BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
BAB III
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Studi Kelayakan Bisnis
3.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat pada sektor bisnis
sprei, diperlukan penilaian kelayakan suatu kegiatan bisnis tersebut. Studi
kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis (business plan)
yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi
juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan
yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana
peluncuran produk baru (Umar, 2003). Pendapat lain mengatakan bahwa studi
kelayakan bisnis merupakan suatu konsep yang dikembangkan dari konsep
manajemen keuangan, terutama ditujukan dalam rangka mencari atau
menemukan inovasi baru dalam perusahaan (Sofyan, 2003). Sementara
menurut Husnan dan Suwarsono (2008), tujuan dilakukannya studi kelayakan
bisnis adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu
besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Sebuah rencana bisnis (business plan) yang dibuat dengan baik akan
menjadi jalan menuju laba bagi bisnis baru maupun yang sudah berjalan. Ada
dua keuntungan utama dengan menyusun rencana bisnis (Umar, 2003), yaitu:
1) Sebagai panduan bisnis
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Alasan utama menyusun rencana bisnis yaitu untuk membuat panduan yang
akan diikuti sepanjang usia bisnis. Rencana bisnis adalah blue print bisnis
kita yang akan menjadi alat untuk menganalisa dan menerapkan berbagai
sumber perubahan agar bisnis menjadi lebih menguntungkan. Rencana
bisnis akan memberi informasi yang rinci atas seluruh aspek operasi
perusahaan di masa lalu, masa sekarang, maupun proyeksi beberapa tahun
ke depan.
2) Sebagai dokumen pendanaan
Perencanaan bisnis dapat dipakai sebagai alat untuk mencari dana dari
pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan
sebagainya. Dengan rencana bisnis, kita dapat memberikan gambaran
kepada investor bagaimana investasi atau pinjaman yang diberikan itu dapat
mencapai tujuan bisnis dan menigkatkan labanya.
3.1.2. Aspek-aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Husnan dan Suwarsono (2008), Perusahaan harus memiliki
kemampuan bertahan dalam pengelolaan bisnis, perolehan keuntungan dan
keunggulan bersaing. Dengan demikian, perencanaan bisnis merupakan
kegiatan yang multi dimensional, yang mencakup aspek-aspek pertimbangan,
diantaranya adalah:
1) Aspek Pasar
Kutub pertama dari model lingkungan bisnis adalah aspek pasar.
Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada bisnis yang berhasil
tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan bisnis tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
(Umar, 2005). Sementara menurut Husnan dan Suwarsono (2008), aspek pasar
mempelajari tentang:
(1) Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis
konsumen, perusahaan besar pemakai. Di sini juga perlu diperkirakan
tentang proyeksi permintaan tersebut.
(2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga yang berasal
dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan perkiraan di
masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini,
seperti jenis barang-barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari
pemerintah, dan sebagainya, perlu diperhatikan.
(3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi
dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga, dan
kalau iya, bagaimana polanya.
(4) Program pemasaran, mencakup segmen dan strategi pemasaran yang akan
dipergunakan. Dilihat dari segmentasi, segmentasi merupakan faktor yang
sangat penting untuk mengembangkan faktor keunggulan bersaing
berdasarkan diferensiasi, biaya murah, atau fokus. Segmentasi dapat juga
diartikan sebagai identitifikasi kelompok-kelompok pelanggan yang
memberikan respon berbeda, dibandingkan dengan kelompok pelanggan
lain. Ditinjau dari strategi pemasaran, strategi pemasaran merupakan suatu
pendekatan komprehensif yang perlu diambil perusahaan untuk mencapai
tujuan-tujuan bisnis. Strategi pemasaran memadukan kegiatan-kegiatan
yang menyangkut penjualan, pemasaran, periklanan, humas, dan jaringan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Tiap komponen dari keseluruhan strategi pemasaran ini mengandung suatu
maksud tertentu, menawarkan manfaat-manfaat khusus dan saling mengisi
dengan komponen lainnya. Semua komponen harus seiring sejalan, guna
memperluas citra serta memperkuat merk, dan meyakinkan keunikan
perusahaan.
Dapat disimpulkan, bahwa analisa kelayakan dari aspek pasar dan
pemasaran ini yang utama adalah dalam hal:
a) Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya
b)
Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap,
perilaku, keinginan dan rencana pembelian, motif pembelian serta
kepuasan mereka atas produk.
c)
Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan
dilaksanakan.
2) Aspek Teknis dan Produksi
Aspek Teknis dan Industri merupakan aspek yang berkaitan dengan
informasi produk atau jasa yang ditawarkan. Pada hakekatnya, aspek ini
menggambarkan kondisi dan trend industri tersebut. Aspek ini menyangkut
berbagai pertanyaan penting tentang:
(1) Apakah studi dan pengujian pendahuluan pernah dilakukan?
(2)
Apakah skala produksi yang dipilih sudah optimal dan apakah luas
produksi ini akan meminimumkan biaya produksi rata-rata, ataukah akan
memaksimumkan laba? Jadi, mempertimbangkan secara simultan faktor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
permintaan. Selanjutnya, bagaimana fasilitas untuk ekspansi nantinya?
Tentang lokasi, luas tanah, pengaturan fasilitas produksi, dan sebagainya.
(3) Apakah proses produksi yang dipilih sudah tepat? Umumnya terdapat
beberapa alternatif proses produksi untuk menghasilkan produk yang
sama.
(4) Apakah mesin-mesin dan perlengkapan yang dipilih sudah tepat? Faktor
yang diperhatikan adalah tentang umur ekonomis dan fasilitas pelayanan
kalau terjadi kerusakan mesin-mesin tersebut.
(5) Apakah skedul kerja telah dibuat dengan cukup realistis?
(6) Apakah teknologi yang digunakan bisa diterima dari pandangan sosial?
Dalam pemilihan teknologi yang akan dipergunakan, sebaiknya tidak
dipergunakan teknologi yang sudah usang atau teknologi yang masih dicobacoba yang akhirnya dapat mengakibatkan perusahaan nantinya sulit untuk
bersaing dan kesulitan dalam perawatan fasilitas.
