BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Studi Kelayakan Bisnis 3.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat pada sektor bisnis sprei, diperlukan penilaian kelayakan suatu kegiatan bisnis tersebut. Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis (business plan) yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru (Umar, 2003). Pendapat lain mengatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan suatu konsep yang dikembangkan dari konsep manajemen keuangan, terutama ditujukan dalam rangka mencari atau menemukan inovasi baru dalam perusahaan (Sofyan, 2003). Sementara menurut Husnan dan Suwarsono (2008), tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Sebuah rencana bisnis (business plan) yang dibuat dengan baik akan menjadi jalan menuju laba bagi bisnis baru maupun yang sudah berjalan. Ada dua keuntungan utama dengan menyusun rencana bisnis (Umar, 2003), yaitu: 1) Sebagai panduan bisnis 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Alasan utama menyusun rencana bisnis yaitu untuk membuat panduan yang akan diikuti sepanjang usia bisnis. Rencana bisnis adalah blue print bisnis kita yang akan menjadi alat untuk menganalisa dan menerapkan berbagai sumber perubahan agar bisnis menjadi lebih menguntungkan. Rencana bisnis akan memberi informasi yang rinci atas seluruh aspek operasi perusahaan di masa lalu, masa sekarang, maupun proyeksi beberapa tahun ke depan. 2) Sebagai dokumen pendanaan Perencanaan bisnis dapat dipakai sebagai alat untuk mencari dana dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya. Dengan rencana bisnis, kita dapat memberikan gambaran kepada investor bagaimana investasi atau pinjaman yang diberikan itu dapat mencapai tujuan bisnis dan menigkatkan labanya. 3.1.2. Aspek-aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis Menurut Husnan dan Suwarsono (2008), Perusahaan harus memiliki kemampuan bertahan dalam pengelolaan bisnis, perolehan keuntungan dan keunggulan bersaing. Dengan demikian, perencanaan bisnis merupakan kegiatan yang multi dimensional, yang mencakup aspek-aspek pertimbangan, diantaranya adalah: 1) Aspek Pasar Kutub pertama dari model lingkungan bisnis adalah aspek pasar. Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan bisnis tersebut http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 (Umar, 2005). Sementara menurut Husnan dan Suwarsono (2008), aspek pasar mempelajari tentang: (1) Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Di sini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. (2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini, seperti jenis barang-barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya, perlu diperhatikan. (3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga, dan kalau iya, bagaimana polanya. (4) Program pemasaran, mencakup segmen dan strategi pemasaran yang akan dipergunakan. Dilihat dari segmentasi, segmentasi merupakan faktor yang sangat penting untuk mengembangkan faktor keunggulan bersaing berdasarkan diferensiasi, biaya murah, atau fokus. Segmentasi dapat juga diartikan sebagai identitifikasi kelompok-kelompok pelanggan yang memberikan respon berbeda, dibandingkan dengan kelompok pelanggan lain. Ditinjau dari strategi pemasaran, strategi pemasaran merupakan suatu pendekatan komprehensif yang perlu diambil perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis. Strategi pemasaran memadukan kegiatan-kegiatan yang menyangkut penjualan, pemasaran, periklanan, humas, dan jaringan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Tiap komponen dari keseluruhan strategi pemasaran ini mengandung suatu maksud tertentu, menawarkan manfaat-manfaat khusus dan saling mengisi dengan komponen lainnya. Semua komponen harus seiring sejalan, guna memperluas citra serta memperkuat merk, dan meyakinkan keunikan perusahaan. Dapat disimpulkan, bahwa analisa kelayakan dari aspek pasar dan pemasaran ini yang utama adalah dalam hal: a) Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya b) Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, keinginan dan rencana pembelian, motif pembelian serta kepuasan mereka atas produk. c) Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan dilaksanakan. 2) Aspek Teknis dan Produksi Aspek Teknis dan Industri merupakan aspek yang berkaitan dengan informasi produk atau jasa yang ditawarkan. Pada hakekatnya, aspek ini menggambarkan kondisi dan trend industri tersebut. Aspek ini menyangkut berbagai pertanyaan penting tentang: (1) Apakah studi dan pengujian pendahuluan pernah dilakukan? (2) Apakah skala produksi yang dipilih sudah optimal dan apakah luas produksi ini akan meminimumkan biaya produksi rata-rata, ataukah akan memaksimumkan laba? Jadi, mempertimbangkan secara simultan faktor http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 permintaan. Selanjutnya, bagaimana fasilitas untuk ekspansi nantinya? Tentang lokasi, luas tanah, pengaturan fasilitas produksi, dan sebagainya. (3) Apakah proses produksi yang dipilih sudah tepat? Umumnya terdapat beberapa alternatif proses produksi untuk menghasilkan produk yang sama. (4) Apakah mesin-mesin dan perlengkapan yang dipilih sudah tepat? Faktor yang diperhatikan adalah tentang umur ekonomis dan fasilitas pelayanan kalau terjadi kerusakan mesin-mesin tersebut. (5) Apakah skedul kerja telah dibuat dengan cukup realistis? (6) Apakah teknologi yang digunakan bisa diterima dari pandangan sosial? Dalam pemilihan teknologi yang akan dipergunakan, sebaiknya tidak dipergunakan teknologi yang sudah usang atau teknologi yang masih dicobacoba yang akhirnya dapat mengakibatkan perusahaan nantinya sulit untuk bersaing dan kesulitan dalam perawatan fasilitas. Beberapa alat analisis yang bisa dipergunakan untuk aspek teknik dan produksi antara lain: (1) Analisa perilaku biaya, mencoba mengidentifikasikan fungsi biaya. (2) Analisa perbandingan biaya, untuk memilih alternatif produksi yang lebih baik. (3) “Time and motion study” untuk pengaturan skedul kerja yang seharusnya. 