ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO Oleh : Suryono ( Staf PengajarJurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ) Abstrak Resiko kebakaran pada bangunan dan lingkungan di Indonesia umumnya masih relatif tinggi, bahkan kebakaran bangunan seringkali terjadi secara massal, karena penjalaran api dari bangunan satu ke bangunan di sekitarnya. Barang tentu menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik berupa hilangnya harta benda, dokumen bahkan keselamatan jiwa. Peraturan tentang pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran kebanyakan membahas hal-hal yang sifatnya umum. Kondisi topografi di Manado dan Indonesia Timur pada umumnya merupakan perbukitan dan lembah, hingga kini nyaris belum dibahas. Penelitian ini dimaksudkan untuk meninjau seberapa besar “pengaruh topografi pada kinerja pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan dan lingkungan di Kota Manado” Fenomena pembangunan pada lahan dengan kemiringan diatas 30% masih terus berlangsung, padahal lahan tersebut seharusnya diperuntukkan bagi konservasi lahan. Walaupun aturanya sudah jelas, namun kenyataan di lapangan masih sering terjadi pelanggaran karena terbatasnya lahan yang datar. Pada lahan dengan kemiringan di atas 30% diperkirakan besarnya resiko kebakaran lebih tinggi karena sulitnya akses mobil pemadam kebakaran untuk menjangkau lokasi tersebut karena jalan yang terjal. Sedangkan pada lahan dengan range kemiringan 30 % hingga 0 %,besarnya resiko kebakaran lebih banyak disebabkan oleh kepadatan bangunan Kata Kunci: topografi, resiko kebakaran, bangunan dan lingkungan signifikan, dan umumnya tidak dapat diikuti I. PENDAHULUAN secara seimbang oleh tersedianya prasarana A. Latar Belakang Semakin manusia, meningkatnya diikuti pula dan sarana serta manajemen pencegahan dan peradaban oleh pengamanan semakin kebakaran dan kerugian yang diakibatkannya bangunan dan lingkungan, demikian pula tidak tersedia secara lengkap dan tidak aktifitas di dalamnya. Maka resiko kebakaran tersusun rapih. Di Indonesia baru Kota Jakarta pada bangunan dan lingkungan juga semakin yang memiliki data yang relatif baik. meningkat, baik frekuensi kejadian maupun Ironisnya lagi, sebuah kota semakin besarnya korban yang ditimbulkannya, berupa dokumen, harta kebakaran Manado, hanya saja umumnya data kejadian antara lain kebutuhan akan papan baik berupa jiwa, bahaya secara memadai. Tidak terkecuali di Kota kompleksnya tuntutan kebutuhan kehidupaan kerugian: terhadap besar dan modern, maka semakin banyak pula benda, bangunan tinggi, dan semakin kompleks Menurunnya produktivitas dan lapangan kerja, fungsinya, kerugian yang diakibatkan oleh Gangguan bisnis dan kerugian sosial. kebakaran dari tahun ke tahun juga semakin Dari waktu ke waktu, hampir di semua meningkat tempat terutama di wilayah perkotaan dimana walaupun semakin banyak peraturan bangunan (building code) tentang bangunan relatif lebih padat, dimensinya yang kebakaran, agar bangunan dilengkapi dengan semakin besar dan tinggi bertambah secara PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 66 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 berbagai fasilitas pencegahan dan dibandingkan dengan bangunan yang pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang didirikan di atas lahan datar, antara lain: semakin beragam dan canggih. Sebagai 1) Wilayah perbukitan umumnya belum contoh Kota Jakarta selang waktu tahun 1998- dilengkapi dengan prasarana jalan yang 2008 menderita 8.243 kejadian kebakaran, memadahi kerugian jiwa sebanyak 