BAB III TANGGUNGJAWAB BAPEPAM SEBAGAI PELAKSANA FUNGSI PENGAWASAN DI PASAR MODAL TERHADAP ADANYA INFORMASI YANG MENYESATKAN (MISLEADING INFORMATION) A. Peranan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) pada Kegiatan Pasar Modal dalam hal Terjadinya Informasi Yang Menyesatkan (Misleading Information) Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diberi tugas dan wewenang yang lebih luas dari sekedar menjalankan fungsi pengawasan. Pembinaan pengaturan, dan pengawasan pasar modal sehari-hari dilakukan oleh Bapepam. 57 Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan tersebut bertujuan terciptanya kegiatan pasar modal yang efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. 58 1. Kehati-hatian (prudential); 2. Melindungi (protective); 3. Organisasi (organizational); 57 58 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 4. Struktural (structural); 59 Masalah kehati-hatian dapat dilihat dari persyaratan kelayakan modal bagi para perantara dengan melengkapi system monitoring dan unit penegakan hukumnya. Untuk elemen melindungi, antara lain dengan meneruskan kerangka hubungan antar pemain pasar dan para nasabahnya, antara pemodal kecil dan pemodal besar. Ditekankan pada masalah keterbukaan, hubungan bentuk dan tanggungjawab saling percaya. Elemen organisasi berkaitan dengan pendirian bursa, lembaga kliring dan system informasi informasi. Adapun elemen struktural memperkenankan pemerintah mengatur keseimbangan pasar modal antara lain pengaturan mengenai batasan usaha lembaga perantara, jenis instrumen yang boleh diperdagangkan, serta mekanisme peran pemodal asing. Keempat pengaturan pengawasan tersebut didalam praktek dalam pelaksanaannya dilakukan melalui pembuatan peraturan perundang-undangan, pemantauan pasar, penyidikan dan tuntutan, pemeriksaan dan pengajuan prospektus dan dokumen perusahaan lain, audit laporan keuangan, pengawasan bursa, lembaga kliring dan perusahaan jasa lain yang berkaitan, kesemuanya apabila dipraktekkan secara baik akan memerlukan efisiensi, kewenangan dan stabilitas pasar. Kewenangan Bapepam diatur secara rinci pada Pasal 5 UUPM. Diperoleh petunjuk bahwa sebenarnya dari beberapa definisi di atas, Bapepam telah menjalankan fungsi pengendalian dari sekedar pengawasan. Terbukti dengan pasal 5 59 Jusuf Anwar, Kajian Tentang Kepastian Hukum Kinerja Lembaga Pasar Modal di Indonesia dalam Upaya Menunjang Pembangunan Nasional, (Bandung: Disertasi, Program Pascasarjana, 2001), hal. 390 UUPM, Bapepam memiliki kewenangan untuk memberi izin, menetapkan persyaratan (dalam istilah manajemen disebut sebagai kegiatan evaluasi), secara membekukan dan membatalkan pencatatan saham (dalam istilah manajemen disebut sebagai kegiatan korektif). Kewenangan Bapepam yang diberikan oleh UUPM dijabarkan secara rinci dalam beberapa peraturan pelaksanaan, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/1995, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.010/1995 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 90/KMK.010/2001 tentang Pemilikan Saham Perusahaan oleh Pemodal Asing. Bapepam dalam hal terjadinya informasi yang menyesatkan (misleading information) yang dilakukan emiten atau pun pihak lain, yang dapat mempengaruhi harga dan kegiatan perdagangan efek di pasar modal dapat memerintahkan dihentikannya suatu kegiatan yang merupakan pelanggaran terhadap UUPM dan atau peraturan pelaksanaannya, seperti memerintahkan emiten untuk menghentikan pemuatan iklan dalam media massa yang memuat informasi yang menyesatkan. Sebaliknya Bapepam dapat memerintahkan dilakukannya suatu kegiatan tertentu apabila dipandang perlu untuk mengurangi kerugian yang timbul dan atau mencegah kerugian lebih lanjut, seperti mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk memperbaiki iklan yang dimuat dalam media massa. Dibutuhkan adanya landasan hukum yang kokoh untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan pasar modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktik yang merugikan. Dalam rangka tujuan inilah Badan Pengawas Pasar Modal diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan, yang pelaksanaannya didasarkan pada Kitab Undangundang Hukum Pidana dan kewenangan publik lainnya, sebagai pengawas pasar modal, Badan Pengawas Pasar Modal dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan aturan main di pasar modal mempunyai kewenangan-kewenangan fungsinya sebagai berikut: 1. Fungsi Pemeriksaan Bapepam mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak yang diduga melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. 60 Sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi sebagai badan pengawas terhadap kegiatan di pasar modal. Bapepam perlu diberi kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga telah, sedang, atau mencoba melakukan pelanggaran terhadap UUPM dan atau peraturan pelaksanaannya. Adapun yang dimaksud dengan pemeriksaan di sini adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lain yang 60 Pasal 5 huruf (e), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dilakukan oleh pemeriksa untuk membuktikan ada atau tidaknya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 61 Dengan kewenangan ini Bapepam dapat mengumpulkan data, informasi, dan atau keterangan lain yang diperlukan sebagai bukti atas pelanggaran terhadap Undangundang tersebut. Dalam rangka pemeriksaan, Bapepam dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : a. Meminta keterangan dan atau konfirmasi, serta memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran, ataupun pihak lain bila dianggap perlu. b. Mewajibkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap pasal 5 huruf e UUPM. Dan peraturan pelaksanaannya untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu. c. Memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap pasal 5 huruf e. UUPM dan peraturan pelaksanananya, maupun pihak lain apabila dianggap perlu. d. Menetapkan syarat dan atau mengizinkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap pasal 5 huruf e UUPM dan peraturan 61 Pasal 1 butir (2) Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, kegiatan pemeriksaan ini diartikan sebagai tindakan penyelidikan sebagaimana didefenisikan dalam Pasal 1 butir 5 Undang-undang tersebut. pelaksanaannya untuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian yang timbul. Disamping itu, dalam tahap pemeriksaan ini Bapepam dapat memerintahkan dihentikannya suatu kegiatan yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, seperti memerintahkan emiten atau perusahaan publik untuk menghentikan pemuatan iklan dalam media massa yang memuat informasi yang menyesatkan. Sebaliknya, Bapepam dapat mengurangi kerugian yang timbul dan atau mencegah kerugian lebih lanjut, seperti mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk memperbaiki iklan yang dimuat dalam media massa. 62 Data, informasi, bahan dan atau keterangan lain dikumpulkan dalam rangka pemeriksaan tersebut sudah dapat digunakan oleh Bapepam untuk menetapkan sanksi administratif apabila pelanggaran tersebut hanya bersifat administratif saja. Tapi apabila pelanggaran tersebut telah mengarah kepada tindak pidana, maka perlu ditindaklanjuti dengan penyidikan. 2. Fungsi Penyidikan Apabila Bapepam menetapkan untuk meneruskan pemeriksaan yang dilakukan ke tahap penyidikan, maka data, informasi, bahan, dan atau keterangan lain tersebut dapat digunakan sebagai bukti awal dalam tahap penyidikan. 63 Hal ini tidak berarti bahwa tindakan penyidikan harus didahului oleh tindakan pemeriksaan. 62 Pasal 5, huruf (f) Pasal 5 huruf (e) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 63 Penyidikan di Pasar Modal Merupakan Serangkaian Tindakan Penyidik untuk Mencari serta Mengumpulkan Bukti yang Diperlukan sehingga dapat Membuat Terang tentang Tindak Pidana yang Terjadi di Pasar Modal, Menemukan Tersangka, serta mengetahui besarnya kerugian yang ditimbulkannya. Artinya apabila Bapepam berpendapat bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu merupakan pelanggaran dan mengakibatkan kerugian terhadap kepentingan pasar modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal dan masyarakat, maka tindakan penyidikan sudah dapat dimulai sebagaimana dimaksud dalam pasal 101 ayat (1) Pasal 5 huruf e UUPM. Pelanggaran yang terjadi di pasar modal sangat beragam dilihat dari segala jenis, modus, operandi, atau kerugian yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu Bapepam diberikan kewenangan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari pelanggaran yang terjadi dan wewenang untuk meneruskan ke tahap penyidikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari berbagai sudut pandant, misalnya pertimbangan aspek yuridis dan ekonomis. Apabila kerugian yang ditimbulkan membahayakan sistem pasar modal atau kepentingan pemodal ada atau masyarakat, atau apabila tidak tercapai penyelesaian atas kerugian yang telah timbul, Bapepam dapat memulai tindakan penyidikan dalam rangka penuntutan tindak pidana. Tindakan untuk memulai penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) setelah memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam. PPNS dilingkugnan Bapepam diangkat oleh Menteri Kehakiman. 64 Dalam melakukan penyidikan, kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh undang-undang kepada Bepapam antara lain : 65 64 65 Penjelasan Pasal 101 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 101 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal a. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang pasar modal. b. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana dibidang pasar modal. c. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana dibidang pasar modal. d. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang pasar modal. e. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal. f. Melakukan pemeriksaan disetiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pasar modal. g. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lainnya dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal. h. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasarmodal. i. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan. Cara represif seperti diuraikan di atas perlu diimbangi dengan cara preventif, yaitu dengan mengembangkan suatu mekanisme agar perdagangan efek dapat berjalan dengan wajar, teratur dan efisien. Pelaksanaan transaksi yang demikian dapat diwujudkan apabila para pelaku pasar memiliki dedikasi yang tinggi dan selalu mematuhi peraturan dan kode etik yang berlaku. Tindak pidana yang masuk dalam kategori delik kejahatan di pasar modal, lazim disebut sebagai tindak penipuan, manipulasi pasar, perdagangan orang dalam, serta kegiatankegiatan dipasar modal yang dilakukan tanpa izin, persetujuan atau pendaftaran seperti yang diatur dalam UUPM. 66 66 Lihat Pasal 103 ayat (1), Pasal 104, Pasal 107 dan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 3. Fungsi Penyelesaian Perselisihan Dalam fungsinya sebagai pembina pasar modal, Bapepam melalui Biro transaksi dan lembaga efek dapat bertindak sebagai penyelesaian perselisihan antar anggota bursa. 67 Dalam prakteknya jarang terjadi perselisihan yang diajukan ke Bapepam. Hal ini dikarenakan pada tingkat pertama telah ada badan yang menangani perselisihan-perselisihan tersebut, yaitu Komite Disiplin anggota yang merupakan bagian dari lembaga Bursa Efek. 68 Mekanisme perselisihan oleh Komite Disiplin anggota adalah sebagai berikut : 69 a. Setiap perselisihan yang timbul antara anggota bursa dapat diajukan kepada Komite Disiplin anggota untuk mendapatkan saran penyelesaian. b. Dalam hal perselisihan sebagaimana dimaksudkan di atas melibatkan kepentingan salah satu anggota komite, baik sebagai perusahaan efek maupun sebagai individu, maka anggota komite yang bersangkutan dilarang menggunakan kewenangannya sebagai anggota komite dalam menyelesaikan kasus tersebut. c. Cara komite mengambil keputusan secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: 70 1). Komite disiplin anggota terlebih dahulu mengusulkan tercapainya perdamaian antar para pihak yang berselisih. 2). Apabila dipandang perlu komite tersebut dapat menyelenggarakan dengan pendapat (hearing) dengan para pihak yang terkait sebagai bahan pertimbangan dalam pengambil keputusan. 