7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Kelompok Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Kelompok
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri
seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi
tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu
proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan,
konperensi
dan
sebagainya
dan
Pakar
komunikasi
Michael
Burgoon
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara
tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi
informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya
dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk
mencapai sebuah tujuan kelompok1.
1
Anwar Arifin. Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Armico. Bandung . 1984. Hal 62
7
8
Menurut Dedy Mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu
keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi,
karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi
komunikasi kelompok.2
Komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga individu atau
lebih dengan tujuan yang sudah diketahui sebelumnya seperti berbagai informasi,
pemeliharaan diri, pemecahan masalah, yang anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota kelompok lainnya dengan tepat.
Komunikasi kelompok terdapat berbagai informasi, pemecahan masalah, menjaga
hubungan antar anggota. Seorang anggota kelompok bila telah bergantung dengan
kelompok ia bukan sosok individu melainkan bagian dari kelompoknya.3
Teori
Perbandingan
Sosial
menjelaskan
bahwa
kita
selalu
membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita dengan kelompok
lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai dari status
sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya.
Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau
lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi
kita di mata orang lain dan masyarakat.
2
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005 Hal
46
3
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 2005. Hal 107
9
Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita
menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Prasangka
terlahir ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok
Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam
prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif
setara prasangka yang ada kurang kuat. Para sosiolog menyebutkan bahwa
prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang didasarkan
distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak seimbang diantara
kelompok-kelompok yang bertentangan4
Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat
tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat
tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya
menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang
melalui proses kerja sistem syaraf manusia. Pesan yang telah terbentuk ini
kemudian disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak
langsung.
Bentuk dan mengirim pesan dari seseorang kepada seorang yang lainnya
dan dari kelompok ke kelompok lainnya akan menimbulkan proses dimaana akan
menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini
kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah
diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari
orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan
4
Richard West dan Lynn H, Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Salemba
Humanika. Jakarta. 2008
10
membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke–empat tindakan ini
akan terus-menerus terjadi secara berulang-ulang baik secara sadar maupun tidak
sadar.
Film merupakan produk dari ilmu komunikasi yang memberikan
keterangan yang amat jelas kepada penonton atau khlayak untuk mengikuti isi
dari film tersebut sebagaimana pembuat film itu ingin mentransfer beberapa
informasi, pengetahuan, menyingkap peran dan lainnya sehingga khlayak mampu
mencerna isi film untuk menimbulkan berbagai macam aspek seperti sugesti,
pendapat, keinginan dan pengertian masing-masing individu.
2.2
Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep
yang idaak dapat dipisahkan, harus dicatat bahwa studi komunikasi antar budaya
adalah
studi
yang
menekankan
pada
efek
kebudayaan
terhadap
komunikasi.Orang-orang memandang dunia budaya dan komunikasi mempunyai
hubungan yang sangat erat. Orang berkomunikasi sesuai dengan budaya yang
dimilikinya. Kapan, dengan siapa, berapa banyak hal yang dikomunikasikan
sangat bergantung pada budaya dari orang-orang yang berinteraksi.
Komunikasi antar budaya merupakan komunikasi yang berlangsung dalam
suatu budaya yang sama dengan bahasa yang sama dengan bahasa daerah yang
sama. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah
11
yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.5
menjelaskan komunikasi antar budaya sebagai Komunikasi antarbudaya
merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis,
bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya dan
merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang
disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh
dua orang yang berbeda latar belakang budayanya6
2.3
Komunikasi Multi Etnis
Sebenarnya secara luas pembahasan Komunikasi Multi Etnis ini sangat
belum populer di masyarakat dan masih sedikit peneliti yang tergerak untuk
melebarkan sayapnya supaya konsep dan isi dari multi etnis ini bisa dilihat banyak
orang serta dapat dimengerti makna yang terkandung dari sebuah perbedaan
dalam etnis di suatu daerah.
Makna adalah hasil komunikasi yang penting dan dari sebuah makna yang
kita miliki adalah hasil interaksi kita dengan orang lain. Kita menggunakan makna
untuk menginterpretasikan peristiwa disekitar kita. Interpretasi merupakan proses
internal dalam diri kita. Kita harus memilih, memeriksa, menyimpan,
mengelompokkan dan mengirim makna sesuai dengan situasi dimana kita berada.