3) Aspek Keuangan Dari sisi keuangan, bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Aspek http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 finansial merupakan aspek yang menjelaskan masalah anggaran biaya proyek bisnis, kebutuhan modal kerja dan sumber pembiayaan, asumsi-asumsi, proyeksi arus kas, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, analisis kelayakan bisnis dan analisis sensitivitas. Menurut Husnan dan Suwarsono (2008:22), untuk menganalisa aspek keuangan dapat digunakan beberapa alat seperti: (1) Metode-metode penilaian investasi. (2) Metode penentuan kebutuhan dana, baik modal kerja maupun aktiva tetap. (3) Metode pemilihan sumber dana. Teoritis perlu memperhatikan biaya modal keseluruhan dari perusahaan. Praktis mungkin digunakan analisa rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri, atau pertimbangan aspek likuiditas. (4) Analisis break event, linear maupun (seharusnya) nonlinear. Aspek ketidakpastian perlu dimasukkan. (5) Proyek aliran kas (anggaran kas) untuk memperkirakan kemampuan memenuhi kewajiban finansial. (6) Analisis sumber dan penggunaan dana. (7) Analisis risiko investasi, dihubungkan dengan penilaian profitabilitas investasi. 4) Aspek Manajemen Dalam aspek ini mempelajari tentang: (1) Manajemen dalam masa pembangunan proyek. Siapa pelaksana proyek tersebut? Bagaimana jadwal penyelesaian proyek tersebut? Siapa yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 melakukan studi masing-masing aspek pemasaran, teknis, dan lain sebagainya? (2) Manajemen dalam operasi dan bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih. Struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan spesifikasi jabatan. Anggota direksi dan tenaga-tenaga kunci, jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Dalam aspek manajemen perlu digunakan analisa: (1) Analisa jabatan, untuk menentukan deskripsi dan spesifikasi jabatan. (2) Analisa beban kerja dan angkatan kerja untuk menentukan kebutuhan akan jumlah tenaga kerja. (3) Analisa struktur organisasi, untuk menentukan kedalaman, dasar pengelompokan kegiatan dan hubungan antar-departemen. 5) Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek ekonomi dan sosial, meliputi penelitian tentang: (1) Pengaruh bisnis tersebut terhadap peningkatan penghasilan negara. (2) Pengaruh bisnis tersebut terhadap devisa yang bisa dihemat dan yang bisa diperoleh. (3) Penambahan dan pemerataan kesempatan kerja. Untuk melihat manfaat ekonomi dan sosial bisa dilakukan analisa dengan: (1) Melakukan penyesuaian terhadap manfaat komersial (finansial) sehingga mencerminkan manfaat ekonomi bagi negara. (2) Analisa manfaat dan pengorbanan sosial untuk melihat pengaruh bisnis tersebut pada aspek yang lebih luas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 3.2. Konsep Strategi Dewasa ini istilah strategi dan taktik tidak lagi dipergunakan hanya oleh kalangan militer, akan tetapi juga oleh berbagai organisasi. Salah satu alasan mengapa pentingnya mempelajari strategi adalah sebagai suatu kerangka kerja (frame work) dapat digunakan untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan, terutama yang berkaitan dengan persaingan. Di samping itu, setiap organisasi atau perusahaan dibuat untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut, terdapat kondisi-kondisi di dalam maupun di luar organisasi yang mendukung maupun yang tidak mendukung yang mempengaruhi perjalanan tersebut. Untuk merespon kondisi-kondisi tersebut, dibutuhkan suatu “strategi” yang dapat menyiasatinya dan menjadi acuan seluruh anggota organisasi secara sinergis bekerjasama dalam mencapai tujuan tersebut. Salah satu alasan mengapa mempelajari seluk beluk strategi adalah adanya keyakinan (premis), bahwa terdapat korelasi yang positif antara pilihan strategi yang diambil dengan kinerja perusahaan (Supratikno, et. al., 2003). Sementara menurut Rangkuti (2006), strategi merupakan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber dana. Konsep strategi mengalami perkembangan, mulai dari sekedar alat untuk mencapai tujuan, berkembang menjadi alat untuk menciptakan keunggulan bersaing, dan selanjutnya menjadi tindakan dinamis dalam merespon kekuatankekuatan internal dan eksternal, sampai menjadi alat untuk memberikan motivasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 kepada para pemangku jabatan agar perusahaan dapat berkontribusi secara optimal. Pada umumnya, ada tiga tingkatan strategi yang dikenal, yaitu: 1) Strategi Korporasi (Corporate Strategy) Strategi korporasi adalah strategi yang menjawab bidang-bidang bisnis apa yang hendak dijalankan perusahaan, dan bagaimana setiap bidang bisnis tersebut dapat bersinergi satu sama lain. Strategi ini memberikan arahan bisnis mana yang hendak dikembangkan, dipertahankan atau ditinggalkan. Keputusan untuk memasuki bisnis baru (diversifikasi), cara memasukinya (akuisisi, pengembangan internal, joint venture), dan cara keluar dari bisnis (spin off, likuidasi) adalah bagian dari berbagai macam jenis strategi korporasi ini. Fokus perhatian strategi korporasi ini adalah bagaimana mengembangkan portofolio (himpunan) bisnis yang secara agregat memberi keuntungan terbesar bagi perusahaan secara finansial maupun non finansial (Supratikno, et. al., 2003). 