323 meninggal, 757 kualitasnya (lebar minimum, tanjakan luka-luka dan kerugian materi sebesar Rp. maksimum, 1.255.091.940.080,- kondisi jalan, perkerasan, bahu jalan, dsb). dan sebagai perbandingan di Amerika sepanjang periode Sehingga 1999-2008 juga mengalami 515.000 kali pemadam kejadian kebakaran dan menderita kerugian kebakaran. jiwa sebanyak 2.900 meninggal, 14.960 lukaluka dan kerugian materi banyak standar dimensi radius putar menyuliltakan untuk maupun minimum, akses mencapai mobil lokasi 2) Angin di perbukitan relatif lebih kencang sebesar dibanding tempat datar/ lembah, sehingga $12.360.000.000 (Ramli Soehatman, 2011). Sudah baik kobaran api akan lebih cepat membesar, operasional lidah api lebih panjang karena selain prosedur dan peraturan serta literatur yang tiupan angin yang lebih cepat akan tersedia membahas tentang pencegahan, deteksi dini oksigen yang berlimpah. Hal tersebut dan diduga bisa menjadi penyebab mudah dan pengumuman, evakuasi serta alat pemadan dan tindakan pemadaman kebakaran. cepatnya perjalanan api. Kota Manado mewakili tipologi kota-kota lain di Indonesia Timur 3) Pada wilayah perbukitan umumnya juga umumnya memiliki sulit mendapatkan sumber pasokan air karakter khusus, yakni sebagai kota yang untuk pemadam kebakaran, kalaupun ada dibangun di atas lahan berkontur (perbukitan maka tekanan air juga tidak merata, dan lembah), sejauh penulis ketahui, masih sehingga upaya pemadaman bila terjadi belum banyak dikaji secara khusus dan kabakaran juga akan lebih sulit. mendalam. Padahal kenyataan bangunan dan Sehingga penulis menganggap perlu adanya lingkungan penelitian yang mengkaji beberapa hal, antara diatas menimbulkan wilayah permasalahan perbukitan dan lain : membutuhkan solusi berbeda disaat terjadi 1) Permukiman pada wilayah perbukitan kasus kebakaran, bila tidak maka bukan tidak perlu mungkin akan menimbulkan kerugian yang kebakaran berdasarkan tingkat kemiringan besar. tanah (build able area), masing-masing dibagi menjadi zona resiko meliputi berapa luas dan berapa presentase B. Rumusan Masalah dari total wilayah hunian di Kota Manado. Umumnya bangunan yang didirikan di 2) Berapa jumlah bangunan yang berada atas lahan perbukitan mempunyai masalah yang berbeda dan lebih diluar kompleks, jangkauan panjang maksimum selang air mobil pemadam kebakaran (75 meter dari jalan terdekat yang bisa diakses PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 67 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 mobil pemadam kebakaran) yang memiliki baik, diatas 15% hingga 30% kurang baik, resiko sehingga untuk dapat dicapai oleh mobil pemandam kemungkinan harus memiliki prasarana kebakaran (lebar jalan minimum, radius pemadam kebakaran secara mandiri. putar relatif lebih besar, minimum, syarat tanjakan 3) Sistem evakuasi dan pemadaman seperti maksimum, tempat berputar) maupun apa yang mungkin disediakan untuk prasarana lain (pilar hidran, tendon air, meningkatkan kinerja pencegahan dan sumber pengamanan terhadap bahaya kebakaran kebakaran, pada bangunan dan lingkunan perbukitan. diwilayah air, dan penanggulangan sehingga tersebut permukiman memiliki resiko kebakaran yang relatif tinggi. C. Urgensi (Keutamaan) Penelitian 2) Jarak bangunan secara horizontal memiliki Urgensi atau keutamaan penelitian ini resiko kebakaran yang berbeda, karena meliputi : pengaruh 1) Mengurangi reskio kebakaran permukiman datang, berada di atas atau di bawah. serta 3) Angin di wilayah perbukitan lebih cepat sebagai panduan bagi perencana dan dibanding dengan di permukaan tanah pembuat