5
Soerjono Soekamto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2007. Hal
:150
6
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Djambatan. 2002. Hal : 119
12
Itulah betapa pentingnya penyatuan makna dalam kehidupan masyarakat yang
Multi Etnis. 7
Komunikasi Multi Etnis menerapkan definisi dimana adanya aturan dan
terapan yang memperlihatkan suatu hubungan yang baik antar etnis di suatu
daerah untuk membentuk relasi yang baru atau sudah dimulai dengan
menghadirkan sikap toleransi, tenggang rasa dan perdamaian untuk menyatukan
perbedaan dan menjauhkan konflik.
2.4
Pengertian dan Penjelasan Komunikasi Menurut Para Ahli
Pengertian komunikasi menurut para ahli Pendapat dari Soewarno
Handaya Ningrat: Komunikasi adalah proses interaksi atau hubungansaling
pengertian satu sama lain antara sesame manusia. Proses interaksi atau hubungan
satu sama lain yang dikehendaki oleh seorang dengan maksud agar dapat diterima
dan dimengertiantara sesamanya. 8
Pendapat dari Hani Handoko: Komunikasi adalah proses pemindahan
pengertian dalambentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.
Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang
digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus tidak
hanya memerlukan transmisi data, tetapi bahwa tergantug padaketrampilanketramilan tertentu untuk membuat sukses pertukaran informasi. 9
7
Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid. Teori Komunikasi massa. Jakarta. Gholia
Indonesia. 2010. Hal 128
8
Soewarno Handaya Ningrat. Pengantar Ilmu Studi Dan Manajemen.CV HajiMasagung, Jakarta,
1980, hal 94
9
Hani Handoko,Manajemen, BPFE Yogyakarta, 1986, hal 272
13
Pendapat dari Sukanto Reksodiprojo: Komunikasi adalah usah mendorong
orang lain untukmenginterprestasikan pendapat seerti apa yang dikehendaki oleh
orang yang mempunyai pendapat tersebut serta diharapkan diperoleh titik
kesamaan untuk pengertian. 10
Adapun Komunikasi menglingkupi fenomena-fenomena yang terjadi di
masyarakat yang kemudian oleh para sinematografer didedikasikan dalam bentuk
film dimana beberapa diantara film-film tersebut merupakan kisah nyata dan
sejarah. Penjelasan secara lengkapnya terdapat bentuk-bentuk komunikasi,
bentuk-bentuk komunikasi pada sebuah film merupakan komunikasi Massa.
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan,
yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat,
anonym, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara
cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).11 Komunikasi
antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga
dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.12
Wright mengemukakan definisinya tentang komunikasi massa sebagai
berikut: “This new form can be distinguished from older types by the following
major characteristic: it is directed toward relatively large, heterogeneus, and
anonymous audiences; messages aretransmitted publicly, often-times to reach
10
11
12
Sukanto Reksohadiprojo. Organisasi perusahaan, Edisi 11, BPFE, Yogyakarta, 1986, hal 176
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosda Karya, 2009. Hal 49
Ibid, hal. 232
14
most audience member simultaneously, and are transeint in character; the
communicator tends to be, or to operate whitin, a complex organization thet may
involve great expense”
Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corakcorak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan
pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan
secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak,
bersifat sekilas (khusus untuk media elektronik, seperti siaran radio siaran, televisi
dan film).13
Menurut
Gerbner
Definisi
komunikasi
massa
yang
lebih
rinci
dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gerbner
(1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based
production and distribution of the most broadly shared continous flow of
messages in industrial societes”. (Komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu
serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat indonesia
Dari definisi
Gerbner
tergambar
bahwa
komunikasi
massa
itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam
jarak waktu yang tetap,. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh
perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi
13
Rakhmat seperti yang dikutip dalam Komala, dalam Karlinah. 1999.
