PERILAKU KONSUM KEPUTUSAN PEMB Diajukan Sebagai Salah

advertisement
PERILAKU KONSUMEN
KONSUMEN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PT.DUTA COMPUTER
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya
Oleh :
DODY
NIM. 11002719
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM
2016
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Persaingan bisnis saat ini semakin dinamis, kompleks, dan tidak pasti
sehingga memacu para pengelola perusahaan untuk dapat berpikir secara
kreatif, inovatif agar selalu memberikan diferensiasi, serta keunggulan bagi
perusahaannya dibandingkan dengan para pesaingnya. Perusahaan dituntut
tidak hanya sekedar mengembangkan produk yang baik, menawarkan dengan
harga yang menarik, dan membuatnya mudah diperoleh oleh pelanggan yang
membutuhkan. Perusahaan juga perlu mengembangkan promosi (komunikasi)
pemasaran yang efektif terutama kepada para konsumen. Fungsi pemasaran
memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan dalam menjalankan
semua aktifitas yang berhubungan dengan arus barang dan jasa sejak dari
produsen sampai konsumen akhir. Dengan memperhatikan kegiatan
pemasaran maka diharapkan dapat mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Keputusan pembelian yang dilakukan pelanggan melibatkan
keyakinan pelanggan pada suatu produk sehingga timbul rasa percaya diri atas
kebenaran tindakan yang diambil. Rasa percaya diri pelanggan atas keputusan
pembelian yang diambilnya mempresentasikan sejauh mana pelanggan
memiliki keyakinan diri atas keputusannya memilih suatu produk. Dalam
perilaku konsumen banyak ditemukan faktor yang mempengaruhi keputusan
membeli konsumen.
Semakin ketatnya persaingan bisnis yang ada, terutama persaingan yang
berasal dari perusahaan sejenis, membuat Perusahaan semakin dituntut agar
bergerak lebih cepat dalam hal menarik konsumen. Sehingga perusahaan yang
menerapkan konsep pemasaran perlu mencermati perilaku konsumen dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembeliannya dalam usaha-usaha
pemasaran sebuah produk yang dilakukan. menurut Kotler (2007) bahwa,
“perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan
organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan memposisikan barang,
jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
mereka”.
Pengambilan
keputusan
pembeli
dipengaruhi
kemampuan
perusahaan menarik pembeli, dan selain itu juga dipengaruhi faktor-faktor
diluar perusahaan.
Menurut Kotler (2009), kualitas didefinisikan sebagai keseluruhan ciri
serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi
kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Sedangkan menurut
Tjiptono (2008), kualitas merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik
yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan
pelanggan atau menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu
memenuhi
kebutuhannya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses
dengan memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya
9
4
kekurangan sedikitpun nilai suatu produk dan jasa, dan menghasilkan produk
dan jasa sesuai harapan tinggi dari pelanggan.
Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada dasarnya
adalah sama, namun proses pengambilan keputusan tersebut akan diwarnai
oleh ciri kepribadian, usia, pendapatan dan gaya hidupnya. Menurut
Schiffman dan Kanuk (2008) secara umum keputusan pembelian adalah
seleksi dari dua atau lebih pilihan alternatif.
PT.DUTA COMPUTER Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ilmu
informasi dan teknologi yang telah berdiri sejak tahun 1997 yang lalu di
Batam , dan mulai mengembangkan usahanya pada tahun 2001 dengan
menanamkan prinsip dalam memajukan ilmu informasi dan teknologi di Kota
Batam saat ini, PT.DUTA COMPUTER menerapakan prinsip memberikan
kualitas Produk
yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan konsumen di
Batam, dijadikan prinsip usaha yang bagus dikarenakan saat ini masih banyak
penggunaan teknologi yang bukan dari branded ternama , melainkan produk
rakitan sendiri, disini sangat tidak ekonomis jika dalam penggunaan teknologi
dalam jangka waktu yang lama, namun saat ini banyak sekali konsumen yang
kurang mengerti dalam menggunakan produk branded sehingga kita butuh
sebuah cara dalam meyakinkan konsumen untuk menggunakan produk
branded, banyak sekali perilaku konsumen dalam mengambil keputusan
membeli produk branded atau rakitan, dikarenakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi misalnya Harga,
5
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut istilah keputusan pembelian dapat
diartikan sebagai bagian dari perilaku konsumen yang bertujuan untuk
menentukan proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu barang
dimana
individu
terlibat
secara
langsung
dalam
mendapatkan
dan
mempergunakan barang yang ditawarkan tersebut. Oleh karena itu kesimpulan
terbaik individu untuk melakukan pembelian terbentuk berdasarkan kebutuhan
dan keinginannya. Perusahaan harus bisa memasarkan produk kepada
konsumen agar dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain. Menurut
Kotler & Amstrong (2007) kualitas produk yang merupakan senjata strategis
yang potensial untuk mengalahkan pesaing. Jadi hanya perusahaan dengan
kualitas produk paling baik yang akan tumbuh dengan pesat, dan dalam jangka
waktu yang panjang perusahaan tersebut akan lebih berhasil dari perusahaan
yang
lain.suatu
disesuaikan
perusahaan
dengan
delam
kebutuhan
mengeluarkan
dan
produk
keinginan
sebaiknya
konsumen.
Keunggulankeunggulan dari produk dapat diketahui oleh konsumen dan akan
menimbulkan suatu kesadaran akan merek produk tersebut.
Kualitas produk merupakan faktor penentu tingkat kepuasan yang
diperoleh konsumen setelah melakukan pembelian dan pemakaian terhadap
suatu produk. Pengalaman yang baik atau buruk terhadap produk akan
mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian kembali atau tidak.