kebijakan untuk menghindari datar (Wolfgang Schueller, 2001), hal resiko kerugian yang lebih besar pada tersebut akan membawa konsekwensi masa mendatang. bahwa lidah api akan lebih panjang, kobaran api akan lebih besar, karena D. Hipotesa Literatur dan kecepatan angin yang meningkat sekaligus peraturan-peraturan membawa tentang pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya yang letak bangunan dengan tetangga yang penting untuk perencanaan bangunan dan akan vertikal datar. Hal tersebut antara lain dipengaruhi 2) Peta kontur resiko kebakaran menjadi yang secara berbeda dibanding dengan tanah yang yang padat terutama di wilayah perbukitan lingkungan letak kebakaran pada bangunan oksigen yang berlimpah, sehingga kobaran api juga akan semakin dan membesar lingkungan, yang sudah ada nyaris belum ada dan mengakibatkan jilatan lidah api dan penjalarannya juga semakin yang membahas tentang wilayah perbukitan cepat berkembang. padahal kondisi geografis perbukitan tentu mempunyai permasalahan berbeda dibanding E. Metode Penelitian lahan datar dan tentu memerlukan penanganan Ditinjau dari tujuannya dan sifatnya, yang berbeda pula. Karena itu maka dapat penelitian ini tergolong sebagai penelitian disusun sebuah hipotesa yang akan dibuktikan Deskriptif melalui penelitian ini sebagai berikut : Eksploratif, yakni untuk menemukan hubungan sebab-musabab antara 1) Pada umumnya wilayah di Perbukitan besarnya resiko kebakaran pada bangunan dan dengan kontur tanah diatas 0 % hingga lingkungan dalam hal ini yang berkaitan 15% mempunyai akses jalan yang relatif dengan pengaruh topografi yaitu PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 68 - lahan ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 3) Runtuhnya elemen bangunan dan atau berkontur serta hubungannya dengan kinerja bangunan. pecegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan dan lingkungan. 2. Penyebab Kebakaran Bila ditinjau dari lokasinya maka penelitian Secara konvensional api ini tergolong sebagai penelitian lapangan yakni kota Manado, sedangkan muncul akibat pertemuan tiga hal: sampel 1) Bahan bakar (combustable material) penelitian adalah kondisi bangunan dan Bahan bakar pada bangunan dapat berupa lingkungan antara lain: angin, jarak antar kayu, karpet, plastik, minyak tanah, gas bangunan, jalan sebagai prasarana akses mobil elpiji, perabot, barang dagangan dan pemadam menuju lokasi kebakaran. sebagainya. 2) Oksigen (O2) II. PEMBAHASAN Kurang lebih 18 % udara di sekitar kita A. Tinjauan Teori adalah Oksigen, yang juga dibutuhkan 1. Pengertian Kebakaran untuk bernafas (pembakaran dalam tubuh). Kebakaran adalah timbulnya nyala api yang tidak terkendali. Kebakaran 3) Penyulut/ panas (ignition) dapat Penyulut kebakaran pada bangunan, dapat mendatangkan bahaya, setidaknya ada tiga berupa: puntung rokok, kompor, hubungan resiko kerugian akibat dari kebakaran, yakni: pendek arus listrik, lilin, lampu minyak, 1) Panas api (suhu) obat nyamuk, reaksi kimia, gesekan benda 2) Asap (racun atau gangguan pernafasan, dan sebagainya. gangguan penglihatan, kepanikan) Gambar 2.1 Segitiga Api Sumber: Juwana Jemmy S (2005) “Panduan Sistem Bangunan Tinggi” hal:133 1) Bangunan Rendah (<14 meter atau 4 lapis) 3. Grafik Pertumbuhan Api pada Kebakaran Bangunan 2) Bangunan Menengah (< 40 meter) Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 1992, tentang 3) Bangunan Tinggi (>40 meter) ketentuan 4) Bangunan Pabrik penanggulangan bahaya kebakaran di wilayah 5) Bangunan Umum dan Perdagangan DKI Jakarta untuk bangunan dibagi dalam 6) Bangunan