BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Kelompok Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya dan Pakar komunikasi Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai sebuah tujuan kelompok1. 1 Anwar Arifin. Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Armico. Bandung . 1984. Hal 62 7 8 Menurut Dedy Mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.2 Komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga individu atau lebih dengan tujuan yang sudah diketahui sebelumnya seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri, pemecahan masalah, yang anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota kelompok lainnya dengan tepat. Komunikasi kelompok terdapat berbagai informasi, pemecahan masalah, menjaga hubungan antar anggota. Seorang anggota kelompok bila telah bergantung dengan kelompok ia bukan sosok individu melainkan bagian dari kelompoknya.3 Teori Perbandingan Sosial menjelaskan bahwa kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita dengan kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. 2 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005 Hal 46 3 Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 2005. Hal 107 9 Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Prasangka terlahir ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif setara prasangka yang ada kurang kuat. Para sosiolog menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak seimbang diantara kelompok-kelompok yang bertentangan4 Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf manusia. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim pesan dari seseorang kepada seorang yang lainnya dan dari kelompok ke kelompok lainnya akan menimbulkan proses dimaana akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan 4 Richard West dan Lynn H, Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Salemba Humanika. Jakarta. 2008 10 membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke–empat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-ulang baik secara sadar maupun tidak sadar. Film merupakan produk dari ilmu komunikasi yang memberikan keterangan yang amat jelas kepada penonton atau khlayak untuk mengikuti isi dari film tersebut sebagaimana pembuat film itu ingin mentransfer beberapa informasi, pengetahuan, menyingkap peran dan lainnya sehingga khlayak mampu mencerna isi film untuk menimbulkan berbagai macam aspek seperti sugesti, pendapat, keinginan dan pengertian masing-masing individu. 2.2 Komunikasi Antar Budaya Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang idaak dapat dipisahkan, harus dicatat bahwa studi komunikasi antar budaya adalah studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi.Orang-orang memandang dunia budaya dan komunikasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Orang berkomunikasi sesuai dengan budaya yang dimilikinya. Kapan, dengan siapa, berapa banyak hal yang dikomunikasikan sangat bergantung pada budaya dari orang-orang yang berinteraksi. Komunikasi antar budaya merupakan komunikasi yang berlangsung dalam suatu budaya yang sama dengan bahasa yang sama dengan bahasa daerah yang sama. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah 11 yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.5 menjelaskan komunikasi antar budaya sebagai Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya dan merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya6 2.3 Komunikasi Multi Etnis Sebenarnya secara luas pembahasan Komunikasi Multi Etnis ini sangat belum populer di masyarakat dan masih sedikit peneliti yang tergerak untuk melebarkan sayapnya supaya konsep dan isi dari multi etnis ini bisa dilihat banyak orang serta dapat dimengerti makna yang terkandung dari sebuah perbedaan dalam etnis di suatu daerah. Makna adalah hasil komunikasi yang penting dan dari sebuah makna yang kita miliki adalah hasil interaksi kita dengan orang lain. Kita menggunakan makna untuk menginterpretasikan peristiwa disekitar kita. Interpretasi merupakan proses internal dalam diri kita. Kita harus memilih, memeriksa, menyimpan, mengelompokkan dan mengirim makna sesuai dengan situasi dimana kita berada. 