Sehingga pengelola usaha dituntut untuk menciptakan sebuah produk yang
disesuaikan dengan kebutuhan atau selera konsumen, maka penulis tertarik
6
untuk meneliti “Perilaku Konsumen dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Pada PT.Duta Computer”
1.2
Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
banyak sekali perilaku konsumen dan kualitas produk terhadap keputusan
pembelian pada PT.Duta Computer maka penulis dapat mengidentifikasikan
masalah – masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya dengan cara
membuat rumusan masalah yang diteliti . Rumusan masalah penelitian inia adalah
1. Bagaimana
Perilaku
konsumen
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian?
2. Bagaimana kualitas Produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian?
3. Bagaimana besar perilaku konsumen dan kualitas produk secara bersamasama
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian
pada
PT.Duta
Computer?
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan agar dalam penelitian ini dapat memberikan
pemahaman yang sejalan seperti yang diharapakn dan permasalahan tidak
mengambang lebih jauh untuk itu penulis membatasi ruang lingkup penelitian
ini. Pada penelitian ini fokus masalah dibatasi pada masalah : “Perilaku
konsumen dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian.”
7
Disamping faktor diatas yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian
maka ada faktor lain yang juga mempengaruhi keputusan pembelian yang
akan menjadi fokus dan perhatian serta merupakan bagian strategic planning
yang tidak di teliti pada penelitian ini, yakni :
1. Price (Harga)
2. Company (Perusahaan)
3. Competitor (Pesaing )
4. Capability (Kemampuan)
5. Brand (Merek)
6. Relationship (Hubungan)
7. Value ( Nilai)
8. Dan lain-lain yang tidak diteliti
Menimbang dikarenakan keterbatasan waktu dan tempat, maka yang
menjadi tempat objek penelitian yaitu PT.Duta Computer. Konsumen yang
Menjadi subyek penelitian adalah yang sudah menjadi vendor (partner) sejak
tahun 2005-2016 saja.
8
1.4
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, makan tujuan yang ingin
dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui
bagaimana
Perilaku
konsumen
berpengaruh
terhadap
keputusan pembelian
2. Mengetahui bagaimana Kualitas Produk berpengaruh terhadap keputusan
pembelian
3. Mengetahui
bagaimana
perilaku
konsumen
dan
kualitas
produk
berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian pada
PT.Duta Computer
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoris
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep khususnya
tentang bagaimana perilaku konsumen dan kualitas produk dalam
menentukan keputusan pembelian
1.5.2
Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan khususnya tentang bagaimana perilaku konsumen dalam
9
melakukan pembelian produk. Serta melihat kualitas produk yang
ditawarkan oleh penjualan
b. Bagi Perusahan
Penelitian berguna untuk Perusahaan merupakan sesuatu yang penting
dalam menawarkan produknya ke konsumen dengan melihat perilaku
konsumen dalam membuat keputusan pembelian dan menggambarkan
kekurangan -kekurangan kecil pada komponen kualitas sebelumnya
c. Bagi Civitas Akademika Gici Business School Batam
Penelitian ini berguna supaya masyarakat akademik lebih memahami
perilaku konsumen dalam memasarkan produknya.
d. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan
dasar pengetahuan analisis konsumen.
e. Bagi Pihak Lainnya
Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan informasi, dan
berguna sebagai bahan acuan untuk perbandingan dan penelitian yang
sama
10
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Perilaku konsumen
Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “Mengapa
konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan”. Schiffman dan
Kanuk (2008:6) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah
suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan
untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha,
dan energi). Konsumen memiliki keragaman yang menarik untuk
dipelajari karena ia meliputi seluruh individu dari berbagai usia, latar
belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh
karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana konsumen
berperilaku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
tersebut.
Menurut Shiffman dan Kanuk (2007) perilaku konsumen
merupakan suatu perilaku terpusat cara individu mengambil keputusan
untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang,
usaha) guna untuk membeli barang-barang yang berhubungan dengan
konsumsi. jadi dapat dismpulkan perilaku konsumen adalah sebuah proses
ketika individu demi memuaskan kebutuhan atau keinginannya, cenderung
11
memilih, membeli, menggunakan suatu produk atau jasa dengan
memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha
membuat keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu
produk dan mengkonsumsinya. Perilaku konsumen adalah suatu proses yang
terdiri dari beberapa tahap: a. Tahap perolehan (acquisition): mencari (searching)
dan membeli (purchasing). b. Tahap konsumsi (consumption): menggunakan
(using) dan mengevaluasi (evaluating). c. Tahap tindakan pasca beli (disposition):
hal yang dilakukan oleh konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi.
Pendapatkan Produk
konsumen
Konsumsi
Mencari:
Menggunakan
mengevaluasi
- Informasi
- Alternatif
- Keputusan
membeli
Pasca Beli
Perilaku pasca beli
Gambar :2.1.1 Proses Perilaku Konsumen
Sumber Kotler (2008:183) data diolah
Definisikan perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller
(2008:214):
Perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok
dan
organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan
barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan
dan kebutuhan mereka.
Definisisi perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk
(2008:6)
35
Perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil
keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia
(waktu,
uang,
usaha)
guna
membeli
barang-barang
yang
berhubungan dengan konsumsi.
Dari dua pengertian tentang perilaku konsumen di atas dapat
diperoleh dua
hal yang penting, yaitu: sebagai kegiatan fisik dan sebagai proses
pengambilan keputusan. Berdasarkan beberapa definisi yang telah
disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah semua kegiatan tindakan, serta proses psikologis yang
mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah
melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
Menurut Kotler dan Amstrong (2006:129)
“Consumer buyer behavior is the buying behavior of final
consumerindividuals and households who buy goods and services
for
personal
consumption”.
Artinya:
Perilaku
pembelian
konsumen adalah perilaku pembelian akhir dari konsumen, baik
individual maupun rumah tangga, yang membeli barang-barang
dan jasa untuk konsumsi pribadi.