3). Saran penyelesaian yang diputuskan dalam rapat komite itu dan disampaikan kepada anggota bursa yang berselisih melalui direksi bursa efek. 67 Biro Transaksi dan Lembaga Efek dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 503/KMK/01/1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal, bertugas antara lain melakukan Pembinaan terhadap Lembaga-lembaga yang Terlibat dalam Transaksi Efek di Bursa 68 Komite Disiplin Anggota merupakan Panitia yang Dibentuk oleh Direksi, yang terjadi dari Wakil-wakil Anggota Bursa serta Bertindak sebagai lembaga yang dapat Membantu Penyelesaian Perselisihan yang Timbul antara Anggota Bursa. 69 Huruf f butir (1) dan butir (2) Peraturan No. III tentang Keanggotaan Bursa, lampiran Surat Keputusan Direksi PT. BEJ No. Kep-05/BEJ/XII1993 Tanggal 28 Desember 1993. 70 Huruf f butir (3) Peraturan No. III tentang Keanggotaan Bursa, lampiran Surat Keputusan Direksi PT. BEJ No. Kep-05/BEJ/XII1993 Tanggal 28 Desember 1993 4. Fungsi Pemeriksaan Keberatan Bapepam berwenang menerima dan memberi keputusan atas pengajuan keberatan dari anggota-anggota bursa efek yang tidak puas atas sanksi yang diberikan oleh bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, atau lembaga penyimpanan dan penyelesaian. 71 Namun demikian, saat ini belum terdapat peraturan yang mengatur mengenai tata cara pengajuan keberatan tersebut, dan dalam praktik belum pernah ada pihak yang mengajukan keberatan tersebut kepada Bepapm. Hal ini karena Bursa Efek telah memberikan sanksi yang berlapis bagi pelanggar. Maksud pemberian sanksi secara berlapis adalah atas suatu pelanggaran, diberikan sanksi melalui beberapa tahap, misalnya dengan teguran pertama, kedua, dan ketiga, kecuali untuk pelanggaran-pelanggaran tertentu yang akibatnya sangat luas atau menimbulkan kerugian yang besar dengan tidak menggunakan sanksi yang bertahap. 5. Fungsi Pengenaan Sanksi Administratif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan wewenang kepada Bapepam berdasarkan pasal 102 ayat (1) untuk mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran aturan main di pasar modal oleh pihak-pihak yang memberikan izin, persetujuan, atas pendaftaran dari Bapepam. Pihak-pihak tersebut antara lain emiten, perusahaan publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan 71 Kewenangan Menerima Keberatan ini diatur dalam Pasal 5 huruf (l) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menegaskan bahwa Bapepam Berwenang memeriksa Keberatan yang Diajukan oleh Pihak yang Dikenakan Sanksi oleh Bursa, LKP, dan LPP serta memberikan Keputusan Membatalkan atau Menguatkan Pengenaan Sanksi Dimaksud. Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksadana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Perdagangan Efek, Wakil Manejer Investasi, Biro Administrasi Efek, dan pihak lain yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam. Ketentuan ini juga berlaku bagi Direktur, Komisaris dan setiap pihak yang memiliki sekurang-kurangnya lima persen saham emiten atau perusahaan publik. 72 Bentuk-bentuk sanksi administratif di pasar modal sebagaimana diatur dalam UUPM ada tujuh jenis, yaitu : 73 a. b. c. d. e. f. g. Peringatan tertulis. Dengan dengan membayar sejumlah uang. Pembatasan kegiatan usaha. Pembekuan kegiatan usaha. Pencabutan izin usaha. Pembatalan persetujuan. Pembatalan pendaftaran. Dalam mengenakan suatu sanksi administratif, Bapepam perlu memperhatikan aspek pembinaan terhadap semua pihak yang bertindak sebagai pelaku pasar, dikenakan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dapat berupa keterlambatan penyampaian laporan oleh para pihak yang dikenakan kewajiban penyampaian pelaporan baik yang sifatnya berkala maupun insidentil. Keterlambatan pelaporan tersebut dikenakan sanksi denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu ke kas negara sesuai dengan lamanya keterlambatan. Pengenaan sanksi 72 Penjelasan Pasal 102 UUPM jo Pasal 61 PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. 73 Pasal 102 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal administratif juga dilakukan atas pelanggaran administratif lainnya yang akibatnya tidak merugikan pihak lain secara langsung maupun tidak langsung. 74 Lembaga pengawas pasar modal yang berikan kepada Bapepam mempunyai wewenang yang luas. Wewenang ini diatur dalam Bab II Pasal 3 hingga Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal wewenang yang diberikan tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan terciptanya pasar modal yang teratur, wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Secara garis besar wewenang tersebut diuraikan sebagai berikut : Pertama, wewenang memberi izin usaha kepada bursa efek dan lembaga-lembaga penunjangnya, yaitu lembaga kliring dan penjamin, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, reksa dana, perusahaan efek, penasehat investasi dan biro administrasi efek. Kedua, wewenang memberi izin perorangan untuk mewakili perantara pedagang efek, wakil penjamin emisi efek dan wakil manajer investasi. Ketiga, wewenang menyetujui pendirian bank kustodian. Keempat, wewenang menyetujui pencalonan atau pemberhentian komisaris, direktur serta menunjuk manajemen sementara bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, sampai dipilihnya komisaris dan direktur baru. Kelima, wewenang memeriksa dan menyidik setiap pihak terjadi pelanggaran terhadap UUPM. Keenam, wewenang pembekuan atau pembatalan pencatatan suatu efek. Ketujuh, wewenang menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek 74 Misalnya berupa Sanksi Denda yang Dikenakan bagi Perusahaan Efek yang tidak Memenuhi Ketentuan Persyaratan Modal Kerja Bersih Disesuaikan. dalam keadaan darurat. Kesembilan, wewenang bertindak sebagai lembaga banding bagi pihak yang dikenakan sanksi oleh bursa efek maupun lembaga kliring dan penjamin. 75 Selain kewenangan tersebut Bapepam juga masih memiliki kewenangan yang bersifat teknis lainnya. Kewenangan yang dimiliki Bapepam ini harus juga dibarengi dengan tindakan untuk senantiasa melakukan pembinaan, guna mewujudkan mekanisme pasar yang efisien, wajar dan teratur. Bapepam beserta lembaga-lembaga yang terkait dengan pasar modal harus berperan serta dalam usaha mewujudkan perekonomian yang tangguh. Dalam rangka melaksanakan peran strategis tersebut, pasar modal perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai kerangka hukum yang kokoh dan sikap professional dari pelaku pasar modal. Infrastruktur pasar modal dapat disebut memadai apabila telah dilengkapi dengan unsur pengawasan, Self Regulatory Organization (SRO), kliring, penyelesaian dan penyimpanan yang baik. Pasar modal yang memiliki kerangka hukum yang kokoph adalah apabila telah mempunyai landasan hukum baik berupa Undang-udnang maupun Peraturan pelaksanaannya yang mengatur segala aspek kegiatan pasar modal itu sendiri. Disamping itu pelaku pasar modal dapat disebut professional apabila mereka memiliki kemampuan teknis yang diperlukan dan menjunjung tinggi etika profesinya masing-masing. Bursa efeknya misalnya, dikatakan Self Regulatory Organization (SRO), wajib menyediakan sarana perdagangan yang efisien dan aman serta melaksanakan pengawasan terhadap 75 Jusuf Anwar, Loc.cit anggotanya. Sebagai Self Regulatory Organization (SRO), bursa efek diberi kewenangan mengeluarkan peraturan atas persetujuan Bapepam dan menegakkan peraturan yang berhubungan dengan kegiatannya. Diantaranya peraturan mengenai pencatatan efek, keanggotaan bursa dan perdagangan efek, saham bursa efek hanya dapat dimiliki oleh perusahaan efek yang menjadi anggota bursa efek yang bersangkutan. Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efektif. Pada saat ini terdapat 2 (dua) bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Kedua bursa efek tersebut harus mampu menciptakan suatu kondisi yang dapat mendorong peranan perusahaan efek yang menjadi anggotanya, sehingga pada akhirnya dapat merangsang minat pemodal domestik melakukan investasi dengan aman efisien, dan terjangkau (murah) di pasar modal. Dengan meningkatnya peranan pemodal domestik, diharapkan hal tersebut tidak hanya menguntungkan bursa efek dan pemodal secara ekonomis, tapi juga meningkatkan keinginan pemodal untuk lebih giat berpartisipasi dan memiliki tanggungjawab untuk tetap mempertahankan kelangsungan bursa efek di Indonesia. 76 76 Ibid B. Tindakan Bapepam Terhadap Informasi yang Menyesatkan (Misleading Information) di Pasar Modal Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengatur tentang adanya kewajiban bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan usahanya baik dari segi keuntungan, manajemen, produksi maupun hal yang berkaitan dengan kegiatan usahanya kepada masyarakat. Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Terhadap adanya indikasi terjadinya pelanggaran dan tindak pidana dibidang pasar modal Bapepam melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan atas setiap dugaan pelanggaran dan tindak pidana tersebut. Pemeriksaan dan atau penyidikan yang dilakukan berdasarkan data, hasil analisis, laporan yang disampaikan oleh para pelaku pasar modal ataupun investor, pemberitaan media massa maupun hasil temuan Bapepam sendiri. Dalam menjalankan fungsi pengawasan untuk melindungi para investor dalam bertransaksi, perlindungan yang diberikan Bapepam kepada investor adalah dalam bentuk menjalankan peraturan perundang-undangan hukum (law enforcement). Pertanggungjawaban Bapepam adalah sebatas dengan fungsi dan kewenangan yang dijalankannya. Bapepam dalam melakukan pemeriksaan terhadap adanya dugaan pelanggaran tersebut demi kepentingan pemodal berwenang untuk menghentikan transaksi bursa atas efek tertentu untukjangka waktu tertentu. Bursa efek pun secara independen berdasarkan Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-565/BEJ/11-2003 tentang Peraturan II-A tentang perdagangan efek, dalam rangka menjaga terlaksananya perdagangan efek yang wajar, teratur dan efisien bursa dapat melakukan penghentian sementara pelaksanaan perdagangan efek dibursa dalam hal terjadinya penurunan atau kenaikan harga-harga saham yang tajam secara menyeluruh dibursa : Jakarta Automatic Trading System (JATS) tidak berfungsi sebagaimana mestinya atas permintaan tertulis dari KPEI sehubungan dengan tidak berfungsinya sistem kliring dan penjaminan KPEI; terjadinya force majeure. Penghentian sementara perdagangan dibursa jika melebihi satu sesi perdagangan harus mendapat persetujuan Bapepam. Kedudukan Bapepam selaku pengawas untuk melakukan kewenangan dengan cara preventif dalam bentuk membuat aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan. Secara represif dilakukan dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan penerapan sanksi-sanksi. Dalam melakukan pemeriksaan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal dapat melakukan tindakan sebagai berikut : 1. Meminta keterangan dan atau informasi, serta memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran, ataupun pihak lain bila dianggap perlu. 2. Mewajibkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu. 3. Memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain, baik milik pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran UUPM dan peraturan pelaksanaannya, maupun pihak lain apabila dianggap perlu. 4. Menetapkan syarat dan atau mengizinkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM dan peraturan pelaksanaannya untuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian yang timbul. Selanjutnya apabila terdapat bukti yang cukup telah terjadi suatu tindak pidana maka pemeriksaan dapat diteruskan pada tahap penyidikan. Tindakan untuk memulai penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) setelah memperoleh penetapan dari Ketua Bapepam. Dalam melakukan penyidikan ini, kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh undang-undang Bapepam antara lain : 1. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang pasar modal. 2. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana dibidang pasar modal. 3. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana dibidang pasar modal. 4. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang pasar modal. 5. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal. 6. Melakukan pemeriksaan disetiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pasar modal. 7. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lainnya dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal. 8. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal. 9. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan. Untuk itu dalam melakukan pemeriksaan, Bapepam haruslah dipenuhi normanorma yang disebut dengan norma-norma pemeriksaan, yang terdiri dari norma pemeriksaan yang menyangkut dengan pemeriksa, norma pemeriksaan yang menyangkut dengan pemeriksaan dan norma pemeriksaan yang menyangkut dengan pihak yang diperiksa. Tindak pidana di pasar modal sebagaimana diatur dalam pasal 110, terbagi dalam dua bentuk yaitu pelanggaran dan kejahatan. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 103 ayat (2), pasal 105, dan pasal 109 UUPM dikategorikan sebagai pelanggaran, sedangkan tindak pidana yang dimaksud dalam pasal 103 ayat (1), pasal 104, pasal 106, dan pasal 107 dikategorikan sebagai kejahatan. Memberikan informasi yang menyesatkan (misleading information) sehingga mempengaruhi harga efek di bursa merupakan kejahatan. Berdasarkan pasal 104 UUPM, kejahatan seperti ini diberikan sanksi hukuman pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah). Berdasarkan pasal 101 ayat 1, tidak semua pelanggaran terhadap UUPM dan atau peraturan pelaksanaannya harus ditindaklanjuti ketahap penyidikan karena hal tersebut dapat menghambat kegiatan penawaran dan atau perdagangan efek secara keseluruhan. Sehingga dalam prakteknya Bapepam jarang melanjutkan kasus yang terjadi di pasar modal ke tahap penyidikan, dan lebih sering mengenakan sanksi administratif. Sebagai gambaran contoh penanganan kasus yang diambil Bapepam dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 1 Penyelesaian Kasus Oleh Bapepam Sampai Dengan Tahun 2010 Penyelesaian Sanksi Diteruskan ke Administratif penyidikan 3 1 Jumlah Kasus Selesai Tidak Selesai 2006 10 4 6 2007 39 28 11 25 3 2008 44 34 10 32 2 2009 44 33 11 31 2 2010 28 25 3 22 3 Tahun Sumber : http/www.bapepam.go.id/annual report 2006-2010 Tabel 2 Penetapan sanksi sepanjang tahun 2010 Denda 183 emiten Rp 6,29 miliar 17 manajer investasi Rp 12,3 juta 76 perusahaan efek Rp 6,9 miliar 16 penilai Rp 45,8 juta 14 akuntan publik Rp 55,3 juta 4 biro administrasi efek (BAE) Rp 16,7 juta 5 bank kustodian Rp 2,9 juta 4 self regulatory organizations (SROs) Rp 3,3 juta 14 direksi/komisaris Rp 14,7 miliar 10 perorangan (nasabah) Rp 1, 3 miliar Peringatan tertulis 2 Wakil Manajer Investasi 14 Akuntan Publik 2 Penilai 1 Direksi Emiten Pencabutan izin usaha 2 Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Manajer Investasi 1 Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Perantara Pedagang Efek 1 Perusahaan Efek yang bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek 2 Wakil Penjamin Emisi Efek 1 Wakil Perantara Pedagang Efek 2 Wakil Manajer Investasi Pembekuan izin usaha 10 Akuntan Publik 1 Wakil Perantara Pedagang Efek Sumber: catatan akhir tahun 2010 Bapepam-LK C. Tanggungjawab Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Dalam Praktek Sebagai Pelaksana Fungsi Pengawasan di Pasar Modal Terhadap Adanya Informasi Yang Menyesatkan (Misleading Information) Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Badan pengawas pasar modal (Bapepam) menurut UUPM, diberi tugas dan wewenang yang lebih luas dari sekedar menjalankan fungsi pengawasan. Fungsi pembinaan, pengaturan, dan pengawasan di pasar modal sehari-hari dilakukan oleh Bapepam. Fungsi pembinaan, pengaturan, dan pengawasan tersebut bertujuan untuk terciptanya kegiatan pasar modal yang efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Untuk itu Bapepam mengawasi keterbukaan informasi yang diwajibkan pada emiten dengan cara penyampaian berbagai pelaporan pada publik baik melalui Bapepam maupun media massa. Pengawasan ini telah dilakukan mulai dari saat dibuatnya pernyataan tersebut menjadi efektif, sampai dengan efek tersebut diperjualbelikan di pasar sekunder, sebagaimana yang diatur dalam UUPM, sedangkan ketentuan yang belum diatur secara terperinci dan belum terakomodir dalam undang-undang pasar modal oleh Bapepam dibuat dalam bentuk peraturan pasar modal. Dalam menjaga keterbukaan informasi dan kepentingan pemodal, Bapepam mengeluarkan berbagai peraturan yang diharapkan tidak ada lagi pelanggaranpelanggaran di pasar modal sehingga dapat terwujudnya pasar modal yang teratur, wajar dan efisien. Apabila terjadi berbagai kasus pelanggaran dalam kegiatan pasar modal, secara represif Bapepam melakukan pemeriksaan, penyidikan serta menjatuhkan sanksi bagi pelakunya. Tidak terkecuali dengan kasus misleading information. Dalam kasus misleading information yang dilakukan direksi dan komisaris PT. Lippo E-net, Tbk misalnya Bapepam mengumpulkan data, informasi, dan atau keterangan lain yang diperlukan sebagai bukti atas pelanggaran terhadap Undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksanaannya. Babepam meminta keterangan dan atau konfirmasi, serta memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM dan peraturan pelaksanaannya ataupun pihak lain apabila dianggap perlu. Sebagaimana kewenangan yang diberikan dan prosedur yang disyaratkan dalam pasal 100 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Pasar Modal. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap kasus penerbitan press release PT. Lippo Enet, Tbk tersebut, 77 Bapepam menetapkan sanksi administratif dan mewajibkan perseroan untuk denda, menanggung seluruh biaya registrasi saham dalam rangka implementasi perdagangan saham tanpa warkat (scripless trading), mengumumkan melalui surat kabar mengenai perkembagnan terakhir kegiatan usaha perseroan. Selain itu Bapepam juga menetapkan sanksi administratif berupa memberikan peringatan pada direksi dan komisaris perseroan, untuk lebih cermat, teliti, dan berhati-hati dalam memberikan komentar dan pernyataan, khususnya yang akan dimuat dalam press release atau media komunikasi publik lainnya, serta membayar sejumlah denda. Pengenaan sanksi administratif dalam bentuk denda dengan membayar sejumlah uang bertentu seperti yang dijatuhkan Bapepam seperti kasus di atas merupakan kewenangan Bapepam. Sebagaimana diatur dalam pasal 102 jo pasal 101 ayat (1) UUPM, sanksi ini diberikan apabila kasus tersebut tidak dilanjutkan ke tahap penyidikan, sebab berdasarkan pasal 101 ayat (1) Bapepam diberikan kewenangan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari pelanggaran terhadap perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya yang terjadi di pasar modal. Apakah akan dilanjutkan ke tahap penyidikan atau tidak semua itu didasarkan juga pada segi jenis, modus operandi, atau kerugian dari kasus itu sendiri. Sehingga tidak semua pelanggaran terhadap UUPM dan aturan pelaksanaannya harus dilanjutkan ke tahap penyidikan. 77 http://www.Bapepam.go.id, diakses tanggal 8 Juni 2011 Demikian dapat disimpulkan bahwa Bapepam terhadap adanya informasi yang menyesatkan (misleading information) di pasar modal tidak bertanggungjawab secara materil kepada investor. Bapepam bertanggungjawab sesuai dengan kewajiban dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan demikian Bapepam bertanggungjawab dengan cara melakukan pengawasan pelaksanaan kewajiban keterbukaan, melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan terhadap transaksi bagi emiten dan perusahaan efek yang melakukan pelanggaran demi terciptanya mekanisme perdagangan dibursa secara teratur, wajar dan efisien. Sebaliknya yang mestinya yang dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada investor jika terjadi misleading information adalah pihak emiten, karena sebagai pemilik dan pihak yang paling lama tahu mengenai segala sesuatu tentang efek, semestinya pihak emiten tersebut lebih besar kemungkinan mengetahui tentang efek tersebut. Sehingga besar kemungkinan emiten pulalah yang lebih mengetahui terdapat atau tidak terdapat pengungkapan fakta material atau fakta non material yang seharusnya diketahui publik, tidak diungkapkan dalam informasi yang disediakan untuk publik. BAB IV PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN DI BIDANG PASAR MODAL MELALUI PENDEKATAN SISTEM PERADILAN PIDANA A. Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Melalui Pernyataan Efektif Kewajiban Informasi Emiten. Penanggulangan suatu tindak pidana dengan menerapkan upaya penegakan hukum tindak pidana di bidang pasar modal harus dilakukan secara terpadu (integrited) dengan memberikan kepastian hukum dan memberikan perlindugan kepada masyarakat 78 akan dampak dari penipuan atas informasi yang menyesatkan (misleading information) terhadap informasi material yang sangat penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta material yang dapat merugikan investor dalam memutuskan membeli, menjual atau tetap menahan efek akibat pernyataan tidak benar dan menyesatkan yang muncul sehingga mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi bagi masyarakat pemodal baik dari anggota bursa, investor 78 Malcolm Devies, Hazel and Jane Tyrer, Criminal Justice, London Logman, 1995, page 4-6. Seperti terpetik dalam Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Malang: UMM Pres, 2004), hal. 257-261, bahwa pelaksanaan sistem peradilan pidana sesuai dengan fungsi yang sebenarnya akan membuat masyarakat terlindungi dari kejahatan. Fungsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan sistem peradilan pidana adalah melindungi masyarakat melalui upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan, merehabilitasi pelaku kejahatan, dan melakukan upaya inkapasitas terhadap orang yang merupakan ancaman terhadap masyarakat, menegakkan dan memajukan the rule of law dan penghormatan pada hukum, dengan menjamin adanya due prosess dan perlakuan yang wajar bagi tersangka, terdakwa dan terpidana, melakukan penuntutan dan membebaskan orang yang tidak bersalah yang tuduh melakukan kejahatan. Menjaga hukum dan ketertiban, menghukum pelaku kejahatan sesuai dengan falsafah pemidanaan yang dianut, membantu dan memberi nasihat pada korban kejahatan. maupun orang dalam emiten sendiri. Informasi-informasi yang dipandang material dalam hal ini antara lain adalah informasi mengenai: 79 1. Penggabungan usaha, pengambilalihan, peleburan (merger, acquisition, consolidation) atau pembentukan usaha patungan. 2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham. 3. Adanya pendapatan dan deviden yang bersifat luar biasa. 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting. 5. Adanya produk atau penemuan baru yang berarti. 6. Terjadinya perubahan tahun buku perusahaan. 7. Terjadi perubahan dalam pengendalian atau adanya perubahan penting dalam manajemen dengan ketentuan bahwa informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi harga efek dan/atau dapat mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi bagi masyarakat pemodal. Oleh sebab itu, penentuan kategori pernyataan efektif kewajiban informasi emiten cukup signifikan. 80 Penentuan ini didasarkan pada corak maupun sifat dari tindak pidana penipuan di bidang pasar modal yang menempatkan Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal. Berdasarkan Pasal 173 dan 174 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1548/KMK.013/1990 yang telah diubah 79 Lihat, Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 138 80 Ibid, hal. 120 bahwa penyediaan dan penyiapan informasi berkala yang akurat merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan yang sudah merupakan perusahaan publik. Hal tersebut diperlukan untuk mendapatkan publisitas dan meningkatkan perhatian terhadap perusahaan, melakukan tindakan yang dapat membangun hubungan baik dengan masyarakat investor dan para aktivis di bidang keuangan dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1199/KMK.010/1991 tentang Pasar Modal mewajibkan emiten dan perusahaan publik untuk semua informasi secara berkala kepada Bapepam menyangkut: 1. Kewajiban Pelaporan secara berkala a. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-199/PM/1992 tanggal 22 Januari 1992 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Hasil Emisi. Ketentuan ini mewajibkan emiten untuk menyampaikan laporan realisasi penggunaan hasil emisi kepada Bapepam secara berkala setiap 3 (tiga) bulan (Maret, Juni, September dan Desember), dan disampaikan selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya. b. Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-24/PM/1987 tanggal 24 Desember 1987 Lampiran V, tentang Pedoman Tentang Bentuk dan Isi Laporan Keuangan dan Lampiran VII tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan dan Tengah Tahunan dan Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor SE-05/PM/1992 perihal Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan. Beberapa ketentuan dalam surat edaran tersebut telah diubah dengan Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-01/PM/1995 tanggal 20 Maret 1995. Ketentuan tersebut antara lain menyangkut: 1). Penyampaian Laporan Keuangan Tengah Tahunan kepada Bapepam dengan batasan waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku, jika tidak disertai dengan laporan akuntan. Selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku, jika disertai dengan laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas. Selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal tengah buku, jika disertai dengan laporan akuntan (audited). 2). Kewajiban menyampaikan laporan Keuangan Tahunan (audited) dengan batas waktu selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal penutupan tahun buku. 3). Kewajiban mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi pada sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia, satu di antaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya terbit di tempat kedudukan emiten selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tahun buku berakhir. c. Peraturan Nomor IX.C.3 tentang Laporan Tahunan, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-17/PM/1995 tanggal 9 Juni 1995. Ketentuan ini mewajibkan emiten untuk menyampaikan Laporan Tahunan selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sebelum Rapat Umum Tahunan Para Pemegang Saham dilaksanakan. 2. Kewajiban Pelaporan yang bersifat insidentil a. Peraturan Nomor: IX.C.1 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-22/PM/1991 tanggal 19 April 1991. Ketentuan ini mengharuskan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, keterangan penting dan relevan yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Adapun keterangan yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan pemodal antara lain sebagai berikut: 1). Penggabungan usaha (merger), pembelian saham (acquisition), peleburan usaha (consolidation) atau pembentukan usaha patungan. 2). Pemecahan saham atau pembagian deviden saham (stock deviden). 3). Pendapatan dan deviden yang laur biasa sifatnya. 4). Perolehan atau kehilangan kontrak penting. 5). Produk atau penemuan baru yang berarti. 6). Perubahan dan pengendalian (control) atau perubahan penting dalam manajemen. 7). Pengumuman pembelian atau pembayaran kembali efek yang bersifat hutang. 8). Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang berarti jumlahnya. 9). Penjualan, pembelian atau kerugian aktiva yang berarti. 10). Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting. 11). Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan pengurus/pengawas perusahaan. 12). Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain. dan/atau 13). Penggantian akuntan publik perusahaan. 14). Penggantian Wali Amanat. 15). Perubahan tahun fiskal perusahaan. b. Peraturan Nomor: IX.D.1 tentang Persyaratan Keterbukaan Orang dalam dan Pemegang Saham Tertentu. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-09/PM/1991 tanggal 3 Oktober 1991. Ketentuan ini mengatur bagi setiap Orang Dalam (insider) yang melakukan transaksi efek baik untuk pihak yang terorganisasi juga bagi pemegang saham yang memiliki atau kepemilikannya mencapai 5% atau lebih saham disetor wajib melaporkan kepada Bapepam selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak terjadinya transaksi. c. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-456/PM/1991 tanggal 12 April 1991 perihal Pembelian Saham atau Pernyataan Pada Perusahaan lain. Ketentuan ini mengatur tentang prosedur yang harus dilakukan oleh emiten, apabila nilai transaksi (pembelian saham, penggabungan usaha, atau pembentukan perusahaan baru) tersebut cukup material yaitu memenuhi kriteria berikut yaitu: 5% dari pendapatan perusahaan atau 10% dari modal sendiri. d. Peraturan Nomor: IX.D.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-04/PM/1994 tanggal 7 Januari 1994. Ketentuan ini mengatur tentang transaksi yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest). Selanjutnya menyangkut penyataan efektif menyangkut emiten juga telah digariskan dengan berbagai kewajiban pelaporan dan larangan-larangan dalam melakukan kegiatan transaksi di pasar modal seperti yang diatur dalam pasal 85, pasal 86 (1), pasal 87 ayat (1,2) pasal 89 ayat (1), pasal 90 angka c, pasal 93 UUPM berikut dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya, seperti Peraturan Nomor X.K.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 86/PM/1996 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik. Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80/PM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, Peraturan Nomor X.M.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham tertentu, Peraturan Nomor X.K.5 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 46/PM/1998 tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit. B. Penerapan Prinsip Keterbukaan (disclosure) Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan di Bidang Pasar Modal Emiten dan perusahaan publik diwajibkan untuk menyampaikan informasi kepada Bapepam menyangkut kewajiban pelaporan secara berkala dan kewajiban pelaporan yang bersifat isedentil, disamping itu diperlukan juga menerapkan prinsip keterbukaan atas fakta material dalam hal penanggulangan tindak pidana penipuan atas informasi yang menyesatkan (misleading information). 81 Keterbukaan yang 81 Hamud M. Balfas, Op.cit, hal. 161 bahwa keterbukaan atau yang di dalam masyarakat pasar modal lebih dikenal dengan disclosure, pada saat ini sebenarnya bukanlah monopoli pasar modal. diprasyaratkan oleh UUPM pada dasarnya mencakup 2 (dua) hal yaitu keterbukaan yang sifatnya berkala (periodic disclosure) dan keterbukaan yang sifatnya berdasarkan adanya informasi, peristiwa atau kejadian yang dialami oleh emiten (episodic disclosure). 82 Periodic disclosure mewajibkan emiten menyampaikan laporannya menurut jangka waktu tertentu yang diwajibkan, misalnya emiten menjalankan kewajiban menyampaikan laporan keuangan yang harus disampaikan oleh emiten tiap kwartalan (tiga bulan) atau tengah tahunan, sedangkan episodic disclosure merupakan laporan yang harus disampaikan menurut adanya informasi atau kejadian peristiwanya yaitu peristiwa yang dapat mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan investasi misalnya peristiwa atau informasi seperti ini adalah sebagaimana yang diatur dalam peraturan Bapepam terhadap beberapa peristiwa penting antara lain penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan. Selain adanya kewajiban untuk menyampaikan keterbukaan informasi secara berkala dan berdasarkan kejadian tersebut, emiten juga diwajibkan untuk melakukan pemutakhiran (updating) atas informasi yang disampaikan secara berkala dan Keterbukaan juga bukanlah masalah baru. Hal ini karena keharusan melakukan keterbukaan telah diwajibkan kepada perusahaan, khususnya Perseroan Terbatas, dalam batas-batas tertentu untuk waktu yang cukup lama, karena memang merupakan salah satu cara Negara dalam menjalankan administrasinya. Ini misalnya dapat dilihat pada adanya kewajiban untuk mempublikasi anggaran dasar Perseroan Terbatas yang baru didirikan serta perubahannya di dalam lembaran negara serta mendaftarkan perusahaan pada daftar perusahaan yang saat ini diselenggarakan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Di negara lain seperti Inggris misalnya kewajiban melakukan keterbukaan dan publikasi ini paling sedikit telah ada sejak tahun 1844. 82 Dale Arthur Oesterle, The Inexorable March Toward A Continuous Disclosure Requirement for Publicly Traded Corporations, Volume 20:135, tahun 1998, hal. 139-140 dalam Hamud M. Balfas, Ibid, hal. 172 berdasarkan perkembangan atau perubahan material atas informasi yang telah disampaikan sebelumnya sehingga informasi yang ada tidak menjadi menyesatkan (misleading). 83 Erman Radjagukguk mengemukakan bahwa keterbukaan informasi perusahaan diperlukan, sehingga investor mengetahui dengan pasti apa yang dikerjakan oleh direksi perusahaan dan ke arah mana perusahaan tersebut bergerak, sejauhmana keterbukaan ini dimungkinkan, hal-hal apakah yang bisa diinformasikan oleh perusahaan kepada masyarakat dan sebaliknya hal-hal mana saja yang diperlukan oleh masyarakat. 84 Kewajiban pemutakhiran ini timbul sebagai bagian dari kewajiban keterbukaan terus menerus (continuous disclosure) yang harus dilakukan emiten. Continuous disclosure tidak hanya mewajibkan emiten untuk menyampaikan setiap perkembangan atau peristiwa baru kepada emiten, tetapi juga mengharuskan emiten untuk selalu melakukan pemuktahiran (update) atas informasi yang telah disampaikan sebelumnya atas peristiwa yang sama. Dengan demikian kewajiban pemuktahiran ini juga timbul apabila ada kejadian yang meskipun tidak material, tetapi menjadi penting untuk melihat masalah yang dihadapi oleh emiten secara keseluruhan. Kewajiban ini juga timbul apabila informasi ini dibutuhkan untuk tidak membuat informasi yang telah disampaikan menjadi menyesatkan (misleading) atau 83 Ibid, hal. 173 Erman Radjagukguk, Beberapa Ketentuan yang Perlu Dimuat Dalam Peraturan Pasar Modal, Loka Karya Penegakan Hukum dalam Bidang Pasar Modal, Jakarta 28-29 Maret 1994, hlm. 3 84 membantah atau menguatkan desas-desus yang timbul mengenai keadaan emiten di pasar. 85 UUPM mengatur tentang adanya kewajiban bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan usahanya, baik dari segi keuangan, manajemen, produksi, maupun hal yang berkaitan dengan kegiatan usahanya kepada masyarakat. Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Oleh karena itu Undang-undang pasar modal mengatur mengenai adanya ketentuan yang mewajibkan pihak yang melakukan penawaran umum dan memperdagangkan efeknya dipasar sekunder untuk memenuhi prinsip keterbukaan. Setelah perusahaan go public dan mencatatkan efeknya di bursa, maka emiten sebagai perusahaan publik, wajib menyampaikan laporan secara rutin maupun laporan lain jika ada kejadian penting kepada Bapepam dan bursa efek. Seluruh laporan yang disampaikan oleh emiten kepada bursa, yaitu laporan adanya kejadian penting, secepatnya dipublikasikan oleh bursa kepada masyarakat pemodal melalui pengumuman dilantai bursa maupun melalui papan informasi. Masyarakat dapat memperoleh langsung informasi tersebut ataupun melalui perusahaan pialang. Hal ini penting karena untuk mengetahui kinerja perusahaan, pemodal sangat tergantung pada informasi tersebut. Oleh karena itu kewajiban pelaporan dimaksudkan untuk membantu penyebaran informasi agar dapat sampai secara tepat 85 Ibid waktu dan tepat guna kepada pemodal. Menurut pasal 1 angka 25 UUPM prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat mempengaruhi terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud atau harga efek tersebut. Informasi material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. 86 Pasal 86 ayat (1) UUPM menggariskan bahwa emiten yang pernyataannya telah efektif atau perusahaan publik wajib : 1. Menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat. Informasi laporan berkala berisi tentang kegiatan usaha dan keadaan keuangan emiten atau perusahaan publik yang diperlukan oleh pemodal sebagai dasar pengambilan keputusan investasi atas efek. Oleh karena itu emiten atau perusahaan publik dibebankan kewajiban menyampaikan laporan berkala setiap akhir periode tertentu kepada Bapepam. 2. Menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga efek selambatlambatnya ada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut. 86 Pasal 1 angka 7 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Lebih lanjut tentang fakta material ini diatur dalam Peraturan Nomor X.K.1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 86/PM/1996 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik, menetapkan keharusan bahwa : 1. Setiap perusahaan publik atau emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat hari kerja ke-2 (kedua) setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. 2. Peristiwa, informasi atau fakta material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau investasi keputusan pemodal, antara lain-lain hal-hal sebagai berikut : a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan; b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; e. Produk atau penemuan baru yang berarti; f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang; h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya; i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material; j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting; k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan; l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; m. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan; n. Penggantian wali amanat; o. Perubahan tahun fiskal perusahaan; Disamping keputusan Ketua Bapepam Nomor 86/PM/1996 tentang keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik tersebut di atas, emiten juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan berkala dalam bentuk laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan. 87 Laporan keuangan tahunan tersebut harus disampaikan kepada Bapepam yang terdiri dari neraca rugi laba, laporan laba rugi laporan saldo laba, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan, seperti laporan komitmen dan kontinjensi untuk emiten dan perusahaan publik yang bergerak dalam bidang perbankan. Selain kepada Bapepam laporan keuangan tahunan wajib diumumkan kepada publik dengan ketentuan sebagai berikut: 88 1. Perusahaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi serta laporan komitmen dan kontijensi (khusus perbankan) dalam sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang salah satu diantaranya mempunyai peredaran nasional dan lainnya yang terbit ditempat kedudukan emiten dan perusahaan publik selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tahun buku berakhir. Bagi perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan menengah dan kecil mengumumkan neraca, laproan laba rugi serta laporan komitmen dan kontijensi (khusus perbankan) dalam sekurang-kurangnya 1 (satu) harian surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional; 87 Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80/TM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. 88 Ayat 2 huruf (b) Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80/TM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala 2. Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi serta laporan komitmen kontijensi yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada Bapepam; 3. Bukti pengumuman tersebut harus disampaikan kepada Bapepam selambatlambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengumuman; Untuk laporan keuangan tengah tahunan disampaikan kepada Bapepam dalam jangka waktu: 89 1. Selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku perusahaan berakhir, jika tidak disertai laporan akuntan; 2. Selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku perusahaan berakhir, jika disertai laporan akuntan dalam rangka penelaahan terbatas; 3. Selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal tengah tahun buku perusahaan berakhir, jika disertai laporan akuntan yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan; Demikian juga dengan laporan keuangan tengah tahunan selain disampaikan kepada Bapepam juga wajib diumumkan kepada masyarakat dengan ketentuan sebagai berikut: 90 89 Ayat 3 huruf (a) Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80/TM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala 90 Ayat 3 huruf (d) Peraturan Nomor X.K.2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 80/TM/1996 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. 1. Perusahaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi serta laporan komitmen dan kontinjensi (khusus perbankan) dalam sekurang-kurangnya 1 (satu) surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional; 2. Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi serta laporan komitmen dan kontinjensi (khusus perbankan) yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang disajikan dalam laporan keuangan tengah tahunan yang disampaikan kepada Bapepam; 3. Pengumuman tersebut di atas dilakukan selambat-lambatnya sesuai dengan jangka waktu menurut kewajiban penyampaian laporan keuangan tengah tahunan kepada Bapepam. Bukti pengumuman tersebut harus disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengumuman; Sifat yang melekat pada suatu perusahaan yang melakukan penawaran umum/emiten adalah adanya transparansi atau keterbukaan (full disclosure). Ungkapan transparansi merupakan istilah yang secara umum mempunyai arti tembus pandang. Istilah discosure ini digunakan dalam kaitannya dengan dunia akuntansi, yang maksudnya seberapa jauh pembaca laporan keuangan atau pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, mampu untuk membedah kandungan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut. Selain keterbukaan informasi dibidang keuangan melalui neraca akuntansinya, emiten juga harus terbuka kepada publik dan Bapepam mengenai perubahan komposisi pemilikan sahamnya, direksi atau komisaris emiten atau perusahaan publik wajib melaporkan kepada Bapepam atas pemilikan dan setiap perubahan kepemilikannya atas saham perusahaan 91 tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya transaksi. 92 Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam angka 1 peraturan ini, berlaku juga bagi setiap pihak yang memiliki 5% (lima perseratus) atau lebih saham yang disetor. 93 Laporan sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka 2 peraturan ini sekurangkurangnya meliputi. 94 1. Nama, tempat tinggal, dan kewarganegaraan; 2. Jumlah saham yang dibeli atau dijual; 3. Harga pembelian dan penjualan per tahun; 4. Tanggal transaksi dan; 5. Tujuan dari transaksi; Informasi yang dimaksud disini termasuk dalam hal emiten atau perusahaan publik diajukan ke pengadilan untuk dimohonkan pernyataan pailit, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai hal tersebut kepada Bapepam dan bursa efek dimana efek emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari ke-2 (dua) sejak emiten atau perusahaan publik mengetahui adanya permohonan pernyataan pailit dimakud. 95 Laporan mengenai pailitnya emiten atau perusahaan publik tersebut merupakan dokumen publik yang 91 Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Peraturan Nomor X.M.1 Keterbukaan Informasi Pemegang Saham tertentu, Angka 1 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996 93 Angka 2 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996 94 Angka 3 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 82/PM/1996 95 Peraturan Nomor X.K.5 Tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit, Angka 3 Keputusan Ketua Bapepam Nomor 46/PM/1998. 92 tersedia di pusat referensi pasar modal. Sistem keterbukaan informasi merupakan mata rantai dalam aktifitas pasar modal, yang mempertemukan kepentingan perusahaan atau issuer (selaku demanter of money/supplier for informations) disatu pihak, dan kepentingan pemodal (supplier of fund) di pihak lain. Atas konsep keterbukaan ini diharapkan pemodal dapat memperoleh gambaran jelas, lengkap dan jujur guna mengambil keputusan investasi yang tepat. Motif yang mendasari investor dalam melakukan investasi dengan melakukan pembelian efek di pasar modal adalah memperoleh keuntungan dengan membeli saham suatu perusahaan maka investor dapat memperoleh dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan pada pemilik saham. Selain itu investor juga dapat memperoleh capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dan harga beli saham, serta manfaat non finansial yaitu memperoleh kekuasaan berupa hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Agar memperoleh keuntungan yang diharapkan tersebut, maka investor harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian saham harus mempertimbangkan aspek makro dan aspek mikro dari emiten yang bersangkutan. Aspek makro yang dimaksud disini adalah kondisi dan perkembangan dunia perekonomian sesuai dengan usaha emiten baik secara nasional maupun internasional. Selanjutnya investor juga perlu mempertimbangkan faktor mikro yaitu, kondisi perkembangan dan prospek emiten, dengan kata lain investor perlu mengetahui berbagai segi mengenai emiten. Hal tersebut antara lain dapat diketahui melalui keterbukaan informasi yang dikemas dalam prospektus. Investor menggunakan informasi tersebut untuk menentukan perusahaan mana yang efek/sahamnya menguntungkan. Dengan kata lain semua informasi yang penting dan relevan akan dapat mempengaruhi pembentukan harga efek/saham perusahaan seperti yang diutarakan oleh Weston J. Fred dan Thomas E. Copeland: “However financialratios are useful in security analysis the evaluation of the emphasis is on security analysis the principal focus in on judging the long run profit potential of the firm. Propitability is run; because financial ratios analysis provides insight into this factor it is usefull the security anlysis.” 96 Keterbukaan informasi yang berlaku harus mampu menyerap segala keterangan, data informasi yang vital bagi kepentingan pengawasan, termasuk untuk kepentingan penegakan hukum melihat pentingnya kedudukan dan eksistensi keterbukaan informasi dipasar modal, maka dapat dikatakan bahwa hukum pasar modal kehadirannya tidak berarti jika belum dapat menjamin prinsip keterbukaan informasi. 97 Kewajiban perusahaan publik/emiten untuk melaksanakan prinsip keterbukaan informasi (full disclosure) mempunyai karakteristik yuridis yaitu : 98 1. Prinsip ketinggian derajat akurasi (ketepatan) informasi; 2. Prinsip ketinggian derajat kelengkapan informasi; 96 Weston J. Fred and Thomes E. Copeland, Manajerial Finance, eight edition, (Japan: CBS College Publishing, 1986), hal. 195. 97 Munir Fuady, Op Cit, hal. 107. 98 Ibid, hal. 79 3. Prinsip equilibrium (keseimbangan) antara efek negatif kepada emiten disatu pihak, dengan efek positif kepada publik jika dibukanya informasi tersebut. C. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penipuan di Bidang Pasar Modal Melalui Fungsionalisasi Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Sistem peradilan pidana (criminal justice system) pada tindak pidana penipuan di bidang pasar modal merupakan suatu gerak sistemik dari subsistem-subsistem pendukungnya yaitu Bapepam, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan yang secara keseluruhan dan merupakan satu kesatuan yang berusaha mestranformasikan tujuan sistem peradilan pidana yang berupa resosilisasi pelaku tindak pidana, pencegahan kejahatan dan kesejahteraan masyarakat. 99 Bekerjanya subsistem peradilan pidana dalam penegakan hukum tindak pidana penipuan di bidang pasar modal tidak terlepas dari instrumen pendudukung berupa UUPM yang mengatur aparat penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ini mutlak diperlukan agar para penegak hukum terarah dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Sistem ini dapat dibagi tiga tahap: (a) tahap-pra-ajukasi (preadjudication), (b) tahap ajukasi (adjudicaton), (c) tahap purna-ajudikasi (postadjudication). 99 Lihat, Loebby Loqman, Pra Peradilan di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hal. 22 bahwa Dalam sistem peradilan pidana haruslah dengan jelas apa yang menjadi tujuannya. Sehingga setiap unsur dalam sistem tersebut akan mengetahuinya dimana meskipun faktor atau unsur tersebut berdiri sendiri, akan tetapi pada hakekatnya tidak dari keterkaitan tujuan akhir dari sistem tersebut Salah satu sub sistem dalam peradilan pidana di bidang pasar modal adalah pembentukan dan kewenangan yang diberikan kepada Bapepam dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perangkat undangundang ini menjadi dasar dan memberikan tugas kepada Bapepam untuk melaporkan hasil penyelidikan tindak pidana pasar modal kepada penuntut umum, 100 dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan Bapepam dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain. 101 Di dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut UUPM Nomor. 8 Tahun 1995 bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pelaku ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai tugasnya ini, Bapepam memiliki fungsi antara lain, menyusun peraturan dan menegakkan peraturan di bidang pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal, menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, lembaga kliring dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lainnya. Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, dan efisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Pelaksanaan fungsi penegakan hukum, Bapepam bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal. 100 101 Lihat, Pasal 101 ayat (5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Lihat, Pasal 101 ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Dengan melakukan pemeriksaan, dan atau penyidikan, yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku pasar modal, data tersebut dianlisis oleh Bapepam dan dari hasil tersebut dijadikan konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa. Bapepam diberi wewenang tertentu untuk melakukan penyelidikan tindak pidana di bidang pasar modal selaku Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) berdasarkan ketentuan dalam kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana. penyelidikan ini maksudnya adalah untuk mencari kebenaran sebagaimana yang diatur dalam tahapan-tahapan dalam Hukum Acara Pidana. Setelah selesai dilakukan penyelidikan kemudian dilanjutkan dengan penyidikan. KUH Pidana memberi definisi penyidikan sebagi berikut : “Serangkaian tindakan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undangundang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentag tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka”. Dalam bahasa Belanda ini sama dengan opsporing. Menurut Printo, menyidik ( opsporing ) berarti “pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apa pun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuai pelanggaran hukum”. 102 Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 107 ayat (1) KUHAP,” Untuk kepentingan penyidikan, penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf a memberikan 102 Andi Hamzah Hukum Acara Pidana Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika, 2001),.hal.118 petunjuk kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat (1) huruf b dan memberikan bantuan penyidikan yang diperlukan“. Dengan demikian dapat dilihat KUHAP menegaskan pada Pasal 107 ayat (3), apabila Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ) telah selesai melakukan penyidikan maka hasilnya diserahkan ke Penuntut Umum (PU). Cara penyerahannya kepada Penuntut Umum (PU) dilakukan PPNS melalui “penyidik Polri”. Untuk itu dalam terjadinya tindak pidana di bidang pasar modal maka Penyidik PPNS tertentu dilingkungan Bapepam diberi wewenang khusus sebagai penyidik meliputi: 103 1. Menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana pasar modal. 2. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal. 3. Melakukan penelitian terhadap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal. 4. Memanggil, memeriksa dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap pihak yang disangka melakukan atau sebagai saksi dalam tindak pidana pasar modal. 5. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal. 6. Melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pasar modal. 7. Memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang pasar modal. 8. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal, dan 9. Menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan. 103 Lihat, Pasal 101 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Bandingkan Pasal 101 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyatakan bahwa dalam hal Bapepam berpendapat pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan pelaksananya mengakibatkan kerugian bagi kepentingan Pasar Modal dan atau membahayakan kepentingan pemodal atau masyarakat. Bapepam menetapkan dimulainya tindakan penyidikan. Bila terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di bidang pasar modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila memang telah terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat masukan dari bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Bila mereka yang dikenai sanksi dapat menerima putusan tersebut. Maka pihak yang terkena sanksi akan melaksanakan semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Permasalahan akan berlanjut bila sanksi yang telah ditetapkan tersebut tidak dapat diterima atau tidak dilaksanakan, misalnya denda yang telah ditetapkan oleh Bapepam tidak dipenuhi oleh pihak yang diduga telah melakukan pelanggaran, maka akan dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan menyerahkan kasus tersebut kepada pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang berwenang melakukan penuntutan. Demikian pula dengan Bursa Efek, sebagai lembaga yang menyelenggarakan pelaksanaan perdagangan efek, apabila di dalam melakukan transaksi perdagangan efek menemukan suatu pelanggaran, yang berindikasi adanya pelanggaran yang bersifat pidana, lembaga ini akan menyerahkan pelanggaran tersebut kepada Bapepam untuk dilakukan pemeriksaan dan penyidikan. Kewenangan melakukan penyidikan terhadap setiap kasus (pelanggaran peraturan perundangan pidana) bagi Bapepam, diberikan oleh KUHAP seperti tercantum di dalam ketentuan Pasal 6 (ayat 1) huruf (b). yang menyebutkan : “Penyidik adalah aparat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.” Kewenangan ini merupakan pengejewantahan dari fungsi Bapepam sebagai lembaga pengawas. Tindakan penanggulangan atas pelanggaran UUPM yang mengakibatkan kerugian bagi kepentingan Pasar Modal dan membahayakan kepentingan publik oleh lembaga Bapepam sebagai penyidik adalah salah satu proses penegakan hukum pidana dalam sistem peradilan pidana (criminal justice system), dalam hal Bapepam melakukan tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana penipuan maka Bapepam harus melakukan koordinasi dengan instansiinstansi terkait dengan aparat penegak hukum dan lembaga yang terkait lainnya misalnya emiten, lembaga perbankan dan investor. Dalam konsep Sistem Peradilan Pidana Bapepam sebagai PPNS tidak termasuk dalam komponen tersebut, namun dilain pihak Bapepam melakukan fungsi selaku penyidik sebagaimana layaknya seperti penyidik Polri. Sedangkan dalam Sistem Peradilan Pidana setiap komponen harus berjalan sesuai dengan sistem supaya tidak menimbulkan kesukaran atau kegagalan. Bila sistem berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing tidak akan menimbulkan beberapa kendala atau akibat adanya keterpaduan kerja. Dengan demikian ketiga kerugian yang dapat terjadi apabila tidak bekerja sebagai sistem, berkisar pada: 104 104 Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan sistem Peradilan Pidana,(Jakarta: Kumpulan Karangan Buku Kedua, Pusat Pelayanan dan Pengabdian Hukum, Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, 1997), hal.142 a. Kesukaran dalam menilai sendiri keberhasilan atau kegagalan masing-masing instansi, sehubungan dengan tugas mereka; b. Kesulitan dalam memecahkan sendiri masalah-masalah pokok masing-masing instansi (sebagai sub-sistem); dan c. Karena tanggung jawab masing-masing instansi sering kurang jelas terbagi , maka setiap instansi tidak terlalu memperhatikan efektivitas menyeluruh dari sistem peradilan pidana. Pada hakekatnya fungsi Bapepam pada sistem peradilan pidana adalah membantu penegak hukum dalam mencegah dan memberantas tindak pidana di bidang pasar modal disamping fungsi Bapepam sebagai pembina, pengatur dan pengawas kegiatan sehari-hari pasar modal. 105 Salah satu contoh kewenangan Bapepam untuk melakukan fungsi sebagai pembina, pengatur kegiatan pasar modal dalam rangka terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur,wajar dan efesien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat antara lain: Pertama, memberi izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasehat Investasi dan Biro Efek. 105 Lihat, http://www.Bapepam.go.id, diakses tanggal 8 Juni 2011, bahwa Bapepam adalah lembaga regulator dan pengawas pasar modal, dipimpin oleh seorang ketua, dibantu seorang sekretaris, dan tujuh orang kepala biro terdiri atas: a. Biro perundang-undangan dan Bantuan Hukum b. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan c. Biro Pengelolaan dan Riset d. Biro Transaksi dan Lembaga Efek e. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa f. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil. g. Biro Standar dan Keterbukaan. Kedua, izin orang perseorangan bagi wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Perdagangan Efek dan Wakil Manajer Investasi dan; Ketiga, persetujuan bagi Bank Kustodian. Selanjutnya, tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila : 1. Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal. 2. Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh perizinan, persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam, dan 3. Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di bidang pasar modal Sejak tahun 1997, Bapepam melaksanakan press release secara berkala kepada masyarakat, antara lain melalui media massa dan media internet. Presss Release yang dikeluarkan oleh Bapepam, merupakan bentuk publikasi dan pertanggungjawaban kepada masyarakat mengenai kondisi, dan keberadaan suatu perusahaan dan juga kebutuhan masyarakat akan informasi pasar modal lainnya misalnya, bila ada kebijakan perundang-undangan yang baru dari Bapepam. Selain itu pula, kebijakan untuk selalu membuat laporan kepada masyarakat melalui press release ini adalah merupakan perwujudan dari prinsip kejujuran dan keterbukaan (tranparansi) yang dianut oleh lembaga pengawas pasar modal ini. Misalnya beberapa penegakan hukum yang dilakukan oleh Bapepam dalam penyelesaian kasusu di bidang pasar modal sebagai berikut: 106 1. Pada tahun 2001, Kasus yang diperiksa di tahun 2001 adalah sebanyak 10 kasus, yang terinci sebagai berikut : a. Perdagangan Orang Dalam, sebanyak 1 kasus b. Keterbukaan Informasi, sebanyak 3 kasus; c. Pengendalian Inheren , sebanyak 4 kasus; d. Gagal Serah/Gagal Bayar, sebanyak 1 kasus; g. Manipulasi Pasar, sebanyak 1 Kasus. Dari kasus-kasus di atas, Bapepam telah melaksanakan pemeriksaan dan telah berhasil menyelesaikan 4 kasus, sedangkan sisanya sebanyak enam kasus masih dalam proses. Diantara kasus yang diperiksa Bapepam sepanjang tahun 2001, yang paling menarik adalah kasus PT Bank Bali tbk. Dalam kasus ini, tim penyidik Bapepam telah menyampaikan kasus ini ke Kejaksaan Agung, Kasus ini adalah kasus tindak pidana di bidang pasar modal oleh PT. Bank Bali Tbk, yang tidak menyampaikan informasi kepada Bapepam tentang adanya pengalihan piutang pada bank lain. 2. Pada Tahun 2002 Selama tahun 2002, Bapepam telah melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal sebanyak 39 kasus, yang terinci sebagai berikut : a. Perdagangan Orang dalam, sebanyak 2 kasus; b. Keterbukaan informasi, sebanyak 16 kasus; c. Pengendalian Inheren, sebanyak 3 kasus; d. Kegiatan Pasar Modal tanpa Ijin, sebanyak 4 kasus; e. Manipulasi Pasar, sebanyak 6 kasus; f. Transaksi Benturan Kepentingan, sebanyak 6 kasus; g. Informasi Menyesatkan, sebanyak 2 kasus. Dari sebanyak 39 kasus yang ditangani Bapepam, 28 kasus telah berhasil diselesaikan, sedangkan sisanya sebanyak 11 kasus masih dalam proses. Bapepam juga telah meningkatkan status tiga kasus tindak pidana pasar modal dari tahap pemeriksaan ke dalam tingkat penyidikan. Salah satu kasus yang menarik sepanjang tahun 2002 adalah kasus penerbitan sekaligus publikasi sebanyak sembilan press release pada bulan Januari sampai 106 Elfira Taufani, Analisis Terhadap Kebijakan Kriminal Dan Penegakan Hukm Di Dalam Tindak Pidana Pasar Modal, Simbur Cahaya No. 27 Tahun X Januari 2010 ISSN o. 14110-0614. Lihat juga, http://www.Bapepam.go.id, diakses tanggal 7 Juni 2011 dengan bulan Februari 2002 oleh PT Lippo e-Net Tbk, dimana beberapa diantara Press release tersebut mengandung informasi yang kurang tuntas dalam penjabarannya, serta kurang didukung oleh fakta-fakta yang dapat menjelaskan informasi di dalamnya. Atas kasus tersebut, Bapepam telah mengenakan sanksi administratif berupa denda kepada PT. Lippo e-Net Tbk dan para pengurus perusahaan. Selain itu, Bapepam juga mewajibkan kepada Emiten untuk menanggung biaya registrasi sahamnya dalam rangka perdagangan saham tanpa warkat serta memerintahkan kepada emiten untuk mengumumkan kepada masyarakat mengenai perkembangan terakhir kegiatan usaha perseroan di bidang cyber internet dan e-commerce 3. Pada Tahun 2003 Selama tahun 2003, Bapepam melakukan pemeriksaan terhadap 34 kasus ditambah 10 kasus yang belum terselesaikan di tahun 2003, sehingga total kasus yang diperiksa selama tahun 2003 adalah 44 kasus. Sampai akhir 2003, Bapepam telah berhasil menyelesaikan 33 kasus atau 75 % dari total kasus yang diperiksa selama tahun 2003. Kasus yang cukup menarik masyarakat selama tahun 2003 adalah antara lain kasus Pemalsuan Saham PT Tjiwi Kimia Tbk. Kasus ini berawal dari laporan PT. Tjiwi Kimia Tbk yang disampaikan kepada BEJ dengan Tembusan ke Bapepam, yang melaporkan bahwa telah terjadi pemalsuan saham PT. Tjiwi Kimia Tbk atas nama PT Purinusa Eka Persada sebanyak 13.517.010 lembar saham. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pemalsuan tersebut diduga dilakukan oleh beberapa karyawan PT Sinartama Gunita selaku Biro Administrasi Efek yang dibantu oleh pihak lain. Dugaan pemalsuan saham ini telah diserahkan kepada pihak kepolisian, sedangkan Bapepam telah menjatuhkan sanksi administratif berupa peringatan tertulis kepada para perusahaan efek yang telah lalai dalam melakukan transaksi saham PT. Tjiwi kimia Tbk. Dugaan manipulasi pasar dan insider trading terhadap perdagangan saham PT. Bank Central Asia Tbk (BCA) merupakan kasus yang paling mendapat sorotan di tengah gencarnya kontroversi program divestasi saham Pemerintah pada bank swasta nasional terbesar di Indonesia. Tidak hanya pengamat, anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI juga menaruh perhatian besar dan mengikuti secara cermat perkembangan hasil pemeriksaan Bapepam untuk menyebarluaskan setiap perkembangan dari hasil pemeriksaan atas kasus tersebut. Setelah melakukan berbagai kegiatan investigasi selama kurang lebih 4 bulan, pada awal Oktober 2003 Tim Pemeriksa akhirnya menyimpulkan bahwa pergerakan dan perubahan harga saham BCA di Bursa Efek Jakarta periode transaksi Mei sampai Juni 2003 yang cukup signifikan ternyata lebih disebabkan oleh reaksi pasar dan perilaku pemodal yang menyikapi rencana divestasi saham pemerintah pada perusahaan publik tersebut secara cukup emosional. Dengan kata lain, belum cukup bagi Tim Pemeriksa untuk secara yuridis menyimpulkan telah terjadi manipulasi pasar dan insider trading pada kasus tersebut. 4. Pada Tahun 2004 Selama tahun 2004, Bapepam telah melakukan pemeriksaan dan atau penyidikan terhadap 40 kasus, ditambah 4 kasus yang belum terselesaikan di tahun 2001 sehingga total kasus yang diperiksa dan atau disidik adalah 44 kasus. Dari 44 kasus tersebut, 33 kasus diantaranya (75 %) telah berhasil diselesaikan oleh Bapepam, sedangkan sisanya masih dalam pemeriksaan dan atau penyidikan. Selama tahun 2004, sebanyak 2 kasus telah ditingkatkan ke tahap penyidikan. Salah satu terobosan penting dalam penegakan hukum pasar modal yang dilakukan, Bapepam pada tahun 2004 adalah dilakukannya upaya paksa berupa penangkapan dan penahanan dua orang pelaku tindak pidana di pasar modal untuk kepentingan penyidikan, atas kasus perdagangan saham PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk. Upaya dimaksud dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia. Salah satu kasus yang menarik perhatian baik nasional, maupun internasional, yang terjadi di tahun 2004 adalah kasus divestasi saham PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) Tbk. 5. Pada Tahun 2005 Di tahun 2005, Bapepam telah menerima laporan dan pengaduan sejumlah 28 dugaan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar modal, baik yang disampaikan oleh Biro Teknis Bapepam, SRO maupun masyarakat. Terhadap 28 kasus tersebut, Biro pemeriksaan dan Penyidikan telah melakukan pemeriksaan terhadap 25 kasus dan penyidikan sebanyak 3 kasus. Kasus yang menarik perhatian sepanjang tahun 2003 adalah kasus Penyajian Laporan Keuangan dan Keterbukaan PT Bank Lippo Tbk karena adanya perbedaan laporan keuangan PT. Bank Lippo Tbk per 30 September 2005 yang dipublikasikan di media massa pada tanggal 28 November 2005 dengan Laporan Keuangan periode yang sama ke PT BEJ. Dari kedua versi laporan tersebut, terdapat perbedaan data laporan keuangan. Perbedaan tersebut adalah di dalam laporan Keuangan LPBN yang dipublikasikan melalui media massa disebutkan bahwa, total aktiva Rp.24 triliun dengan laba bersih sebesar Rp. 98 miliar. Sementara dalam Laporan Keuangan ke PT BEJ (Nomor. Pengumuman 1120/BEJ-2002), total aktiva berkurang menjadi Rp. 22,8 triliun dan rugi bersih menjadi Rp. 1.3 triliun. Laporan Keuangan yang disampaikan ke PT BEJ tersebut adalah perbandingan Laporan Keuangan per 30 September 2005 yang diaudit dengan Laporan Keuangan per 30 September 2005 yang tidak diaudit. Laporan keuangan juga menyajikan perbedaan mencolok pada laba operasional yaitu rugi Rp. 1,2 triliun (pada laporan ke PT BEJ) dibandingkan dengan laba Rp.170 miliar (pada laporan publikasi media massa) Dari hasil pemeriksaan Tim disimpulkan bahwa adanya kekurang hati-hatian Direksi PT Bank Lippo Tbk dalam mencantumkan kata “audit” dan opini Wajar Tanpa Pengeculian pada iklan laporan keuangan per 30 September 2005 pada tanggal 28 November 2005 dan adanya kelalaian Akuntan Publik Drs. RK., Partner KAP Prasetio, Sarwoko dan Sanjaya, berupa keterlambatan dalam menyampaikan peristiwa penting dan material mengenai penurunan nilai AYDA (aset yang diagunkan) PT Bank Lippo Tbk kepada Bapepam. 6. Pada tahun 2006 Di tahun 2006 (sampai 10 Agustus 2006), Bapepam melakukan pemeriksaan 22 kasus pelanggaran, yang diantaranya sebanyak 15 kasus masih dalam proses pemeriksaan, 6 (enam) kasus telah selesai, dan satu diantaranya yaitu kasus transaksi obligasi dan obligasi REPO yang dilakukan oleh Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali, telah ditingkatkan statusnya dari pemeriksaan ke penyidikan. Dengan ditingkatkannya dari status pemeriksaan ke penyidikan pada kasus transaksi obligasi dan obligasi REPO, maka Bapepam hingga saat ini telah melakukan penyelidikan terhadap 6 kasus (yang 5 kasusnya merupakan tunggakan kasus dari tahun sebelumnya), yang terinci sebagai berikut : 1. Kasus tindak pidana dalam perdagangan saham PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk (BIMA), yang status penyidikannya selesai (P21), dan akan segera dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. 2. Kasus tindak pidana divestasi saham PT Indosat Tbk (ISAT), yang status penyidikannya dihentikan, dan telah diterbitkan SP3; 3. Kasus tindak pidana transaksi obligasi dan obligasi REPO oleh PT. Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali, yang status penyidikannya masih dalam proses; 4. Kasus tindak pidana perdagangan saham PT Ryene Adibusana Tbk (RYAN); 5. Kasus tindak pidana dalam perdagangan saham PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk (BIMA) - dengan pelaku Amir Soehendro Samirin dan Jean Nasution - yang status penyidikannya masih dalam proses; 6. Kasus tindak pidana perdagangan saham PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk (BIMA) yang dilakukan oleh Judiono Tosin yang status penyidikannya masih dalam proses. 7. Pada tahun 2007 sampai dengan 2010 Sampai dengan Desember 2007, dari 39 kasus pemeriksaan, 21 kasus telah selesai diproses dan 18 kasus masih dalam proses pemeriksaan maupun proses pengenaan sanksi. Sementara dari 21 kasus yang telah diselesaikan, 17 kasus telah dikenai sanksi. Sanksi tersebut dalam bentuk administratif maupun tindakan kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran. Sisanya sebanyak 3 kasus ditutup karena tidak ditemukan adanya pelanggaran perundang-undangan di bidang pasar modal, dan 2 kasus ditingkatkan ke tahap penyidikan karena adanya indikasi kuat terjadi tindak pidana di bidang pasar modal. Kedua kasus tersebut adalah kasus PGN dan transaksi perdagangan saham PT Agis Tbk. Baik terhadap kasus PGN maupun Agis, Bapepam-LK (Lembaga Keuangan) telah mengenakan sanksi administratif kepada beberapa pihak. Bahkan Bapepam-Lk saat ini sudah meningkatkan status pemeriksaan kedua kasus tersebut ke tahap penyidikan. Diantara deretan kasus yang masuk daftar Bapepam-LK, terdapat kasus yang cukup memperoleh perhatian publik. Diantaranya kasus perdagangan saham Agis pada bulan Juni 2007. Harga saham emiten berkode TMPI itu sejak Desember 2006–Juni 2007 mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Akibatnya, beberapa anggota bursa mengalami gagal bayar di bulan Juni 2007, sehingga PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) harus menunda penyelesaian transaksi saham Agis. Beberapa kasus dugaan pelanggaran pasar modal yang sering terjadi dan ditangani Bapepam-LK adalah kasus-kasus yang berkaitan dengan keterbukaan emiten dan perusahaan publik, perdagangan efek, dan pengelolaan investasi. Kasus tersebut antara lain: dugaan pelanggaran atas ketentuan transaksi yang mengandung benturan kepentingan, transaksi material, keterbukaan pemegang saham tertentu, informasi atau fakta material yang harus segera diumumkan kepada publik. Lalu pelanggaran penyajian laporan keuangan, penggunaan dana hasil penawaran umum. Sementara kasus yang berkaitan dengan perdagangan efek antara lain: dugaan pelanggaran manipulasi pasar, perdagangan semu, perdagangan orang dalam, penipuan. Sedangkan kasus yang berkaitan dengan pengelolaan investasi antara lain: dugaan pelanggaran dalam pengelolaan reksa dana, kewajiban pelaporan reksa dana dan lain-lain. Selama tahun ini, Bapepam-LK juga telah melakukan upaya penegakan hukum. Salah satu sanksi yang diterapkan adalah sanksi administratif kepada para pelaku pelanggaran terhadap UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal. Bentuk sanksi yang ditetapkan cukup beragam, mulai dari pencabutan izin usaha, baik kepada institusi maupun kepada perorangan, pembekuan izin usaha, sanksi denda, serta peringatan tertulis. Dari kasus-kasus yang ditemukan, baik berdasarkan laporan masyarakat, ataupun dari Bursa Efek Jakarta, yang menilai adanya indikasi kecurangan yang dilakukan oleh pemain, maka penyelesaian yang dilakukan oleh Bapepam terhadap seluruh kasus pasar modal yang pernah terjadi, baik kasus perdata maupun yang berindikasi pidana, seringkali diberi putusan yang bersifat administrasi, Walaupun pada awalnya pemeriksaan telah sampai pada tahap penyidikan, yang dilakukan oleh tim penyidik Bapepam, namun pada akhirnya selalu diselesaikan tanpa melalui proses Sistem Peradilan Pidana, tetapi diselesaikan di tingkat Bapepam, dengan dikenakan hukuman atau sanksi denda administrasi. Hal ini disebabkan masih adanya pembatas, yang dapat berupa diskresi atau kebijakan yang diambil oleh Ketua Bapepem, dalam rangka penyelesaian kasus tersebut secara cepat. Dengan kata lain, Ketua Bapepam bertujuan agar, kerugian negara di dalam perdagangan ini, dapat cepat kembali. Sebagai salah satu bukti, bahwa pada awal Januari hingga bulan Agustus tahun 2004, Bapepam telah menjatuhkan sanksi adminstratif kapada 216 pihak. Total nilai denda yang dikenakan kepada 216 pihak tersebut sebesar Rp. 5,7 milyar rupiah, dari jumlah ini, telah dilakukan pembayaran oleh pihak-pihak tersebut sebesar Rp. 4,6 milyar. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa, Ketua Bapepam lebih cenderung untuk menyelesaikan kasus pelanggaran tersebut, dengan menempuh jalur di luar pengadilan. 107 Hal ini sebagaimana dikemukan oleh biro pemeriksaan dan penyidikan Bapepam sebagai berikut: 108 “Memang selama ini kasus-kasus pasar modal yang berindikasi pidana maupun perdata diselesaikan pada tingkat Bapepam (luar persidangan) dengan hukuman berupa denda administrasi, belum pernah sekalipun ditempuh penyelesaian melalui kebijakan pidana (sistem peradilan pidana). Sebenarnya hal ini bukan tanpa alasan. Dijelaskan pula bahwa, jika diselesaikan melalui jalur pengadilan (pidana), akan memakan waktu yang cukup lama, selain karena masalah pembuktian yang sangat sulit, sehingga uang yang hilangpun lambat pula kembalinya. Alasan lainnya adalah, sebagaimana sanksi pidana yang menganut effek jera bagi yang dikenakan sanksi tersebut, sanksi yang berupa denda administrasi juga mengandung effek jera. Ini disebabkan, di dalam dunia usaha, nama baik sangatlah penting. Seperti diketahui bahwa hukum pidana dengan sanksi pidananya, akan menimbuilkan stigma bagi orang yang terkena, sehingga diprosesnya pihak-pihak (pelaku pelanggaran ) secara pidana, serta dijatuhi hukuman pidana, akan berdampak pada tercorengnya nama baik mereka, sehingga jika akan memasuki lagi dunia pasar modal akan mengalami kesulitan, seperti lunturnya kepercayaan pihak lain terhadap sipelaku tersebut. Proses pengembalian sejumlah kerugian yang terjadi melalui penetapan denda administrasi, akan lebih cepat apabila 107 108 Ibid http://www.Bapepam.go.id, diakses tanggal 7 Juni 2011 dibandingkan melalui proses sistem peradilan pidana, serta Bapepam beranggapan tingkat kerugiannya tidak begitu membahayakan. Akan tetapi, jika selama ini penyelesaian kasus pasar modal selalu dilaksanakan di luar pengadilan, dengan mengenakan sanksi administratif oleh pihak Bapepam, mulai dari denda administratif, hingga pencabutan izin perusahaan, maka pada sekitar pertengahan bulan Agustus tahun 2004, ada satu kasus tindak pidana pasar modal yang telah sampai kepada kejaksaan, setelah dilakukan penyidikan oleh bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Kasus ini