5 Soerjono Soekamto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2007. Hal :150 6 Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Djambatan. 2002. Hal : 119 12 Itulah betapa pentingnya penyatuan makna dalam kehidupan masyarakat yang Multi Etnis. 7 Komunikasi Multi Etnis menerapkan definisi dimana adanya aturan dan terapan yang memperlihatkan suatu hubungan yang baik antar etnis di suatu daerah untuk membentuk relasi yang baru atau sudah dimulai dengan menghadirkan sikap toleransi, tenggang rasa dan perdamaian untuk menyatukan perbedaan dan menjauhkan konflik. 2.4 Pengertian dan Penjelasan Komunikasi Menurut Para Ahli Pengertian komunikasi menurut para ahli Pendapat dari Soewarno Handaya Ningrat: Komunikasi adalah proses interaksi atau hubungansaling pengertian satu sama lain antara sesame manusia. Proses interaksi atau hubungan satu sama lain yang dikehendaki oleh seorang dengan maksud agar dapat diterima dan dimengertiantara sesamanya. 8 Pendapat dari Hani Handoko: Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalambentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus tidak hanya memerlukan transmisi data, tetapi bahwa tergantug padaketrampilanketramilan tertentu untuk membuat sukses pertukaran informasi. 9 7 Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid. Teori Komunikasi massa. Jakarta. Gholia Indonesia. 2010. Hal 128 8 Soewarno Handaya Ningrat. Pengantar Ilmu Studi Dan Manajemen.CV HajiMasagung, Jakarta, 1980, hal 94 9 Hani Handoko,Manajemen, BPFE Yogyakarta, 1986, hal 272 13 Pendapat dari Sukanto Reksodiprojo: Komunikasi adalah usah mendorong orang lain untukmenginterprestasikan pendapat seerti apa yang dikehendaki oleh orang yang mempunyai pendapat tersebut serta diharapkan diperoleh titik kesamaan untuk pengertian. 10 Adapun Komunikasi menglingkupi fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat yang kemudian oleh para sinematografer didedikasikan dalam bentuk film dimana beberapa diantara film-film tersebut merupakan kisah nyata dan sejarah. Penjelasan secara lengkapnya terdapat bentuk-bentuk komunikasi, bentuk-bentuk komunikasi pada sebuah film merupakan komunikasi Massa. Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).11 Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.12 Wright mengemukakan definisinya tentang komunikasi massa sebagai berikut: “This new form can be distinguished from older types by the following major characteristic: it is directed toward relatively large, heterogeneus, and anonymous audiences; messages aretransmitted publicly, often-times to reach 10 11 12 Sukanto Reksohadiprojo. Organisasi perusahaan, Edisi 11, BPFE, Yogyakarta, 1986, hal 176 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosda Karya, 2009. Hal 49 Ibid, hal. 232 14 most audience member simultaneously, and are transeint in character; the communicator tends to be, or to operate whitin, a complex organization thet may involve great expense” Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corakcorak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas (khusus untuk media elektronik, seperti siaran radio siaran, televisi dan film).13 Menurut Gerbner Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societes”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat indonesia Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap,. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi 13 Rakhmat seperti yang dikutip dalam Komala, dalam Karlinah. 1999. 15 tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri contohnya produksi film.14 2.4.1 Peranan Komunikasi Dominick (2000) mengatakan bahwa dalam melihat fungsi dan kegunaan komunikasi massa, perlu dilakukan dua bentuk analisis, yakni analisis makro (wide-angel lens) dan analisis mikro (close-up lens). Kedua metode ini, baik analisis makro maupun analisis mikro, kadangkala memiliki hasil yang sama pada khalayak dalam menyerap informasi yang disampaiakan media massa. Tetapi tidak berarti khalayak memiliki kesamaan dalam menggunakan media massa. Hal ini yang sering tidak diantisipasi oleh para komunikator massa. Berbicara tentang wide-angel lens atau wide-angel view (sudut pandang yang lebih luas), Gamble dan Gambie (2001) mengatakan, sejak lahir sampai meninggal, semua bentuk komunikasi memainkan peranan dan menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia. Apapun pekerjaan, kegiatan atau waktu luang seseorang, komunikasi merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan dalam kehidupan mereka.bila kita menganalisis bagaimana orang-orang menghabiskan waktu luang dari waktu kesehariannya dalam bekerja, maka sebagian besar aktifitas mereka dihabiskan untuk berkomunikasi.15 14 15 Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karnilah, dkk.1999. Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlina, Komunikasi Suatu Pengantar, hal.12-13 16 2.5 Sejarah Film 2.5.1 Definisi Film Film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret), Secara harfiah film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya maka harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera. Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya16 Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastikyang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut Selluloid. Dalam bidang fotografi film, ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang Sinematografi perihal media penyimpanan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. 16 Rizki Pria Perdana. http://www.academia.edu/4498034/JURNAL. Jurnal Ilmiah Diakses pada tanggal 12 Desember 2013. 17 Berturut-turut dikenal media penyimpanan Selluloid (film), pita analaog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Kehadiran film merupakan respon terhadap “Penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati unsur budaya yang sebelumnya telah dinikmati oleh orang-orang yang berbeda di”atas” mereka dengan demikian, jika ditinjau dari segi perkembangan fenomenalnya akan terbukti bahwa peran yang dimainkan oleh film dalam memenuhi kebutuhan tersembunyi memang sangat besar. Bukanlah unsur teknologi dan iklim sosial yang paling penting. Melainkan kebutuhan yang dipenuhi oleh film bagi suatu kelas sosial tertentu (kelas sosial pekerja dan buruh rendah di kota). Unsur-unsur itu pulalah yang mendorong lahirnya surat kabar, kendatipun kebutuhan yang dipenuhi dan kelas sosialnya bebeda.17 Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk melihat sebuah cerita yang dijadikan obyek bergerak. Kebanyakan orang bisa merekam gambar bergerak dengan baik tetapi kurang mampu membuat obyek bergerak itu menjadi satu-kesatuan karya yang menggabungkan teknik kamera, cerita dari adegan, proses pengerjaan dan editing yang dipadu padankan menjadi karya seni yaitu film yang bisa dinikmati bersama-sama. Film dijadikan manusia sebagai sarana hiburan yang sangat menyenangkan dikala waktu sengang dan bisa juga dijadikan pembelajaran sampai penelitian yang berguna untuk dunia pendidikan dan dunia-dunia lainnya. 17 Denis Mc Quail. Teori Komunikasi Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta. 1987. Hal 13 18 Film sebagai karya seni yang menarik karena merupakan potret kecil kehidupan yang diceritakan dalam bentuk gambar audio visual sehingga banyak orang akan lebih respect memperhatikan film dibanding membaca dan mendengarkan cerita saja. 2.5.2 Sejarah Film Film atau Motion Pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsipprinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh S,Porter pada tahun 1903.18 Pada dasarnya film merupakan alat audio visual yang menarik perhatian orang banyak, karena dalam film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya sejumlah kombinasi antara suara, tata warna dan costum. Pada abad ke 19 merupakan awal perjalanan film. Segala bentuk visual berkembang sangat pesat dan menjadi budaya popular pada masa itu setelah sudah banyak perkembangan dunia fotografi yang menjadi kebutuhan bagi banyak masyarakat didunia. Dalam sejarah perkembangan film dimulai oleh bangsa Eropa mempunyai peran vital hingga industry film bisa menjadi secanggih era sekarang. Germans Max dan Emil Skaldonowsy adalah dua bersaudara yang berpengaruh dalam pengembangan rol selulosa menggunakan proyektor. Pada 1 November 1895, mereka mempertunjukan film berdurasi 15 menit pada sebuah 18 Hiebert, Ungurait, Bohn, Komunikasi Massa Suatu Pengantar. PT Grafindo. 