Menurut Suharno (2010: 96) keputusan pembelian adalah tahap di
mana pembeli telah menentukan pilihannya dan melakukan
35
pembelian
produk,
serta
mengkonsumsinya.
Pengambilan
keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu
produk diawali oleh adanya kesadaran atas kebutuhan dan
keinginanFaktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku konsumen
menurut Kotler (2007) bahwa, “perilaku konsumen merupakan
studi
tentang
cara
individu,
kelompok,
dan
organisasi
menyeleksi, membeli, menggunakan, dan memposisikan barang,
jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan mereka”.
2.1.1.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi pada perilaku konsumen
Menurut Kotler (2007) bahwa, “perilaku konsumen
merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan
organisasi
menyeleksi,
membeli,
menggunakan,
dan
memposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka”.
Faktor -faktor yang mempengaruh perilaku konsumen
adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal, dan faktor
psikologis. Namun, peran faktor-faktor tersebut berbeda sesuai
produknya. Dengan kata lain, ada faktor dominan pada pembelian
suatu produk sementara faktor lainnya kurang berpengaruh.
35
2.1.1.2
Indikator Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong (2010, p161-175) terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen :
1. Faktor- Faktor Kebudayaan
a. Budaya
Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang
yang palingmendasar. Jika mahkluk yang lebih rendah perilakunya
sebagian besar diatur naluri, maka perilaku manusia sebagian besar
adalah dipelajari. (Kotler dan Armstrong, 2010)
b. Sub budaya
Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang
lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas
untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu
kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan
wilayah geografis. (Kotler dan Armstrong, 2010)
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap
kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang
sama. (Kotler dan Armstrong, 2010)
35
2. Faktor- Faktor Sosial
a. Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seseorang. (Kotler dan Armstrong, 2010)
b. keluarga
Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perilaku pembeli. (Kotler dan Armstrong, 2010)
c. Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan
dalam pengertian peranan dan status. Setiap perenan membawa satu
status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakatnya.
(Kotler dan Armstrong, 2010)
3. Faktor- Faktor Pribadi
a. Usia dan tahap daur Hidup
Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah
selama hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang
berhubungan dengan usianya. (Kotler dan Armstrong, 2010)
b. Pekerjaan
Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat
memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan
tertentu. (Kotler dan Armstrong, 2010)
c. Keadaan Ekonomi
35
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan
yang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk. (Kotler dan
Armstrong, 2010)
d. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut
menentukan perilaku pembelian. (Kotler dan Armstrong, 2010)
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap
orang sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri. (Kotler dan
Armstrong, 2010)
4. Faktor- Faktor Psikologis
a. Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap
kebutuhan itu. (Kotler dan Armstrong, 2010)
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan.
Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.
(Kotler dan Armstrong, 2010)
c. Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang
individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku
35
manusia diperoleh dengan mempelajarinya. (Kotler dan Armstrong,
2010)
d. Kepercayaan dan Sikap
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan
sikap selanjutnya mempengaruhi tingkah laku. (Kotler dan
Armstrong, 2010)
2.1.2
Kualitas Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2006: 299) “Product quality is the
ability of a Product to perform its function, it includes the product’s several
durability, reliability, precision, ease of operation and repair and other valued
attribute
Kualitas produk merupakan penggerak kepuasan pelanggan yang pertama
dan kualitas produk ini adalah dimensi yang global. Kualitas produk merupakan
suatu hal yang penting dalam menentukan pemilihan suatu produk oleh
konsumen. Produk yang ditawarkan haruslah suatu produk yang benarbenar teruji
dengan baik mengenai kualitasnya. Karena bagi konsumen yang diutamakan
adalah kualitas dari produk itu sendiri. Konsumen akan lebih menyukai dan
memilih produk yang mempunyai kualitas lebih baik bila dibandingkan dengan
produk lain sejenis yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
35
2.1.2.1 Indikator Kualitas Produk
Indikator Kualitas Produk, Menurut Mullins, Orville. Larreche, dan Boyd
apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetetifnya dalam
pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh
konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan
produk pesaing, indikator dari kualitas produk terdiri dari:
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar
dari sebuah produk. Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama
suatu produk. Ini merupakan manfaat atau khasiat utama produk yang kita
beli. Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama kita membeli produk.
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk
yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.
Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka
semakin besar pula daya tahan produk.
3. Comformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu
sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi
spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada
produk.
4. Features (fitur) adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
terhadap produk. Dimensi fitur merupakan karakteristik atau ciri-ciri
tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat
35
pilihan atau option bagi konsumen. Kalau manfaat utama sudah standar,
fitur seringkali ditambahkan. Idenya, fitur bisa meningkatkan kualitas
produk kalau pesaing tidak memiliki.
5. Reliability (reliabilitas) adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja
dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin
kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat
diandalkan.
6.
Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan
produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived quaility (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari
penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena
terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan
informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen
terhadap produk didapat dari harga, merk, periklanan, reputasi, dan negara
asal.
2.1.3
Keputusan Pembelian
Suatu keputusan dapat dibuat hanya jika ada beberapa alternatif
yang dipilih. Apabila alternatif pilihan tidak ada maka tindakan yang
dilakukan tanpa adanya pilihan tersebut tidak dapat dikatakan membuat
keputusan. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:181), keputusan
pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai dari
berbagai alternatif yang ada, tetapi dua faktor bisa berada antara niat
35
pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang
lain dan faktor yang kedua adalah faktor situasional. Oleh karena itu,
preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pembelian yang
aktual. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang
yang ditawarkan. Menurut Setiadi (2010:14), proses pembelian yang
spesifik, terdiri dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian,
dan perilaku pasca pembelian. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan kegiatan pemecahan
masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternatif perilaku yang
sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai tindakan
yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan
proses pengambilan keputusan.