Perumahan beberapa klasifikasi: 7) Bangunan Campuran PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 69 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 Gambar 2.2 Pertumbuhan Api Sumber: Ramli Suhatman (2010) “Manajemen Kebakaran” hal:32 cepat pula api menjalar karena lidah api 4. Pengaruh Kontur Tanah Kecepatan angin berpengaruh terhadap penjaran api. Semain tinggi semakin panjang. Hal ini juga berlaku bahwa bangunan, semakin tinggi kontur tanah, semakin besar semakin kuat tekanan angin, maka semakin pula tekanan angin. Gambar 2.3 Kecepatan Angin Berdasarkan Ketinggian di Atas Tanah. Sumber: Schueller Wolfgang (2001) “ Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi “ hal :17-18 terbakar, seperti kayu, tripleks, karpet, 5. Pencegahan dan Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Standar operasional prosedur pencegahan dan pengamanan partikel board, plastik dan sebagainya untuk baik bahaya dinding maupun atap. Sesungguhnya baja adalah bahan yang kebakaran pada bangunan dan lingkungan tidak dapat terbakar tetapi kekuatan dibagi menjadi empat : baja akan turun secara signifikan 1) Pencegahan Kebakaran setelah api mencapai suhu 400 C0, oleh a) Konstruksi Tahan Api Seminimal pada mungkin karena itu struktur baja sebaiknya bangunan dilindungi dengan material yang relatif menggunakan material yang dapat lebih tahan terhadap api misal beton, PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 70 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 gibsum, dilapis dengan Vermiculite, berbanding cat tahan api (Jimmy S. Juwana, 2005). bangunan, Sehingga semakin tinggi b) Kompartemen lurus dengan tinggi bangunan jarak antar dua bangunan, Gagasan dasarnya adalah menahan dan makin jauh pula (SKBI-2.3.53, 1987). membatasi/ mencegah penjalaran api baik secara horizontal maupun vertikal, (to) menggunakan komponen konstruksi Tinggi (to) yang tahan terhadap api dan asap, s/d 8 meter 8 s/d 14 meter 14 s/d 40 meter Di atas > 40 meter seperti dinding batu-bata yang diplester pada kedua sisi, dinding beton, lantai beton yang secara masif membatasi bagian bangunan satu dengan yang Jarak minimum (lo) (l1) 3 meter 6 3 s/d meter 6 s/d 8 >6 meter meter 8 meter lain. Hubungan antara jarak dan tinggi • Kompartemen Horizontal Dapat berupa lantai, bangunan berupa dalam contoh berikut. surya (sun screen) dan sebagainya berfungsi Diketahui : tinggi bangunan 10 meter Hitung : jarak antar bangunan minimum Jawab : − 1 − 0 = 0 + 1 − 0 10 − 86 − 3 = 3+ 14 − 8 = 4 Catatan : lx = Jarak minimum yang dicari lo = Jarak minimum interpolasi terendah pada lajur l1 = Jarak minimum interpolasi tertinggi pada lajur tx = Tinggi sebagai variabel to = Tinggi interpolasi terendah pada lajur t1 = Tinggi interpolasi tertinggi pada lajur d) Pemisahan Penyulut dengan Bahan yang Dapat Terbakar menghalangi penjalaran api dan asap secara vertikal (SKBI – 2.3.53.1987, hal: 8-9) • Kompartemen Vertikal Dapat berupa dinding batas antara rumah couple, dinding batas antara masa bangunan (SKBI-2.3.53.1987, hal:13) Pada bangunan tinggi, rumah sakit, sekolah dan sebagainya mengevakuasi seluruh penghuni secara cepat adalah hal yang mustahil, kompartemen dapat menawarkan penampungan sementara bagi penghuni sambil dengan persamaan interpolasi dapat dilihat koridor, selasar, balkon, tudung yang dinyatakan menunggu sampai api dipadamkan atau jalur Pada evakuasi sudah aman. sebuah gedung seringkali memiliki fungsi ruang yang satu c) Pengaturan Jarak antar Bangunan bertentangan dengan fungsi ruang yang Oleh karena kecepatan angin