Beberapa alat analisis yang bisa dipergunakan untuk aspek teknik dan
produksi antara lain:
(1) Analisa perilaku biaya, mencoba mengidentifikasikan fungsi biaya.
(2) Analisa perbandingan biaya, untuk memilih alternatif produksi yang lebih
baik.
(3) “Time and motion study” untuk pengaturan skedul kerja yang seharusnya.
3) Aspek Keuangan
Dari sisi keuangan, bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan
keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Aspek
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
finansial merupakan aspek yang menjelaskan masalah anggaran biaya proyek
bisnis, kebutuhan modal kerja dan sumber pembiayaan, asumsi-asumsi,
proyeksi arus kas, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, analisis kelayakan bisnis
dan analisis sensitivitas. Menurut Husnan dan Suwarsono (2008:22), untuk
menganalisa aspek keuangan dapat digunakan beberapa alat seperti:
(1) Metode-metode penilaian investasi.
(2) Metode penentuan kebutuhan dana, baik modal kerja maupun aktiva tetap.
(3) Metode pemilihan sumber dana. Teoritis perlu memperhatikan biaya modal
keseluruhan dari perusahaan. Praktis mungkin digunakan analisa
rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri, atau pertimbangan
aspek likuiditas.
(4) Analisis break event, linear maupun (seharusnya) nonlinear. Aspek
ketidakpastian perlu dimasukkan.
(5) Proyek aliran kas (anggaran kas) untuk memperkirakan kemampuan
memenuhi kewajiban finansial.
(6) Analisis sumber dan penggunaan dana.
(7) Analisis risiko investasi, dihubungkan dengan penilaian profitabilitas
investasi.
4) Aspek Manajemen
Dalam aspek ini mempelajari tentang:
(1) Manajemen dalam masa pembangunan proyek. Siapa pelaksana proyek
tersebut? Bagaimana jadwal penyelesaian proyek tersebut? Siapa yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
melakukan studi masing-masing aspek pemasaran, teknis, dan lain
sebagainya?
(2) Manajemen dalam operasi dan bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih.
Struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan spesifikasi jabatan. Anggota
direksi dan tenaga-tenaga kunci, jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.
Dalam aspek manajemen perlu digunakan analisa:
(1) Analisa jabatan, untuk menentukan deskripsi dan spesifikasi jabatan.
(2) Analisa beban kerja dan angkatan kerja untuk menentukan kebutuhan akan
jumlah tenaga kerja.
(3) Analisa struktur organisasi, untuk menentukan kedalaman, dasar
pengelompokan kegiatan dan hubungan antar-departemen.
5) Aspek Ekonomi dan Sosial
Aspek ekonomi dan sosial, meliputi penelitian tentang:
(1) Pengaruh bisnis tersebut terhadap peningkatan penghasilan negara.
(2) Pengaruh bisnis tersebut terhadap devisa yang bisa dihemat dan yang bisa
diperoleh.
(3) Penambahan dan pemerataan kesempatan kerja.
Untuk melihat manfaat ekonomi dan sosial bisa dilakukan analisa dengan:
(1) Melakukan penyesuaian terhadap manfaat komersial (finansial) sehingga
mencerminkan manfaat ekonomi bagi negara.
(2) Analisa manfaat dan pengorbanan sosial untuk melihat pengaruh bisnis
tersebut pada aspek yang lebih luas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
3.2. Konsep Strategi
Dewasa ini istilah strategi dan taktik tidak lagi dipergunakan hanya oleh
kalangan militer, akan tetapi juga oleh berbagai organisasi. Salah satu alasan
mengapa pentingnya mempelajari strategi adalah sebagai suatu kerangka kerja
(frame work) dapat digunakan untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada dalam
suatu organisasi atau perusahaan, terutama yang berkaitan dengan persaingan.
Di samping itu, setiap organisasi atau perusahaan dibuat untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut, terdapat kondisi-kondisi di dalam
maupun di luar organisasi yang mendukung maupun yang tidak mendukung yang
mempengaruhi perjalanan tersebut. Untuk merespon kondisi-kondisi tersebut,
dibutuhkan suatu “strategi” yang dapat menyiasatinya dan menjadi acuan seluruh
anggota organisasi secara sinergis bekerjasama dalam mencapai tujuan tersebut.
Salah satu alasan mengapa mempelajari seluk beluk strategi adalah adanya
keyakinan (premis), bahwa terdapat korelasi yang positif antara pilihan strategi
yang diambil dengan kinerja perusahaan (Supratikno, et. al., 2003).
Sementara menurut Rangkuti (2006), strategi merupakan alat untuk mencapai
perubahan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,
serta prioritas alokasi sumber dana.
Konsep strategi mengalami perkembangan, mulai dari sekedar alat untuk
mencapai tujuan, berkembang menjadi alat untuk menciptakan keunggulan
bersaing, dan selanjutnya menjadi tindakan dinamis dalam merespon kekuatankekuatan internal dan eksternal, sampai menjadi alat untuk memberikan motivasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
kepada para pemangku jabatan agar perusahaan dapat berkontribusi secara optimal.
Pada umumnya, ada tiga tingkatan strategi yang dikenal, yaitu:
1) Strategi Korporasi (Corporate Strategy)
Strategi korporasi adalah strategi yang menjawab bidang-bidang bisnis apa
yang hendak dijalankan perusahaan, dan bagaimana setiap bidang bisnis tersebut
dapat bersinergi satu sama lain. Strategi ini memberikan arahan bisnis mana yang
hendak dikembangkan, dipertahankan atau ditinggalkan. Keputusan untuk
memasuki bisnis baru (diversifikasi), cara memasukinya (akuisisi, pengembangan
internal, joint venture), dan cara keluar dari bisnis (spin off, likuidasi) adalah bagian
dari berbagai macam jenis strategi korporasi ini. Fokus perhatian strategi korporasi
ini adalah bagaimana mengembangkan portofolio (himpunan) bisnis yang secara
agregat memberi keuntungan terbesar bagi perusahaan secara finansial maupun non
finansial (Supratikno, et. al., 2003).