Proses pengambilan keputusan merupakan perilaku yang harus
dilakukan untuk dapat mencapai sasaran, dan dengan demikian dapat
memecahkan masalahnya, dengan kata lain proses pemecahan suatu
masalah yang diarahkan pada sasaran. Proses keputusan pembelian yang
spesifik menurut Kotler dan Armstrong (2008:179) terdiri dari urutan
kejadian berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.
Secara rinci tahap-tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:
35
1. Pengenalan masalah, yaitu konsumen menyadari akan adanya kebutuhan.
Konsumen menyadari adanya perbedaan antara kondisi sesungguhnya
dengan kondisi yang di harapkan.
2. Pencarian informasi, yaitu konsumen ingin mencari lebih banyak
konsumen yang mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan
pencarian informasi secara aktif.
3. Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif yang
diperoleh melalui pencarian informasi untuk mendapatkan alternatif
pilihan terbaik yang akan digunakan untuk melakukan keputusan
pembelian.
4. Keputusan membeli, yaitu melakukan keputusan untuk melakukan
pembelian yang telah diperoleh dari evaluasi alternatif terhadap merek
yang akan dipilih.
5. Perilaku sesudah pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah pembelian
terhadap suatu produk atau jasa maka konsumen akan mengalami
beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
Menurut Sutisna dan Sunyoto (2013:86), ada tiga hal penting dari
memahami model keputusan pembelian konsumen yaitu sebagai berikut:
1. Dengan adanya model, pandangan terhadap perilaku konsumen bisa dilihat
dalam perspektif yang terintegrasi .
2. Model keputusan pembelian konsumen dapat dijadikan dasar untuk
pengembangan strategi pemasaran yang efektif .
35
3. keputusan pembelian konsumen dapat dijadikan dasar untuk segmentasi
dan positioning
2.1.3.1 Proses Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan adalah sebuah pemikiran individu mengevaluasi
berbagai pilihan dan memutuskan pilihan dari sekian banyak pilihan, Menurut Santrock
(2008: 362), menurut Schiffman & Kanuk (2008: 96) ,keputusan di definisikan sebagai
sebuah pilihan dari dua atau alternatif pilihan, ditinjau dari perilaku konsumen, maka
ketika seseorang telah memilih antara membeli atau tidak membeli, pilihan antar merek
satu dengan merek yang lain, atau pilihan menghabiskan waktu dengan melakukan A
atau B, orang itu berada dalam posisi membuat keputusan.
35
Menurut Kottler & Armstrong (2008: 226), keputusan pembelian adalah tahap
dalam proses keputusan pembelian, pembeli dimana konsumen benar-benar membeli.
Keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung
ditawarkan dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.
Proses keputusan pembelian yang spesifik menurut Kotler & Armstong (2008: 179)
terdiri dari urutan kejadian berikut :
A. Pengenalan masalah
Proses
membeli
diawali
pada
saat
pembeli
menyadari
adanya
masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi yang
sesungguhnya dengan kondisi yang di inginkan. Kebutuhan ini dapat di sebabkan
oleh rangsangan internal dan eksternal
B. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk
mencari informasi lebih banyak lagi. Pencarian informasi dapat dibedakan
menjadi dua tingkat yaitu pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang
disebut perhatian yang meningkat. Pencarian informasi secara efektif dimana ia
mencari bahan-bahan bacaan, menelepon teman-temannya dan melakukan
kegiatan-kegiatan mencari untuk mempelajari yang lain. Umumnya jumlah
aktivitas pencarian konsumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen
berpindah dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah
yang ekstensif.
35
Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang
dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber
terhadap keputusan membeli. Sumber-sumber informasi konsumen dapat di
kelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :
a. Sumber Pribadi : Keluarga , teman, tetangga, kenalan atau
relasi
b. Sumber komersil : iklan, tenaga penjualan, penyalur , kemasan
dan pameran.
c. Sumber umum : media massa, organisasi konsumen.
d. Sumber pengalaman :
pernah mengalami, menguji , dan
menggunakan produk
C. Evaluasi alternatif
Bagaimana konsumen dalam memproses informasi tentang pilihan
produk membuat penilaian untuk membuat keputusan akhir. Tidak
ada evaluasi yang sederhana dan tunggal yang digunakan oleh
konsumen atau bahkan oleh satu konsumen pada seluruh situasi
membeli. Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan
model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif,
yaitu perusahaan memandang konsumen sebagai pembentuk
penilaian terhadap produk terutama pada pertimbangan yang sadar
dan rasional
D. Keputusan membeli
35
Konsumen pada tahap evaluasi membentuk preferensi terhadap
merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen
juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai.
Walaupun demikian, dua faktor berikut dapat mempengaruhi
tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang utama adalah
sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi
alternatif pilihan seseorang akan bergantung pada intensitas sikap
negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan
motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin
tinggi intenstas sikap orang lain tersebut akan semakin dekat
hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka sebagian besar
kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya.
Tujuan pembelian dipengaruhi juga oleh faktor-faktor keadaan
yang ridak terduga. Konsumen dibentukjuga oleh faktor-faktor
seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang
diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat
konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak
terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli.