dari lain. Sebagai contoh: kantor sewa yang permukaan tanah makin tinggi makin rawan terhadap munculnya api dengan cepat pula, maka jarak bangunan PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 71 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 restoran terdapat kegiatan memasak pada permulaan pertumbuhan api saat yang potensial menjadi penyulut api. terjadi kebakaran, yakni saat api dan Memisahkan jarak barangkali sulit asap dilakukan umumnya dengan tetapi dapat mengisolasi dilakukan dapur dengan belum terlalu besar. berupa APAR tabung Fire Estiguiser material yang tahan terhadap api. b) Pemadam Api Berat 2) Deteksi Dini dan Pengumuman Pemadam Api Berat (PAB) ialah Seyogyanya di setiap bangunan dipasangi pemadam api yang digunakan saat alarm pendekteksi bahaya kebakaran (fire kondisi sudah tidak memungkinkan detector) yang terintegrasi dengan kantor lagi pemadam kebakaran. Namun jika hal ini ringan. Bentuk pemadam ini biasanya sulit dicapai dalam permukiman penduduk berupa Motor dan Mobil Pemadam pada umumnya, maka kemampuan panca Kebakaran. indra bisa diandalkan. Serta menggunakan B. Data, Analisis dan Sintesis dievakuasi 1. Data 3) Evakuasi Ada beberapa jenis data yang perlu Bila Pencegahan sudah dilakukan, toh dikumpulkan, antara lain: kebakaran masih juga terjadi maka diteksi 1) Kontur tanah dan api merta diumumkan agar penghuni gedung dapat dini pemadam pengumuman perlu segera Data kontur tanah Kota Manado, dapat dilakukan, agar evakuasi bagi penghuni, berupa data primer melalui fasilitas google dokumen dan harta benda segera bisa earth maupun data sekunder yang dimiliki dilakukan untuk menghindari kerugian oleh instansi terkait. Data kontur tanah yang lebih besar. Oleh karenannya jalur perlu didapatkan untuk membagi wilayah evakuasi perlu disediakan sesuai standar. menjadi 4) Tindakan Pemadaman beberapa zona berdasarkan kemiringan lahan, berapa besar presentase Setelah semua upaya pencegahan, deteksi masing-masing agar didapatkan berapa dini dan pengumuman, serta evakuasi telah besar presentase bangunan tingkat resiko dilakukan, serta merta dilakukan usaha yang didapati oleh masing-masing zona pemadaman terhadap api dan asap yang tersebut. tidak terkendali, pemadam api ada 2) Kepadatan bangunan beberapa jenis: Data kepadatan bangunan meliputi: jumlah a) Pemadam Api Ringan bangunan, persatuan wilayah dan jarak Pemadam Api Ringan (PAR) ialah bangunan, hal tersebut untuk mengetahui pemadam api yang, mudah dibawa/ tingkat kemudahan penjalaran api, besar dipindahkan dan dioperasikan oleh satu resiko, serta jumlah kerugian apa bila orang, terjadi dan alat tersebut hanya digunakan untuk memadamkan api kebakaran, kemungkinan luas penjalaran. Akan diambil sampel beberapa PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 72 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 kelurahan yang cukup padat bangunan lingkungan yang telah tersedia, jangkauan mewakili tipologi kondisi Kota Manado fasilitas, kondisi fasilitas dan jumlah pada umumnya. fasilitas. 