2) Strategi Bisnis (Business Strategy)
Disebut juga strategi bersaing, strategi bisnis ini berfokus pada peningkatan
posisi bersaing produk dan jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar
tertentu yang dilayani perusahaan. Apabila strategi perusahaan mengatasi masalah
bisnis dan industri apa yang harus dilayani perusahaan, strategi bisnis mengatasi
masalah bagaimana perusahaan dan unit-unitnya dapat bersaing dalam bisnis dan
industri (Hunger dan Thomas, 2003). Sebagai tambahan, strategi bisnis
menimbulkan pertanyaan seperti:
(a) Haruskah kita bersaing berdasarkan biaya rendah, atau melakukan diferensiasi
berdasarkan hal selain biaya, misalkan kualitas atau layanan?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
(b) Haruskah kita bersaing secara langsung dengan pesaing utama kita untuk
pangsa pasar yang terbesar tetapi paling diminati banyak pesaing, atau berfokus
pada ceruk pasar yang kurang diminati tetapi tetap menguntungkan?
(c) Pertanyaan-pertanyaan ini berlaku untuk sebuah perusahaan yang menjalankan
usaha tunggal dalam satu industri, dan apabila perusahaan tersebut multibisnis,
maka berlaku untuk unit-unit bisnisnya.
3) Strategi Fungsional (Functional Strategy)
Menurut Hunger dan Thomas (2003), strategi fungsional memaksimalkan
produktivitas sumber daya, mengarahkan pada kompetensi tersendiri yang
memberikan perusahaan atau unit bisnis suatu keunggulan kompetitif. Dalam
batasan-batasan strategi bisnis dan perusahaan, strategi fungsional menggabungkan
beragam kegiatan dan kompetensi dari tiap fungsi untuk meningkatkan kinerja. Di
lain pihak, pemasaran berkepentingan dengan pengembangan strategi yang
meningkatkan penjualan. Strategi-strategi fungsional semacam itu perlu
dikembangkan apabila manajer fungsional ingin mengimplementasikan strategi
perusahaan dan divisional dengan tepat.
3.3. Analisis Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing merupakan alat dalam pencapaian tujuan-tujuan finansial
organisasi untuk mendapatkan keberhasilan melebihi para pesaingnya, dan
merupakan jantung kinerja perusahaan yang beroperasi di pasar yang kompetitif.
Menurut Hameed (2009), dalam konteks industri, perusahaan yang berhasil dapat
dilihat dari kemampuannya menghasilkan penjualan, laba dan market share. Lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
lanjut menurut Hameed (2009), strategi merupakan representasi dari fenomena
yang memicu tercapainya keunggulan bersaing perusahaan.
Keunggulan bersaing perusahaan berasal dari dua sumber, yaitu lingkungan
internal dan eksternal perusahaan, meliputi: sumber-sumber daya manusia, modal,
pemasok/supplier, pelanggan dan juga mitra kerja.
Keunggulan bersaing dapat juga berasal dari sumber daya yang dimiliki
perusahaan, tperspektif ini dikenal dengan Resource Based View (RBV) atau
perspektif berbasis sumber daya yang dicetuskan oleh Penrose (1959) dalam
Hameed (2009). Keunggulan bersaing dapat dicapai dengan menciptakan skala
ekonomis, meningkatkan kapabilitas manajemen dan kapasitas teknologi (Penrose,
1959 dalam Hameed, 2009). Sementara pendapat lain menyatakan, keunggulan
bersaing pada dasarnya merupakan sesuatu yang dinamis, dan tidak dapat
dipertahankan (D’Aveni, 1994 dalam Syafar, 2004). Hal ini disebabkan karena
persaingan hari ini dan persaingan di masa yang akan datang haruslah dipandang
sebagai persaingan dengan dinamika yang tinggi dan bukan merupakan sesuatu
yang statis sehingga membutuhkan strategi yang tepat.
3.3.1. Strategi Bersaing Generik dari Porter
Michael Porter menawarkan dua strategi bersaing “generik” untuk
mengungguli perusahaan lain dalam industry tertentu: biaya rendah dan
diferensiasi (Hunger dan Thomas, 2003). Biaya rendah adalah kemampuan
perusahaan atau sebuah unit bisnis untuk merancang, membuat, dan
memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien daripada
pesaingnya. Diferensiasi, di lain pihak, adalah kemampuan untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
menyediakan nilai unik dan superior kepada pembeli dari segi kualitas,
keistimewaan/ciri-ciri khusus, atau layanan purna jual. Strategi-strategi ini
disebut “generik” karena perusahaan dengan jenis dan ukuran apapun, bahkan
organisasi non profit dapat menggunakannya.
Lebih jauh Porter mengemukakan bahwa keunggulan kompetitif
perusahaan pada suatu industri ditentukan oleh jangkauan bersaingnya, yaitu
keluasan pasar sasaran unit bisnis atau perusahaan. Sebelum menggunakan
salah satu dari kedua strategi tersebut, perusahaan atau unit bisnis harus
memilih rentang variasi produk yang akan dihasilkan, saluran distribusi yang
akan digunakan, jenis pembeli yang akan dilayani, wilayah geografis yang
akan dicakup, dan kelompok industri sejenis yang akan menjadi tempat
bersaingnya. Penentuan itu harus mencerminkan pemahaman terhadap sumber
daya unik perusahaan. Dengan kata lain, sebuah perusahaan atau unit bisnis
dapat memilih sasaran luas (menekankan pasar massal ukuran menengah) atau
sasaran sempit (tekanan pada ceruk pasar). Kombinasi dari dua jenis pasar
sasaran dan dua strategi bersaing menghasilkan empat variasi strategi generik
seperti yang ditunjukan pada gambar 3.1. Strategi Bersaing Generik dari Porter
(Hunger dan Thomas, 2003).