2) Strategi Bisnis (Business Strategy) Disebut juga strategi bersaing, strategi bisnis ini berfokus pada peningkatan posisi bersaing produk dan jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar tertentu yang dilayani perusahaan. Apabila strategi perusahaan mengatasi masalah bisnis dan industri apa yang harus dilayani perusahaan, strategi bisnis mengatasi masalah bagaimana perusahaan dan unit-unitnya dapat bersaing dalam bisnis dan industri (Hunger dan Thomas, 2003). Sebagai tambahan, strategi bisnis menimbulkan pertanyaan seperti: (a) Haruskah kita bersaing berdasarkan biaya rendah, atau melakukan diferensiasi berdasarkan hal selain biaya, misalkan kualitas atau layanan? http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 (b) Haruskah kita bersaing secara langsung dengan pesaing utama kita untuk pangsa pasar yang terbesar tetapi paling diminati banyak pesaing, atau berfokus pada ceruk pasar yang kurang diminati tetapi tetap menguntungkan? (c) Pertanyaan-pertanyaan ini berlaku untuk sebuah perusahaan yang menjalankan usaha tunggal dalam satu industri, dan apabila perusahaan tersebut multibisnis, maka berlaku untuk unit-unit bisnisnya. 3) Strategi Fungsional (Functional Strategy) Menurut Hunger dan Thomas (2003), strategi fungsional memaksimalkan produktivitas sumber daya, mengarahkan pada kompetensi tersendiri yang memberikan perusahaan atau unit bisnis suatu keunggulan kompetitif. Dalam batasan-batasan strategi bisnis dan perusahaan, strategi fungsional menggabungkan beragam kegiatan dan kompetensi dari tiap fungsi untuk meningkatkan kinerja. Di lain pihak, pemasaran berkepentingan dengan pengembangan strategi yang meningkatkan penjualan. Strategi-strategi fungsional semacam itu perlu dikembangkan apabila manajer fungsional ingin mengimplementasikan strategi perusahaan dan divisional dengan tepat. 3.3. Analisis Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing merupakan alat dalam pencapaian tujuan-tujuan finansial organisasi untuk mendapatkan keberhasilan melebihi para pesaingnya, dan merupakan jantung kinerja perusahaan yang beroperasi di pasar yang kompetitif. Menurut Hameed (2009), dalam konteks industri, perusahaan yang berhasil dapat dilihat dari kemampuannya menghasilkan penjualan, laba dan market share. Lebih http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 lanjut menurut Hameed (2009), strategi merupakan representasi dari fenomena yang memicu tercapainya keunggulan bersaing perusahaan. Keunggulan bersaing perusahaan berasal dari dua sumber, yaitu lingkungan internal dan eksternal perusahaan, meliputi: sumber-sumber daya manusia, modal, pemasok/supplier, pelanggan dan juga mitra kerja. Keunggulan bersaing dapat juga berasal dari sumber daya yang dimiliki perusahaan, tperspektif ini dikenal dengan Resource Based View (RBV) atau perspektif berbasis sumber daya yang dicetuskan oleh Penrose (1959) dalam Hameed (2009). Keunggulan bersaing dapat dicapai dengan menciptakan skala ekonomis, meningkatkan kapabilitas manajemen dan kapasitas teknologi (Penrose, 1959 dalam Hameed, 2009). Sementara pendapat lain menyatakan, keunggulan bersaing pada dasarnya merupakan sesuatu yang dinamis, dan tidak dapat dipertahankan (D’Aveni, 1994 dalam Syafar, 2004). Hal ini disebabkan karena persaingan hari ini dan persaingan di masa yang akan datang haruslah dipandang sebagai persaingan dengan dinamika yang tinggi dan bukan merupakan sesuatu yang statis sehingga membutuhkan strategi yang tepat. 3.3.1. Strategi Bersaing Generik dari Porter Michael Porter menawarkan dua strategi bersaing “generik” untuk mengungguli perusahaan lain dalam industry tertentu: biaya rendah dan diferensiasi (Hunger dan Thomas, 2003). Biaya rendah adalah kemampuan perusahaan atau sebuah unit bisnis untuk merancang, membuat, dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien daripada pesaingnya. Diferensiasi, di lain pihak, adalah kemampuan untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 menyediakan nilai unik dan superior kepada pembeli dari segi kualitas, keistimewaan/ciri-ciri khusus, atau layanan purna jual. Strategi-strategi ini disebut “generik” karena perusahaan dengan jenis dan ukuran apapun, bahkan organisasi non profit dapat menggunakannya. Lebih jauh Porter mengemukakan bahwa keunggulan kompetitif perusahaan pada suatu industri ditentukan oleh jangkauan bersaingnya, yaitu keluasan pasar sasaran unit bisnis atau perusahaan. Sebelum menggunakan salah satu dari kedua strategi tersebut, perusahaan atau unit bisnis harus memilih rentang variasi produk yang akan dihasilkan, saluran distribusi yang akan digunakan, jenis pembeli yang akan dilayani, wilayah geografis yang akan dicakup, dan kelompok industri sejenis yang akan menjadi tempat bersaingnya. Penentuan itu harus mencerminkan pemahaman terhadap sumber daya unik perusahaan. Dengan kata lain, sebuah perusahaan atau unit bisnis dapat memilih sasaran luas (menekankan pasar massal ukuran menengah) atau sasaran sempit (tekanan pada ceruk pasar). Kombinasi dari dua jenis pasar sasaran dan dua strategi bersaing menghasilkan empat variasi strategi generik seperti yang ditunjukan pada gambar 3.1. Strategi Bersaing Generik dari Porter (Hunger dan Thomas, 2003). Apabila strategi biaya rendah dan diferensiasi memenuhi pasar sasaran luas, maka strateginya dikenal dengan kepemimpinan biaya (cost leadership) dan diferensiasi. Apabila pasar sasarannya sempit, maka dikenal dengan strategi fokus biaya dan diferensiasi terfokus. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 KEUNGGULAN BERSAING Biaya Rendah Target Luas Kepemimpinan Biaya Diferensial Target Sempit Jangkauan Bersaing Diferensiasi Fokus Biaya Diferensiasi Terfokus Gambar 3.1. Strategi Bersaing Generik dari Porter Sumber: Percetakan dalam Simon & Schuter, dari The Competitive Advantage of Nations, oleh Michael E. Porter, hal.39. Hak Cipta 1990 oleh Michael E. Porter (Hunger dan Thomas, 2003) Kepemimpinan biaya adalah strategi bersaing biaya rendah yang ditujukan untuk pasar luas dan mengharuskan membangun secara agresif fasilitas skala efisien, pengurangan harga yang gencar, pengendalian biaya dan ongkos yang ketat, penghindaran pelanggan-pelanggan marjinal, dan minimisasi biaya seperti R&D, pelayan, tenaga penjual, iklan, dan sebagainya. Karena biaya rendahnya, maka harga produk dapat lebih rendah dibanding para pesaingnya. Memiliki posisi biaya rendah memungkinkan perusahaan untuk tetap mendapat laba pada masa-masa persaingan ketat. Pangsa pasar yang tinggi memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan terhadap pemasoknya karena perusahaan membeli dalam jumlah besar. Harga yang murah berfungsi sebagai hambatan pesaing untuk masuk ke dalam industri, dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 hanya sedikit yang dapat menandingi. Sebagai akibatnya, besar kemungkinan para pemimpin biaya memperoleh hasil di atas ROI rata-rata (Hunger dan Thomas, 2003). Diferensiasi diarahkan pada pasar luas dan melibatkan penciptaan sebuah produk atau jasa unik, yang membuat perusahaan harus menciptakan harga premium. Kekhususan ini dapat dihubungkan dengan citra rancangan atau merek, teknologi, keistimewaan/ciri khas, jaringan kerja penyalur, atau layanan konsumen. Diferensiasi adalah strategi aktif untuk mendapatkan hasil di atas rata-rata dalam sebuah bisnis tertentu karena loyalitas merek akan membuat sensitivitas konsumen terhadap harga menjadi lebih rendah. Dengan naiknya biaya, biasanya dapat dialihkan kepada pembeli. Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan bahwa stategi diferensiasi lebih mungkin menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada strategi biaya rendah, karena diferensiasi menciptakan penghalang masuk yang lebih baik. Namun demikian, strategi biaya rendah lebih mungkin untuk menimbulkan peningkatan pangsa pasar (Hunger dan Thomas, 2003). Fokus biaya adalah strategi bersaing yang berfokus pada kelompok pembeli atau pasar geografis tertentu mencoba melayani ceruk-ceruk ini, dan mengabaikan yang lain. Dalam menggunakan fokus biaya, perusahaan atau unit bisnis mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya. Pada strategi fokus tidak mengharuskan adanya trade-off (pertukaran) antara profitabilitas dan pangsa pasar keseluruhan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 3.3.2. Keunggulan Bersaing pada Perusahaan Kecil dan Menengah Keunggulan perusahaan pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan atau organisasi bagi para pembelinya. Bila kemudian perusahaan mampu menciptakan keunggulan melalui salah satu dari ketiga strategi generik yang ada, maka akan didapatkan keunggulan bersaing. Di sisi lain, keunggulan bersaing tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaanperusahaan besar saja, tetapi juga dapat digunakan bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, atau seringkali disebut dengan UKM. Kalangan peneliti melihat keunggulan bersaing pada konteks bisnis UKM berbeda dengan keunggulan bersaing pada perusahaan-perusahaan besar. Pembahasan keunggulan bersaing UKM merupakan hal yang penting, mengingat di Indonesia, UKM merupakan sektor yang memberikan kontribusi penting bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Beaver dan Prince (2004) melihat keunggulan bersaing pada bisnis UKM lebih merupakan alat untuk bertahan hidup (survive) dibandingkan alat untuk tumbuh (growth). Hal tersebut serupa sebagaimana yang dikatakan Jones dalam Hameed (2009), bahwa perusahaan-perusahaan kecil seyogianya fokus pada penambahan nilai dalam proses produksi maupun inovasi jasa sebagai tolak ukur keunggulan bersaingnya dibandingkan dengan laba ataupun market share-nya. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup organisasi, tumbuh dan bersaing dalam iklim persaingan saat ini, pengusaha UKM seyogianya mempelajari kondisi pasar dan mengimplementasikan strategi yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 efektif. Menurut Anarnkarpon (2007), salah satu dari semua alat untuk memenangkan persaingan UKM, yang menempati urutan pertama adalah branding. Merek (brand) dalam lingkup pasar yang kecil memiliki peluang besar mencuri market share dari merek-merek besar yang ada, dengan kemampuannya dalam melayani pelanggan-pelanggan dengan lebih fleksibel dan cara-cara yang lebih kreatif dibanding perusahaan besar terkenal. UKM dapat menggunakan kedekatan fisiknya dengan pelanggan untuk menciptakan pengalaman produk dengan pelanggan. Selain itu, UKM dapat menekannya pada kekuatan merek dan kredibilitas dengan pelanggan dan meyakinkan pelanggan bahwa merek mereka merupakan pilihan yang lebih baik. Lebih lanjut menurut Anarnkaporn (2007), UKM perlu menciptakan merek khusus (distinctive brand) bagi produk-produk UKM dengan tujuan agar dapat diterima secara nasional bahkan di pasar luar negeri. Dengan demikian, untuk kepentingan tersebut pengusaha UKM perlu memperhatikan kualitas produknya agar dapat memberikan kepuasan bagi pelanggannya dan membangun kepercayaan terhadap produk-produk UKM. 3.4. Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut (Suryatama, 2016). Pemimpin perusahaan harus berusaha mencari kesesuaian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 antara kekuatan-kekuatan internal dan eksternal (peluang dan ancaman) suatu pasar. Kegiatannya meliputi pengamatan secara hati-hati terhadap persaingan, peraturan, tingkat inflasi, siklus bisnis, keinginan dan harapan konsumen, serta faktor-faktor lain yang dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman. Menurut Rangkuti (2003), menjelaskan Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara otomatis untuk merumuskan strategi perusahaan atau Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Analisis ini didasarkan pada keadaan yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan ancaman (threats), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Model yang paling popular untuk menganalisis situasi semacam ini adalah Analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strenghts dan Weakness serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Gambar 3.2. berikut ini menunjukan Diagram Analisis SWOT. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Gambar 3.2. Diagram Analisis SWOT Sumber: Suherman (2010) Keterangan Kuadran: 1) Kuadran 1, merupakan situasi sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan mendukung kebijakan pertumbuhan dan perkembangan secara agresif. 2) Kuadran 2, meskipun ada ancaman perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi produk dan pasar. 3) Kuadran 3, perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi memiliki beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah internal sehingga merebut peluang yang lebih baik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 4) Kuadran 4, perusahaan menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal sehingga situasinya tidak menguntungkan. Strategi yang diterapkan dengan cara bertahan yang difokuskan pada perbaikan perusahaan. Setelah dilakukan analisis SWOT, tahap berikutnya adalah melakukan perencanaan strategis. Ada tiga tahap dalam perencanaan strategis, yaitu: A) Pengumpulan Data Tahap ini melakukan kegiatan pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan pra analisis, serta membedakan data menjadi dua yaitu eksternal dan internal. Dari data eksternal dapat diperoleh data dari lingkungan luar perusahaan, seperti: analisis pasar, analisis kompetitor, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah, dan analisis kelompok kepentingan tertentu. Sementara data internal dapat diperoleh melalui data dalam perusahaan sendiri, seperti dalam laporan keuangan, laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan kegiatan operasional, dan laporan kegiatan pemasaran. B) Tahap Analisis Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model perumusan strategi. Beberapa model dapat digunakan, seperti misalnya menggunakan matriks SWOT, antara lain sebagai berikut: (1) Strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 (2) Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. (3) Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. (4) Strategi WT, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat definisif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. C) Tahap Pengambilan Keputusan 3.5. Konsep Penilaian Investasi Menurut Sartono (2012), pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai sifat untuk berkembang apabila ada kesempatan. Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan investasi ini sering juga disebut sebagai capital budgeting, yaitu keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun atau berjangka panjang (Sutrisno, 2013). Dalam pengambilan keputusan investasi tersebut bisa dilakukan dalam rangka bisnis baru, ekspansi, divestasi, akuisisi, dan kegiatan perusahaan lainnya. 3.5.1. Penganggaran Modal (Capital Budgeting) Modal (capital) menunujukkan aktiva tetap yang digunakan untuk produksi dan anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yang memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 periode pada saat yang akan datang. Penganggaran modal (capital budgeting) adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap dan merupakan proses menyeluruh menganalisa proyek, investasi dan menentukan mana saja yang dimasukkan ke dalam anggaran modal. Pengganggaran modal digunakan untuk membuat perencanaan proyek, investasi, dan bisnis. Tahapan-tahapan di dalamnya yang harus diketahui adalah mempelajari cash flow yang di dapat dari laporan arus kas. Keputusan penganggaran modal akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam penganggaran modal adalah sebagai berikut: 1) Menentukan proyek atau rencana bisnis yang menguntungkan. 2) Menentukan asset yang diperlukan untuk mendukung rencana bisnis tersebut. 3) Menentukan jumlah investasi yang harus dikeluarkan. Tahap penganggaran modal meliputi: 1) Biaya proyek harus ditentukan. 2) Perkiraan aliran kas yang diharapkan dari rencana bisnis harus ditentukan. 3) Risiko dari aliran kas rencana bisnis harus diestimasi. 4) Menentukan biaya modal (cost of capital) yang tepat. 5) Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan dapat digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva. 6) Nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan dibandingkan dengan biayanya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 3.5.2. Teknik Analisa 3.5.2.1. Arus Kas (Cash Flow) Keputusan investasi yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan akan bisa ditutup oleh penerimaan-penerimaan di masa yang akan datang. Penerimaan-peneriaan tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang diperoleh atas investasi yang bersangkutan. Cash flow merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari penerimaan usaha (inflow) dan pengeluaran usaha (outflow). Berdasarkan jenis transaksinya, kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu: (a) Arus kas masuk (cash Inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. Inflow yang ada pada industri kecil terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat tambahan, dan nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang paling utama adalah penerimaan penjualan karena penerimaan ini bersifat rutin. (b) Arus kas keluar (cash outflow) adalah arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Outflow usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap (biaya variabel). Cash flow yang berhubungan dengan suatu keputusan investasi, menurut Sutrisno (2013) dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) macam aliran kas, yaitu: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 (a) Initial Cash flow, adalah aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran-pengeluaran kas untuk keperluan investasi, seperti pengeluaran kas untuk pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin, pembelian peralatan lain, pembelian kendaraan, dan pengeluaran kas lain dalam rangka mendapatkan aktiva tetap. Initial cash flow biasanya dikeluarkan pada saat awal pendirian suatu proyek investasi. (b) Operational Cash flow, merupakan aliran kas yang akan dipergunakan untuk menutup investasi. Operational cash flow biasanya diterima setiap tahun selama usia investasi, dan berupa aliran kas bersih. Operational cash flow inilah yang sering disebut juga sebagai cash flow (aliran kas) saja. (c) Terminal Cash flow, merupakan aliran kas yang diterima sebagai akibat habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi. Dana yang digunakan untuk investasi aktiva tetap dapat berasal dari modal sendiri dan atau modal asing (utang). Perbedaan sumber modal yang digunakan untuk investasi tersebut mempengaruhi perhitungan proceeds (aliran kas masuk) investasi yang bersangkutan. Perhitungan proceeds dari kedua sumber modal tersebut adalah sebagai berikut: a) Perhitungan besarnya proceeds bila investasi menggunakan modal sendiri: Proceeds = Laba Bersih setelah Pajak (EAT) + Depresiasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 b) Perhitungan proceeds bila investasi menggunakan modal sendiri dan utang: Proceeds = Laba Bersih setelah Pajak (EAT) + Depresiasi + (Bunga – Pajak) 3.5.2.2. Kriteria Kelayakan Investasi Pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan investasi (Husnan dan Suwarsono, 2008), yaitu: 1) Metode “Average Rate of Return” Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi. Angka yang dipergunakan adalah laba setelah pajak dibandingkan dengan rata-rata investasi. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam presentase. 2) Metode Payback Period Payback Period (PBP) adalah untuk megukur lamanya dana investasi yang ditanamkan kembali seperti semula. Menurut Sutrisno (2013), Payback period merupakan periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas yang diterima. Satuan hasilnya adalah satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). 3) Metode Net Present Value (NPV) Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cashflow) di masa yang akan datang. Dan untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan (Husnan dan Suwarsono, 2008). 4) Metode Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu indikator atas tingkat efisiensi dari investasi. Internal Rate of Return adalah salah satu hasil keputusan dalam capital budgeting yang mencerminkan tingkat pengembalian dari suatu proyek investasi. Secara matematis, internal rate of return adalah tingkat diskonto yang mengimbangi present value dari arus kas masuk dengan present value dari arus kas keluar (Keown, et. al., 2002). Bila pada metode NPV mencari nilai sekarang bersih dengan tingkat discount rate tertentu, maka menurut Sutrisno (2013), metode internal rate of return mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari investasi. Dengan demikian internal rate of return (IRR) adalah tingkat discount rate yang dapat menyamakan present value of cash flow dengan present value of investment. 5) Metode Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio atau B/C Ratio disebut juga dengan istilah Profitability Index (PI). Pendekatan ini hampir sama dengan teknik NPV, hanya saja B/C Ratio mengukur present value untuk setiap rupiah yang diinvestasikan, sementara teknik NPV menunjuk pada berapa rupiah kelebihan present value cash inflow di atas present value initial investment (Syamsuddin,2013). Dan menurut Badan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pekerjaan Umum, analisis benefit cost adalah sebuah pendekatan dengan prosedur yang sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang relevan, dengan sebuah aktivitas atau sebuah proyek investasi. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah secara akurat membandingkan kedua nilai, manakah yang lebih besar. Selanjutnya dari hasil pembandingan ini, maka pengambil keputusan dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan suatu rencana atau tidak dari sebuah aktivitas, produk atau proyek investasi yang sudah berjalan. 3.5.2.3. Analisis Break Even Point (BEP) Break even point (BEP) adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima sama dengan biaya yang dikeluarkan (Husnan dan Suwarsono, 2008). Menurut Sutrisno (2013), di dalam analisis break even point digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut: (a) Biaya harus dipisahkan ke dalam dua jenis biaya, yaitu biaya tidak tetap dan biaya tetap. Bila ada biaya semi variable harus dialokasikan ke dalam dua jenis biaya tersebut. (b) Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisis. (c) Perusahaan hanya memproduksi satu macam barang, bila menghasilkan lebih satu macam barang, perimbangan penghasilan masing-masing barang harus tetap. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 3.5.2.4. Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT (Sutrisno,2013). 3.5.2.5. Metode Penyusutan (Depresiasi) “Depresiasi” atau dengan kata lain dikenal juga sebagai ”penghapusan” adalah merupakan salah satu komponen biaya tetap yang timbul karena digunakannya aktiva tetap, dimana biaya ini dapat dikurangkan dari penghasilan/revenue. Depresiasi dapat dikurangkan sebagai expense/biaya dari pendapat yang diterima, dan dapat dihitung dengan beberapa metode (Syamsuddin, 2013), yaitu: (1) The Stright Line Method (Metode Garis Lurus), dimana jumlah depresiasi dapat dihitung dengan jalan membagi “depreciable value” (jumlah investasi dikurangi dengan nilai residu) dari suatu aktiva dengan umur ekonomisnya, sehingga dengan menggunakan metode ini jumlah depresiasi setiap tahunnya adalah sama. (2) The Double Declining Balance Method, tingkat depresiasi yang digunakan di dalam metode ini adalah sama dengan tingkat yang digunakan dalam metode straight line dikalikan dengan dua. (3) The Sum of The Years Digit Method, dengan menggunakan metode ini maka keseluruhan bilangan umur dari suatu aktiva harus dijumlah. Jika “n” adalah umur ekonomis dari suatu aktiva, dan “S” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 adalah jumlah keseluruhan bilangan umur teknis dari aktiva tersebut, maka jumlah depresiasi pada tahun pertama adalah n/S, pada tahun kedua (n-1)/S dan seterusnya, dikalikan dengan depreciable value. 