1975. Hal :246 19 teater di Berlin. Kemudian di tahun 1897, mereka tur mengelilingi Eropa. Tapi sayangnya mereka berdua tidak bisa mendirikan perusahaan produksi yang stabil. Dua orang bersaudara lainya adalah Lumiere bersaudara yaitu Louis dan Aguste. Dua bersaudara ini medirikan perusahaan bernama Lumiére Fréres di Lyon Perancis, sebagai salah satu perusahaan terbesar dalam memproduksi plat fotografi. Mereka menemukan sistem proyektor yang membuat bioskop mampu meluas secara internasional. Pada tahun 1894, mereka mendesain kamera mungil yang elegan Cinématographe yang menggunakan 35 mm rol selulosa, dan mekanika intermiten yang logika kerjanya seperti mesin jahit. Oktober 1894 Kinestoscope buatan Edison menjalani pemutaran perdana filmnya di Inggris. Akhirnya pada 22 Maret 1895 mereka berhasil menampilkan film “Workers Leaving The Factory” di gedung Société d’Encouragement á l’Industrie Nationale di Paris. Tokoh berikutnya dalah R.W.Paul. R.W.Paul membuat perlatan ekstra untuk alat Kinestoscope. karena alat tersebut tidak dipatenkan di luar AS, maka Paul bisa dengan bebas menduplikasi Kinestoscope. Maret 1895, Paul dan partnernya Birt Acres memiliki kamera fungsional. Tapi partner ini terpecah, karena Paul lebih berkonsentrasi mengembangkan kamera sedangkan Acres mengembangkan proyektor. Itulah sejarah film dari awal permulaan munculnya.19 19 http://moviefren.blogspot.com/2013/04/sejarah-perkembangan-film-part-ii.html diakses pada tanggal 28 september 2013 20 2.5.3 Perkembangan Film Indie di Indonesia Indie berasal dari kata independent maka Film Indie merupakan karya film yang dibuat tanpa dibawah naungan badan usaha resmi (PT or CV) dan dananya dari perseorangan atau sekelompok orang yang memiliki ide kreatif yang ingin dituangkan dalam bentuk gambar bergerak tanpa adanya suatu perusahaan resmi yang ikut campur didalamnya dan memiliki tujuan tertentu dari masing-masing individu untuk menghasilkan karya orisinil hasil pemikirin independen atau ideologi pribadi. Film indie tidak ditentukan berdasarkan durasi atau lama waktu pemutarannya sehingga biasanya film indie memiliki ciri khasnya masing-masing dengan kreatifitas yang out the box20 juga pastinya. Dalam buku Ketika Film Pendek Bersosialisasi, Gotot Prakoso banyak memberikan gambaran sejarah dan perkembangan film independen di Indonesia yang oleh Gotot disebutnya sebagai film pendek. Bagi Gotot, film pendek merupakan film yang durasinya pendek, tetapi dengan kependekan waktu tersebut para pembuatnya semestinya bisa lebih selektif mengungkapkan materi yang ditampilkan. Dengan demikian, setiap ‘shot’ akan memiliki makna yang cukup besar untuk ditafsirkan oleh penontonnnya. Ketika pembuat film terjebak ingin mengungkapkan cerita saja, film pendek seperti ini akan menjadi film panjang yang dipendekkan karena hanya terikat oleh waktu yang pendek. Menurut Gotot, sejarah pergerakan film pendek Indonesia diisi dengan penggalan-penggalan peristiwa. Berbagai peristiwa itu menandai suatu usaha yang sekaligus memberi perlawanan terhadap situasi perkembangan film Indonesia secara utuh. 20 Out The Box adalah cara pandang untuk menilai dan melihat sesuatu bukan hanya dari satu sisi tetapi harus cover both side. Atau mungkin seharusnya bukan hanya dari dua sisi, tapi dari berbagai sisi juga sehingga terbentuk kreatifitas yang menakjubkan 21 Film independen juga biasanya tidak dipatok dengan durasi seperti kebanyakan film mayor. Dalam beberapa event festival indie, sering film-film yang dikirimkan tidak berdurasi lama, tetapi masa tayangnya hanya sekitar 10-25 menit. Mengapa demikian? Film independen tidak melibatkan pemodal yang kuat sehingga untuk memproduksinya tidak harus menunggu dana cair dari seorang konglomerat atau pengusaha. Bagi penggiat film indie, jika mereka mempunyai dana untuk membeli kaset, makan dan minum selama produksi hingga editingnya saja, dirasakan sudah cukup. Pemainnya terkadang tidak dibayar dan alat yang digunakan juga tidak harus menggunakan movie camera atau kamera Supercam VHS, betacam, atau kamera digital yang kini lagi ngetren. Terkadang dengan camera handycam pun jadi. Jika diamati, ternyata banyak film independen kita yang sudah berjaya di luar negeri. Sebut saja, misalnya, film Revolusi Harapan karya Nanang Istiabudhi yang mendapatkan Gold Medal untuk kategori Amateur dalam The 39th Brno Sexten International Competition of Non-Comercial Featur and Video di Republik Cekoslovakia (1998). Juga film Novi garapan Asep Kusdinar masuk nominasi dalam Festival Film Henry Langlois, Perancis (1998). 