15
tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat
industri contohnya produksi film.14
2.4.1 Peranan Komunikasi
Dominick (2000) mengatakan bahwa dalam melihat fungsi dan kegunaan
komunikasi massa, perlu dilakukan dua bentuk analisis, yakni analisis makro
(wide-angel lens) dan analisis mikro (close-up lens). Kedua metode ini, baik
analisis makro maupun analisis mikro, kadangkala memiliki hasil yang sama pada
khalayak dalam menyerap informasi yang disampaiakan media massa. Tetapi
tidak berarti khalayak memiliki kesamaan dalam menggunakan media massa. Hal
ini yang sering tidak diantisipasi oleh para komunikator massa.
Berbicara tentang wide-angel lens atau wide-angel view (sudut pandang
yang lebih luas), Gamble dan Gambie (2001) mengatakan, sejak lahir sampai
meninggal, semua bentuk komunikasi memainkan peranan dan menjadi bagian
yang menyatu dalam kehidupan manusia. Apapun pekerjaan, kegiatan atau waktu
luang seseorang, komunikasi merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan
dalam kehidupan mereka.bila kita menganalisis bagaimana orang-orang
menghabiskan waktu luang dari waktu kesehariannya dalam bekerja, maka
sebagian besar aktifitas mereka dihabiskan untuk berkomunikasi.15
14
15
Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karnilah, dkk.1999.
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlina, Komunikasi Suatu Pengantar, hal.12-13
16
2.5
Sejarah Film
2.5.1 Definisi Film
Film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat
gambar negatif (yang akan dibuat potret), Secara harfiah film (sinema) adalah
cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya),
dan graphie atau grhap (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis
gerak dengan cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya maka harus
menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera.
Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya
yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan
dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya16
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastikyang
dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut Selluloid.
Dalam bidang fotografi film, ini menjadi media yang dominan digunakan untuk
menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa.
Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media
digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang Sinematografi
perihal media penyimpanan ini telah mengalami perkembangan yang pesat.
16
Rizki Pria Perdana. http://www.academia.edu/4498034/JURNAL. Jurnal Ilmiah Diakses pada
tanggal 12 Desember 2013.
17
Berturut-turut dikenal media penyimpanan Selluloid (film), pita analaog, dan yang
terakhir media digital (pita, cakram, memori chip).
Kehadiran film merupakan respon terhadap “Penemuan” waktu luang di
luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati unsur budaya yang
sebelumnya telah dinikmati oleh orang-orang yang berbeda di”atas” mereka
dengan demikian, jika ditinjau dari segi perkembangan fenomenalnya akan
terbukti bahwa peran yang dimainkan oleh film dalam memenuhi kebutuhan
tersembunyi memang sangat besar. Bukanlah unsur teknologi dan iklim sosial
yang paling penting. Melainkan kebutuhan yang dipenuhi oleh film bagi suatu
kelas sosial tertentu (kelas sosial pekerja dan buruh rendah di kota). Unsur-unsur
itu pulalah yang mendorong lahirnya surat kabar, kendatipun kebutuhan yang
dipenuhi dan kelas sosialnya bebeda.17
Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang
memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan
manusia untuk melihat sebuah cerita yang dijadikan obyek bergerak. Kebanyakan
orang bisa merekam gambar bergerak dengan baik tetapi kurang mampu membuat
obyek bergerak itu menjadi satu-kesatuan karya yang menggabungkan teknik
kamera, cerita dari adegan, proses pengerjaan dan editing yang dipadu padankan
menjadi karya seni yaitu film yang bisa dinikmati bersama-sama.
Film
dijadikan
manusia
sebagai
sarana
hiburan
yang
sangat
menyenangkan dikala waktu sengang dan bisa juga dijadikan pembelajaran
sampai penelitian yang berguna untuk dunia pendidikan dan dunia-dunia lainnya.
17
Denis Mc Quail. Teori Komunikasi Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta. 1987. Hal 13
18
Film sebagai karya seni yang menarik karena merupakan potret kecil kehidupan
yang diceritakan dalam bentuk gambar audio visual sehingga banyak orang akan
lebih respect memperhatikan film dibanding membaca dan mendengarkan cerita
saja.
2.5.2 Sejarah Film
Film atau Motion Pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsipprinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada
publik Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan film The
Great Train Robbery yang dibuat oleh S,Porter pada tahun 1903.18
Pada dasarnya film merupakan alat audio visual yang menarik perhatian
orang banyak, karena dalam film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga
adanya sejumlah kombinasi antara suara, tata warna dan costum.