E. Perilaku Pasca Pembelian
Perilaku Pascapembelian Setelah membeli produk, konsumen akan
mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas
pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut
hinga periode pascapembelian. Pemasar harus mementau kepuasan
35
pasca embelian, tindakan pasca embelian dan pemakaian produk
pasca embelian.
a. Kepuasan sesudah pembelian
Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat
harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang
dirasakan pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk
lebih rendah dari harapan, pelanggan akan kecewa, jika
ternyata sesuai harapan, pelanggan akan puas, jika melebihi
harapan pelanggan akan sangat puas. Perasaan-perasaan itu
akan membedakan apakah pembeli akan membeli kembali
produk
tersebut
dan
membicarakan
hal-hal
yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk
tersebut dengan orang lain.
b. Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk
akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas,
ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk
membeli kembali produk tersebut dan kemungkinan pelanggan
yang puas akan menceritakan hal-hal yang baik tentang produk
tersebut kepada orang lain. Para pelanggan yang tidak puas
bereaksi
sebaliknya.
mengembalikan
Mereka mungkin
produk
tersebut.
membuang atau
Mereka
juga
dapat
memutuskan untuk berhenti membeli produk tersebut atau
35
memperingatkan teman-teman untuk tidak menggunakan atau
membeli produk tersebut. Dalam kejadian ini, penjual telah
gagal memuaskan pelanggan.
c. Pemakaian pasca pembelian
Pemasar juga harus memantau bagaimana pembeli memakai
dan membuang produk. Jika komsumen menyimpan produk itu
ke dalam lemari, produk tersebut mungkin tidak begitu
memuaskan dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar.
Jika konsumen menjual atau mempertukarkan produk tersebut,
penjualan prduk baru akan menurun. Konsumen mungkin juga
menemukan kegunaan baru produk tersebut. Jika konsumen
membuang produk, pemasar harus mengetahui bagaimana
mereka membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat
merusak lingkungan. Perhatian masyarakat yang semakin besar
terhadap masalah daur ulang dan kepedulian atas lingkungan
hidup merupakan hal penting yang harus diperhatikan pemasar.
35
Gambar 2.1.3.1 Proses keputusan pembelian Kotler & Armstong (2008: 179)
2.1.3.2 Tipe-tipe konsumen dalam mengambil keputusan
Kotler dan Keller (2007: 214) menjelaskan bahwa proses
pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar yang
memainkan
konsumen
peranan
secara
penting dalam
aktual
memahami
bagaimana
keputusan
pembelian.
mengambil
Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan
yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait
dengan beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang
bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi
konsumen. Di dalam proses membandingkan ini konsumen
memerlukan informasi yang jumlah dan tingkat kepentingannya
tergantung
dari
kebutuhan
35
konsumen
serta
situasi
yang
dihadapinya. Keputusan pembelian akan dilakukan dengan
menggunakan kaidah menyeimbangkan sisi positif dengan sisi
negatif suatu merek (compensatory decision rule) ataupun mencari
solusi terbaik dari perspektif konsumen (non-compensatory
decision rule), yang setelah konsumsi akan dievaluasi kembali.
1. An Economic View
Dalam
pasar
persaingan
sempurna
konsumen
sering
digolongkan sebagai orang yang mengambil keputusan dengan
rasional. Model ini disebut dengan teori economic man . Untuk
mengambil keputusan secara rasional, konsumen harus :
(1) menyadari semua alternatif produk yang tersedia,
(2) mampu membuat urutan setiap alternatif yang berkatian
dengan keuntungan dan kerugiannya,
(3).
mampu
untuk
mengidentifikasi
alternatif
terbaik.
Bagaimana pun juga konsumen jarang memiliki informasi yang
lengkap atau bahkan tingkat keterlibatan yang cukup untuk
membuat keputusan yang sempurna.
2. A Passive View
Pada dasarnya konsumen itu mengikuti keinginannya sendiri
dan usaha-usaha dari pemasar. Konsumen dirasakan sebagai
35
pembeli yang impulsif (menuruti kata hati) dan tidak logis serta
bersedia untuk menerima tujuan-tujuan dari pemasar.
3. A Cognitive View
Konsumen digambarkan sebagai orang yang aktif mencari
produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan
memperkaya hidup mereka. Model ini memfokuskan pada
proses bagaimana konsumen mencari dan menilai informasi
mengenai merek dan toko yang dipilih
4. An Emotional View
Konsumen dalam mengambil keputusan berdasarkan pada
emosi dan tidak menekankan pada pencarian informasi
sebelum pembelian. Bahkan lebih menekankan pada perasaan
dan suasana hati pada saat itu. Hal ini tidak berarti bahwa
keputusan yang emosional bukan merupakan keputusan yang
rasional.
2.1.3.3 Tahap Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Amstrong (2006: 147), konsumen akan
melewati lima tahap proses pengambilan keputusan yaitu
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Jelaslah
bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual
35
dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu. Proses
tersebut dapat dipahami melalui Gambar.
Need
Recogition
Information
Search
Evaluation of
Alternative
Purchase
Decision
Post
Purchse
Behaviour
Gambar : 2.1.3.3 Buyer Decision Process
Sumber : Kotler and Armstrong (2006 : 147)
2.1.3.4 Indikator Keputusan Pembelian
Menurut Hsu dan Chang (2008) mengemukakan indikator untuk
mengukur keputusan pembelian sebagai berikut :
1. Keinginan untuk menggunakan produk
2. Keinginan untuk membeli produk
3. Memprioritaskan pembelian suatu produk
4. Kesedian untuk berkorban (waktu, biaya, dan tenaga) mendapatkan suatu
produk
Sedangkan Sweeney(2008) menyatakan bahwa indikator keputusan pembelian
adalah buy or not buy berhubungan dengan keyakinan dalam membeli dan would
not expect any problem yaitu harapan untuk tidak mendapatkan masalah atau
resiko, serta pertimbangan untuk mendapatkan manfaat dari produk.