3.5.2.6. Biaya Variabel dan Biaya Tetap Menurut Ross, et. al., (2009), biaya variabel adalah biaya-biaya yang berubah ketika jumlah output yang dihasilkan juga berubah, dan akan nol ketika produksi nol. Hal ini dapat dipahami karena jika operasional berhenti, maka tidak akan ada biaya yang akan dikeluarkan untuk tenaga kerja atau bahan baku. Hubungan antara biaya variable total (VC), biaya per satuan out put (v), dan kuantitas output total (Q), dapat ditulis secara sederhana sebagai: VC = Q x v Biaya tetap, menurut definisi, biaya-biaya yang tidak berubah ketika jumlah output berubah dalam suatu periode waktu yang ditetapkan (Ross, et. al., 2009). Jadi biaya tetap tidak tergantung pada jumlah barang dan jasa yang dihasilkan selama suatu periode produksi. Biasanya, biaya tetap tidak selalu bersifat tetap, namun biaya tetap bersifat tetap hanya selama beberapa waktu tertentu, misalnya tiga bulan, enam bulan atau setahun. Sebagai contoh: pembayaran gaji pegawai tetap, pembayaran listrik dan air, pembayaran sewa gedung dan lain-lain. 3.5.3. Analisis Sensitivitas Menurut Ross, et. al., (2009), analisis sensitivitas adalah suatu variasi analisis skenario yang bermanfaat dalam menunjuk dengan tepat variabel- http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 variabel yang diperkirakan berisiko tinggi. Karenanya analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan investasi yang telah dilakukan. Tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang dipilih. Menurut Keown, et. al., (2002), analisis sensitivitas dimaksudkan untuk menentukan bagaimana penyebaran suatu kemungkinan net present value atau internal rate of return dari sebuah proyek investasi dipengaruhi oleh sebuah peubahan pada satu variabel input, sementara variabel lain tetap konstan. Penyebaran suatu kemungkinan NPV atau IRR yang di dapat sebelum perubahan terjadi untuk melihat pengaruh dari perubahan itu. Sementara menurut Riyanto (2001), analisis sensitivitas atau sering pula disebut analisa kepekaan sebenarnya bukanlah untuk mengukur risiko, tetapi suatu teknik untuk menilai dampak (impact) berbagai perubahan dalam masing-masing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi (possible outcomes). Analisa sensitivitas ini tidak lain adalah suatu analisa simulasi dimana nilai variabel-variabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana dampaknya terhadap hasil yang diharapkan. 3.2.4. Cost of Capital Menurut Riyanto (2001), konsep cost of capital (biaya penggunaan modal atau biaya modal) merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber. Cost of capital perusahaan merupakan biaya modal yang sifatnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 eksplisit yang merefleksikan hubungan antara keputusan investasi jangka panjang perusahaan dengan tingkat pengembalian minimum yang dikehendaki oleh investor yang harus digunakan dalam proses penghitungan penilaian.Biaya penggunaan modal yang eksplisit dari suatu sumber dana adalah sama dengan discount rate yang menjadikan nilai sekarang (present value) dari dana neto yang diterima perusahaan dari suatu sumber dana sama dengan nilai sekarang dari semua dana yang harus dibayarkan karena penggunaan dana tersebut beserta pelunasannya. Perhitungan biaya penggunaan modal dapat didasarkan atas perhitungan sebelum pajak atau perhitungan setelah pajak, namun pada umumnya digunakan perhitungan atas dasar setelah pajak. Menurut Husnan dan Suwarsono (2008), setiap sumber dana, apakah modal sendiri ataukah pinjaman mempunyai biaya modal. Karena suatu proyek investasi mungkin saja dibelanjai dengan bermacam-macam sumber dana, maka perlu diketahui bagaimana menghitung biaya modal dari masing-masing sumber dana tersebut. Sumber-sumber pembelanjaan pada garis besarnya bisa dikelompokan menjadi sumber yang berupa utang dan yang berupa modal sendiri. Modal sendiri bisa berbentuk saham preferen, saham biasa, ataupun dari laba yang ditahan. Setelah itu, dapat dihitung berapa biaya modal keseluruhan dari proyek investasi tersebut. Biaya modal keseluruhan ini yang sering dipakai sebagai tingkat keuntungan yang layak dari proyek investasi tersebut, yang sering disebut sebagai cut off rate. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) Menurut Ross, et. al., (2009), The discount rate is often called the required return on the project. This is an appropriate name, since the project should be accepted only if the project generates a return above what is required. Sementara menurut Husnan dan Suwarsono (2008), biaya modal sendiri didefinisikan sebagai tingkat keuntungan minimal yang harus diperoleh suatu investasi yang dibelanjai dengan modal sendiri, agar harga saham perusahaan tersebut tidak turun. Untuk menaksir besarnya biaya modal sendiri ini, dapat digunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Karena tingkat keuntungan yang dihitung dengan CAPM adalah tingkat keuntungan saham biasa, maka ini juga berarti biaya modal sendiri. Formula yang digunakan adalah: Ke Rf ( Rm Rf ) dimana: Ke = Tingkat pengembalian atas ekuitas yang diinginkan Rf = Tingkat pengembalian dari investasi bebas risiko Rm = Tingkat pengembalian pasar, merupakan tingkat pengembalian investasi portofolio saham-saham yang diperdagangkan di bursa. (Beta) = Ukuran risiko proyek investasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 Perhitungan dengan menggunakan Capital Assets Pricing Model sangat tergantung pada data-data historis yang tersedia untuk merefleksikan tingkat pengembalian yang dikehendaki oleh investor, sehingga model ini dapat dijadikan sebagai kerangka berpikir dalam memperkirakan tingkat risiko dan pendapatan di masa yang akan datang. 