22 2.5.4 Film Pendek dan Film Dokumenter Film Pendek didefinisikan oelh Robert Flaherty sebagai “Karya ciptaan mengenai kenyataan” (Creative Treatment of Actuality). Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film pendek (dokumenter) merupakan hasil interpretasi pribadi/pembuatnya mengenai kenyataan tersebut. Seperti pada Film “Tanggal Merah” LA Lights Indie Movie yang dimana pembuatnya menceritakan kisah sesungguhnya terjadi dengan menerapkan kejadian yang dialami oleh tokoh dalam cerita yang ia angkat. Dengan cara inilah menjadikan Film Pendek (Dokumenter) terkesan nyata tanpa dibuat-buat untuk memberikan pengetahuan dan pengertian sejelas-jelasnya pada khalayak yang menontonnya. 2.6 Pluralisme Masyarakat Indonesia 2.6.1 Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia Istilah “orang Tionghoa “ merupakan perdebatannya hingga kini dan terus berlanjut. Relasi kekuasaan dalam konteks penjulukan yang ditunjukkan pada orang tionghoa telah dijadikan politik identitas. Politik identitas telah terjadi pada zaman penjajahan Belanda.Sebutan Cina berasal dari bahasa Belanda Chi’na yang mengacu pada Cina kunciran. Istilah cina mengandung arti yang merendahkan, dan dianggap oleh orang yang bersangkutan sebagai sebutan yang bersifat menghina dan meremehkan. 21 21 Meij Sing Lim. Ruang Sosial Baru Perempuan Tionghoa. Jakarta . Yayasan Obor Indonesia. 2009. Hal: 6 23 Orang Tionghoa bukan merupakan kelompok homogen. Dari sudut kebudayaan, mereka pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok besar, yaitu mereka yang disebut dengan peranakan dan totok. Penggolongan tersebut bukan hanya berdasarkan kelahiran saja, artinya : orang peranakan itu, bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di Indonesia,hasil perkawinan campuran antara orang Tionghoa dengan orang Indonesia, sedangkan orang Totok bukan hanya orang Tionghoa yang lahir di Negara Tionghoa. Penggolongan tersebut juga menyangkut soal derajat penyesuaian dan akulturasi dari para perantau Tionghoa itu terhadap kebudayaan Indonesia yang ada di sekitarnya, sedangkan derajat akulturasi itu tergantung kepada jumlah generasi para perantau itu telah berada di Indonesia dan kepada intensitet perkawinan campuran yang telah terjadi di antara para perantau itu dengan orang Indonesia. Orang peranakan berasal dari suku bangsa Hokkien, mereka berasal dari propinsi Fukien bagian selatan. Sedangkan orang totok berasal dari suku bangsa Hakka dan mereka tinggal di propinsi Kwantung22 2.6.2 Definisi Pluralisme Pluralisme adalah paham kemajemukan. Dalam rangka membentuk masyarakat beragama yang rukun dan damai, para ahli banyak menekankan tentang pluralisme. Paham ini menitik beratkan pada aspek persamaan termasuk dalam hal agama, ras dan kebudayaan itu sama. 22 Leo Suryadinata. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta. Grafitipers. 2004. Hal : 17 24 Sebenarnya paham pluralisme merupakan paham yang sudah cukup lama. Paham ini muncul bersamaan dengan modernisasi negara-negara Barat. Dengan kata lain, paham ini pada awalnya muncul dari belahan dunia Barat, yakni Eropa. Dalam paham pluralisme di Indonesia terdapat berbagai macam kemajemukkan dalam masyarakat, menurut beberapa ahli perlu pembenahan masyrakat yang berbeda latar belakang ini menjadi masyarakat multikultural yang saling menghargai kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda dengan cara mengadopsi ideologi-ideologi multikulturalisme sebagai pedoman hidup dan sebagai keyakinan bangsa Indonesia untuk diaplikasikan dalam berbagai aspek sosial. Persoalan ini di Indonesia tidak hanya sebatas pada pengakuan tentang adanya perbedaan dalam masyarakat tetapi lebih dari itu, yaitu melegitimasi perbedaan-perbedaan tersebut agar dapat diterima sehingga terciptanya keadilan sosial. Sebenarnya yang terjadi di Indonesia seharusnya semua kelompok maupun individu sosial diberi kesempatan yang sama untuk berkembang, namun hal ini tidak seiring dengan pembangunan infrastruktur maupun kebijakan publik yang merata di setiap daerah maupun jenjang