Apabila strategi biaya rendah dan diferensiasi memenuhi pasar sasaran
luas, maka strateginya dikenal dengan kepemimpinan biaya (cost leadership)
dan diferensiasi. Apabila pasar sasarannya sempit, maka dikenal dengan
strategi fokus biaya dan diferensiasi terfokus.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
KEUNGGULAN BERSAING
Biaya Rendah
Target Luas
Kepemimpinan Biaya
Diferensial
Target Sempit
Jangkauan Bersaing
Diferensiasi
Fokus Biaya
Diferensiasi Terfokus
Gambar 3.1. Strategi Bersaing Generik dari Porter
Sumber: Percetakan dalam Simon & Schuter, dari The
Competitive Advantage of Nations, oleh Michael E.
Porter, hal.39. Hak Cipta 1990 oleh Michael E. Porter
(Hunger dan Thomas, 2003)
Kepemimpinan biaya adalah strategi bersaing biaya rendah yang
ditujukan untuk pasar luas dan mengharuskan membangun secara agresif
fasilitas skala efisien, pengurangan harga yang gencar, pengendalian biaya dan
ongkos yang ketat, penghindaran pelanggan-pelanggan marjinal, dan
minimisasi biaya seperti R&D, pelayan, tenaga penjual, iklan, dan sebagainya.
Karena biaya rendahnya, maka harga produk dapat lebih rendah dibanding para
pesaingnya. Memiliki posisi biaya rendah memungkinkan perusahaan untuk
tetap mendapat laba pada masa-masa persaingan ketat. Pangsa pasar yang
tinggi memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan terhadap
pemasoknya karena perusahaan membeli dalam jumlah besar. Harga yang
murah berfungsi sebagai hambatan pesaing untuk masuk ke dalam industri, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
hanya sedikit yang dapat menandingi. Sebagai akibatnya, besar kemungkinan
para pemimpin biaya memperoleh hasil di atas ROI rata-rata (Hunger dan
Thomas, 2003).
Diferensiasi diarahkan pada pasar luas dan melibatkan penciptaan
sebuah produk atau jasa unik, yang membuat perusahaan harus menciptakan
harga premium. Kekhususan ini dapat dihubungkan dengan citra rancangan
atau merek, teknologi, keistimewaan/ciri khas, jaringan kerja penyalur, atau
layanan konsumen. Diferensiasi adalah strategi aktif untuk mendapatkan hasil
di atas rata-rata dalam sebuah bisnis tertentu karena loyalitas merek akan
membuat sensitivitas konsumen terhadap harga menjadi lebih rendah. Dengan
naiknya biaya, biasanya dapat dialihkan kepada pembeli. Berdasarkan hasil
penelitian,
dikemukakan
bahwa
stategi
diferensiasi
lebih
mungkin
menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada strategi biaya rendah, karena
diferensiasi menciptakan penghalang masuk yang lebih baik. Namun demikian,
strategi biaya rendah lebih mungkin untuk menimbulkan peningkatan pangsa
pasar (Hunger dan Thomas, 2003).
Fokus biaya adalah strategi bersaing yang berfokus pada kelompok
pembeli atau pasar geografis tertentu mencoba melayani ceruk-ceruk ini, dan
mengabaikan yang lain. Dalam menggunakan fokus biaya, perusahaan atau
unit bisnis mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya. Pada strategi
fokus tidak mengharuskan adanya trade-off (pertukaran) antara profitabilitas
dan pangsa pasar keseluruhan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
3.3.2. Keunggulan Bersaing pada Perusahaan Kecil dan Menengah
Keunggulan perusahaan pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat
yang dapat diciptakan perusahaan atau organisasi bagi para pembelinya. Bila
kemudian perusahaan mampu menciptakan keunggulan melalui salah satu dari
ketiga strategi generik yang ada, maka akan didapatkan keunggulan bersaing.
Di sisi lain, keunggulan bersaing tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaanperusahaan besar saja, tetapi juga dapat digunakan bagi perusahaan-perusahaan
kecil dan menengah, atau seringkali disebut dengan UKM. Kalangan peneliti
melihat keunggulan bersaing pada konteks bisnis UKM berbeda dengan
keunggulan bersaing pada perusahaan-perusahaan besar. Pembahasan
keunggulan bersaing UKM merupakan hal yang penting, mengingat di
Indonesia, UKM merupakan sektor yang memberikan kontribusi penting bagi
perkembangan perekonomian Indonesia.
Beaver dan Prince (2004) melihat keunggulan bersaing pada bisnis
UKM lebih merupakan alat untuk bertahan hidup (survive) dibandingkan alat
untuk tumbuh (growth). Hal tersebut serupa sebagaimana yang dikatakan Jones
dalam Hameed (2009), bahwa perusahaan-perusahaan kecil seyogianya fokus
pada penambahan nilai dalam proses produksi maupun inovasi jasa sebagai
tolak ukur keunggulan bersaingnya dibandingkan dengan laba ataupun market
share-nya.
Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup organisasi,
tumbuh dan bersaing dalam iklim persaingan saat ini, pengusaha UKM
seyogianya mempelajari kondisi pasar dan mengimplementasikan strategi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
efektif. Menurut Anarnkarpon (2007), salah satu dari semua alat untuk
memenangkan persaingan UKM, yang menempati urutan pertama adalah
branding. Merek (brand) dalam lingkup pasar yang kecil memiliki peluang
besar mencuri market share dari merek-merek besar yang ada, dengan
kemampuannya dalam melayani pelanggan-pelanggan dengan lebih fleksibel
dan cara-cara yang lebih kreatif dibanding perusahaan besar terkenal. UKM
dapat menggunakan kedekatan fisiknya dengan pelanggan untuk menciptakan
pengalaman produk dengan pelanggan. Selain itu, UKM dapat menekannya
pada kekuatan merek dan kredibilitas dengan pelanggan dan meyakinkan
pelanggan bahwa merek mereka merupakan pilihan yang lebih baik.
Lebih lanjut menurut Anarnkaporn (2007), UKM perlu menciptakan
merek khusus (distinctive brand) bagi produk-produk UKM dengan tujuan agar
dapat diterima secara nasional bahkan di pasar luar negeri.
Dengan demikian, untuk kepentingan tersebut pengusaha UKM perlu
memperhatikan kualitas produknya agar dapat memberikan kepuasan bagi
pelanggannya dan membangun kepercayaan terhadap produk-produk UKM.
