BERITA TERKINI Nicergoline sebagai Terapi Pasien dengan Keratopati Neurotropik K eratopati neurotropik adalah salah satu kelainan penglihatan yang mayor. Kelainan ini merupakan kelainan refrakter akibat adanya kelainan pada kornea. Kelainan yang ditemukan pertama kali pada tahun 1824 ini disebabkan karena adanya kerusakan pada saraf trigeminal. Adanya kerusakan ini juga menyebabkan hilangnya sensasi kornea, yang akan menyebabkan berbagai macam kelainan pada kornea, termasuk keratopati superfisial, kelainan epitelial yang persisten, dan ulkus kornea. Adapun kerusakan dari saraf trigeminal ini bisa disebabkan karena keratitis herpetik, diabetes, dan prosedur pembedahan neurologik atau mata. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi, bahkan dikelompokkan sebagai salah satu penyakit orphan (ORPHA137596). Prevalensi dari penyakit ini diperkirakan kurang dari 5/10.000 orang. Namun, karena data pasti epidemiologi tidak tercantum dalam literatur, prevalensi dan insidens dari kelainan ini diperkirakan di bawah 1,6/10.000. Walau demikian, faktanya penyakit ini muncul pada 6% pada kasus keratitis herpes, dengan prevalensi 149/100.000 penduduk dan 12,8% pada pasien dengan herpes zooster (26/100.000), serta 2,8% pasien yang menjalani operasi. Secara umum, ada beberapa pilihan terapi yang dapat diberikan untuk mengatasi kelainan ini. Salah satu terapi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan air mata buatan yang bebas preservatif untuk membantu memperbaiki permukaan kornea pada semua stadium penyakit ini. Selain itu, dapat juga digunakan steroid topikal untuk membantu mengontrol inflamasi okuler (jika ada); tetapi steroid juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan risiko dari terjadinya pelelehan kornea dan perforasi dengan cara menginhibisi penyembuhan stroma, sehingga penggunaan obat ini sebaiknya digunakan secara hati-hati. Selain itu, dapat juga digunakan operasi untuk kasus-kasus refraktori. Belakangan ini, diketahui juga bahwa pemberian nicergoline dapat memberikan efek yang positif terhadap pasien-pasien yang mengalami keratopati neurotropik ini. Salah satu penelitian yang mendukung pernyataan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Kim. Penelitian ini dilakukan dengan desain prospektif, uji intervensional non-komparatif. Penelitian ini melibatkan 27 mata dari 24 orang pasien yang mengalami keratopati neurotropik yang sebelumnya tidak responsif terhadap terapi konvensional. Pasien-pasien ini diberikan 10 mg nicergoline oral dua kali sehari selama minimal 2 minggu. Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai terapi ini adalah dengan menggunakan pemeriksaan slit-lamp, fotografi, tes pewarnaan fluoresens dari kornea (corneal fluorescein dye), tes sensitivitas korneal Cochet-Bonnet, dan best-corrected visual acuity yang dilakukan sebelum dan sesudah terapi. Selain itu, kadar dari faktor pertumbuhan saraf pada air mata juga diuji sebelum dan sesudah terapi. Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa pada 23 mata (85%) terjadi penyembuhan total dari kelainan epitel dari kornea yang terjadi di antara hari ke-7 dan ke-30 terapi (rerata, 15,6±8,0 hari). Kelainan epitel tetap ada pada 4 mata (15%). Rerata sensitivitas kornea sebelum dan sesudah terapi dengan nicergoline adalah 20,5±8,5 sebelum terapi dan 30,2±10,8 mm sesudah terapi (p<0,001). Best-corrected visual acuity (yang diukur dalam unit berdasarkan pada logaritma dari resolusi sudut minimal/minimum angle of resolution) tampak mengalami perbaikan yang signifikan dari 1,1±0,6 menjadi 0,8±0,6 (p<0,001). Kadar faktor pertumbuhan saraf yang ada pada air mata pun tampak lebih tinggi secara signifikan, dari rentang 3,2±0,3 menjadi 6,2±0,3 pg/mL (p<0,001). Dari penelitian ini disimpulkan bahwa terapi dengan nicergoline dapat membantu pasien yang mengalami gangguan keratopati neurotropik ini, di mana pasien-pasien ini sebelumnya tidak memberikan hasil yang memuaskan terhadap terapi yang konvensional. Namun, masih dibutuhkan penelitian-penelitian lainnya dengan desain yang lebih baik untuk memperkuat hasil ini. (YJR) REFERENSI: 1. Pushker N, Dada T, Vajpayee RB, Gupta V, Aggrawal T, Titiyal JS. Neurotrophic keratopathy. CLAO J Off Publ Contact Lens Assoc Ophthalmol Inc. 2001; 27(2): 100-7. 2. Okada Y, Reinach PS, Kitano A, Shirai K, Kao WW-Y, Saika S. Neurotrophic keratopathy; Its pathophysiology and treatment. Histol Histopathol. 2010; 25(6): 771-80. 3. Lambiase A, Rama P, Aloe L, Bonini S. Management of neurotrophic keratopathy. Curr Opin Ophthalmol. 1999; 10(4): 270-6. 4. Sacchetti M, Lambiase A. Diagnosis and management of neurotrophic keratitis. Clin Ophthalmol Auckl NZ [Internet]. 2014 Mar 19 [cited 2015 Jul 23]; 8: 571-9. Available from: http://www. ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3964170/ 5. 848 Lee YC, Kim SY. Treatment of neurotrophic keratopathy with nicergoline. Cornea. 2015; 34(3): 303-7. CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015