sosial. Menurut Parsudi Suparlan (2002) akar kata dari multikulturalisme dan Pluralisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme. Konsep multikulturalisme dan Plularisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman 25 kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.23 2.6.3 Pluralisme Bagi Warga Etnis Tionghoa di Indonesia Negara Indonesia meruapakan negara yang paling tengah diantara seluruh negara lainnya didunia, dimana kebanyakan terdapat pulau dengan lautan yang mengelilinginya beserta iklim tropis yang tentram.Maka tidak heran Indonesia menjadi negara imigran yang paling beragam didunia ini termasuk bangsa cina yang berimigrasi ke Indonesia sejaka abad masa lampau, bahkan sejak berdirinya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Indonesia yang beragam suku, budaya, etnis, dan agama inilah menjadikan Indonesia sebagai negara yang majemuk. Sebagai negara Majemuk sudah dilhamkan oleh Mahapati Gajah Mada dengan sumpahnya yang terkenal yaitu Sumpah Palapa yang dimaksudkan untuk menyatukan seluruh nusantara dengan keanekaragamannya. Inilah permulaan Bangsa Cina mendarat di Indonesia pada abad ke 5, di pesisir pantai Jawa Timur. Mereka adalah pedagang yg berlayar untuk mencari rempah-rempah dan kemudian karena satu dan lain hal, mereka menetap di Indonesia dan berasimilasi dengan penduduk setempat. Mereka merupakan 23 http://filsufgaul.wordpress.com/2012/03/07/implementasi-konsep-multikulturalisme-danpluralisme-di-indonesia/ diakses pada tanggal 30 september 2013 26 pendatang yang berketurunan sampai sekarang dan sudah menjadi warga negara Indonesia seutuhnya. Pada Zaman Kolonial Belanda, tahun 1680, para pedagang Tionghoa memegang peranan penting dalam perekonomian di Batavia. Bahkan usaha penjajah untuk memonopoli pun terhambat dan mereka terpaksa berbisnis dengan para pedagang Tionghoa tersebut. Akibatnya, penjajah merasa terancam karena keberadaan orang Tionghoa secara tidak langsung menyokong kehidupan pribumi di Indonesia dan jika orang Tionghoa dan pribumi bersatu untuk melawan para penjajah,dengan persatuan inilah membuat penjajah kewalahan. Karena itulah, para penjajah berusaha mengadu domba pribumi dan orang Tionghoa dan mereka berhasil. Akibatnya pergejolakan itulah yang membuat sampai saat ini masih ada rasa perbedaan walaupun kita semua sudah menjadi satu kesatuan yaitu Warga Negara Indonesia. Karena begitu banyak gunjingan yang terjadi maka hal-hal ketidakadilan muncul diantara warga Pribumi dengan warga Tionghoa yang menjadi warga negara Indonesia diantaranya seperti di Film Pendek “Tanggal Merah” karya anak bangsa yang mengangkat kisah nyata dimana warga Tionghoa yang bertempat tinggal di Indonesia tidak mendapat hak yang sama dihadapan negara untuk menikmati kebudayaannya masing-masing. Film pendek “Tanggal merah” menceritakan tentang kehidupan di Indonesia yang kurang menghargai adanya Pluralisme dimana sesama warga Indonesia harus saling bertengang rasa dan bertoleransi akan kebudayaan yang dijalankan. Warga keturunan Tionghoa setiap tahunnya pasti merayakan Imlek 27 yang merupakan hari yang ditunggu untuk berkumpul bersama. Imlek dalam sejarahnya adalah sebuah perayaan tahun baru bagi umat Tionghoa. Perayaan ini juga disebut sebagai Perayaan Musim Semi atau (Chung Chie) atau Khua nien. Perayaan ini diiringi ritual bernama La (hari terakhir dalam satu tahun pada saat panen raya sudah dirampungkan dan sebagai ungkapan rasa syukur, orang Chinese (Tionghoa) memberikan sesaji kepada para dewa dan leluhur) bagi yang beragama Kong fu chu24. Tujuan utama dari Imlek adalah sama seperti Idul Fitri yaitu merayakan hari kemenangan dan berkumpul dengan sanak saudara. Film pendek” Tanggal Merah” sebenarnya menyindir praktek pluralisme yang pudar saat zaman orde baru. Orde baru sangatlah kurang bersahabat dengan warga berketurunan Tionghoa karena hari besar Imlek tidak dijadikan hari libur. Lebih parahnya lagi dalam cerita film pendek ”Tanggal Merah” bercerita bahwa bagi warga Tionghoa yang bekerja di instansi pemerintah dan swasta tidak diberlakukan libur, ini merupakan pukulan berat dimana negara kita yang berazaskan Pancasila terutama sila ke-lima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Zaman sudah berubah