3.4. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut
(Suryatama, 2016). Pemimpin perusahaan harus berusaha mencari kesesuaian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
antara kekuatan-kekuatan internal dan eksternal (peluang dan ancaman) suatu
pasar. Kegiatannya meliputi pengamatan secara hati-hati terhadap persaingan,
peraturan, tingkat inflasi, siklus bisnis, keinginan dan harapan konsumen, serta
faktor-faktor lain yang dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman. Menurut
Rangkuti (2003), menjelaskan Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara otomatis untuk merumuskan strategi perusahaan atau Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Analisis ini didasarkan pada keadaan yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan ancaman (threats), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis harus menganalisis
faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman)
dalam kondisi yang ada saat ini. Model yang paling popular untuk menganalisis
situasi semacam ini adalah Analisis SWOT.
SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strenghts dan Weakness serta
lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis
SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor
internal kekuatan dan kelemahan. Gambar 3.2. berikut ini menunjukan Diagram
Analisis SWOT.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Gambar 3.2. Diagram Analisis SWOT
Sumber: Suherman (2010)
Keterangan Kuadran:
1) Kuadran 1, merupakan situasi sangat menguntungkan. Perusahaan
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus ditetapkan mendukung kebijakan pertumbuhan dan
perkembangan secara agresif.
2) Kuadran 2, meskipun ada ancaman perusahaan masih memiliki kekuatan
dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi
produk dan pasar.
3) Kuadran 3, perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi
memiliki beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah internal sehingga merebut
peluang yang lebih baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
4) Kuadran 4, perusahaan menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal sehingga situasinya tidak menguntungkan. Strategi yang diterapkan
dengan cara bertahan yang difokuskan pada perbaikan perusahaan.
Setelah dilakukan analisis SWOT, tahap berikutnya adalah melakukan
perencanaan strategis. Ada tiga tahap dalam perencanaan strategis, yaitu:
A) Pengumpulan Data
Tahap ini melakukan kegiatan pengumpulan data, pengklasifikasian data,
dan pra analisis, serta membedakan data menjadi dua yaitu eksternal dan
internal. Dari data eksternal dapat diperoleh data dari lingkungan luar
perusahaan, seperti: analisis pasar, analisis kompetitor, analisis komunitas,
analisis pemasok, analisis pemerintah, dan analisis kelompok kepentingan
tertentu. Sementara data internal dapat diperoleh melalui data dalam
perusahaan sendiri, seperti dalam laporan keuangan, laporan kegiatan sumber
daya manusia, laporan kegiatan operasional, dan laporan kegiatan pemasaran.
B) Tahap Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model perumusan strategi. Beberapa model
dapat digunakan, seperti misalnya menggunakan matriks SWOT, antara lain
sebagai berikut:
(1) Strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
(2) Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
organisasi untuk mengatasi ancaman.
(3) Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
(4) Strategi WT, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat definisif
dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
C) Tahap Pengambilan Keputusan
3.5. Konsep Penilaian Investasi
Menurut Sartono (2012), pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai sifat
untuk berkembang apabila ada kesempatan. Keputusan investasi mempunyai
dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang diambil harus
dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang
pula. Keputusan investasi ini sering juga disebut sebagai capital budgeting, yaitu
keseluruhan
proses
perencanaan
dan
pengambilan
keputusan
mengenai
pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun
atau berjangka panjang (Sutrisno, 2013). Dalam pengambilan keputusan investasi
tersebut bisa dilakukan dalam rangka bisnis baru, ekspansi, divestasi, akuisisi, dan
kegiatan perusahaan lainnya.
3.5.1. Penganggaran Modal (Capital Budgeting)
Modal (capital) menunujukkan aktiva tetap yang digunakan untuk
produksi dan anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yang
memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama beberapa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
periode pada saat yang akan datang. Penganggaran modal (capital budgeting)
adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap dan merupakan proses
menyeluruh menganalisa proyek, investasi dan menentukan mana saja yang
dimasukkan ke dalam anggaran modal. Pengganggaran modal digunakan untuk
membuat perencanaan proyek, investasi, dan bisnis. Tahapan-tahapan di
dalamnya yang harus diketahui adalah mempelajari cash flow yang di dapat
dari laporan arus kas. Keputusan penganggaran modal akan berpengaruh pada
jangka waktu yang lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam
penganggaran modal adalah sebagai berikut:
1) Menentukan proyek atau rencana bisnis yang menguntungkan.
2) Menentukan asset yang diperlukan untuk mendukung rencana bisnis
tersebut.
3) Menentukan jumlah investasi yang harus dikeluarkan.
Tahap penganggaran modal meliputi:
1) Biaya proyek harus ditentukan.
2) Perkiraan aliran kas yang diharapkan dari rencana bisnis harus ditentukan.
3) Risiko dari aliran kas rencana bisnis harus diestimasi.
4) Menentukan biaya modal (cost of capital) yang tepat.
5) Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan
dapat digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva.
6) Nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan dibandingkan dengan
biayanya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
3.5.2. Teknik Analisa
3.5.2.1. Arus Kas (Cash Flow)
Keputusan
investasi
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
diharapkan akan bisa ditutup oleh penerimaan-penerimaan di masa yang
akan datang. Penerimaan-peneriaan tersebut berasal dari proyeksi
keuntungan yang diperoleh atas investasi yang bersangkutan. Cash flow
merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari penerimaan usaha
(inflow)
dan
pengeluaran
usaha
(outflow).
Berdasarkan
jenis
transaksinya, kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu:
(a) Arus kas masuk (cash Inflow), yaitu arus kas menurut jenis
transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas.
Inflow yang ada pada industri kecil terdiri dari penerimaan
penjualan, manfaat tambahan, dan nilai sisa. Ketiga penerimaan
tersebut yang paling utama adalah penerimaan penjualan karena
penerimaan ini bersifat rutin.
(b) Arus kas keluar (cash outflow) adalah arus kas menurut jenis
transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas.
Outflow usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu biaya
investasi, biaya tetap, dan biaya tidak tetap (biaya variabel).