Pada abad ke 19 merupakan awal perjalanan film. Segala bentuk visual
berkembang sangat pesat dan menjadi budaya popular pada masa itu setelah sudah
banyak perkembangan dunia fotografi yang menjadi kebutuhan bagi banyak
masyarakat didunia. Dalam sejarah perkembangan film dimulai oleh bangsa Eropa
mempunyai peran vital hingga industry film bisa menjadi secanggih era sekarang.
Germans Max dan Emil Skaldonowsy adalah dua bersaudara yang
berpengaruh dalam pengembangan rol selulosa menggunakan proyektor. Pada 1
November 1895, mereka mempertunjukan film berdurasi 15 menit pada sebuah
18
Hiebert, Ungurait, Bohn, Komunikasi Massa Suatu Pengantar. PT Grafindo. 1975. Hal :246
19
teater di Berlin. Kemudian di tahun 1897, mereka tur mengelilingi Eropa. Tapi
sayangnya mereka berdua tidak bisa mendirikan perusahaan produksi yang stabil.
Dua orang bersaudara lainya adalah Lumiere bersaudara yaitu Louis dan
Aguste. Dua bersaudara ini medirikan perusahaan bernama Lumiére Fréres di
Lyon Perancis, sebagai salah satu perusahaan terbesar dalam memproduksi plat
fotografi. Mereka menemukan sistem proyektor yang membuat bioskop mampu
meluas secara internasional. Pada tahun 1894, mereka mendesain kamera mungil
yang elegan Cinématographe yang menggunakan 35 mm rol selulosa, dan
mekanika intermiten yang logika kerjanya seperti mesin jahit. Oktober 1894
Kinestoscope buatan Edison menjalani pemutaran perdana filmnya di Inggris.
Akhirnya pada 22 Maret 1895 mereka berhasil menampilkan film “Workers
Leaving The Factory” di gedung Société d’Encouragement á l’Industrie Nationale
di Paris.
Tokoh berikutnya dalah R.W.Paul. R.W.Paul membuat perlatan ekstra
untuk alat Kinestoscope. karena alat tersebut tidak dipatenkan di luar AS, maka
Paul bisa dengan bebas menduplikasi Kinestoscope. Maret 1895, Paul dan
partnernya Birt Acres memiliki kamera fungsional. Tapi partner ini terpecah,
karena Paul lebih berkonsentrasi mengembangkan kamera sedangkan Acres
mengembangkan proyektor. Itulah sejarah film dari awal permulaan munculnya.19
19
http://moviefren.blogspot.com/2013/04/sejarah-perkembangan-film-part-ii.html diakses pada
tanggal 28 september 2013
20
2.5.3 Perkembangan Film Indie di Indonesia
Indie berasal dari kata independent maka Film Indie merupakan karya film
yang dibuat tanpa dibawah naungan badan usaha resmi (PT or CV) dan dananya
dari perseorangan atau sekelompok orang yang memiliki ide kreatif yang ingin
dituangkan dalam bentuk gambar bergerak tanpa adanya suatu perusahaan resmi
yang ikut campur didalamnya dan memiliki tujuan tertentu dari masing-masing
individu untuk menghasilkan karya orisinil hasil pemikirin independen atau
ideologi pribadi. Film indie tidak ditentukan berdasarkan durasi atau lama waktu
pemutarannya sehingga biasanya film indie memiliki ciri khasnya masing-masing
dengan kreatifitas yang out the box20 juga pastinya.
Dalam buku Ketika Film Pendek Bersosialisasi, Gotot Prakoso banyak
memberikan gambaran sejarah dan perkembangan film independen di Indonesia
yang oleh Gotot disebutnya sebagai film pendek. Bagi Gotot, film pendek
merupakan film yang durasinya pendek, tetapi dengan kependekan waktu tersebut
para pembuatnya semestinya bisa lebih selektif mengungkapkan materi yang
ditampilkan. Dengan demikian, setiap ‘shot’ akan memiliki makna yang cukup
besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Ketika pembuat film terjebak ingin
mengungkapkan cerita saja, film pendek seperti ini akan menjadi film panjang
yang dipendekkan karena hanya terikat oleh waktu yang pendek. Menurut Gotot,
sejarah pergerakan film pendek Indonesia diisi dengan penggalan-penggalan
peristiwa. Berbagai peristiwa itu menandai suatu usaha yang sekaligus memberi
perlawanan terhadap situasi perkembangan film Indonesia secara utuh.