35
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2.1 Penelitian terdahulu
Nama
Nova
Tahun
2013
Judul
Variabel
Analisis Pengaruh X1
Dhita
harga
Kurniasari
Produk
:Pengaruh Variabel
,kualitas harga
kualitas
dan X2
:Kualitas produk ,harga
kualitas pelayanan produk
terhadap keputusan X3
pembelian
dan
kualitas
:Kualitas pelayanan
pelayanan
Y
Hasil
berpengaruh
:keputusan positif
pembelian
terhadap
keputusan
pembelian
Ginanjar
Sulistiyadi
2010
Pengaruh Kualitas
Produk
X1
:Kualitas Variabel
terhadap Produk
keputusan
Y
pembelian
pembelian
Kualitas
:Keputusan Produk
terhadap
suplemen Tianshi
keputusan
pada Stockist 412
pembelian
Bandung menurut
suplemen
persepsi pelanggan
berpengaruh
Positif
35
Atia Rizky 2009
Pengaruh Perilaku X1
:Perilaku Variabel
Setiana
konsumen
Putri
terhadap keputusan Y:
Abdullah,
pembelian sepeda pembelian
terhadap
S.Pd,
motor Honda
keputusan
konsumen
Kualitas
Keputusan Produk
M.M
pembelian
suplemen
berpengaruh
Positif
Bekti
Setiawati
2006
Pengaruh Kualitas X1:
Produk
Kualitas Kesimpulan
dan Produk
Promosi Terhadap X2 : Promosi
keputusan
Y
hasil penelitian
adalah
:Keputusan pengaruh
pembelian kerupuk Pembelian
positif
rambak
kualitas
“DWIJOYO”
Di
ada
antara
produk
Desa Penanggulan
promosi
KEC.PEGANDON
terhadap
KAB.KENDAL
keputusan
dan
pembelian
kerupuk
rambak
“DWIJOYO”
35
di
Desa
Penanggulan
Kec.
Brata
Manggala
2010
Analisa Sikap dan X1 : Sikap
Perilaku
X2
Konsumen
konsumen
terhadap minuman Y
isotonik
Hasil Variabel
:Perilaku Sikap
:
dan
perilaku
Kualitas konsumen
pocari Produk Isotonik terhadap
sweat
Pocari Sweat
Kualitas
Produk
minuman
isotonik Pocari
Sweat
berpengaruh
positif melalui
pengolahan
Data
data
menggunakan
rumus fishbein
35
2.3
Kerangka Konseptual
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Keputusan Pembelian
Perilaku Konsumen
- Budaya
- Sub Budaya
- Kelas Sosial
- Pribadi
- Gaya Hidup
- Psikologis
H1
Kualitas Produk
1. Performance
(kinerja),
2. Durability
Keputusan Pembelian
H3
(Daya Tahan)
3. Comformance
to
Spesification
4. Features
5. Reliability
2.4 6. Hipotesis
Penelitian
Aesthestics
7. Perceived
H2
Berdasarkan kerangkan pemikiran di atas, makan hipotesis untuk
penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :
H1
: Perilaku konsumen berpengaruh terhadap keputusan Pembelian pada
PT.Duta Computer
H2
:
Kualitas Produk berpengaruh terhadap keputusan Pembelian pada
PT.Duta Computer
H3
: Perilaku konsumen dan Kualitas Produk secara bersama-sama
berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada PT.Duta Computer
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Waktu & Tempat Penelitian
3.1.1
Waktu Penelitian
Bulan dan Minggu
No Kegiatan
1
2
Juni
Juli
II III IV
I
I
II III IV
Agustus
II
III
IV
I
II
September
III
IV
Pengajuan
judul
Pencarian
Data
3
Penyusunan
penelitian
4
Pembagian
Kuesioner
5
Bimbingan
penelitian
Penyelesaian
Tugas Akhir
6
Mei
3.1.1
Tempat Penelitian dan Objek Penelitian
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di PT.Duta Computer yang berlokasi di jalan
Laksamana Bintan , Kompleks Executive Centre Blok II No.1&2 ,Sei
Panas- Batam, lokasi tersebut dipilih karena mempunyai data atau
informasi yang diperlukan sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan
dalam
bab
35
terdahulu.
I
B. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data.
Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010: 13) mendefinisikan objek
penelitian sebagai berikut: “Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu
hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)."
Sedangkan menurut pengertian menurut Suharsmi Arikunto (2006: 29)
objek penelitian adalah : “Sesuatu yang merupakan inti dari problematika
penetian”. Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa objek
penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan
tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang mempunyai nilai, skor atau
ukuran yang berbeda. Objek penelitian merupakan sasaran untuk
mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan
secara objektif untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan
tertentu. Adapun objek penelitian yang penulis teliti adalah (1) Perilaku
Konsumen (2) Kualitas Produk (3) dan keputusan pembelian di PT.Duta
Computer.
35
36
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi
Menurut Sugiyono (2009: 115), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen dan produk
yang ada pada PT.Duta Computer , Populasi penelitian sebanyak 50 orang
konsumem yang terdiri dari 25 orang dari perusahaan yang ada di kawasan
indusrial Muka kuning dan 25 orang pribadi yang datang langsung ke kantor
PT.Duta Computer.
3.2.2
Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014 : 81) , sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tesebut. Sampel dalam
penelitian ini adalah konsumen di PT.DUTA COMPUTER, disini peneliti
mengambil 40 responden yang ada di Batam terdiri dari 20 responden yang
bekerja di perusaahan berlokasi di kawasan industri muka kuning dan 20
responden pribadi yang datang langsung pada PT.Duta Computer.
Disini peneliti menggunakan metode Purposive sampling, Peneliti
memilih menggunakan metode sampling ini adalah teknik untuk menentukan
sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu bertujuan agar data
yang diproleh nantinya bisa lebih memenuhi segala persyaratan
dibutuhkan meliputi : sifat-sifat, karakteristik, ciri dan kriteria,
yang
37
3.3
Jenis dan Sumber Data
Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran
tentang suatu keadaan. Informasi yang diperoleh memberikan keterangan,
gambaran atau fakta mengenai suatu persoalan dalam bentuk kategori huruf atau
bilangan.
3.3.1
Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama,
data primer ini dapat diperoleh dari hasil wawancara, atau hasil pengisian
kuesioner (Umar ,2010). Menurut Sugiyono (2014: 137), data primer
merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner
yang dibagikan kepada mahasiswa dan mahasiswi berisi tentang perilaku
konsumen, kualitas produk dan keputusan pembelian
3.3.2
Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara tidak langsung melalui media perantara (Deva Aprianti , 2010).