Cash flow yang berhubungan dengan suatu keputusan investasi,
menurut Sutrisno (2013) dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) macam
aliran kas, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
(a) Initial Cash flow, adalah aliran kas yang berhubungan dengan
pengeluaran-pengeluaran
kas untuk keperluan investasi, seperti
pengeluaran kas untuk pembelian tanah, pembangunan pabrik,
pembelian mesin, pembelian peralatan lain, pembelian kendaraan,
dan pengeluaran kas lain dalam rangka mendapatkan aktiva tetap.
Initial cash flow biasanya dikeluarkan pada saat awal pendirian suatu
proyek investasi.
(b) Operational Cash flow, merupakan aliran kas yang akan
dipergunakan untuk menutup investasi. Operational cash flow
biasanya diterima setiap tahun selama usia investasi, dan berupa
aliran kas bersih. Operational cash flow inilah yang sering disebut
juga sebagai cash flow (aliran kas) saja.
(c) Terminal Cash flow, merupakan aliran kas yang diterima sebagai
akibat habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi.
Dana yang digunakan untuk investasi aktiva tetap dapat berasal dari
modal sendiri dan atau modal asing (utang). Perbedaan sumber modal
yang digunakan untuk investasi tersebut mempengaruhi perhitungan
proceeds (aliran kas masuk) investasi yang bersangkutan. Perhitungan
proceeds dari kedua sumber modal tersebut adalah sebagai berikut:
a) Perhitungan besarnya proceeds bila investasi menggunakan modal
sendiri:
Proceeds = Laba Bersih setelah Pajak (EAT) + Depresiasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
b) Perhitungan proceeds bila investasi menggunakan modal sendiri dan
utang:
Proceeds = Laba Bersih setelah Pajak (EAT) + Depresiasi + (Bunga – Pajak)
3.5.2.2. Kriteria Kelayakan Investasi
Pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan
untuk dipakai dalam penilaian kelayakan investasi (Husnan dan
Suwarsono, 2008), yaitu:
1) Metode “Average Rate of Return”
Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata yang
diperoleh dari suatu investasi. Angka yang dipergunakan adalah laba
setelah pajak dibandingkan dengan rata-rata investasi. Hasil yang
diperoleh dinyatakan dalam presentase.
2) Metode Payback Period
Payback Period (PBP) adalah untuk megukur lamanya dana investasi
yang ditanamkan kembali seperti semula. Menurut Sutrisno (2013),
Payback period merupakan periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas yang
diterima. Satuan hasilnya adalah satuan waktu (bulan, tahun, dan
sebagainya).
3) Metode Net Present Value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan
nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional
maupun terminal cashflow) di masa yang akan datang. Dan untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu
tingkat bunga yang dianggap relevan (Husnan dan Suwarsono, 2008).
4) Metode Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu indikator atas tingkat
efisiensi dari investasi. Internal Rate of Return adalah salah satu hasil
keputusan dalam capital budgeting yang mencerminkan tingkat
pengembalian dari suatu proyek investasi. Secara matematis, internal
rate of return adalah tingkat diskonto yang mengimbangi present
value dari arus kas masuk dengan present value dari arus kas keluar
(Keown, et. al., 2002). Bila pada metode NPV mencari nilai sekarang
bersih dengan tingkat discount rate tertentu, maka menurut Sutrisno
(2013), metode internal rate of return mencari discount rate yang
dapat menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present
value dari investasi. Dengan demikian internal rate of return (IRR)
adalah tingkat discount rate yang dapat menyamakan present value of
cash flow dengan present value of investment.
5) Metode Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio atau B/C Ratio disebut juga dengan istilah
Profitability Index (PI). Pendekatan ini hampir sama dengan teknik
NPV, hanya saja B/C Ratio mengukur present value untuk setiap
rupiah yang diinvestasikan, sementara teknik NPV menunjuk pada
berapa rupiah kelebihan present value cash inflow di atas present
value initial investment (Syamsuddin,2013). Dan menurut Badan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pekerjaan Umum, analisis
benefit cost adalah sebuah pendekatan dengan prosedur yang
sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang
relevan, dengan sebuah aktivitas atau sebuah proyek investasi. Tujuan
akhir yang ingin dicapai adalah secara akurat membandingkan kedua
nilai, manakah yang lebih besar. Selanjutnya dari hasil pembandingan
ini, maka pengambil keputusan dapat mempertimbangkan untuk
melanjutkan suatu rencana atau tidak dari sebuah aktivitas, produk
atau proyek investasi yang sudah berjalan.
3.5.2.3. Analisis Break Even Point (BEP)
Break even point (BEP) adalah suatu kondisi dimana pada
periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak
menderita kerugian. Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima
sama dengan biaya yang dikeluarkan (Husnan dan Suwarsono, 2008).
Menurut Sutrisno (2013), di dalam analisis break even point digunakan
asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:
(a) Biaya harus dipisahkan ke dalam dua jenis biaya, yaitu biaya tidak
tetap dan biaya tetap. Bila ada biaya semi variable harus
dialokasikan ke dalam dua jenis biaya tersebut.
(b) Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisis.
(c) Perusahaan hanya memproduksi satu macam barang, bila
menghasilkan lebih satu macam barang, perimbangan penghasilan
masing-masing barang harus tetap.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
3.5.2.4. Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup
investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio
ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT (Sutrisno,2013).
3.5.2.5. Metode Penyusutan (Depresiasi)
“Depresiasi” atau dengan kata lain dikenal juga sebagai
”penghapusan” adalah merupakan salah satu komponen biaya tetap yang
timbul karena digunakannya aktiva tetap, dimana biaya ini dapat
dikurangkan dari penghasilan/revenue. Depresiasi dapat dikurangkan
sebagai expense/biaya dari pendapat yang diterima, dan dapat dihitung
dengan beberapa metode (Syamsuddin, 2013), yaitu:
(1) The Stright Line Method (Metode Garis Lurus), dimana jumlah
depresiasi dapat dihitung dengan jalan membagi “depreciable value”
(jumlah investasi dikurangi dengan nilai residu) dari suatu aktiva
dengan umur ekonomisnya, sehingga dengan menggunakan metode
ini jumlah depresiasi setiap tahunnya adalah sama.