3) Bahan bangunan 6) Pengetahuan peran serta masyarakat Bahan bangunan yang digunakan, fungsi Peran serta masyarakat perihal pencegahan bangunan, dan tinggi bangunan data dan tersebut kebakaran pada masing-masing tahap: perlu diketahui agar dapat pengamanan terhadap bahaya memperkirakan mudah tidaknya terbakar pencegahan, akibat pengumuman, evakuasi (jalur dan alat tersedianya bahan bakar dan penyulut dibandingkan dengan standard bantu), maksimum bahan yang dapat diijinkan kebakaran. berdasarkan peraturan. akan dianalisis sebagai berikut: bangunan 1) Kontur Tanah dan Secara geografis mayoritas kondisi Kota mempunyai sebaran kontur yang cukup bervariasi kemiringan 0 % Manado berupa perbukitan dan lembah. hingga Kondisi seperti ini dapat dilihat dari Peta kemiringan batas layak bangun (diatas 30 wilayah %). berdasarkan bangunan, bahan bangunan, dan jangkauan kemiringan (tanjakan) pada satu kelurahan mobil pemadam kebakaran. baik pada lokasi yang relatif datar hingga 2) Analisis Resiko Kebakaran Berdasarkan relatif terjal yang diperkirakan mewakili kontur Kota Manado jarak bangunan pada Analisis jarak bangunan bertujuan untuk umumnya. Jaringan jalan akan dibagi kemiringan dan mengetahui ditandai resiko kebakaran tanah. Jarak yang dimaksud adalah jarak jalan dengan tingkat aksesibilitas mobil horizontal antar bangunan, dan jarak pemadam kebakaran mudah, sulit sangat vertikal antar bangunan. Pada lahan yang sulit, dan tidak bisa dicapai, baik dari segi datar, jarak yang perhitungkan adalan kemiringan, radius putar, lebar jalan, jarak horizontal bangunan, sedangkan kondisi jalan. Pencegahan tingkat terhadap bangunan berdasarkan kontur dengan kode warna peta yang mewakili 5) Prasarana Manado tingkat resiko kebakaran berdasarkan jarak Jaringan jalan lebar jalan, radius putar, berdasarkan Kota kemiringan lahan, tata guna lahan dan peta 4) Jaringan jalan kondisi pemadaman Setelah data didapatkan maka data wilayah kelurahan yang mewakili kondisi padat tindakan dan 2. Analisa Data tersedia maka akan dibatasi pada satu yang serta dini Mengingat keterbatasan dana, tenaga dan waktu yang wilayah deteksi dan pada lahan berkontur akan dilihat jarak Pemadam vertikal dan horizontal bangunan. Kebakaran 3) Analisis Resiko Kebakaran Berdasarkan Fasilitas pencegahan dan pengamanan bahan bangunan terhadap bahaya kebakaran bangunan dan PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 73 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 Analisis bahan bangunan bertujuan untuk jalan, hambatan yang ada di jalan, dan mengidentifikasi yang kondisi kontur jalan. Hal tersebut akan digunakan oleh rumah-rumah di Kota menentukan bisa atau tidaknya mobil manado yang cenderung berpotensi besar pemadam kebakaran menjangkau lokasi sebagai penyulut api pada saat kebakaran. bencana. Bahan-bahan Dari analisis diatas diharapkan akan jenis bahan tersebut dikategorikan berdasarkan tingkat resiko masing-masing didapatkan beberapa peta, antara lain: terhadap a) Peta kontur tanah kecepatan menyala dan penjalaran api. b) Peta resiko kebakaran berdasarkan 4) Analisis Resiko Kebakaran Berdasarkan jarak bangunan jangkauan mobil pemadam Kondisi topografi c) Peta resiko kebakaran berdasarkan kota Manado bahan bangunan mebutuhkan kajian yang serius sebagai d) Peta resiko kebakaran berdasarkan pedoman penanganan bahaya kebakaran. jangkauan mobil pemadam kebakaran Analisis jangkauan mobil kebakaran akan meninjau beberapa hal antara lain lebar 3. Sintesa Tabel 3.1 Rekapitulasi Data No Keluarahan Lingk Kecamatan rata-rata lebar jalan (m) Kontur Tanah (% ) Resiko berdasarkan jarak bangunan rata-rata (m) Resiko berdasarkan bahan bangunan (m) Rata-rata Resiko berdasarkan capaian mobil pemadam 1 Mahakeret barat III Wenang 2,5 5 - 35 % 3,1 Sedang 1,5 agak tinggi sulit sekali 2 Wakeke I Wenang 4 0 - 20 % 1,1 Tinggi 1,0 agak tinggi mudah 3 Banjer VII Tikala 3 5 - 30 % 2,4 Sedang 1,3 agak tinggi sulit 4 Bumi Beringin III Wenang 4 20 - 40 % 0,0 Tinggi 1,5 agak tinggi sulit 5 TKl. Kumakara III Wenang 4 10 - 40 % 0,8 Tinggi 1,5 agak tinggi sulit 6 Banjer III Tikala 4 5 - 