Menurut Sugiyono (2014: 137), data sekunder merupakan sumber data
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan riset
perpustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca buku, literatur,
catatan perkuliahan, artikel, jurnal dan data dari internet (Deva Aprianti,
2010).
38
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan , metode yang digunakan
peneliti adalah :
3.4.1
Kuesioner (Dafter Pertanyaan)
Menurut
Sugiyono
(2013),
kuesioner
merupakan
teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membagikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Sehubungan dalam penelitian ini, peneliti menyebarkan kuesioner
kepada konsumen sebagai responden yang dipilih.
Tabel 3.4.1 Pengukuran skala Likert dalam kuesioner
Jawaban
Skor
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Kurang Setuju
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
39
3.5
Instrumen Penelitian (kuantitatif dan deskriptif)
3.5.1
Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Suharsimi, 2006: 118). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini ada 2 (dua), yaitu
1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat dinyatakan dengan simbol Y. Variabel terikat yaitu
variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang
disebabkan oleh
variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat adalah Perilaku Konsumen PT. Duta Computer
2. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas dinyatakan dengan simbol X, yaitu terdiri dari perilaku
konsumen dan kualitas produk
1. Perilaku konsumen
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perilaku konsumen
adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi
memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide,
atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka
(Kotler dan Keller (2009: 166),
2. Kualitas Produk
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kualitas produk adalah
proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian,
40
pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan
jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan, indikator dari kualitas
produk menggunakan pendapat dari Kotler dan Armstrong (2006:
299)
Produk adalah kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk
melakukan fungsinya, itu termasuk beberapa daya tahan produk,
keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, dan atribut
bernilai lainnya.
3.5.2 Kisi-kisi dan Indikator
Kisi-kisi dan indikator dari penelitian ini dapat diuraikan seperti pada
tabel 3.5.2.1 di bawah ini.
Variabel
Indikator
Perilaku
1. Pengaruh Budaya
Konsumen
2. Kelas Sosial
Skala
Ordinal
3. Keluarga
4. Psikologis
Kualitas Produk
1. Performance (kinerja)
2. Feature (bagian – bagian tambahan dan
produk)
3. Realibility (kehandalan)
4. Conformance (Kesesuaian karakteristik
Ordinal
41
operasi produk-produk degan spesifikasi
tertentu atau tidak ada cacat produk)
5. Durability (Ketahanan)
6. Service Ability (ketahanan)
7. Estetika
Keputusan
1.Faktor Kebudayaan
Pembelian
2.Faktor Sosial
Ordinal
3.Faktor Pribadi
4.Faktor Psikologis
Gambar 3.3 Kisi-kisi dan Indikator
3.5.3 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 2006: 168). Suatu instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dalam mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Agar diperoleh kesahihan dan keterandalan
instrumen, dilakukan uji coba. Uji validitas instrumen menggunakan teknik uji
validitas internal yaitu menguji apakah terdapat kesesuaian antara bagian
instrumen secara keseluruhan. Analisis yang digunakan adalah analisis butir, yaitu
untuk menguji validitas setiap butir soal instrumen dengan cara mengkorelasikan
butir dengan skor total. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah
42
korelasi product moment, yaitu untuk melihat hubungan korelasi antara dua
variabel yaitu X dan Y, dengan rumus:
{ ∑
∑
∑ ∑
(∑ ) }{ ∑
(∑ ) }
Keterangan:
= koefisien korelasi X dan Y
Σ
= jumlah skor X
Σ
= jumlah skor Y
n
= jumlah responden
Σ
= jumlah skor X dan Y
Untuk menguji validitas instrumen dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menyampaikan uji coba ke seluruh responden
2. Mengelompokkan item-item dari jawaban ke dalam butir dan jumlah skor
total yang diperoleh dari masing-masing responden
3. Dari skor yang diperoleh kemudian dibuat tabel perhitungan validitas
4. Mengkorelasikan tiap butir skor dengan menggunakan rumus product
moment.
5. Uji signifikasi dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel.
Pada penampilan output SPSS pada Cronbach Alpha di kolom correlated
item-total correlation, jika rhitung lebih besar dari rtabel dan nilai positif
43
maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid atau layak
digunakan dalam pengambilan data.
Dalam rumus korelasi product moment dari Pearson, suatu indikator dikatakan
vaid apabila n = 40 dan
= 0,05 maka rtabel = 0,279.dengan ketentuan:
Hasil rhitung > rtabel (0,279.) = valid
Hasil rhitung < rtabel (0,279.) = tidak valid
3.5.4 Uji Reliabilitas
Realibitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut
sudah
baik
(Suharsimi,
2006:
178).
Sedangkan
pengujiannya
menggunakan rumus alpha, digunakan untuk mencari reabilitas instrumen yang
skornya bukan 1 dan 0, yaitu dengan rumus:
11 = (
1
)(1
∑
)
Keterangan:
r11
= reabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σ
= jumlah varians butir
= varians total
44
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2009: 45). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0,60.
3.6 Metode Analisa Data
3.6.1 Analisa Deskriptif Presentatif
Metode analisa deskriptif presentatif kuantitatif digunakan untuk mengkaji
variabel-variabel yang ada pada penelitian ini yang terdiri dari disiplin, kepuasan
kerja, dan kinerja karyawan. Metode ini menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solutions) versi 20.