20
Out The Box adalah cara pandang untuk menilai dan melihat sesuatu bukan hanya dari satu sisi
tetapi harus cover both side. Atau mungkin seharusnya bukan hanya dari dua sisi, tapi dari
berbagai sisi juga sehingga terbentuk kreatifitas yang menakjubkan
21
Film independen juga biasanya tidak dipatok dengan durasi seperti
kebanyakan film mayor. Dalam beberapa event festival indie, sering film-film
yang dikirimkan tidak berdurasi lama, tetapi masa tayangnya hanya sekitar 10-25
menit. Mengapa demikian? Film independen tidak melibatkan pemodal yang kuat
sehingga untuk memproduksinya tidak harus menunggu dana cair dari seorang
konglomerat atau pengusaha. Bagi penggiat film indie, jika mereka mempunyai
dana untuk membeli kaset, makan dan minum selama produksi hingga editingnya
saja, dirasakan sudah cukup. Pemainnya terkadang tidak dibayar dan alat yang
digunakan juga tidak harus menggunakan movie camera atau kamera Supercam
VHS, betacam, atau kamera digital yang kini lagi ngetren. Terkadang dengan
camera handycam pun jadi.
Jika diamati, ternyata banyak film independen kita yang sudah berjaya di
luar negeri. Sebut saja, misalnya, film Revolusi Harapan karya Nanang Istiabudhi
yang mendapatkan Gold Medal untuk kategori Amateur dalam The 39th Brno
Sexten International Competition of Non-Comercial Featur and Video di Republik
Cekoslovakia (1998). Juga film Novi garapan Asep Kusdinar masuk nominasi
dalam Festival Film Henry Langlois, Perancis (1998).
22
2.5.4 Film Pendek dan Film Dokumenter
Film Pendek didefinisikan oelh Robert Flaherty sebagai “Karya ciptaan
mengenai kenyataan” (Creative Treatment of Actuality). Berbeda dengan film
berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film pendek (dokumenter)
merupakan hasil interpretasi pribadi/pembuatnya mengenai kenyataan tersebut.
Seperti pada Film “Tanggal Merah” LA Lights Indie Movie yang dimana
pembuatnya menceritakan kisah sesungguhnya terjadi dengan menerapkan
kejadian yang dialami oleh tokoh dalam cerita yang ia angkat. Dengan cara inilah
menjadikan Film Pendek (Dokumenter) terkesan nyata tanpa dibuat-buat untuk
memberikan pengetahuan dan pengertian sejelas-jelasnya pada khalayak yang
menontonnya.
2.6
Pluralisme Masyarakat Indonesia
2.6.1 Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia
Istilah “orang Tionghoa “ merupakan perdebatannya hingga kini dan terus
berlanjut. Relasi kekuasaan dalam konteks penjulukan yang ditunjukkan pada
orang tionghoa telah dijadikan politik identitas. Politik identitas telah terjadi pada
zaman penjajahan Belanda.Sebutan Cina berasal dari bahasa Belanda Chi’na yang
mengacu pada Cina kunciran. Istilah cina mengandung arti yang merendahkan,
dan dianggap oleh orang yang bersangkutan sebagai sebutan yang bersifat
menghina dan meremehkan. 21
21
Meij Sing Lim. Ruang Sosial Baru Perempuan Tionghoa. Jakarta . Yayasan Obor
Indonesia. 2009. Hal: 6
23
Orang Tionghoa bukan merupakan kelompok homogen. Dari sudut
kebudayaan, mereka pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu mereka yang disebut dengan peranakan dan totok. Penggolongan
tersebut bukan hanya berdasarkan kelahiran saja, artinya : orang peranakan itu,
bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di Indonesia,hasil perkawinan campuran
antara orang Tionghoa dengan orang Indonesia, sedangkan orang Totok bukan
hanya orang Tionghoa yang lahir di Negara Tionghoa. Penggolongan tersebut
juga menyangkut soal derajat penyesuaian dan akulturasi dari para perantau
Tionghoa itu terhadap kebudayaan Indonesia yang ada di sekitarnya, sedangkan
derajat akulturasi itu tergantung kepada jumlah generasi para perantau itu telah
berada di Indonesia dan kepada intensitet perkawinan campuran yang telah terjadi
di antara para perantau itu dengan orang Indonesia. Orang peranakan berasal dari
suku bangsa Hokkien, mereka berasal dari propinsi Fukien bagian selatan.