20 % 0,0 Tinggi 1,5 agak tinggi mudah 7 Banjer VII Tikala 4 5 - 20 % 4,0 Rendah 1,5 agak tinggi mudah 8 Komo Luar II Wenang 3 0- 5% 1,1 Tinggi 1,5 agak tinggi mudah 9 Mahakeret Barat III Wenang 2,5 5 - 35 % 0,6 Tinggi 2,0 agak tinggi sulit sekali 10 Mahakeret Barat III Wenang 2,5 5 - 35 % 1,1 Tinggi 1,5 agak tinggi sulit sekali 11 Mahakeret Barat IV Wenang 3 5 - 35 % 1,0 Tinggi 1,3 agak tinggi sulit 12 Tikala Ares II Tikala 1,6 5- 40 % 0,5 Tinggi 1,8 agak tinggi sulit sekali 13 Tikala Ares II Tikala 4 0 - 20 % 0,0 Tinggi 1,5 agak tinggi mudah 14 Tikala Ares II Tikala 5 5 - 40 % 0,5 Tinggi 1,5 agak tinggi sulit 15 Tikala Ares II Tikala 5 5 - 40 % 0,5 Tinggi 1,8 agak tinggi sulit 16 Makeret Timur IV Wenang 3 5 - 40 % 0,7 Tinggi 1,5 agak tinggi sulit 17 Bumi Beringin IV Wenang 3 20 - 40% 4,3 Rendah 1,5 agak tinggi sulit 18 Banjer IV Tikala 3 5- 30% 3,0 Sedang 1,3 agak tinggi sulit Sumber: Rekapitulasi hasil analisis data PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 74 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 lain, penggunaan material pada berbagai III. KESIMPULAN kontur tanah sama saja, artinya hipotesa Dari delapan belas lokasi surve, tingkat tidak terbukti. resiko kebakaran dan penjalaranya berkaitan c. Berdasarkan jangkauan mobil pemadam dengan kontur tanah, dianalisa berdasarkan kebakaran ke lokasi permukiman: tiga kriteria penilaian, dapat disimpulkan 1) Lima lokasi masuk kategori mudah sebagai berikut: diakses yakni yang berada pada kontur a. Berdasarkan kriteria jarak antar bangunan, lahan 0%-5% (landai), dal lebar jalan di delapan belas lokasi dapat disimpulkan rata-rata empat meter. bahwa: 2) Sembilan lokasi masuk kategori sulit 1) Dua lokasi yakni: Banjer Lingkungan diakses, yakni yang berada pada kontur VII dengan kemiringan antara 5%-20% 5%–30%, berbelok-belok dan sempit, dan Bumi Beringain Lingkungan IV yakni antara 3 meter hingga 2,5 meter, dengan kemiringan lahan antara 20%40% beresiko kebakaran hambatan antara lain adanya: portal, rendah, kabel rendah, pohon. artinya jarak antar bangunan rata-rata 3) Empat lokasi masuk kategori sulit empat meter atau lebih sekali diakses, yakni yang berada pada 2) Empat lokasi beresiko sedang, artinya pada kontur 5%-40%, hambatan utama jarak antar bangunan rata-rata antara adalah: dimensi jalan 1,6 meter hingga dua hingga empat meter, dengan 2,5 meter, kabel listrik dan telpon kemiringan tanah 5%-35% kurang dari tiga meter, tiang listrik dan 3) Tiga belas sisanya beresiko tinggi, telepon ditanam di bagian badan jalan, karena jarak antar bangunan dari dua adanya portal serta pohon. meter hingga nol meter (berhimpitan) dan hampir keseluruhan tidak ada kompartemen antar IV. SARAN bangunan, Dari delapan belas lokasi survei, tingkat kemiringan lahan 5%-40%. resiko kebakaran dan penjalaranya berkaitan b. Berdasarkan tingkat kemudahan terbakar dengan material bangunan (combustable material). agak tinggi, artinya tanah, dan disimpulkan berdasarkan tiga kriteria penilaian, dapat Dari delapan belas lokasi survei, semuanya beresiko kontur disampaikan rekomendasi, sebagai berikut: bahan a. Berdasarkan kriteria jarak antar bangunan, bangunan rata-rata menggunakan material di delapan belas lokasi survei dapat yang mudah terbakar seperti kayu, triplek, disampaikan rekomendasi sebagai berikut: partikel board dan sebagainya, namun 1) Satu lokasi beresiko rendah, artinya tidak lebih dari 30 Kg per meter persegi jarak antar bangunan rata-rata diatas (setara kayu jati). Dalam hal ini ternyata empat meter, lahan dengan kemiringan kontur tanah