3.6.2 Analisa Regresi Linier Berganda
Analisa regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat yaitu antara variabel disiplin (X1), dan
kepuasan (X2) terhadap variabel kinerja karyawan (Y). Dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2007: 381):
Y = a + b1X1 + … + bnXn
Y = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn
Keterangan:
Y
= Keputusan Pembelian
45
X1
= Perilaku Konsumen
X2
= Kualitas Produk
a
= bilangan konstanta
b1
= koefisien regresi Perilaku Konsumen
b2
= koefisien regresi Kualitas Produk
3.6.3 Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan (uji F) ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel dependen
(keputusan pembelian) terhadap variabel independen (perilaku konsumen dan
kualitas produk) secara bersama-sama (simultan) dengan tingkat signifikan yang
digunakan sebesar α = 5% dan df (k:n-k-1). Alasan penggunaan taraf kesalahan
5% karena dalam penelitian ini mencakup tentang perilaku manusia sehingga
dimungkinkan bahwa setiap responden mempunyai tingkat pendapat yang
berbeda-beda sesuai dengan tingkat kepercayaan masing-masing.
Kaidah pengambilan keputusan dalam uji F menggunakan SPSS adalah:
1. Apabila probabilitas signifikasi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
2. Apabila probabilitas signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima
3.6.4 Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen (disiplin dan kepuasan kerja) terhadap variabel dependen
46
(kinerja karyawan). Kaidah pengambilan keputusan dalam uji t dengan
menggunakan SPSS adalah:
1. Apabila probabilitas signifikasi > 0,05, maka Ho diterima (variance sama)
2. Apabila probabilitas signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak (variance
berbeda)
3.6.5 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi adalah dimaksudkan untuk mengetahui
besarnya hubungan atau pengaruh variabel independen (perilaku konsumen dan
kualitas Produk) terhadap variabel dependen (keputusan pembelian). Semakin
besar nilai determinasi maka semakin besar varian sumbangan terhadap variabel
terikatnya. Koefisien determinasi yang digunakan adalah nilai R2. Rumusnya
adalah:
n = R2
Keterangan:
R2
= koefisien determinasi
n
= jumlah sampel
3.7 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi yang
digunakan dalam penelitian baik atau tidak. Uji asumsi klasik terdiri dari uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
47
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residu (perbedaan
yang ada) yang diteliti memiliki distribusi normal atau tidak normal. Nilai residu
yang normal akan membentuk sebuah kurva yang jika digambarkan akan
berbentuk lonceng, bell-sharped curve (Wibowo, 2012: 61).
Bagi peneliti yang perlu diperhatikan adalah bahwa uji ini dilakukan jika data
memiliki skala ordinal, interval maupun rasio dan menggunakan parametric dalam
analisisnya. Jika data tidak terdistribusi normal dan jumlah sampel kecil kemudian
jenis data nominal atau ordinal maka metode analisis yang paling sesuai adalah
statistic non-parametrik. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan
Histogram Regression Residual yang sudah distandarkan, analisis Chi Square dan
juga menggunakan nilai Kolmogorov-Smirnov. Kurva nilai residual terstandarisasi
dikatakan normal jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z < Ztabel, atau menggunakan
nilai Probability Sig (2 tailed) >  ; sig > 0,05.
Namun demikian untuk lebih meyakinkan lagi bahwa data benar-benar
memiliki distribusi normal ada baiknya perlu diuji lagi dengan menggunakan
pendekatan numeric, yaitu mengambil keputusan berdasarkan besaran nilai
kuantitatif
yang diperbandingkan. Uji ini diperlukan untuk menghindari
keputusan yang bisa jadi menyesatkan jika peneliti hanya mengutamakan
pendekatan gambar dan grafik (Wibowo, 2012: 69).
48
3.7.2 Uji Multikolinearitas
Di dalam persamaan regresi tidak boleh terjadi multikolinearitas, maksudnya
tidak boleh ada korelasi atau hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna
antara variabel bebas yang membentuk persamaan tersebut. Jika pada model
persamaan tersebut terjadi gejala multikolinearitas itu berarti sesama variabel
bebasnya terjadi korelasi.
Gejala multikolinearitas dapat diketahui melalui uji yang dapat mendeteksi
dan menguji apakah persamaan yang dibentuk terjadi gejala multikolinearitas.
Salah satu cara dari beberapa cara untuk mendeteksi gejala multikolinearitas
adalah dengan menggunakan atau melihat tool uji yang disebut Variance Inflation
Factor (VIF).
Caranya adalah dengan melihat nilai masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikatnya. Pedoman dalam melihat apakah suatu variabel bebas memiliki
korelasi dengan variabel bebas yang lain dapat dilihat berdasarkan nilai VIF
tersebut. Menurut Wibowo (2012: 87) jika nilai VIF kurang dari 10, itu
menunjukkan model tidak terdapat gejala multikolinearitas, artinya tidak terdapat
hubungan antara variabel bebas.
Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan mengorelasikan antar
variabel bebasnya, bila nilai koefisien korelasi antar variabel bebasnya tidak lebih
besar dari 0,5 maka dapat ditarik kesimpulan metode persamaan tersebut tidak
mengandung multikolinearitas (Wibowo, 2012: 87-88).
49
3.7.3 Uji Heteroskedastisitas
Suatu model dikatakan memiliki masalah heteroskedastisitas itu berarti ada
atau terdapat varian variabel dalam model yang tidak sama. Gejala ini dapat pula
diartikan bahwa dalam model terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada
pengamatan model regresi tersebut. Uji heteroskedastisitas diperlukan untuk
menguji ada tidaknya gejala ini. Untuk melakukan uji tersebut ada beberapa
metode yang dapat digunakan, misalnya metode Barlet dan Rank Spearman atau
Uji Spearman’s rho, metode grafik Park Gleyser. Uji heteroskedastisitas akan
digunakan dengan pengujian menggunakan grafik (Wibowo, 2012: 93). Uji
heteroskedastsitas pada penelitian ini akan menggunakan metode grafik
scatterplot di mana data dinyatakan normal apabila titik-titik pada grafik
menyebar dan tidak berkumpul pada satu area saja.
3.7.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, makan dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data
runtut waktu (time series). Pengujian dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW)
(Ghozali, 2006: 95).
2
Download