Sedangkan orang totok berasal dari suku bangsa Hakka dan mereka tinggal di
propinsi Kwantung22
2.6.2 Definisi Pluralisme
Pluralisme adalah paham kemajemukan. Dalam rangka membentuk
masyarakat beragama yang rukun dan damai, para ahli banyak menekankan
tentang pluralisme. Paham ini menitik beratkan pada aspek persamaan termasuk
dalam hal agama, ras dan kebudayaan itu sama.
22
Leo Suryadinata. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta. Grafitipers. 2004. Hal : 17
24
Sebenarnya paham pluralisme merupakan paham yang sudah cukup lama.
Paham ini muncul bersamaan dengan modernisasi negara-negara Barat. Dengan
kata lain, paham ini pada awalnya muncul dari belahan dunia Barat, yakni Eropa.
Dalam paham pluralisme di Indonesia terdapat berbagai macam kemajemukkan
dalam masyarakat, menurut beberapa ahli perlu pembenahan masyrakat yang
berbeda latar belakang ini menjadi masyarakat multikultural yang saling
menghargai kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda dengan cara mengadopsi
ideologi-ideologi multikulturalisme sebagai pedoman hidup dan sebagai
keyakinan bangsa Indonesia untuk diaplikasikan dalam berbagai aspek sosial.
Persoalan ini di Indonesia tidak hanya sebatas pada pengakuan tentang
adanya perbedaan dalam masyarakat tetapi lebih dari itu, yaitu melegitimasi
perbedaan-perbedaan tersebut agar dapat diterima sehingga terciptanya keadilan
sosial. Sebenarnya yang terjadi di Indonesia seharusnya semua kelompok maupun
individu sosial diberi kesempatan yang sama untuk berkembang, namun hal ini
tidak seiring dengan pembangunan infrastruktur maupun kebijakan publik yang
merata di setiap daerah maupun jenjang sosial. Menurut Parsudi Suparlan (2002)
akar kata dari multikulturalisme dan Pluralisme adalah kebudayaan, yaitu
kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan
manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah
membentuk
suatu
ideologi
yang
disebut
multikulturalisme.
Konsep
multikulturalisme dan Plularisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep
keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi
ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman
25
kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan mengenai multikulturalisme mau tidak
mau akan mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu
politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan
berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip
etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.23
2.6.3
Pluralisme Bagi Warga Etnis Tionghoa di Indonesia
Negara Indonesia meruapakan negara yang paling tengah diantara seluruh
negara lainnya didunia, dimana kebanyakan terdapat pulau dengan lautan yang
mengelilinginya beserta iklim tropis yang tentram.Maka tidak heran Indonesia
menjadi negara imigran yang paling beragam didunia ini termasuk bangsa cina
yang berimigrasi ke Indonesia sejaka abad masa lampau, bahkan sejak berdirinya
kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Indonesia yang beragam suku, budaya, etnis,
dan agama inilah menjadikan Indonesia sebagai negara yang majemuk. Sebagai
negara Majemuk sudah dilhamkan oleh Mahapati Gajah Mada dengan sumpahnya
yang terkenal yaitu Sumpah Palapa yang dimaksudkan untuk menyatukan seluruh
nusantara dengan keanekaragamannya.