3.6. Penelitian Terdahulu Saat ini sudah banyak penelitian yang berhubungan dengan pembuatan keputusan yang mengembangkan teori dan metode capital budgeting sebagai langkah antisipasi dalam melakukan investasi, sehingga investor dapat menekan tingkat risiko yang mungkin terjadi. Beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan acuan pada penelitian ini secara terperinci akan ditampilkan pada Lampiran Daftar Penelitian Terdahulu (Lampiran 1). Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa teori capital budgeting banyak digunakan dan diaplikasikan dalam penilaian kelayakan investasi. Perhitungan-perhitungan kelayakan usaha berdasarkan asumsi-asumsi dapat memberikan gambaran di masa yang akan datang, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proyek investasi. Setidaknya apabila terjadi kondisi di luar asumsi, maka dapat diantisipasi resiko yang terjadi atau yang akan terjadi. Dengan demikian, pelaku usaha atau investor dapat membuat pertimbangan apakah akan menjalankan proyek investasi tersebut atau tidak? Resiko memang tidak dapat dihindari, namun demikian dapat diminimalkan apabila proyek investasi tersebut sudah dilakukan perhitungan-perhhitungan atau analisis perencanaan bisnis yang matang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 Jika melihat perkembangan UMKM Indonesia berdasarkan dari beberapa penelitian terdahulu, dapat dikatakan bahwa peluang untuk melakukan pengembangan usaha dari sisi UMKM masih sangat besar. Beberapa strategi dapat diterapkan untuk pengembangan dalam bisnis UMKM tersebut. 3.7. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan pada usaha kecil yang memproduksi sprei dengan nama Angel Dream, Malang – Jawa Timur. Hal pertama yang dilakukan peneliti adalah observasi dan wawancara langsung untuk mencari informasi tentang permasalahan yang terdapat pada Butik Sprei Angel Dream, dengan mengetahui aspek-aspek kelayakan yang berkaitan dengan kelayakan usaha, serta berkaitan dengan kelayakan finansial yaitu aspek keuangan perusahaan. Untuk mengetahui apakah usaha Butik Sprei Angel Dream secara keuangan dapat dikatakan layak atau tidak layak dari data biaya, pendapatan, dan aliran kas, maka dilakukan beberapa pengukuran kriteria penilaian kelayakan yaitu: ARR, NPV, IRR, PBP, BCR, BEP, dan ROI. Untuk menghitung tingkat diskonto, maka dipergunakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi bank umum periode tahun 2012-2015. Dan untuk mengestimasi adanya perubahan variabel-variabel di masa yang akan datang, digunakan asumsi-asumsi yang sangat mudah sekali mengalami perubahan karena kondisi perekonomian. Oleh karena itu akan dilakukan analisis sensitivitas. Setelah data-data keuangan diolah dan kemudian dianalisa, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak layak. Jika hasil perhitungan berdasarkan asumsi adalah layak, maka usaha Butik Sprei Angel Dream akan dijalankan sampai jangka waktu investasi yang ditetapkan di http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 awal. Sebaliknya, apabila dari hasil perhitungan analisis asumsi tidak layak, maka Butik Sprei Angel Dream harus menentukan strategi apa yang tepat untuk mengantisipasi atau mengatasi kondisi-kondisi yang menyebabkan investasi tidak layak. Dengan demikian, layak atau tidak layak usaha Butik Sprei Angel Dream maka Butik Sprei Angel Dream harus menentukan strategi apa yang tepat untuk kelangsungan usaha atau pengembangan usaha Butik Sprei Angel Dream tersebut. Untuk selanjutnya, kemungkinan juga dapat dilakukan penelitian lebih dalam lagi dari aspek lainnya selain dari aspek keuangan, atau aspek keuangan dengan metode analisis yang berbeda, agar lebih terlihat permasalahan yang menyebabkan usaha Butik Sprei Angel Dream dikatakan layak atau tidak layak. Langkah berikutnya adalah dilakukan analisis perbandingan usaha dalam lingkup UMKM Indonesia. Hal ini sangat diperlukan guna melihat perkembanganperkembangan yang terjadi pada sektor bisnis UMKM Indonesia, sehingga dapat diketahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada Butik Sprei Angel Dream. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Butik Sprei Angel Dream melakukan penilaian kelayakan investasi dari aspek keuangan ini adalah dengan tujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha ini. Selain itu, strategi apakah yang dapat diterapkan untuk menghadapi resiko usaha serta persaingan pada usaha sejenis, dan bagaimana cara untuk mengembangkan usaha Butik Sprei Angel Dream tersebut. Secara singkat, uraian kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut (gambar 3.3). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 BUTIQ SPREI ANGEL DREAM PRODUKSI SPREI SUMBER DANA / MODAL ALIRAN KAS (CASH FLOW) PENGELUARAN KAS (CASH OUT FLOW) PEMASUKAN KAS (CASH IN FLOW) ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ASPEK KEUANGAN A. Metode Kelayakan Investasi 1. Metode ARR 2. Metode NPV 3. Metode IRR 4. Metode PBP 5. Metode BCR 6. Analisis Break Even Point 7. Analisis ROI B. Analisis Sensitivitas B. Analisis Sensitivitas Layak/Tidak Layak Evaluasi Usaha Analisis Deskriptif Komparasi Strategi Pengembangan Usaha Gambar 3.3. Kerangka Pemikiran Sumber: Diolah oleh Peneliti (2015) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 http://digilib.mercubuana.ac.id/