lebih dikenal dengan sebutan kasus (BIMA), adalah kasus lama (tahun 1992), yang pernah diproses oleh Bapepam, yang juga telah dikenakan sanksi berupa denda administratif, tetapi pembayaran denda tidaklah berjalan dengan mulus (mengalami gagal bayar), sehingga kasus perdagangan saham PT Primarindo Asia Infrastruktur serta saham PT Dharma Samudra Fishing Industry ini ditingkatkan kepada tahap penuntutan melalui pihak Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Jadi, kasus BIMA ini adalah kasus pasar modal pertama yang ditangani bersama antara Kepolisian dan Bapepam, sejak adanya UndangUndang Pasar Modal. Kasus Bank Lippo adalah salah satu kasus yang menarik perhatian, tidak hanya masyarakat tetapi juga para pakar hukum. Bapepam seperti dijelaskan sebelumnya dalam penyelesaian kasus-kasus yang masuk di Bapepam Pada kasus Bank Lippo ini tidak hanya melanggar perundang-undangan di bidang pasar modal, tetapi juga Undang-Undang lainnya, seperti Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Perseroan Terbatas. D. Langkah Hukum Investor Akibat Kerugian Atas Informasi Menyesatkan (Misleading Information) Investor merupakan pihak yang paling dirugikan akibat adanya pelanggaran di pasar modal. Apakah akibat adanya informasi yang menyesatkan (misleading information) yang mempengaruhinya dalam memutuskan investasi, maupun manipulasi pasar, perdagangan orang dalam dan lain sebagainya. Ada tiga faktor utama yang menjadi pertimbangan investor untuk terlibat dipasar modal, yaitu pendapatan, likuiditas, dan keamanan investasi. Dengan demikian, lembaga-lembaga pasar modal perlu mewujudkan pasar modal yang mampu memenuhi kriteria tersebut. Kemampuan untuk mewujudkan hal di atas akan banyak manfaatnya dalam usaha memaksimalisasi perlindungan investor. Investor perlu dijauhkan antara lain dari adanya informasi yang keliru dan menyesatkan serta bebas dari praktek perdagangan efek yang tidak sejalan dengan ketentuan peraturan perundangan. Pasal 111 UUPM memberikan kesempatan kepada investor yang menderita kerugian akibat pelanggaran Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya mengajukan gugatan untuk mendapatkan ganti rugi secara perdata dengan pihak lain yang memiliki tuntutan yang serupa, terhadap pihak-pihak yang bertanggungjawab atas pelanggaran tersebut. Berdasarkan pasal 111 UUPM tersebut dapat dikatakan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu ganti rugi dapat dituntut dari pihak yang telah menimbulkan kerugian sebagai berikut : 1. Adanya pelanggaran atas UUPM atau peraturan pelaksanaannya; 2. Adanya kerugian; 3. Kerugian tersebut timbul sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan dimaksud; 4. Apabila ada beberapa pihak yang dirugikan maka tuntutan ganti rugi dapat dilakukan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama; Dari ketentuan pasal 111 tersebut, terlihat bahwa UUPM memungkinkan pihak-pihak yang dirugikan untuk meminta pertangggungjawaban atas kerugian yang dideritanya kepada satu pihak saja (tanggungjawab secara khusus) dan atau pada beberapa pihak secara bersama-sama (tanggungjawab secara umum). Tanggungjawab secara khusus ini diberikan pada pihak tertentu yang melakukan tindakan khusus pula, sistem pertanggungjawaban ini berlaku pada pelanggaran terhadap informasi yang menyesatkan, khususnya yang berhubungan dengan pernyataan pendaftaran dan atau yang berhubungan dengan penjualan efek. Pertanggungjawaban dalam rangka penawaran umum dapat diterapkan dengan syarat sebagai berikut : 1. Terdapat informasi yang menyesatkan; 2. Informasi tersebut dimuat dalam pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum; 3. Pihak yang bertanggungjawab hanya bertanggungjawab secara yuridis sebatas keterangan yang diberikannya; 4. Tidak ada pertanggungjawaban apabila pelakunya dapat membuktikan sebaliknya bahwa dia telah bertindak secara professional, dan telah mengambil langkahlangkah yang cukup untuk memastikan bahwa tidak ada informasi yang menyesatkan; 5. Masa daluarsa dari gugatan perdata tersebut lima tahun sejak pendaftaran pernyataan; 6. Tanggungjawab tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dari para pihak yang melakukannya; 7. Adanya suatu kerugian sebagai akibat dari informasi yang menyesatkan tersebut; 8. Pihak yang dimintakan pertanggungjawabannya adalah pihak yang ikut menandatangani pernyataan pendaftaran, direktur dan komisaris emiten pada waktu pernyataan pendaftaran menjadi efektif, penjamin pelaksana emisi efek, konsultan hukum, penilai, akuntan publik, notaris, pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran. Pertanggungjawaban dalam rangka penawaran atau penjualan efek secara perdata dapat dimintakan apabila : 1. Adanya penawaran efek atau penjualan efek; 2. Dengan menggunakan prospektus atau cara lain, baik tertulis atau lisan; 3. Adanya informasi yang menyesatkan (misleading information); 4. Pelaku mengetahui atau sepatutnya mengetahui tentang informasi yang menyesatkan tersebut; 5. Sewaktu membeli efek, investor belum mengetahui bahwa informasi yang bersangkutan dalam menyesatkan; 6. Adanya kerugian yang timbul dari transaksi efek dimaksud; E. Otoritas Jasa Keuangan Sebagai Pengawas Pasar Modal. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dimaksudkan untuk mewujudkan ”Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memiliki fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara terpadu, independen dan akuntabel. Di sini, OJK mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan terhadap lembaga jasa keuangan seperti, lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Misalnya antara lain Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan. 109 Oleh karena itu fungsi Bapepam-LK beralih ke OJK. Pasal 2 ayat (2) UUOJK menentukan OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas di atur dalam undangundang ini. Independensi OJK tersebut merupakan salah satu isu penting dalam membahas peran OJK. Independensi tidak berarti OJK bebas menjalankan pengaturan dan pengawasan yang mereka inginkan. Independen berarti OJK dapat menggunakan instrumen yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh sistem politik tanpa adanya campur tangan dari pihak di luar OJK. Ini yang disebut dengan ”instrument independence” bukan ”goal independence”. Konsekwensi independen bagi OJK adalah harus lebih akuntabel untuk tindakan yang dilakukan dalam pengaturan dan pengawasan secara transparan. 110 Pasal 6 UUOJK menyatakan bahwa OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan kegiatan jasa keuangan di sektor 109 Bismar Nasution, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan: Kajian Terhadap Independensi dan Pengintegrasian Pengawasan Lembaga Keuangan, disampaikan pada sosialisasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Era Baru Pengawasan Sektor Jasa Keuangan yang terintegrasi, dilaksanakan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Medan, tanggal 8 Juni 2012, hal. 1 110 Ibid, hal. 2 Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Pasal 8 UUOJK merumuskan bahwa untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang: a. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini; b. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; c. menetapkan peraturan dan keputusan OJK; d. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; e. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; f. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu; g. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan; h. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan i. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan. Pasal 9 menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang: a. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; d. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu; e. melakukan penunjukan pengelola statuter; f. menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan h. memberikan dan/atau mencabut: 1. izin usaha; 2. izin orang perseorangan; 3. efektifnya pernyataan pendaftaran; 4. surat tanda terdaftar; 5. persetujuan melakukan kegiatan usaha; 6. pengesahan; 7. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan 8. penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan di sektor jasa keuangan. Dengan beralihnya fungsi Bapepam-LK kepada OJK bukan berarti sekaligus membuat substansi aturan pasar modal dan peraturan Bapepam yang selama ini berlaku tidak dapat lagi diterapkan, karena substansi peraturan ini masih dipakai dalam mengatur dan mengawasi pasar modal di Indonesia sesuai dengan belakunya ketentuan OJK. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik menyangkut tindak pidana penipuan sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yakni membuat pernyataan salah mengenai fakta atau menghilangkan fakta material yang membuat pernyataan menjadi menyesatkan, berhubungan dengan perdagangan saham, dengan maksud untuk menyesatkan, menyebabkan kerugian. Sedangkan tentang informasi yang menyesatkan adalah pernyataan tidak benar dan sesungguhnya dalam fakta materil thdp informasi yang diberikan. 2. Kewenangan Bapepam yang sekarang setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengatur tentang beralihnya kewenangan Bapepam kepada OJK, dalam rangka tanggungjawab menjalankan pengawasan di pasar modal terhadap informasi yang menyesatkan (misleading information) yakni melakukan tindakan pemeriksaan dan penyidikan sebagai kewajiban pengawasan yang dilakukan oleh Bapepam. 3. Penanggulangan tindak pidana penipuan di pasar modal khsusnya menyangkut informasi yang menyesatkan mensyaratkan emiten dan perusahaan publik diwajibkan untuk menyampaikan informasi kepada Bapepam menyangkut kewajiban pelaporan secara berkala dan kewajiban pelaporan yang bersifat isedentil, disamping itu diperlukan juga menerapkan prinsip keterbukaan atas fakta material dalam hal penanggulangan tindak pidana penipuan atas informasi yang menyesatkan (misleading information). Pendekatan sistem peradilan pidana dilakukan bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal. Dengan melakukan pemeriksaan, dan atau penyidikan, yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku pasar modal B. Saran 1. Diharapkan dalam rangka mengklasifikasi tindak pidana penipuan khususnya menyangkut informasi yang menyesatkan (misleading information) undangundang pasar modal dan peraturan pelaksanannya dapat menderivasi terhadap kasus-kasus yang terjadi di berbagai negara untuk merumuskan klasifikasi perkembangan kejahatan penipuan di pasar modal, hal ini disebabkan beberapa faktor yakni: Pertama, tingkat keberhasilan penyidikan (secara pidana) kejahatankejahatan yang terkait dengan pasar modal di Indonesia sangat rendah. Kedua, adanya dilema yang dihadapi oleh Bapepam-LK (Lembaga Keuangan) berupa penerapan sanksi administratif di satu sisi dapat dilihat sebagai sikap yang kurang tegas terhadap pelanggar peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, terutama yang mengatur tentang sanksi pidana bagi pelanggarnya. Akan tetapi, di sisi lain, sanksi administratif dapat dilihat sebagai cara mendapatkan quick win, karena prosesnya terbilang cepat. Ketiga, Penerapan sanksi pidana dapat dilihat sebagai langkah tegas dan diharapkan dapat menimbulkan efek jera yang tinggi. Akan tetapi, jika tingkat keberhasilannya rendah, efek jera yang menyertai sanksi pidana menjadi tidak efektif. Keempat, pembuktian secara pidana atas white collar crimes tidak mudah karena hukum mensyaratkan standar pembuktian yang tinggi. 2. Beralihnya kewenangan Bapepam kepada Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 di bidang pemeriksaan dan penyidikan tentunya harus dilakukan penguatan menyangkut indepedensi OJK, walaupun Pasal 1 angka (1) Jo Pasal 2 ayat (1) menegaskan independensi OJK namun ketentuan yang terdapat dalam Pasal 10 ayat (1) mensyaratkan kurang idepedensinya lembaga OJK. Untuk itu diperlukan singkronisasi ketentuan di dalam UU OJK menyangkut indepedensinya. 3. Diharapkan Bapepam lebih intensif berkoordinasi dengan sistem peradilan pidana (criminal justice system) untuk menjerat pelaku dengan menggunakan sarana hukum pidana. Hal ini dilandasi bahwa Bapepam dalam menjalankan fungsi pengawasan, sebaiknya memberikan sanksi yang lebih berat pada para pelaku tindak pidana di pasar modal khususnya yang memberikan misleading information. Selain mengenakan sanksi administratif sebaiknya kasus yang berpeluang untuk tahap penyidikan tetap diteruskan sehingga dapat menimbulkan efek jera bagi para pelaku.