Inilah permulaan Bangsa Cina mendarat di Indonesia pada abad ke 5, di
pesisir pantai Jawa Timur. Mereka adalah pedagang yg berlayar untuk mencari
rempah-rempah dan kemudian karena satu dan lain hal, mereka menetap di
Indonesia dan berasimilasi dengan penduduk setempat. Mereka merupakan
23
http://filsufgaul.wordpress.com/2012/03/07/implementasi-konsep-multikulturalisme-danpluralisme-di-indonesia/ diakses pada tanggal 30 september 2013
26
pendatang yang berketurunan sampai sekarang dan sudah menjadi warga negara
Indonesia seutuhnya.
Pada Zaman Kolonial Belanda, tahun 1680, para pedagang Tionghoa
memegang peranan penting dalam perekonomian di Batavia. Bahkan usaha
penjajah untuk memonopoli pun terhambat dan mereka terpaksa berbisnis dengan
para pedagang Tionghoa tersebut. Akibatnya, penjajah merasa terancam karena
keberadaan orang Tionghoa secara tidak langsung menyokong kehidupan pribumi
di Indonesia dan jika orang Tionghoa dan pribumi bersatu untuk melawan para
penjajah,dengan persatuan inilah membuat penjajah kewalahan. Karena itulah,
para penjajah berusaha mengadu domba pribumi dan orang Tionghoa dan mereka
berhasil. Akibatnya pergejolakan itulah yang membuat sampai saat ini masih ada
rasa perbedaan walaupun kita semua sudah menjadi satu kesatuan yaitu Warga
Negara Indonesia.
Karena begitu banyak gunjingan yang terjadi maka hal-hal ketidakadilan
muncul diantara warga Pribumi dengan warga Tionghoa yang menjadi warga
negara Indonesia diantaranya seperti di Film Pendek “Tanggal Merah” karya anak
bangsa yang mengangkat kisah nyata dimana warga Tionghoa yang bertempat
tinggal di Indonesia tidak mendapat hak yang sama dihadapan negara untuk
menikmati kebudayaannya masing-masing.
Film pendek “Tanggal merah” menceritakan tentang kehidupan di
Indonesia yang kurang menghargai adanya Pluralisme dimana sesama warga
Indonesia harus saling bertengang rasa dan bertoleransi akan kebudayaan yang
dijalankan. Warga keturunan Tionghoa setiap tahunnya pasti merayakan Imlek
27
yang merupakan hari yang ditunggu untuk berkumpul bersama. Imlek dalam
sejarahnya adalah sebuah perayaan tahun baru bagi umat Tionghoa. Perayaan ini
juga disebut sebagai Perayaan Musim Semi atau (Chung Chie) atau Khua nien.
Perayaan ini diiringi ritual bernama La (hari terakhir dalam satu tahun pada saat
panen raya sudah dirampungkan dan sebagai ungkapan rasa syukur, orang
Chinese (Tionghoa) memberikan sesaji kepada para dewa dan leluhur) bagi yang
beragama Kong fu chu24. Tujuan utama dari Imlek adalah sama seperti Idul Fitri
yaitu merayakan hari kemenangan dan berkumpul dengan sanak saudara.
Film pendek” Tanggal Merah” sebenarnya menyindir praktek pluralisme
yang pudar saat zaman orde baru. Orde baru sangatlah kurang bersahabat dengan
warga berketurunan Tionghoa karena hari besar Imlek tidak dijadikan hari libur.
Lebih parahnya lagi dalam cerita film pendek ”Tanggal Merah” bercerita bahwa
bagi warga Tionghoa yang bekerja di instansi pemerintah dan swasta tidak
diberlakukan libur, ini merupakan pukulan berat dimana negara kita yang
berazaskan Pancasila terutama sila ke-lima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”.
Zaman sudah berubah dan sekarang kita berada di era demokrasi, dengan
hidupnya kembali Pluralisme antar sesama warga negara Indonesia yang dimulai
dari Ketokohan mantan bapak Presiden kita Gus Dur dalam perbincangan dunia
pluralisme dan multikulturalisme tentu saja tidak terlepas dari peran Beliau di
24
Kong Fu Chu merupakan agama yang mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama
manusia atau disebut “Ren Dao” dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang
Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah “Tian” atau “Shang Di”.
Dimana Filsafat Cina kuno sbagai pedomannya
28
dalam dialog dan praksis relasi antar umat beragama, relasi antar suku, dan etnis
di dalam kehidupan masyarakat secara umum.