dan sekarang kita berada di era demokrasi, dengan hidupnya kembali Pluralisme antar sesama warga negara Indonesia yang dimulai dari Ketokohan mantan bapak Presiden kita Gus Dur dalam perbincangan dunia pluralisme dan multikulturalisme tentu saja tidak terlepas dari peran Beliau di 24 Kong Fu Chu merupakan agama yang mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut “Ren Dao” dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah “Tian” atau “Shang Di”. Dimana Filsafat Cina kuno sbagai pedomannya 28 dalam dialog dan praksis relasi antar umat beragama, relasi antar suku, dan etnis di dalam kehidupan masyarakat secara umum. Gus Dur mengajarkan kepada kita bahwa agama, budaya dan kemanusiaan adalah hal-hal yang menyatu di dalam diri manusia. Tidak ada yang boleh untuk saling mengalahkan. Atas nama agama, budaya dan kemanusian kemudian merendahkan kemanusiaan dan atas nama kemanusiaan lalu merendahkan sesama yang memeluknya. Semuanya adalah sesuatu yang sistemik dan holistik. Beragama dan berbudaya yang benar adalah menjunjung tinggi derajat kemanusiaan dan berkemanusiaan yang benar adalah yang didasari oleh keyakinan agama yang benar. Jadi, relasi antara agama, budaya dan kemanusiaan bukanlah saling menihilkan tetapi saling menguatkan dan mengisi25. Kekuatan-kekuatan demokratisasi di Indonesia sekarang dikonfrontasikan dengan tugas yang tak terelakkan untuk membangun suatu masyarakat Pluralis dan demokratis berdasarkan pengakuan yang benar dan dialog yang jujur diantara beberapa pengamat politik di Indonesia. Melihat catatan sejarah dan berlanjutnya konflik agama dan kebudayaan di Indonesia, sangatlah menggoda untuk mengatakan bahwa Pluralisme agama dan budaya merupakan sebuah harmoni yang merupakan bangunan-bangunan artifisial dan bahwa,jika diberi kebebasan kepada seluruh agama kebudayaan termasuk etnis chinese yang memiliki agama dan kebudayaan yang erat dengan nenek moyang mereka akan terus meminta perjuangan dalam kekuasaan politik serta mencari balasan atas kesalahankesalahan yang terjadi di masa lalu. 25 Gatot Suhirman. Pluralisme Agama dalam Perspektif Para Madina dan Mui. Jurnal Skripsi Syari’ah. 2008. Hal 114 diakses pada tanggal 24 februari 2014 29 Perlunya sebuah dialog sosial untuk memperjuangkan dan mengaspirasikan diri di Indonesia untuk bisa saling menghargai dan bertoleransi seperti adanya melalui sebuah aksi nyata seperti pembuatan Film Pendek “Tanggal Merah” yang membuka aspirasi kepada khalayak semua untuk menjunjung tinggi sebuah toleransi umat beragama seperti yang terkandung dalam “Bhineka Tunggal Ika” dan Pancasila. 2.7 Studi Kasus Studi kasus adalah ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan tentang realitas yang tampak. Studi kasus memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami. Peneliti dalam pandangan Studi kasus berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. berusaha membangun dan menuju perkembangan analisis dari fenomena menjadi lebih baik. Suatu fenomena bukanlah suatu yang statis dengan arti suatu fenomena tergantung pada sejarahnya. Wawasan utama fenomenologi adalah “pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala realitas itu sendiri”. 26 Objek Penelitian dari Studi kasus adalah memahami suatu kasus yang berkaitan dengan pengalaman orang lain tentang dunianya. Kemudian hasil 26 Suwardi Endraswara. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Pustaka Widyatama. Yogyakarta. 2006. Hal 65 30 penelitiannya lebih kepada pemahaman tentang cara orang menyikapi dunianya (why & how). Dalam pembahasan fenomenologi terdapat tahapan awal Penelitian untuk menghindari kemungkinan penggunaan teori saat memulai. Terakhir menggunakan unit analisis berdasarkan kesadaran subjek penelitian dalam menafsirkan pengalamannya melalui interaksi. Studi kasus dapat digolongkan dalam penelitian kualitatif murni dimana dalam pelaksanaannya yang berlandaskan pada usaha mempelajari dan melukiskan ciri-ciri intrinsik fenomen-fenomen sebagaimana fenomen-fenomen itu sendiri. Peneliti harus bertolak dari subjek (manusia) serta kesadarannya dan berupaya untuk kembali kepada “kesadaran murni” dengan membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan sehari-hari dalam pelaksanaan penelitian.