(2) The Double Declining Balance Method, tingkat depresiasi yang
digunakan di dalam metode ini adalah sama dengan tingkat yang
digunakan dalam metode straight line dikalikan dengan dua.
(3) The Sum of The Years Digit Method, dengan menggunakan
metode ini maka keseluruhan bilangan umur dari suatu aktiva harus
dijumlah. Jika “n” adalah umur ekonomis dari suatu aktiva, dan “S”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
adalah jumlah keseluruhan bilangan umur teknis dari aktiva tersebut,
maka jumlah depresiasi pada tahun pertama adalah n/S, pada tahun
kedua (n-1)/S dan seterusnya, dikalikan dengan depreciable value.
3.5.2.6. Biaya Variabel dan Biaya Tetap
Menurut Ross, et. al., (2009), biaya variabel adalah biaya-biaya
yang berubah ketika jumlah output yang dihasilkan juga berubah, dan
akan nol ketika produksi nol. Hal ini dapat dipahami karena jika
operasional berhenti, maka tidak akan ada biaya yang akan dikeluarkan
untuk tenaga kerja atau bahan baku. Hubungan antara biaya variable total
(VC), biaya per satuan out put (v), dan kuantitas output total (Q), dapat
ditulis secara sederhana sebagai: VC = Q x v
Biaya tetap, menurut definisi, biaya-biaya yang tidak berubah
ketika jumlah output berubah dalam suatu periode waktu yang ditetapkan
(Ross, et. al., 2009). Jadi biaya tetap tidak tergantung pada jumlah barang
dan jasa yang dihasilkan selama suatu periode produksi. Biasanya, biaya
tetap tidak selalu bersifat tetap, namun biaya tetap bersifat tetap hanya
selama beberapa waktu tertentu, misalnya tiga bulan, enam bulan atau
setahun. Sebagai contoh: pembayaran gaji pegawai tetap, pembayaran
listrik dan air, pembayaran sewa gedung dan lain-lain.
3.5.3. Analisis Sensitivitas
Menurut Ross, et. al., (2009), analisis sensitivitas adalah suatu variasi
analisis skenario yang bermanfaat dalam menunjuk dengan tepat variabel-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
variabel yang diperkirakan berisiko tinggi. Karenanya analisis sensitivitas
dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan investasi yang telah
dilakukan. Tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk mengkaji sejauh mana
perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang dipilih.
Menurut Keown, et. al., (2002), analisis sensitivitas dimaksudkan untuk
menentukan bagaimana penyebaran suatu kemungkinan net present value atau
internal rate of return dari sebuah proyek investasi dipengaruhi oleh sebuah
peubahan pada satu variabel input, sementara variabel lain tetap konstan.
Penyebaran suatu kemungkinan NPV atau IRR yang di dapat sebelum
perubahan terjadi untuk melihat pengaruh dari perubahan itu. Sementara
menurut Riyanto (2001), analisis sensitivitas atau sering pula disebut analisa
kepekaan sebenarnya bukanlah untuk mengukur risiko, tetapi suatu teknik
untuk menilai dampak (impact) berbagai perubahan dalam masing-masing
variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi (possible outcomes).
Analisa sensitivitas ini tidak lain adalah suatu analisa simulasi dimana nilai
variabel-variabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana
dampaknya terhadap hasil yang diharapkan.
3.2.4. Cost of Capital
Menurut Riyanto (2001), konsep cost of capital (biaya penggunaan modal
atau biaya modal) merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan
perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya
yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari
suatu sumber. Cost of capital perusahaan merupakan biaya modal yang sifatnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
eksplisit yang merefleksikan hubungan antara keputusan investasi jangka
panjang perusahaan dengan tingkat pengembalian minimum yang dikehendaki
oleh
investor
yang
harus
digunakan
dalam
proses
penghitungan
penilaian.Biaya penggunaan modal yang eksplisit dari suatu sumber dana
adalah sama dengan discount rate yang menjadikan nilai sekarang (present
value) dari dana neto yang diterima perusahaan dari suatu sumber dana sama
dengan nilai sekarang dari semua dana yang harus dibayarkan karena
penggunaan dana tersebut beserta pelunasannya. Perhitungan biaya
penggunaan modal dapat didasarkan atas perhitungan sebelum pajak atau
perhitungan setelah pajak, namun pada umumnya digunakan perhitungan atas
dasar setelah pajak.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2008), setiap sumber dana, apakah
modal sendiri ataukah pinjaman mempunyai biaya modal. Karena suatu proyek
investasi mungkin saja dibelanjai dengan bermacam-macam sumber dana,
maka perlu diketahui bagaimana menghitung biaya modal dari masing-masing
sumber dana tersebut. Sumber-sumber pembelanjaan pada garis besarnya bisa
dikelompokan menjadi sumber yang berupa utang dan yang berupa modal
sendiri. Modal sendiri bisa berbentuk saham preferen, saham biasa, ataupun
dari laba yang ditahan. Setelah itu, dapat dihitung berapa biaya modal
keseluruhan dari proyek investasi tersebut. Biaya modal keseluruhan ini yang
sering dipakai sebagai tingkat keuntungan yang layak dari proyek investasi
tersebut, yang sering disebut sebagai cut off rate.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Menurut Ross, et. al., (2009), The discount rate is often called the
required return on the project. This is an appropriate name, since the project
should be accepted only if the project generates a return above what is
required.
Sementara menurut Husnan dan Suwarsono (2008), biaya modal sendiri
didefinisikan sebagai tingkat keuntungan minimal yang harus diperoleh suatu
investasi yang dibelanjai dengan modal sendiri, agar harga saham perusahaan
tersebut tidak turun. Untuk menaksir besarnya biaya modal sendiri ini, dapat
digunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Karena tingkat
keuntungan yang dihitung dengan CAPM adalah tingkat keuntungan saham
biasa, maka ini juga berarti biaya modal sendiri. Formula yang digunakan
adalah:
Ke  Rf  ( Rm  Rf )
dimana:
Ke = Tingkat pengembalian atas ekuitas yang diinginkan
Rf = Tingkat pengembalian dari investasi bebas risiko
Rm = Tingkat pengembalian pasar, merupakan tingkat pengembalian investasi
portofolio saham-saham yang diperdagangkan di bursa.