Gus Dur mengajarkan kepada kita bahwa agama, budaya dan kemanusiaan
adalah hal-hal yang menyatu di dalam diri manusia. Tidak ada yang boleh untuk
saling mengalahkan. Atas nama agama, budaya dan kemanusian kemudian
merendahkan kemanusiaan dan atas nama kemanusiaan lalu merendahkan sesama
yang memeluknya. Semuanya adalah sesuatu yang sistemik dan holistik.
Beragama dan berbudaya yang benar adalah menjunjung tinggi derajat
kemanusiaan dan berkemanusiaan yang benar adalah yang didasari oleh
keyakinan agama yang benar. Jadi, relasi antara agama, budaya dan kemanusiaan
bukanlah saling menihilkan tetapi saling menguatkan dan mengisi25.
Kekuatan-kekuatan demokratisasi di Indonesia sekarang dikonfrontasikan
dengan tugas yang tak terelakkan untuk membangun suatu masyarakat Pluralis
dan demokratis berdasarkan pengakuan yang benar dan dialog yang jujur diantara
beberapa pengamat politik di Indonesia. Melihat catatan sejarah dan berlanjutnya
konflik agama dan kebudayaan di Indonesia, sangatlah menggoda untuk
mengatakan bahwa Pluralisme agama dan budaya merupakan sebuah harmoni
yang merupakan bangunan-bangunan artifisial dan bahwa,jika diberi kebebasan
kepada seluruh agama kebudayaan termasuk etnis chinese yang memiliki agama
dan kebudayaan yang erat dengan nenek moyang mereka akan terus meminta
perjuangan dalam kekuasaan politik serta mencari balasan atas kesalahankesalahan yang terjadi di masa lalu.
25
Gatot Suhirman. Pluralisme Agama dalam Perspektif Para Madina dan Mui. Jurnal Skripsi
Syari’ah. 2008. Hal 114 diakses pada tanggal 24 februari 2014
29
Perlunya
sebuah
dialog
sosial
untuk
memperjuangkan
dan
mengaspirasikan diri di Indonesia untuk bisa saling menghargai dan bertoleransi
seperti adanya melalui sebuah aksi nyata seperti pembuatan Film Pendek
“Tanggal Merah” yang membuka aspirasi kepada khalayak semua untuk
menjunjung tinggi sebuah toleransi umat beragama seperti yang terkandung dalam
“Bhineka Tunggal Ika” dan Pancasila.
2.7
Studi Kasus
Studi kasus adalah ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan
tentang realitas yang tampak. Studi kasus memanfaatkan pengalaman intuitif atas
fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis sebagai titik awal dan
usaha untuk mendapatkan hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita
alami. Peneliti dalam pandangan Studi kasus berusaha memahami arti peristiwa
dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
berusaha membangun dan menuju perkembangan analisis dari fenomena menjadi
lebih baik.
Suatu fenomena bukanlah suatu yang statis dengan arti suatu fenomena
tergantung pada sejarahnya. Wawasan utama fenomenologi adalah “pengertian
dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu
sendiri”. 26
Objek Penelitian dari Studi kasus adalah memahami suatu kasus yang
berkaitan dengan pengalaman orang lain tentang dunianya. Kemudian hasil
26
Suwardi Endraswara. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi,
dan Aplikasi. Pustaka Widyatama. Yogyakarta. 2006. Hal 65
30
penelitiannya lebih kepada pemahaman tentang cara orang menyikapi dunianya
(why & how). Dalam pembahasan fenomenologi terdapat tahapan awal Penelitian
untuk menghindari kemungkinan penggunaan teori saat memulai. Terakhir
menggunakan unit analisis berdasarkan kesadaran subjek penelitian dalam
menafsirkan pengalamannya melalui interaksi.
Studi kasus dapat digolongkan dalam penelitian kualitatif murni dimana
dalam pelaksanaannya yang berlandaskan pada usaha mempelajari dan
melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen-fenomen sebagaimana fenomen-fenomen
itu sendiri. Peneliti harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadarannya dan
berupaya untuk kembali kepada “kesadaran murni” dengan membebaskan diri dari
pengalaman serta gambaran kehidupan sehari-hari dalam pelaksanaan penelitian.
Download