical skills. 2) Meningkatkan keahlian dan kecakapan memimpin serta mengambil keputusan atau managerial skills dan conceptual skills. 3) Menyesuaikan kembali keterampilan, perilaku dan sikap untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan bisnis dan juga praktik manajemen sumber daya manusia untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan karyawan. (Jangka Panjang) 4) Lebih mudah dikuantitaskan, misalnya meningkatkan jumlah karyawan yang tertarik kepada perusahaan dan melamar jabatan, menarik pelamar yang bervariasi, memperbaiki persyaratan karyawan baru, meningkatkan jangka waktu yang diinginkan karyawan untuk tinggal di perusahaan, dan menolong karyawan unntuk mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan. (Jangka Pendek) 6. Dimensi Pengembangan Karyawan Dari uraian-uraian tersebut menurut Notoadmodjo (2009) dan beberapa sumber pendukung, pengembangan karyawan dapat dilihat dan diukur dari dimensi sebagai berikut : a. Penerapan penilaian perilaku dan sikap karyawan untuk pengembangan jangka panjang karyawan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 b. Untuk pengembangan karyawan tingkat manajerial diterapkan penilaian oleh atasan, rekan sejawat dan bawahan c. Rotasi kerja ke posisi baru dilakukan dalam rangka pengembangan keterampilan, pertimbangan promosi, dan kenaikan gaji d. Promosi yang adil dan obyektif, serta mencakup penyesuaian gaji e. Interaksi positif antar atasan dan bawahan dalam hal menggali potensi bawahan f. Interaksi positif antar atasan dan bawahan dalam hal pemberian motivasi dan saran yang bijaksana g. Pemberian wewenang yang proporsional kepada karyawan demi membangun kepercayaan diri h. Pemberian kesempatan kepada karyawan untuk berperan serta dalam hal pengambilan keputusan i. Pemberian wewenang yang proporsional kepada karyawan dalam hal mengemban tanggung jawab j. Penghargaan kepada karyawan yang berkinerja tinggi k. Kesempatan untuk tumbuh terbuka bagi setiap karyawan Dari beberapa dimensi diatas dapat dijadikan sebuah acuan atau indikator dalam menilai kinerja karyawan di dalam perusahaan. Dengan diterapkannya nilai-nilai dari dimensi tersebut maka akan menjadikan karyawan lebih berkembang menjadi lebih baik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 D. Kinerja Karyawan 1. Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa inggris, work performance atau job performance tetapi sering disingkat menjadi performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Menurut Mangkunegara (2012) kinerja karyawan adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Fahmi (2013) kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode. Sedangkan menurut Rivai dan Sagala (2009) bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya. Dari beberapa definisi yang ditulis oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah suatu pencapaian berupa prestasi atau hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan atau menjalankan tugasnya atau pekerjaan yang dibebankan kepada dirinya dan sejauh mana keberhasilan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 karyawan dapat dilihat dalam melaksanakan tugas pekerjaannya berdasarkan pengalaman, potensi dan waktu. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Mangkunegara (2011) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut : a) Faktor Individu, secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisik (jasmani). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. b) Faktor Lingkungan Organisasi, lingkungan organisasi sangat menunjang bagi setiap individu dalam mencapai kinerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai. 3. Karakteristik Kinerja Karyawan Menurut Mangkunegara (2012) seseorang yang memiliki karakteristik kinerja yang tinggi dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut antara lain: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 1) Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi. 2) Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi. 3) Memiliki tujuan yang realistik. 4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuannya. 5) Memanfaatkan umpan balik (feedback) yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan. 6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah di programkan. 4. Dimensi dan Indikator Kinerja Karyawan Menurut Kaswan (2012) kinerja karyawan yang mempengaruhi seberapa banyak atau seberapa besar pegawai memberi kontribusi kepada organisasi, yang diukur dalam kriteria yang digunakan sebagai dasar menilai kinerja. Dimensi kinerja terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu: a. Kualitas kerja b. Kuantitas yang dihasilkan c. Ketepatan waktu dalam bekerja Indikator kinerja menurut Kaswan (2012) yaitu: a. Proses kerja sesuai SOP b. Hasil kerja mendekati sempurna c. Siklus pekerjaan yang lengkap d. Jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan e. Mengabaikan kesalahan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 f. Pekerjaan dapat dikerjakan tepat waktuya g. Memaksimalkan waktu bekerja E. Penelitian Terdahulu Dibawah ini terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang bisa menjadi referensi untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Catarina Paramita dan Andi Wijayanto melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada PT PLN (PERSERO) APJ Semarang”. Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa K3 berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasai oleh variabel motivasi kerja PT PLN (Persero) APJ Semarang. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yosep Satrio Wicaksono yang berjudul “Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rangka Peningkatan Semangat Kerja dan Kinerja Karyawan”. Dengan adanya pelatihan, karyawan akan dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Pengembangan SDM dalam perusahaan adalah sarana untuk mendapatkan tenaga kerja yang potensial dan profesional. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ending Sukarjati dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan, Pengembangan SDM dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kota Semarang”. Variabel kepemimpinan (X1) signifikan terhadap kinerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 pegawai. Semakin meningkat kepemimpinan (X1), pengembangan (X2) dan kepuasan kerja pegawai maka kinerja pegawai semakin meningkat pula. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Diah Rusminingsih yang berjudul “Pengaruh Pengembangan SDM Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT Cakra Guna Cipta Malang”. Secara simultan, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengembangan SDM terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Cakra Guna Cipta Malang. Secara parsial, terdapat pengaruh yang signifikan antara variable pengembangan SDM yang terdiri dari pelatihan dan pengembangan karyawan, kompensasi dan tunjangan serta hubungan perbutuhan terhadap produktivitas kerja. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Judith A. Erickson, Ph.D. yang berjudul “Corporate Culture : The Key to Safety Performance”. Memahami peran kuat dari faktor organisasi dalam membentuk dapat membantu anda mengembangkan program keselamatan yang lebih efektif. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Martin Adebayo and Tabiti Kehinde yang berjudul “An Empirical Study Of Performance Management As A Managerial Tool For Development And Improvement In Employees’ Job Performance In Organization”. Kinerja karyawan adalah signifikan untuk pengembangan dan peningkatan produktivitas organisasi, kinerja karyawan ditentukan oleh karyawan tujuan yang ditetapkan untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 mencapai dan juga dapat dikaitkan dengan faktor internal dalam organisasi yang dapat meningkatkan kinerja. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Emma J K and Andy P Smith yang berjudul “Safety culture, advice and performance”. Praktisi keselamatan dan kesehatan kerja juga memiliki peran penting untuk bermain dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, namun kontribusi khusus mereka untuk kinerja keselamatan jarang dipelajari. Tujuan dari penelitian ini, oleh karena itu, adalah untuk mempertimbangkan hubungan antara kinerja perusahaan keselamatan dan kedua budaya keselamatan dan keamanan kerja dan saran kesehatan. F. Hubungan Antar Variabel Hubungan antar variabel yang terdapat dipenelitian ini yaitu sebagai berikut : 1) Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Purnama, 2010). Adanya keselamatan dan kesehatan kerja atau sering disebut K3 ini sangatlah berpengaruh bagi kinerja karyawan, karena dengan diterapkannya sistem ini karyawan menjadi merasa terjamin atas keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan tersebut. Pelaksanaan program http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini bertujuan untuk menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mengurangi kecelakaan kerja pada karyawan. Oleh karena itu karyawan harus mendapatkan perhatian yang khusus dari perusahaan. Dengan adanya keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dari perusahaan maka diharapkan akan meningkatkan kinerja karyawan didalam perusahaan (Siagian, 2010). Kenyataan bahwa manusia merupakan asset utama bagi perusahaan maka harus mendapatkan perhatian yang serius dan dikelola sebaik mungkin salah satunya dengan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini dimaksudkan agar sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan mampu memberikan kontribusi yang optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. 2) Pengaruh Pengembangan Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Pengembangan sumber daya manusia ialah suatu kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu (Hasibuan, 2012). Sumber daya manusia dalam perusahaan harus dikelola secara professional agar terwujudnya keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan karyawan. Program-program pelatihan dan pengembangan sumber daya sumber daya manusia harus berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan berbagai faktor yaitu waktu, biaya jumlah, peserta, tingkat pendidikan dasar peserta, latar belakang peserta, dan lainlain. Pelatihan dan pengembangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 karyawan secara langsung dan tidak langsung, berarti semakin tinggi pelatihan dan pengembangan karyawan maka akan meningkatkan motivasi yang nantinya akan meningkatkann kinerja karyawan (Natsiruddin, 2011). Pengembangan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan adalah sarana untuk mendapatkan tenaga kerja yang potensional dan professional. Manusia merupakan sumber daya utama atas kelancaran aktivitas dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan bagaimanapun canggihnya peralatan yang digunakan oleh suatu perusahaan akan tidak berarti tanpa adanya manusia yang menjadi karyawan dalam mengoperasikannya. Pembangunan dewasa ini, terus berkembang seiring dengan proses industrialisasi yang ditandai dengan semakin meningkat ditandai dengan penggunaan teknologi di berbagai bidang usaha. Dengan kondisi ini, maka sumber daya manusia harus dibekali dengan pendidikan, keterampilan serta keahlian yang cukup agar karyawan mampu menggunakan dan memanfaatkan berbagai teknologi. Maka dari itu, pengaruh pengembangan karyawan sangat penting dan juga berpengaruh bagi kinerja karyawan di perusahaan agar karyawan semakin dapat berkembang dan mutu perusahaan juga dapat meningkat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 G. Rerangka Konseptual Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (X1) H1 Kinerja Karyawan (Y) H2 Pengembangan Karyawan (X2) Gambar 2.1 Model Rerangka Konseptual Penelitian H. Hipotesis Hipotesis yang terdapat dipenelitian ini yaitu sebagai berikut : H1 : Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di perusahaan PT TRIPARI H2 : Pengembangan karyawan di perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di perusahaan PT TRIPARI http://digilib.mercubuana.ac.id/