 (Beta) = Ukuran risiko proyek investasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Perhitungan dengan menggunakan Capital Assets Pricing Model sangat
tergantung pada data-data historis yang tersedia untuk merefleksikan tingkat
pengembalian yang dikehendaki oleh investor, sehingga model ini dapat
dijadikan sebagai kerangka berpikir dalam memperkirakan tingkat risiko dan
pendapatan di masa yang akan datang.
3.6. Penelitian Terdahulu
Saat ini sudah banyak penelitian yang berhubungan dengan pembuatan
keputusan yang mengembangkan teori dan metode capital budgeting sebagai
langkah antisipasi dalam melakukan investasi, sehingga investor dapat menekan
tingkat risiko yang mungkin terjadi. Beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang
dijadikan acuan pada penelitian ini secara terperinci akan ditampilkan pada
Lampiran Daftar Penelitian Terdahulu (Lampiran 1).
Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa teori
capital budgeting banyak digunakan dan diaplikasikan dalam penilaian kelayakan
investasi. Perhitungan-perhitungan kelayakan usaha berdasarkan asumsi-asumsi
dapat memberikan gambaran di masa yang akan datang, sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan proyek investasi. Setidaknya apabila terjadi kondisi di
luar asumsi, maka dapat diantisipasi resiko yang terjadi atau yang akan terjadi.
Dengan demikian, pelaku usaha atau investor dapat membuat pertimbangan apakah
akan menjalankan proyek investasi tersebut atau tidak?
Resiko memang tidak dapat dihindari, namun demikian dapat diminimalkan
apabila proyek investasi tersebut sudah dilakukan perhitungan-perhhitungan atau
analisis perencanaan bisnis yang matang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Jika melihat perkembangan UMKM Indonesia berdasarkan dari beberapa
penelitian terdahulu, dapat dikatakan bahwa peluang untuk melakukan
pengembangan usaha dari sisi UMKM masih sangat besar. Beberapa strategi dapat
diterapkan untuk pengembangan dalam bisnis UMKM tersebut.
3.7. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan pada usaha kecil yang memproduksi sprei dengan
nama Angel Dream, Malang – Jawa Timur. Hal pertama yang dilakukan peneliti
adalah observasi dan wawancara langsung untuk mencari informasi tentang
permasalahan yang terdapat pada Butik Sprei Angel Dream, dengan mengetahui
aspek-aspek kelayakan yang berkaitan dengan kelayakan usaha, serta berkaitan
dengan kelayakan finansial yaitu aspek keuangan perusahaan.
Untuk mengetahui apakah usaha Butik Sprei Angel Dream secara keuangan
dapat dikatakan layak atau tidak layak dari data biaya, pendapatan, dan aliran kas,
maka dilakukan beberapa pengukuran kriteria penilaian kelayakan yaitu: ARR,
NPV, IRR, PBP, BCR, BEP, dan ROI. Untuk menghitung tingkat diskonto, maka
dipergunakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi bank umum periode
tahun 2012-2015. Dan untuk mengestimasi adanya perubahan variabel-variabel di
masa yang akan datang, digunakan asumsi-asumsi yang sangat mudah sekali
mengalami perubahan karena kondisi perekonomian. Oleh karena itu akan
dilakukan analisis sensitivitas. Setelah data-data keuangan diolah dan kemudian
dianalisa, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak layak.
Jika hasil perhitungan berdasarkan asumsi adalah layak, maka usaha Butik Sprei
Angel Dream akan dijalankan sampai jangka waktu investasi yang ditetapkan di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
awal. Sebaliknya, apabila dari hasil perhitungan analisis asumsi tidak layak, maka
Butik Sprei Angel Dream harus menentukan strategi apa yang tepat untuk
mengantisipasi atau mengatasi kondisi-kondisi yang menyebabkan investasi tidak
layak. Dengan demikian, layak atau tidak layak usaha Butik Sprei Angel Dream
maka Butik Sprei Angel Dream harus menentukan strategi apa yang tepat untuk
kelangsungan usaha atau pengembangan usaha Butik Sprei Angel Dream tersebut.
Untuk selanjutnya, kemungkinan juga dapat dilakukan penelitian lebih
dalam lagi dari aspek lainnya selain dari aspek keuangan, atau aspek keuangan
dengan metode analisis yang berbeda, agar lebih terlihat permasalahan yang
menyebabkan usaha Butik Sprei Angel Dream dikatakan layak atau tidak layak.
Langkah berikutnya adalah dilakukan analisis perbandingan usaha dalam
lingkup UMKM Indonesia. Hal ini sangat diperlukan guna melihat perkembanganperkembangan yang terjadi pada sektor bisnis UMKM Indonesia, sehingga dapat
diketahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada Butik Sprei Angel
Dream.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Butik Sprei Angel Dream
melakukan penilaian kelayakan investasi dari aspek keuangan ini adalah dengan
tujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha ini. Selain itu, strategi apakah
yang dapat diterapkan untuk menghadapi resiko usaha serta persaingan pada usaha
sejenis, dan bagaimana cara untuk mengembangkan usaha Butik Sprei Angel
Dream tersebut.
Secara singkat, uraian kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut (gambar 3.3).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
BUTIQ SPREI
ANGEL DREAM
PRODUKSI SPREI
SUMBER DANA / MODAL
ALIRAN KAS (CASH FLOW)
PENGELUARAN KAS
(CASH OUT FLOW)
PEMASUKAN KAS
(CASH IN FLOW)
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
ASPEK KEUANGAN
A. Metode Kelayakan Investasi
1. Metode ARR
2.
Metode NPV
3. Metode IRR
4. Metode PBP
5. Metode BCR
6. Analisis Break Even Point
7. Analisis ROI
B. Analisis Sensitivitas
B. Analisis Sensitivitas
Layak/Tidak Layak
Evaluasi Usaha
Analisis Deskriptif
Komparasi
Strategi Pengembangan
Usaha
Gambar 3.3. Kerangka Pemikiran
Sumber: Diolah oleh Peneliti (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download