tidak berpengaruh pada tanah 0%-5%, kondisi tersebut sudah besarnya resiko kebakaran, dengan kata baik, artinya sudah sesuai dengan PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 75 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 peraturan jarak minimum antar 5%–30%, berbelok-belok dan sempit, bangunan. yakni antara 3 meter hingga 2,5 meter, 2) Empat lokasi beresiko sedang, artinya hambatan antara lain adanya portal, jarak antar bangunan rata-rata antara kabel rendah, pohon. Cukup baik dua hingga empat meter, dengan namun kemiringan tanah 5%-30%, cukup baik disempurnakan dengan cara dengan catatan atap bangunan tidak menghilangkan hambatan tersebut menjorok diatas. keluar, yang artinya mempermudah penjalaran api. masih ada yang perlu 3) Empat lokasi masuk kategori sulit 3) Tiga belas lokasi sisanya beresiko sekali diakses, yakni yang berada pada tinggi, karena jarak antar bangunan pada kontur 5%-40%, hambatan utama dari dua meter hingga nol meter adalah: dimensi jalan 1,6 meter hingga (berhimpitan) dan hampir keseluruhan 2,5 meter, kabel listrik dan telpon tidak antar kurang dari tiga meter, tiang listrik dan bangunan, kemiringan lahan 5%-40%. telepon ditanam di bagian badan jalan, Dapat adanya portal serta pohon. Untuk ada kompartemen diperbaiki menambahkan dengan kompartemen yang memperbaiki kondisi dapat menghambat penjalaran api antar beberapa bangunan. disampaikan, antara lain: b. Berdasarkan tingkat kemudahan terbakar tersebut ada yang bisa rekomendasi a) Lahan dengan kemiringan 30% material bangunan (combustable material), keatas, dari surve, bangun tetapi untuk konservasi semuanya beresiko agak tinggi, artinya lahan, yang perlu dilakukan adalah bahan bangunan rata-rata menggunakan penegakan peraturan. Karena pada material yang mudah terbakar seperti: lokasi kayu, penanggulangan kedelapan triplek, belas partikel lokasi board dan sebagainya, namun tidak lebih dari 30 Kg semestinya tersebut tidak sulit layak dilakukan kebakaran, sekaligus rawan longsor. per meter persegi, dengan kalori yang b) Untuk jalan yang lebarnya tidak dihasilkn setara kayu jati. Dalam hal ini seragam, melebar dan menyempit kontur tanah tidak berpengaruh. sebaiknya c. Berdasarkan jangkauan mobil pemadam bila mungkin diseragamkan agar kapasitas jalan kebakaran ke lokasi permukiman: dapat berfungsi secara maksimal. 1) Lima lokasi masuk kategori mudah c) Untuk daerah yang relatif terjal dan diakses yakni yang berada pada kontur jalan sempit serta tidak mungkin lahan 0%-5% (landai), dan lebar jalan ditingkatkan, sebaiknya disediakan rata-rata empat meter sudah baik. sarana 2) Sembilan lokasi masuk kategori sulit pemadam kebakaran tambahan oleh pemerintah agar diakses, yakni yang berada pada kontur dapat melakukan pemadaman PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 76 - ISSN 1858 1137 MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.1, Mei 2014 secara mandiri dan masyarakat diedukasi pelatihan evakuasi serta penanggulangan kebakaran. DAFTAR PUSTAKA • Bare William K. (1997) “Fundamentals of Fire Prevention” Toronto : John Willey & Sons. • Nurjanah dkk (2012) “Manajemen Bencana “ Bandung : Alfabeta • Ramli Soehatman (2010) “Manajemen Kebakaran” Jakarta : Dian Rakyat • Schueller Wolfgang (2001) “Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi “ Bandung : Refika Aditama. • ……... (2006) “Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Kebakaran Kota Manado“ Manado PENGARUH TOPOGRAFI PADA KINERJA PENCEGAHAN DAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KOTA MANADO - 77 -